JAS Vol 15 No 1 Aksi Petani dan Gerakan Politik Pedesaan 03-Editorial
EDITORIAL
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN
INDONESIA
nyejahterakan rakyatnya. Dalam kon-
LSM, Negara, dan Petani
teks agraria, kebijakan pembangunan
Keberadaan LSM (Lembaga Swadaya
cenderung hanya berpihak kepada
Masyarakat) atau yang juga biasa di-
kelompok kapitalis internasional de-
sebut sebagai NGO (Non-Governmen-
ngan model pembangunan yang top-
tal
down bureaucratic approach, yang
Organization)
dalam
kegiatan
pembangunan pedesaan, khususnya
kurang
dalam bidang agraria, bukan meru-
building untuk mewujudkan kemandi-
memperhatikan
capacity
pakan sesuatu yang baru. Kebera-
rian dalam pembangunan desa dan
daan LSM, baik yang memposisikan
telah menimbulkan ketergantungan
diri sebagai suplemen, mitra ataupun
masyarakat desa pada negara. Salah
substitusi dari state (negara), telah
satunya adalah dengan munculnya
menuai banyak kritik dan pujian dari
kebijakan revitalisasi pertanian yang
berbagai pihak. Banyak pihak yang
digulirkan oleh kabinet Presiden Susi-
secara a priori mengatakan bahwa ke-
lo Bambang Yudhoyono, yang juga
beradaan LSM sebenarnya tidak ba-
memancing reaksi beragam di masya-
nyak memecahkan persoalan masya-
rakat.
rakat, tetapi justru mengeksploitasi
masalah di masyarakat untuk menjadi
Petani juga sedang menghadapi per-
isu politik.
soalan besar, yaitu adanya ketimpangan dan konflik dalam struktur
Negara sebagai pihak yang diserahi
agraria serta hilangnya kedaulatan
amanat mengatur roda pembangunan
untuk menentukan apa yang harus
seringkali juga dianggap gagal me-
diproduksi, bagaimana cara mempro-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
V
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA
duksinya, kepada siapa produk terse-
nya kita perlu melihat bagaimana
but harus dijual, dan bagaimana sis-
kinerja masing-masing aktor yang
tem penjualannya. Petani juga kehi-
berperan di dalamnya selama ini,
langan kedaulatan dalam mengakses
yaitu LSM, negara, dan petani. Ada
semua kebutuhan pangannya. Kecil-
kecenderungan yang menunjukkan
nya ruang kedaulatan tersebut me-
bahwa selama ini LSM dan negara,
nyebabkan peluang mereka untuk
yang dianggap sebagai agen penting
menentukan strategi ekonomi dan so-
bagi perubahan sosial, kurang mem-
sial yang sesuai dengan kepentingan
bekali dirinya dengan pengetahuan
mereka juga semakin lemah dan ter-
yang cukup—baik secara makro atau-
batas.
pun mikro—tentang siapa yang menjadi beneficiary-nya, yang dalam hal
Tantangan Masa Depan Pertanian
ini adalah masyarakat. Kurangnya pe-
Indonesia
mahaman
mengenai
hal
tersebut
membuat berbagai kebijakan dan
Jika LSM kerap hanya dianggap "men-
strategi yang digagas oleh LSM dan
jual kemiskinan" pada lembaga-lem-
negara seringkali tidak tepat dalam
baga pelepas dana dari luar negeri,
menyasar tujuannya.
negara dianggap gagal menyejahterakan rakyatnya, dan petani terbelit
Adanya pengetahuan yang memadai
dengan berbagai masalah pelik yang
mengenai masyarakat akan membuat
membuat mereka kehilangan kedau-
kita mampu mendapatkan gambaran
latannya, lalu bagaimanakah masa
yang lebih jernih mengenai peta per-
depan pertanian Indonesia? Peliknya
masalahan yang tengah terjadi serta
permasalahan yang dialami memang
alternatif-alternatif
seringkali memunculkan suatu ang-
Kurangnya
gapan bahwa pertanian di Indonesia
masyarakat secara menyeluruh, baik
seakan telah kehilangan masa depan-
secara makro ataupun mikro, serta
nya. Pertanian sering kali dianggap
perubahan-perubahan yang terjadi di
sudah tidak lagi mampu menjanjikan
dalamnya membuat kita seringkali
keuntungan, terutama bagi para pe-
hanya terjebak pada satu masalah
tani sebagai subjek dari kegiatan
saja dan cenderung mengabaikan
pertanian tersebut.
masalah yang lainnya. Di kalangan
pemecahannya.
pemahaman
mengenai
LSM misalnya, ada kecenderungan
Untuk dapat melihat bagaimana masa
untuk
depan pertanian di Indonesia, tentu-
masalah-masalah yang memiliki "nilai
VI
hanya
memfokuskan
pada
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
EDITORIAL
jual" di kalangan media, sementara
program pemberdayaan yang diini-
masalah-masalah lainnya—yang acap
siasi oleh banyak pihak (termasuk
kali luput dari perhatian media—sebe-
LSM)
narnya juga memiliki derajat kepen-
galan.
