INTERAKSI SOSIAL ANTAR CLUB DAN KOMUNITAS MOTOR DI SURABAYA.

(1)

INTERAKSI SOSIAL ANTAR CLUB DAN KOMUNITAS MOTOR

DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial (S.Sos) Dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

Luqman Indra Kurniawan B05211028

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

INTERAKSI SOSIAL ANTAR CLUB DAN KOMUNITAS DI SURABAYA

Luqman Indra Kurniawan, Hj. Siti Azizah S.Ag M.Si Email: Indraluqman58@gmail.com

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Kata Kunci, Interaksi Sosial, Club, Komunitas Motor

Kehidupan ruang jalan memperlihatkan beberapa aktifitas masyarakat yang beragam dan berlangsung di sebuah pinggir jalan khususnya di kota Surabaya. biasanya bertempat di Jln. Basuki Rahmat, Jln. Panglima Sudirman dan

Jl. Darmo sering kita temukan ada beragam club dan komunitas motor. Dengan

latar belakang masalah tersebut diambil dua rumusan masalah : Bagaimana bentuk interaksi sosial antar club dan komunitas motor di kota Surabaya dan Mengapa seseorang ikut bergabung dalam club dan komunitas motor di Surabaya

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode diskriptif kualitatif, dengan menggambarkan latar belakang club dan komunitas motor di Surabaya. pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara. Pemerikasaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan menggunakan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, kemudian di tarik kesimpulan. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena interaksi sosial antar club dan komunitas motor di Surabaya adalah

Teori Interaksonisme Simbolik George Herbert Mead.

Keywords, Social Interactions, Club, Community

Life of road space shows some diverse community activities and takes place on a side street, especially in the city of Surabaya. usually located in Jln. Basuki Rahmat, Jln. Panglima Sudirman and Jl. Darmo often we find there are various clubs and motorcycle community. With the background of the issue is taken two formulation of the problem: How do the social interaction between the club and the motorcycle community in the city of Surabaya and Why would someone join the club and the motorcycle community in Surabaya

The method used by the author is a qualitative descriptive method, by describing the background of the club and the motorcycle community in Surabaya. Data collection is done by observation, documentation and interview.


(6)

Inspection Data validation was done by triangulation. Data analysis was done by giving meaning to the use of the data collected, then pull in the conclusion. The theory used in seeing the phenomenon of social interaction between the club and the motorcycle community in Surabaya is Interaksonisme Theory of Symbolic George Herbert Mead.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

PENGESAHAN SKRIPSI...iii

MOTTO...iv

PERSEMBAHAN...v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Konseptual... 8

F. Telaah Pustaka... 10

G. Metode Penelitian... 26

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 26

2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 29

3. Pemilihan Subyek Penelitian... 29

4. Jenis dan Sumber Data...30

5. Tahap-Tahap Penelitian... 32

6. Teknik Pengumpulan Data... 35

7. Instrumen Penelitian... 37

8. Teknik Analisa Data... 37

9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data/Validasi Data... 38

H. Sistematika Pembahasan... 41

BAB II : TEORI INTERAKSIME SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD... 43

A. Mind (Pikiran)... 46

B. Self (Diri)... 48

C. Society (Masyarakat)... 53

BAB III : INTERAKSI SOSIAL ANTAR CLUB DAN KOMUNITAS MOTOR DI SURABAYA... 57

A. Awal Berdirinya Club Atau Komunitas Motor Di Surabaya... 57

B. Aktifitas Atau Program Kerja Club atau Komunitas Motor Di Surabaya... 58 C. Faktor Pendorong mengikuti club atau komunitas motor


(8)

di Surabaya... 67 D. Bentuk Interaksi Sosial antar Club Atau Komunitas Motor di

Surabaya... 70 E. Interaksi Club Atau Komunitas Motor di Surabaya... 80 F. Interaksi Sosial Antar Club Atau Komunitas Motor Di Surabaya

Dalam Perspektif Interaksionisme Simbolik George Herbert

Mead... 82

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan... 87 B. Saran... 88 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian 3. Biodata Peneliti


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Meningkatnya angka penjualan kendaraan bermotor, khususnya kendaraan roda dua, semakin meningkatkan club dan komunitas motor di berbagai kota. Keberadaan dari club dan komunitas motor bukan hanya sekedar tempat kumpul, mencari teman baru, berbagi ilmu pengalaman dalam bidang otomotif, tapi anggota club dan komunitas juga punya tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya dibidang keselamatan berkendara.

Kegiatan yang terjadi di jalan raya cukup banyak dan sering kita jumpai. Mayoritas masyrakat setiap hari melalui jalan raya untuk berkegiatan dari satu tempat ke tempat yang lain. Ruang jalan maupun pinggir jalan biasanya kita jumpai dengan familiar kegiatan nongkrong. Kegiatan yang dilakukan individu maupun kelompok pada umumnya.

Kehidupan ruang jalan memperlihatkan beberapa aktifitas masyarakat yang beragam dan berlangsung di sebuah pinggir jalan khususnya di kota Surabaya. biasanya bertempat di Jln. Basuki Rahmat, Jln. Panglima Sudirman

dan Jl. Darmo sering kita temukan ada beragam club dan komunitas motor,

dalam kegiatannya bukan hanya sekedar memamerkan atau menjejerkan motor mereka melainkan untuk berbagi pengalaman atau shering dalam bidang otomotif dan juga berinteraksi antar sesama anggota maupun club dan komunitas lain yang ada di sekitarnya guna mempererat tali persaudaraan.


(10)

2

Interaksi sosial sangat dibutuhkan di dalam diri manusia, mulai sejak lahir sebagai anggota masyarakat mereka bergaul dan berinteraksi antar sesama, karena manusia memiliki norma-norma, nilai-nilai, cara-cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama. Dengan demikian, bahwa hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang sekitar.

Club dan komunitas motor merupakan salah satu perkumpulan yang ada di kota surabaya. Hampir semua merek motor yang mendaftarkan pada club dan komunitas motor yang beredar di kalangan masyarakat kota surabaya, seperti Yamaha, Honda, Kawasaki, Suzuki, dan masih banyak merek motor yang lainya. Dalam club dan komunitas mempunyai ciri khas atau identitas masing – masing, seperti halnya atribut/seragam dan stiker maupun konsep motor dll.

Club dan komunitas motor juga mempunyai aktifitas maupun agenda-agenda yang harus dijalankan oleh pengurus maupun anggota yaitu, :

Pertama, kopi darat yang sering di sebut dengan (KOPDAR) merupakan kegiatan bikers motor untuk berkumpul di suatu tempat yang telah di sepakati oleh anggota bersama teman-teman khususnya club dan komunitas motor. Dalam hal ini biasanya dilakukan dalam 1 minggu sekali setiap hari sabtu malam. Tempat KOPDAR biasanya berada pada titik keramaian yang sering dilalui oleh masyarakat secara umum.


(11)

3

Kedua, kopi santai yang sering disebut dengan (KOPSAN) kegiatan anggota untuk berkumpul di suatu tempat tinggal anggota club dan komunitas yang telah ditentukan oleh pengurus.

Ketiga, (TOURING) adalah kegiatan Bikers motor untuk menjelajah jalan serta berwisata dengan kendaraan bermotor ke suatu tempat yang sudah di rencanakan dalam rapat club dan komunitas motor.

Keempat, (BAKTI SOSIAL) adalah kegiatan kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitar yang memerlukan bantuan maupun dukungan diantaranya bantuan bencana, santunan anak yatim piatu, dll.

Kelima, (KOPGAB) adalah kopdar gabungan yang tujuanya untuk

Sowan (bertamu) dimana agenda ini disertai dua maupun lebih club dan

komunitas motor guna mempererat persaudaraan.

Perbedaan antar club dan komunitas motor sangat berbeda dalam segi pengertianya, mungkin penilaian masyarakat beranggapan sama saja, sama-sama pecinta sepeda motor. Pada dasarnya club motor cenderung satu pabrikan (suatu merek motor) sedangkan komunitas motor meliputi semua pabrikan (semua merek motor). Ada juga klub dan komunitas yang berbasis

Independent (berdiri sendiri), merupakan yang struktur di dalamnya tidak

terlalu formal atau aturan yang tercipta dalam club dan komunitas tidak terlalu mengikat atau mengharuskan segala hal bagi anggotanya yang sedang tergabung. Sedangkan club dan komunitas yang berbasis club merupakan di dalamnya mempunyai beberapa aturan yang harus ditaati (formal).


