36.SURVEI TERPADU DAERAH PANAS BUMI KEPAHIANG
SURVEI TERPADU DAERAH PANAS BUMI KEPAHIANG
KABUPATEN KEPAHIANG, BENGKULU
Oleh:
Asep Sugianto dan Mochamad Nur Hadi
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi
SARI
Daerah panas bumi Kepahiang secara tektonik berada pada busur magmatik yang
terletak di sebelah barat Pulau Sumatera. Indikasi panas bumi di daerah ini dicirikan dengan
munculnya mata air panas dengan temperatur antara 36-94oC dan solfatara, fumarol, dan
batuan alterasi dengan temperatur 94-360oC. Pada tahun 2010, di daerah ini telah dilakukan
penyelidikan terpadu meliputi geologi, geokimia, dan geofisika (gaya berat, magnetik, dan
tahanan jenis DC) dan survei magnetotellurik pada tahun 2011.
Secara umum, batuan di daerah ini didominasi oleh batuan vulkanik produk dari Bukit
Itam dan Bukit Kaba. Produk termuda berupa lava basalt Gunung Kaba Muda yang
diperkirakan berumur 500.000 tahun yang lalu. Pembentukan komplek Gunung Kaba sangat
dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang umumnya berarah baratlaut-tenggara dan berkaitan
dengan sesar Sumatera. Fluida panas bumi sangat dipengaruhi oleh air permukaan dengan
zona upflow di sekitar Air Sempiang dan mengalir ke sekitar Babakan Bogor. Temperatur
reservoir berdasarkan pengukuran geotermometer gas pada fumarol Air Sempiang sekitar
250oC dan menunjukkan entalpi tinggi.
Data gaya berat dan geomagnet memperlihatkan adanya sebaran anomali rendah di
sekitar mata air panas Air Sempiang yang diperkirakan berasosiasi dengan zona
demagnetisasi batuan (batuan ubahan). Data tahanan jenis DC dan MT juga
memperlihatkan adanya sebaran nilai tahanan jenis rendah di sekitar mata air panas Air
Sempiang yang melebar ke arah baratdaya (mata air panas Babakan Bogor) yang
mengindikasikan adanya zona ubahan. Dari pemodelan MT terlihat bahwa tahanan jenis
rendah yang diinterpretasikan sebagai batuan penudung (berupa batuan ubahan argilikargilik lanjut) tersebar dari mulai dekat permukaan tanah hingga kedalaman sekitar 2500
meter dengan ketebalan antara 1500 meter hingga 2000 meter. Reservoir panas bumi
diperkirakan berada dibawahnya, dimana puncaknya terletak di sebelah baratdaya mata air
panas Sempiang dengan kedalaman sekitar 1750 meter.
Berdasarkan hasil kompilasi data geologi, geokimia, dan geofisika daerah prospek
panas bumi diperkirakan berada di sekitar Air Sempiang dan melebar ke arah Babakan
Bogor dengan luas sekitar 32 km2. Estimasi potensi energi panas bumi di daerah ini sekitar
180 MWe dan termasuk pada kelas cadangan terduga.
Kata Kunci: Kepahiang, Bengkulu, panas bumi
PENDAHULUAN
Pulau Sumatera merupakan salah satu
pulau di Indonesia yang memiliki banyak
lokasi panas bumi yakni sekitar 86 lokasi
(Sumber: Peta Sebaran Daerah Panas
Bumi, 2010). Salah satu diantaranya adalah
daerah panas bumi Kepahiang yang secara
administratif
berada
di
Kabupaten
Kepahiang, Provinsi Bengkulu (Gambar 1).
Daerah panas bumi ini dapat ditempuh dari
Bengkulu menggunakan roda empat dengan
waktu tempuh sekitar 3 jam.
Untuk mengetahui potensi panas bumi
yang terkandung di daerah ini, maka Badan
Geologi melalui Pusat Sumber Daya Geologi
telah melakukan survei terpadu panas bumi
meliputi geologi, geokimia, dan geofisika
(gaya berat, magnetik, tahanan jenis DC,
dan magnetotellurik) pada tahun 2010 dan
awal tahun 2011. Hasil dari survei ini
memberikan gambaran mengenai sistem
panas bumi di daerah Kepahiang yang
meliputi lokasi daerah prospek dan estimasi
potensi energi panas bumi yang terkandung
didalamnya.
