AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN.

AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING
KIONG KOTA MADIUN

Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Perbandingan Agama

Oleh:
ASTERIA PUTRI BUDYLIANTI
NIM : E02212019

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016

ABSTRAK

Asteria Putri Budylianti, Aktivitas Komunitas Khonghucu di Kelenteng Hwie
Ing Kiong Kota Madiun.

Judul dari penelitian ini yaitu Aktivitas Komunitas Khonghucu di Kelenteng Hwie
Ing Kiong Kota Madiun. Penelitian ini menjelaskan tentang berbagai macam
kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Khonghucu, baik itu bersifat ritual
maupun sosial. Penelitian ini menggunakan teori dari Joachim Wach tentang
Pengalaman Keagamaan (religious experience). Jenis penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif lapangan (field research). Setelah melakukan penelitian,
penulis menemukan kegiatan keagamaan komunitas Khonghucu di kelenteng
Hwie Ing Kiong, diantaranya selain perayaan tahun baru Imlek dan Cap Go Meh,
terdapat pula perayaan Sembahyang Duan Wu, Qing Ming, Sembahyang Arwah
Umum / Leluhur, Sembahyang hari lahir dan wafatnya Nabi Khonghucu, dan lain
sebagainya. Penulis juga menemukan bahwa komunitas Khonghucu rutin
melakukan kegiatan bakti sosial setiap tahunnya, yakni setelah melakukan
sembahyang Arwah Umum / Leluhur dan pada saat perayaan hari jadi kelenteng
Hwie Ing Kiong. Sedangkan masyarakat Madiun merespon kegiatan tersebut
dengan sangat baik, entah itu dari segi kegiatan sosial yang diadakan oleh
komunitas Khonghucu maupun keberadaan mereka di kota Madiun.
Kata Kunci: Khonghucu, Kelenteng, Aktivitas Agama dan Sosial.

ii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................. i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.


Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................ 4
Tujuam Penelitian ................................................................................ 4
Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
Tinjauan Pustaka .................................................................................. 5
Kerangka Teori..................................................................................... 6
Metode Penelitian................................................................................. 9
Sistematika Penulisan ......................................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI
A. Ajaran dan Kitab Suci Agama Khonghucu
1. Ajaran Agama Khonghucu .........................................................
2. Kitab Suci Agama Khonghucu...................................................
B. Tempat Ibadah dan Jenis Kebaktian Agama Khonghucu
1. Tempat Ibadah Agama Khonghucu ...........................................
2. Jenis Kebaktian Agama Khonghucu ..........................................
C. Teori Joachim Wach Mengenai Pengalaman Keagamaan ...............

14

17
24
25
28

BAB III DESKRIPSI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN
A. Letak Geografis Kelenteng Hwie Ing Kiong ....................................... 30

B. Simbol Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong .......................... 34
C. Struktur Organisasi Kelenteng Hwie Ing Kiong .............................. 43
D. Aktivitas Komunitas Khonghucu di Kelenteng Hwie Ing Kiong
viii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Aktivitas Keagamaan ................................................................. 45
2. Aktivitas Sosial .......................................................................... 52
E. Respon Masyarakat Mengenai Aktivitas Sosial Komunitas Khonghucu
di Kelenteng Hwie Ing Kiong ........................................................... 55

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI

KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN
A. Aktivitas Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong ....................... 58
B. Aktivitas Sosial di Kelenteng Hwie Ing Kiong ................................ 60
C. Respon Masyarakat Mengenai Aktivitas Sosial Komunitas Khonghucu
di Kelenteng Hwie Ing Kiong Kota Madiun .................................... 61

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya memiliki dua sifat, yakni manusia sebagai
makhluk individu dan manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk individu berarti setiap manusia memiliki perbedaan sifat dan tingkah
laku yang khas, yang berasal dari sifat keturunan dari orang tuanya dan juga
sifat dari lingkungan dimana ia tinggal. Sedangkan manusia sebagai makhluk
sosial berarti setiap manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sifat
manusia sebagai makhluk sosial lainnya yakni secara naluriah, manusia
memiliki kebutuhan unutk berkomunikasi atau berbicara dengan manusia
lainnya. Hal ini merupakan sifat mendasar yang dimiliki oleh manusia.
Kebutuhan manusia bermacam-macam dan tanpa batas. Namun ada satu
hal yang sifatnya paling mendasar dan dapat berfungsi sebagai pegangan /
pedoman manusia dalam menajalani kehidupan, yaitu Agama. Agama
merupakan media komunikasi antara manusia dengan Sang Pencipta.
Sedangkan di Indonesia telah memutuskan dalam undang-undang bahwa setiap
warga negara berhak mengikuti 5 agama yang telah diakui di Indonesia. Salah
satu agama yang diakui di Indonesia tersebut yakni agama Khonghucu.
Pengakuan bahwa Khonghucu sebagai agama terlihat pada Penetapan
Presiden No 1 Tahun 1965 yang diundangkan melalui Undang-Undang Nomor


1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

5 Tahun 1965, yang menetapkan agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu,
Budha, dan Khonghucu merupakan agama resmi penduduk Indonesia. Padahal
pada masa Orde Baru, seluruh aktivitas peribadatan agama Khonghucu
dilarang oleh pemerintah dengan Intruksi Presiden (Inpres) No 14/1967 tentang
agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina. Kemudian di Era Reformasi,
Agama Khonghucu mulai mendapatkan pengakuan atas identitasnya, yang
ditandai dengan dicabutnya Inpres No 14/1967 dengan diterbitkannya Keppres.
No 6/2000, dan kini etnis Cina dapat merayakan kembali Imlek secara bebas
dan terbuka.1
Selain itu, alasan mengapa penulis mengambil topik ini sebagai
penelitian karena keberadaan agama Khonghucu beserta lembaga-lembaga
keagamaannya di Indonesia sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, tepatnya
sejak masuknya para pedagang China yang datang ke tanah air. Meski begitu,
keberadaan agama Khonghucu di Indonesia, khusunya di kota Madiun, kurang
jelas terlihat dibanding dengan keberadaan etnis Tionghoa yang telah lama

menetap di Indonesia. Begitu pula dengan kegiatan keagamaan Khonghucu.
Tidak semua masyarakat mengetahui apa saja kegiatan keagamaan Khonghucu,
dan bagaimana hubungan komunitas Khonghucu dengan masyarakat sekitar.
Dengan demikian, penelitian ini diperlukan agar menambah pengetahuan
masyarakat terhadap keberadaan agama Khonghucu di kota Madiun,
khususnya yang berkaitan dengan aktivitas keagamaan dan aktivitas sosial.

