Ajaran dan umat Khonghucu: implementasi ajaran Wu Chang terhadap perilaku umat Khonghucu di Klenteng Hok Sian Kiong Mojokerto.

(1)

AJARAN DAN UMAT KHONGHUCU

(Implementasi Ajaran Wu Chang Terhadap Perilaku Umat

Khonghucu Di Klenteng Hok Sian Kiong Mojokerto)

Skripsi:

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu Ushuluddin Dan Filsafat

Disusun Oleh :

Rizka Feby Ayuni (E02213038)

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Rizka Feby Ayuni. E02213038. Implementasi Ajaran Wu Chang Terhadap Perilaku Umat Khonghucu di Klenteng Hok Sian Kiong Mojokerto.

Tema yang diambil penulis merupakan implementasi ajaran Wu Chang terhadap perilaku umat Khonghucu, serta aktivitas sosial umat Khonghucu. Peneliti tertarik mengambil tema ini karena tertarik terhadap asal usul ajaran Wu Chang yang menjadi dasar ajaran Khonghucu dan ingin mengetahui implementasinya di kehidupan umat secara individu, bersama sesama, dan dengan masyarakat. Metode yang digunakan adalah kualitatif, yaitu penelitian lapangan dengan menngunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teori yang digunakan sebagai pisau analisis adalah teori interaksi simbolik George Herbert Mead yang menjelaskan mengenai interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh self (diri), mind (pikiran) dan society (masyarakat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ajaran

Wu Chang bukan hanya merupakan ide (mind) namun, ajaran ini menjalar dalam

kehidupan umat Khonghucu baik secara individu, sesama umat maupun bermasyarakat. Sedangkan dalam konsep saya (I) dapat ditunjukkan dengan perilaku umat Khonghucu yang mencerminkan implementasi ajaran Wu Chang yaitu pertama, cinta kasih (Ren) dengan berbakti, menghargai jasa orang lain, membantu orang lain dan rasa kemanusiaan. Kedua, kebenaran (Yi) dengan melakukan kewajiban dan merasa enggan jika tidak ikut. Ketiga, kesusilaan (Li) dengan mengikuti aturan dalam beribadah maupun norma masayarakat, jujur, menolong teman dan menyapa orang tua terlebih dahulu. Keempat, kebijaksanaan

(Zhi) dengan perilaku tanggung jawab, percaya diri, musyawarah dan keterbukaan.

Kelima, dapat dipercaya (Xin) dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat dalam lingkungan dan ajaran kejujuran dari orang tua. Dalam aktifitas sosial umat terjadi percampuran budaya dalam penyebutan beberapa istilah seperti pembagian takjil, sahur dan maulid nabi Muhammad. Konsep masyarakat (society) sendiri terlihat dari keengganan yang dirasakan oleh beberapa umat Khonghucu Akan tetapi sekarang menjadikan suatu kebiasaan yang membuat kaharmonisan terjalin, disini individu dan masyarakat saling mempengaruhi dan akhirnya menjadi satu keseragaman yang sama dalam masyarakat.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN ABSTRAK ... x

HALAMAN DAFTAR ISI ... xi

HALAMAN TRANSLITERASI ... xiii

HALAMAN DAFTAR BAGAN... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Judul ... 5

F. Telaah Kepustakaan ... 6

G. Metode Penelitian ... 9

H. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II : LANDASAN TEORI A. Ajaran-Ajaran Khonghucu 1. Etika Bagian Pertama a. San Kang (Tiga Hubungan Tata Krama) ... 19

b. Ngo Lun (Lima Hubungan Masyarakat) ... 21

2. Etika Bagian Kedua a. Wu Chang (Lima Kebajikan) ... 24

b. Pa Te (Delapan Kebajikan) ... 32

c. Chun Tzu (Manusia Budiman) ... 35

B. San Cai (Jalan Suci Agama Khonghucu) 1. Tian Dao (Hubungan Dengan Tuhan) ... 38

2. Di Dao (Hubungan Dengan Alam) ... 41

3. Ren Dao (Hubungan Dengan Manusia) ... 42

C. Konsep Interaksi Simbolik Goerge Herbert Mead 1. Mind (Pikiran) ... 37

2. Self (Diri) ... 50

3. Society (Masyarakat) ... 52

BAB III : DESKRIPSI DATA A. Profil Klenteng Hok Siang Kiong 1. Letak Geografis ... 55


(8)

B. Implementasi Ajaran Wu Chang

1. Kegiatan Individu ... 62

2. Kegiatan Sesama Umat Khonghucu ... 70

C. Aktivitas Sosial Umat Khonghucu 1. Pembagian Takjil dan Sahur Bersama ... 76

2. Bakti Sosial ... 78

3. PKK ... 79

4. Diundang Acara Maulid Nabi Muhammad ... 80

BAB IV: ANALISIS: IMPLEMENTASI DAN MAKNA AJARAN WU CHANG TERHADAP PERILAKU UMAT KHONGHUCU DI KLENTENG HOK SIAN KIONG MOJOKERTO A. Implementasi Ajaran Wu Chang ... 82

B. Aktivitas Sosial Umat Khonghucu ... 88

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Agama merupakan bagian kehidupan sebagian besar manusia. Agama bukan hanya sebagai keyakinan hasil refleksi intelektual (renungan pemikiran) semata, namun sebagai suatu jalan dan cara hidup manusia.1 Seperti dalam pengertian agama perspektif Khongucu terdapat dalam kitab Zhong Yong2 “Firman Tian -Thian itulah yang dinamakan Watak Sejati. Hidup mengikuti Watak Sejati itulah dinamai menempuh jalan suci. Bimbingan menempuh jalan suci itulah dinamai agama”

Dari penjelasan diatas agama menurut perspektif Khonghucu ialah manusia hidup mengikuti watak sejati yang merupakan fiman Tian maka dia selalu

menempuh jalan suci. Jalan suci dalam agama Khonghucu terdapat tiga yaitu jalan melalui hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan alam dan hubungan dengan manusia. Oleh sebab itu, ajaran-ajaran agama Khonghucu berisi pandangan yang berhubungan dengan kemanusiaan, susila dan watak-watak kemanusiaan yang berguna untuk hidup bermasyarakat.

Ajaran etika Khonghucu digambarkan sebagai bentuk ekologi sosial dimana individu tidak pernah terpisah tetapi selalu berhubungan sebagai pribadi dengan

1

Gede Mahardika, Agama Makna Hidup Dan Dinamika Sosial, (t.k, GaneÇ Swara: 2011), 98.

2 Zhong Yong artinya tengah sempurna. Tengah sempurna dijelaskan bahwa “tengah” diartikan

yang “tepat sasaran”, ditambahkan lagi bahwa “tengah” itu adalah “jalan yang lurus di dunia” dan “sempurna” adalah “hukum tetap dunia”. M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Menuju Agama Khonghucu, ( Jakarta: Gramedia Pusat Utama, 2000), 29.


(10)

2

orang lain.3 Seperti halnya ajaran Wu Chang yang merupakan salah satu dari ajaran etika dalam agama Khonghucu. Wu Chang terdiri dari lima ajaran yaitu

pertama, Ren yaitu cinta kasih, dan kemanusiaan. Kedua, Yi yaitu rasa solidaritas,

dan membela kebanaran. Ketiga, Li yaitu sopan santun, dan budi pekerti.

Keempat, Zhe yaitu kebijaksanaan, pengertian dan kearifan. Kelima, Xin yaitu

kepercayaan, dan rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain.4

Ajaran ini menekankan pentingnya nilai moral yang ada dalam diri manusia. Karena seseorang harus menjadi baik, maka dia juga akan memberikan kebaikan juga pada orang lain. Hal ini sama dengan arti agama Khonghucu sendiri. Agama Khonghucu atau Ru Jiao dalam bahasa Mandarin yang berasal dari ru yang

merupakan gabungan dari kata ren yang berarti manusia dan xu yang berarti perlu.

Sedangkan jiao merupakan gabungan dari kata xiao yang artinya memuliakan dan

wen yang artinya ajaran, sehingga pengertian dari Ru Jiao adalah ajaran yang

diperlukan manusia untuk memuliakan hubungan atau ajaran yang digunakan untuk menjadi terpelajar.5 Oleh karenanya dalam ajaran agama Khonghucu menekankan bagaimana seseorang bisa menjadi Junzi (orang budiman) yang

bijaksana, hidup sesuai dengan jalan suci dan menjadi teladan bagi manusia lainnya.

Ajaran Wu Chang dipilih karena merupakan dasar pedoman dari ajaran

Khonghucu yang lainnya. Ajaran ini adalah turunan dari sifat Tuhan yang berupa watak sejati (Xing). Kemudian berkembang menjadi lima berupa Wu Chang

3

Mary Evelyn Tucker & John A. Grim, Agama, Filsafat Lingkungan Hidup terj. (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 198.

4

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 69.

5


(11)

3

dengan alasan bahwa jika seorang telah melakukan watak sejatinya yaitu Ren

(cinta kasih), Yi (kebenaran), Li (kesusilaan), Zhe (kebijaksanaan), maka dia akan

mendapatkan Xin (dapat dipercaya) sebagai akhirnya. Karenanya, peneliti ingin

melihat lebih dalam perilaku yang mencerminkan ajaran Wu Chang, benarkan

bahwa umat Khonghucu menjalani kehidupan bermasyarakat dengan mengedepankan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Wu Chang. Benarkah

nilai yang terkandung dalam ajaran Wu Chang memberikan makna yang

mendalam bagi umat Khonghucu.

Peneliti menggunakan teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead. Interaksi simbolik pada dasarnya merupakan suatu model penelitian yang berusaha mengungkapkan realitas perilaku manusia, dimana interaksi simbolik ini menekankan pada makna esensial yang tercermin melalui komunikasi yang banyak menampilkan simbol.6 Teori ini merupakan teori yang berdasarkan tiga konsep yaitu diri, pikiran dan masyarakat. Konsep diri digunakan untuk melihat latar belakang masing-masing individu yang tercermin dari kegiatan individu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsep masyarakat digunakan untuk melihat apakah ada penyeragaman perilaku yang terjadi nantinya dalam kegiatan bermasyarakat yang dilakukan oleh umat Khonghucu serta memberikan makna yang sesungguhnya dengan menyangkutkan kepada perilaku yang timbul dari kegiatan tersebut.

Klenteng Hok Sian Kiong dipilih dikarenakan umat Khonghucu selalu mengadakan bakti sosial berupa pengobatan gratis dan donor darah. Klenteng

6

M. Syahran Jailani, Interaksi Simbolik, Konstruktivisme, Teori Kritis, Post Modernisme dan Post Strukturalisme (Telaah Basis Teoritis Paradigma Penelitian Kualitatif), (Jambi: Edu-Bio, 2012), 5.