seringkali
mengalami
kega-
tingan yang sama besarnya. Di kalangan pemerintah, kurangnya pe-
Penetrasi kapitalisme telah membuka
ngetahuan dan pemahaman menge-
peluang bagi negosiasi nilai-nilai la-
nai masyarakat, juga seringkali me-
ma, hierarki sosial, bahkan dalam hal-
nyebabkan berbagai kebijakan dan
hal tertentu, untuk terlibat aktif dalam
program
tidak
proses pengorganisasian aspek-as-
mengenai sasaran yang diinginkan.
pek kehidupan sehari-hari yang paling
Dengan kata lain, adanya penge-
mendalam. Masyarakat lokal dengan
tahuan yang cukup mengenai masya-
struktur kebutuhan yang stabil pada
rakat merupakan suatu modal yang
akhirnya harus bernegosiasi dengan
sangat berharga, terutama bagi LSM
dunia di mana identitas dan selera
dan negara ketika mereka hendak
senantiasa berubah sesuai dengan
"mengajak" masyarakat untuk ber-
kepentingan produksi dan status. Ber-
ubah.
pada
angkat dari sini saja, maka apa yang
yang
diluncurkan
Pemahaman
tersebut
penting
sering dipersepsikan sebagai penge-
untuk menjawab tantangan masa de-
tahuan lokal, kearifan lokal, dan sege-
pan pertanian Indonesia.
nap identitas lokal lainnya bukanlah
akhirnya
menjadi
sangat
sesuatu yang sudah selesai, sebagaiHal yang sama juga dipaparkan oleh
mana yang sering diyakini orang sela-
Hery Santoso, yang menjabat seba-
ma ini. Pengetahuan, nilai, dan identi-
gai Direktur JAVLEC (Java Learning
tas lokal hampir selalu mengalami
Centre), yang menyatakan bahwa
proses renegosiasi dan reproduksi,
pandangan romantisme antropolo-
sebagai konsekuensi dari adanya pro-
gika mengenai masyarakat pinggiran
ses kreatif sekaligus keterlibatan ma-
hutan yang bersahaja, bijak, memiliki
syarakat dalam setiap gerak peru-
pengetahuan lokal yang tinggi, tetapi
bahan.
marginal dan kurang memperoleh kesempatan, merupakan penyakit yang
Dinamisnya masyarakat juga ditang-
biasa menjangkiti peneliti sosial. Pe-
kap oleh Yunita T. Winarto dari De-
mahaman
mengenai
partemen Antropologi, Fakultas Ilmu
"potret" masyarakat yang sesungguh-
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
nya disinyalir menyebabkan berbagai
Indonesia. Penulis memaparkan bah-
yang
keliru
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
VII
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA
wa praktik SL PHT (Sekolah Lapang
percaya merupakan salah satu jalan
Pengendalian Hama Terpadu) dinilai
alternatif untuk mencapai kedaulatan
telah merangsang kemampuan petani
pangan dan sebaliknya kedaulatan
untuk berkata 'tidak' dalam hal pe-
pangan merupakan kondisi yang di-
ngendalian hama dan penyakit de-
anggap strategis guna menjamin ke-
ngan pestisida, bila kondisi serangan
berlangsungan masa depan perta-
hama dan penyakit tidak berarti. Hal
nian. Namun demikian, praktik perta-
lain yang juga penting adalah muncul-
nian berkelanjutan yang diinisiasi
nya kesadaran akan pentingnya pe-
oleh LSM cenderung hanya memfo-
ngamatan secara teliti, atau dalam
kuskan kegiatannya pada aspek pro-
bahasa sejumlah petani, pentingnya
duksi dan distribusi semata, semen-
meneliti. Kedua hal tersebut diper-
tara aspek konsumsi (pangan) masih
caya sebagai benih tumbuhnya se-
kurang mendapatkan perhatian.
mangat kemandirian. Petani adalah
makhluk yang kreatif dan inovatif
Pangan adalah kebutuhan dasar ma-
dalam menyiasati berbagai persoalan
nusia yang tidak tergantikan. Oleh se-
yang melilit hidupnya. Di satu sisi,
bab itu, sudah sepantasnya bila pa-
terdapat dinamika petani dalam me-
ngan dan pola konsumsi yang me-
nanggapi gagasan baru yang diperke-
nyertainya mendapatkan perhatian,
nalkan. Adopsi gagasan baru berarti
curahan waktu, dan energi yang sama
adanya penambahan unsur-unsur ba-
besarnya dengan aspek-aspek lain-
ru dalam skema berpikir mereka yang
nya (produksi dan distribusi). Pada
diperkaya oleh umpan balik hasil pe-
kenyataannya dalam kehidupan seha-
ngamatan dan pembelajaran mereka
ri-hari, ketiga aspek tersebut (pro-
dalam mempraktikkan gagasan baru
duksi, distribusi, dan konsumsi) bu-
tersebut. Di sisi lain, petani juga tidak
kan hanya saling terkait erat, tapi ju-
begitu saja meninggalkan gagasan
ga saling berarsiran sehingga sangat
lamanya. Gagasan lama dapat muncul
sulit memisahkannya secara tegas.
dan menguat kembali dalam situasiMasih bicara soal pangan, Yusup Na-
situasi tertentu.