Sulaiman, “Agama Khonghucu : Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di Pontianak
Kalimantan Barat”, Jurnal “Analisa” Vol. XVI, No. 01 (Januari-Juni 2009), 51.
1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Setiap agama pasti mempunyai tempat ibadah yang digunakan untuk
pusat kegiatan beribadah serta tempat berkumpulnya penganut agama tersebut.
Dalam agama Khonghucu, tempat ibadahnya bernama Kong Miao (Baca: Kong
Miao).
Kong Miao atau Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut

kepercayaan tradisonal Tionghoa di Indonesia pada umumnya. Dikarenakan di
Indonesia, penganut kepercayaan tradisional Tionghoa sering disamakan
sebagai penganut agama Khonghucu, maka Kelenteng dengan sendirinya
disamakan sebagai tempat ibadah agama Khonghucu.2
Sedangkan alasan penulis tertarik untuk melakukan penelitian di
kelenteng ini karena kelenteng ini merupakan salah satu bangunan yang sudah
lama berdiri di Kota Madiun, sehingga hampir seluruh masyarakat mengetahui
keberadaan kelenteng tersebut. Penulis mengakui bahwa telah banyak
penelitian yang mengambil objek agama Khonghucu, namun ketertarikan
penulis terletak pada kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial yang ada di
kelenteng Hwie Ing Kiong Madiun. Untuk itu, penulis mengambil agama
Khonghucu sebagai objek penelitian. Dan alasan lainnya agar penulis lebih
mengenal lebih jauh tentang keberadaan kelenteng Hwie Ing Kiong, yang mana
merupakan satu-satunya yang ada di Kota Madiun.

Wahyu Eka Sari, Muhammad Sholeh, Amir Hamzah, “Penerapan Jquery Mobile dan PHP
Data Object pada Aplikasi Pencarian Lokasi Tempat Ibadah di Yogyakarta”, Jurnal SCRIPT Vol.1
No.1 (Desember 2013), 71.
2


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktivitas keagamaan komunitas Khonghucu di Kelenteng Hwie
Ing Kiong Kota Madiun?
2. Bagaimana aktivitas sosial komunitas Khonghucu di Kelenteng Hwie Ing
Kiong Kota Madiun?
3. Bagaimana respon masyarakat mengenai aktivitas sosial komunitas
Khonghucu di Kelenteng Hwie Ing Kiong Kota Madiun?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui aktivitas keagamaan komunitas Khonghucu di
Kelenteng Hwie Ing Kiong Kota Madiun.
2. Untuk mengetahui aktivitas sosial komunitas Khonghucu di Kelenteng
Hwie Ing Kiong Kota Madiun.
3. Untuk mengetahui respon masyarakat mengenai aktivitas sosial komunitas
Khonghucu di Kelenteng Hwie Ing Kiong Kota Madiun.


D. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai aktivitas keagamaan komunitas Khonghucu di
kelenteng Hwie Ing Kiong Kota Madiun ini diharapkan dapat bermanfaat bagi,
antara lain:
1. Secara Teori

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bentuk pengembangan dari
ilmu pengetahuan, khususnya untuk mata kuliah Agama Khonghucu,
Sosiologi Agama, dan Agama-Agama Dunia. Dan juga, dapa berguna
untuk memperluas wawasan terkait dengan hal-hal yang berkaitan dengan
agama Khonghucu. Selain itu agar penulis lebih mengenal dan dapat
mendalami agama-agama di Indonesia, khususnya agama Khonghucu.
Dan juga, sebagai sarana untuk lebih mengenal keberadaan komunitas
Khonghucu di kota Madiun itu, serta untuk memperoleh gelar Sarjana
Theologi Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan sebagai salah satu pijakan oleh berbagai
pihak atau instansi terkait dengan kerukunan umat beragama. Dan juga,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi penambah referensi bagi pembaca
yang ingin mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan studi agamaagama.

E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah deskripsi tentang kajian atau penelitian yang
sudah pernah dilakukan sebelumnya, sehingga terlihat jelas bahwa kajian ini
bukanlah pengulangan atau duplikasi dari kajian terdahulu. Penulis sadar
bahwa pembahasan tentang agama Buddha dan Khonghucu telah banyak
dilakukan sebelumnya. Akan tetapi, pokok bahasan dan tempat yang diteliti
berbeda dengan bahasan sebelumnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Setiani Kusuma, dengan judul
“Aktivitas Keagamaan Khonghucu di Kelenteng Kwan Sing Bio Kabupaten
Tuban”. Didalamnya membahas tentang sejarah kelenteng tersebut dan juga
bagaimana aktivitas keagamaan yang ada di dalamnya. Selain itu, di skripsi
tersebut juga membahas bagaimana peran organisasi yang ada di kelenteng
tersebut. Letak persamaannya dengan penelitian ini yaitu terletak pada
obyeknya yaitu kelenteng. Dan didalamnya juga memiliki sedikit kesamaan
karena mengupas bagaimana sejarah kelenteng tersebut. Sedangkan letak
perbedaannya yaitu, selain terletak di tempat yang berbeda, penelitian ini juga
membahas bagaimana tanggapan masyarakat mengenai aktivitas yang ada di
dalam kelenteng tersebut.
Kedua, penelitian yang dibahas oleh Tri Jaka Prassetiya dengan judul
“Makna Perayaan Imlek Menurut Penganut Agama Khonghucu di Makin Kota
Bandung”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana perayaan Tahun Baru
Imlek yang dilakukan oleh komunitas Khonghucu di Kota Bandung. Letak
persamaannya yaitu sama-sama membahas tentang agama Khonghucu dan
ritual yang ada didalam tempat ibadahnya yaitu kelenteng. Sedangkan letak
perbedaannya terletak pada pokok pembahasannya.