(12)

4

tidak hanya dikunjungi umat Tridharma, namun juga ada wisatawan yang bukan dari agama yang bersangkuta. Selain itu pula, dikarenakan peneliti melihat solidaritas yang kuat di dalam Klenteng, meskipun umatnya sedikit tetapi tidak mengurangi esensi dari kegiatan yang dilakukan. Terkait dengan objek penelitian tersebut, maka peneliti berinisiatif mengambil judul yaitu “AJARAN DAN UMAT KHONGHUCU (Implementasi Ajaran Wu Chang Terhadap Perilaku Umat Khonghucu Di Klenteng Hok Sian Kiong Mojokerto)”.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana ajaran Wu Chang terhadap perilaku umat Khonghucu di Klenteng

Hok Sian Kiong?

2. Bagaimana implementasi ajaran Wu Chang terhadap umat Khonghucu di

Klenteng Hok Sian Kiong?

3. Bagaimana aktivitas sosial umat Khonghucu di Klenteng Hok Sian Kiong?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui ajaran Wu Chang terhadap perilaku umat Khonghucu di Klenteng

Hok Sian Kiong.

2. Mengetahui implementasi ajaran Wu Chang terhadap umat Khonghucu di

Klenteng Hok Sian Kiong.


(13)

5

D.Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

a. Sebagai pengembangan keilmuan pada prodi Studi Agama-Agama khususnya mata kuliah Agama Dunia, Agama Khonghucu dan Sosiologi Agama.

b. Menjadi rujukan dan pertimbangan dalam penelitian selanjutya.

2. Secara praktis

a. Menambah wawasan bagi pemeluk agama lain tentang pemaknaan ajaran keagamaan dalam kehidupan sosial yang ada di Indonesia.

b. Sebagai syarat akademik dalam menempuh sarjana starata satu (S1).

c. Menumbuhkan rasa toleransi terhadap pemeluk agama lain sehingga terjalin kerukunan antar umat beragama.

E.Penegasan Judul

Penelitian ini berjudul “Ajaran Dan Umat Khonghucu (Implementasi Ajaran Wu Chang Terhadap Perilaku Umat Khonghucu di Klenteng Hok Sian Kiong Mojokerto)”. Untuk menghindari suatu kesalahfahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka peneliti akan membatasi pengertian penelitian. Adapun Istilah-istilah tersebut adalah:


(14)

6

Ajaran Wu Chang : Salah satu ajaran dalam etika Khonghucu. Ajaran ini berisi tentang lima sifat mulia yang terdiri dari ren, yi, li, zhe dan xin.7

Perilaku : Respon atau reaksi dari sesorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Umat Khonghucu : Pemeluk agama Khonghucu.

Klenteng : Klenteng adalah tempat peribadatan orang-orang yang beragama Tri Dharma yang memuja roh leluhur, serta mengandung unsur-unsur ajaran Buddha, Tao dan Khonghucu.8

Mojokerto : Salah satu nama kabupaten di Jawa Timur.

Oleh sebab itu, maksud dari penelitian ini yaitu melihat pengaruh ajaran

Wu Chang (lima sifat mulia) dilihat dari perilaku, sikap atau tindakan yang

dilakukan oleh umat Khonghucu dalam kehidupan individu dan bersama umat Khonghucu atau bermasyarakat di daerah sekitar Klenteng wilayah Mojokerto.

F. Telaah Kepustakaan

Kajian tentang ajaran Wu Chang sebenarnya bukan merupakan kajian baru.

Berdasarkan telaah penulis, kajian-kajian tentang ajaran Wu Chang banyak

membahas tentang perilaku ekonomi, humanisme, ajaran dalam agama Khonghucu, prinsip dalam pemerintahan, dan penjelasan tentang Ren, diantaranya:

7

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 68.

8

Siti Miftahul Husnah, Sejarah Berdirinya Klenteng Hok Sian Kiong Di Kota Mojokerto, (Skripsi Tidak Diterbitkan, Program Sudi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 21.


(15)

7

Kajian tentang agama, Ahmad Zarkasi9, dan M. Ikhsan Tanggok10. Kajian ini menjelaskan tentang agama Khonghucu secara keseluruhan, mulai dari sejarah, ajaran, peribadatan dan hari-hari besar keagamaan. Sedangkan kajian agama Khonghucu oleh Sulaiman11 hanya berfokus pada penyebaran dan keorganisasiannya di Pontianak Kalimantan Barat. Kemudian Bratayana Ongkowijoyo12 menjelaskan tentang Wu Chang melalui asal usul huruf atau dikenal dengan Gu Wen.

Kajian lainnya yaitu tentang humanisme dalam ajaran Khonghucu oleh Timothy Heavens13 dan Nina Asmara14 menjelaskan pandang ajaran Khonghucu yang pada dasarnya sangat humanis sebab ajaran ini berpusat pada hubungan antara manusia dan etika yang menjadi dasarnya serta kitab seperti Mengzi, Yijing,

Liji, Lun Yu sebagai pedoman. Kajian Tu Wiming15 tentang humanisme

menjelaskan tentang sosial, individu dan masyarakat dalam padangan humanisme agama Khonghucu yang dasarnya merupakan karekteristik mereka sudah ada sejak jaman China kuno.

9

Ahmad Zarkasi, Mengenal Pokok-Pokok Agama Kong Hucu, Al Ad-YaN, Vol.IX, No.1, (Januari-Juni, 2014), 21.

10

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000),1.

11

Sulaiman, Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, Dan Keorganisasiannya Di Pontianak Kalimantan Bara, Analisa, Vol. XIV, No. 01(Januari-Juni, 2009), 50.

12

Bratayana Ongkowijoyo, Wu Chang, Wu Lun & San De, http://www.spocjournal.com/widya-karya/275-wu-chang-wu-lun-a-san-da-de.html, (Sabtu, 10 Juni 2017, 14:04)

13

Timothy Havens, Confucianism as Humanism, CLA Journal, 1, (t.b, 2013), 33.

14

Nina Asmara, Humanistik Dalam Agama Khonghucu, (Skripsi Tidak Diterbitkan, Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakata, 2008), 6.

15

Tu Weiming, Sociality, Individuality and Anthropocosmic Vision in Confucian Humanism, the ACPA Series Of Chinese and Comparative Philosophy, (t.b, 2007), 146.


(16)

8

Kajian tentang korelasi ajaran Wu Chang dengan perilaku ekonomi oleh Eka

Fidia Ratnasari16. Kajian ini menjelaskan bahwa Wu Chang sangat berpengaruh dalam kehidupan berekonomi oleh etnik China di Krian. Sedangkan Ongky Setio Kuncono17 juga melakukan penelitian terhadapa pengaruh ajaran Khonghucu seperti Yin Yang, Guanxi dan Wu Chang dalam kewirausahaan, kemampuan usaha

dan kinerja usaha pedagang eceran di Surabaya. Sedangkan Chinese Tourist and

Confucianism oleh Kweek, Anna, Lee, Young Sook18 lebih menekankan pada ajaran Wu Chang yang dimasukkan dalam penerapan pariwisata di China.

Kajian tentang Wu Chang dalam prinsip pemerintahan dilakukan oleh Agus

Young19 yang menjelaskan keinginan idelologi Kong Zi tentang pemerintahan baik meskipun tanpa adanya aturan hukum resmi namun lebih ke dalam etikanya di dalam masyarakat China. Sedangkan Achmad Rosidi20 lebih menekankan aktualisasi ajaran Khonghucu dalam membangun nasionalisme etnis Tionghoa di Surakarta.

Kajian tentang kepribadian orang China oleh Adi Nugraha menjelaskan bahwa keberhasilan yang mereka peroleh merupakan perpaduan antara kepribadian dan watak yang mereka miliki. Lainnya menjelaskan perkembangan kepribadian orang China yang didasari oleh ajaran Wu Chang dan Yin Yang

16

Eka Fidia Ratnasari, Korelasi Ajaran Wu Chang Dengan Perilaku Ekonomi Etnik Tionghoa Krian, (Skripsi Tidak Diterbitkan, Program Sudi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 5.

17

Ongky Setio Kuncono, Jurnal Penelitian Pengaruh Etika Confuxius Terhadap Kewirausahaan, Kemampuan Usaha Dan Kinerja Usaha Pedagang Eceran Etnis Tionghoa Di Surabaya,

(Surabaya: Revka Petra Media, 2015), 5.

18

Anna, Kwek, dkk. Chinese Tourist and Confucianism, (Australia: Asia Pacific Journal of Tourism Research, 2010), 4.

19

Agus Young, Retracing the Roots and Ideals Confucian Principle Of Governance: the Art of Regulationg Governance Without Legal Rules in Chinese Societies, (t.b, 2011), 1.

20

Achmad Rosidi, Aktualisasi Ajaran Konfusianisme Dalam Membangun Nasionalisme Etnis Tionghoa (Perspektif Etnis Tionghoa Surakarta), SmaRT, Vol.01, No. O2, (Desember, 2015), 167.


(17)

9

dilakukan oleh Chung Jen Hsu21 dilihat dari naskah teks “Jen Wu Chih” yang merupakan teori kuno tentang kepribadian.

Kajian yang hanya memfokuskan tentang Ren dilakukan oleh Ouldare

Banwo22 menjelaskan tentang pengertian Ren sebagai salah satu dari lima ajaran kebajikan (Wu Chang) dengan memfokuskan pada teks kitab suci dan asal usul

huruf.

Dari beberapa kajian di atas belum ditemukan kajian yang berjudul Implementasi Ajaran Wu Chang Terhadap Perilaku Umat Khonghucu di Klenteng Hok Sian Kiong Mojokerto. Penelitian ini dirasa perlu dilakukan untuk memahami perilaku dan implementasi yang dilakukan oleh umat Khonghucu karena ajaran ini merupakan dasar ajaran agama Khonghucu.

G.Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan sudut pandang sosiologi. Pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang melakukan berbagai bentuk perhitungan terhadap gejala keagamaan.23 Pendekatan kualitatif ini dipandang sebagai satu-satunya cara yang paling handal dan relevan untuk bisa memahami fenomena sosial (tindakan manusia) sebab

21

Chung-Jen Hsu, Development Of An Indegenous Chinese Personality Inventory Based On The Principle Of Yin-Yang And The Five Elements And On The Ancient Chinese Text “Jen Wu Chih”,

(Desertation Publised: Departement of Philosophy in Ohio State University, 2006), 28.

22

Oludare Banwo, Ren- an important virtue for Mankind, (September, 2013), 2.

24

M. Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 28.


(18)

10

penelitian ini mengharuskan peneliti untuk terjun secara langsung melakukan observasi dan wawancara pada subjek penelitian.24

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah berdasarkan data-data. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan perilaku yang mencerminkan ajaran Wu Chang dalam bermasyarakat.

Penelitian dilakukan dengan pengamatan secara seksama terhadap perilaku umat yang mencerminkan ajaran Wu Chang dan dampak yang diberikan oleh

ajaran Wu Chang kepada pemeluk agama lain, melalui observasi, wawancara

sehingga diperoleh data terkait implementasi ajaran Wu Chang terhadap

perilaku bemasyarakat umat.