GEOLOGI
Lokasi Gunung Kaba berada pada
busur magmatik jalur Sumatera sejajar
dengan arah sesar Sumatera. Berdasarkan
data regional daerah penyelidikan diapit oleh
dua cekungan, yaitu cekungan Sumatera
Selatan dan cekungan Bengkulu yang
didominasi oleh batuan sedimen berumur
Tersier. Mengacu pada data tersebut maka
diperkirakan batuan dasar di daerah
penyelidikan merupakan batuan sedimen.
Secara
garis
besar
Komplek
Gunungapi Kaba terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu produk erupsi Kaba Tua dan produk
erupsi Kaba Muda yang dikelilingi oleh
produk gunung api lain, seperti Bukit Lumut
di barat laut, Taba Penanjung di barat daya
dan Bukit Malintang di tenggaranya. Catatan
sejarah menyatakan bahwa umur dari
masing – masing produk vulkanik adalah
Kuarter Awal, sampai saat ini Gunung Kaba
masih menunjukkan aktivitas vulkanik dan
kegempaan (Gambar 2).
Gunung Kaba memiliki ketinggian
hingga 1952 mdpl dengan bentuk kerucut
terpancung dengan struktur stratovulkano
yang ditandai oleh perselingan antara lava
dan piroklastik yang cukup tebal. Status saat
ini diklasifikasikan sebagai gunungapi aktif
tipe A.
Sejarah pembentukan Gunung Kaba
diawali pada Kuarter Awal, berupa erupsi
yang bersifat eksplosif yang menghasilkan
produk lava Kaba Tua I hingga III dan produk
piroklastik aliran maupun jatuhan. Seiring
dengan aktivitas tektonik yang berkembang
di daerah Sumatera pada Kala tersebut, di
daerah Gunung Kaba mengalami letusan
hebat yang membentuk rim kaldera seperti
yang ditunjukkan pada peta di bagian barat
dan timur Komplek Kaba. Data tersebut
didukung dengan ditemukannya pumis dan
skorea berukuran bom hingga lapili di
daerah Kampung Bogor dan sekitarnya.
Pelamparan skoria dalam jumlah yang luas
juga mendukung akan terbentuknya letusan
kuat dengan volume piroklastik yang cukup
besar.
Setelah terjadi letusan besar yang
membentuk pola rim kaldera terjadi
kekosongan dan rekahan yang cukup
intensif. Sesar – sesar yang berarah barat
laut – tenggara seperti sesar Kaba dan sesar
Sempiang memfasilitasi terjadinya erupsi
magmatik berikutnya dari mulai produk Bukit
Itam, Bukit 1960, Biring, Salojuang dan
Gunung Kaba yang berarah hampir barat –
timur (63°) sesuai dengan arah sesar Itam.
Masing masing produk tersebut berada di
dalam rim kaldera Komplek Kaba sedangkan
sesar Bandung Baru yang berkembang pada
tubuh Kaba bagian selatan memfasilitasi
munculnya kerucut – kerucut sinder seperti
yang dijumpai di daerah Kepahiang Indah.
Catatan erupsi terakhir yang diperoleh
dari data Direktorat Vulkanologi menyatakan
bahwa pada tahun 1951 terjadi letusan yang
menghasilkan kawah Volgesang di sisi timur
Komplek Kaba. Tahun 2002 terjadi letusan
abu dan hidrotermal erupsi di Kawah Kaba
Besar. Sampai saat ini tidak ditemukan
adanya pembentukan lava baru sebagai ciri
dari aktivitas magmatik, tapi masih terjadi
letusan – letusan hidrotermal kecil di Kawah
Kaba Besar. Hal tersebut mencerminkan
telah terbentuknya sistem hidrotermal di
kawasan tersebut.
MANIFESTASI PANAS BUMI
Manifestasi panas bumi permukaan di
daerah Kepahiang muncul berupa mata air
panas, solfatara, fumarol, dan batuan
alterasi. Mata air panas muncul di beberapa
tempat diantaranya: mata air panas Air
Sempiang berada di sekitar Bukit Itam
dengan temparatur 94,1oC, kelompok mata
air panas Babakan Bogor berada di kaki
sebelah baratdaya Gunung Kaba dengan
temperatur antara 30,1-41,3oC, dan mata air
panas Suban dan Mata air panas Tegal Rejo
yang berada di baratlaut kaki Gunung Kaba
dengan temperatur antara 47,5-51,8oC.
Fumarol dan solfara ditemukan di sekitar
puncak Gunung Kaba (temperatur 96-360oC)
dan Air Sempiang dengan temperatur 96,1oC
(Gambar 3).