F. Kerangka Teori
Pembahasan yang ada di dalam penelitian ini mencakup ritual keagamaan
komunitas Khonghucu, juga membahas mengenai ada dan tidaknya usaha
komunitas Khonghucu dalam berinteraksi dengan masyarakat umum di kota

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Madiun. Karena penelitian ini merupakan penelitian yang berkaitan dengan
hal-hal tersebut, maka penelitian ini didasari oleh teori pengalaman keagamaan
(religious experience) milik seorang tokoh studi agama, bernama Joachim
Wach.
Tidak ada agama yang tidak berevolusi menuju suatu bentuk masyarakat
keagamaan, demikian menurut Wach. Wach mengemukakan adanya hubungan
ganda yang menjadi karakteristik kelompok agama. Pertama, hubungan
kolektif ataupun individual para anggotanya terhadap momen yang dipandang
sebagai hubungan yang primer. Hal yang dimaksud Wach, yakni hubungan
suatu pemeluk agama terhadap kegiatan keagamaan. Sedangkan yang kedua,
karakteristik kelompok agama sekunder, yaitu hubungan para anggota dalam
kelompok. Wach juga menegaskan bahwa kelompok agama mempunyai
aturan-aturan sendiri, pandangan hidup, sikap, dan suasana hidup tersendiri.3
Pengalaman keagamaan atau pengalaman beragama baik individu atau
masyarakat, menurut Joachin Wach4 (1958), dapat diamati melalui tiga bentuk
ekspresinya, yaitu:
a. Ekspresi Teoritis (thought) atau ekspresi pemikiran, yang meliputi sistem
kepercayaan, mitologi, dan dogma-dogma
b. Ekspresi Praktis, yaitu meliputi sistem peribadatan ritual maupun pelayanan.
c. Ekspresi dalam persekutuan, yang meliputi pengelompokan dan interaksi

sosial komunitas beragama.
3

4

Djamannuri, “Joachim Wach tentang Agama”, Jurnal Al-Jamiah, no 30 (2008), 9.

Dadang Kahmad, M.Si., Metode Penelitian Agama : Perspektif Ilmu Perbandingan Agama,
Bandung : CV. Pustaka Setia, 2000, 16.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Yang termasuk dalam ekspresi teoritis yakni untuk mengungkapkan apa
saja yang menjadi isi dari kepercayaan suatu agama dan dirumuskan dalam
suatu ajaran agama atau doktrin tertentu. Dalam penelitian ini, penulis akan
mengumpulkan data terkait dengan isi doktrin atau ajaran dari Agama
Khonghucu seperti menanyakan tentang kitab suci komunitas Khonghucu dan
apa kandungan dari kitab tersebut.
Sedangkan ekspresi praktis dari pengalaman keagamaan yakni segala hal
yang dilakukan oleh suatu pemeluk agama, yang berkaitan dengan kegiatan
keagamaan. Ibadah itu sendiri mempunyai dua macam bentuk yakni ibadah
khusus, dan ibadah dalam konteks umum yang bersifat sosial. Hal akan
menjadi titik dari penelitian ini yaitu mencari data mengenai kegiatan
keagamaan dan kegiatan sosial komunitas Khonghucu di Kelenteng Hwie Ing
Kiong Madiun.
Bentuk ekspresi pengalaman keagamaan menurut Joachim Wach yang
ketiga yakni ekspresi dalam persekutuan. Ekspresi dalam persekutuan ini
merupakan bentuk implementasi dari kedua ekspresi diatas. Hal ini
menjelaskan bagaimana suatu pemeluk agama menjalankan interaksi sosial
dengan satu komunitas, atau bahkan dengan pemeluk agama lain. Dalam
ekspresi persekutuan ini menggambarkan apa upaya komunitas Khonghucu
agar dapat saling mengenal dengan sesama pemeluk agama Khonghucu dan
dengan pemeluk agama lain. Untuk itu, penelitian ini mencari tahu mengenai
bagaimana tanggapan masyarakat yang tinggal di sekitar kelenteng, mengenai
kegiatan sosial yang diadakan oleh komunitas Khonghucu tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

G. Metode Penelitian
Dalam sebuah karya ilmiah, metode penelitian merupakan hal yang sangat
penting. Selain itu, metode penelitian juga merupakan hal yang mendasar
dalam suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif lapangan (field
research). Dan untuk tempat yang menjadi sasaran penelitian yakni di
tempat ibadah komunitas Khonghucu yang merupakan satu-satunya di
Kota Madiun, yaitu Kelenteng Hwie Ing Kiong.

2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini ialah sebagai berikut :
a. Sumber Primer
Sumber primer dari penelitian ini ialah berasal dari wawancara.
Sedangkan yang menjadi obyek wawancara dalam penelitian ini yaitu
orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan kelenteng dan juga
masyarakat umum yang tinggal di kota Madiun. Hal yang menjadi
topik wawancara bagi pengurus kelenteng yaitu kegiatan apa saja yang
terdapat di kelenteng ini, baik yang bersifat ritual maupun sosial. Lalu
membicarakan mengenai simbol-simbol keagamaan yang ada di
kelenteng tersebut. Dan juga, untuk melakukan wawancara dengan
masyarakat, penulis menanyakan tanggapan masyarakat mengenai
keberadaan komunitas Khonghucu di kota Madiun.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

b. Sumber Sekunder
Sedangkan sumber sekunder dari penelitian ini yaitu berasal dari
dokumen. Informasi yang bersifat dokumenter atau tertulis yang dapat
menjadi sumber sekunder dan sebagai dasar penelitian. Selain itu,
fungsi dari sumber sekunder adalah sebagai pelengkap data agar data
yang diperoleh lebih jelas dan lengkap. Sumber sekunder ini dapat
diperoleh dengan cara pengumpulan data.

3. Teknik Pengumpulan Data
Karena penelitian ini bersifat penelitian lapangan, maka penulis
menggunkan teknik sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
menyelidiki obyek yang akan diteliti. Hal yang akan diamati oleh
penulis tentunya tempat ibadah komunitas Khonghucu, yaitu
kelenteng. Hal yang diamati oleh penulis di kelenteng Hwie Ing Kiong
yaitu kondisi kelenteng dan simbol-simbol keagamaan yang ada di
dalamnya. Selain itu, penulis juga melakukan observasi mengenai
tempat-tempat yang mendukung kegiatan di kelenteng tersebut. Bila
memungkinkan,

penulis

akan

melakukan

pengamatan

tentang

komunitas Khonghucu dalam melakukan ritual keagamaan dan juga
melakukan kegiatan sosial.
b. Interview

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Interview atau wawancara adalah proses pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara berdialog antara penulis dengan narasumber.
Pada penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada pengurus
kelenteng Hwie Ing Kiong. Karena di kelenteng ini tidak terdapat
pemuka agama Khonghucu yang khusus, maka penulis hanya
melakukan interview pada salah seorang pengurus kelenteng bagian
Keagamaan. Beliau bertugas sebagai koordinator keagamaan dari
ketiga agama di kelenteng Hwie Ing Kiong yaitu agama Khonghucu,
Buddha, dan Tao (Tri Dharma). Selain itu, penulis juga akan
melakukan wawancara dengan pengurus kelenteng bagian hubungan
masyarakat. Beliau sebagai narasumber tentang apa saja bentuk
hubungan komunitas Khonghucu dengan masyarakat.
c. Dokumentasi
Selain menggunakan teknik observasi dan wawancara, penulis juga
menggunakan

teknik

dokumentasi

sebagai

salah

satu

teknik

pengumpulan data. Dokumentasi diperlukan untuk mengambil objek
yang diteliti dengan cara pengambilan gambar dan perekaman suara.
Hal ini sangat diperlukan agar tidak ada informasi yang terlewatkan.

