23. survei geofisika terpadu daerah panas bumi Kerinci
PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU GAYA BERAT, GEOMAGNET, DAN GEOLISTRIK
DAERAH PANAS BUMI GUNUNG KAPUR KABUPATEN KERINCI, PROVINSI JAMBI
Ary Kristianto, Bakrun, Yong Suharyono
---
SARI
Daerah survei panas bumi Gunung Kapur berada di Kabupaten Kerinci,
Provinsi Jambi. Daerah survei geofisika mencakup area seluas 15 x 13 km2. Metode
geofisika yang digunakan dalam survei ini adalah geolistrik, gaya berat dan geomagnet. Manifestasi panas bumi Gunung Kapur berupa batuan ubahan dan belerang terdapat disebelah baratlaut daerah penelitian. Daerah prospek didelineasi dari hasil terpadu gaya berat, geomagnet, dan geolistrik, berada baratlaut daerah penelitian dan
memiliki luas sekitar 4 km2 yang diduga berkaitan dengan aktifitas sisa Gunung api
Kerinci dan berada di dalam daerah yang didominasi oleh batuan vulkanik Gunung Kerinci. Estimasi potensi energi panas bumi berdasarkan gabungan data geologi, geokimia dan geofisika adalah sekitar 10 mega Watt listrik pada kelas cadangan terduga.
PENDAHULUAN
Sumber daya panas bumi
merupakan salah satu sumber daya geologi yang potensial untuk dijadikan sebagai salah satu sumber energi alternatif bagi pemenuhan kebutuhan energi nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, Pemerintah mempunyai
kewenangan melakukan Survei
Pendahuluan dan dapat melakukan
Eksplorasi panas bumi, melalui
Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan, pada tahun anggaran 2010 pemerintah telah melakukan survei geofisika terpadu dengan metode gaya berat, geomagnet, geolistrik di daerah panas bumi Gunung Kapur berada di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Daerah panas bumi Gunung Kapur
secara administratif terletak di
Kabupaten Kerinci dengan ibu kota Kabupaten Sungai Penuh, berjarak sekitar 238 km kearah barat dari ibu kota Provinsi Jambi, berada pada posisi
geografis antara 1010 7’ 16.83" – 1010
14' 49,64” bujur timur dan -10 43' 36.62"
- -10 43' 36.10" lintang selatan (Gambar
1).
GEOLOGI
Inventarisasi kenampakan panas bumi Gunung Kapur pertama kali dilakukan oleh Nikmatul Akbar (1972) dengan laporan berupa inventarisasi kenampakan panas bumi di Sumatera Barat. Setelah itu Possavec dkk., 1973, Rasidi dkk., 1976 melakukan pemetaan geologi lembar Painan dan bagian timur laut Muarasiberut, Sumatera Barat yang kemudian direvisi pada tahun 1996. Pada peta geologi regional lembar Painan tersebut, Rasidi dkk. (Gambar 2)
membagi daerah ini menjadi 10
(sepuluh) satuan batuan dari yang paling tua sampai yang paling muda antara lain :
o Batugamping Formasi Siulak (Ksl),
yang terdiri dari batugamping yang sanagat terkekarkan, habluran,
dan mengandung fosil yang
berumur Kapur, tebalnya
mencapai 500m.
o Formasi Siulak (Ks), yang terdiri
dari batuan sedimen dan batuan gunungapi. Batuan sedimen terdiri dari serpih gampingan, berkarbon, dan kuarsa bersudut, batulanau gampingan, tuf, tuf terkersikkan,
(2)
dan batugamping hablur. Batuan
gunungapi berkisar andesitan
hingga dasit dan telah terubah. Tuf yang berlapis terdiri dari augit, hornblende, feldspar, klorit dan
gelas. Satuan ini sedikit
termalihkan dengan rekahan atau kekar yang terisi oleh kalsit
o Formasi Bandan (Tb), terdiri dari
urutan batuan ignimbritdan tuf hybrid yangbersusunan asam dan pejal.
o Granodiorit (Tgdr), granit
hornblende hingga granodiorit.
o Granit (Tgr), yang terdiri dari granit
biotit, porfir kuarsa, dan granit grafik. Granit terdapat sebagai inti
di dalam batuan pluton
granodioritdi daerah sebelah
selatan G. Kerinci. Granit ini
dinyatakan berumur Miosen
Tengahkarena hubungannya
dengan batuan pluton granodiorit.
o Batuan Gunungapi asam yang Tak
Terpisahkan (Qou), terdiri dari lava, tuf hablur dan kaca, tuf, breksi tuf, ignimbrit, dan obsidian yang asam hingga menengah. Obsidian terdapat di hulu S. Tebo
di Bukit Cermin. Batuan ini
bersusunan Dasitan. Tuf hablur terdiri dari kuarsa dan feldspar dengan masadasar silika, klorit, hornblenda, dan kalsit, setempat mengandung pecahan andesit. Terdapat aliran riolit yang berpita-pita. Setempat terdapat retas andesit, aplit dan kuarsa porfir dasitan. Batuan ini disimpulkan berumur Kuarter Awal.
o Batuan Gunungapi yang Tak
Terpisahkan (Qyu), terdiri dari breksi gunungapi, lahar, breksi tuf, dan tuf. Bersusunan basal hingga andesit. Batuan ini berasal dari G. Kerinci dan G. Tujuh.
o Lava (Qyl), susunan dan asalnya
sama dengan Qyu seperti
diperikan diatas. Aliran terdapat di lereng G. Kerinci dan G. Tujuh.
o Endapan Danau (Ql), terdiri dari
lanau, pasir, lempung, lempur, dan kerikil.
o Alluvium (Qal), terdiri dari lanau,
pasir, kerikil.