2. Sumber Data Yang digunakan

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengeksplorasikan data kualitatif yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti menggunakan dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder:

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah data yang didapat langsung dari penelitian lapangan secara langsung ke lokasi penelitian dengan instrumen yang sesuai.25 Data primer yang dicari adalah perilaku yang mencerminkan ajaran

Wu Chang pada umat Khonghucu. Infoman penelitian merupakan orang

yang dijadikan sasaran oleh penelitian untuk dimintai infomasi terkait

24

Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, 5.

25


(19)

11

dengan rumusan masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pemuka agama Khonghucu dan pemeluk agama Khonghucu serta bukan pemeluk agama Khonghucu sebagai pendukung. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling dimana

subjek penelitian dipilih berdasakan tujuan penelitian dengan beberapa pertimbangan yaitu mengetahui latar belakang masalah penelitian sehingga mampu memberikan infomasi terkait penelitian.26 Karakteristik informan sebagai berikut:

1) Ibu Ws. Endang Titis merupakan informan pertama. Beliau adalah rohaniawan agama Khonghucu. Bagi peneliti ini bukan pertama kalinya bertemu dengan beliau. Namun karena sosoknya yang menyenagkan dan ramah menjadikan semua pertanyaan yang peneliti ajukan jadi seperti bercerita satu sama lain. Informasi yang diberikan mengenai pembelajaran dan perilaku Wu Chang (lima kebajikan) melalui Wu Lun

(Lima hubungan masyarakat).

2) Bapak Ws. Ongky Setiawan merupakan informan kedua. Beliau adalah rohaniawan Khonghucu. Beliau banyak memberi masukan terhadap masalah yang peneliti ingin teliti, bahkan beliau menuliskan artikel yang berhubungan dengan permasalahan yang peneliti ingin tulis. Informasi yang diberikan seputar Xing (Watak Sejati) dan berkunjung ke makam

leluhur.

26

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Soaial-Agama, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), 37.


(20)

12

3) Ibu Tan Be Ing merupakan informan ketig. Beliau adalah penganut agama Khonghucu. Informasi yang diberikan oleh beliau yaitu tentang acara di klenteng

4) Ibu Li Chen merupakan informan keempat. Beliau adalah sekertaris klenteng. Beliau juga memberikan banyak informasi terkait sembahyang leluhur dan juga beberapa kegiatan sosial yang dilakukan oleh Klenteng. 5) Ibu Nagasiah merupakan informan kelima. Beliau menjelaskan mengenai

ajaran keluarga dan juga penekanan pada acara kebaktian.

6) Ferry Kurniawan informan keenam yang merupakan penganut agama Khonghucu. Informasi yang diberikan berupa tanggapan tentang kegiatan dan kondisi pengikut agama Khonghucu.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari pihak yang tidak berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti, namun masih relevan dengan penelitian ini diantaranya:

Kitab Si Su yaitu kitab suci agama Khonghucu yang terdiri dari empat buah kitab yang dihimpun menjadi satu kitab. Keempat kitab tersebut adalah : (1) Thai Hak (Ajaran Besar), (2) Tiong Yong (Tengah Sempurna), (3) Lun

Gi (Sabda Suci)dan (4) Bing Cu (Ajaran-ajaran Mecius atau Meng Zi).27 Buku karya M. Ikhsan Tanggok, Jakarta tahun 2000 yang berjudul

Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Buku ini menjelaskan

27


(21)

13

tentang agama dan kepercayaan cina tertua, kitab suci, ajaran, upacara keagamaan dan hari raya umat Khonghucu.

Buku karya Mulyadi Liang, Sidoarjo tahun 2005 yang berjudul

Mengenal Agama Khonghucu. Buku ini menjelaskan tentang berbagai aspek

mulai dari ajaran, hari besar, upacara keagamaan, kitab suci dengan secara singkat dan jelas.

Buku karya George Ritzer yang diterjemahkan oleh Triwibowo B.S, Jakarta tahun 2007 yang berjudul Teori Sosiologi Modern Edisi Ketujuh.

Buku ini menjelaskan tentang teori yang saya gunakan dalam penlitian ini yaitu Interaksi Simbolik dari George Herbert Mead.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang akan peneliti gunakan dalam usaha mengumpulkan data, yaitu: a. Observasi

Observasi merupakan teknik yang dilakukan untuk memperoleh informasi dengan lebih jelas serta rinci terhadap masalah yang akan diteliti. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya keterangan yang tidak terdapat dalam sumber data sekunder. Namun dalam observasi peneliti akan menggunakan observasi tidak berstruktur dimana observasi dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Dengan demikian, pada

observasi pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.28 Metode observasi peneliti

28


(22)

14

gunakan untuk mencari data tentang perilaku, hubungan yang diungkapkan melalui simbol (bahasa, isyarat, tingkah laku, kata) dilakukan agar peneliti dapat memperoleh data secara detail dan sesuai fakta di lapangan.

b. Wawancara Mendalam (In Depth-Interview)

Wawancara untuk keperluan penelitian berbeda dengan percakapan sehari-hari. Wawancara biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan, pendapat secara lisan dari seseorang dengan bertatap muka secara langsung.29 Wawancara yang dilakukan menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth interview) dengan pengumpulan data

berdasarkan pada pertanyaan intensif dengan suatu tujuan.30 Tujuannya untuk memperoleh keterangan tentang pengaruh ajaran Wu Chang

terhadap perilaku umat Khonghucu dengan bertatap muka secara langsung kepada informan. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancana bebas. Maksudnya adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak terstruktur, namun berpusat pada satu pokok masalah tertentu.31 Karena dalam proses wawancara nanti pertanyaan akan berkembang mengikuti situasi. Metode wawancara peneliti gunakan untuk mencari data mengenai:

1) Sejarah dan Kondisi Klenteng Hok Sian Kiong Mojokerto.

29Musta’in Mashud,

Teknik Wawancara, (Jakarta: Kencana, 2007), 69.

30

Emy Susanti Hendrarso, Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Kencana, 2007), 172.

31


(23)

15

2) Pemahaman tentang ajaran Wu Chang.

3) Perilaku bermasyarakat yang mencerminkan ajaran Wu Chang.

4) Aktivitas sosial umat Khonghucu.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang penyelidikannya ditujukan pada penjelasaan yang telah melalui sumber dokumen.32 Namun dokumentasi disini bukan hanya berupa buku-buku, majalah, jurnal, surat kabar, internet, skripsi, artikel tetapi juga berupa foto yang tak terbatas ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti mengetahui kejadiaan di masa lalu. Metode ini peneliti gunakan sebagai bukti data yang memuat aktivitas yang mencerminkan ajaran Wu

Chang.

4. Metode Analisis Data

Dengan menggunkan tahap-tahap berikut: a. Reduksi Data

Data yang didapat dari lapangan ditulis dengan rapi dan terinci serta sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Tulisan atau laporan tersebut perlu direduksi yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.33 Reduksi data merupakan suatu bentuk analitis yang

32

Winarto Surahmad, Pengantar Panelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1990), 132

33

Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 36.


(24)

16

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data. Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat di tarik.34 Pada tahap ini, data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi dan buku akan dipilih mana yang penting dan tidak penting.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan pemahaman yang diterima oleh peneliti terhadap objek penelitian. Karena data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa data-data, sehingga penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata. Penyajian informasi ini berupa kutipana-kutipan langsung dalam wawancara.35 Data tentang simbol yang mencerminkan implementasi ajaran

Wu Chang bagi jemaat Khonghucu di Klenteng Hok Siang Mojokerto.

c. Kesimpulan

Kesimpulan berisi tentang hasil analisis dari tahap-tahap di atas. yaitu kesimpulan yang menjawab tetang rumusan masalah pertama, bagaimana

ajaran Wu Chang terhadap perilaku umat Khonghucu di Klenteng Hok Sian

Kiong?. Kedua, bagaimana implementasi ajaran Wu Chang yang dilakukan

34

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), 134.

35

Emy Susanti Hendrarso, Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Kencana, 2007), 173.


(25)

17

umat Khonghucu di Klenteng Hok Sian Kiong?. Ketiga, bagaimana aktivitas

sosial umat Khonghucu di Klenteng Hok Sian Kiong?

H.Sistematika Pembahasan

Sitematika penulisan dalam penelitian ini disusun untuk mempermudah pemahaman sehingga dapat menghasilkan pembahasan yang sistemtis. Penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika pembahasan secara terperinci yang penulis pergunakan sebagai berikut:

Bab pertama, memaparkan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan judul, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan. Isi pokok bab ini berisi keseluruhan gambaran penelitian yang akan dilakukan.

Bab kedua, menjelaskan tentang ajaran etika Khonghucu bagian pertama dan kedua, jalan suci agama Khonghucu dan landasan teori interaksionalisme simbolik George Herbert Mead.

Bab ketiga, menjelaskan tentang deskripsi data yang meliputi profil Klenteng berupa letak geografis dan keadaan klenteng. Kemudian penjelasan tentang implementasi ajaran Wu Chang dan aktivitas sosial yang dilakukan umat

Khonghucu.

Bab keempat, menjelaskan analisis data tentang implementasi ajaran Wu

Chang terhadap perilaku umat Khonghucu di Klenteng Hok Sian Kiong dan


(26)

18

Bab kelima, berisi kesimpulan hasil penelitian, analis serta saran dari penulis. Kesimpulan ini diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian dan memberikan saran sesuai dengan hasil kesimpulan penelitian. Bagian akhir yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung penelitian ini.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Etika Khonghucu

Etika dalam kamus bahasa Indonesia merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak serta kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.1 Sedangkan pengertian etika secara umum diartikan sebagai ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat. Khonghucu menurut Prof DR. Lin Yu Tang adalah upaya manusia untuk memperoleh kebajikan di dalam dan berpenampilan sebagai raja di luar.2 Sehingga etika merupakan hal yang ada di dalam diri setiap manusia yang akan menampilkan driri kita dalam bersikap maupun berbuat. 1. Etika Bagian Pertama

a. San Kang (Tiga Hubungan Tata Krama)

1) Hubungan Atasan Dengan Bawahan

“Pangeran Ting bertanya, “Bagaimanakah hendaknya seorang pemimpin memerintah pembantunya dan seorang pembantu mengabdi

pemimpinnya?” Nabi menjawab, “Seorang pemimpin hendaknya

memerintah pembantunya sesuai dengan kesusilaan dan seorang pembantu mengabdi pemimpinnya dengan kesetyaan.“3

Dari perkataan tersebut dapat diketahui bahwa seorang pemimpin haruslah bersifat adil dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya.

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: t.p, 2008), 399.

2

Wasthu Pragantha Chong, Etika Konfusian Adalah Sistem Yang Terbuka Dan Universal,

(Surabaya: Litbang, 1996), 1.