4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang
dapat

dikelola,

mensintesiskan,

mencari

dan

menemukan

pola,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.5
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagi sumber, yaitu wawancara, observasi, dokumentasi
dan lain sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, selanjutnya
adalah mereduksi (pemotongan) data, tentunya dalam hal ini adalah data
inti.

Kegiatan

mereduksi

data

tersebut

dilakukan

dengan

cara

mengabstraksi data. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman
yang inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga
tetap berada didalamnya.6
Dalam menganalisis data, penulis terlebih dahulu mencatat
pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Setelah itu, penulis
melakukan wawancara dengan narasumber yang menjadi sasaran
wawancara. Setelah semua data yang diperlukan sudah terkumpul, penulis
menyusun seluruh informasi tersebut sehingga menjadi sebuah karya
ilmiah yang terstruktur.

H. Sistematika Penulisan
Jika semua data dan informasi terkumpul dan siap disusun, penulis akan
menyusun hasil penelitian ini dalam lima bab.

5
6

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 248.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Bab pertama yaitu pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang
penelitian berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kajian pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian.
Bab kedua, berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan penelitian
ini. Untuk itu penulis membahas mengenai gambaran umum mengenai
pengertian aktivitas keagamaan dan aktivitas sosial. Dilanjutkan dengan
penjelasan mengenai kitab suci, ajaran-ajaran, dan tempat ibadah serta jenis
kebaktian dari Agama Khonghucu.
Bab ketiga, merupakan uraian data yang didapat dari penelitian. Dalam
bab ini, dituliskan beberapa informasi terkait dengan lokasi penelitian. Lokasi
yang dimaksud yakni Kelenteng Hwie Ing Kiong Kota Madiun. Bab ini diawali
dengan pengenalan lokasi mulai dari letak geografis, simbol keagamaan, dan
struktur organisasi. Dilanjutkan dengan bagaimana aktivitas keagamaan, dan
aktivitas sosial komunitas Khonghucu di kelenteng tersebut, serta bagaimana
respon masyarakat terhadap kedua aktivitas tersebut.
Bab keempat, penulis melakukan analisis berdasarkan data-data yang
telah terkumpul. Analisis ini terkait dengan menggabungkan teori pada bab
dua, dan hasil penelitian pada bab tiga, yang meliputi aktivitas keagamaan dan
aktivitas sosial komunitas Khonghucu, serta respon masyarakat terhadap
aktivitas tersebut.
Dan yang terakhir yaitu bab lima, akan dituliskan kesimpulan dan saransaran sebagai penutup.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Ajaran dan Kitab Suci Agama Khonghucu
1. Ajaran Agama Khonghucu
Agama Khonghucu dapat disebut sebagai Ji Kauw (menurut dialek
Hokkian) yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan dan kebaikan
bagi pengikutnya. Dapat dikatakan juga bahwa agama Khonghucu
merupakan suatu agama bagi kaum yang terpelajar.1
Dalam sebuah skripsi karya Setiani Kusuma dengan judul Aktivitas
Keagamaan Khonghucu di Kelenteng Kwan Sing Bio Kabupaten Tuban,
ajaran Khonghucu lebih kepada ajaran filsafat yang dapat dikelompokkan
dalam ajaran mengenai metafisika dan etika. Disebut metafisika yakni
berbicara mengenai konsep Thian atau Tian, yang dalam bahasa Inggris
disebut heaven merupakan faktor spiritual yang utama di bidang
keagamaan. Kepercayaan Khonghucu terhadap Thian ini sedikit berbeda
dengan agama lain yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Namun,
sebenarnya ada suatu ide yang bersifat universal yaitu sebagai pencipta
dan asal mula dari segala yang ada di dunia ini, sedangkan proses
penciptaannya

yang

bervariasi

menurut

agama

masing-masing.2

Matakin, “Pokok Ajaran Agama Khonghucu”, http://www.matakin.or.id/page/pokokajaran-agama-khonghucu# (Senin, 18 Juli 2016, 21.50).
1

2

Setiani Kusuma, Aktivitas Keagamaan Khonghucu di Kelenteng Kwan Sing Bio
Kabupaten Tuban (Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin
IAIN Walisongo, 2009), 20.

14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Sedangkan etika memiliki inti ajaran yang bernama Jen. Jen adalah suatu
proses perkembangan nilai-nilai spiritual yang berupa rasa kemanusiaan
sejati yang dimiliki oleh setiap manusia, dan merupakan karakteristik yang
fundamental dari keteraturan segala sesuatu yang ada, yang akan tercermin
dalam kehidupan manusia. Jen terdiri dari dua unsur yaitu Shu dan Chung.
Shu adalah suatu prinsip timbal balik atau teposaliro. Sedangkan Chung
berarti loyality atau kesetiaan terhadap kewajiban kemanusiaan. Sehingga
dalam melakukan perbuatan apapun tidak berharap imbalan baik berupa
materi ataupun pujian. Ajaran tersebut dapar diamalkan dengan baik
apabila manusia selalu memahami ajaran Tao. Tao merupakan suatu ajaran
Khonghucu yang berarti jalan. Dapat diartikan bahwa jalan yang harus
ditempuh oleh setiap makhluk, yang disebut dengan watak sejati. Hidup
mengikuti watak sejati akan membimbing kita dalam menempuh jalan
suci. Dan bimbingan dalam menempuh jalan suci itulah yang disebut
agama.3
Di dalam agama Khonghucu, terdapat empat pokok ajaran yang
sangat penting dan wajib ditaati oleh para pengikutnya. Pokok-pokok
ajaran tersebut antara lain :
1. Lima Kebajikan (Ngo Siang)
a. Cinta Kasih (Jien)
b. Kebenaran (Gi)
c. Susila (Lee)
d. Bijaksana (Ti)
3

