3 PERDA PENGAWASAN PEMDA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER
NOMOR 3 TAHUN 2003
TENTANG
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN JEMBER
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI JEMBER,
Menimbang

: a. bahwa untuk terwujudnya penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang baik dan
bersih serta mampu menjalankan fungsi dan tugasnya dengan penuh tanggung
jawab, diperlukan pengawasan yang efektif serta peran serta masyarakat untuk
melaksanakan pengawasan ;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat

: 1. Undang-undang Nomor 12 tahun 1990 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1950) ;

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60; Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839) ;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 72; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ;
4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851) ;
5. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169; Tambahan Lembaran Negara Nomor
3890) ;
6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185; Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4012) ;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129; Tambahan Lembaran Negara Nomor
3866) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54; Tambahan Lembaran Negara Nomor
3952) ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4021) ;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 202; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022) ;

1

11. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 203;
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4023) ;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204; Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4024) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 209; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027) ;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 211; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4029) ;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 41; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090) ;
16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undangundang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70) ;
17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 20 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Kabupaten Jember ;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 44 jo 90 Tahun 2000 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Daerah Kabupaten Jember.
Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBER
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TENTANG PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN JEMBER
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Jember.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan
Eksekutif Daerah.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Jember.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kabupaten
Jember.
5. Pemerintah Daerah adalah Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas Desentralisasi.
6. Pengawasan Fungsional adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Lembaga/Badan dan

unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian,
pengusutan dan penilaian.
7. Pengawasan Legislatif adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah terhadap Pemerintah Daerah sesuai tugas, wewenang dan haknya.
8. Pengawasan Masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan masyarakat.
9. Kebijakan Daerah adalah aturan, arahan, acuan, ketentuan dan pedoman dalam penyelenggaraan
Pemerintah Daerah yang dituangkan dalam Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah,
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.

2

10. Pemeriksaan adalah salah satu bentuk kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan dengan
cara membandingkan antara pertauran/rencana/ program dengan kondisi dan atau kenyataan yang
ada.
11. Pemeriksaan Reguler adalah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan dengan secara teratur
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan
pembangunan.
12. Pemeriksaan Insidentil adalah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan sewaktu-waktu terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.

13. Pemeriksaan terpadu adalah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh beberapa
lembaga/badan/unit pengawasan secara bersama-sama.
14. Pengujian adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan dengan cara meneliti
kebenaran, mutu, jumlah dokumen dan atau barang-barang dengan kriteria yang telah ditetapkan.
15. Pengusutan adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional untuk mencari bahan-bahan bukti
adanya dugaan terjadinya tindak pidana.
16. Penilaian adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional untuk menetapkan tingkat
keberhasilan penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan.
17. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disebut BUMD adalah Badan Usaha Milik Pemerintah
Kabupaten Jember.
18. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Des adalah Badan Usaha Milik Desa yang
ada di Pemerintah Kabupaten Jember.
BAB II
RUANG LINGKUP PENGAWASAN
Pasal 2
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah terdiri atas pengawasan fungsional, pengawasan
legislatif dan pengawasan dari masyarakat.
Pasal 3
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2
Peraturan Daerah ini, dilakukan terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Jember.

Pasal 4
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan
Daerah ini, meliputi seluruh kewenangan Daerah Kabupaten Jember berdasarkan azas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
BAB III
PELAKKSANAAN PENGAWASAN
Pasal 5
(1) Bupati melakukan pengawasan fungsional atas kegiatan Pemerintah Kabupaten.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dilaksanakan oleh Badan Pengawas
Daerah mencakup Aspek Pemerintahan, Agraria, Keuangan, Perlengkapan dan Peralatan, Badan
Usaha Milik Daerah, Pembangunan, Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat,
Perekonomian Daerah, Kesejahteraan Masyarakat dan/atau sesuai pertauran perundang-undangan
yang berlaku.
(3) Badan Pengawas Daerah bertanggung jawab langsung kepada Bupati.
Pasal 6
(1) DPRD melakukan pengawasan legislatif atas pelaksanaan kebijakan daerah.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dilakukan oleh fraksi-fraksi, komisikomisi dan alat kelengkapan lain yang dibentuk sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPRD.
Pasal 7
(1) Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintah Daerah.


3

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dilakukan secara perorangan,
kelompok maupun organisasi masyarakat, sesuai ketentuan yang berlaku.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, memperoleh perlindungan hukum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
SASARAN PENGAWASAN
Pasal 8
(1) Bupati melakukan pengawasan terhadap kinerja aparatur Pemerintah Kabupaten, Kecamatan,
Kelurahan, Pemerintahan Desa, BUMD dan/atau BUM Des.
(2) DPRD melakukan pengawasan legislatif terhadap :
a. Pelaksanaan kebijakan Kabupaten Jember ; dan
b. Pelaksanaan kerjasama internasional di Daerah.
(3) Pemerintah Kabupaten menyediakan informasi publik untuk memudahkan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
BAB V
CARA PENGAWASAN
Pasal 9
Bupati melakukan pengawasan fungsional melalui kegiatan :

