Peta Wilayah II Materi

PENGADAAN
BARANG/JASA
PEMERINTAH
Perpres 54/2010 jo
Perpres 70/2012

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Meningkatkan Kesejahteraan

Kasus dan In-efisiensi Dalam
Pengadaan Barang/Jasa
Fakta :
 ADB, Bank Dunia : 10% – 50%
 BPK : 20% – 50%
 BPKP : 10% - 30%
 KPK (2005-2008): 29 dari 66 kasus yang
disidang di PN Tipikor berhubungan
dengan pengadaan B/J
 APBN/APBD : Rp~500T dibelanjakan
melalui pengadaan B/J dan jika asumsi
inefisiensi 20%, maka terdapat inefisiensi

sebesar Rp. 100 T yang setara dengan :

Devisa oleh TKI di LN

Penyebab terjadinya
Kasus

Sumber: Data LKPP Tahun 2012

Penyimpangan Prosedur 1
1. Pelanggaran Pasal 79 ayat 2 mengenai tindakan Post Bidding yang
dilakukan oleh ULP dan/atau Penyedia
2. Kesalahan Panitia dalam menetapkan sistem Pengadaan
3. Kesalahan Panitia dalam melakukan proses evaluasi:
a. tidak melakukan klarifikasi;
b. tidak melakukan pemeriksaan atas persaingan usaha tidak sehat;
c. menggugurkan dengan alasan yang tidak substantif;
d. tidak melakukan koreksi aritmatik;
e. tidak sesuai dengan kriteria evaluasi.
4. Kesalahan dalam mengumumkan penetapan pemenang

5. PA/KPA belum mengumumkan RUP
6. PPK dan Pokja ULP tidak bersertifikat
7. Adanya persyaratan surat dukungan keuangan bank pada pengadaan
barang
8. Tidak membuat Addendum Dokumen Pelelangan dalam hal terdapat
perubahan dokumen lelang
9. Jaminan penawaran yang disampaikan jangka waktunya tidak
sesuai dengan dokumen pengadaan
10. Meminta dokumen pendukung Daftar Isian Kualifikasi pada
pelelangan dengan Pasca Kualifikasi

Rekayasa Tertentu
1. Spesifikasi mengarah pada Merk tertentu
2. Menambah persyaratan diluar yang ditentukan dalam Perpres 54
Tahun 2010 dan perubahannya
3. Jangka waktu pemasukan penawaran tidak realistis
4. Menghalangi peserta untuk mendaftar
5. Kriteria evaluasi yang tidak rinci
6. Merekayasa bandwith agar hanya penyedia tertentu yang dapat
memasukan penawaran

7. Merubah spek saat proses pelelangan berjalan
8. Persyaratan keanggotaan asosiasi tertentu
9. Persyaratan dukungan
10. Perubahan jadwal tanpa alasan yang jelas

Penyalahgunaan Wewenang
1. Tidak menjawab sanggahan/sanggahan banding sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditentukan
2. Menjawab dengan sanggahan/sanggahan banding dengan asalasalan
3. Meminta biaya pendaftaran
4. Meminta biaya penggantian dokumen
5. Membatalkan pelelangan tanpa alasan yang jelas
6. Menetapkan besar jaminan tidak sesuai ketentuan
7. Membatasi jenis jaminan dalam proses pengadaan
8. Berlaku tidak adil dan tidak transparan
9. Menggunakan metode Penunjukan Langsung untuk meloloskan
penyedia tertentu sebagai pemenang
10. PA/KPA melakukan tekanan kepada ULP

Struktur Organisasi LKPP


Bimbingan teknis & Advokasi kepada stakeholders terkait aturan/regulasi PBJP
Pemberian pendapat, rekomendasi, dan tindakan koreksi kepada pengelola
pengadaan yang sedang atau akan melakukan proses pengadaan barang/jasa

Sulawesi Utara
S:0 SB:0 P:2
Gorontalo
S: 0 SB: 0 P: 0
Sulawesi Tengah
S: 0 SB: 1 P: 0
Sulawesi Barat
S: 0 SB: 0 P: 0
DKI Jakarta
S: 3 SB: 2 P: 21
Banten
S: 0 SB: 0 P: 1
Jateng
Jawa Barat S: 1 SB: 1 P:15
S:1 SB:2 P:15

Jawa Timur
S: 0 SB: 0 P:2
DIY
S: 1 SB: 0 P:4

Sultra
SulSel
S: 0 SB: 1 P: 1
S: 0 SB: 0 P: 5

Maluku
S: 1 SB: 0 P:1

Papua
S: 1 SB: 0 P: 0

Sanggahan
Pihak yang menyampaikan

Peserta Pelelangan yang

menyampaikan penawaran

Pihak yang menerima

ULP/Panitia

Materi Sanggahan

1. Penyimpangan Prosedur,
2. Rekayasa tertentu, dan
3. Penyalahgunaan wewenang

Pihak yang menerima
tembusan

PPK, PA/KPA , dan APIP

Jangka Waktu

Pelelangan/Seleksi sederhana

/Pemilihan Langsung 3 hari setelah
pengumuman pemenang
Pelelangan/Seleksi umum 5 hari
setelah pengumuman pemenang