3


(28)

20

Begitu juga seorang bawahan haruslah menghormati pemimpinnya sebagai seorang atasan. Sikap yang tercermin dari atasan dengan memperlakukan bawahannya penuh dengan cinta kasih, akan membuat bawahannya justru merasa enggan berbuat yang tidak baik terhadap kita dan dengan sendirinya menghormati kita sehingga hubungan yang terjalin penuh dengan ketulusan.

2) Hubungan Suami Dengan Istri

Keluarga merupakan pondasi dasar dari masayarakat., maka keluarga yang harmonis dan berperilaku baik sangat penting dalam agama Khonghucu. Hal ini dikarenakan tatanan moralitas seseorang dimulai dari moralitas yang dimilikinya dalam keluarga. Karena kehidupan bahagia di dapatkan dalam keluarga sejahtera dan bermoral religius.4 Sepasang suami dan istri akan selaras dan harmonis jika masing-masing mempunyai keterikatan dalam kewajibannya, tidak saling menguasai maupun saling menyalahkan satu dengan yang lainnya, bila ada salah berusaha untuk saling memaafkan dan selalu membina diri bukan menyalahkan.

3) Hubungan Orang Tua Dengan Anak

“Pemimpin hendaklah dapat menempatkan diri sebagai pemimpin, pembantu sebagai pembantu, orag tua sebagai orang tua dan anak sebagai anak.”5

4

Agung Prabowo, Wu Lun Lima Hubungan Masyarakat, https:// http://www.spocjournal.com/budaya/488-wu-lun-lima-hubungan-masyarakat.html, (Sabtu, 10 Juni 2017, 13:36)

5


(29)

21

Perkataan diatas menjelaskan bahwa orang tua harus berfungsi sebagai orang tua yang baik dengan memperlakukan anak penuh dengan cinta kasih begitu juga seorang anak harus menjadi anak yang baik dan patuh terhadap orang tua dengan berbakti kepada mereka.6 Mengasuh dan mendidik anak memang merupakan kewajiban dari orang tua. Oleh karenanya sebagai orang tua selalu mengasihi anaknya dan sebagai anak harus berlaku bakti. Maka, kedua orang tua harus saling menghargai dan mengasihi dalam mengasuh.7

b. Ngo Lun (Lima Hubungan Masayarakat)

1) Hubungan Atasan Dengan Bawahan

“Seorang raja memperlakukan menterinya dengan Li (kesopanan atau penih dengan budi pekerti yang baik. Seorang menteri mengabdi kepada Raja dengan kesetianannya.”8

Perkataan Khonghucu di atas menggambarkan bahwa seorang pemimpin harus dilandasi kebenaran, keadilan, kewajiban dan begitu juga bawahan haruslah dapat menghormati atasannya sebagaimana perannya sebagai atasan. Hal ini dilkukan agar tercipta suatu keharmonisan.

6

Ongky Setio Kuncono, Wawancara, Mojokerto, 6 Juli 2017.

7

Inggried Budiarti, Lingkungan Membentuk Sikap Dan Perilaku, (Sidoarjo: SPOC, 2017),134.

8


(30)

22

2) Hubungan Antara Orang Tua dan Anak

“Raja berfungsi sebagai raja, menteri berfungsi sebagai menteri, ayah berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak.“9

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang harus menempatkan dirinya sesuai dengan perannya masing-masing dengan baik. Jika ia seorang raja harus berfungsi sebagai raja. Jika ia seorang menteri harus berfungsi sebagai menteri. Jika seorang ayah, haruslah berfungsi sebagai ayah dan jika ia seorang anak, maka ia harus berfungsi sebagai anak yang menyenangkan kedua orang tuanya. Hubungan ini harus dilandasi kasih sayang, hormat, patuh, dan menunjukkan sikap bakti. 3) Hubungan Suami dan Istri

Hubungan ini dilandasi pembagian tugas, saling percaya dan menyayangi satu sama lain. Istri yang baik itulah yang patuh pada perintah suaminya, dan istri yang tidak baik adalah istri yang selalu melangar perintah suaminya. Suami harusnya bersifat Kuncu atau

manusia budiman dengan menjadi contoh yang baik sehingga dapat menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.10 Hal ini dikarenakan suami merupakan kepala keluarga atau atasan dalam pemerintahan yang kecil berupa keluarga. Bagi Kong Zi keluarga merupakan sistem pertama yang menjadikan seorang manusia itu baik atau buruk. Jika manusia itu baik dalam sistem keluarga, maka dia akan melakukan hal yang baik dalam sistem selanjutnya yaitu dalam masyarakat.

9

Kitab Su Si, Lun Gi, XII: 1.

10

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agam Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Utama, 2000), 64.


(31)

23

4) Hubungan Kakak dan Adik

“ Seorang muda, di rumah hendaklah berlaku bakti, di luar (rumah)

hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubung erat dengan orang

yang berperi cinta kasih. ”11

Dalam hubungan ini dilandasi pengertian, saling menyayangi, peduli, menolong. Dari ayat di atas menekankan bahwa orang muda harus berlaku bakti apabila berada di luar rumah. Ini tidak lagi apakah saudara atau bukan. Orang yang lebih tua harus dihormati dengan memberikan salam terlebih dahulu. Sedangkan yang tua juga memperlakukan hal yang sama. Hubungan ini mencerminkan sifat cinta kasih dengan saling menghormati dan menghargai sesama saudara. 5) Hubungan Kawan dan Sahabat

“ Ada tiga macam sahabat yang membawa manfaat dan tiga macam

sahabat yang membawa celaka. Sorang sahabat yang lurus, yang jujur, dan yang berpengetahuan luas, akan membawa manfaat. Seorang sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal baik, dan hanya pandai memutar

lidah akan membawa celaka.”12

Dalam perkataan tersebut Khonghucu menekankan bahwa jika mencari teman haruslah yang baik. Teman yang baik akan banyak memberi manfaat., sedangkan teman yang tidak baik akan tidak kaan memberikan manfaat. Sahabat yang memberi manfaat itu bukan hanya sekedar besar kecilnya materi yang diberikan. Akan tetapi juga pengetahuan yang dia didapat, sebab pengetahuanlah yang membuat orang bodoh menjadi pintar, miskin menjadi kaya, danterbelakang

11

Kitab Su Si, Lun Gi, I :6.

12


(32)

24

menjadi maju.13 Hubungan ini dilandasi saling dapat dipercaya, berbagi suka dan duka.

Hubungan antar manusia ini perlu dilandasi oleh kebajikan atau cinta kasih dan keadilan. Sedangkan hubungan sesama pribadi diatur oleh norma masyarakat. Apabila norma itu dilanggar akan menimbulkan keretakan hubungan. Hal ini mengakibatkan kita kan kehilangan banyak teman diakibatkan relasi yang tidak sesuai. Supaya manusia tetap berlaku tengah dan tepat (harmonis), maka wajib dilaksanakan dengan semangat satya dan tepasalira yaitu apa yang diri sendiri tiada diinginkan, jangan dilakukan kepada orang lain.14

2. Etika Bagian Kedua

a. Wu Chang (Lima Kebajikan)

Kebajikan merupakan cahaya, kuasa, dan kemuliaan Tuhan yang merupakan sumber segala rahmat.15 Maka, dalam agama Khonghucu mengucapkan salam Wei De Dong TIAN yang mempunyai arti Hanya

kebajikan Tuhan Yang Maha Esa berkenan. Kemudian jawaban yang didapat yaitu Xian You Yi De yang artinya sungguh miliki yang satu itu.

Sehingga kebajikan merupakan hal yang paling penting yang diberikan oleh Tuhan menjadi menjadikan sumber kekuatan manusia.

13

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agam Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Utama, 2000), 67.

14

Indarto, Kongzi Sang Nabi Agung, (Surabaya: Matakin, 1996), 3.

15

Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi 1963-2013, (Solo: Matakin, 2013),43.


(33)

25

Dong Zhongshu (Tung Chun-shu) (179-104 S.M) merupakan salah satu orang yang menjadikan Khonghucu sebagai politik dan menjadikannya ideologi resmi pada masa kerajaan China dari Dinasti Han sampai jatuhnya dinasti Qing tahun 1911.16 Dong Zhongshu berada di tengah jaman antara pandangan filusuf Mengzi dan Xunzi, meskipun pada akhirnya pandangannya lebih dekat dengan Xunzi. Dia setuju dengan Mengzi bahwa sifat alami manusia mengandung benih dari kebajikan, tetapi dia tidak setuju bahwa manusia adalah makhluk dengan kebaikan yang berasal dari alam. Sebab menurut Dong Zhongshu supaya kebaikan itu tetap menjadi baik, maka benih kebaikan itu harus dipelihara. Sedangkan dengan Xunzi, Dong Zhongshu lebih menekankan kepada aturan dari pemerintah untuk mendidik rakyat menjadi masyarakat yang beradab.

Dong Zhongshu juga mengembangkan teori seperti halnya filsuf Yunani Kuno yaitu Plato yang menyatakan bahwa fitrah kita sebagai manusia dengan kebaikan alami dalam diri kita harus bertarung dengan kecenderungan bawaan lahir kita untuk serakah dan egois. Seperti halnya plato, Dong Zhongshu mengusulkan sebuah model dari psikologi manusia yang berlawanan kekuatan alami dari manusia menjadi kesatuan konflik dengan satu dan lainnnya. Artinya Dong Zhongshu mengatakan bahwa sifat asli manusia akan bertarung dengan sifat yang berada di dalam ataupun di luar dirinya. Dong Zhongshu juga percaya bahwa kedua sisi dari alam kita

16


(34)

26

berasal dari Surga.17 Teori yang terkenal dari Dong Zhongshu adalah

Spring and Autumn Annals yang mengatur orang lain dan diri sendiri.

Inilah yang disebut dengan Wu Chang (Lima Pedoman) yaitu Ren, Yi, Li,

Zhi, dan Xin. Ren, Yi, Li Zhi merupakan watak sejati (Xing) yang diberikan

oleh Tuhan kemudian dikembangkan maka akan bertambah Xin yaitu dapat

dipercaya. Artinya kalau manusia sudah menjalankan Xing maka akan

mendapatkan Xin (Dapat dipercaya). Wu Chang terdiri dari:

1) Ren18

Huston Smith menggambarkan Ren terbentuk dari dua huruf yaitu

manusia dan dua, yang berarti menanamkan hubungan ideal yang seharusnya terjadi antara manusia.19Ren dalam kitab Lun Yu yang terdiri dari kira-kira 10000 kata-kata tercatat lebih dari 100 kali huruf Ren. Kata

ini bisa bermakna banyak arti seperti kebaikan dari manusia ke manusia, pemurah hati, cinta dan juga diartikan sebagai berhati manusiawi.20

Ren dibagi menjadi dua yaitu Ren dalam perbuatan dan nilai.