Ibid, 21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

e. Dapat Dipercaya (Sien)
2. Delapan Kebajikan (Pak Tik)
a. Berbakti (Hauw)
b. Rendah Hati (Tee)
c. Satya (Tiong)
d. Dapat dipercaya (Sien)
e. Susila (Lee)
f. Menjunjung kebenaran, keadilan, atau kepantasan (Gi)
g. Suci Hati (Liam)
h. Tahu malu atau mengenal rasa harga diri (Thi)4
3. Lima Hubungan Kemasyarakatan
a. Pimpinan dan pembantu (Kun Sien)
b. Orang tua dan anak (Hu Cu)
c. Suami dan istri (Hu Hu)
d. Kakak dan adik (Hing Tie)
e. Kawan dan sahabat (Ping Yu)5
4. Delapan Keimanan
a. Sepenuh iman yakin kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Sepenuh iman menjunjung kebajikan
c. Sepenuh iman menegakkan firman gemilang
d. Sepenuh iman menyadari adanya roh dan nyawa
e. Sepenuh iman mengikuti genta rohani
4

B.S. Suryo Hutomo, Tata Ibadah dan Dasar Agama Khonghucu, (Jakarta:Matakin 1983),

5

Ibid, 20.

19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

f. Sepenuh iman mengamalkan isi kitab suci Su Si
g. Sepenuh iman menempuh jalan suci6
Selain itu, Nabi Khonghucu juga mengajarkan bahwa dalam
kehidupan, hendaknya manusia mengamalkan firman Tuhan Yang Maha
Esa. Sebab, manusia diciptakan oleh Tuhan, lengkap dengan kekuatan dan
kemampuan, untuk mengamalkan firman Tuhan. Firman Tuhan inilah
yang merupakan jalan menuju kepada Shing atau watak sejati. Hal tentang
mengamalkan firman Tuhan tersebut, tertulis dalam Kitab Bingcu VII A :
2, yang berbunyi :
Yang benar-benar dapat menyelami hati, akan mengenal watak
sejatinya, yang mengenal watak sejatinya akan mengenal Tuhan
Yang Maha Esa. Menjaga hati, merawat watak sejati, demikianlah
mengabdi kepada Tuhan YME. Tentang usia pendek atau panjang
jangan bimbang, siaplah dengan membina diri.7
Dalam agama Khonghucu, diajarkan pula mengenai mengasihi
antarumat manusia, tanpa membedakan golongan ataupun agama. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi Khonghucu yang berbunyi :
Aku mengabdikan diriku bagi semua, sebab sesungguhnya semua
manusia itu sekeluarga adanya, dan Tian (Tuhan Yang Maha Esa)
menugaskan diriku membimbing mereka.8

2. Kitab Suci Agama Khonghucu
Kitab suci merupakan salah satu syarat dalam adanya suatu agama
sehingga setiap agama pasti memiliki suatu kitab yang digunakan sebagai
pedoman dan tuntunan dalam melakukan kegiatan peribadatan. Selain itu,
6

Ibid, 20-28.
Matakin, Su Si, (Jakarta: Matakin 1970), 749.
8
Matakin, Riwayat Hidup Khongcu, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2000), 25.

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

kitab suci juga berfungsi sebagai sarana untuk dapat mengetahui isi dalam
ajaran agama tersebut. Ada juga fungsi lainnya yakni dengan adanya kitab
suci dalam suatu agama, seseorang dapat mengetahui ajaran agama satu
dengan yang lainnya. Di dalam agama Khonghucu ada beberapa kitab suci
yang wajib digunakan, yaitu :
1. Su Si (Empat Kitab)
Kitab Su Si awalnya ditulis dengan bahasa Mandarin namun
MATAKIN telah menterjemahkan kitab ini ke dalam bahasa
Indonesia. Kitab ini mempunyai 823 halaman dan dibagi menjadi 4
buah kitab. Di bagian sampul depan tertulis kata Pat Sing Ciam Kwi
yang berarti Delapan Pengakuan Iman dari agama Khonghucu.
Pemahaman dari pengakuan Iman ini sama halnya dengan 6 Rukun
Iman yang ada dalam agama Islam. Salah satu dari delapan pengakuan
iman tersebut ada yang serupa dengan rukun iman dalam Islam yakni
“beriman pada kitab Su Si” yang berarti beriman kepada kitab suci.9
Sedangkan isi dari 4 buah kitab yang ada di dalam kitab Su Si,
antara lain :
a. Kitab Thai Hak (Ajaran Besar)
Kitab ini ditulis oleh salah satu murid Khonghucu yang
bernama Ching Zi. Kitab ini berisikan panduan pembinaan diri

M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran – Ajaran Agama Besar, (Jakarta: Golden Trayon,
1995), 25.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

yang meliputi etika dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara,
dan dunia.10
Kitab ini terdiri dari 10 bab, yang diawali dengan adanya bab
utama yang terdiri dari 9 ayat. Selanjutnya, 4 ayat untuk bab I, 4
ayat untuk bab II, 5 ayat untuk bab III, 1 ayat untuk bab IV, 3 ayat
untuk bab V, 4 ayat untuk bab VI, 3 ayat untuk bab VII, 3 ayat
untuk bab VIII, 9 ayat untuk bab IX, 23 ayat untuk bab X. Dengan
begitu, jumlah keseluruhan ayat dalam kitab Thai Hak ini adalam
68 ayat.
b. Kitab Tiong Young (Tengah Sempurna)
Kitab ini ditulis oleh cucu dari Khonghucu yang bernama Zi
Shi. Kitab ini berjumlah 32 bab dan ditambah dengan bab utama.
Seiring berjalannya waktu, kitab Tiong Young atau kitab Zhong
Young atau the Doctrine of the Mean ini disusun kembali oleh Zi
Hi, dan berubah menjadi satu bab utama dan 32 bab uraian.
Kitab Tiong Young ini memiliki arti tengah sempurna. Kata
“tengah” dalam kitab ini berarti “jalan yang lurus di dunia”.
Sedangkan kata “sempurna” berarti “hukum tetap dunia”. Jadi
dapat dikatakan bahwa arti dari kata tengah sempurna yaitu berbuat
sesuai hukum alam.
Dalam kitab ini, disamping membicarakan tentang Tiong
Young itu sendiri, juga membicarakan tentang arti agama. Dalam
bab utama dari kitab ini dijelaskan bahwa firman Thian (Tuhan) itu
10