GEOKIMIA
Hasil analisis kimia air menunjukkan
mata air panas kelompok kawah G. Kaba
dan Air Sempiang bertipe asam sulfat,
sedangkan mata air panas lainnya yang
berada pada elevasi lebih rendah yaitu air
panas Babakan Bogor-1, Babakan Bogor-2,
Sindang Jati, Suban, Tempel Rejo , dan
Bayung, bertipe bikarbonat (Gambar 4.a).
Pada diagram segitiga Na-K-Mg (Gambar
4.b) menunjukkan bahwa semua mata air
panas terletak pada zona immature water.
Hal tersebut mengindikasikan tingginya
pengaruh air permukaan pada pembentukan
mata air panas tersebut. Berdasarkan
diagram segitiga Cl, Li, B (gambar 4.c) posisi
semua mata air panas cenderung ke arah
Cl-B, sedangkan air panas Babakan Bogor-1
dan Babakan Bogor-2 ada kecenderungn
kearah zona tengah diagram ada indikasi air
panas berinteraksi dengan sistem vulkanik
sebelum mencapai permukaan.
Konsentrasi Isotop 18O dan 2H (D) lima
sampel air (air panas Sempiang, air panas
Babakan Bogor-1, air panas Suban, air
panas Bayung, dan air dingin Babakan
Bogor) mempunyai nilai δ18O antara –8,78
o
/oo hingga –7,73 o/oo dan nilai δD antara –
57,2 o/oo sampai –53,5 o/oo. Grafik δD
terhadap δ18O, dengan garis air meteorik δD
= 8δ18O +14 (Gambar 4.d) memperlihatkan
bahwa semua mata air panas dan mata air
dingin berada pada posisi di sebelah kanan
yang menjauhi garis air meteoric. Hal ini
mengindikasikan bahwa pembentukan mata
air panas berhubungan dengan proses
interaksi fluida panas dengan batuan
reservoir
sehingga
menyebabkan
pengkayaan 18O.
Data gas dari Fumarol Sempiang
memperlihatkan terdeteksinya kandungan
gas (dalam satuan % mol) CO2 (4,1267), SO2
(0,1302), H2S(0,1771), H2(0,0300), Ar
(0,0021), N2(0,1024), dan NH3(0,1922) dan
H2O (94,2149). Sedangkan data gas dari
fumarol Kawah Kaba menunjukkan tidak
terdeteksinya gas H2S. Hal ini kemungkinan
terjadi karena tingginya temperatur fumarol
Kawah Kaba, sehingga gas H2S teroksidasi
menjadi gas SO2. Konsentrasi CH4 yang
rendah pada fumarol Kawah Kaba
mengindikasikan daerah Kepahiang berada
pada lingkungan vulkanik dengan temperatur
tinggi.
Perkiraan geotermometer dilakukan
dengan menggunakan grid CO2/Ar-H2/Ar
(Giggenbach, 1987 dan Arnorsson, 1985).
Hasil pengeplotan pada grid tersebut
memperlihatkan gas dari Fumarol Sempiang
terletak pada zona garis temperatur 250oC
(Gambar 5).
Konsentrasi Hg tanah setelah dikoreksi
oleh nilai konsentrasi H2O-, bervariasi dari 5
ppb hingga 2915 ppb. Variasi Hg tanah
memberikan nilai background 147 ppb, nilai
treshold 208 ppb, dan nilai rata-rata 86 ppb.
Peta distribusi nilai Hg tanah (gambar 6)
memperlihatkan anomali relatif tinggi lebih
dari 200 ppb
terletak di sekitar
fumarol/solfatara Kawah G. Kaba, Fumarol
Sempiang, dan daerah Babakan Bogor.
Anomali Hg tinggi ini membentuk kelurusan
berarah baratdaya-timurlaut. Anomali Hg
rendah kurang dari 200 ppb tersebar
mendominasi daerah survei.
GAYA BERAT
Anomali
Bouguer
(Gambar
7)
memperlihatkan
pola
anomali
yang
cenderung semakin tinggi ke arah baratdaya
dan tenggara. Pola ini juga membentuk
lineasi yang berarah baratdaya-timurlaut dan
hamper utara-selatan.