piri Maguantara dari AKATIGA meTri Hadiyanto Sasongko dari AKA-
maparkan bahwa ada pertalian erat
TIGA membahas hubungan antara ci-
antara kondisi fisik alam dan struktur
ta-cita pertanian berkelanjutan dan
sosial yang melingkupi sebuah komu-
program-program kedaulatan pangan
niti. Pertalian tersebut perlu diper-
oleh LSM. Pertanian berkelanjutan di-
hatikan dalam upaya untuk mema-
VIII
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
EDITORIAL
hami potensi kerawanan pangan se-
mencoba melihat peluang perbaikan
kaligus sebagai acuan penanganan-
penguasaan lahan di tingkat petani,
nya. Secara agregat, tidak salah bila
melalui konsolidasi lahan yang diawali
surplus pangan di suatu negara di-
dengan perbaikan dalam sistem pe-
anggap sebagai indikator mantapnya
nguasaan lahan yang ada di tingkat
ketahanan pangan suatu negara. Te-
petani (land tenure reform). Upaya ini
tapi tercapainya ketahanan pangan di
dapat dijadikan dasar inisiasi bagi
tingkat makro bukan berarti tiada
upaya konsolidasi lanjutan yang me-
masalah ketahanan pangan di tingkat
mungkinkan petani dapat mengu-
mikro, di tingkat rumah tangga. Penu-
sahakan lahan dalam luasan tertentu
lis menunjukkan ironi bahwa bebe-
dan dalam satu hamparan. Lebih lan-
rapa kawasan yang mengalami rawan
jut upaya ini diharapkan dapat mem-
pangan justru secara statistik memi-
buka peluang usaha lainnya yang ter-
liki surplus pangan. Hal inilah yang
kait dengan usahatani yang dilakukan
perlu mendapatkan perhatian dari
petani
berbagai pihak termasuk pemerintah
sebagai penentu kebijakan.
Masih menyoal kebijakan, Syahyuti
mencoba melakukan kajian ulang
Salah
satu
kebijakan
pemerintah
terhadap
berbagai
permasalahan
yang kini mendapat banyak sorotan
mendasar serta kebijakan yang telah
adalah revitalisasi pertanian. Revita-
dibuat akhir-akhir ini, dengan meni-
lisasi sektor pertanian dan pedesaan
tikberatkan upaya memadukan "as-
merupakan salah satu strategi yang
pek landreform" dan "aspek non-land-
dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu
reform" dalam konsep pembaruan
dalam upayanya mewujudkan pem-
agraria yang lebih operasional. De-
bangunan
Indonesia.
ngan segala keterbatasan data dan di-
Sayangnya, perencanaan kegiatan ini
bebani oleh berbagai permasalahan,
tidak didasari data yang akurat dan
kebijakan pembangunan pertanian
bersifat prediktif, sehingga beberapa
dan pedesaan yang "terpaksa" disu-
target yang dicanangkan terasa se-
sun dan tetap dijalankan dikhawa-
perti bertolak belakang satu sama
tirkan akan menghadapi kendala dan
lain, terutama tentang penguasaan
kemungkinan terancam untuk tidak
lahan dan jumlah petani yang bekerja
dapat
di pertanian. Erizal Jamal dari Pusat
terhadap "aspek non-landreform" da-
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
lam kebijakan pembaruan agraria
Pertanian,
semestinya juga diberi perhatian yang
masyarakat
Departemen
Pertanian,
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
dioperasionalkan.
Perhatian
IX
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA
seimbang
dengan
"aspek
landre-
pendekatan ekologi manusia dapat digunakan untuk mengkaji hubungan
form".
antara
dinamika
populasi
dengan
Berbeda dengan Erizal Jamal dan
lingkungan sistem usaha tani. Kedua,
Syahyuti yang mengupas masalah
pendekatan analisis agroekosistem
kebijakan, Dede Mulyanto dari Ju-
dapat diterapkan untuk menganalisis
rusan Antropologi, Fakultas Ilmu So-
keragaman disiplin ilmu dan teknik
sial dan Ilmu Politik, Universitas Pa-
penilaian secara cepat pada sistem
djadjaran lebih memfokuskan tulis-
usaha tani. Ketiga, pendekatan sis-
annya pada masa depan petani di
tem usaha tani dapat digunakan un-
Indonesia. Ia memaparkan kegiatan
tuk menganalisis secara khusus ten-
mencari penghidupan di kalangan pe-
tang penataan usahatani yang dila-
tani berusia tua. Usia penting hubung-
kukan petani.
annya dengan proses produksi dan
kegiatan mencari nafkah. Orang me-
Resensi Buku dalam Jurnal Analisis
ngalami usia tuanya dengan cara be-
Sosial kali ini menampilkan ulasan Tri
ragam, bergantung, terutama, pada
Hadiyanto Sasongko tentang buku
latar belakang kelas sosial ekonomi.
karya Khudori yang berjudul: "Lapar:
Di kalangan petani miskin dan buruh
Negeri Salah Urus!" Inti dari buku ini
tani, penuaan sama dengan penying-
adalah penegasan bahwa kelaparan
kiran dari pasar kerja: kian tua bukan
bukan semata-mata terjadi karena ti-
hanya kian tuli, tapi juga kian sulit
dak ada pangan, karena kelaparan ju-
mencari nafkah.