METODE PENYELIDIKAN
Survey geofisika terpadu yang dilakukan di daerah panas bumi G.
Kapur menggunakan tiga metode
geofisika yaitu: gaya berat, geomagnet dan geolistrik.
Pekerjaan yang di lakukan pada
penyelidikan gaya berat meliputi
pengukuran gaya berat di titik ukur, pengambilan conto batuan, pengolahan data hasil pengukuran dan pemodelan gaya berat.
Pengukuran gaya berat
dilakukan di titik yang telah ditentukan baik titik lintasan maupun secara acak (random). Metode pengukuran yang
digunakan adalah metode poligon
tertutup. Metode ini mengukur di suatu titik di lanjutkan ke titik-titik lainnya dan kembali lagi ke titik ukur awal. Titik awal dan penutupan pada pengukuran yang digunakan pada penyelidikan gaya berat disebut station basis (BS). Data yang diambil dari pengukuran gaya berat di lapangan adalah nilai bacaan alat, waktu pengukuran dan data koreksi medan (inner terrain). Data yang diperoleh tersebut masih dipengaruhi oleh faktor perubahan alat terhadap waktu dan faktor alam seperti gaya tarik dari benda luar (bulan dan matahari)
serta kondisi topografi (ketinggian,
medan, lattitude, massa lempeng
Bouguer). Dengan adanya pengaruh tersebut maka data gaya berat dikoreksi sehingga diperoleh anomali gaya berat Bouguer. Nilai anomali ini kemudian dipisahkan menjadi anomali regional dan sisa.
Pengambilan conto batuan
dilakukan untuk pengukuran densitas batuan di laboratorium, dimana conto tersebut diasumsikan mewakili satuan batuan lokasi penyelidikan.
(3)
Penyelidikan geomagnet meliputi pengukuran di titik ukur maupun secara
acak, pengolahan data hasil
pengukuran dan interpretasi data.
Pengambilan conto batuan
dilakukan untuk pengukuran
suseptibilitas (kerentanan magnet)
batuan di daerah penyelidikan. Conto-conto batuan yang diambil diasumsikan
merepresentasikan satuan batuan
daerah penyelidikan untuk mengetahui nilai kerentanan magnetnya. Data yang diambil dari pengukuran di lapangan berupa nilai bacaan alat dan waktu pengukuran termasuk pengukuran di BS.
Pengolahan data meliputi
pembuatan nilai koreksi harian, koreksi harian terhadap bacaan alat di titik ukur, pembuatan peta Magnet.
Dari anomali intensitas magnet
total yang diperoleh, dapat
diinterpretasikan zona–zona yang
diduga berkaitan dengan aktivitas
sistem panas bumi, juga struktur– struktur geologi yang terdapat di daerah survei.
Data magnetik didasarkan pada sifat kemagnetan (kerentanan magnet batuan), yaitu kandungan magnetiknya
sehingga efektifitas metode ini
bergantung kepada kontras magnetik di bawah permukaan. Di daerah panas
bumi, larutan hidrotermal dapat
menimbulkan perubahan yang masif terhadap sifat kimia dan fisika batuan bawah permukaan. Perubahan lainnya yaitu sifat kemagnetan batuan akan menjadi turun atau hilang akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat dalam alterasi hidrotermal, maka tujuan lainnya dari survei magnetik pada daerah panas bumi adalah untuk melokalisir daerah demagnetisasi yang diduga berkaitan erat dengan aktivitas panas bumi.
Penyelidikan geolistrik meliputi
pengukuran nilai tahanan jenis,
pengolahan data hasil pengukuran dan pemodelan tahanan jenis.
Pengukuran geolistrik terdiri atas dua tujuan yaitu pemetaan tahanan jenis (mapping) dan pendugaan tahanan jenis (sounding), dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger bentangan simetris. Untuk pemetaan tahanan jenis Pengukuran dilakukan dalam konfigurasi bentangan AB/2 = 250, 500, 750 dan
1000 meter, sedangkan untuk
pengukuran sounding dimulai pada bentangan AB/2 = 1,5 meter sampai AB/2 = 2000 meter dengan jarak elektroda potensial MN < 1/5 AB. Semakin besar AB/2 semakin dalam penetrasi arus ke dalam bumi, yang berarti semakin dalam informasi yang didapat.
Pengukuran dilakukan pada titik-titik ukur yang telah ditentukan. Hasil pengukuran mapping akan berupa peta-peta tahanan jenis semu untuk berbagai bentangan elektroda arus, sedangkan pengukuran sounding akan berupa
profil-profil nilai tahanan jenis
sebenarnya.
Metode penyelidikan ini menggunakan arus searah yang dialirkan melalui dua buah elektroda arus A dan B yang menghasilkan beda potensial diantara kedua titik tersebut dan selanjutnya diukur besar beda potensial MN yang terletak di antara A dan B.
HASIL PENYELIDIKAN
Dari hasil pengukuran
Gayaberat, jumlah pengukuran titik gaya berat dilapangan adalah 297 titik ukur
yang tersebar dalam lintasan
A,B,C,D,E,F, dan G sebanyak 216 titik dengan spasi pengukuran 250 meter dan 81 titik ukur secara random (regional) dengan spasi antara 250 – 500 meter. Data yang didapatkan dalam pengukuran adalah nilai gaya berat alat yang kemudian di konversi ke satuan miligal. Nilai hasil konversi diikatkan ke nilai gaya berat nasional (IGSN 71) DG0 Bandung. Stasiun basis dibuat di base camp yang terletak di Home Stay Family di desa Lindung Jaya, Kecamatan Kayu Aro, dengan nama Base. Base ini
(4)
dipergunakan sebagai titik tutupan harian dan juga sebagai nilai acuan bagi stasiun gaya berat lainnya. Titik Base ini berada pada koordinat UTM zona 47 S, X= 753754, Y= 9802923 dengan ketinggian Z= 1531 meter. Pengikatan
Base terhadap DG0 Bandung
menghasilkan nilai Base = 977712.445 mgals.