a. Pemeriksaan berkala, pemeriksaan insidentil, maupun pemeriksaan terpadu ;
b. Pengujian terhadap laporan berkala dan atau sewaktu-waktu dari unit/ satuan kerja ;
c. Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme ; dan
d. Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program, proyek serta kegiatan.
Pasal 10
Dalam pelaksanaan pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Peraturan
Daerah ini, Bupati dapat :
a. Meminta, menerima dan mengusahakan memperoleh bahan-bahan dan atau keterangan dari pihak
yang dipandang perlu ;
b. Melakukan atau menyuruh melakukan penyidikan dan atau pemeriksaan di tempat-tempat
pekerjaan;
c. Menerima, mempelajari dan melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan masyarakat ;
d. Memanggil pejabat-pejabat yang diperlukan untuk diminta keterangan dengan memperhatikan
jenjang jabatan yang berlaku ; dan
e. Menyarankan kepada pejabat yang berwenang mengenai langkah-langkah yang bersifat preventif
maupun represif terhadap segala bentuk pelanggaran.
Pasal 11
(1) DPRD melakukan pengawasan legislatif melalui :
a. Pemandangan umum fraksi-fraksi dalam Rapat Paripurna DPRD ;

b. Rapat Pembahasan dalam Sidang Komisi ;
c. Rapat Pembahasan dalam panitia-panitia yang dibentuk berdasarkan Tata Tertib DPRD ;
d. Rapat Dengar Pendapat dengan Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain yang diperlukan ; dan
e. Kunjungan Kerja.
(2) Dalam melaksanakan Pengawasan Legislatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini,
DPRD dapat :
a. Mengundang pejabat dilingkungan Pemerintah Daerah untuk diminta keterangan, pendapat dan
saran ;
b. Menerima, meminta dan megusahakan memperoleh keterangan dari pejabat/pihak-pihak yang
terkait ;
c. Meminta pada pihak-pihak tertentu untuk melaksanakan peyelidikan dan atau pemeriksaan ; dan
d. Memberi saran mengenai langkah-langkah preventif dan represif kepada pejabat yang
berwenang.

4

Pasal 12
(1) Masyarakat melakukan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah melalui :
a. Pemberian informasi adanya indikasi terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dilingkungan
Pemerintah Daerah maupun DPRD ; dan

b. Penyampaian pendapat dan saran mengenai perbaikan, penyempurnaan baik preventif maupun
represif atas masalah yang disampaikan.
(2) Pengawasan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, disampaikan pada Pejabat
yang berwenang dan atau instansi terkait atau pada DPRD.
(3) Masyarakat berhak memperoleh informasi perkembangan penyelesaian masalah yang diperlukan
kepada pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini.
(4) Dalam melakukan pengawasan masyarakat seperti yang diatur pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
Pasal ini, masyarakat baik perorangan maupun secara kelompok dapat melakukan konsultasi dan
dialog dengan pihak Eksekutif dan Legislatif.
(5) Meminta pihak-pihak tertentu untuk melaksanakan penyelidikan pemeriksaan.
BAB VI
TENGGANG WAKTU PENGAWASAN
Pasal 13
(1) Pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten dilaksanakan setiap Tahun Anggaran melalui Program
Kerja Pemeriksaan Tahunan dan Insidentil.
(2) Pengawasan oleh masyarakat dilaksanakan setiap saat.
BAB VII
KOORDINASI PENGAWASAN
Pasal 14
(1) Kebijakan Pengawasan Fungsional penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten ditetapkan setiap
tahun oleh Bupati berdasarkan ketentuan yang ada, masukan dari masyarakat dan badan Legislatif.
(2) Untuk memperoleh masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, Bupati dapat
menyelenggarakan :
a. Rapat Koordinasi Pengawasan Fungsional ; dan
b. Rapat Koordinasi Pengawasan Legislatif.
Pasal 15
Lembaga/Badan pemeriksa Ekstern diluar Badan Pengawas Kabupaten yang melaksanakan
Pengawasan Fungsional lainnya atas kegiatan Pemerintah Kabupaten berkoordinasi dengan Bupati.
BAB VIII
PELAPORAN
Pasal 16
(1) Hasil Pengawasan Fungsional penyelenggaran Pemerintah Daerah terhadap kinerja Aparatur
Pemerintah Daerah dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan
tembusan kepada Gubernur.
(2) Hasil Pengawasan Fungsional dan pengawasan lainnya terhadap Pemerintah Daerah disampaikan
kepada Bupati.
BAB IX
TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN
Pasal 17
(1) Pimpinan unit kerja Pemerintah Kabupaten mengambil langkah-langkah tindak lanjut hasil
pengawasan penyelenggaraan Pemerintah di Daerah.
(2) Tindak lanjut hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, terdiri dari :
a. Tindakan administrative sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ;
b. Tindakan tuntutan perbendaharaan atau tuntutan ganti rugi ;