Ibid, hal. 26.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

disebut sebagai watak sejati. Jika di dalam hidup ini seseorang
mengikuti watak sejati, maka hal ini dinamakan menempuh jalan
suci. Dan pembimbing yang membimbing kita kearah jalan suci
tersebut dinamakan agama. Dalam ayat ke-2 dikatakan bahwa jalan
suci tidak boleh terlepas dari manusia. Bila ada manusia yang
terpisah dengan jalan suci, maka manusia tidak dapat dikatakan
menempuh jalan suci. Maka manusia hendaknya memiliki perasaan
mawas diri pada Thian.11
c. Kitab Lun Yu
Kitab ini ditulis oleh murid-murid Khonghucu sebelum
wafat. Kitab ini juga dikenal sebagai kitab kumpulan atau Lun Gi
yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan The Analects.12
Kitab ini memiliki 20 jilid, dan di dalam kitab Su Si, kitab Lun Yu
diletakkan di bagian ketiga, setelah Kitab Thai Hak dan Kitab
Tiong Young. Secara umum, kitab ini berisikan hal-hal yang
berhubungan dengan sabda-sabda dan nasehat Nabi Khonghucu
yang berkaitan dengan kehidupan pada jaman itu.13
d. Kitab Bing Cu
Kitab ini diberi nama kitab Bing Cu, karena bagian pertama
dari kitab ini membahas mengenai Bing Cu yang menemui raja
11

Ihsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, (Jakarta: Pelita
Kebajikan,TT), 29.
12

Sutradharma Tj. Sudarman, Menjalani Kehidupan Buddhisme, Confucianisme dan
Taoisme, (1998), 116.
13
Mochtar
Corner,
“Kitab
Suci
Agama
Khonghucu”,
http://mochtariwumbo.blogspot.co.id/2012/05/kitab-suci-agama-honghucu.html (Jumat, 13 Mei
2016, 10.53).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Hwi dari negeri Liang dan juga membicarakan tentang Bing Cu
yang bertugas menyebarkan dan menjelaskan ajaran Khonghucu ke
negeri Liang. Kitab ini memiliki 7 jilid dan merupakan kumpulan
percakapan Mencius atau Bing Cu dalam menjalankan kehidupan
di masa itu dengan menegakkan ajaran agama Khonghucu. Tujuan
Mencius yakni mengungkapkan cinta kasih dan kebenaran dalam
menebarkan jalan suci, kebajikan, dan mengakui adanya Thian.14
2. Ngo King (Lima Kitab)
Kitab ini merupakan kitab klasik yang diyakini oleh umat
Khonghucu selain kitab Su Si. Kitab ini memiliki 6 buah karya yang
telah disusun oleh Khonghucu (551-479 M), pada masa dinasti Han
(206-221 M). Keenam karya tersebut yaitu15 :
1. Si King atau Kitab Sajak
Kitab ini disebut pula Pa King / Pa Jing / Kitab Kuncup
Bunga. Kitab ini membahas bagaimana iman kepada Thian dan
terdiri dari 39.222 huruf. Kitab Si King ini dirintis oleh Ki Tan atau
Ciu Kong Tan. Macam-macam sajak yang ada dalam kitab ini :
Hong (Nyanyian Rakyat), Hut (Cerita), Pi (Perumpamaan), Hien
(Sindiran / Sanjungan), Nge (Pujian), Siong (Pemujaan). Kitab ini
Si King ini dibagi menjadi 4 bab yani :

14

Sutradharma Tj. Sudarman, Menjalani Kehidupan Buddhisme, Confucianisme dan
Taoisme, (1998), 177.
15
Iwan Fridolin, Cendikiawan dan Sejarah: Tradisi Kesustraan Cina, (Jakarta: Fakultas
Sastra UI, 1998), 34.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

a. Kok Hong / Guo Feng / Nyanyian Rakyat atau Adat Istiadat.
Terdiri dari 15 buku, 160 sajak.
b. Siu Nge / Xiau Ya / Pujian Kecil. Terdiri dari 8 buku, 80 sajak.
c. Tai Nge / Da Ya / Pujian Besar kepada Nabi Ki Chiang / Bun
Ong. Terdiri dari 3 buku, 31 sajak.
d. Siong / Song yang digunakan untuk mengiringi upacara
peribadahan. Terdiri dari 3 buku, 40 sajak.16
2. Su King atau Kitab Dokumentasi
Kitab Su King disebut juga Kitab Shu Jing / Sio Si / Shang
Shu / Kitab Mulia dan Cai King / Zai Jing / Kitab Tarikh Buku
Jaman dan Piet King / Bi Jing / Kitab Tembok. Disebut kitab
Tembok karena berhasil dilestarikan sejak penemuan kitab ini di
dalam dinding rumah keluarga Nabi Khongcu. Dan Khong An Kok
adalah keturunan Nabi Khongcu yang pada waktu itu mendapat
perintah dari Raja Han Bu Te untuk mengkonsolidasikannya. Kitab
ini disusun oleh Nabi Khongcu dari jaman Tong Giau (2357 –
2255 SM) sampai Raja Muda Chien Bok Kong pada jaman Raja
Ciu Siang Ong (651 – 618 SM). Kitab ini terdiri dari 4 buku 6 jilid,
yaitu :
a. Gi Su, berjumlah 5 bab, menceritakan tentang Hikayat Tong
Giau (2357 – 2255 SM) dan Gi Sun (2255 – 2205 SM).