Hasil analisis dari 10 conto
batuan memperlihatkan bahwa nilai densitas berkisar antara 2,51 – 2,79
gr/cm3, dengan densitas tertinggi
terdapat pada batuan metavulkanik
ignimbrit dengan nilai 2,79 gr/cm3.
Densitas rata-rata dari ke-10 conto batuan tersebut adalah sebesar 2,65
gram/cm3. Dengan metode analisis
parasnis yang memanfaatkan anomali Bouguer dan terrain, diperoleh nilai estimasi densitas berdasarkan regresi
linier menggunakan seluruh data,
adalah 2.61 gram/cm3, adapun nilai
densitas yang digunakan dalam
perhitungan adalah 2.63 gram/cm3.
Dari hasil pengukuran
Geomagnet, jumlah titik pengukuran
geomagnet sebanyak 300 titik yang
terdiri dari 214 titik terletak di sepanjang lintasan A hingga G dengan interval antar masing – masing titik 250 meter, serta 86 titik merupakan titik pengukuran regional yang diambil random dengan selang interval antara 250 hingga 500 meter. Sedangkan interval antar Lintasan disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan yaitu antara 500 – 1000 meter.
Pengukuran Variasi Harian
(Diurnal Variation) dititik BS dengan
menggunakan alat magnetometer
Proton diprogram secara otomatis
dicatat dengan interval waktu 15 menit. Harga Inklinasi dan Deklinasi dihitung dengan Program Mag-Pick, yaitu dengan memasukan harga latitude dan longitude dari titik Base Station daerah penyelidikan yaitu LS =
101,2810 dan BT 1,78150 dengan
ketinggian 1433 meter. Maka dari
Program ini diperoleh, harga inklinasi =
-14.83 dan harga deklinasinya = -0.21. harga intensitas magnet total (IGRF) = 42978,4 nT
Nilai kerentanan magnet batuan didaerah penyelidikan berkisar antara
0.04 sampai 1.6 (x10-3 cgs). Nilai
terendah terdapat pada batuan andesit terubah dan nilai tertinggi terdapat pada komponen breksi lava dengan nilai
1.6(x10-3 cgs). Batuan didaerah
penyelidikan dengan nilai kerentanan
magnet 0.04 – 0.21 (x10-3 cgs)
menandakan batuan tersebut bersifat non magnetik sedangkan batuan yang mempunyai nilai K, antara 0,5 – 1.6
(x10-3 cgs) mengindikasikan batuan
tersebut relatif bersifat magnetis dari batuan lainnya yang ada didaerah penyelidikan.
Penyelidikan geolistrik di daerah panas bumi G.Kapur terdiri dari dua metode pengukuran yaitu pemetaan tahanan jenis (mapping) dengan jumlah titik 80 buah dan pendugaan tahanan jenis (sounding) dengan jumlah titik
sebanyak 20 buah. Pengukuran
mapping dan sounding semua berada pada lintasan A, B, C, D, E, F dan lintasan G.
Pengukuran pemetaan tahanan jenis semu pada bentangan AB/2=250, AB/2=500, AB/2=800, AB/2=1000 m di lintasan A, B, C, D, E, F dan G sebanyak 80 buah. Hasil pendugaan tahanan jenis yang dilakukan di lintasan A, B, C, D, E, F dan G, diperoleh 20 data pendugaan tahanan jenis pada titik amat A4000, A5000, A6000, A7150, B4000, B5000, C3500, C4000, C5000, C6000, D4000, D5000, D6000, D7000, E4000, E5000, F4000, F5000, F6000, dan 1 buah data pendugaan tahanan jenis pada titik amat G4000.
Hasil pengukuran mapping diplot ke dalam peta dasar untuk dibuat kontur tahanan jenis semunya sehingga akan diperoleh peta tahanan jenis semu untuk AB/2=250, AB/2=500, AB/2=750 dan AB/2=1000 m. Sebaran tahanan jenis semu terhadap arah lateral (peta tahanan jenis semu) ditampilkan juga
(5)
pada arah vertikal dalam bentuk penampang tahanan jenis semu untuk tiap lintasan. Hasil pengukuran sounding akan diinterpretasi dalam bentuk model bawah permukaan 1 dimensi yang
divisualisasikan dengan kombinasi
topografi dan posisi lateralnya.
Dari hasil pengukuran sounding dilakukan pemodelan lapisan tahanan
jenis satu dimensi.
Penampang-penampang sounding kemudian dibuat
dengan mengkorelasikan hasil-hasil
pemodelan tersebut sehingga dapat diketahui penyebaran lapisan tahanan jenis sebenarnya ke arah lateral, vertikal disertai kedalamannya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil Gayaberat, dengan
menggunakan harga desitas 2.63
gram/cm3 sebaran nilai anomali
Bouguer mempunyai harga anomali berkisar antara 2 mgal sampai -27 mgal dan dapat dikelompokkan manjadi 3 (tiga) yaitu:
1). Nilai 2 mgal sampai dengan -3 mgal
dikelompokkan sebagai anomali
tinggi yang menempati sebagian
kecil daerah selatan hingga
baratdaya. Kelompok anomali ini
ditafsirkan sebagai defleksi
terobosan batuan beku dalam yaitu batuan granit, granodiorit, diorit, yang umumnya masih segar dan masif.