Anomali
residual
(Gambar
8)
memperlihatkan pola anomali yang hampir
sama dengan anomali Bouguer, dimana
anomali rendah (8 mGal)
tersebar di bagian ujung baratdaya. Anomali
rendah ini ditafsirkan sebagai respon batuan
yang didominasi oleh batuan lava tua,
andesit, breksi gunungapi, aliran piroklastik
dan jatuhan piroklastik G.Kaba yang telah
mengalami pelapukan serta ubahan akibat
proses hidrotermal. Anomali tinggi ditafsirkan
sebagai respon dari batuan dasit yang masih
kompak dan masif. Di bagian utara sekitar
air panas Air Sempiang didominasi oleh
anomali residual dengan nilai antara -1 mGal
sampai dengan 8 mGal yang diduga
merupakan respon dari batuan andesit dan
aliran piroklastik yang telah mengalami
pelapukan.
Secara umum lineasi anomali residual
didominasi oleh kelurusan-kelurusan berarah
baratdaya-timurlaut dan baratlaut-tenggara.
Struktur yang mengontrol kemunculan mata
air panas di daerah Air Sempiang
diperkirakan struktur yang berarah baratlauttenggara yang merupakan antitetik dari
Sesar Besar Sumatera. Sedangkan mata air
panas Babakan Bogor diperkirakan dikontrol
oleh sesar Besar Sumatera.
MAGNETIK
Nilai magnet di daerah panas bumi
Kepahiang berkisar sekitar -500 nT sampai
dengan 800 nT. Secara umum nilai magnet
semakin tinggi ke arah selatan dan
baratdaya dan semakin rendah ke arah utara
dan timurlaut (Gambar 9).
Anomali magnet tinggi di bagian
selatan
dan
baratdaya
diperkirakan
merupakan respon batuan andesit-basaltis
yang berumur lebih tua (Miosen) dan lava
dari Gunung Malintang yang bersifat
magnetis. Anomali magnet rendah yang
menutupi sebagian besar bagian utara,
tengah dan timur laut daerah penyelidikan
diperkirakan respon batuan vulkanik yang
telah mengalami pelapukan dan/atau
terubahkan.
Pada peta ini terlihat ada beberapa
lineasi kontur magnet yang mengindikasikan
struktur geologi berupa sesar. Lineasi
pertama berada di sebalah utara yang
menggambarkan seperti adanya struktur
kadera Gunung Kaba. Lineasi berikutnya
berarah baratdaya-timurlaut, utara-selatan
dan baratlaut-tenggara.
TAHANAN JENIS DC
Secara umum, sebaran nilai tahanan
jenis semu memperlihatkan pola anomali
tinggi di sebelah utara dan merendah ke
arah selatan dan tenggara. Tahanan jenis
semu tinggi ini cenderung hanya terlihat di
dekat permukaan (bentangan AB/2 250
meter). Semakin kedalam, tahanan jenis
semu ini terlihat semakin merendah,
terutama di sekitar mata air panas Air
Sempiang. Tahanan jenis semu rendah yang
berada di sekitar mata air panas ini
diinterpretasikan sebagai respon dari batuan
ubahan yang diperkirakan merupakan
bagian dari batuan penudung pada sistem
panas bumi di daerah ini. Tahanan jenis
semu rendah yang berada di sebelah
setalan diinterpretasikan batuan dengan
tahanan jenis rendah produk Gunung
Malintang dan diperkirakan berasosiasi
dengan zona mineralisasi (Gambar 10).
Hasil pemodelan tahanan jenis DC 1-D
yang dibuat penampang berarah utaraselatan memperlihatkan adanya tiga lapisan
batuan. Lapisan pertama memiliki nilai
tahanan jenis lebih dari 300 Ohm-m dengan
ketebalan antara 1 meter hingga 25 meter.
Lapisan ini ditafsirkan sebagai lapisan
penutup yang tersusun dari lapukan batuan
dan tanah penutup. Lapisan kedua berada di
bawah lapisan pertama dengan nilai tahanan
jenis antara 100 Ohm-m hingga 300 Ohm-m
dan memiliki tebal antara 25 meter hingga
400 meter. Lapisan kedua ini ditafsirkan
sebagai batuan piroklastik. Lapisan ketiga
berada di bagian paling bawah dengan nilai
tahanan jenis kurang dari 100 Ohm-m dan
ditafsirkan sebagai lava yang teralterasi kuat
dan/atau batuan sedimen tua (Gambar 11).