Tindak Lanjut

Jika sanggahan benar lelang

Sanggahan Banding

1

Pihak yang menyampaikan Peserta Pelelangan yang
menyampaikan sanggahan
Pihak yang menerima

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Pimpinan Institusi/Pejabat
yang berwenang menjawab

sanggahan banding

Materi Sanggahan Banding Ketidakpuasan atas jawaban
sanggahan
Pihak yang menerima
tembusan

ULP, PPK, PA/KPA , dan APIP

Pengaduan : Perpres Nomor 54 Tahun
2010 (pasal 117)

(1) Dalam hal Penyedia Barang/Jasa atau masyarakat menemukan indikasi
penyimpangan prosedur, KKN dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah dan/atau pelanggaran persaingan yang sehat dapat
mengajukan pengaduan atas proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditujukan kepada APIP
K/L/D/I yang bersangkutan dan/atau LKPP, disertai bukti-bukti kuat yang
terkait langsung dengan materi pengaduan.
(3) APIP K/L/D/I dan LKPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan

kewenangannya menindaklanjuti pengaduan yang dianggap beralasan.
(4) Hasil tindak lanjut pengaduan yang dilakukan oleh APIP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dilaporkan kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan institusi, dan dapat dilaporkan kepada
instansi yang berwenang dengan persetujuan Menteri/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi, dalam hal diyakini terdapat
indikasi KKN yang akan merugikan keuangan negara, dengan tembusan
kepada LKPP dan Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan.
(5) Instansi yang berwenang dapat menindaklanjuti pengaduan setelah
Kontrak ditandatangani dan terdapat indikasi adanya kerugian negara.

Materi Pengaduan
1.
2.
3.
4.

Pengaturan tender
Persekongkolan antar penyedia/afiliasi
Panitia tidak bersertifikat

Persyaratan yang tidak sesuai dengan ketentuan
Perpres dan Dokumen Pengadaan
5. Mark up HPS
6. Penilaian evaluasi yang tidak sesuai dengan
Dokumen Pengadaan
7. Persaingan usaha tidak sehat
8. Sanggahan/Sanggahan Banding tidak dijawab
9. Panitia tidak transparan terkait proses dan hasil
pelelangan
10.Pemalsuan dokumen

Pengaduan 1
Pihak yang
menyampaikan

 Penyedia Barang/Jasa
 Masyarakat

Pihak yang menerima


APIP dan/atau LKPP

Materi Pengaduan

1. Penyimpangan Prosedur,
2. KKN, dan/atau
3. Persaingan tidak sehat

Tindak Lanjut oleh
APIP



Melaporkan kepada
Pimpinan
 Melaporkan kepada
Instansi Berwenang
dengan persetujuan
Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah/Pimpinan Institusi
jika indikasi KKN

Pengaduan 2
Tindak Lanjut oleh LKPP



Menyampaikan pendapat
dan/atau rekomendasi
kepada APIP

Tindak Lanjut oleh
Instansi Berwenang

 Jika terdapat Indikasi KKN
 Dapat ditindak lanjuti
setelah Kontrak
ditandatangani

Tindak lanjut oleh PA/KPA  Menyatakan lelang gagal
jika pengaduan terbukti
benar
Tindak lanjut oleh
Menteri/ Kepala
Lembaga/Pimpinan
Institusi

 Menyatakan lelang gagal
jika pengaduan melibatkan
KPA terbukti benar

Tindak lanjut oleh Kepala  Menyatakan lelang gagal
Daerah
jika pengaduan melibatkan

Mekanisme Sanggah, Sanggahan
Banding
Berdasarkan Perpres 70 Tahun
2012
LKP
④b. Pendapat dan
saran

P

④ Jawaban sanggahan
Banding

④a. Pendapat

dan saran

Menteri/Kepala
Lembaga/ Kepala
Daerah/Pimpinan
Institusi /Pejabat
yang berwenang

APIP K/L/D/I
② Jawaban Sanggahan

Peserta
Pelelanga
n

① Sanggahan

ULP/Paniti
a Lelang

HAMBATAN/
PERMASALAHAN
PENGADAAN BARANG/JASA

A. Tahap Perencanaan
Proses Perencanaan Pengadaan B/J belum
optimal :
1.Pengguna Anggaran tidak membuat
/mengumumkan Rencana Umum Pengadaan
(RUP)
2.RUP yang disusun belum didukung dengan
Kerangka Acuan Kerja dan RAB Rinci  perlu
waktu untuk proses pelaksanaan PBJ
3.Perubahan perencanaan harus menunggu
waktu revisi APBN/APBD
4.APBDN/P atau APBD/P, berupa pekerjaan
konstruksi (barang Modal), baru dapat
direalisasikan menjelang akhir tahun

B. Pemilihan Penyedia
B/J

Proses Pemilihan Tertunda, karena adanya
Sanggah, Sanggah Banding dan Pengaduan
dari Peserta Pemilihan, karena
1.Panitia/Pokja ULP dan PPK yang ditetapkan
oleh Pengguna Anggaran Tidak Kompeten
(penyimpangan prosedur)
2.Mengarahkan Proses Pengadaan pada
“Penyedia Terpilih” oleh PA atau Kepala
Daerah (persaingan tidak sehat)
3.Penyalahgunaan wewenang oleh Panitia
Pengadaan/Pokja ULP, PPK dan Pengguna
Anggaran.