(12)

4

Club dan komunitas motor menjadi wadah bagi para bikers (sebutan pecinta sepeda motor atau menjadi anggota club dan komunitas motor) yang memiliki idealisme dan bergabung menjadi anggota dari salah satu club maupun komunitas motor. Hampir semua kalangan dari remaja maupun dewasa tertarik untuk mengikuti atau mendaftarkan diri mereka ke dalam club atau komunitas yang ada di surabaya dengan alasan mempunyai hobi yang sama sehingga banyak melakukan kegiatan bersama dalam mengisi waktu luang. Kebersamaan dan interaksi yang baik diantara club dan komunitas motor membuat terjalinya hubungan baik diantara satu sama lain. Tanpa harus diminta bahkan di paksa club dan komunitas untuk terbiasa dengan solidaritas. Rasa solidaritas telah muncul dari setiap individu masing-masing.

Dalam dunia Bikers rasa solidaritas dan saling menghormati dan saling tolong menolong sangat di perlukan. Dalam hal ini, rasa solidaritas antar club dan komunitas semakin terpupuk dengan adanya kesamaan dalam pecinta otomotif (Bikers) mereka sama-sama mengetahui bila mana terjadi

trouble mesin motor di jalan di saat mereka berpegian di suatu tempat yang

mereka tujuh, maka mereka secara sepontan akan terpanggil untuk menolongnya dan membenahi mesin yang trouble tersebut.

Keinginan yang kuat dari club dan komunitas motor adalah ingin menjadikan club dan komunitas motor tetap Solid, saling berbagi dan menjunjung tinggi persaudaraan sesama anggota maupun pengendara motor lainya baik perorangan maupun yang tergabung di dalam club atau komunitas motor, yang biasanya di kenal dengan sebutan Brotherhood No Limit


(13)

5

(persaudaraan tanpa batas). Sehingga dapat menuju kebersamaan dalam satu wadah yang mengutamakan budaya tertib berlalu-lintas.

Disamping itu juga mereka ingin merangkul para Bikers dan pengendara motor lainya dalam satu wadah dalam rangka mewujudkan perilaku santun, elegan, menerapkan budaya egaliter dan tidak arogan di jalan dan juga memberikan sumbangsih kepada masyarakat sebagai perwujudan tanggung jawab sosial dan peduli dengan sesama. Berkembangnya club dan komunitas motor di Surabaya merupakan sebuah realita dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negatif. Dengan maraknya beberapa berita serta kejadian di beberapa kota tentang keberadaan sebuah perkumpulan yang bersifat membahayakan kepada masyarakat sekitar seperti halnya geng motor yang membuat citra buruk terhadap club dan komunitas yang ada di surabaya, ini adalah tantangan bagi pengurus maupun anggota club dan komunitas motor yang ada di Surabaya untuk tetap eksitstensi dan tetap berjalan pada sebuah Visi Misi mereka. Padahal di dalam sebuah club maupun komunitas motor mempunyai Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang biasa disebut AD/ART, maksudnya mempunyai aturan-aturan yang wajib di jalankan oleh pengurus dan semua anggota club dan komunitas tersebut yang bermuatan positif. Banyak sisi positif yang dapat digali dari keberadaan club dan komunitas motor di Surabaya antara lain sebagai wadah untuk mensosialisasikan berkendara yang aman (safety riding) kepada para anggotanya.


(14)

6

Berkaitan dengan uraian diatas maka peneliti ingin mengamati lebih lanjut tentang “Interaksi Sosial Antar Club Dan Komunitas Motor Di Kota Surabaya”.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana bentuk interaksi sosial antar club dan komunitas motor di kota Surabaya?

2. Mengapa seseorang ikut bergabung dalam club dan komunitas motor di Surabaya?

C. Tujuan penelitian

Mengacu pada judul skripsi yang saya bahas dengan memfokuskan pada permasalahan interaksi sosial yang di lakukan oleh club atau komunitas motor terhadap masyarakat , maka tujuan yang akan dicapai dalam peneitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh club dan komunitas motor terhadap lingkungan masyarakat khususnya di kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendorong pengguna sepeda motor untuk ikut bergabung dalam club dan komunitas motor di kota Surabaya.

D. Manfaat penelitian

Sebagaimana umumnya karya ilmiah yang memiliki nilai guna, dalam penelitian ini peneliti harapkan dapat memberikan manfaat sekurang kurangnya:


(15)

7

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini di samping sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tugas akhir dalam program strata satu (S1) Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, juga diharapkan mampu menambah keilmuan penelitian dalam bidang ilmu sosial secara mendalam.

2. Bagi Program Studi Sosiologi

Sebagai kontribusi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sosiologi mengenai Interaksi Sosial Antar Club Dan Komunitas Motor di Surabaya.

3. Bagi Universitas

Sebagai masukkan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai perbendaharaan perpustakaan untuk kepentingan ilmiah selanjutnya.

4. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat yang selama ini beranggapan bahwasanya club atau komunitas motor itu seperti

Geng Motor.

5. Bagi organisasi sektor publik atau pihak yang terkait

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memotivasi club atau komunitas untuk tetap eksistensi dan solid.

6. Bagi peneliti lain

Dapat memberikan informasi atau gambaran bagi peneliti lainnya mengenai interaksi sosial antar club dan komunitas motor di kota Surabaya


(16)

8

E. Definisi Konseptual

Agar terjadi kesamaan interpretasi dan terhindar dari kekaburan terhadap judul penelitian ”Interaksi Sosial Antar Club Dan Komunitas Motor

Di Surabaya.” maka perlu dijelaskan beberapa kata kunci (key-words) dengan

harapan dapat menjadi pijakan awal untuk memahami uraian lebih lanjut dan juga dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dalam memberikan orientasi kajian ini.

1. Interaksi Sosial

Merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.1 Di dalam ineraksi sosial mengandung makna tentang kontak secara timbal balik atau inter-stimulasi dan respon antarindividu-individu dan kelompok-kelompok. Alvin dan Helen Gouldner, menjelaskan interaksi sebagai ”aksi dan reaksi di antara orang-orang”.2 Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain,

a. Faktor Imitasi : mempunyai peranan yang penting dalam proses

Interaksi Sosial, dan juga bisa mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

1

Kimball Young dan Raymond, W, Mack : Sosiology and Social Life, (New York :American Book Company,1959), 137.

2

Alvin L. Bertrand, Sosiologi , alih bahasa Sanapiah S. Faisal, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 1980), 101.


(17)

9

b. Faktor Sugesti : apabila seseorang memberi suatu pandangan atau

sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

c. Identifikasi : kecendrungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk

menjadi sama dengan pihak lain.

d. Simpati : suatu proses dimana sesorang merasa tertarik pada pihak

lain.3 2. Club motor

Club motor adalah suatu wadah bagi para pengguna transportasi khususnya sepeda motor, yang dapat menampung aspirasi serta keinginan para anggotanya berdasarkan mufakat dan kesepakatanya pada waktu awal pembentukanya oleh para pendirinya. Pada dasarnya suatu club motor itu akan akan hadir dalam satu habitat atau satu pabrikan (satu merek motor).

3. Komunitas motor

Komunitas motor adalah wadah bagi para pengguna transportasi khususnya sepeda motor. Komunitas motor tidak berbeda jauh dengan club motor, dimana komunitas motor juga lebih mementingkan kebersamaan. Pada dasarnya komunitas motor terpaku pada semua pabrikan (semua merek motor).4

F. Telaah Pustaka

1. Penelitian terdahulu

3

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Dasar Interaksi Sosial dan Kepatuhan Pada Hukum,

1974,Hukum Nasional, Nomor 25 4

Http://bzcjakarta.blogspots.in/2013/06/club-motor-dan-komunitas-motor.html (diakses pada senin 10 juni 2013, 04:59)


(18)

10

a. Komunikasi kelompok komunitas anak vespa sidoarjo “KANVAS” dalam membina solidaritas antar kelompok. Skripsi oleh yuli wulandari, 2013, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Hal-hal pokok yang di jelaskan di dalam sekripsi ini adalah KANVAS merupakan komunitas pecinta motor vespa yang ada di sidoarjo, kecintaan mereka terhadap vespa juga ditunjukan dengan menggunakan vespa kemana pun ia pergi walapun sering bermasalah di jalanan. Mereka terlihat bangga memiliki vespa sehingga muncul sebuah semboyan unik “jangan ngaku kaya kalaubelum punya vespa” latar belakang terbentuknya komunitas anak vespa sidoarjo “KANVAS” adalah mengajak para kalangan pemuda baik di sidoarjo maupun di indonesia untuk lebih menghargai bangsa ini dengan melihat perjuangan negara indonesia dalam memperoleh pengakuan sebagai negara yang berdaulat. Selain itu yang melatar belakangi terbentuknya anak vespa sidoarjo “KANVAS” adalah melestarikan merek motor jadul yaitu vespa, karena dengan melestarikan tersebut mereka bisa mengenang para pendahulunya dan dapat mengenang para pendahulunya dan dapat memelihara apa yang diwariskan olehnya. Cara mereka untuk ber interaksi dan ber komunikasi terhadap sesama vespa sangat kuat sekali karena mereka mempunyai kesolidaritasan yang kuat sekali. Demgan adanya rasa solidaritas terhadap sesama pecinta vespa maka dengan sendirinya akan terjalin sebuah interaksi mapun komunikasi yang berlanjut.