2). Nilai -3 mgal sampai dengan - 18
mgal dikelompokkan sebagai
anomali sedang dan terdapat
dibagian barat hingga baratlaut serta menghampar ke tenggara, dan melingkar di bagian timurlaut daerah
penyelidikan. Kelompok ini
ditafsirkan sebagai defleksi batuan lava andesitik, batuan gunungapi tak terpisahkan terdiri dari breksi gunungapi, lahar, breksi tuf, dan tuf. Bersusunan basal hingga andesit. Batuan ini berasal dari G. Kerinci dan G. Tujuh yang telah mengalami pelapukan sedang.
3) Nilai -18 sampai dengan -27 mgal
dikelompokkan sebagai anomali
rendah dan terdapat dibagian utara hingga baratlaut serta menghampar ke bagaian tengah dan membelok ke arah timur daerah penyelidikan. Kelompok ini ditafsirkan sebagai cerminan batuan yang mempunyai densitas lebih rendah yang mengisi zona depresi yang terbentuk di bagian tengah daerah penyelidikan
yang sebagian besar telah
mengalami pelapukan lemah hingga kuat .
Nilai anomali regional daerah ini berkisar antara -5 mgal sampai -25 mgal
dan dikelompokkan menjadi tiga
kelompok anomali yaitu ;
1). Nilai -4 mgal sampai dengan -8 mgal
dikelompokkan sebagai anomali
tinggi yang menempati sebagian kecil daerah penyelidikan yaitu
bagian selatan dan baratdaya.
Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan granit, granodiorit, diorit umumnya masih segar dan masif.
2). Nilai - 8 sampai dengan -18 mgal
dikelompokkan sebagai anomali
sedang dan terdapat dibagian
baratdaya, barat, baratlaut, tenggara hingga kebagian timurlaut daerah
penyelidikan. Kelompok ini
ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh lava andesit,
lava basaltik, aliran piroklastik,
jatuhan piroklastik, yang telah
mengalami pelapukan sedang. 3) Nilai -18 sampai dengan -25 mgal
dikelompokkan sebagai anomali
rendah dan terdapat dibagian utara dan baratlaut hingga bagian tengah daerah penyelidikan. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang mempunyai densitas lebih rendah (aliran piroklastik, jatuhan piroklastik) yang mengisi jalur zona depresi.
Dari peta anomali Sisa (Gambar 3) melalui pemisahan anomali Regional dari anomali Bouguer, memperlihatkan
(6)
kelurusan-kelurusan gaya berat berarah baratlaut – tenggara, serta timurlaut-baratdaya yang secara tegas terlihat di bagian selatan hingga baratlaut, tengah dan timurlaut daerah penyelidikan, dimana sangat bertepatan dengan
keberadaan struktur-struktur geologi
yang dapat dikenali di permukaan dari kelurusan kontur topografi dan citra landsat. Selain itu juga memperlihatkan
pengkutuban anomali positif dan
anomali negatif dengan kerapatan serta pembelokan kontur yang tajam.
Anomali rendah umumnya
ditempati oleh batuan yang telah mengalami ubahan tingkat lemah – kuat
akibat berkembangnya struktur di
wilayah penyelidikan. Anomali rendah ini menempati hampir sebagian besar daerah penyelidikan yaitu dibagian utara – baratlaut, tengah, tenggara dan timurlaut. Jalur anomali rendah negatif ini sangat menarik perhatian karena diapit oleh anomali tinggi positif yang mempunyai arah yang sama dengan jalur anomali rendah, hal ini dapat ditafsirkan bahwa zona anomali rendah yang membujur dari arah tengara-baratlaut hingga utara, serta bagian timur dan timurlaut diduga merupakan suatu zona depresi besar atau graben yang terbentuk akibat berkembangnya struktur tektonik ataupun vulkanik di daerah penyelidikan.
Berdasarkan hasil geomagnet, target anomali magnet yang diharapkan adalah anomali rendah karena anomali rendah berkaitan dengan demagnetisasi batuan akibat larutan panas yang dilepaskan dari suatu daerah panas bumi, sedangkan anomali tinggi bukan merupakan sasaran dalam penelitian
panas bumi, akan tetapi tetap
dipertimbangkan dalam penafsiran
panas bumi yakni untuk penentuan
struktur geologi seperti struktur
patahan/sesar. Dengan demikan aspek
anomali rendah dan tinggi serta
kaitannya dengan manifestasi panas bumi akan diuraikan dalam pembahasan berikut ini.
Peta anomali magnet (Gambar 4), didaerah penyelidikan Gunung Kapur Kerinci memberikan harga positif dan negatif tergantung dari sifat batuannya serta struktur yang mengontrolnya, apakah batuan itu bersifat magnetik atau tidak.
Maka peta anomali magnet tersebut
dikelompokan menjadi 3 katagori
anomali yaitu:
· Kelompok anomali magnet rendah
harganya berkisar antara -700 nT sampai -100 nT
· Kelompok anomali magnet sedang
harganya berkisar antara -100
sampai 200 nT
· Kelompok anomali magnet tinggi
harganya berkisar antara 200
sampai 850 nT
Kelompok anomali magnet rendah
(-700 nT sampai -100 nT)
penyebarannya melingkupi wilayah
dibagian Baratlaut daerah penyelidikan dan sebagian di sebelah Timur, presentase wilayah yang memiliki nilai anomali rendah tidak lebih dari 20% saja, daerah ini umumnya ditempati oleh batuan yang telah mengalami pelapukan dan telah terubah di sebelah Baratlaut dan pada bagian Timur ditempati oleh endapan lahar.
Kelompok anomali magnet sedang (-100 nT sampai 200 nT) penyebarannya melingkupi wilayah dibagian tengah daerah penyelidikan dan mendominasi daerah penelitian yang berupa aliran piroklastik kerinci, presentase wilayah yang memiliki nilai anomali sedang 50%.