Pertama, Ren dalam perbuatan memiliki karakter mementingkan dan

teliti terhadap orang lain. Definisi ini dijelaskan oleh Kongzi “Yang diartikan Ren adalah bila aku ingin tegak, maka akupun akan berusaha

membantu orang lain tegak. Bila aku ingin berhasil, maka akupun akan

17

H. Gene Blocker, Luxuriant Gems Of Spring And Autumn Annals Dong Zhongshu, (New York: Columbia University Press, 1999) 293.

18Ren

berasal dari dua huruf yaitu ren (manusia) dan er (benih/dua). Tatanan hubungan antar manusia yang dapat diartikan kemanusiaan. Lihat Bratayana Ongkowijaya, Wu Chang, Wu Lun & San De, http://www.spocjournal.com/widya-karya/275-wu-chang-wu-lun-a-san-da-de.html, (Sabtu, 10 Juni 2017, 14:04).

19

Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), 210.

20

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Menuju Agama Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 69.


(35)

27

berusaha agar orang lainpun berhasil”, sehingga Ren merupakan keinginan untuk mandiri di dalam masyarakat, tetapi juga rela bila orang lainpun mandiri. Namun bila dirinya meinginkan kesusksesan, iapun rela orang lain juga sukses. Dalam ayat diatas menjelaskan makna Ren

menurut Kong Zi yaitu Teposliro dan Satya yang menjadi dasar agama. Satya dengan hati yang tulus menghadapi orang lain.

Seperti Ren dalam pengertian Dong Zhongshu berarti manusia yang

mencintai umat manusia dengan perasaan simpati. Dia berhati-hati dan ramah dan tidak bertengkar. Suka dan tidak sukanya merupakan harmonis dengan hubungan manusia. Dia tidak menyembunyikan perasaan benci atau hasrat terluka. Dia tidak mempunyai maksud untuk menyembunyikan atau untuk menghindar. Dia tidak mempunyai kecenderungan untuk iri. Dia tidak mempunyai hasrat untuk mudah sedih dan khawatir. Dia tidak ingin melakukan apa saja secara curang atau licik. Dan dia tidak melakukan apa saja untuk merusak.21

Ren berarti rasa kemanusiaan.

“ Seorang yang berperih cinta kasih (perikemanusiaan) ialah orang yang

menderita terlebih dahulu dan tidak mengharapkan keuntungan. Orang yang demikian dapat digolongkan orang yang penuh dengan cinta kasih

atau penuh dengan perikemanusiaan.”22

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa seorang yang mempunyai sifat cinta kasih adalah orang yang akan rela menderita dan tidak mengharapkan keuntungan.

21

H. Gene Blocker, Luxuriant Gems Of Spring And Autumn Annals Dong Zhongshu, (New York: Columbia University Press, 1999), 295.

22


(36)

28

Kedua, Ren dalam nilai. Ren sebagai ajaran yang paling tinggi dari

ajaran moral yang lain, Ren menghendaki seorang manusia untuk

menjadi 100% manusia, seorang manusia lengkap, seorang manusia sejati, seorang manusia nyata dengan kata lain manusia sempurna.23

Ren berarti cinta.

“Ada orang bertanya “Dengan Kebajikan membalas kejahatan, bagaimanakah itu?”. Nabi bersabda, “Kalau demikian, dengan apa engkau dapat membalas Kebajikan?”. “Balaslah kjahatan dengan kelurusan dan balaslah Kebajikan dengan Kebajikan.”24

Ren berarti kebaikan sebagai salah satu dari banyak ajaran, Kong Zi

mendefinisikannya dengan “Perikemanusiaan (cinta kasih) itu dapat terwujud dengan jalan mencintai orang lain.”25

. Ren merupakan manusia

yang benar-benar mengasihi manusia yang lain dengan melaksanakan kewajibannya dalam masyarakat. Contohnya perlakuan orang tua dengan yang muda cinta kasih, sedangkan yang muda pada orang tua berbakti.26 2) Yi27

Dong Zhongshu menjelaskan Yi berarti diri sendiri. Maksudnya,

kebenaran yang ada dimiliki oleh setiap orang digunakan untuk menjadi tolak ukur pembenaran diri sendiri tentang apa yang telah dilakukan. Prinsip kebenaran mengandung pembenaran terhadap suatu kesalahan

23Chang Chi’yun, Conficianism A Modern Interpretation, (United State: The Partridge Bookstore,

1980), 3.

24

Kitab Su Si, Sabda Suci, XIV: 34.

25

Kitab Su Shi, Lun Gi, XII: 22.

26

Ongky Setio Kuncono, Wawancara, Mojokerto, 6 Juli 2017.

27

Yi terdiri dari tiga huruf Yin Yang, Wang (Raja) dan Wo (Saya).Menjelaskan bahwa Yi selaras dengan unsur Yin Yang yang wajib di junjung tinggi sebagai Raja dalam setiap pribadi manusia. Lihat Bratayana Ongkowijaya, Wu Chang, Wu Lun & San De, http://www.spocjournal.com/widya-karya/275-wu-chang-wu-lun-a-san-da-de.html, (Sabtu, 10 Juni 2017, 14:04).


(37)

29

yang dilakukan bagi diri sendiri bukan bagi orang lain.28 Kebenaran itu ada dalam diri manusia tercermin dalam hubungan dengan teman.29

Sedangkan Chau Ming mengartikan Yi sebagai rasa solidaritas, rasa

senasip sepenanggunggan. “Bila melihat Yi namun tidak melakukan sesuatu, itu adalah perbuatan yang tanpa memiliki keberanian.” (Lun Gi III: 24)

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa jika seseorang melihat kebenaran tanpa didasari oleh keberanian maka yang terjadi tidak akan ada tindakan yang dilakukan oleh karenanya kita harus terus menerus membina rasa kebenaran untuk mnghilangkan nafsu, keegoisan dan godaan yang terjadi.30 Contohnya dengan kesadaran akan rasa malu yang ada dalam diri kita dengan megatakan bahwa kita salah.

3) Li

Li mempunyai dua arti yaitu kesopanan dan tata ibadah. Pertama,

kesopanan yang merupakan aturan yang harus ditaati oleh seorang manusia. Li adalah salah satu prinsip yang harus ditaati oleh manusia

untuk menjalani hubungan dengan manusia lain. Li mengajarkan kita

untuk mengikuti aturan yang berada dalam masyarakat dengan membentuk kebiasaan yang baik.

28

H. Gene Blocker, Luxuriant Gems Of Spring And Autumn Annals Dong Zhongshu, (New York: Columbia University Press, 1999) 295.

29

Kwek, Anna, dkk, Chinese Tourist and Confucianism, (Australia: Asia Pacific Journal of Tourism Research, 2010), 4.

30

Wastu Pragamtha Chong, Etika KonfusianAdalah Siatem Yang Terbuka Dan Universal,


(38)

30

Kedua, kesusilaan adalah urusan upacara, upacara keagamaan, adat

istadat, penghormatan kepada leluhur, para suci dan lain-lain. Menurut Khonghucu dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari penuh dengan ritus dan upacara. Kesusilaan memang dapat berubah tergantung dengan budaya, waktu dan tempat kesusilaan itu ada, hanya saja inti darinya tetap sama.31 Oleh sebab itu etikanya harus diperhatikan. Li diwujudkan dengan perilaku dan hubungan dengan manusia lainnya yang tercermin dalam sikap yang setia dan menghormati orang yang lebih tua.

4) Zhi

Dong Zhongshu mengartikan Zhi dengan mengatakan terlebih

dahulu dan kemudian melakukannya sesuai dengan ucapan tersebut. Untuk menimbang salah satu kebijaksanaan dengan tindakan ataupun bukan dengan proses yang sesuai dengan tindakan itu. Ketika seimbang merupakan kebenaran, seseorang ingin tindakannya membawa hasil dengan kemasyhurannya akan menjadi kemenangan, keuntungan akan mengelilinginya tanpa masalah, berkah akan di dapatkan keturunannya, dan keuntungannya akan menjadi kebaikan bagi semua orang.32

Zhi diwujudkan dalam kebijaksanaan dan pembinaan diri.

Khonghucu berkata “Bila kita melihat orang yang bijaksana, kita harus menyamainya. Bila kita melihat orang yang tidak bijaksana kita harus memeriksa dan melihat ke dalam diri kita sendiri.” (Lun Gi IV :17)

31

Wastu Pragamtha Chong, Etika Konfusian Adalah Siatem Yang Terbuka Dan Universal,

(Surabaya: Matakin, 1996), 7.

32

H. Gene Blocker, Luxuriant Gems Of Spring And Autumn Annals Dong Zhongshu, (New York: Columbia University Press, 1999) 296.


(39)

31

Kebijaksanaan juga mencakup pengetahuan tentang benar dan salah. Seorang yang bijak akan mampu menegakkan kebenaran dimanapun dan kapanpun. Dialog antara Konfucius dengan Muridnya yaitu Fan Ci yang berada di kitan Lun Yu33katanya, “Guru, apa itu kebijakan?” Konfucius menjawab. “yaitu mengenal manusia”. (Lun Yu XII: 22)

Artinya, menempatkan suatu keputusan mestilah didasari atas pengetahuan dan manfaatnya, tidak berat sebelah. Kebijaksanaan juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan diri sendiri seperti kelemahan yang dimiliki, dengan mengetahui kelemahan dan kekurangan yang dimiliki akan membuat sesorang berproses dengan memperbaiki diri untuk lebih baik lagi.34

5) Xin

Kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain serta dapat memegang janji.35 Kepercayaan merupakan dasar utama bagi semua hubungan manusia. Artinya, kejujuran akan membawakan dampak yang baik bagi masyarakat. Jika masyarakat mulai tidak jujur maka tatanan kemasyarakatan akan rusak.36 Maka, untuk mengembangkan kejujuran sesorang harus melakukan sesuatu dengan setulus hati dengan dasar cinta

33

Lun Yu merupakan nama salah satu kitab yang berada di dalam kitab Su Si. Kitab ini berisi tentang Hak Ji (belajar), Wi Cing (pemerintahan) dan Pat Let Tarian atau seni), Li Jien (cinta kasih), nama-nama orang, Hiong Tiong (kampung) dan lain-lain. Lihat M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Menuju Agama Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 30.

34

Wastu Pragamtha Chong, Etika KonfusianAdalah Siatem Yang Terbuka Dan Universal,

(Surabaya: Matakin, 1996), 6.

35

M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, (Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005), 68.

36Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar Dunia,


(40)

32

kasih sehingga segala yang dilakukan tanpa mengharapkan imbalan yang nantinya akan ia dapatkan.37

b. Pa Te (Delapan Kebajikan)

1) Siau/Hau (Laku Bakti)

Siau/Hau diartikan sebagai laku bakti yang tulus terhadap orang tua,

guru dan leluhur. Laku bakti itulah pokok cinta kasih, kebijakan yang merupakan tempat awal agama berkembang. 38 Karena menurut Khonghucu kepintaran dan ketegasan seseorang tidak dapat menggantikan posisi Hau. Sebab tanpa Hau hidup seseorang tidak akan

berarti.