(19)

11

Dalam segi struktur komunitas, komunitas vespa KANVAS bersifat berstruktur pada bagian inti saja. Terdapat tiga orang pengurus inti yakni, ketua, sekrtaris, bendahara. Struktur didalam KANVAS hanya sebagai formalitas.

Mereka menyebutnya Scooterist, penggila sepeda vespa bahkan pengendara dari sepeda nyentrik ini terlihat dari banyaknya Scooterist yang ada, maka di indonesia sepeda motor ini sudah menjadi icon di berbagai kota di indonesia. KANVAS juga memiliki ciri khas tersendiri dalam mempertahankan komunitas mereka. Terutama struktur komunitas yang mereka bangun yang menganut berbasis

Independent (berdiri sendiri). Di dalam menjaga hubungan baik dan

agar tetap solid dalam organisasi atau kominitas terdapat binaan tersendiri. Namun dalam komunitas “KANVAS” tidak ada sebuah binaan tersendiri secara khusus maupun formal untuk menjaga ata menjalin rasa persaudaraan dan solidaritas yang tinggi. Binaan untuk tetap solid berjalan dengan sendirinya. Komunitas vespa era dulu hingga sekarang terkenal dengan rasa solidaritasnya yang tinggi.5

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu yang relevan dengan skripsi yang akan peneliti buat terkait juduladalah sama-sama meneliti tentang komunitas motor dan perbedaanya adalah peneliti terdahulu meneliti tentang Komunikasi kelompok komunitas anak

vespa sidoarjo “KANVAS”, sedangkan peneliti yang sekarang

5

Diambil dari skripsi yuli wulandari dengan judul : Komunikasi kelompok komunitas

anak vespa sidoarjo “KANVAS” dalam membina solidaritas antar kelompok., Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.


(20)

12

meneliti tentang Interaksi Sosial Antar Club Dan Komunitas Motor Di Surabaya

b. Identitas “Komunitas Sepeda Motor” Suatu Kajian Subkultur di Makassar, skripsi oleh Firman Mas’udi, 2014, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar. Hal-hal pokok yang di jelaskan di dalam sekripsi ini adalah, : Anggota komunitas sepeda motor di Makassar memiliki ciri khas tersendiri dalam berkomunitas seperti saat mengendarai sepeda motor dengan tertib, kumpul-kumpul dengan anggota komunitas lain bahkan dalam segi penampilan pribadi seperti berpakaian ala komunitas. Pakaian dalam hal ini berupa pakaian kaos atau baju PDH yang di desain khusus dengan desain serta tuisan ala bikers seperti desain baju yang terlihat mencolok dengan tulisan “We Are Brotherhood No Gangster” atau baju PDH yang lebih menspesifikasikan diri mereka berasal dari komunitas tertentu. Bahkan jaket dengan bordiran yang telah di buat secara khusus yang kerap mereka pakai ketika mengendarai sepeda motornya.

sepeda motor dengan tambahan-tambahan variasi pada sepeda motornya juga merupakan ciri khas tersendiri, seperti penambahan boks, motor yang penuh dengan stiker serta memiliki emblem tersendiri. Secara umum komunitas sepeda motor yang ada di Makassar memiliki bentuk dan jalur koordinasi yang sama dengan komunitas sepeda motor di kota-kota lain. Mereka memiliki


(21)

13

pemahaman yang didasarkan idealiasme yang tinggi. Dari pembentukan komunitas hingga berjalannya suatu kegiatan komunitas yang sukses sampai sekarang ini mempunya perjalanan yang panjang. Pertama, keberadaan para anggota komunitas sepeda motor yang selalu mendukung setiap kegiatan komunitas mereka. Kedua, proses perencanaan kegiatan yang matang yang selalu diberikan ke semua anggota kepada pengurus komunitas tersebut. Katiga, saling dukung antara komunitas yang satu dengan komunitas yang lain dalam melakukan kegiatan. Sehingga dapat terciptanya perencanaan yang matang, melaksanakan apa yang sudah mereka rencanakan bersama dan mendokumentasikan setiap kegiatan. Sehingga semua anggota mendapatkan kepuasan dengan kegiatan yang sudah meraka rencanakan bersama. 6

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu yang relevan dengan skripsi yang akan peneliti buat terkait juduladalah sama-sama meneliti tentang komunitas motor dan perbedaanya adalah peneliti terdahulu meneliti tentang Identitas “Komunitas Sepeda Motor”

Suatu Kajian Subkultur di Makassar, sedangkan peneliti yang

sekarang meneliti tentang Interaksi Sosial Antar Club Dan Komunitas Motor Di Surabaya

c. Bentuk Interaksi Dalam Komunitas Motor TRABAS Di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes Jawa Tengah, Sekripsi oleh Holid

6

Diambil dari skripsi Firman Mas’u dengan judul : Identitas “Komunitas Sepeda Motor”

Suatu Kajian Subkultur di Makassar, Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, 2014


(22)

14

Hendriyanto,2013, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Yogyakarta. Hal-hal pokok yang di jelaskan di dalam sekripsi ini adalah: Latar belakang komunitas motor TRABAS mulanya dari kota Bandung Jawa Barat. Komunitas motor TRABAs terbentuk pada Tanggal 6 Juni 2009. Bentuk interaksi antar anggota komunitas motor

Trabas, anggota komunitas motor setiap minggu sekali sering

melaksanakan acara kumpul-kumpul bersama dan membahas tentang memperbaiki jalan untuk acara touring diwilayah yang sering dilewati oleh para komunitas motor Trabas. Dalam penelitian ini menggunakan teori Interaksi Sosial dalam bentuk Disosiatif dan Asosiatif. Dalam interaksi disaat touring komunitas ini sangat menjunjung tinggi tali persaudaraan antar anggota komunitas dalam hal tersebut bisa dilihat pada saat kounitas itu melakukan kegiatan touring yaitu adanya saling tolong-menolong dan gotong royong, dengan cara menolong anggotanya yang motornya mogok, kehabisan bensin, jatuh dan lain sebagainya.

Dalam bentuk bakti sosial, anggota Trabas membuat progam seperti memberikan nilai-nilai yang positif dan membantu masyrakat seperti salah satu contoh yang sudah diagendakan para anggota

Trabas mengadakan :

1) Sunat massal atau khitan, agenda ini dilaksanakan oleh semua anggota komunitas motor Trabas satu tahun sekali. Acara seperti ini dilaksanakan oleh pengurus komunitas, maksud dan tujuan


(23)

15

dengan adanya sunat massal ini untuk membantu masyarakat yang kurang mampu. Ini adalah awal dari perwujudan generasi muda yang sehat, langkah kecil ini begitu penting.7

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu yang relevan dengan skripsi yang akan peneliti buat terkait judul adalah sama-sama meneliti tentang komunitas motor dan perbedaanya adalah peneliti terdahulu meneliti tentang Bentuk Interaksi Dalam Komunitas Motor TRABAS Di Kecamatan Salem Kabupaten

Brebes Jawa Tengah, sedangkan peneliti yang sekarang meneliti

tentang Interaksi Sosial Antar Club Dan Komunitas Motor Di Surabaya.

Kajian Pustaka a. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok.8 Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktifitas-aktifitas seperti itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang

7

Diambil dari skripsi Holid Hendriyanto dengan judul : Bentuk Interaksi Dalam Komunitas Motor TRABAS Di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes Jawa Tengah, Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Yogyakarta, 2013

8

Gillin dan Gillin Cultural sociology, a revision of An Introduction to Sociology, (New York: The Macmillan Company 1954), 489


(24)

16

yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabka oleh misalnya, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang dilakukanya.

Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial a. Kontak sosial

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan Tango (menyentuh), jadi, artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah. Karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya.9

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk : 1) Antara orang-perorangan.

Kontak sosial ini adalah apabilah anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses, dimana anggota masyarakat

9


(25)

17

yang baru mempelajari norma dan nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.

2) Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.

Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakan bahwa tindakan berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau suatu partai politik memaksa anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.

3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainya. Umpamanya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang ketiga di pemilihan umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan lain-lain, disuatu wilayah yang baru di buka terjadinya suatu kontak tidakla semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Seseorang dapat saja bersalaman dengan patung atau main mata dengan seorang buta sampai berjam-jam lamanya, tanpa menghasilkan suatu kontak. Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah kepada kerjasama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.


(26)

18

Bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan keudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

Dengan adanya adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh sekelompok manusia atau orang-perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lain. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukan.

Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seluas senyum, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan, sikap bersahabata, atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunukasi memugkinkan kerja sama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia dan memmang komunikasi merupakan salah satu syarat sebagai terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.10

10


(27)

19

Bentuk-bentuk interaksi sosial

Di dalam bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama

(cooperation), persaingan (competition) dan dapat jua berbentuk

pertentangan atau pertikaian (conflict). Mungkin penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamika akomodasi (accomodation) dan ini berarti bahwa kedua belah pihak belum tentu puas sepenuhnya suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.11

a. Proses-proses yang Asosiatif 1) Kerja Sama (Cooperation)

Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya, sosiolog lain menganggap bahwa kerja samalah yang merupakan proses utama. Golongan yang terakhir tesebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan pada kerja sama.

Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu, in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama munkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang

11

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonimi Universitas Indonesia, 1964), 177


(28)

20

secara tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau segolong orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan yang tidak puas karena keinginan. Keadaan tersebut dapat menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok demikian merasa tersinggung atau dirugikan sistem kepercayaan atau dalam satu bidang sensitif dalam kebudayaan.12

2) Akomodasi (Accomadation) a) Pengertian

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjukan pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitanya dengan norma-norma sosial dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjukan pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kesetabilan.13

12

C.H Cooley, Sociological Theory and Social Research, (New York: Henry Holt and Company,1930), 176

13

Kimball Young dan Raymond, W. Mack, Sociology and Social Life, (New York: American Book Company, 1959), 146


(29)

21

Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi yang dipergunakan oleh ahli biologi untuk menunjukan pada suatu proses dimana makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitar. 14

b) Bentuk-bentuk Akomodasi

1. Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan.

2. Compromise adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak yang terlibat saling mengurangi tuntunanya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselesian yang ada.

3. Arbitration adalah suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.

4. Mediation hampir sama meyerupai Arbitration. Dalam

mediation di undanglah pihak ketiga yang netral dalam

soal perselisihan yang ada.

14

Gillin dan Gillin Cultural sociology, a revision of An Introduction to Sociology, (New York: The Macmillan Company 1954), 505


(30)

22

5. Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan dari pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

6. Toleration merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.

7. Stalemate merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentanganya.

8. Adjudication yaitu, penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan15

Hasil-hasil Akomodasi

a) Akomodasi, dan integrasi masayarakat b) Menekan oposisi

c) Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda

d) Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah

e) Perubahan-perubahan dalam kedudukan f) Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi 3) Asimilasi

Merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat

15

Kimball Young dan Raymond, W. Mack, Sociology and Social Life, (New York: American Book Company, 1959), 147


(31)

23

antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, siakp dan proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Terdapat beberapa faktor pendorong atau pendukung dan pengambat suksesnya proses asismilasi :

a. Faktor pendukung

(1) Sikap empati dari masing-masing pihak (2) Sikap toleransi

(3) SikAp terbuka akan perbedaan dan kritik

(4) Adanya desakan dari pihak lain untuk terjadinya asimilasi (5) Adanya kesamaan unsur budaya

b. Faktor penghambat

(1) Sikap tertutup dan antipati (2) Perbedaan unsur kebudayaan

(3) Kehidupan yang terisolasi dari kelompok lain (4) Kurangnya pengetahuan yang dimiliki

(5) Sikap hidup egoisme dan individualistik (6) Adaptasi

b. Club Motor

Club motor adalah suatu wadah bagi para pengguna transportasi khususnya sepeda motor, yang dapat menampung aspirasi serta keinginan para anggotanya berdasarkan mufakat dan kesepakatanya


(32)

24

pada waktu awal pembentukanya oleh para pendirinya. Pada dasarnya suatu club motor itu akan akan hadir dalam satu habitat atau satu pabrikan (satu merek motor).

Ciri Club Motor

1. Perlengkapan safety dalam berkendara

2. Motor dan pengendaranya lengkap bahkan biasanya ditambah box dibelakang motor buat menaruh hell dan peralatan motor

3. Biasanya setiap club motor hanya terdiri dari satu merk dan satu tipe mator saja, namun ada juga yang bercampur-campur

4. Kopdar ditempat yang ramai agar bisa dilihat masyarakat, sekaligus ajang bersilaturahmi kepada club motor lain yang kebetulan melintas

5. Pelantikan anggota tanpa kekerasan, hanya untuk having fun dan memberi pengetahuan deluk beluk berlalu lintas yanag abaik

6. Mempunyai visi misi yang jelas

7. Melakukan kegiatan touring ke daerah-daerah sembari membagikan sumbangan (Baksos)

8. AD/ART mereka jelas dan tercatat dalam kepolisian atau wada dari perkumpulan club motor

9. Saling tolong menolong terhadap anggota club motor lain ketika dijalan mendapatkan toubrl (meskipun tidak kenal satu sama lain) 10.Setiap club motor memiliki tujuan dalam berkendara dan


(33)

25

c. Komunitas Motor

Komunitas motor adalah wadah bagi pengguna transportasi khususnya sepeda motor tidak berbeda jauh dengan club motor, dimana komunitas motor juga lebih mementingkan kebersamaan. Pada dasarnya komunitas motor terpaku pada semua pabrikan (semua merek motor).

Ciri Komunitas Motor

1. biasanya komunitas terdiri dari berbagai tipe-tipe motor dan merk, bebas dan berbagai macam aliran

2. berdiri dibawah bendera perkumpulan orang-orang komplek, pabrikan atau perusahaan

3. AD/ART lebih simple

4. Sama seperti club motor, mereka juga suka melakukan kegiatan sosial

Penjelasan di atas tentang makna Club atau Komunitas motor sebenarnya ke dua-dua nya memiliki arti yang sama, namun cara mainya berbeda, seperti aturan-aturan yang berlaku (AD/ART).16 G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan salah satu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dan tujuan untuk kegunaan tertentu. Berdasarkan cara ilmiah, data ilmiah, dan kegunaan.17 Oleh karena itu,

16

Http://raytkj.blogspots.in/2011/12/perbedaan-antara-geng-motor-clubmotor.html, (diakses pada senin 31 Desember 2011, 13:02)

17

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2008), 2.


(34)

26

metodologi penelitian sangat penting untuk memudahkan dalam proses penelitian.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Terkait dengan judul dan rumusan masalah di atas peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif dengan Jenis deskriptif berbasis Fenomenologi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fenomenologi adalah bagian dari metodologi kualitatif, yang mengandung nilai sejarah dalam perkembangannya.

Fenomenologi ini lebih mengfokuskan dari pada konsep suatu fenomena tertentu dan bentuk dari studinya adalah melihat dan memahami arti dari sautu pengalaman individual yang berkaitan dengan suatu fenomena tertentu. Tokoh Polkinghorne (1989) mendefinisikan fenomenologi sebagai suatu studi untuk memberikan gambaran tentang arti dari pengalaman-pengalaman beberapa individu mengenai suatu konsep tertentu.

Studi fenomenologi sebagai metode sosiologi murni bisa menyingkap beberapa hal sebagai berikut yang pertama, esensi masyarakat, kedua perilaku masyarakat, dan ketiga relasi-relasi sosial yang terbentuk. Dengan menggunakan metode tersebut seseorang bisa menemukan fakta-fakta dari puncak kehidupan sosial, dan dapat menyingkap fungsi-fungsi laten yang tersmbunyi dalam setiap tindakan sosial.