Kelompok anomali magnet tinggi
(200 nT sampai 800 nT)
penyebarannya melingkupi wilayah
dibagian Selatan dan Tenggara daerah penyelidikan serta berupa spot-spot di
bagian tengah daerah penelitian,
presentase wilayah yang memiliki nilai
anomali tinggi 30%, daerah ini
umumnya ditempati oleh batuan yang relatif lebih masif dan berumur lebih tua.
Berdasarkan peta anomali
(7)
sesar/kelurusan sebanyak 6 (enam) buah sesar yang mempunyai trend Baratlaut-Tenggara dan hampir utara-selatan yaitu sesar F1, F2, F3, F4,F5 dan F6 serta 1 (satu) buah sesar yang berarah hampir Baratdaya-Timurlaut, yaitu sesar F7
Diantara sesar-sesar tersebut yang terpenting adalah sesar F1 dan F3 dan F7 karena secara dimensi ketiga sesar tersebut adalah yang terbesar dibanding yang lainnya selain juga lebih dalam, hal ini dapat terlihat dari peta anomali magnet yang sudah di upward (Gambar 5). Sesar F1 juga diperkirakan
menjadi pengontrol munculnya
manifestasi belerang di ujung lintasan sebelah baratlaut.
Berdasarkan hasil Geolistrik
pemetaan tahanan jenis (mapping) pada bentangan AB/2 =250 m dan AB/2=500 m, memperlihatkan tahanan jenis tinggi > 500 Ohm-m, terkonsentrasi di bagian utara daerah penyelidikan atau di bagian selatan G. Kerinci, hal ini
menunjukkan lapisan permukaan
dengan tahanan jenis tinggi ke arah selatan makin menipis. Tahanan jenis tinggi > 500 Ohm-m ini diperkirakan
berkaitan dengan lava yang
mendominasi lapisan permukaan. Pada bentangan AB/2=800 dan AB/2=1000 m, tahanan jenis sedang terkonsentrasi di bagian tengah dengan tahanan jenis > 250 Ohm-m, sedangkan tahanan jenis rendah < 100 Ohm-m konsisten berada di bagian selatan
daerah penyelidikan, luas anomali
rendah makin melebar ke arah selatan, diperkirakan daerah ini didominasi oleh batuan piroklastik.
Berdasarkan hasil geolistrik
sounding daerah penyelidikan terdiri dari empat lapisan (Gambar 6) yaitu lapisan pertama merupakan lapisan penutup dengan tahanan jenis 200-300 Ohm-m dan tahanan jenis 400-4000 Ohm-m, diperkirakan lapisan dengan tahanan jenis tersebut adalah lava. Di bawah lapisan ini terdapat lapisan dengan tahanan jenis antara 70-185
Ohm-m, diperkirakan lapisan ini adalah piroklastik. Terdapat dua lapisan lagi yang berada di bawah lapisan di atas yaitu: lapisan dengan tahanan jenis 7-50 Ohm-m, diperkirakan batuan tersebut
adalah piroklastik dan merupakan
lapisan yang paling bawah adalah lapisan dengan nilai tahanan jenis <80-90 Ohm-m, perkiraan batuannya adalah batuan batuan vulkanik tua.
Tahanan jenis di bagian selatan manifestasi yang berupa belerang mati tidak ada indikasi tahanan jenisnya rendah, hal ini diduga batuan penutup di daerah tersebut cukup tebal, sehingga dari data geolistrik tidak diketahui luas daerah prospek untuk perhitungan potensinya.
KESIMPULAN
a) Daerah prospek dapat didelineasi dari hasil terpadu gaya berat, geomagnet, dan geolistrik, berada di lereng baratdaya Gunung Kapur Muda, dan memiliki luas sekitar 12
km2 dengan kecenderungan yang
masih membuka ke arah puncak Gunung Kapur Muda.
b) Daerah prospek berkaitan dengan aktifitas sisa Gungapi Kapur dan berada di dalam daerah yang didominasi oleh batuan vulkanik Gunung Kapur.
c) Daerah propek dikenali melalui keterdapatan zona tahanan jenis rendah dan magnet rendah di lereng baratdaya Gunung Kapur sebagai akibat proses alterasi hidrotermal pada batuan vulkanik.
d) Batas-batas barat, baratdaya,
selatan, dan timur darai daerah prospek dibuat melalui batas-batas struktur kelurusan gaya berat dan magnetik, seangkan bagian utara oleh struktur sesar geologi.
e) Estimasi potensi energi panas bumi
berdasarkan gabungan data
geologi, geokimia dan geofisika adalah sekitar 195 mega Watt listrik pada kelas cadangan terduga.
(8)
SARAN
a) Mengingat hasil dari survei ini
memiliki penetrasi yang tidak
mencukupi untuk mendeteksi
struktur panas bumi secara utuh dan
lebih rinci, karenanya perlu
dilakukan survei tambahan yang dapat mendeteksi struktur panas
bumi Gunung Kapur tersebut.
Struktur panas bumi utama yang
diperlukan adalah estimasi
ketebalan batuan tudung sehingga
dapat pula diketahui estimasi
kedalaman puncak reservoir dari sistem panas bumi Gunung Kapur. Metode yang cocok adalah metode magnetotelurik. Sebaran titik ukur
dari metode magnetotelurik ini
sebaiknya mencakup seluruh daerah prospek berdasarkan survei terpadu ini.
b) Untuk mendapatkan struktur panas
dari sistem panas bumi juga
sebaiknya dilakukan survei landaian suhu.
PUSTAKA
Bemmelen, van R.W., 1949. “The Geology of Indonesia”. Vol. I A. The Hague. Netherlands.