5

c. Tindakan tuntutan/gugatan perdata ;
d. Tindakan pengaduan perbuatan pidana ; dan
e. Tindakan penyempurnaan kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan.
(3) Bupati, DPRD dan masyarakat melakukan pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut hasil
pengawasan.
BAB X
PEMBINAAN
Pasal 18
Pemerintah Daerah melakukan pembinaan atas penyelenggaran Pemerintahan Desa.
Pasal 19
(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 Peraturan Daerah ini meliputi pemberian
pedoman, bimbingan, latihan, arahan dan supervisi.
(2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan Pembinaan sebagaimana dimaksud Pasal 18 Peraturan
Daerah ini kepada Camat.
(3) Bupati menetapkan Pedoman Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atau ayat (2)
Pasal ini.
BAB XI
SANKSI
Pasal 20
(1) Pejabat Eksekutif maupun Legislatif yang menolak pengawasan dan tidak melaksanakan tindak
lanjut hasil pelaksanaan pengawasan dikenakan sanksi administratif dan atau sanksi lainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Para pejabat serta pihak-pihak tertentu yang tidak menghadiri undangan tanpa alasan dan tidak
memberikan keterangan yang diperlukan dalam rangka pengawasan dikenai sanksi sesuai
ketentuan perundang-undangan.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 21
(1) Pengawasan penyelenggaraan Pemerintah Daerah dilaksanakan :
a. Secara terus menerus untuk memperoleh hasil pengawasan yang berkesinambungan ;
b. Untuk menjamin kemungkinan tindakan koreksi yang cepat terhadap penyimpangan dan
penyelewengan yang ditemukan dalam upaya mencegah berlanjutnya kesalahan dan atau
penyimpangan ; dan
c. Untuk menumbuhkan motivasi, memperbaiki, mengurangi dan atau meniadakan penyimpangan.
(2) Pengwasan penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
dilaksanakan secara profesional dan mandiri.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, semua ketentuan di Bidang Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah di Kabupaten Jember, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Daerah ini.

6

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Petunjuk teknis pelaksanaan Kegiatan Pengawasan yang meliputi pemeriksaan, pengujian, pengusutan,
penilaian dan tindak lanjut ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 24
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 25
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jember.

Ditetapkan di J e m b e r
pada tanggal 9 Agustus 2003
BUPATI JEMBER
ttd
Drs. H. SAMSUL HADI SISWOYO, MSi.
Diundangkan di
Pada tanggal

Jember
15 Agustus 2003

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBER
ttd
Drs. H. DJOEWITO, MM.
Pembina Tk. I
NIP. 510 074 249
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2003 NOMOR 1/E

7

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER
NOMOR 3 TAHUN 2003
TENTANG
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN JEMBER

I.

PENJELASAN UMUM
Dalam rangka tegaknya Pemerintahan yang baik dan bersih. Pada hakekatnya
Pemerintahan yang baik dan bersih dapat terwujud apabila prinsip-prinsip Transparansi, Partisipatif,
Akuntabilitas serta Pengawasan dapat terlaksana.
Dalam kaitan tersebut maka kesemua Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk
memberikan panduan dan arahan dalam prinsip-prinsip tersebut harus dituangkan dalam suatu
Peraturan Daerah agar dapat mengikat semua pihak baik Eksekutif, Legislatif maupun Stake Holder
Kabupaten Jember.

II.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 : Cukup Jelas
Pasal 2 : Cukup Jelas
Pasal 3 : Cukup Jelas
Pasal 4 : Cukup Jelas
Pasal 5 : Cukup Jelas
Pasal 6 : Cukup Jelas
Pasal 7 : Cukup Jelas
Pasal 8 ayat (1) dan (2) : Cukup Jelas
ayat (3) : ayat ini dimaksudkan supaya Pemerintah Kabupaten Jember perlu menyediakan
data informasi menyangkut penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan.
Pasal 9 : Cukup Jelas
Pasal 10 : Cukup Jelas
Pasal 11 : Cukup Jelas
Pasal 12 ayat (1) dan (2) : Cukup Jelas
ayat (3) yang dimaksudkan “memperoleh informasi” adalah memperoleh informasi tentang
penjelasan perkembangan masalah terhadap indikasi terjadinya Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten dan/atau DPRD, yang dapat
diberikan oleh pejabat instansi yang bersangkutan sesuai dengan pertauran perundangundangan yang berlaku.
Pasal 13 : Cukup Jelas
Pasal 14 : Cukup Jelas
Pasal 15 : Pemeriksaan Eksetern adalah pengawasan yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan
Pemeriksa Keuangan Propinsi Jawa Timur (BPK Prop.).
Pasal 16 : Cukup Jelas
Pasal 17 : Cukup Jelas
Pasal 18 : Dalam pembinaan, Bupati dapat memberikan pembatalan terhadap suatu Peraturan
Desa, Keputusan Kepala Desa dan/atau Keputusan Badan Perwakilan Desa, apabila
dianggap bertentangan dan/atau menyimpang dari ketentuan Peraturan Perundangundangan yang berlaku yang kedudukannya lebih tinggi.
Pasal 19 : Cukup Jelas
Pasal 20 : Cukup Jelas
Pasal 21 : Cukup Jelas
Pasal 22 : Cukup Jelas
Pasal 23 : Cukup Jelas
Pasal 24 : Cukup Jelas
Pasal 25 : Cukup Jelas
Bagian Hukum

8