(35)

27

Fokus model fenomenologi ini adalah: kepada pengalaman yang dialami oleh individu, bagaimana individu memaknai pengalamannya tersebut berkaitan dengan fenomena tertentu yang sangat berpengaruh dan sangat berarti bagi individu yang bersangkutan.18

Adapun cara-cara yang ditempu dalam fenomenologi adalah: a. Fenomenologi berkecenderungan untuk menentang atau meragukan

hal-hal yang diterima tanpa melalui pengamatan terlebih dahulu. b. Secara positif fenomenologi berkecenderungan untuk membenarkan

pandangan atau persepsi (dalam beberapa hal, juga evaluasi dan tindakan).

c. Fenomenologi berkecenderungan untuk memegang teguh prinsip bahwa periset harus mengfokuskan pada diri pada suatu yang disebut menemukan permasalahan, sebagaimana yang diarahkan oleh objek dan pembetulannya terhadap objek sebagaimana ditemukan permasalahan.19

Alasan kenapa menggunakan jenis penelitian deskriptif karena permasalahan dalam penelitian ini masih belum jelas, kompleks, dinamis dan penuh makna. Sehingga tidak mungkin pada situasi sosial tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner, pedoman wawancara. Penyajian data dari penelitian ini menggunakan format deskriptif yaitu dengan tujuan untuk

18

Haris,Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Selemba Humanika, 2011), Hal,67-68

19

Agus, Salim, Teori & Paradigma Penelitian sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), Hal167-168


(36)

28

menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu.20

Sedangkan alasan menggunakan basis fenomenologi karena penelitian yang di maksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan. Misalnya terkait dengan judul peneliti interaksi sosial tidak bisa diukur dengan berkembangnya club dan komunitas motor yang ada di Surabaya, tetapi untuk mengetahui fenomena tersebut harus ada interaksi secara langsung dengan individu yang terkait dengan pengalaman-pengalaman yang mereka alami, untuk melihat perubahan atau perkembangan club atau komunitas motor dari anggota club atau komunitas motor serta pemaknaan sikap interaksi sosial yang mereka lakukan, kemudian dideskripsikan oleh peneliti, sehingga diperoleh suatu gambaran yang ringkas terkait kondisi yang dialami oleh para subjek. 2. Lokasi Penelitian dan Waktu

Dalam suatu penelitian ilmiah peneliti akan berhadapan dengan lokasi penelitian, dalam hal ini penelitian dilakukan di Kota Surabaya bertempat di Jl. Basuki Ramat, Jl. Panglima Sudirman dan Jl. Darmo dan peneliti sengaja memilih lokasi ini karena ada beberapa alasan yang

pertama, lokasi tersebut merupakan tempat yang digunakan para anggota

20

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya, (Surabaya: Airlangga University Press. 2001), Hal. 48


(37)

29

club atau komunitas motor. Kedua, mengingat lokasi penulisan juga tidak berjauhan dengan lokasi tempat peneliti Belajar (mencari ilmu) sehingga hal itu akan mempermudah peneliti untuk menjalani penelitian.

Sedangkan penentuan waktu penelitian sebagaimana tercantum dalam tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

PROSES PENELITIAN

No Bentuk Kegiatan Waktu

1 Pra-Studi Lapangan 01 Oktober-2014

2 Studi Lapangan 30 Desember 2014-Maret 2015

3 Pembuatan Laporan 01 Maret 2015-Juli 2015

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek penelitian ialah sumber tempat peneliti memperoleh keterangan tentang permasalahan yang diteliti, singkatnya subyek penelitian ialah seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.21 Dalam hal ini penulis memilih subyek para anggota dan ketua club atau komunitas motor di Surabaya. Peneliti sengaja memilih subyek tersebut dikarnakan para anggota maupun pendiri mempunyai pengalaman terkait Interaksi Sosial antar club atau komunitas motor.

Peneliti juga akan melakukan wawancara terhadap pengurus club atau komunitas sebagai data temuan yang akan dikembangkan oleh

21

Tatang, M. Amirin. Menyusun Perencanaan Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995). Hal 92-93.


(38)

30

peneliti. Dalam hal ini peneliti tidak membatasi jumlah banyaknya informan yang akan dimintai informasi. Oleh karna itu, peneliti akan terus menggali data sebanyak-banyaknya agar mendapatkan informasi yang lengkap sesuai dengan tema peneliti

4. Jenis dan Sumber Data

Adapun dalam penelitian ini yang menjadi sumber data (informan) adalah pengurus maupun anggota club dan komunitas motor di Surabaya. Sedangkan yang menjadi key informan adalah seseorang yang menjadi informan kunci yang memberikan informasi siapa saja yang dapat dijadikan informan sesuai dengan kriteria.

Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. DataPrimer

Data Primer yakni data yang diperoleh peneliti secara mentah dari sumber data dan masih memerlukan analisis lebih lanjut.22 Jenis data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari sumber data melalui wawancara, observasi dan berbagai cara lainnya. Yang merupakan jenis data primer dalam penelitian ini meliputi: anggota dan pendiri club atau komunitas motor di Surabaya.

22

Joko Subagyo. Metode Penelitian dalam Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004). Hal 87.


(39)

31

Tabel 1.2 Nama Informan

Nama Club Atau Komunitas Surabaya Jabatan

Adib IMS (Independent Motor Surabaya) Wakil

Agus Budiharto SV150S (Satria Vixion Surabaya) Pendiri

Bagas Putra CNR (Communty Ninja Riders) Anggota

Danang Prasetya

VOSTER (Vixion Surabaya Street Riders)

Ketua

Brigjen Pol Eddy Hariyanto

Wakapolda Jatim

Waro Anggoro

PEMUDI'S (Penggemar Montor Udhug Indonesia Soerabia)

Ketua

Egan JBI ( Japstyle Bikers Indonesia) Humas

Rudy Prayoga NVS (New Vixion Street Fighter) Pendiri

Ofie BOB’S (Black Old Bikers Surabaya) Anggota

Herman SV150S (Satria Vixion 150 Surabaya) Anggota

Uki Setiawan KOENTOEL SOERABAJA Ketua 3

Edwin BOB’S (Black Old Bikers Surabaya) Pendiri


(40)

32

Data Sekunder yakni data yang diperoleh atau berasal dari bahan-bahan kepustakaan.23 Data ini bisa berupa buku, dokumen, majalah, berita dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan dengan penelitian.

5. Tahap-Tahap Penelitian a. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap Pra-lapangan peneliti sudah membaca masalah menarik untuk diteliti dan peneliti telah memberikan pemahaman bahwa masalah itu pantas dan layak untuk diteliti. Kemudian peneliti juga telah melakukan pengamatan terkait dengan masalah yang diteliti.

Ada beberapa tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dan ditambah satu persoalan etika, kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) Merumuskan Rancangan Penelitian

Setelah menemukan fenomena sosial, peneliti merumuskan rancangan penelitian atau proposal yang memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, dan teori. Fungsi dari proposal penelitian adalah untuk merencanakan secara sistematis kegiatan penelitian agar lebih terarah dan terealisasi sesuai harapan. Upaya untuk lebih menyempurnakan perumusan dan penyusunan proposal peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan akhirnya di akhiri dengan seminar proposal.

23

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Hal 107.


(41)

33

2) Menentukan Lapangan Penelitian

Peneliti memilih penelitian khususnya pada “Interaksi

Sosial Antar Club Dan Komunitas Motor Di Surabaya”

3) Mengurus Perizinan

Langkah pertama untuk mendapatkan izin melakukan galian data dari sumber data adalah mengutarakan dan memahamkan maksud dan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian tersebut.

4) Menjajaki dan Memilih Lapangan

Pada tahap ini belum sampai pada titik yang menyikapi bagaimana peneliti masuk lapangan, namun telah menilai keadaan lapangan dalam hal-hal tertentu.

5) Menetukan Informan

Informan adalah orang dalam latar penelitian.24 Informasi disini berfungsi memberikan informasi keterangan tantang situasi dan kondisi latar penelitian, baik dengan carasharing (tukar pikiran) atau membandingkan kejadian dari subjek lain. Dalam penelitian ini, peneliti memilih informan yang akan memberikan data atau informasi mengenai permasalahan yang akan di bahas. Dalam hal ini informan yang dipilh oleh peniliti yaitu Pengurus dan Anggota (Club dan Komunitas Motor). Selain itu dalam hal

24

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 97.


(42)

34

ini peneliti juga akan menjadikan ketua club atau komunitas motor sebagai informan.