MAGNETOTELLURIK
Peta tahanan jenis hasil survei MT
diperlihatkan oleh Gambar. Sebaran tahanan
jenis cenderung memperlihatkan pola
kelurusan
berarah
baratdaya-timurlaut,
dimana di bagian tengah didominasi oleh
tahanan jenis rendah (
KABUPATEN KEPAHIANG, BENGKULU
Oleh:
Asep Sugianto dan Mochamad Nur Hadi
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi
SARI
Daerah panas bumi Kepahiang secara tektonik berada pada busur magmatik yang
terletak di sebelah barat Pulau Sumatera. Indikasi panas bumi di daerah ini dicirikan dengan
munculnya mata air panas dengan temperatur antara 36-94oC dan solfatara, fumarol, dan
batuan alterasi dengan temperatur 94-360oC. Pada tahun 2010, di daerah ini telah dilakukan
penyelidikan terpadu meliputi geologi, geokimia, dan geofisika (gaya berat, magnetik, dan
tahanan jenis DC) dan survei magnetotellurik pada tahun 2011.
Secara umum, batuan di daerah ini didominasi oleh batuan vulkanik produk dari Bukit
Itam dan Bukit Kaba. Produk termuda berupa lava basalt Gunung Kaba Muda yang
diperkirakan berumur 500.000 tahun yang lalu. Pembentukan komplek Gunung Kaba sangat
dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang umumnya berarah baratlaut-tenggara dan berkaitan
dengan sesar Sumatera. Fluida panas bumi sangat dipengaruhi oleh air permukaan dengan
zona upflow di sekitar Air Sempiang dan mengalir ke sekitar Babakan Bogor. Temperatur
reservoir berdasarkan pengukuran geotermometer gas pada fumarol Air Sempiang sekitar
250oC dan menunjukkan entalpi tinggi.
Data gaya berat dan geomagnet memperlihatkan adanya sebaran anomali rendah di
sekitar mata air panas Air Sempiang yang diperkirakan berasosiasi dengan zona
demagnetisasi batuan (batuan ubahan). Data tahanan jenis DC dan MT juga
memperlihatkan adanya sebaran nilai tahanan jenis rendah di sekitar mata air panas Air
Sempiang yang melebar ke arah baratdaya (mata air panas Babakan Bogor) yang
mengindikasikan adanya zona ubahan. Dari pemodelan MT terlihat bahwa tahanan jenis
rendah yang diinterpretasikan sebagai batuan penudung (berupa batuan ubahan argilikargilik lanjut) tersebar dari mulai dekat permukaan tanah hingga kedalaman sekitar 2500
meter dengan ketebalan antara 1500 meter hingga 2000 meter. Reservoir panas bumi
diperkirakan berada dibawahnya, dimana puncaknya terletak di sebelah baratdaya mata air
panas Sempiang dengan kedalaman sekitar 1750 meter.
Berdasarkan hasil kompilasi data geologi, geokimia, dan geofisika daerah prospek
panas bumi diperkirakan berada di sekitar Air Sempiang dan melebar ke arah Babakan
Bogor dengan luas sekitar 32 km2. Estimasi potensi energi panas bumi di daerah ini sekitar
180 MWe dan termasuk pada kelas cadangan terduga.
Kata Kunci: Kepahiang, Bengkulu, panas bumi
PENDAHULUAN
Pulau Sumatera merupakan salah satu
pulau di Indonesia yang memiliki banyak
lokasi panas bumi yakni sekitar 86 lokasi
(Sumber: Peta Sebaran Daerah Panas
Bumi, 2010). Salah satu diantaranya adalah
daerah panas bumi Kepahiang yang secara
administratif
berada
di
Kabupaten
Kepahiang, Provinsi Bengkulu (Gambar 1).
Daerah panas bumi ini dapat ditempuh dari
Bengkulu menggunakan roda empat dengan
waktu tempuh sekitar 3 jam.
Untuk mengetahui potensi panas bumi
yang terkandung di daerah ini, maka Badan
Geologi melalui Pusat Sumber Daya Geologi
telah melakukan survei terpadu panas bumi
meliputi geologi, geokimia, dan geofisika
(gaya berat, magnetik, tahanan jenis DC,
dan magnetotellurik) pada tahun 2010 dan
awal tahun 2011. Hasil dari survei ini
memberikan gambaran mengenai sistem
panas bumi di daerah Kepahiang yang
meliputi lokasi daerah prospek dan estimasi
potensi energi panas bumi yang terkandung
didalamnya.