Ada tiga kewajiban utama dalam menjalankan laku bakti, yaitu: a) Bila orang tuanya masih hidup, memberikan pemeliharaan sesuai

dengan kesusilaan. Misalnya, anak harus menjaga nama baik orang tua dan merawat orang tua ketika sudah tua dan terganggu kesehatannya.

b) Saat orang tuanya meninggal, melakukan peribadahan sesuai dengan kesusilaan. Misalnya, menyiapkan tata pemakaman yang layak dan sesuai bagi orang tua.

c) Setelah orang tua meninggal, melakukan peribadahan sesuai dengan kesusilaan. Misalnya, merawat abu leluhur dan memberikan peringatan kematian.

37

Wastu Pragamtha Chong, Etika KonfusianAdalah Siatem Yang Terbuka Dan Universal,

(Surabaya: Matakin, 1996), 8.

38


(41)

33

2) Thi/Tee (Rendah Hati)

Thi/Tee diartikan sebagai rasa hormat terhadap yang lebih tua di

antara saudara. Maksudnya dalam kehidupan rumah tangga seorang adaik harus dapat menghormati kakaknya.

“ Seorang muda, di dalam rumah hendaklah berlaku bakti, di luar rumah hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat dan behubungan erat dengan orang yang berperi cinta kasih. Bila telah melakukan hal ini dan masih mempunyai tenaga, gunakanlah untuk mempelajari kitab-kitab. ”39

Demikian juga dalam pergaulan sehari-hari. Contohnya ketika orang yang lebih muda bertemu dengan orangyang lebih tua harus menegur terlebih dahulu.

3) Cung/ Tiong (Satya)

Cung/Tiong diartikan semangat menepati tugas, kewajiban,

kedudukan dan fungsi. Contohnya mencintai tanah air, setia pada pekerjaan dan setia pada manusia. Kesetiaan yang tidak bisa dibeli dan menempatkan kewajiban diatas hak.

4) Lee/Li (Susila)

Lee/Li diartikan sebagai sopan santun, tata krama dan budi pekerti.

Li juga mempunyai arti sebagai ritus atau upacara. Contohnya ketika

bertemu pempinan atau atasan lebih dahulu memberi salam atau hormat. 5) I/Gi (Menjunjung Kebenaran)

I/Gi dapat diartikan sebagai rasa solidaritas, rasa senasb

sepenanggungan dan mau membela kebenaran serta menolak hal-hal

39


(42)

34

yang dirasa tidak baik dalam hidupnya. “Seorang Junzi memgang kebenaran sebagai pokok pendiriannya.”40

Contohnya mendahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi, beras raskin itu untuk orang miskin bukan orang yang mampu.

6) Lien/Liam (Suci Hati)

Lien/Liam diartikan mempraktekkan cara hidup yang sederhana

dan tidak melakukan penyelewengan.

“Nabi bersabda, “Tidak berprasangka akan kecurangan orang lain, tidak

mencurigai apakah seseorang tidak mempercayai dirinya, tetapi dapat merasa, kalau ada sesuatu yang tidak benar, inilah laku seorang yang

bijaksana. ”41

Contohnya tidak mencari keuntungan dengan merugikan orang lain, berfikiran positif dan memberikan pujian atau kritik sesuai kenyataan. 7) Sin (Dapat Dipercaya)

Sin diartikan kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya atau

menepati janji. Karena orang yang menepati janji akan disenangi orang lain.

“Perkataanmu hendaklah kau pehang dengan satya dan Dapat Dipercaya, perbuatanmu hendaklah kau perhatikan sungguh-sungguh. Dengan demikian tingkah lakumu akan dapat diterima.”42

Contohnya pekerjaan yang dilakukan serba transparan, baik hasil maupun laporan dan merencanakan jadwal kerja dengan cermat.

40

Kitab Su Si, Lun Yu, XV: 18.

41

Kitab Su Si, Lun Yu, XIV: 31.

42


(43)

35

8) Che/Thi (Tahu Malu)

Che/Ti diartikan menahan diri untuk tidak melakykan hal-hal yang

tidak seharusnya. Karena denga tahu malu seseorang akan berani mengakui kesalahannya, berani mengintrospeksi diri dan memperbaiki diri.43

“Mengzi berkata, “Rasa malu itu besar artinya bagi manusia. Kalau orang bangga dapat berbuat muslihat dan licin, itulah karena tidak menggunakan rasa malunya. Yang tdak mempunyai rasa malu, tidak layak sbagai manusia, dalam hal apa ia layak menjadi seorang manusia?” (Mengzi,VIIA: 7)

Contohnya saat berpakaian harus mempertimbangkan kepantasan situasi atau kondisi tempat yang dituju dan tidak membiarkan pekerjaan yang merupakan kewajiban kita diselesaikan orang lain.

c. Chun Tzu (Manusia Budiman)

Chun Tzu merupakan salah satu dari tujuan manusia hidup di dunia.

Bagi agama Khonghucu bila seseorang ingin menjadi Chun Tzu maka dia

harus memiliki moral yang baik dalam berumah tangga, sesama saudara, teman, orang tua, atasannya dan masyarakat umum. Oleh sebab itu, sebelum seseorang menjadi Chun Tzu maka seseorang harus melaksanakan

San Kang (tiga hubungan masyarakat), Ngo Lun (lima norma kesopanan

dalam masyarakat), Wu Chang (lima kebajikan) dan Pa Te (delapan

kebajikan), maka tahap selanjutnya dia akan menjadi seorang Chun Tzu

43

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 200), 80-82.


(44)

36

(Manusia Budiman). Lebih jelasnya ketika salah satu dari muridnya yaitu Cu Kong bertanya tentang kuncu. Kongzi menjawab, “Ia mendahulukan pekerjaan dan selanjutnya kata-katanya disesuaikan.” (Lun Gi II: 12).

Jika dilihat dari kitab Lun Gi maka ciri-ciri Chun Tzu dia memegang

kebenaran sebagai pokok pendiriannya, kesusilaan sebagai pedoman perbuatannya, mengalah dalam pergaulan, dan menyempurnakan diri dengan laku yang dapt dipercaya (Lun Gi XV:18). Sedangkan menurut Kong Zi seorang yang menjadi Chun Tzu akan kesusahan jika tidak

mempunyai kecakapan (Lun Gi XV: 19) dan tidak khawatir ketika namanya tidak disebut-sebut lagi setelah mati (Lun Gi XV: 21).44

44

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 200), 83-84.


(45)

37

2.1 Ajaran Wu Chang (Lima Kebajikan)

TIAN

YUAN

(MAHA

BESAR)

HENG

(MAHA

PEMBERKAH)

LI

(MAHA

ADIL)

ZHENG

(MAHA

KEKAL)

XING

REN

(CINTA

KASIH)

YI

(KEBENARAN)

LI

(KESUSILAAN)

ZHI

(KEBIJAK

SANAAN)

WU CHANG DONG ZHONGSHU

REN

YI

LI

ZHI

SIN

(DAPAT DIPERCAYA)


(46)

38

B.San Cai (Tiga Kekuatan)

San Cai merupakan ajaran Khonghucu yang mengakui bahwa kehidupan di

alam semesta ini tidak terpisahkan dari konsep San Cai yaitu adanya Tian (Tuhan

Yang Maha Esa), Di (alam semesta) dan Ren (manusia dan segenap makhluk yang

difirmankanNya) yang menjadi kekuatan dasar atau kekuatan penggerak atas semua yang diciptakanNya.45 Agama Khonghucu menekankan pada tanggung jawab manusia terhadap Tuhan, tanggung jawab kepada sesama manusia dan terhadap bumi tempat tinggalnya. Konsep ini dikenal dengan Tian Ren He Yi yang

artinya Tuhan dan Manusia bersatu46 Sedangkan dalam kitab Yi Jin (kitab perubahan) menyatakan bahwa ada tiga bentuk dan jalan suci yang sama, jalan suci disebut Yin Yang, jalan suci alam disebut menghasilkan dan memperkuat, dan

jalan suci manusia disebut kemanusiaan dan kebenaran.47

1. Tian Dao (Hubungan Dengan Tuhan)

Tian merupakan sebutan Tuhan dalam agama Khonghucu. Huruf Tian

terdiri dari dua huruf yaitu Yi yang artinya „Satu’ dan Da yang artinya „Besar’. Jadi Tian mengandung pengertian Yang Maha Esa, Maha Besar. Sebutan ini

banyak digunakan dalam kitab-kitab suci sebelum Dinasti Shang, seperti pada

jaman dinasti Xia (2205-1766 s.M) dan sesudah Dinasti Shang pada Dinasti

45

Tjhie Tjay Ing, Makna Keselamatan Dalam Iman Konfuciani, (Solo: Matakin, 2005), 54.

46

Oesman Arif, San Cai: Tiga Entitas Utama Ontologi Dari Filsafat Dan Agama Khonghucu, http://www.spocjournal.com/filsafat/193-san-cai-tiga-entitas-utama-ontologi-dari-filsafat-dan-agama-khonghucu.html, (Kamis, 20 April 2017, 01:07).

47

Hendrik Agus Winarso, Alamanak Tionghoa Makna 12 Shio (Sheng Xiao) & Perhitungannya,


(47)

39

Zhou (1122-255 s.M)48. Dalam kitab Yi Jing menyatakan kemuliaan dan kebesaran Tian yaitu:

“ Maha Besar Tuhan Yang Maha Sempurna, dengan sifatNya sebagai Khalik, berlaksa benda dan wujud bermula, dan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Awan berlalu, hujan dicurahkan, denda dan makhluk mengalir berubah bentuk, sungguh Maha Gemilang Dia Yang Menjadi Akhir dan Mulia daripada semua itu. jalan suci Tuhan Yang Maha Sempurna menjadikan perubahan dan peleburan, masing-masing lurus dengan Watak Sejati dan Firman yang membawa berkah, semuanya dengan Hukumnya yang abadi. ”49

Tian sebagai pencipta mempunyai empat sifat yang terdapat dalam kitab Yi

Jing50 yaitu Yuan (Yuen), Heng, Li dan Zheng. Keempat sifat inilah Tian menciptakan segala sesuatu di dunia. Ayat yang menjelaskan sifat Tian yaitu:

“Tuhan Yang Maha Sempurna, memiliki sifat-sifat Guan/ Yuan (Khalik, Pencipta Semesta Alam, Maha Kasih, Prima Causa, sekaligus Causa Finalis, Mula dan Akhir semuanya). Hing/ Heng (Maha Besar, Maha Menjalin/ Menembusi, Maha Indah), Li (Maha Pemberkah, Menjadikan Tiap Pelaku Menuai Hasil Perbuatannya, Maha Adil), dan Cing/ Zhen (Maha Kuasa, Maha Kokoh, Maha Abadi Hukumnya). “51

Penjelasan lanjut dari keempat sifat Tian:

a. Sifat Yuan

Yuan artinya Maha Besar, Maha Mulia, Maha Esa, Maha Sempurna.