Me
And
Confucius,
“Ngo
King
Wu
Jing
Lima
Untaian”,
http://www.meandconfucius.com/2010/06/ngo-king-wu-jing-lima-untaian.html (Jumat, 13 Mei
2016, 11.07).
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

b. He Sun, berjumlah 4 bab, membahas mengenai naskah-naskah
Dinasti He (2205 – 1766 SM).
c. Siang Su, berjumlah 27 bab, membahas mengenai naskahnaskah Dinasti Siang (1766 – 1122 SM).
d. Ciu Su, terdiri dari 32 bab, membahas tentang naskah-naskah
Dinasti Ciu (1122-255 SM).
3. Ya King atau Kitab Perubahan
Kitab Ya King atau dapat disebut juga kitab Yi Jing, Hie
King, atau I Ching ini merupakan kitab yang paling utuh menurut
sejarah, yang terdiri dari 24.707 huruf di dalamnya. Kitab ini
berisikan tentang unsur-unsur ketuhanan, Bu Kik, Tay Kik, Im
Yang, Pat Kwa yang dimulai dari Nabi Purba Hok Hie.17
4. Lee King atau Kitab Kesusilaan
Kitab Lee King atau Li Jing, Tay King, atau Dai Jing ini
terdiri dari 99.020 huruf dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Ciu Lee / Zhou Li (Kitab Kesusilaan Dinasti Ciu)
b. Gi Lee / Yi Li (Kitab Kesusilaan dan Peribadahan)
c. Lee Ki / Li Ji (Catatan Kesusilaan)
5. Chun Chiu King
Kitab Chun Chiu King atau Chun Qiu Jing, Chun Ciu, Lien
King, Lin Jing, atau Kilin ini terdiri dari 18.000 huruf yang
didalamnya murni hasil tulisan dari Nabi Khongcu sendiri.
Me
And
Confucius,
“Ngo
King
Wu
Jing
Lima
Untaian”,
http://www.meandconfucius.com/2010/06/ngo-king-wu-jing-lima-untaian.html (Jumat, 13 Mei
2016, 11.07).
17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

6. Hau King atau Kitab Bakti
Kitab Hau King atau Hauw King, Xiao Jing ini juga
merupakan hasil karya Nabi Khongcu sendiri. Kitab ini terdiri dari
18 bab yang didalamnya berisikan percakapan Nabi Khongcu
dengan Cingcu. Selain itu, kitab ini juga membahas mengenai
ajaran tentang berbakti dan bagaimana memuliakan suatu
hubungan.18 Hubungan ini bisa dengan sesama manusia, maupun
hubungan manusia dengan Thian (Tuhan Yang Maha Esa).

B. Tempat Ibadah dan Jenis Kebaktian Agama Khonghucu
1. Tempat Ibadah Agama Khonghucu
Dalam suatu agama tentu memiliki kegiatan peribadatan masingmasing. Dan dalam melakukan suatu ibadah, tentunya memerlukan tempat
yang tidak sembarangan. Tempat itu harus suci karena dipergunakan untuk
menghadap kepada Thian (Tuhan Yang Maha Esa). Seperti halnya agamaagama lain, agama Khonghucu juga memiliki tempat ibadah bernama
Kong Miao atau Kelenteng.
Kelenteng pada awalnya tempat ibadah bagi penganut kepercayaan
tradisional Tionghoa di Indonesia. Karena di Indonesia menyamakan
antara penganut kepercayaan tradisional Tionghoa dengan agama
Khonghucu, maka nama Kelenteng bergeser menjadi tempat ibadah bagi
agama Khonghucu. Nama kelenteng sendiri hanya ada di Indonesia, yang
Me
And
Confucius,
“Ngo
King
Wu
Jing
Lima
Untaian”,
http://www.meandconfucius.com/2010/06/ngo-king-wu-jing-lima-untaian.html (Jumat, 13 Mei
2016, 11.07).
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

berasal dari bunyi teng-teng-teng dari lonceng yang ada didalam
Kelenteng, pada saat melakukan sembahyang. Sedangkan di negara asli
agama Khonghucu yaitu Tiongkok, kelenteng ini bernama Bio atau dalam
dialek Hokkian bernama Miao.19
Pada awalnya, Miao merupakan tempat penghormatan untuk para
leluhur. Sebelum bernama Miao, tempat ini bernama “Ci” yang berarti
rumah abu (abu milik leluhur). Masing-masing marga membuat bangunan
Ci ini untuk menyimpan abu mereka. Seiring berjalannya waktu, abu dari
setiap marga dikumpulkan dan diletakkan ke dalam ruangan khusus untuk
berbagai marga dan suku. Sampai akhirnya berubah nama menjadi Miao
dan didalam Miao tersebut terdapat ruangan tersendiri yang digunakan
untuk mempelajari ajaran-ajaran agama Tri Dharma yaitu Khonghucu,
Buddha, dan Tao.20

2. Jenis Kebaktian Agama Khonghucu
1. Sembahyang kepada Thian.
a. Melakukan sembahyang yang bertujuan untuk mengucap rasa
syukur kepada Thian. Sembahyang ini dilakukan pada saat pagi

Kelenteng.com, “Arti Kelenteng”, http://kelenteng.com/arti-kelenteng/ (Senin, 25 Juli
2016, 20.20).
19

20

Tionghoa Info, “Klenteng”, http://www.tionghoa.info/klenteng/ (Senin, 25 Juli 2016,

20.23).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

dan sore hari, serta pada saat setelah menerima rezeki di altar
rumah masing-masing.21
b. Sembahyang Thiam Tien Gong yang dilakukan setiap tanggal 1
dan 15 menurut kalender Imlek. Sembahyang ini dapat dilakukan
di altar rumah, maupun di tempat ibadah.
c. Sembahyang besar yang dilakukan pada hari kemuliaan Thian.
Seperti sembahyang malam tutup tahun atau malam menjelang
Gwan Tan. Sembahyang King Thi Kong yang dilaksanakan pada
tanggal 8 menjelang tanggal 9 Cia Gwee (bulan pertama). Ada juga
sembahyang saat Siang Gwan atau Cap Go Meh, yang
dilaksanakan pada tanggal 15 Cia Gwee (bulan pertama). Lalu
sembahyang hari Tangcik (hari dimana letak matahari tepat di atas
garis balik 23,5 LS, yakni pada tanggal 22 Desember).22
2. Kebaktian kepada Nabi Khongcu.
a. Peringatan Hari Lahir Nabi Khonghucu pada tanggal 27 bulan
kedelapan kalender Imlek (bulan Ci Sing Tan).
b. Peringatan hari Wafatnya Nabi Khonghucu, yakni pada tanggal 18
bulan kedua kalender Imlek (bulan Ci Sing Ki Sien).
c. Peringatan hari Genta Rohani atau Bok Tok (genta yang terbuat
dari logam dan dipukul dengan pemukul yang terbuat dari kayu),
yakni pada tanggal 22 Desember.