ga dapat terjadi di negara yang berlimpah pangan. Ini sejajar dengan
Ruang Metodologi dalam edisi ini
pernyataan pemenang Nobel Ekono-
menghadirkan Johan Iskandar, seo-
mi tahun 1998, Amartya Sen, tentang
rang staf peneliti Pusat Penelitian
pentingnya akses dan aspek kebe-
Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
basan menentukan pangan daripada
Lembaga Penelitian, Universitas Pa-
ketersediaan. Sen menunjukkan bah-
djadjaran yang mendeskripsikan me-
wa kelaparan atau kurang gizi terjadi
todologi memahami dinamika kehi-
bukan karena tidak ada pangan, me-
dupan petani dalam mengelola perta-
lainkan karena orang tidak bisa me-
nian mereka. Dalam tulisannya, pe-
miliki pangan.
nulis menawarkan tiga pendekatan
yaitu ekologi manusia, agroekosis-
Mengapa di satu sisi terjadi kelim-
tem, dan sistem usaha tani. Pertama,
pahan pangan dan di sisi lain muncul
X
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
EDITORIAL
kelaparan dan kekurangan gizi? Pa-
hingga saat ini. Mereka mengeruk ke-
ngan kini telah bertransformasi men-
kayaan alam sedalam-dalamnya lalu
jadi komoditi alias barang yang bisa
memuntahkan limbah, kemiskinan,
diperdagangkan, sehingga seseorang
kemerosotan harga diri, dan ketim-
atau sekelompok orang dapat meraih
pangan struktur sosial ke sekitarnya.
keuntungan atasnya. Itulah sebabnya
Peran Ina E. Slamet sebagai antro-
para pengusaha kaya berebut me-
polog amat penting dalam meng-
nguasai industri ini. Masalah kemu-
angkat persoalan ketersisihan yang
dian menjadi semakin pelik ketika pa-
dialami suku-suku pedalaman seperti
ngan dan pertanian harus diliberali-
suku-suku Dayak di pedalaman Kali-
sasi dan tunduk pada hukum pasar.
mantan atau suku-suku pedalaman
Dengan kredo pasar bebas, para pe-
Papua. Tetapi pengulas mengingat-
nganjur paham neoliberalisme me-
kan bahwa keterpinggiran sosial-eko-
maksa negara-negara berkembang
nomi-politik juga dialami sebagian
untuk meliberalisasi pasar domestik-
orang sukubangsa Jawa yang secara
nya. Lewat tekanan IMF dan Bank Du-
politik menguasai 'pusat' kesatuan
nia, melalui proyek hutangnya, pe-
politik bernama Indonesia. Peming-
maksaan itu semakin sempurna. Ka-
giran memang bercokol di kota-kota
rena tidak punya komitmen kuat pada
dengan jembel penghuni kolong jem-
rakyatnya, pemerintah negara ber-
batan dan penggusuran sebagai lam-
kembang seringkali tidak berkutik.
bangnya. Hal ini disadari Ina sepe-
Berbagai layanan sosial dicabut, ber-
nuhnya. Tetapi, pengalaman berta-
bagai subsidi ditiadakan. Dalam kon-
hun-tahun meneliti dan hidup bersa-
disi itu rakyat dan petani miskin men-
ma
jadi sendirian.
membuat Ina memusatkan perha-
suku-suku
tiannya
Sementara
itu,
Dede
Mulyanto
pada
pedalaman
ketersisihan
Papua
yang
menghantui suku pedalaman.
mengupas buku yang berjudul: "Yang
Berkuasa, Yang Tersisih, Yang Tak
Sebagai penutup, Gunawan Wiradi
Berdaya: Demokrasi yang Bagaimana
mempersoalkan
di Indonesia" karya Ina E. Slamet.
ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial itu da-
Buku ini menggambarkan betapa ke-
pat "bebas nilai" ataukah tidak. Tuli-
kuatan-kekuatan kapitalisme global
san ini sebenarnya merupakan maka-
dengan kelaparan kronisnya meram-
lah dalam suatu seminar yang telah
bahi pedalaman Kalimantan, Sulawe-
lama lampau, namun temanya diang-
si, atau Papua sejak jaman kolonial
gap masih relevan. Agar tidak berpe-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
apakah
kegiatan
XI
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA
luang untuk menyimpang, maka tulis-
abstraksi
an tersebut dimuat di jurnal ini sesuai
Tulisan ini mungkin terkesan "sem-
aslinya, yaitu dalam bahasa Inggris.
pit", karena hanya menggunakan se-
Istilah "hands-off policy" digunakan
jumlah
untuk mengacu kepada sikap untuk
demikian merupakan suatu kontribusi
menolak sama sekali pengaruh nilai
yang sangat berharga, terutama bagi
atau pengaruh ideologi dalam kegi-
para peneliti pemula yang harus
atan keilmuan. Sedangkan "hands-in
mulai memikirkan implikasi-implikasi
policy" mengacu kepada sikap yang
dari penelitiannya, bukan saja bagi
menerima kenyataan bahwa, dalam
kepentingan ilmu melainkan juga
praktiknya,
bagi kenyataan kehidupan sosial. Di
ilmu-ilmu
sosial
tidak
tinggi
literatur
ataupun
filosofis.
terbatas,
namun
mungkin secara mutlak "bebas nilai".
akhir tulisannya, Gunawan Wiradi
Perdebatan mengenai perbedaan dua
menganjurkan
pandangan ini sebenarnya sampai
dapat
sekarang belum pernah selesai.
pemahamannya
para
pemula
mengembangkan
melalui
agar
sendiri
perluasan
bacaan.