SifatNya Khalik (pencipta). Yuan diwujudkan dalam diri manusia menjadi

sifat cinta kasih (Ren).52 Sifat ini di dalam diri manusia menjadi kepala dari segala sifat baik yang tercermin dalam sikap suka menolong kepada sesama adalah merupakan contoh dari sifat cinta kasih.

13

Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi 1963-2013, (Solo: Matakin, 2013), 38.

49

Ibid.,36.

50

Kitab Yi Jing disebut pula kitab Xi Jing/ Hi King yang merupakan kitab Baginda Fu Xi/ Hok Hi, kemudian Raja suci Purba Nabi Ji Chang, Nabi Ji Dan dan Nabi Khong Zi. Seluruhnya terdapat sepuluh jilid dengan 64 bagian dan terdiri dari 24.707 huruf. Lihat Hendrik Agus Winarso, Hidup Sesudah Mati, (Salatiga: Media Cendikia, 2011), 11.

51

Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi 1963-2013, (Solo: Matakin, 2013), 36.

52


(48)

40

b. Sifat Heng

Heng artinya Maha Menembusi, Maha Menjalin, Maha Meliputi.

SifatNya Agung. Segala perbuatan yang kita lakukan di dunia ini, Tian akan

mengetahuinya. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa mematuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya. Patuh dan hormat kepada Tian dan

melaksanakan firmanNya. Sifat Heng di dalam diri manusia dengan

berkumpulnya sifat yang indah. Sifat ini tercermin dalam kesusilaan yang menjadikan manusia memiliki rasa tahu malu, sopan santun, patuh dan taat. c. Sifat Li

Li artinya Maha Pengasih, Maha Pemberkah. SifatNya Rahmat. Tian

akan memberkahi kebahagiaan bagi siapa saja yang berbuat kebajikan dan menurunkan bencana bagi yang berbuat tidak baik. Sifat Li di dalam diri

manusia menjadi harmonis/seimbang dengan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan sehingga manusia tau perbuatan yang benar dan salah.

d. Sifat Zhen (Cen)

Zhen artinya Maha Benar, Maha Bijak, Maha abadi hukumNya.

SifatNya Kekal. Dalam diri manusia menjadi kemampuan membereskan segala perkara.53 Maksudnya dapat berlaku bijaksana dan tidak berat sebelah jika mengambil keputusan.

Manusia diharuskan untuk berlaku satya terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan melaksanakan FirmanNya dan menggembilangkan Kebajikan. Hal ini diwujudakan dalam imannya kepada Tian. Istilah iman dalam agama

53

Masari Saputra, Istilah Kata-Kata Baku Perihal Keimanan Dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu, (Surabaya: Matakin, 1996), 10.


(49)

41

Khonghucu disebut Cheng54. Di dalam kitab Tengah Sempurna XIX:18 ditulis:

“ Iman itulah Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa; berusaha beroleh Iman, itulah

Jalan Suci manusia. Yang sudah di dalam Iman itu, dengan tanpa memaksakan diri, telah dapat berlaku Tengah; dengan tanpa berpikir-pikir, telah berhasil dan dengan wajar selaras dengan Jalan Suci, Dialah seorang Nabi. Yang beroleh iman itu ialah orang yang setelah memilih kepada yang baik, lalu didekap sekokoh-kokohnya. “55

2. Di Dao (Hubungan Dengan Alam)

Alam semesta atau Bumi besifat Khun yang mengandung sifat Besar.

Dalam artian bumi itu besar dan mengandung banyak benda di dalamnya.56 Sejak dulu bangsa China hidup sebagai petani. Masyarakat petani identik dengan perilaku primitif yang berhubungan erat dengan alam dan kekuatan yang dimilikinya. Hal ini kemudian mempengaruhi proses kejiwaan dan alam pemikiran mereka yang menganggap semua itu adalah sebuah bentuk keajaiban. Anggapan ini yang memunculkan pemujaan terhadap alam untuk meningkatkan hasil pertanian. Tempat-tempat tertentu mulai disucikan seperti ladang. Ketika pembajakan pertama dimulai maka raja akan memberikan korban kepada orang yang pertama kali membajak sawah. Bahkan di alam yang luas para pemuda dan pemudi menari pada waktu musim semi sebagai perwujudan pembaharuan alam raya.57

54 Cheng

berasal dari kata Gan/Yan berarti „bicara/sabda, kalam’ dan Sing/Cheng berarti

„sempurna/Jadi’. Bila disimpulkan Cheng berarti sempurnanya kata batin dan perbuatan’. Lihat Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi 1963-2013, (Solo: Matakin, 2013), 29.

55

Matakin, Kitab Su Si (Kitab Yang Empat), (Jakarta: t.k, 1970), 68-69.

56

Hendrik Agus Winarso, Hidup Sesudah Mati Pandangan Kematian Menurut Agama Khonghucu, (Salatiga: Media Cendikia, 2011), 12

57

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agam Khonghucu, (Jakarta: Gramedia Utama, 2000), 9.


(50)

42

Dalam agama Khonghucu alam merupakan bukti kekuasaan Tuhan. Suku China purba menaruh kepercayaan terhadap Shen (arwah nenek moyang) dan

Kui (tenaga alam seperti matahari, bulan dan bintang). Mereka percaya bahwa

Kui dan Shenlah yang dapat mempengaruhi dan mengatur alam ini. Kui dan

Shen dibagi menjadi dua yaitu pertama, yang tinggi yaitu roh-roh binatang,

kedua, yang rendah yaitu sungai, mata air dan nyawa. manusia tidak bisa

dipisahkan dari alam dan lingkungan. Sedangkan dalam kepercayaan orang Tionghoa jaman purba, bumi dijaga oleh malaikat Bumi yang disebut Fu De

Zheng Shen yan merupakan dewa pemberi rejeki dan menjaga perilaku

kebajikan manusia. Maka, klenteng dibuat oleh penganut agama Khonghucu untuk menghormati Malaikat Bumi.58

Alam dan bumi adalah tempat manusia dan makhluk ciptaan Tuhan hidup. Tubuh manusia berasal dari unsur-unsur kimiawi yang berasal dari bumi. Maksudnya, makanan yang menjadi asupan manusia berasal dari bumi sedangkan roh manusia berasal dari Tuhan. Oleh sebab itu manusia harus menerima, meneruskan, mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan manusia.

3. Ren Dao (Hubungan Dengan Manusia)

Manusia merupakan makhluk diatas bumi ini yang mempunyai kedudukan yang istimewa sebab manusia diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya lewat menjaga, merawat, menghayati dan mengamalkan sifat Tuhan

58

Oesman Arif, San Cai: Tiga Entitas Utama Ontologi Dari Filsafat Dan Agama Khonghucu, http://www.spocjournal.com/filsafat/193-san-cai-tiga-entitas-utama-ontologi-dari-filsafat-dan-agama-khonghucu.html, (Kamis, 20 April 2017, 01:07).


(51)

43

yang dikaruniakan kepada manusia menjadi Xing (Watak Sejati). Manusia

dilahirkan ke dunia membawa kodrat sebagai makhluk hidup yang pada hakikatnya baik. Kodrat itu disebut Xing atau Watak Sejati. Xing adalah benih

yang harus ditumbuh kembangkan. Agar Xing dapat berkembang dan manusia

menjadi makhluk yang sempurna, manusia harus selalu ada di Jalan Suci.59 Hal ini dijelaskan melalui firman Nya:

“Karena itu, makna hidup manusia dihadapan Tuhan Khaliknya, dihadapan bumi

tempatnya dijelmakan ditumbuhkan dan berkembang maupun dihadapan sesama manusia dan sesama makhluk adalah tentang kemampuan manusia mengembangkan Kebajikan, mengamalkan sampai sebaik-baiknya.”60

Oleh sebab itu, manusia mempunyai kewajiban untuk mempunyai iman yang berlandaskan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan satya serta bertanggung jawab kepada Tuhan atas harkat dan martabatnya sebagai manusia. Karenanya manusia diberikan watak sejati yang berada dalam hati manusia disebut dengan hati nurani. Jadi Tuhan memberikan hati nurani dengan benih-benih kebajikan yang terdiri dari Ren (cinta kasih), Yi (kebenaran), Li (kesusilaan) dan Zhi

(kebijaksanaan).

“ Adapun rasa hati berbelas kasihan itu menunjukkan adanya benih Cinta kasih, rasa hati malu dan tidak suka itu menunjukkan adanya benih kesadaran menjunjung Kebenaran, rasa hati hormat dan mengindahkan itu menunjukkan adanya benih Kesusilaan, rasa hati membenarkan dan menyalahkan itu menunjukkan adanya benih Kebijaksanaan. Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan dan Kebijaksanaan itu ukan hal-hal yang dimasukkan dari luar ke dalam diri, melainkan diri kita sudah mempunyainya, tetapi seringkali kita tidak mau mawas

diri. Maka dikatakan, „Carilah dan engkau akan mendapatkannya, sia-siakanlah

dan engkau akan kehilangan!’61

59

Bunsu Chandra Setiawan, Sekilas Tetang Agama Khonghucu, (Yogyakarta: Interfidei, 2003), 55

60

Kitab Da Xue, Bab Utama I.

61


(52)

44

Keempat benih inilah yang membuat manusisa berbeda dengan hewan seperti yang dikatakan Mengzi, “Sesungguhnya perbedaan antara manusia dan hewan itu tidaklah seberapa”. Hal ini dikarenakan manusia juga diberikan nafsu oleh Tuhan yang disebut dengan Jing. Nafsu-nafsu itu tidak bisa

dimatikan atau dihilangkan, melainkan harus dikendalikan oleh manusia melalui kebijaksanaan yang dimiliki oleh manusia.62 Jing (Nafsu) yaitu Xi (gembira), Nu (marah), Ai (sedih) dan Le (senang). Seperti dalam firmanNya:

“Gembira, marah, sedih, senang, sebelum timbul, dinamai Tengah, setelah timbul tetapi masih tetap di dalam batas Tengah dinamai Harmonis. Tengah itulah pokok besar daripada dunia dan keharmonisan itulah cara menempuh Jalan Suci di

dunia.”63

(Zhong Yong Utama:4)

Orang itu harus bisa marah, sedih gembira dan senang. Menurut Js. Budi Suniarto situasi dimana seseorang sedang tidak marah dinamakan tengah dan jika seseorang marah harus bisa dikendalikan sehingga tidak melanggar batas tengah berarti masih Harmonis. Kalau manusia itu tidak bisa gembira, marah saja tidak tau, sedih tidak mengerti berarti dia sudah tidak waras.64

Dua unsur daya hidup yaitu Xing dan Jing harus dijaga keseimbangannya

dalam keharmonisan. Xing (Ren, Yi, Li Zhe) merupakan daya hidup batiniah

(rohani) dan Jing (Xi. Nu, Ai, Le) daya hidup lahiriah (jasmani). Bersatunya

nyawa (daya hidup lahiriah) dan roh (daya hidup batiniah), itulah tujuan pengajaran agama.65 Secara sederhana dapat dijelaskan Ren mengendalikan Xi, maksudnya ketika gembira masih dalam suasana kemanusiaan. Yi

mengendalikan Nu, artinya ketika marah dengan dasar Kebenaran. Li

62

Ongky Setio Kuncono, Psikologi Agama Pendekatan Konghucu, (Sidoparjo: SPOC, 2017), 3.