21

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, (Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama 2000), 170.
22
Haksu Tjhie Tjaying, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu, (Solo
: Matakin 1984), 61.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

3. Kebaktian untuk Para Suci
a. Sembahyang untuk memperingati hari Twan Yang, tanggal 5 bulan
kelima kalender Imlek. Arti dari Twan Yang yaitu saat matahari
memancarkan cahaya yang paling terang.
b. Sembahyang hari Tiong Chiu pada tanggal 15 bulan kedelapan
kalender Imlek. Pada tanggal ini bulan purnama telah berada di
pertengahan musim gugut di belahan bumi bagian utara. Pada saat
itu kondisi cuaca di daerah tersebut sangat baik dan pada malam
harinya, bulan bersinar dengan terangnya. Pada hari itu juga, para
petani sangat riang gembira karena sedang musim panen. Pada saat
bulan purnama tersebut, mereka melakukan sembahyang Hok Tik
Cing Sien (malaikat bumi) sebagai bentuk rasa syukur mereka.
c. Sembahyang hari He Gwan, yakni pada tanggal 15 bulan
kesepuluh. Makna dari He Gwan yaitu pernyataan terakhir manusia
kepada Tuhan dalam satu tahun.
4. Sembahyang Bagi Para Leluhur.
a. Sembahyang yang dilakukan setiap tanggal 1 dan 15 menurut
kalender Imlek.23
b. Sembahyang yang dilakukan pada hari dimana leluhur dan orang
tua wafat.
c. Sembahyang yang ditujukan untuk penutupan tahun (Tik Sik),
yang dilaksanakan pada tanggal 29 bulan 12 menurut kalender
Imlek.
23

Makin, Membentuk Sikap Bakti (Solo : Makin, 1993), 10.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

d. Sembayang Sadranan / Ziarah / Ching Bing yang dilaksanakan
pada tanggal 5 April.
e. Sembahyang yang digunakan untuk arwah leluhur, pada tanggal 15
bulan ketujuh menurut kalender Imlek.
5. Sembahyang untuk Kebaktian Masyarakat.
a. Sembahyang King Ho Ping atau sembahyang arwah umum pada
tanggal 29 bulan ketujuh kalender Imlek.
Macam-macam sembahyang diatas merupakan jenis kebaktian yang diatur
oleh MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia). Setiap
kelenteng memiliki ritual tambahan yang tidak dimiliki oleh kelenteng
lainnya, seperti hari kelahiran dewa utama mereka, hari jadi tempat ibadah
mereka, atau ritual lainnya yang mengikuti budaya yang ada di masingmasing tempat.

C. Teori Joachim Wach Mengenai Pengalaman Keagamaan
Telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan
teori dari tokoh yang bernama Joachim Wach sebagai landasan teori. Ia
mengatakan bahwa pengalaman keagamaan atau pengalaman beragama baik
individu atau masyarakat, menurut Joachin Wach24 (1958), dapat diamati melalui
tiga bentuk ekspresinya, yaitu:
a. Ekspresi Teoritis (thought) atau ekspresi pemikiran, yang meliputi sistem
kepercayaan, mitologi, dan dogma-dogma
b. Ekspresi Praktis, yaitu meliputi sistem peribadatan ritual maupun pelayanan.
24

Dadang Kahmad, M.Si., Metode Penelitian Agama : Perspektif Ilmu Perbandingan
Agama, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2000, 16.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

c. Ekspresi dalam persekutuan, yang meliputi pengelompokan dan interaksi

sosial komunitas beragama.

Yang termasuk dalam ekspresi teoritis yakni untuk mengungkapkan apa
saja yang menjadi isi dari kepercayaan suatu agama dan dirumuskan dalam
suatu ajaran agama atau doktrin tertentu. Sedangkan ekspresi praktis dari
pengalaman keagamaan yakni segala hal yang dilakukan oleh suatu pemeluk
agama, yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan. Ibadah itu sendiri
mempunyai dua macam bentuk yakni ibadah khusus, dan ibadah dalam konteks
umum yang bersifat sosial. Sedangkan bentuk ekspresi pengalaman keagamaan
menurut Joachim Wach yang ketiga yakni ekspresi dalam persekutuan.
Ekspresi dalam persekutuan ini merupakan bentuk implementasi dari kedua
ekspresi diatas. Hal ini menjelaskan bagaimana suatu pemeluk agama
menjalankan interaksi sosial dengan satu komunitas, atau bahkan dengan
pemeluk agama lain. Dalam ekspresi persekutuan ini menjelaskan bagaimana
upaya suatu komunitas, dalam berinteraksi dengan masyarakat diluar
komunitasnya. Hal ini tentunya berlaku juga pada masyarakat terhadap
komunitas tersebut. Dan juga, hal ini merupakan bentuk hubungan timbal balik
yang dilakukan oleh sesama manusia, baik secara individu maupun kelompok.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III
DESKRIPSI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA
MADIUN

A. Letak Geografis Kelenteng Hwie Ing Kiong
Kota Madiun merupakan Kota Madya yang pada jaman penjajahan
Belanda berbentuk Karesidenan, sebuah kota yang terletak di bagian Barat dari
provinsi Jawa Timur yang memiliki wilayah seluas 33,23 km2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 202.087 jiwa (menurut sensus penduduk tahun 2011) yang
terdiri dari 98.976 laki-laki dan 103.111 perempuan. 1 Kota ini berbatasan
langsung dengan provinsi Jawa Tengah, sehingga Kota Madiun merupakan
kota transit pada jalur selatan yang menghubungkan kota-kota di Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan Jawa Barat..
Secara astronomis, Kota Madiun terletak diantara 111o Bujur Timur –
112o Bujur Timur dan 7o – 8o Lintang Selatan. Kota Madiun memiliki tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Taman, Kecamatan Mangunharjo, dan Kecamatan
Kartoharjo, yang masing-masing kecamatan terbagi atas 9 kelurahan. Sehingga
Kota Madiun memiliki 27 kelurahan yang tersebar di tiga kecamatan.
Sedangkan untuk batas-batas administrasinya, Kota Madiun memiliki batas : y
(1) Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Madiun, (2) Bagian Timur

1

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Madiun, Demografi, (Madiun:Pemerintah
Kota Madiun) 2011, -.

30
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

berbatasan dengan Kecamatan Wungu, (3) Bagian Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Geger, dan (4) Bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Jiwan.2
Di Kota Madiun terdapat salah satu bangunan berarsitektur Tiongkok
yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Madiun yakni satu-satunya
kelenteng di kota ini bernama Kelenteng Hwie Ing Kiong (惠荣宫 Hui Rong
Gong). Kelenteng ini menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat
Tionghoa Madiun pada jaman penjajahan Belanda. Pada ja