Burger, H.R., 1992: Exploration
Geophysics of shallow Sub Surface, Prentice Hall
Cooper, G.R.J., 2002, “GeoModel
Method”, School of Geosciences,
the Witwatersrand Johanesburg,
South Africa.
Hamilton W.,1979. “Tectonic of
Indonesia Region”,
Geol.Surv.Prof.Papers,U.S.Govt.Pri nt Off.,Washington.
Hutchinson,C.S.,1989. “Geological
Evolution of South-East Asia”,
Oxford Mono. Geol. Geoph., 13, Clarendon Press, Oxford
Lawless, J., 1995. “Guidebook: An Introduction to Geothermal System”. Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Pertamina, 1989, Studi
Volkanostratigrafi dan Evolusi
Magmatik Regional, Deretan
G.Kapur-Wilis-Pandan, Jawa Timur. Sampurno & H. Samodra, 1997, Geologi
Lembar Ponorogo, Jawa,
Departemen Pertambangan dan
Energi, Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum, Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Geologi.
Telford, W.M. et al, 1982. ”Applied Geophysics”, Cambridge University Press. Cambridge.
Tim Survei Terpadu, 2009, “Laporan
Survei Geologi dan Geokimia
Daerah Panas Bumi Gunung Kapur,
Kabupaten Karang Anyar-Jawa
Tengah dan Kabupaten Magetan – Jawa Timur”, Pusat Sumber Daya
Geologi, Badan Geologi,
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia. (Unpubl. Report)
(9)
Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan daerah panas bumi G.Kapur
Gambar 2. Peta Geologi Regional
(10)
Gambar 3. Peta Anomali Sisa daerah panas bumi G.Kapur
Gambar 4. Peta Anomali Magnet Total daerah panas bumi G.Kapur
740000 742000 744000 746000 748000 750000 752000 754000 756000
RK1 RK3 RK5 RK7 RK9 RK11 RK13 RK15 RK17 RK19 RK21 RK23 RK25 RK27 RK29 RK31 RK33 RK35 RK37 RK39 RK41 RK43 RK45 RK47 RK49 RK51 RK53 RK55 RK57 RK59 RK61 RK63 RK65 RK67 RK69 RK71 RK73 G9000 G8500 G8000 G7500 G7000 G6500 G6000 G5500 G5000 G4500 G4000 G3500 G3000 G2500 G2250 F2250F2750F3250
F3750F4250 F4750F5250 F5750F6250 F6750F7250 F7750F8250 F8750 E8000E8500 E9000 E7500 E7000 E6500 E6000 E5500 E5000 E4500 E4000 E3500 E3000 E2500 E2000 D8500D9000 D7750 D7250 D6750 D6250 D5750 D5250 D4750 D4250 D3750 D3250 D2750 D2250 C8000C8500 C9000 C7500 C7000 C6500 C6000 C5500 C5000 C4500 C4000 C3500 C3000 C2500 C2000 A9750 A9250 A8750 A8250 A7750 A7250 A6750 A6250 A5750 A5250 A4750 A4250 A3750 A3250 A2000 A2500 B8750 B8500 B8000 B7500 B7000 B6500 B6000 B5550 B5250 B4500 B4000 B3500 B3000 B2500 B2000 A11750 A11300 A10750 A10250 RK80 RK82 RK76 AP AP SUNGAIKERING Sungai Asam
BT. BARUNG LOLO G. Terembun G. Kerinci G. Kapur 2,375 2,125 2,250 1,125 9790000 9792000 9794000 9796000 9798000 9800000 9802000 9804000 9806000 9808000 9810000
PETA ANOMALI SISA DENSITAS = 2.63 GR/CM3 DAERAH PANAS BUMI GUNUNG KAPUR
KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
Mata airpanas
Kontur gayaberat selang 1 mgal
Sungai Jalan
Kampung
Titik ukur gaya berat
KETERANGAN
U
M Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM 47S
0 10002000 3000
-7.5 -6.5 -5.5 -4.5 -3.5 -2.5 -1.5 -0.5 0.5 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 mgal A A B F1 F2 F3 F4 200 200 200 200
(11)
‘
Gambar 5. Peta Anomali Magnet Upward Continuation 250 m
Gambar 6. Penampang Tahanan jenis sebenarnya Lintasan A
(1)
kelurusan-kelurusan gaya berat berarah baratlaut – tenggara, serta timurlaut-baratdaya yang secara tegas terlihat di bagian selatan hingga baratlaut, tengah dan timurlaut daerah penyelidikan, dimana sangat bertepatan dengan keberadaan struktur-struktur geologi yang dapat dikenali di permukaan dari kelurusan kontur topografi dan citra landsat. Selain itu juga memperlihatkan pengkutuban anomali positif dan anomali negatif dengan kerapatan serta pembelokan kontur yang tajam.
Anomali rendah umumnya ditempati oleh batuan yang telah mengalami ubahan tingkat lemah – kuat akibat berkembangnya struktur di wilayah penyelidikan. Anomali rendah ini menempati hampir sebagian besar daerah penyelidikan yaitu dibagian utara – baratlaut, tengah, tenggara dan timurlaut. Jalur anomali rendah negatif ini sangat menarik perhatian karena diapit oleh anomali tinggi positif yang mempunyai arah yang sama dengan jalur anomali rendah, hal ini dapat ditafsirkan bahwa zona anomali rendah yang membujur dari arah tengara-baratlaut hingga utara, serta bagian timur dan timurlaut diduga merupakan suatu zona depresi besar atau graben yang terbentuk akibat berkembangnya struktur tektonik ataupun vulkanik di daerah penyelidikan.