63

Kitab Zhong Yong Utama: 4.

64

Budi Suniarto, Wawancara, Purwokerto, 27 Maret 2017.

65


(1)

91

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Ajaran Wu Chang bukan hanya merupakan ide yang ada dalam agama Khonghucu semata. Namun, ajaran ini menjalar dalam kehidupan umat Khonghucu baik secara individu, sesama umat maupun bermasyarakat yang mencerminkan konsep pikiran (mind). Sedangkan dalam konsep saya (I) dapat ditunjukkan dengan perilaku umat Khonghucu yang mencerminkan ajaran Wu Chang yaitu pertama, cinta kasih (Ren) dengan berbakti, menghargai jasa orang lain, membantu orang lain dan rasa kemanusiaan. Kedua, kebenaran (Yi) dengan melakukan kewajiban dan merasa enggan jika tidak ikut. Ketiga, kesusilaan (Li) dengan mengikuti aturan dalam beribadah maupun norma masayarakat, jujur, menolong teman dan menyapa orang tua terlebih dahulu. Keempat, kebijaksanaan (Zhi) dengan perilaku tanggung jawab, percaya diri, musyawarah dan keterbukaan. Kelima, dapat dipercaya (Xin) dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam lingkungan dan ajaran kejujuran dari orang tua.

Aktivitas sosial terjadi percampuran budaya dalam penyebutan beberapa istilah seperti pembagian takjil, sahur dan maulid nabi Muhammad. Konsep masyarakat (society) sendiri terlihat dari keengganan yang dirasakan oleh beberapa umat Khonghucu Akan tetapi sekarang menjadikan suatu kebiasaan


(2)

91

yang membuat kaharmonisan terjalin, disini individu dan masyarakat saling mempengaruhi dan akhirnya menjadi satu keseragaman yang sama dalam masyarakat.

B. Saran

Bagi pemeluk agama Khonghucu di Klenteng Hok Sian Kiong hendaknya tetap mempertahankan kegiatan yang telah ada untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar atas kehadiran umat Khonghucu dan respon kasih sayang yang diberikan oleh penganut agama Khonghucu.

Kurang tersedianya banyak buku yang membahas tentang agama Khonghucu membuat pengerjaan penelitian ini sedikit.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anwar, Saifuddin. 1998, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bachtiar, Wardi. 2010, Sosiologi Klasik, Bandung: Rosda Karya

Budiarti, Inggried. 2017, Lingkungan Membentuk Sikap Dan Perilaku, Sidoarjo: SPOC

Bungin, Burhan. 2007, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Charon

Joel M. 1979, Symbolic Interactionism, United State of America: Prentice Hall Inc

Chi’yun, Chang. 1980, A Modern Interpretation, United State: The Partridge Bookstore

Chong, Wasthu Pragantha. 1996, Etika Konfusian Adalah Sistem Yang Terbuka Dan Universal, Surabaya: Litbang

Hendrarso, Emy Susanti. 2007, Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar, Jakarta: Kencana

Hensil, James. 2006, Sosiologi terj. Kamanto Sunarto, Jakarta: Erlangga Idrus, Muhammad. 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial,Jakarta: Airlangga

Indarto. 1996, Kongzi Sang Nabi Agung, Surabaya: Matakin Ing, Tjie Tjay. 2005, Makna Keselamatan Dalam Iman Konfuciani, Solo: Matakin

Ing, Tjie Tjay. 2005, Teologi Agama Khonghucu, Yogyakarta: Interfidei Ing, Tjie Tjay. 2013, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi 1963-2013, Solo: Matakin

Kuncono, Ongky Setio. 2017, Psikologi Agama Pendekatan Konghucu, Sidoparjo: SPOC

Kuncono, Setio Ongky. 2015, Jurnal Penelitian Pengaruh Etika Confuxius Terhadap Kewirausahaan, Kemampuan Usaha Dan Kinerja Usaha Pedagang Eceran Etnis Tionghoa Di Surabaya, Surabaya: Revka Petra Media

Lan, Fung Yu. 2007, Sejarah Filsafat Cina terj. John Rinaldi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(4)

Mahardika, Gede. 2011, Agama Makna Hidup Dan Dinamika Sosial, t.k: GaneÇ Swara

Mashud, Musta’in. 2007, Teknik Wawancara, Jakarta: Kencana

Matakin. 1970, Kitab Su Si (Kitab Yang Empat), Jakarta: Matakin Mou, Bo. 2009, Chinese Philosophy A-Z, Edinburgh: Edinburgh University Press Nasional Pusat Bahasa Departemen Pendidikan. 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:

t.p Oei, Lee T. 1991, Etika Konfucius Dan Akhir Abad 20, Solo: Matakin Ritzer, George. 2007, Teori Sosiologi Modern Edisi Ketujuh terj. Triwibowo B.S,

Jakarta: Prenada Media Group

Samad, Ulfat Aziz Us. 2007, The Great Religions of The World, Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah

Saputra, Masari. 1996, Istilah Kata-Kata Baku Perihal Keimanan Dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu, Surabaya: Matakin

Sayuthi, M. Ali. 2001, Metodologi Penelitian Agama pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Setiawan, Bunsu Chandra. 2003, Sekilas Tetang Agama Khonghucu, Yogyakarta: Interfidei, Smith, Huston. 2001, Agama-Agama Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sou’yb, Yusuf. 1996, Agama-Agama Besar Dunia, Jakarta: Husna Al Zikra

Suprayogo, Imam. 2001, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Remaja Rosda Karya

Surahmad, Winarto. 1990, Pengantar Panelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito

Tanggok, M. Ikhsan. 2000, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tucker, Marry Evelyn & John A. Grim. 2007, Agama, Filsafat & Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Kanisius

Usman, Husaini &Purnomo Setiady Akbar. 1996, Metologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara

Winarso, Hendrik Agus. 2010, Alamanak Tionghoa Makna 12 Shio (Sheng Xiao) & Perhitungannya, Semarang: Dahara Prize

Winarso, Hendrik. 2011, Hidup Sesudah Mati Pandangan Kematian Menurut Agama Khonghuc, Salatiga: Media Cendikia


(5)

Sosiologi Kontemporer ter. Anshori dan Juanda, Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Jurnal

Anna, Kwek, dkk. 2010, Chinese Tourist and Confucianism, Australia: Asia Pacific Journal of Tourism Research Banwo

Ouldare. 2013, Ren- an important virtue for Mankind, t.k: t.p Blocker, H. Gene. Luxuriant Gems Of Spring And Autumn Annals Dong Zhongshu, New York: Columbia University Press Erawati

Desi Analisis Interaksionisme Simbolik (Makna Terhadap Peserta Didik Dalam Pendidikan), Palangka Raya : Pendagogik

Havens, Timothy. 2013, Confucianism as Humanism, t.k: CLA Journal Rahayu, Nuryani Tri. 2010, Teori Interaksi Simbolik dalam Kajian Komunikasi, Yogyakarta: Widyatama

Rosidi, Achmad. 2014, Aktualisasi Ajaran Konfusianisme Dalam Membangun Nasionalisme Tionghoa (Perspektif Tionghoa Surakarta), Makassar: Al AdYan

Sugiharto, Rulli Nasrullah. t..t, Interaksi Simbolis Dalam Mendekati Fenomena Pengungkapan Diri Di Media Baru, Jakarta : Studia Islamica

Sulaiman. 2009, Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, Dan Keorganisasiannya di Pontianak Kalimantan Barat, Pontianak : Analisa Vol. XIV, No. 01

Weiming, Tu. Sociality, 2007, Individuality and Anthropocosmic Vision in Confucian Humanism, Amerika: the ACPA Series Of Chinese and Comparative Philosophy

Young, Agus. 2011, Retracing the Roots and Ideals Confucian Principle Of Governance: the Art of Regulationg Governance Without Legal Rules in Chinese Societies, Australia: Victoria University

Zarkasi, Ahmad. 2014, Mengenal Pokok-Pokok Agama Kong Hucu, Surakarta: Al Ad-YaN, Vol.IX, No.1

Skripsi

Asmara, Tina. 2008, Humanistik Dalam Agama Khonghucu, Skripsi Tidak Diterbitkan, Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakata


(6)

Husnah, Siti Miftahul. 2016, Sejarah Berdirinya Klenteng Hok Sian Kiong Di Kota Mojokerto, Skripsi Tidak Diterbitkan, Program Sudi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas UIN Sunan Ampel Surabaya

Ratnasari, Eka Fidia. 2016, Korelasi Ajaran Wu Chang Dengan Perilaku Ekonomi Etnik Tionghoa Krian, Skripsi Tidak Diterbitkan, Program Sudi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas UIN Sunan Ampel Surabaya

Desertasi

Hsu, Chung-Jen. 2006, Development Of An Indegenous Chinese Personality Inventory Based On The Principle Of Yin-Yang And The Five Elements And On The Ancient Chinese Text “Jen Wu Chih”, Desertation Publised: Departement of Philosophy in Ohio State University

Internet

Agung Prabowo, Wu Lun Lima Hubungan Masyarakat, diakses https:// http://www.spocjournal.com/budaya/488-wu-lun-lima-hubungan

masyarakat.html, (Sabtu, 10 Juni 2017)

BPN Kota Mojokerto, Profil Kota Mojokerto, http://www.mojokertokota//profil/kondisi_geo, (Jum’at, 09 Juni 2017)

Bratayana Ongkowijaya, Wu Chang, Wu Lun & San De, http://www.spocjournal.com/widya-karya/275-wu-chang-wu-lun-a-san-da de.html, (Sabtu, 10 Juni 2017)

Oesman Arif, San Cai: Tiga Entitas Utama Ontologi Dari Filsafat Dan Agama Khonghucu, http://www.spocjournal.com/filsafat/193-san-cai-tiga-entitas utama-ontologi-dari-filsafat-dan-agama-khonghucu.html, (Kamis, 20 April 2017)

Ongky Setio Kuncono, Imlek Dan Sembahyang Leluhur, https:// www.spocjournal.com/religi/593-imlek-dan-sembahyang-leluhur.html, (Sabtu, 10 Juni 2017)

Siwu, Jangan Lupakan Klenteng, diakses di https://groups.yahoo.com, (Rabu, 03 Mei 2017)