Wacana mengenai makna "ideologi"
itu sendiri serta perkembangannya
[Redaksi]
bukanlah hal yang sederhana karena
menyangkut teoresasi pada tataran
XII
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN
INDONESIA
nyejahterakan rakyatnya. Dalam kon-
LSM, Negara, dan Petani
teks agraria, kebijakan pembangunan
Keberadaan LSM (Lembaga Swadaya
cenderung hanya berpihak kepada
Masyarakat) atau yang juga biasa di-
kelompok kapitalis internasional de-
sebut sebagai NGO (Non-Governmen-
ngan model pembangunan yang top-
tal
down bureaucratic approach, yang
Organization)
dalam
kegiatan
pembangunan pedesaan, khususnya
kurang
dalam bidang agraria, bukan meru-
building untuk mewujudkan kemandi-
memperhatikan
capacity
pakan sesuatu yang baru. Kebera-
rian dalam pembangunan desa dan
daan LSM, baik yang memposisikan
telah menimbulkan ketergantungan
diri sebagai suplemen, mitra ataupun
masyarakat desa pada negara. Salah
substitusi dari state (negara), telah
satunya adalah dengan munculnya
menuai banyak kritik dan pujian dari
kebijakan revitalisasi pertanian yang
berbagai pihak. Banyak pihak yang
digulirkan oleh kabinet Presiden Susi-
secara a priori mengatakan bahwa ke-
lo Bambang Yudhoyono, yang juga
beradaan LSM sebenarnya tidak ba-
memancing reaksi beragam di masya-
nyak memecahkan persoalan masya-
rakat.
rakat, tetapi justru mengeksploitasi
masalah di masyarakat untuk menjadi
Petani juga sedang menghadapi per-
isu politik.
soalan besar, yaitu adanya ketimpangan dan konflik dalam struktur
Negara sebagai pihak yang diserahi
agraria serta hilangnya kedaulatan
amanat mengatur roda pembangunan
untuk menentukan apa yang harus
seringkali juga dianggap gagal me-
diproduksi, bagaimana cara mempro-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
V
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA
duksinya, kepada siapa produk terse-
nya kita perlu melihat bagaimana
but harus dijual, dan bagaimana sis-
kinerja masing-masing aktor yang
tem penjualannya. Petani juga kehi-
berperan di dalamnya selama ini,
langan kedaulatan dalam mengakses
yaitu LSM, negara, dan petani. Ada
semua kebutuhan pangannya. Kecil-
kecenderungan yang menunjukkan
nya ruang kedaulatan tersebut me-
bahwa selama ini LSM dan negara,
nyebabkan peluang mereka untuk
yang dianggap sebagai agen penting
menentukan strategi ekonomi dan so-
bagi perubahan sosial, kurang mem-
sial yang sesuai dengan kepentingan
bekali dirinya dengan pengetahuan
mereka juga semakin lemah dan ter-
yang cukup—baik secara makro atau-
batas.
pun mikro—tentang siapa yang menjadi beneficiary-nya, yang dalam hal
Tantangan Masa Depan Pertanian
ini adalah masyarakat. Kurangnya pe-
Indonesia
mahaman
mengenai
hal
tersebut
membuat berbagai kebijakan dan
Jika LSM kerap hanya dianggap "men-
strategi yang digagas oleh LSM dan
jual kemiskinan" pada lembaga-lem-
negara seringkali tidak tepat dalam
baga pelepas dana dari luar negeri,
menyasar tujuannya.
negara dianggap gagal menyejahterakan rakyatnya, dan petani terbelit
Adanya pengetahuan yang memadai
dengan berbagai masalah pelik yang
mengenai masyarakat akan membuat
membuat mereka kehilangan kedau-
kita mampu mendapatkan gambaran
latannya, lalu bagaimanakah masa
yang lebih jernih mengenai peta per-
depan pertanian Indonesia? Peliknya
masalahan yang tengah terjadi serta
permasalahan yang dialami memang
alternatif-alternatif
seringkali memunculkan suatu ang-
Kurangnya
gapan bahwa pertanian di Indonesia
masyarakat secara menyeluruh, baik
seakan telah kehilangan masa depan-
secara makro ataupun mikro, serta
nya. Pertanian sering kali dianggap
perubahan-perubahan yang terjadi di
sudah tidak lagi mampu menjanjikan
dalamnya membuat kita seringkali
keuntungan, terutama bagi para pe-
hanya terjebak pada satu masalah
tani sebagai subjek dari kegiatan
saja dan cenderung mengabaikan
pertanian tersebut.
masalah yang lainnya. Di kalangan
pemecahannya.
pemahaman
mengenai
LSM misalnya, ada kecenderungan
Untuk dapat melihat bagaimana masa
untuk
depan pertanian di Indonesia, tentu-
masalah-masalah yang memiliki "nilai
VI
hanya
memfokuskan
pada
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
EDITORIAL
jual" di kalangan media, sementara
program pemberdayaan yang diini-
masalah-masalah lainnya—yang acap
siasi oleh banyak pihak (termasuk
kali luput dari perhatian media—sebe-
LSM)
narnya juga memiliki derajat kepen-
galan.
seringkali
mengalami
kega-
tingan yang sama besarnya. Di kalangan pemerintah, kurangnya pe-
Penetrasi kapitalisme telah membuka
ngetahuan dan pemahaman menge-
peluang bagi negosiasi nilai-nilai la-
nai masyarakat, juga seringkali me-
ma, hierarki sosial, bahkan dalam hal-
nyebabkan berbagai kebijakan dan
hal tertentu, untuk terlibat aktif dalam
program
tidak
proses pengorganisasian aspek-as-
mengenai sasaran yang diinginkan.
