16 kewirausahaan sebagai tonggak kemandirian bangsa

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI T฀NGGAK KEMANDIRIAN BANGSA

฀leh:
Tejo Nurseto, M.Pd
. 197403242001121001
฀leh:
Tejo Nurseto, M.Pd
NIP. 197403242001121001
[email protected]

FAKULTAS EK฀N฀MI
PENDIDIKAN EK฀N฀MI
Y฀GYAKARTA
2012


KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI T฀NGGAK KEMANDIRIAN BANGSA
Disampaikan ฀leh Tejo Nurseto, M.Pd
Dalam Forum Diskusi HIMA P. ADP
30 Maret 2012

[email protected]
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Tidak hanya karena lebih dari
setengah dari jumlah penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, namun
juga karena tanahnya subur. Lirik dalam lagu yang pernah dinyanyikan sebuah band
legendaris berbunyi “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu ditanam jadi
tanaman”. Lirik tersebut menggambarkan tentang kesuburan tanah Indonesia. Potensi
kesuburan tanah dan keaneka ragaman hayati Indonesia menjadi faktor penting bagi
pengembangan pertanian Indonesia, dan menjadi kenggulan komparatif Indonesia di
mata dunia. Sudah selayaknya Indonesia maju di kompetisi dunia karena
keunggulannya di sektor pertanian.
Pertanian merupakan salah satu sektor primer dalam pembangunan di
Indonesia. Soekarno pernah mengatakan, “Pertanian adalah hidup dan mati Bangsa
Indonesia”. Karena tanpa pertanian manusia tidak bisa makan, karena tanpa pertanian
tidak ada bahan baku industri, dan pertanian pun yang menjadi komoditas unggulan
dalam perdagangan ekspor impor Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memiliki
potensi dari segi jumlah penduduk. Menurut George tahun 2004, Indonesia menempati
peringkat ke empat untuk jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, Rusia,
dan India. Dari jumlah penduduk yang besar tersebut, hampir setengah penduduk
Indonesia bekerja di bidang pertanian. Suatu kewajaran jika Indonesia mendapat

julukan negara agraris.
Di sisi lain, Bangsa Indonesia juga memiliki permasalahan kependudukan.
Pada tahun 2008 diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia yang tergolong miskin
sebanyak 34,96 juta jiwa. Selain itu, jumlah pengangguran di Indonesia pun cukup
banyak. Tidak hanya pengangguran yang disebabkan karena kurangnya pendidikan
yang diterima, namun alumni sekolah atau perguruan tinggi juga menganggur atau
disebut pengangguran terdidik. Tercatat pada Februari 2009 diketahui kurang lebih ฀,฀
juta orang merupakan pengangguran terdidik. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan
tinggi tidak menjamin kesuksesan seseorang.
Dari hal tersebut, karakter wirausahawan dalam masyarakat Indonesia menjadi
sangat penting. Hal ini bertujuan untuk membangun mental masyarakat Indonesia
khususnya generasi muda agar tidak sekedar menjadi pencari kerja, tapi pencipta
lapangan pekerjaan. David Mclelland, seorang ilmuwan terkemuka dari Amerika
Serikat menyatakan bahwa suatu Negara dapat dikatakan makmur apabila memiliki
jumlah wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah populasi penduduknya. Pada
penjelasan sebelumnya tentang potensi dan urgensi dari sektor pertanian bagi bangsa
Indonesia, maka sebaiknya pengembangan kewirausahaan di masyarakat diarahkan ke
2

bidang pertanian yang merupakan kenggulan komparatif yang mengacu pada kearifan

lokal bangsa Indonesia.
Penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan dan sebagian
diantaranya adalah petani. Sensus penduduk pada tahun 2003, menunjukkan bahwa
sejak tahun ฀993 jumlah petani Indonesia mengalami peningkatan dari 20,8 juta
menjadi 25,4 juta rumah tangga, atau dengan laju petumbuhan rata-rata sebesar 2,2
persen. Dari pertambahan tersebut jumlah petani “gurem” (petani dengan luas lahan
kurang dari 0,5 hektar), bertambah dari ฀0,8 juta atau 52,7 persen dari jumlah total
rumah tangga petani, menjadi ฀3,7 juta pada tahun 2003 atau sekitar 56,5 persen
(Krisnamurthi, 2006).

PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN.
Sebelum istilah wirausaha sepopuler seperti sekarang ini, dulu sering kita
dengar istilah wiraswasta. Kata "wiraswasta" berasal dari Wira yang berarti utama,
gagah, berani, luhur, teladan atau pejuang. Swa berarti sendiri dan Sta berarti berdiri.
Jadi wiraswasta ฀entrepreneur) berarti pejuang yang utama, gagah, luhur, berani dan
layak menjadi teladan dalam bidang usaha dengan landasan berdiri diatas kaki sendiri
(http://www.pembelajar.com).
Definisi kewirausahaan memang banyak dibuat oleh para ahli, tetapi mereka
melihat dari perspektifnya masing-masing. Agar penegertian kewirausahaan dapat
diterapkan sesuai dengan lingkungan negara kita, maka telah disepakati definisi

sebagai berikut ini.
Kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai, dan prinsip
serta sikap, kuat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam
menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada
pelayanan terbaik kepada langganan dan piahak-pihak lain yang berkepentingan
termasuk masyarakat, bangsa dan negara.
KELEMAHAN WIRAUSAHA IND฀NESIA
Heidjrachman Ranu Pandojo menulis bahwa sifat-sifat kelemahan orang Kita
bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa pedoman, dan tanpa
orientasi yang tegas.
Lebih rinci kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
฀. Sifat mentalitet yang meremehkan mutu
2. Sifat mentalitet yang suka menerabas
3. Sifat tak percaya kepada diri sendiri
4. Sifat tak berdisiplin murni
5. Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
Sifat mentalitet seperti yang diungkapkan di atas sudah banyak kita saksikan
dalam praktik pembangunan di negara ini. SD Inpres yang roboh sebelum waktunya,
jalan dan jembatan yang kembali rusak hanya dalam beberapa waktu sesudah
3


diperbaiki, barang-barang yang kurang berfungsi dan sebagainya adalah cermin sifat
meremehkan mutu. Sikap ikut-ikutan dalam berinvestasi sehingga dalam waktu yang
relatif singkat suatu obyek akan sudah jenuh sehingga semuanya akan menderita rugi,
hal ini merupakan petunjuk betapa para kaum usahawan kurang mampu menemukan
dirinya sendiri dan lebih suka mengekor pendapat orang lain.
Disiplin yang murni juga sukar ditegakkan, kita ambil saja contoh pada waktu
ada kontrol semuanya berusaha baik, berusaha disiplin, tetapi sesudah tidak dikontrol
semuanya berjalan berantakan lagi, tidak ada disiplin lagi, tidak ada ketertiban lagi.
Akhirnya, banyak hal-hal yang berjalan secara tersendat-sendat hanya karena tidak ada
kesinambungan dalam penggarapannya yang disebabkan para pelaksana memiliki
pekerjaan yang berangkap-rangkap, ini adalah cermin sikap tidak bertanggung jawab
yang masih banyak menghinggapi bangsa kita.
Kelemahan bangsa kita banyak dibicarakan oleh para pakar, yang terletak pada
super strukturnya. Di dalam ekonomi pembangunan, ada 3 elemen penting yang
menunjang pembangunan yaitu infra struktur, struktur ekonomi, superstructure.
Infra struktur adalah prasarana yang tersedia, jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi,
alat transportasi, telepon dan sebagainya.
Struktur ekonomi adalah tersedianya faktor produksi dalam masyarakat, serta
tenaga manajemen yang berpandangan luas. Kemampuan mengadaptasi teknologi dan