6) Menyiapkan Perlengkapan penelitian

Kelengkapan penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain yaitu alat tulis (pensil, ballpoint, buku catatan dan

handphone.

7) Persoalan Etika

Dalam hal etika, peneliti sangat menjaga karena hal ini menyangkut hubungan dengan orang yang berkenaan dengan data-data yang diperoleh dari peneliti, sebab dengan adanya etika oleh peneliti di harapkan tercipta kerja sama yang menyenangkan antara kedua belah pihak.

b. Tahap Lapangan

Tahap ini merupakan tahap kelanjutan dari tahap sebelumnya yang merupakan proses berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk pada proses penelitian dan mengurusi hal-hal penting yang berkaitan dengan penelitian. Pertama, peneliti harus mengurusi proses perizinan. Karena ini merupakan prosedur wajib sebagai seorang peneliti. Setelah itu barulah peneliti melakukan pencarian data yang sesuai dengan fokus penelitiannya. Berbagai data baik data primer dan data sekunder peneliti peroleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. c. Tahap Analisis Data


(43)

35

Pada tahap ini, peneliti telah mendapatkan data sebanyak-banyaknya yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan proses pemilihan data yang disesuaikan dengan rumusan penelitian. Karena dalam proses pencarian data tidak kesemuanya sesuai dengan kebutuhan penelitian. Setelah data terkumpul yang dilakukan peneliti adalah membandingkan dan melakukan analisis terhadap data di lapangan dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Kemudian peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya yang dilakukannya.

d. Penulisan laporan

adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan penelitian. Setelah semua komponen-komponen terkait dengan data dan hasil analisis data serta mencapai suatu kesimpulan, peneliti mulai menulis laporan dalam konteks laporan penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam penulisan penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan peneliti terkait dengan kelengkapan data

6. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data yang penulis gunakan dalam dalam penelitian ini ialah:

a. Observasi

Dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara langsung di Jl. Basuki Rahmat, Jl.


(44)

36

yang meliputi salah satu club atau komunitas motor yang ada di Surabaya.

b. Interview dan Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis pendekatan petunjuk umum wawancara. Oleh karena itu, peneliti membuat rumusan pertanyaan dan urutannya disesuaikan dengan keadaan responden. Metode ini digunakan untuk mengetahui Bagaimana Perkembangan interaksi sosial antar club atau komunitas motor bagi anggotanya.

Dalam segi pelaksanaan-Nya peneliti menggunakan interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin. Interview bebas dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan dan dibutuhkan. Interview terpimpin yaitu pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur dan sistematis.25

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah suatu proses pengambilan data terkait dengan interaksi sosial antar club atau komunitas motor di Surabaya. Dalam hal ini peneliti mengambil dari dokumentasi yang ada dalam club dan komunitas motor tersebut, sesuai dengan apa yang akan diteliti.

25


(45)

37

7. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat bantu yang berguna untuk penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan data. Dalam penelitian ini instrument penelitian adalah:

a. Interview guide (panduan wawancara)

Yaitu sebuah daftar pertanyaan yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan wawancara dengan narasumber sebagai sumber data primer sehingga peneliti dapat memperoleh keterangan yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian.

b. Pedoman observasi

Pedoman observasi merupakan serangkaian pengamatan yang dilakukan langsung oleh peneliti terhadap peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan obyek penelitian untuk dicatat atau ditulis dan untuk selanjutnya dianalisis.

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang di gunakan oleh peneliti ada dua tahapan, yaitu: ketika peneliti masih di lapangan dan yang kedua setelah meninggalkan lapangan. Prosedur analisis data selama di lapangan yang disarankan oleh miles dan huberman yaitu: reduksi data, display data, dan verifikasi.26

Reduksi data (data reduction), karena data yang nantinya yang didapatkan dari lapangan begitu banyak, maka perlu adanya proses analisis

26

Mattew B. Milles dan A.Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1984), 21.


(46)

38

dan pengurangan data yang tidak ada hubungannya dengan maksud penelitian, hal ini dilakukan agar lebih terfokuskan dengan apa yang ingin diteliti.

Penyajian data (display data), setelah mendapatkan data yang terfokus dengan penelitian, maka peneliti melakukan analisis dengan penyajian data agar mempermudah untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami.

Conclusing drawing atau verification, menurut Miles dan

Huberman proses ini merupakan pengambilan kesimpulan dan verifikasi.27

9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Atau Validasi Data

Validitas data dalam sebuah penelitian sangatlah penting dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemerikasaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Menurut Denzin membedakan 4 macam triangulasi yaitu pertama triangulasi dengan sumber, kedua triangulasi dengan metode, ketiga triangulasi dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data dan keempat triangulasi dengan teori.

Metode Triangulasi ada 5 macam yaitu :

27


(47)

39

a. Triangulasi data

Triangulasi data ini dapat dibagi ke dalam tiga bentuk triangulasi yaitu :

1) Triangulasi waktu, dimana pengaruh waktu ikut dipertimbangkan dalam rancangan kajian misalnya penelitian yang longitudional. 2) Triangulasi ruangan, yaitu merupakan bentuk khas studi

perbandingan.

3) Triangulasi orang, misalnya perbandingan reaksi pada tiga tingkat analisis yakni: analisis tingkat individual, tingkat interaksi dikalangan kelompok dan tingkat kolektif.

4) Triangulasi penyelidikan yakni dimana lebih dari seorang mengadakan pengujian pada suatu situasi yang sama.

5) Triangulasi disiplin yakni dimana suatu masalah dikaji oleh beberapa disiplin ilmu yang mengoptimalkan pengalaman dari perspektif berbeda bila dikombinasikan dengan triangulasi penyelidikan. Misalnya dengan menempatkan dua orang dari disiplin ilmu yang berbeda untuk mengkaji sebuah masalah.

6) Triangulasi teori yakni dimana alternatif atau teori tandingan digunakan pada suatu situasi.

7) Triangulasi metodologis yaitu mencakup dua metode yakni metode yang sama digunakan pada berbagai peristiwa berbeda dan penggunaan berbeda pada satu obyek kajian yang sama.


(48)

40

Maka kegiatan yang dilakukan peneliti dalam triangulasi ini adalah mencocokan hasil data wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi, observasi dan data-data temuan lainnya. b. Teknik trianggulasi data dalam sumber ini data dapat dicapai dengan

jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang- orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4) Pandangan seperti rakyat biasa yang berkependidikan menengah atau tinggi, dan orang berada.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan.28

c. Pengecekan sejawat

Teknik ini dilakukan sekiranya data yang diperoleh memungkinkan untuk didiskusikan dengan teman, dosen, peneliti lainnya dan dosen pembimbing guna mendapatkan pandangan kritis demi hipotesis yang membantu lebih absahnya sebuah data.

28

Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008) 331.


(49)

41

Peneliti dalam hal ini melakukan konsultasi dengan teman dan dosen yang paham terkait dengan penelitian ini maupun dosen pembimbing.

d. Kecukupan referensi

Penyempurnaan atau kecukupan referensi sangat membantu untuk penguatan data lapangan agar tidak terjadi absurditas data. Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah memadukan refernsi buku dengan kajian lain seperti majalah, internet, koran dan lain sebagainya.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam penulisan penelitian. Untuk mempermudah pembahasan penelitian maka diperlukan adanya sistematika pembahasan dari bab ke bab yang merupakan integritas atau kesatuan yang tak terpisahkan.

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis mengorganisasikan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, sumber dan jenis data,


(50)

42

tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam bab I ini juga menjelaskan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab kajian Teori, peneliti memberikan gambaran tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang akan digunakan dalam penganalisahan masalah. Definisi konsep harus digambarkan dengan jelas. Selain itu harus memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan menggunakan teori yang relevan. BAB IV PENUTUP

Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran kepada para pembaca laporan penelitian ini.


(51)

43

BAB II

TEORI INTERAKSONISME SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial antar club dan komunitas motor merupakan suatu wadah guna mempererat tali persaudaraan antar Bikers (sebutan anggota Club dan Komunitas motor). Pada dasarnya club dan komunitas motor merupakan suatu perkumpulan yang melakukan kegiatan untuk maksud dan tujuan tertentu yang mempunyai stuktur organisasi yang jelas dan mempunyai tata aturan tersendiri.