pek kehidupan sehari-hari yang paling
Dengan kata lain, adanya penge-
mendalam. Masyarakat lokal dengan
tahuan yang cukup mengenai masya-
struktur kebutuhan yang stabil pada
rakat merupakan suatu modal yang
akhirnya harus bernegosiasi dengan
sangat berharga, terutama bagi LSM
dunia di mana identitas dan selera
dan negara ketika mereka hendak
senantiasa berubah sesuai dengan
"mengajak" masyarakat untuk ber-
kepentingan produksi dan status. Ber-
ubah.
pada
angkat dari sini saja, maka apa yang
yang
diluncurkan
Pemahaman
tersebut
penting
sering dipersepsikan sebagai penge-
untuk menjawab tantangan masa de-
tahuan lokal, kearifan lokal, dan sege-
pan pertanian Indonesia.
nap identitas lokal lainnya bukanlah
akhirnya
menjadi
sangat
sesuatu yang sudah selesai, sebagaiHal yang sama juga dipaparkan oleh
mana yang sering diyakini orang sela-
Hery Santoso, yang menjabat seba-
ma ini. Pengetahuan, nilai, dan identi-
gai Direktur JAVLEC (Java Learning
tas lokal hampir selalu mengalami
Centre), yang menyatakan bahwa
proses renegosiasi dan reproduksi,
pandangan romantisme antropolo-
sebagai konsekuensi dari adanya pro-
gika mengenai masyarakat pinggiran
ses kreatif sekaligus keterlibatan ma-
hutan yang bersahaja, bijak, memiliki
syarakat dalam setiap gerak peru-
pengetahuan lokal yang tinggi, tetapi
bahan.
marginal dan kurang memperoleh kesempatan, merupakan penyakit yang
Dinamisnya masyarakat juga ditang-
biasa menjangkiti peneliti sosial. Pe-
kap oleh Yunita T. Winarto dari De-
mahaman
mengenai
partemen Antropologi, Fakultas Ilmu
"potret" masyarakat yang sesungguh-
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
nya disinyalir menyebabkan berbagai
Indonesia. Penulis memaparkan bah-
yang
keliru
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
VII
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA
wa praktik SL PHT (Sekolah Lapang
percaya merupakan salah satu jalan
Pengendalian Hama Terpadu) dinilai
alternatif untuk mencapai kedaulatan
telah merangsang kemampuan petani
pangan dan sebaliknya kedaulatan
untuk berkata 'tidak' dalam hal pe-
pangan merupakan kondisi yang di-
ngendalian hama dan penyakit de-
anggap strategis guna menjamin ke-
ngan pestisida, bila kondisi serangan
berlangsungan masa depan perta-
hama dan penyakit tidak berarti. Hal
nian. Namun demikian, praktik perta-
lain yang juga penting adalah muncul-
nian berkelanjutan yang diinisiasi
nya kesadaran akan pentingnya pe-
oleh LSM cenderung hanya memfo-
ngamatan secara teliti, atau dalam
kuskan kegiatannya pada aspek pro-
bahasa sejumlah petani, pentingnya
duksi dan distribusi semata, semen-
meneliti. Kedua hal tersebut diper-
tara aspek konsumsi (pangan) masih
caya sebagai benih tumbuhnya se-
kurang mendapatkan perhatian.
mangat kemandirian. Petani adalah
makhluk yang kreatif dan inovatif
Pangan adalah kebutuhan dasar ma-
dalam menyiasati berbagai persoalan
nusia yang tidak tergantikan. Oleh se-
yang melilit hidupnya. Di satu sisi,
bab itu, sudah sepantasnya bila pa-
terdapat dinamika petani dalam me-
ngan dan pola konsumsi yang me-
nanggapi gagasan baru yang diperke-
nyertainya mendapatkan perhatian,
nalkan. Adopsi gagasan baru berarti
curahan waktu, dan energi yang sama
adanya penambahan unsur-unsur ba-
besarnya dengan aspek-aspek lain-
ru dalam skema berpikir mereka yang
nya (produksi dan distribusi). Pada
diperkaya oleh umpan balik hasil pe-
kenyataannya dalam kehidupan seha-
ngamatan dan pembelajaran mereka
ri-hari, ketiga aspek tersebut (pro-
dalam mempraktikkan gagasan baru
duksi, distribusi, dan konsumsi) bu-
tersebut. Di sisi lain, petani juga tidak
kan hanya saling terkait erat, tapi ju-
begitu saja meninggalkan gagasan
ga saling berarsiran sehingga sangat
lamanya. Gagasan lama dapat muncul
sulit memisahkannya secara tegas.
dan menguat kembali dalam situasiMasih bicara soal pangan, Yusup Na-
situasi tertentu.