Berdasarkan hasil geomagnet, target anomali magnet yang diharapkan adalah anomali rendah karena anomali rendah berkaitan dengan demagnetisasi batuan akibat larutan panas yang dilepaskan dari suatu daerah panas bumi, sedangkan anomali tinggi bukan merupakan sasaran dalam penelitian panas bumi, akan tetapi tetap dipertimbangkan dalam penafsiran panas bumi yakni untuk penentuan struktur geologi seperti struktur patahan/sesar. Dengan demikan aspek anomali rendah dan tinggi serta kaitannya dengan manifestasi panas bumi akan diuraikan dalam pembahasan berikut ini.
Peta anomali magnet (Gambar 4), didaerah penyelidikan Gunung Kapur Kerinci memberikan harga positif dan negatif tergantung dari sifat batuannya serta struktur yang mengontrolnya, apakah batuan itu bersifat magnetik atau tidak.
Maka peta anomali magnet tersebut dikelompokan menjadi 3 katagori anomali yaitu:
· Kelompok anomali magnet rendah harganya berkisar antara -700 nT sampai -100 nT
· Kelompok anomali magnet sedang harganya berkisar antara -100 sampai 200 nT
· Kelompok anomali magnet tinggi harganya berkisar antara 200 sampai 850 nT
Kelompok anomali magnet rendah (-700 nT sampai -100 nT) penyebarannya melingkupi wilayah dibagian Baratlaut daerah penyelidikan dan sebagian di sebelah Timur, presentase wilayah yang memiliki nilai anomali rendah tidak lebih dari 20% saja, daerah ini umumnya ditempati oleh batuan yang telah mengalami pelapukan dan telah terubah di sebelah Baratlaut dan pada bagian Timur ditempati oleh endapan lahar.
Kelompok anomali magnet sedang (-100 nT sampai 200 nT) penyebarannya melingkupi wilayah dibagian tengah daerah penyelidikan dan mendominasi daerah penelitian yang berupa aliran piroklastik kerinci, presentase wilayah yang memiliki nilai anomali sedang 50%.
Kelompok anomali magnet tinggi (200 nT sampai 800 nT) penyebarannya melingkupi wilayah dibagian Selatan dan Tenggara daerah penyelidikan serta berupa spot-spot di bagian tengah daerah penelitian, presentase wilayah yang memiliki nilai anomali tinggi 30%, daerah ini umumnya ditempati oleh batuan yang relatif lebih masif dan berumur lebih tua.
Berdasarkan peta anomali magnet didapatkan gambaran struktur
(2)
sesar/kelurusan sebanyak 6 (enam) buah sesar yang mempunyai trend Baratlaut-Tenggara dan hampir utara-selatan yaitu sesar F1, F2, F3, F4,F5 dan F6 serta 1 (satu) buah sesar yang berarah hampir Baratdaya-Timurlaut, yaitu sesar F7
Diantara sesar-sesar tersebut yang terpenting adalah sesar F1 dan F3 dan F7 karena secara dimensi ketiga sesar tersebut adalah yang terbesar dibanding yang lainnya selain juga lebih dalam, hal ini dapat terlihat dari peta anomali magnet yang sudah di upward (Gambar 5). Sesar F1 juga diperkirakan menjadi pengontrol munculnya manifestasi belerang di ujung lintasan sebelah baratlaut.
Berdasarkan hasil Geolistrik pemetaan tahanan jenis (mapping) pada bentangan AB/2 =250 m dan AB/2=500 m, memperlihatkan tahanan jenis tinggi > 500 Ohm-m, terkonsentrasi di bagian utara daerah penyelidikan atau di bagian selatan G. Kerinci, hal ini menunjukkan lapisan permukaan dengan tahanan jenis tinggi ke arah selatan makin menipis. Tahanan jenis tinggi > 500 Ohm-m ini diperkirakan berkaitan dengan lava yang mendominasi lapisan permukaan.
Pada bentangan AB/2=800 dan AB/2=1000 m, tahanan jenis sedang terkonsentrasi di bagian tengah dengan tahanan jenis > 250 Ohm-m, sedangkan tahanan jenis rendah < 100 Ohm-m konsisten berada di bagian selatan daerah penyelidikan, luas anomali rendah makin melebar ke arah selatan, diperkirakan daerah ini didominasi oleh batuan piroklastik.
Berdasarkan hasil geolistrik sounding daerah penyelidikan terdiri dari empat lapisan (Gambar 6) yaitu lapisan pertama merupakan lapisan penutup dengan tahanan jenis 200-300 Ohm-m dan tahanan jenis 400-4000 Ohm-m, diperkirakan lapisan dengan tahanan jenis tersebut adalah lava. Di bawah lapisan ini terdapat lapisan dengan tahanan jenis antara 70-185
Ohm-m, diperkirakan lapisan ini adalah piroklastik. Terdapat dua lapisan lagi yang berada di bawah lapisan di atas yaitu: lapisan dengan tahanan jenis 7-50 Ohm-m, diperkirakan batuan tersebut adalah piroklastik dan merupakan lapisan yang paling bawah adalah lapisan dengan nilai tahanan jenis <80-90 Ohm-m, perkiraan batuannya adalah batuan batuan vulkanik tua.
Tahanan jenis di bagian selatan manifestasi yang berupa belerang mati tidak ada indikasi tahanan jenisnya rendah, hal ini diduga batuan penutup di daerah tersebut cukup tebal, sehingga dari data geolistrik tidak diketahui luas daerah prospek untuk perhitungan potensinya.