GEOLOGI
Lokasi Gunung Kaba berada pada
busur magmatik jalur Sumatera sejajar
dengan arah sesar Sumatera. Berdasarkan
data regional daerah penyelidikan diapit oleh
dua cekungan, yaitu cekungan Sumatera
Selatan dan cekungan Bengkulu yang
didominasi oleh batuan sedimen berumur
Tersier. Mengacu pada data tersebut maka
diperkirakan batuan dasar di daerah
penyelidikan merupakan batuan sedimen.
Secara
garis
besar
Komplek
Gunungapi Kaba terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu produk erupsi Kaba Tua dan produk
erupsi Kaba Muda yang dikelilingi oleh
produk gunung api lain, seperti Bukit Lumut
di barat laut, Taba Penanjung di barat daya
dan Bukit Malintang di tenggaranya. Catatan
sejarah menyatakan bahwa umur dari
masing – masing produk vulkanik adalah
Kuarter Awal, sampai saat ini Gunung Kaba
masih menunjukkan aktivitas vulkanik dan
kegempaan (Gambar 2).
Gunung Kaba memiliki ketinggian
hingga 1952 mdpl dengan bentuk kerucut
terpancung dengan struktur stratovulkano
yang ditandai oleh perselingan antara lava
dan piroklastik yang cukup tebal. Status saat
ini diklasifikasikan sebagai gunungapi aktif
tipe A.
Sejarah pembentukan Gunung Kaba
diawali pada Kuarter Awal, berupa erupsi
yang bersifat eksplosif yang menghasilkan
produk lava Kaba Tua I hingga III dan produk
piroklastik aliran maupun jatuhan. Seiring
dengan aktivitas tektonik yang berkembang
di daerah Sumatera pada Kala tersebut, di
daerah Gunung Kaba mengalami letusan
hebat yang membentuk rim kaldera seperti
yang ditunjukkan pada peta di bagian barat
dan timur Komplek Kaba. Data tersebut
didukung dengan ditemukannya pumis dan
skorea berukuran bom hingga lapili di
daerah Kampung Bogor dan sekitarnya.
Pelamparan skoria dalam jumlah yang luas
juga mendukung akan terbentuknya letusan
kuat dengan volume piroklastik yang cukup
besar.
Setelah terjadi letusan besar yang
membentuk pola rim kaldera terjadi
kekosongan dan rekahan yang cukup
intensif. Sesar – sesar yang berarah barat
laut – tenggara seperti sesar Kaba dan sesar
Sempiang memfasilitasi terjadinya erupsi
magmatik berikutnya dari mulai produk Bukit
Itam, Bukit 1960, Biring, Salojuang dan
Gunung Kaba yang berarah hampir barat –
timur (63°) sesuai dengan arah sesar Itam.
Masing masing produk tersebut berada di
dalam rim kaldera Komplek Kaba sedangkan
sesar Bandung Baru yang berkembang pada
tubuh Kaba bagian selatan memfasilitasi
munculnya kerucut – kerucut sinder seperti
yang dijumpai di daerah Kepahiang Indah.
Catatan erupsi terakhir yang diperoleh
dari data Direktorat Vulkanologi menyatakan
bahwa pada tahun 1951 terjadi letusan yang
menghasilkan kawah Volgesang di sisi timur
Komplek Kaba. Tahun 2002 terjadi letusan
abu dan hidrotermal erupsi di Kawah Kaba
Besar. Sampai saat ini tidak ditemukan
adanya pembentukan lava baru sebagai ciri
dari aktivitas magmatik, tapi masih terjadi
letusan – letusan hidrotermal kecil di Kawah
Kaba Besar. Hal tersebut mencerminkan
telah terbentuknya sistem hidrotermal di
kawasan tersebut.
MANIFESTASI PANAS BUMI
Manifestasi panas bumi permukaan di
daerah Kepahiang muncul berupa mata air
panas, solfatara, fumarol, dan batuan
alterasi. Mata air panas muncul di beberapa
tempat diantaranya: mata air panas Air
Sempiang berada di sekitar Bukit Itam
dengan temparatur 94,1oC, kelompok mata
air panas Babakan Bogor berada di kaki
sebelah baratdaya Gunung Kaba dengan
temperatur antara 30,1-41,3oC, dan mata air
panas Suban dan Mata air panas Tegal Rejo
yang berada di baratlaut kaki Gunung Kaba
dengan temperatur antara 47,5-51,8oC.
Fumarol dan solfara ditemukan di sekitar
puncak Gunung Kaba (temperatur 96-360oC)
dan Air Sempiang dengan temperatur 96,1oC
(Gambar 3).