Alasan peneliti menggunakan teori ini, karena melihat bahwa di dalam ruang lingkup club dan komunitas motor di Surabaya berinteraksi antar sesama Bikers guna mempererat tali persaudaraan satu sama lain. Dengan teori ini pula peneliti ingin mengetahui pemikiran para pengurus atau anggota tentang bentuk interaksi antar club dan komunitas motor dan pertukaran simbol-simbol yang diberi makna dan ditujukan kepada individu maupun kelompok.

Dari harapan-harapan pengurus maupun angota dari club dan komunitas motor untuk mempertahan kan Visi dan Misi untuk bisa tetap eksistensi di lingkungan masyarakat khususnya di kota Surabaya guna menghilangkan pemikiran masyarakat yang negative terhadap club dan komunitas motor di Surabaya.


(52)

44

Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh blumer guna mencapai tujuan tertentu. Teori ini memiliki idea yang baik, tetapi tidak terlalu dalam dan spesifik sebagaimana diajukan G.H. Mead.

Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks ini, makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial.1

Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa

1

Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2002), 68–70.


(53)

45

yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlihat dalam interaksi sosial.2

Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut:3

1. individu merespon suatu situasi simbolik, mereka merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan media yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

2. makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya obyek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik, tindakan atau peristiwa itu ) namun juga gagasan yang abstrak.

3. makna yang interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial, perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

2

Artur Asa Berger, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, trans. M. Dwi Mariyanto and Sunarto (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), 14.

3


(54)

46

Karya tunggal Mead yang amat penting dalam hal ini terdapat dalam bukunya yang berjudul Mind, Self dan Society. Mead megambil tiga konsep kritis yang diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun sebuah teori interaksionisme simbolik.4 Tiga konsep itu dan hubungan di antara ketiganya merupakan inti pemikiran Mead, sekaligus key

words dalam teori tersebut. Interaksionisme simbolis secara khusus

menjelaskan tentang bahasa, interaksi sosial dan reflektivitas. A. Mind (pikiran)

Pikiran, yang didefinisikan Mead sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu, pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif. Karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang kita namakan pikiran. Melakukan sesuatu berarti memberi respon terorganisir tertentu, dan bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia mempunyai apa yang kita sebut pikiran. Dengan demikian pikiran dapat dibedakan dari konsep logis lain seperti konsep ingatan dalam karya Mead melalui kemampuannya menanggapi komunitas secara menyeluruh dan mengembangkan tanggapan

4

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, and Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Revisi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), 136.


(55)

47

terorganisir. Mead juga melihat pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah.5

Berfikir menurut Mead adalah suatu proses dimana individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan mempergunakan simbol-simbol yang bermakna. Melalui proses interaksi dengan diri sendiri itu, individu memilih yang mana diantara stimulus yang tertuju kepadanya itu akan ditanggapinya.

Simbol juga digunakan dalam (proses) berpikir subyektif, terutama simbol-simbol bahasa. Hanya saja simbol itu tidak dipakai secara nyata, yaitu melalui percakapan internal. Serupa dengan itu, secara tidak kelihatan individu itu menunjuk pada dirinya sendiri mengenai diri atau idenditas yang terkandung dalam reaksi-reaksi orang lain terhadap perilakunya. Maka, kondisi yang dihasilkan adalah konsep diri yang mencakup kesadaran diri yang dipusatkan pada diri sebagai obyeknya.6

Isyarat sebagai simbol-simbol signifikan tersebut muncul pada individu yang membuat respons dengan penuh makna. Isyarat-isyarat dalam bentuk ini membawa pada suatu tindakan dan respon yang dipahami oleh masyarakat yang telah ada. Melalui simbol-simbol itulah maka akan terjadi pemikiran. Esensi pemikiran dikonstruk dari pengalaman isyarat makna yang terinternalisasi dari proses eksternalisasi sebagai bentuk hasil interaksi

5

George Ritzer and Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2007), 280.

6

Ida Bagus Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, & Perilaku Sosial) (Jakarta: Kencana, 2014), 124.


(56)

48

dengan orang lain. Oleh karena perbincangan isyarat memiliki makna, maka stimulus dan respons memiliki kesamaan untuk semua partisipan.7

Makna itu dilahirkan dari proses sosial dan hasil dari proses interaksi dengan dirinya sendiri.

Menurut Mead terdapat empat tahapan tindakan yang saling berhubungan yang merupakan satu kesatuan dialektis. Keempat hal elementer inilah yang membedakan manusia dengan binatang yang meliputi impuls, persepsi, manipulasi dan konsumsi. Pertama, impuls, merupakan dorongan hati yang meliputi rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor terhadap stimulasi yang diterima. Tahap yang kedua adalah persepsi, tahapan ini terjadi ketika aktor sosial mengadakan penyelidikan dan bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls. Ketiga, manipulasi, merupakan tahapan penentuan tindakan berkenaan dengan obyek itu, tahap ini merupakan tahap yang penting dalam proses tindakan agar reaksi terjadi tidak secara spontanitas. Disinilah perbedaan mendasar antara manusia dengan binatang, karena manusia memiliki peralatan yang dapat memanipulasi onyek, setelah melewati ketiga tahapan tersebut maka tibalah aktor mengambil tindakan, tahapan yang

keempat disebut dengan tahap konsumsi.8

B. Self (Diri)

The self atau diri, menurut Mead merupakan ciri khas dari manusia. Yang tidak dimiliki oleh binatang. Diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek dari perspektif yang berasal dari orang lain, atau masyarakat. Tapi diri juga merupakan kemampuan khusus sebagai subjek. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas interaksi sosial dan bahasa. Menurut Mead, mustahil membayangkan diri muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Karena itu ia bertentangan dengan konsep diri yang soliter dari Cartesian Picture. The self juga memungkinkan orang berperan dalam

7

Ambo Upe, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik

(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), 223. 8


(57)

49

percakapan dengan orang lain karena adanya sharing of simbol. Artinya, seseorang bisa berkomunikasi, selanjutnya menyadari apa yang dikatakannya dan akibatnya mampu menyimak apa yang sedang dikatakan dan menentukan atau mengantisipasi apa yang akan dikatakan selanjutnya.

Mead menggunakan istilah significant gestures (isyarat-isyarat yang bermakna) dan significant communication dalam menjelaskan bagaimana orang berbagi makna tentang simbol dan merefleksikannya. Ini berbeda dengan binatang, anjing yang menggonggong mungkin akan memunculkan reaksi pada anjing yang lain, tapi reaksi itu hanya sekedar insting, yang tidak pernah diantisipasi oleh anjing pertama. Dalam kehidupan manusia kemampuan mengantisipasi dan memperhitungkan orang lain merupakan cirikhas kelebihan manusia.

Jadi the self berkait dengan proses refleksi diri, yang secara umum sering disebut sebagai self control atau self monitoring. Melalui refleksi diri itulah menurut Mead individu mampu menyesuaikan dengan keadaan di mana mereka berada, sekaligus menyesuaikan dari makna, dan efek tindakan yang mereka lakukan. Dengan kata lain orang secara tak langsung menempatkan diri mereka dari sudut pandang orang lain. Dari sudut pandang demikian orang memandang dirinya sendiri dapat menjadi individu khusus atau menjadi kelompok sosial sebagai suatu kesatuan.

Mead membedakan antara “I” (saya) dan “me” (aku). I (Saya) merupakan bagian yang aktif dari diri (the self) yang mampu menjalankan perilaku. “Me” atau aku, merupakan konsep diri tentang yang lain, yang


(58)

50

harus mengikuti aturan main, yang diperbolehkan atau tidak. I (saya) memiliki kapasitas untuk berperilaku, yang dalam batas-batas tertentu sulit untuk diramalkan, sulit diobservasi, dan tidak terorganisir berisi pilihan perilaku bagi seseorang. Sedangkan “me” (aku) memberikan kepada I (saya) arahan berfungsi untuk mengendalikan I (saya), sehingga hasilnya perilaku manusia lebih bisa diramalkan, atau setidak-tidaknya tidak begitu kacau. Karena itu dalam kerangka pengertian tentang the self (diri), terkandung esensi interaksi sosial. Interaksi antara “I” (saya) dan “me” (aku). Disini individu secara inheren mencerminkan proses sosial.

Seperti namanya, teori ini berhubungan dengan media simbol dimana interaksi terjadi. Tingkat kenyataan sosial sosial yang utama yang menjadi pusat perhatian interaksionisme simbolik adalah pada tingkat mikro, termasuk kesadaran subyektif dan dinamika interaksi antar pribadi.

Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain, kita juga mempersepsi diri kita. Diri kita bukan lagi personal penanggap, tetapi personal stimuli sekaligus. Bagaimana bisa terjadi, kita menjadi subjek dan objek persepsi sekaligus? Diri (self) atau kedirian adalah konsep yang sangat penting bagi teoritisi interaksionisme simbolik. Rock menyatakan bahwa “diri merupakan skema intelektual interaksionis simbolik yang sangat penting. Seluruh proses sosiologis lainnya, dan perubahan di sekitar diri itu, diambil dari hasil analisis mereka mengenai arti dan organisasi9

9


(59)

51

Diri adalah di mana orang memberikan tanggapan terhadap apa yang ia tujukan kepada orang lain dan di mana tanggapannya sendiri menjadi bagian dari tindakannya, di mana ia tidak hanya mendengarkan dirinya sendiri, tetapi juga merespon dirinya sendiri, berbicara dan menjawab dirinya sendiri sebagaimana orang lain menjawab kepada dirinya, sehingga kita mempunyai perilaku di mana individu menjadi objek untuk dirinya sendiri. Karena itu diri adalah aspek lain dari proses sosial menyeluruh di mana individu adalah bagiannya.

Mead menyadari bahwa manusia sering terlibat dalam suatu aktivitas yang didalamnya terkandung konflik dan kontradiksi internal yang mempengaruhi perilaku yang diharapkan. Mereka menyebut “konflik intrapersonal”, yang menggambarkan konflik antara nafsu, dorongan, dan lain sebagainya dengan keinginan yang terinternalisasi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan self yang juga mempengaruhi konflik intrapersonal, diantaranya adalah posisi sosial. Orang yang mempunyai posisi tinggi cenderung mempunyai harga diri dan citra diri yang tinggi selain mempunyai pengalaman yang berbeda dari orang dengan posisi sosial berbeda.10

Bagian terpenting dari pembahasan Mead adalah hubungan timbal balik antara diri sebagai objek dan diri sebagai subjek. Diri sebagai objek ditunjukkan oleh Mead melalui konsep “me”, sementara ketika sebagai subjek yang bertindak ditunjukannya dengan konsep “I”. Ciri utama

10

Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012), 79–80.


(1)

85

komunitas motor para anggota harus menjaga nama baik club dan komunitas motor masing-masing pada waktu di jalan atau sedang berkumpul di suatu tempat, dimana tempat tersebut berbaur dengan masyrakat sekitar. ,maksud fenomena ini adalah setiap pengurus anggota harus menjaga club dan komunitas motor yang di ikuti (ekesternal atau internal) demi tidak terjadi perbincangan yang berbaur negatif.

Konsep yang terakhir dari Mead adalah society, menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh individu dalam bentuk “aku” (me). Menurut pengertian individual ini masyarakat mempengaruhi mereka, memberi mereka kemampuan melalui kritik diri, untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Ada berbagai macam pandangan dan tanggapan masyarakat sekitar mengenai keberadaan club dan komunitas motor di Surabaya. Club dan komunitas motor merupakan salah satu organisasi yang sangat banyak khususnya di kota Surabaya. Hampir beberapa club dan komunitas yang satu Varian (satu merk) maupun All Varian (semua merk). Berkembangnya club dan Komunitas motor di Surabaya merupakan sebuah realita dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan sebuah implikasi sosial yang positif maupun negatif. Dengan maraknya berita serta kejadian di kota tentang maraknya keberadaan perkumpulan yang bersifat membahayakan masyarakat sekitar seperti halnya Geng Motor yang membuat citra buruk terhadap club dan komunitas yang ada di Surabaya. Keinginan yang kuat dari club dan komunitas motor adalah


(2)

86

ingin menjadikan club dan komunitas motor tetap Solid, saling berbagi dan menjunjung tinggi persaudaraan sesama anggota maupun pengendara motor lainya baik perorangan maupun yang tergabung di dalam club dan komunitas motor, yang biasanya di kenal dengan sebutan Brotherhood No Limit (persaudaraan tanpa batas). Sehingga dapat menuju kebersamaan dalam satu wadah yang mengutamakan budaya tertib berlalu-lintas. Club dan komunitas motor di Surabaya juga lebih menanamkan kepatuhan terhadap aturan lalu lintas. Ramah terhadap pengguna jalan lain dan tidak ugal-ugalan karena semua masyarakat mempunyai hak asasi manusia untuk memakai fasilitas khususnya Jalan Raya yang dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.

Secara garis besar “I “ merupakan hal-hal yang mewakili keinginan pribadi setiap pengurus maupun anggota, misalnya keinginan untuk tetap eksistensi pada Visi dan Misi club dan komunitas motor di Surabaya

Sedangkan “me” merupakan hal-hal yang mewakili keinginan atau harapan masyarakat yang tinggal di Surabaya, misalnya keinginan masyarakat agar para anggota club dan komunitas motor di Surabaya berkendara dengan etika yang sopan, dan tidak ugal-ugalan

Konsep “I” dan “Me” seperti dalam penjelasan diatas secara garis besar berbicara tentang keinginan-keinginan pengurus maupun anggota. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa keinginan pengurus untuk masalah sebuah Visi dan Misi, keinginan masyarakat agar para anggota club dan komunitas motor d Surabaya berkendara dengan etika yang sopan, dan tidak ugal-ugalan.


(3)

87

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, mengenai Interaksi Sosial Antar Club dan Komunitas Motor Di Surabaya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. bentuk interaksi sosial antar club dan komunitas motor di kota Surabaya

a) Bentuk Interaksi Asosiatif (Kerja sama) Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompok dan kelompok lainya. Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar. b) Bentuk Interaksi Asimilasi Merupakan proses sosial dalam taraf

lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, siakap dan proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

c) Bentuk interaksi akomodasi Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pnegertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial yang sama, artinya dengan pengertian adaptasi yang dipergunakan oleh ahli biologi untuk menunjukan pada suatu proses dimana makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitar.


(4)

88

2. Terdapat faktor yang mendorong pengguna sepeda motor untuk ikut bergabung dalam club dan komunitas motor di kota Surabaya yang dapat dikategorikan sebagai faktor adalah Di dalam faktor pendorong pengguna motor ikut bergabung di dalam club dan komunitas motor ada beberapa faktor, ada juga yang bertujuan faktor hooby, menambah saudara, ajakan teman dan lain-lain. Hampir semua kalangan dari kaum laki-laki dan perempuan dan remaja maupun dewasa atau yang sudah memiliki keluarga tertarik untuk mengikuti atau mendaftarkan diri mereka ke dalam club dan komunitas yang ada di surabaya dengan alasan-alasan yang berbeda-berbeda. Bergabung dengan sebuah kelompok atau sebuah wadah merupakan sesuatu yang murni dari diri sesorang atau secara kebetulan.

B. Saran

1. Diharapkan club dan komunitas motor di Surabaya agar lebih baik, saling menjaga agar persaudaraan semakin erat antar club dan komunitas motor.

2. Diharapkan club dan komunitas motor di Surabaya tetap berpegang pada Visi dan Misi dan menjadi pelopor berlalu lintas.

3. Tetap menjadi pelopor berkendara yang baik. 74


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Young, Kimball dan Raymond, W, Mack : Sosiology and Social Life, (American Book Company, New York), 1959

Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: Rajawali Pers), 1992

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta :PT RajaGrafindo Persada), 2003 Bertrand, Alvin L., Sosiologi , alih bahasa Sanapiah S. Faisal, (Surabaya : PT Bina Ilmu),

1980

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2008 Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006 Tatang, M. Amirin. Menyusun Perencanaan Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo Persada),

1995

Robbins , Stephen P, perilaku organisasi. (Jakarta : Salemba Empat), 2009

Chaniago , Nasrul Syakur, Manajemen Organisasi, (Bandung : Citapustaka media printis), 2011

Mulyana, Dedi, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya) 2002

Berger, Artur Asa, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, trans. M. Dwi Mariyanto and Sunarto (Yogyakarta: Tiara Wacana), 2004

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. (Bandung: Rosda Karya), 2004

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, and Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Revisi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media), 2007

Douglas J Goodman and George Ritzer, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana), 2007

Wirawan, Ida Bagus, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, &

Perilaku Sosial) (Jakarta: Kencana), 2014

Upe, Ambo, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik (Jakarta: Rajagrafindo Persada), 2010


(6)

Haryanto, Sindung, Spektrum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA), 2012

Milles, Mattew B. dan A.Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia), 1984