juga tersedia pasar produksi.
Superstruktur atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat. Semangat
kerja ulet, tak kenal putus asa, tekun, jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya.
Bangsa Jepang dan Jerman berhasil dalam membangun negaranya setelah
Perang Dunia II, adalah karena merek unggul dalam superstructure ini. Bandingkan
dengan negara kita dengan segala kelemahannya, kurang bertanggung jawab, ingin
cepat kaya, mencuri, memalsukan dokumen-dokumen, cuci tangan, cepat puas, ingin
santai. Demikian pula bangsa kita apabila sudah memperoleh uang/gaji lumayan,
mereka cenderung memperbanyak waktu santai.
KEBUTUHAN AKAN WIRAUSAHA
Suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara
akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah
penduduknya. Jadi, jika negara kita berpenduduk 200 juta jiwa, maka
wirausahawannya harus lebih kurang sebanyak 4 juta. Katakanlah jika kita hitung
semua wirausahawan Indonesia mulai dari pedagang kecil sampai perusahaan besar
ada sebanyak 3 juta, tentu bagian terbesarnya adalah kelompok kecil-kecil yang belum
terjamin mutunya dan belum terjamin kelangsungan hidupnya (kontinuitasnya).
Siapa yang dapat digolongkan wirausahawan menurut J.A. Schumpeter adalah
seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai kenalurian untuk melihat benda
materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat,

kemampuan dan pikiran untuk menaklukkan cara berpikir lamban dam malas. Seorang
wirausahawan mempunyai peran untuk mencari kombinasi-kombinasi baru, yang
merupakan gabungan dari lima hal, yaitu:
4



Pengenalan barang dan jasa baru



Metode produksi baru



Sumber bahan mentah baru



Pasar-pasar baru dan




Organisasi industri baru

Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori
oleh wirausahawan yang telah berjumlah 2% tingkat sedang, berwirausaha kecil
sebanyak 20% dari jumlah penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan
negara Jepang. (Heidjrachman Ranu Pandojo).
Jika negara kita harus menyediakan 3 juta wirausahawan besar dan sedang,
maka kita masih harus mencetak 30 juta wirausahawan kecil. Ini adalah suatu peluang
besar yang menantang generasi muda untuk berkreasi. Mengadu ketrampilan membina
wirausahawan dalam rangka turut berpartisipasi membangun negara.
KARAKTER YANG HARUS DIMILIKI PENGUSAHA
Seorang wirausahawan haruslah seorang yang mampu melihat ke depan,
berfikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah
dan pemecahannya. Seseorang harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (BN. Marbun).

Ciri-ciri



Percaya diri

Watak
- Kepercayaan (keteguhan)
- Ketidaktergantungan, kepribadian yang mantap
5

- Optimisme
฀ Berorientasi
hasil

tugas

dan - Kebutuhan atau haus akan prestasi
- Berorientasi laba atau hasil
- Tekun dan tabah
- Tekad, kerja keras, motivasi
- Energik dan Penuh inisiatif.


฀ Pengambil resiko

- Mampu mengambil resiko
- Suka pada tantangan



- Mampu memimpin

Kepemimpinan

- Data bergaul dengan orang lain





Keorisinilan

Berorientasi

depan
Kreativitas

ke

-

Menanggapi saran dan kritik

-

Inovatif (pembaharu) - Fleksibel

-

Banyak sumber

-

Mengetahui banyak

masa -

- Serba bisa

Pandangan ke depan

-

Perseptif

-

Produk barang baru

-

Produk barang daur ulang

-

Produk barang modifikasi

Demikian banyak ciri khas wirausaha dan anda perlu memilikinya. Akan tetapi,
jika tidak semua bisa anda miliki, tak jadi masalah, dengan memiliki sebagian pun
cukup.
KENIKMATAN MENJADI WIRAUSAHA YANG MANDIRI.
฀. Kerja keras. Kerja keras itu nikmat. Seperti saat anda sehabis berolahraga dan
merasakan cucuran keringat membasahi badan, seperti itu kenikmatan yang
anda rasakan dengan menjadi wirausaha mandiri. Hasil yang anda dapat
merupakan buah dari keringat tangan sendiri.
2. Atur waktu. Waktu merupakan aset penting bagi wirausahawan. Oleh karena
itu, pengelolaan waktu yang baik sangat vital bagi wirausahawan. Sebagai
wirausaha, anda harus mampu secara mandiri mengatur waktu untuk
menjalankan jadwal-jadwal bisnis anda.  Keleluasaan mengatur waktu itu
bukan sekedar kebebasan menjalani hidup, tapi lebih dari itu merupakan
kemerdekaan anda sebagai wirausahawan.
3. Atur strategi. Seperti pemain catur yang menyiapkan bidak-bidaknya untuk
dimainkan, begitupun dengan pengusaha, mereka mesti atur strategi bisnis
untuk melakukan ini-itu agar bisnisnya bertambah menjulang. Rencana dan
6