piri Maguantara dari AKATIGA meTri Hadiyanto Sasongko dari AKA-
maparkan bahwa ada pertalian erat
TIGA membahas hubungan antara ci-
antara kondisi fisik alam dan struktur
ta-cita pertanian berkelanjutan dan
sosial yang melingkupi sebuah komu-
program-program kedaulatan pangan
niti. Pertalian tersebut perlu diper-
oleh LSM. Pertanian berkelanjutan di-
hatikan dalam upaya untuk mema-
VIII
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
EDITORIAL
hami potensi kerawanan pangan se-
mencoba melihat peluang perbaikan
kaligus sebagai acuan penanganan-
penguasaan lahan di tingkat petani,
nya. Secara agregat, tidak salah bila
melalui konsolidasi lahan yang diawali
surplus pangan di suatu negara di-
dengan perbaikan dalam sistem pe-
anggap sebagai indikator mantapnya
nguasaan lahan yang ada di tingkat
ketahanan pangan suatu negara. Te-
petani (land tenure reform). Upaya ini
tapi tercapainya ketahanan pangan di
dapat dijadikan dasar inisiasi bagi
tingkat makro bukan berarti tiada
upaya konsolidasi lanjutan yang me-
masalah ketahanan pangan di tingkat
mungkinkan petani dapat mengu-
mikro, di tingkat rumah tangga. Penu-
sahakan lahan dalam luasan tertentu
lis menunjukkan ironi bahwa bebe-
dan dalam satu hamparan. Lebih lan-
rapa kawasan yang mengalami rawan
jut upaya ini diharapkan dapat mem-
pangan justru secara statistik memi-
buka peluang usaha lainnya yang ter-
liki surplus pangan. Hal inilah yang
kait dengan usahatani yang dilakukan
perlu mendapatkan perhatian dari
petani
berbagai pihak termasuk pemerintah
sebagai penentu kebijakan.
Masih menyoal kebijakan, Syahyuti
mencoba melakukan kajian ulang
Salah
satu
kebijakan
pemerintah
terhadap
berbagai
permasalahan
yang kini mendapat banyak sorotan
mendasar serta kebijakan yang telah
adalah revitalisasi pertanian. Revita-
dibuat akhir-akhir ini, dengan meni-
lisasi sektor pertanian dan pedesaan
tikberatkan upaya memadukan "as-
merupakan salah satu strategi yang
pek landreform" dan "aspek non-land-
dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu
reform" dalam konsep pembaruan
dalam upayanya mewujudkan pem-
agraria yang lebih operasional. De-
bangunan
Indonesia.
ngan segala keterbatasan data dan di-
Sayangnya, perencanaan kegiatan ini
bebani oleh berbagai permasalahan,
tidak didasari data yang akurat dan
kebijakan pembangunan pertanian
bersifat prediktif, sehingga beberapa
dan pedesaan yang "terpaksa" disu-
target yang dicanangkan terasa se-
sun dan tetap dijalankan dikhawa-
perti bertolak belakang satu sama
tirkan akan menghadapi kendala dan
lain, terutama tentang penguasaan
kemungkinan terancam untuk tidak
lahan dan jumlah petani yang bekerja
dapat
di pertanian. Erizal Jamal dari Pusat
terhadap "aspek non-landreform" da-
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
lam kebijakan pembaruan agraria
Pertanian,
semestinya juga diberi perhatian yang
masyarakat
Departemen
Pertanian,
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
dioperasionalkan.
Perhatian
IX
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA
seimbang
dengan
"aspek
landre-
pendekatan ekologi manusia dapat digunakan untuk mengkaji hubungan
form".
antara
dinamika
populasi
dengan
Berbeda dengan Erizal Jamal dan
lingkungan sistem usaha tani. Kedua,
Syahyuti yang mengupas masalah
pendekatan analisis agroekosistem
kebijakan, Dede Mulyanto dari Ju-
dapat diterapkan untuk menganalisis
rusan Antropologi, Fakultas Ilmu So-
keragaman disiplin ilmu dan teknik
sial dan Ilmu Politik, Universitas Pa-
penilaian secara cepat pada sistem
djadjaran lebih memfokuskan tulis-
usaha tani. Ketiga, pendekatan sis-
annya pada masa depan petani di
tem usaha tani dapat digunakan un-
Indonesia. Ia memaparkan kegiatan
tuk menganalisis secara khusus ten-
mencari penghidupan di kalangan pe-
tang penataan usahatani yang dila-
tani berusia tua. Usia penting hubung-
kukan petani.
annya dengan proses produksi dan
kegiatan mencari nafkah. Orang me-
Resensi Buku dalam Jurnal Analisis
ngalami usia tuanya dengan cara be-
Sosial kali ini menampilkan ulasan Tri
ragam, bergantung, terutama, pada
Hadiyanto Sasongko tentang buku
latar belakang kelas sosial ekonomi.
karya Khudori yang berjudul: "Lapar:
Di kalangan petani miskin dan buruh
Negeri Salah Urus!" Inti dari buku ini
tani, penuaan sama dengan penying-
adalah penegasan bahwa kelaparan
kiran dari pasar kerja: kian tua bukan
bukan semata-mata terjadi karena ti-
hanya kian tuli, tapi juga kian sulit
dak ada pangan, karena kelaparan ju-
mencari nafkah.
ga dapat terjadi di negara yang berlimpah pangan. Ini sejajar dengan
Ruang Metodologi dalam edisi ini
pernyataan pemenang Nobel Ekono-
menghadirkan Johan Iskandar, seo-
mi tahun 1998, Amartya Sen, tentang
rang staf peneliti Pusat Penelitian
pentingnya akses dan aspek kebe-
Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
basan menentukan pangan daripada
Lembaga Penelitian, Universitas Pa-
ketersediaan. Sen menunjukkan bah-
djadjaran yang mendeskripsikan me-
wa kelaparan atau kurang gizi terjadi
todologi memahami dinamika kehi-
bukan karena tidak ada pangan, me-
dupan petani dalam mengelola perta-
lainkan karena orang tidak bisa me-
nian mereka. Dalam tulisannya, pe-
miliki pangan.
