05 10 Koperasi Keberpihakan Pemerintah

KOPERASI DAN KEBERPIHAKAN PEMERINTAH
Oleh : Dandy Bagus Ariyanto

Secara kuantitatif jumlah koperasi Indonesia cukup menggembirakan yaitu
pada Juni 2009 mencapai 166.155 unit yang beroperasi pada berbagai sektor
ekonomi. Jumlah koperasi yang cukup besar ini, sejatinya memiliki potensi besar
untuk mengentaskan kemiskinan. Sebab selain memiliki anggota sejumlah 27 juta
lebih juga sanggup menampung jutaan tenaga kerja, atau sekitar 11,7% dari total
jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 230 juta orang. Volume bisnis
koperasi mencapai Rp. 62,3 trilyun, mampu menyerap tenaga kerja 363.223,
kekuatan modal sendiri koperas mencapai Rp. 21,9 trilyun dan modal penyertaan
sebesar Rp. 24,7 trilyun, mempunyai potensi yang sungguh besar dalam
mengentaskan kemiskinan dan mengurangi tingkat pengangguran. Sehingga
layak bila diproyeksikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%,
menurunkan kemiskinan 8-10% dan angka pengangguran 5-6% pada akhir 2014.
Akan tetapi kinerja koperasi semakin menurun ditunjukkan dengan fakta yaitu
volume usahanya turun 19,25% dari Rp. 68,44 Trilyun pada tahun 2008 menjadi
Rp. 55,26 Trilyun pada Juni 2009; hal ini sungguh berbanding terbalik, bila
dibandingkan badan usaha swasta besar (Bakrie Group, Ciputra Group, dll)
ataupun badan usaha milik negara (Pertamina, PT Perkebunan Nusantara, PT
BRI, dan lain-lain).

Lalu mengapa hal ini dapat terjadi ? Dari beberapa hasil observasi, dapat
ditemukan beberapa hal yang mengemuka antara lain :
a) tidak ada kegiatan usaha/skala ekonomi sempit,
b) anggota tidak aktif dan berkomitmen rendah,
c) motif pembentukannya mengandalkan fasilitas Pemerintah,
d) tidak efisien dalam usaha dan manajemen,
e) terjadi penyalahgunaan dana/modal koperasi,

f) SDM anggota kurang berkualitas,
g) kegiatan usahanya tidak fokus dan mengalami kerugian,
h) akibat dari pemekaran wilayah,
i) pembentukannya tidak konseptual dan tidak berorientasi pasar,
j) tidak melaksanakan RAT selama dua tahun berturut-turut,
k) kurangnya proses seleksi dan pendidikan calon anggota, dan
l) terkait dengan tunggakan KUT (Kredit Usaha Tani).
Keberpihakan dari pemerintah.
Lalu kira-kira upaya solutif apa yang perlu dilakukan agar koperasi dapat
segera bangkit dari tidurnya ? Perlu kita ketahui bahwa upaya yang paling
mujarab


dalam

memajukan

koperasi,

tentu

saja

adalah

keberpihakan.

Keberpihakan pemerintah dalam memajukan koperasi, yang paling penting adalah
memperbaiki regulasi yang mengatur tentang perkoperasian. Contohnya, dengan
segera mengganti Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian,
karena Undang-Undang ini dianggap sudah ketinggalan jaman (berumur 18
tahun). Padahal Undang-Undang Perkoperasian sudah masuk Program Legislasi
Nasional (Prolegnas), jauh sebelum SBY menjadi Presiden, tapi faktanya hingga

sekarang masih belum terbit Undang-Undang yang baru. Ini sudah tentu
dikarenakan banyak pihak (Legislatif dan Eksekutif) yang menganggap persoalan
koperasi tidak penting, padahal sudah jelas konsitusi kita sudah mengamanatkan
Koperasi sebagai sokoguru ekonomi kerakyatan (walau secara implisit). UndangUndang kan bukan kitab suci, jadi bisa saja diubah sewaktu-waktu, apalagi bila
sudah timbul ekses (banyak koperasi yang terpuruk, tidak berkualitas, tidak aktif,
mati suri, dlll), dan hal ini bisa menjadi beban di kemudian hari.
Kita tahu, bahwa kehidupan masyarakat manusia baik sebagai kelompok dan
bangsa, nasional, regional, dan internasional mengalamai perubahan “dinamik”.
Selalu terjadi perubahan masyarakat (social change). Perubahan merupakan
“hukum abadi” dalam sejarah kehidupan manusia. Perubahan tidak lagi
menghitung tahun, bulan, atau, minggu, tapi jam bahkan menit dan detik. Di dalam

ilmu hukum berlaku ajaran sosiologis yang mengemukakan “mutual interactive
between social change and law development”. Artinya, setiap terjadi perubahan
sosial, selalu berdampak menuntut pembaruan hukum, bahkan perubahan sosial
menjadi “katalisator” pembaruan hukum.
At last but not at least, upaya pemerintah untuk memajukan koperasi memang
sudah selayaknya dimulai dari keberpihakan, yaitu melalui pendekatan regulasi
yang kondusif agar koperasi semakin berjaya, tidak gurem, dan layak untuk
diperhitungkan.


Sekarang

Perkoperasian versi terbaru...

kita

tunggu

tanggal

main

Undang-Undang