C. Kontrak

Proses Pelaksanaan Kontrak :
1.Para Pihak (PPK dan Penyedia B/J ) tidak
memahami klausul dalam kontrak  Sengketa
2.Pekerjaan tidak selesai sampai dengan masa
akhir kontrak/tahun anggaran (APBN/P dan
APBD/P)
(Ada PMK/Perdirjen Perbendaharaan untuk
APBN, dan Permendagri untuk APBD guna
mengantisipasi pekerjaan yang hampir selesai
diakhir tahun, tetapi sulit direalisasikan).

D. Pengawasan PBJ
1.Stakeholder

(Kepala Daerah) belum
memahami fungsinya sebagai pelaku
pengawasan menyeluruh atas
pengendalian atas PBJ.
2.APIP tidak memfokus terhadap
pengawasan proses pengadaan
barang/Jasa, utamanya pada namun, lebih
menekankan pada aspek realisasi
keuangan atau hasil fisik dari pengadaan
barang/jasa.

D. Perlu Dukungan
Peraturan
Pengadaan Langsung dan Bukti Perjanjian
1. Struk (cash register) untuk pembelian
langsung belum diakui sebagai alat
pertanggungjawaban oleh KPPN dan Kas di
Daerah (pengadaan langsung)
2. Barang/jasa yang merupakan kebutuhan
rutin (operasional) instansi, yang seharusnya
bisa dilakukan dengan kontrak tahuk jamak,
masih sulit dilakukan karena ketentuan
pengelolaan keuangan (pemerintah dan
pemerintah daerah)

D. Perlu Dukungan
Peraturan

Harmonisasi Peraturan Pengadaan
dengan Keuangan belum optimal
1.Perencanaan pengadaan B/J masih yang
melalui proses perbintangan (APBN), dan
sulit mengakomodasi perencanaan
kontrak tahun jamak (APBN/APBD).
2. Pengaturan kontrak tahun jamak,
belum dibuat (APBD), untuk APBN (untuk
bernilai s/d 10 Milyar) yang merupakan
kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga.

Referensi Acuan pada Perpres
Yang Merupakan Tanggung Jawab
Kepala Daerah
1.

2.

3.

4.

Penyusunan RUP untuk TA berikutnya (X+1)
yang harus selesai di tahun berjalan (X) dan
penyediaan biaya pendukung PBJ  Ps 23
Kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah,
disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.Ps 52 ayat 3
Kepala daerah dapat menugaskan Setda atau
PA untuk menjawab sanggah banding (yang
tidak menjabat PPK/ka ULP kegiatan yang
disanggah)  82 ayat 7b
Kepala daerah menyatakan lelang gagal:
sanggah banding benar, pengaduan
masyarakat dugaan KKN melibatkan PA/KPA
benar  83 ayat 6

Referensi Acuan pada Perpres
Yang Merupakan Tanggung Jawab
Kepala Daerah
5.

6.
7.

8.
9.

Gubernur/Bupati/Walikota membentuk LPSE
untuk fasilitasi ULP/pejabat pengadaan untuk
laks pengadaan secara elektronik  111
Kepala daerah wajib melaporkan secara
berkala realisasi PBJ kepada LKPP  115
Kepala Daerah wajib melakukan pengawasan
terhadap PPK, ULP/Pejabat pengadaan di
Instansi masing2, dan menugaskan APIPnya
untuk audit/evaluasi  116
Kepala daerah menyelenggarakan sistem WBS
PBJ dalam rangkan pencegahan KKN  116
Pemda wajib melaksanakan PBJ secara
elektronik untuk sebagian/seluruh paket
pekerjaan TA 2012  ps 131

Peran Kepala Daerah Menuju
Sistem Pengadaan Yang Efektif








Meningkatkan kompetensi SDM yang terlibat dalam
proses pengadaan B/J : PA/KPA, PPK, Pokja ULP/Panitia
atau Pejabat Pengadaan, PPHP sesuai dengan kebutuhan
kompetensi, termasuk integritas dan komitmen SDM
Meningkatkan peran dan fungsi Unit Layanan
Pengadaan (ULP) dan Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE) agar efektifitas pengadaan terwujud
Memberdayakan APIP sesuai dengan amanah Perpres
Pengadaan dan Peraturan Pemerintah 60 tahun 2008,
tentang SPIP.
Membuat pengaturan lebih lanjut dengan membuat
kebijakan teknis untuk pelaksanaan pengadaan B/J :
pengaturan pengawasan yang menjadi bagian dari
sistem pengendalian intern pemerintah (PP 60 tahun
2008), mekanisme pembuatan kontrak tahun jamak,