GEOKIMIA
Hasil analisis kimia air menunjukkan
mata air panas kelompok kawah G. Kaba
dan Air Sempiang bertipe asam sulfat,
sedangkan mata air panas lainnya yang
berada pada elevasi lebih rendah yaitu air
panas Babakan Bogor-1, Babakan Bogor-2,
Sindang Jati, Suban, Tempel Rejo , dan
Bayung, bertipe bikarbonat (Gambar 4.a).
Pada diagram segitiga Na-K-Mg (Gambar
4.b) menunjukkan bahwa semua mata air
panas terletak pada zona immature water.
Hal tersebut mengindikasikan tingginya
pengaruh air permukaan pada pembentukan
mata air panas tersebut. Berdasarkan
diagram segitiga Cl, Li, B (gambar 4.c) posisi
semua mata air panas cenderung ke arah
Cl-B, sedangkan air panas Babakan Bogor-1
dan Babakan Bogor-2 ada kecenderungn
kearah zona tengah diagram ada indikasi air
panas berinteraksi dengan sistem vulkanik
sebelum mencapai permukaan.
Konsentrasi Isotop 18O dan 2H (D) lima
sampel air (air panas Sempiang, air panas
Babakan Bogor-1, air panas Suban, air
panas Bayung, dan air dingin Babakan
Bogor) mempunyai nilai δ18O antara –8,78
o
/oo hingga –7,73 o/oo dan nilai δD antara –
57,2 o/oo sampai –53,5 o/oo. Grafik δD
terhadap δ18O, dengan garis air meteorik δD
= 8δ18O +14 (Gambar 4.d) memperlihatkan
bahwa semua mata air panas dan mata air
dingin berada pada posisi di sebelah kanan
yang menjauhi garis air meteoric. Hal ini
mengindikasikan bahwa pembentukan mata
air panas berhubungan dengan proses
interaksi fluida panas dengan batuan
reservoir
sehingga
menyebabkan
pengkayaan 18O.
Data gas dari Fumarol Sempiang
memperlihatkan terdeteksinya kandungan
gas (dalam satuan % mol) CO2 (4,1267), SO2
(0,1302), H2S(0,1771), H2(0,0300), Ar
(0,0021), N2(0,1024), dan NH3(0,1922) dan
H2O (94,2149). Sedangkan data gas dari
fumarol Kawah Kaba menunjukkan tidak
terdeteksinya gas H2S. Hal ini kemungkinan
terjadi karena tingginya temperatur fumarol
Kawah Kaba, sehingga gas H2S teroksidasi
menjadi gas SO2. Konsentrasi CH4 yang
rendah pada fumarol Kawah Kaba
mengindikasikan daerah Kepahiang berada
pada lingkungan vulkanik dengan temperatur
tinggi.
Perkiraan geotermometer dilakukan
dengan menggunakan grid CO2/Ar-H2/Ar
(Giggenbach, 1987 dan Arnorsson, 1985).
Hasil pengeplotan pada grid tersebut
memperlihatkan gas dari Fumarol Sempiang
terletak pada zona garis temperatur 250oC
(Gambar 5).
Konsentrasi Hg tanah setelah dikoreksi
oleh nilai konsentrasi H2O-, bervariasi dari 5
ppb hingga 2915 ppb. Variasi Hg tanah
memberikan nilai background 147 ppb, nilai
treshold 208 ppb, dan nilai rata-rata 86 ppb.
Peta distribusi nilai Hg tanah (gambar 6)
memperlihatkan anomali relatif tinggi lebih
dari 200 ppb
terletak di sekitar
fumarol/solfatara Kawah G. Kaba, Fumarol
Sempiang, dan daerah Babakan Bogor.
Anomali Hg tinggi ini membentuk kelurusan
berarah baratdaya-timurlaut. Anomali Hg
rendah kurang dari 200 ppb tersebar
mendominasi daerah survei.
GAYA BERAT
Anomali
Bouguer
(Gambar
7)
memperlihatkan
pola
anomali
yang
cenderung semakin tinggi ke arah baratdaya
dan tenggara. Pola ini juga membentuk
lineasi yang berarah baratdaya-timurlaut dan
hamper utara-selatan.