eksekusi pun dijalankan. Sebagai pengatur strategi, anda bisa menikmati
bagaimana momen-momen menegangkan dan mengharukan saat ACTIONACTION yang anda lakukan mulai mendatangkan hasil.
4. Menikmati resiko. Resiko adalah tantangan yang anda nikmati sebagai
wirausaha. Laksana melewati bongkahan batu-batu besar dan menaklukkan
derasnya aliran sungai saat berarum jeram, anda tundukkan resiko terlempar
dari perahu karet, terbentur batu sungai atau bahkan terjun ke dalam sungai.
Bahaya dan resiko bisnis merupakan bagian menyenangkan dari nikmat
seorang wirausaha. Wirausaha sejati selalu suka tantangan dan menerobos
kebekuan inovasi bisnis demi memberikan yang terbaik pada masyarakat.
5. Belajar melayani. Pelayanan adalah salah satu kunci keberhasilan sebuah
usaha. Sebagai wirausaha, anda dituntut mampu melayani orang lain sebaikbaiknya. Sebuah kenikmatan yang sangat membahagiakan saat anda melayani
konsumen anda dengan baik. Coba rasakan…
6. Belajar melihat dari sisi berbeda. Bila selama menjadi konsumen, yang
dilihat hanya soal berapa harga barang yang diinginkan dan apa manfaatnya.
Namun sebagai pengusaha mandiri, anda dituntut melihat melampaui hal itu.
Bukan sebatas melihat dari sisi pengusaha seperti menghitung sisi biaya atau
cost, namun juga tak bisa mengabaikan sisi konsumen seperti bagaimana
mereka memandang produk anda, seberapa baik jasa/produk anda mampu
melayani konsumen. Anda juga belajar bagaimana mengamati situasi bisnis
terkini.
7. Menginspirasi. Bagi saya, entrepreneur atau wirausaha selalu menginspirasi.
Kita bisa belajar dari kerja keras mereka, dari visi-visi mereka, dari ACTION
mereka.
Semangat wirausaha menghidupkan harapan bahwa hari esok lebih baik dari
hari ini. Bukan hanya bagi orang lain, menjadi wirausaha juga bisa
menginspirasi diri sendiri.
8. Berbagi. Menjadi wirausaha yang mandiri berarti anda lebih punya
kesempatan untuk berbagi dengan orang-orang yang tak seberuntung anda.
Penghasilan besar yang anda dapatkan merupakan titipan yang harus juga
diberikan pada orang-orang yang membutuhkan.
9. Ikut menyejahterakan orang lain. Menjadi wirausaha berarti membuka
lapangan kerja baru. Ikut membantu orang-orang agar ACTION bersama anda.
Ikut mengalirkan distribusi pendapatan ke banyak orang. Saya yakin anda pasti
bahagia melakukannya.

7

฀0. Penghasilan sesuai keinginan. Dengan memilih jalan wirausaha, artinya anda
sudah menetapkan diri untuk mendapatkan penghasilan sesuai keinginan. Tak
ada slip gaji, tapi penghasilan yang anda terima merupakan hasil dari kerja
keras dan nikmat Tuhan.
Sumber Bacaan
Agustian, Ary G. 200฀. ESQ : Emotional Spiritual Quotient. Jakarta : Arga
Ciputra. 2007. Entrepreneurial Education to Solve The Problem of Poverty and
Unemployment in Indonesia. Makalah. Dalam: Ina-ICDF International Seminar
di Bogor, Jawa Barat, Indonesia, ฀฀ Desember 2007.
Drajad Widodo Winarso. 2005. Jendela Cakrawala Kewirausahaan. Bogor: IPB
Press.
El Fuad, Zen. 2008. FS-Q Personalitree. Bogor : Bina Niaga Jaya
Nainggolan, Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan

8