nulis menawarkan tiga pendekatan
yaitu ekologi manusia, agroekosis-
Mengapa di satu sisi terjadi kelim-
tem, dan sistem usaha tani. Pertama,
pahan pangan dan di sisi lain muncul
X
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
EDITORIAL
kelaparan dan kekurangan gizi? Pa-
hingga saat ini. Mereka mengeruk ke-
ngan kini telah bertransformasi men-
kayaan alam sedalam-dalamnya lalu
jadi komoditi alias barang yang bisa
memuntahkan limbah, kemiskinan,
diperdagangkan, sehingga seseorang
kemerosotan harga diri, dan ketim-
atau sekelompok orang dapat meraih
pangan struktur sosial ke sekitarnya.
keuntungan atasnya. Itulah sebabnya
Peran Ina E. Slamet sebagai antro-
para pengusaha kaya berebut me-
polog amat penting dalam meng-
nguasai industri ini. Masalah kemu-
angkat persoalan ketersisihan yang
dian menjadi semakin pelik ketika pa-
dialami suku-suku pedalaman seperti
ngan dan pertanian harus diliberali-
suku-suku Dayak di pedalaman Kali-
sasi dan tunduk pada hukum pasar.
mantan atau suku-suku pedalaman
Dengan kredo pasar bebas, para pe-
Papua. Tetapi pengulas mengingat-
nganjur paham neoliberalisme me-
kan bahwa keterpinggiran sosial-eko-
maksa negara-negara berkembang
nomi-politik juga dialami sebagian
untuk meliberalisasi pasar domestik-
orang sukubangsa Jawa yang secara
nya. Lewat tekanan IMF dan Bank Du-
politik menguasai 'pusat' kesatuan
nia, melalui proyek hutangnya, pe-
politik bernama Indonesia. Peming-
maksaan itu semakin sempurna. Ka-
giran memang bercokol di kota-kota
rena tidak punya komitmen kuat pada
dengan jembel penghuni kolong jem-
rakyatnya, pemerintah negara ber-
batan dan penggusuran sebagai lam-
kembang seringkali tidak berkutik.
bangnya. Hal ini disadari Ina sepe-
Berbagai layanan sosial dicabut, ber-
nuhnya. Tetapi, pengalaman berta-
bagai subsidi ditiadakan. Dalam kon-
hun-tahun meneliti dan hidup bersa-
disi itu rakyat dan petani miskin men-
ma
jadi sendirian.
membuat Ina memusatkan perha-
suku-suku
tiannya
Sementara
itu,
Dede
Mulyanto
pada
pedalaman
ketersisihan
Papua
yang
menghantui suku pedalaman.
mengupas buku yang berjudul: "Yang
Berkuasa, Yang Tersisih, Yang Tak
Sebagai penutup, Gunawan Wiradi
Berdaya: Demokrasi yang Bagaimana
mempersoalkan
di Indonesia" karya Ina E. Slamet.
ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial itu da-
Buku ini menggambarkan betapa ke-
pat "bebas nilai" ataukah tidak. Tuli-
kuatan-kekuatan kapitalisme global
san ini sebenarnya merupakan maka-
dengan kelaparan kronisnya meram-
lah dalam suatu seminar yang telah
bahi pedalaman Kalimantan, Sulawe-
lama lampau, namun temanya diang-
si, atau Papua sejak jaman kolonial
gap masih relevan. Agar tidak berpe-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
apakah
kegiatan
XI
TANTANGAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA
luang untuk menyimpang, maka tulis-
abstraksi
an tersebut dimuat di jurnal ini sesuai
Tulisan ini mungkin terkesan "sem-
aslinya, yaitu dalam bahasa Inggris.
pit", karena hanya menggunakan se-
Istilah "hands-off policy" digunakan
jumlah
untuk mengacu kepada sikap untuk
demikian merupakan suatu kontribusi
menolak sama sekali pengaruh nilai
yang sangat berharga, terutama bagi
atau pengaruh ideologi dalam kegi-
para peneliti pemula yang harus
atan keilmuan. Sedangkan "hands-in
mulai memikirkan implikasi-implikasi
policy" mengacu kepada sikap yang
dari penelitiannya, bukan saja bagi
menerima kenyataan bahwa, dalam
kepentingan ilmu melainkan juga
praktiknya,
bagi kenyataan kehidupan sosial. Di
ilmu-ilmu
sosial
tidak
tinggi
literatur
ataupun
filosofis.
terbatas,
namun
mungkin secara mutlak "bebas nilai".
akhir tulisannya, Gunawan Wiradi
Perdebatan mengenai perbedaan dua
menganjurkan
pandangan ini sebenarnya sampai
dapat
sekarang belum pernah selesai.
pemahamannya
para
pemula
mengembangkan
melalui
agar
sendiri
perluasan
bacaan.
Wacana mengenai makna "ideologi"
itu sendiri serta perkembangannya
[Redaksi]
bukanlah hal yang sederhana karena
menyangkut teoresasi pada tataran
XII
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006