KESIMPULAN
a) Daerah prospek dapat didelineasi dari hasil terpadu gaya berat, geomagnet, dan geolistrik, berada di lereng baratdaya Gunung Kapur Muda, dan memiliki luas sekitar 12 km2 dengan kecenderungan yang masih membuka ke arah puncak Gunung Kapur Muda.
b) Daerah prospek berkaitan dengan aktifitas sisa Gungapi Kapur dan berada di dalam daerah yang didominasi oleh batuan vulkanik Gunung Kapur.
c) Daerah propek dikenali melalui keterdapatan zona tahanan jenis rendah dan magnet rendah di lereng baratdaya Gunung Kapur sebagai akibat proses alterasi hidrotermal pada batuan vulkanik.
d) Batas-batas barat, baratdaya, selatan, dan timur darai daerah prospek dibuat melalui batas-batas struktur kelurusan gaya berat dan magnetik, seangkan bagian utara oleh struktur sesar geologi.
e) Estimasi potensi energi panas bumi berdasarkan gabungan data geologi, geokimia dan geofisika adalah sekitar 195 mega Watt listrik pada kelas cadangan terduga.
(3)
SARAN
a) Mengingat hasil dari survei ini memiliki penetrasi yang tidak mencukupi untuk mendeteksi struktur panas bumi secara utuh dan lebih rinci, karenanya perlu dilakukan survei tambahan yang dapat mendeteksi struktur panas bumi Gunung Kapur tersebut. Struktur panas bumi utama yang diperlukan adalah estimasi ketebalan batuan tudung sehingga dapat pula diketahui estimasi kedalaman puncak reservoir dari sistem panas bumi Gunung Kapur. Metode yang cocok adalah metode magnetotelurik. Sebaran titik ukur dari metode magnetotelurik ini sebaiknya mencakup seluruh daerah prospek berdasarkan survei terpadu ini.
b) Untuk mendapatkan struktur panas dari sistem panas bumi juga sebaiknya dilakukan survei landaian suhu.
PUSTAKA
Bemmelen, van R.W., 1949. “The Geology of Indonesia”. Vol. I A. The Hague. Netherlands.
Burger, H.R., 1992: Exploration Geophysics of shallow Sub Surface, Prentice Hall
Cooper, G.R.J., 2002, “GeoModel Method”, School of Geosciences, the Witwatersrand Johanesburg, South Africa.
Hamilton W.,1979. “Tectonic of
Indonesia Region”,
Geol.Surv.Prof.Papers,U.S.Govt.Pri nt Off.,Washington.
Hutchinson,C.S.,1989. “Geological Evolution of South-East Asia”, Oxford Mono. Geol. Geoph., 13, Clarendon Press, Oxford
Lawless, J., 1995. “Guidebook: An Introduction to Geothermal System”. Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Pertamina, 1989, Studi
Volkanostratigrafi dan Evolusi Magmatik Regional, Deretan G.Kapur-Wilis-Pandan, Jawa Timur. Sampurno & H. Samodra, 1997, Geologi
Lembar Ponorogo, Jawa, Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Telford, W.M. et al, 1982. ”Applied Geophysics”, Cambridge University Press. Cambridge.
Tim Survei Terpadu, 2009, “Laporan Survei Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Gunung Kapur, Kabupaten Karang Anyar-Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan – Jawa Timur”, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia. (Unpubl. Report)
(4)
Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan daerah panas bumi G.Kapur
Gambar 2. Peta Geologi Regional
(5)
Gambar 3. Peta Anomali Sisa daerah panas bumi G.Kapur
Gambar 4. Peta Anomali Magnet Total daerah panas bumi G.Kapur
740000 742000 744000 746000 748000 750000 752000 754000 756000
RK1 RK3 RK5 RK7 RK9 RK11 RK13 RK15 RK17 RK19 RK21 RK23 RK25 RK27 RK29 RK31 RK33 RK35 RK37 RK39 RK41 RK43 RK45 RK47 RK49 RK51 RK53 RK55 RK57 RK59 RK61 RK63 RK65 RK67 RK69 RK71 RK73 G9000 G8500 G8000 G7500 G7000 G6500 G6000 G5500 G5000 G4500 G4000 G3500 G3000 G2500 G2250 F2250F2750F3250
F3750F4250 F4750F5250 F5750F6250 F6750F7250 F7750F8250 F8750 E8000E8500 E9000 E7500 E7000 E6500 E6000 E5500 E5000 E4500 E4000 E3500 E3000 E2500 E2000 D8500D9000 D7750 D7250 D6750 D6250 D5750 D5250 D4750 D4250 D3750 D3250 D2750 D2250 C8000C8500 C9000 C7500 C7000 C6500 C6000 C5500 C5000 C4500 C4000 C3500 C3000 C2500 C2000 A9750 A9250 A8750 A8250 A7750 A7250 A6750 A6250 A5750 A5250 A4750 A4250 A3750 A3250 A2000 A2500 B8750 B8500 B8000 B7500 B7000 B6500 B6000 B5550 B5250 B4500 B4000 B3500 B3000 B2500 B2000 A11750 A11300 A10750 A10250 RK80 RK82 RK76 AP AP SUNGAIKERING Sungai Asam
BT. BARUNG LOLO G. Terembun G. Kerinci G. Kapur 2,375 2,125 2,250 1,125 9790000 9792000 9794000 9796000 9798000 9800000 9802000 9804000 9806000 9808000 9810000
PETA ANOMALI SISA DENSITAS = 2.63 GR/CM3 DAERAH PANAS BUMI GUNUNG KAPUR
KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
Mata airpanas
Kontur gayaberat selang 1 mgal
Sungai Jalan
Kampung
Titik ukur gaya berat
KETERANGAN
U
M Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM 47S
0 10002000 3000
-7.5 -6.5 -5.5 -4.5 -3.5 -2.5 -1.5 -0.5 0.5 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 mgal A A B F1 F2 F3 F4 200 200 200 200
(6)
‘
Gambar 5. Peta Anomali Magnet Upward Continuation 250 m
Gambar 6. Penampang Tahanan jenis sebenarnya Lintasan A