Anomali
residual
(Gambar
8)
memperlihatkan pola anomali yang hampir
sama dengan anomali Bouguer, dimana
anomali rendah (8 mGal)
tersebar di bagian ujung baratdaya. Anomali
rendah ini ditafsirkan sebagai respon batuan
yang didominasi oleh batuan lava tua,
andesit, breksi gunungapi, aliran piroklastik
dan jatuhan piroklastik G.Kaba yang telah
mengalami pelapukan serta ubahan akibat
proses hidrotermal. Anomali tinggi ditafsirkan
sebagai respon dari batuan dasit yang masih
kompak dan masif. Di bagian utara sekitar
air panas Air Sempiang didominasi oleh
anomali residual dengan nilai antara -1 mGal
sampai dengan 8 mGal yang diduga
merupakan respon dari batuan andesit dan
aliran piroklastik yang telah mengalami
pelapukan.
Secara umum lineasi anomali residual
didominasi oleh kelurusan-kelurusan berarah
baratdaya-timurlaut dan baratlaut-tenggara.
Struktur yang mengontrol kemunculan mata
air panas di daerah Air Sempiang
diperkirakan struktur yang berarah baratlauttenggara yang merupakan antitetik dari
Sesar Besar Sumatera. Sedangkan mata air
panas Babakan Bogor diperkirakan dikontrol
oleh sesar Besar Sumatera.
MAGNETIK
Nilai magnet di daerah panas bumi
Kepahiang berkisar sekitar -500 nT sampai
dengan 800 nT. Secara umum nilai magnet
semakin tinggi ke arah selatan dan
baratdaya dan semakin rendah ke arah utara
dan timurlaut (Gambar 9).
Anomali magnet tinggi di bagian
selatan
dan
baratdaya
diperkirakan
merupakan respon batuan andesit-basaltis
yang berumur lebih tua (Miosen) dan lava
dari Gunung Malintang yang bersifat
magnetis. Anomali magnet rendah yang
menutupi sebagian besar bagian utara,
tengah dan timur laut daerah penyelidikan
diperkirakan respon batuan vulkanik yang
telah mengalami pelapukan dan/atau
terubahkan.
Pada peta ini terlihat ada beberapa
lineasi kontur magnet yang mengindikasikan
struktur geologi berupa sesar. Lineasi
pertama berada di sebalah utara yang
menggambarkan seperti adanya struktur
kadera Gunung Kaba. Lineasi berikutnya
berarah baratdaya-timurlaut, utara-selatan
dan baratlaut-tenggara.
TAHANAN JENIS DC
Secara umum, sebaran nilai tahanan
jenis semu memperlihatkan pola anomali
tinggi di sebelah utara dan merendah ke
arah selatan dan tenggara. Tahanan jenis
semu tinggi ini cenderung hanya terlihat di
dekat permukaan (bentangan AB/2 250
meter). Semakin kedalam, tahanan jenis
semu ini terlihat semakin merendah,
terutama di sekitar mata air panas Air
Sempiang. Tahanan jenis semu rendah yang
berada di sekitar mata air panas ini
diinterpretasikan sebagai respon dari batuan
ubahan yang diperkirakan merupakan
bagian dari batuan penudung pada sistem
panas bumi di daerah ini. Tahanan jenis
semu rendah yang berada di sebelah
setalan diinterpretasikan batuan dengan
tahanan jenis rendah produk Gunung
Malintang dan diperkirakan berasosiasi
dengan zona mineralisasi (Gambar 10).
Hasil pemodelan tahanan jenis DC 1-D
yang dibuat penampang berarah utaraselatan memperlihatkan adanya tiga lapisan
batuan. Lapisan pertama memiliki nilai
tahanan jenis lebih dari 300 Ohm-m dengan
ketebalan antara 1 meter hingga 25 meter.
Lapisan ini ditafsirkan sebagai lapisan
penutup yang tersusun dari lapukan batuan
dan tanah penutup. Lapisan kedua berada di
bawah lapisan pertama dengan nilai tahanan
jenis antara 100 Ohm-m hingga 300 Ohm-m
dan memiliki tebal antara 25 meter hingga
400 meter. Lapisan kedua ini ditafsirkan
sebagai batuan piroklastik. Lapisan ketiga
berada di bagian paling bawah dengan nilai
tahanan jenis kurang dari 100 Ohm-m dan
ditafsirkan sebagai lava yang teralterasi kuat
dan/atau batuan sedimen tua (Gambar 11).
MAGNETOTELLURIK
Peta tahanan jenis hasil survei MT
diperlihatkan oleh Gambar. Sebaran tahanan
jenis cenderung memperlihatkan pola
kelurusan
berarah
baratdaya-timurlaut,
dimana di bagian tengah didominasi oleh
tahanan jenis rendah (