PERAN ISTRI KETIKA SUAMI LALAI DALAM TANGGUNG JAWABNYA PADA ISTRI DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM ISLAM : STUDI KASUS DI DESA POREH KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP.

PERAN ISTRI KETIKA SUAMI LALAI DALAM TANGGUNG
JAWABNYA PADA ISTRI DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI
HUKUM ISLAM
(Studi Kasus Di Desa Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep)

SKRIPSI

Oleh :
Ahmad Ansori
NIM. C01211079

UIN SUNAN AMPEL
S U RA B A YA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
(AHWAL AL-SYAKHSIYAH)
SURABAYA

2015

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul tentang ‚Peran
Istri Ketika Suami Lalai Dalam Tanggung Jawabnya Dalam Perspektif Sosiologi
Hukum Islam (Studi kasus Di Desa Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten
sumenep)‛.Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana
peran istri ketika suami lalai dalam tanggung jawabnya di desa poreh kecamatan
lenteng kabupaten sumenep,dan factor-faktor penyebabnya ?, dan bagaimana
persepektif sosiologi hokum Islam tehadap peran istri ketika suami lalai dalam
tanggung jawabnya di desa poreh kecamatan lenteng kabupaten sumenep ?
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan pemikiran deduktif yaitu mengemukakan data yang bersifat
umum menjadi khusus tentang peran istri ketika suami lalai dalam tanggung
jawabnya pada istri dalam persepektif sosiologi hukum Islam.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Dalam sosiologi hukum islam
setiap masyarakat selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat sesuai dengan bidangnya, serta memperlihatkan
ketidak cocokan atau konflik sosial dalam masyarakat. Seperti halnya suami atau
istri yang tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagai suami atau istri dapat di

katakana telah melanggar hukum islam. Karena suami yang tidak melaksanakan
salah satu kewajibannya yaitu tidak menafkahi istri, maka istri di perbolehkan
bekerja untuk menanggung kebutuhan rumah tangganya. Sebab dalam hukum
Islam, hak dan kewajiban suami istri dalam sebuah keluarga adalah sesuatu yang
tidak boleh diabaikan, karena itu adalah merupakan salah satu perintah dari Allah
SWT di dalam Al-Qur’an.
Sejalan dengan kesimpulan diatas, di harapkan kepada masyarakat umum,
khususnya kepada masyrakat desa poreh maupun tokoh agama dan tokoh
masyarakat supaya memberikan penyuluhan, dan pengarahan terhadap pelaku
kelalaian suami terhadap tanggung jawab pada istri tersebut agar mereka tidak
semena-mena terhadap istrinya.

iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ......................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................
PENGESAHAN ...........................................................................................
MOTTO ...................................................................................................
PERSEMBAHAN ........................................................................................
ABSTRAK ...................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TRANSLITERASI .......................................................................
BAB I

BAB II

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii

x
xiii

PENDAHULUAN ......................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ..........................................

7

C. Rumusan Masalah ..................................................................

8

D. Kajian Pustaka .......................................................................


8

E. Tujuan Penelitian ...................................................................

10

F. Kegunaan Hasil Penelitian.....................................................

10

G. Definisi Operasional ..............................................................

11

H. Metode Penelitian ..................................................................

12

I.


16

Sistematika Pembahasan .......................................................

HAK

DAN

TANGGUNG

KEWAJIBAN
JAWABNYA

SUAMI

TERHADAP

DALAM


PERSPEKTIF

SOSIOLOGI HUKUM ISLAM
A. Kerangka teoritik ...................................................................

18

1.

Sosiologi hukum .............................................................

18

2.

Teori Pengaruh sosiologi terhadap masyarakat……......

21

B. Hak dan kewajiban Suami Istri..............................................


25

C. Macam-macam hak dan kewajiban Suami Istri.....................

27

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

PENELITIAN TENTANG PERAN

ISTRI KETIKA

SUAMI LALAI DALAM TANGGUNG JAWABNYA
DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM ISLAM
A. Gambaran Umum Desa Poreh................................................


40

1.

Letak geografis desa Poreh .............................................

40

2.

Kondisi Penduduk Desa Poreh........................................

41

3.

Kondisi Sosial Ekonomi Dea Poreh........................... ....

41


4.

Kondisi keagamaan Desa Poreh............................... ......

43

5.

Kondisi Pendidikan Desa Poreh... ..................................

44

B. Deskripsi tentang kelalaian suami terhadap tanggung
jawab pada istri di Desa Poreh ..............................................
BAB IV

46

ANALISIS PERAN ISTRI KETIKA SUAMI LALAI

DALAM

TANGGUNG

JAWABNYA

DALAM

PERSEPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM ISLAM
A. Analisis peran istri ketika suami lalai dalamtanggung
jawabnya di desa poreh kecamatan lenteng kabupaten
sumenep, dan faktor-faktor penyebabnya .............................

60

B. Peran istri ketika suami lalai dalam tanggung jawabnya
dalam persepektif sosiologi hukum islam .............................
BAB V

63

PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................

68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab yang ditulis dengan huruf Latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai
berikut:
A. Konsonan
Arab
Indonesia
Arab
Indonesia

t}
‫أ‬
‫ط‬
B
z}
‫ب‬
‫ظ‬
‫ت‬

T

‫ع‬



‫ث‬

Th

‫غ‬

Gh

‫ج‬

J

‫ؼ‬

F

‫ح‬

h}

‫ؽ‬

Q

‫خ‬

Kh

‫ؾ‬

K

‫د‬

D

‫ؿ‬

L

‫ذ‬

Dh

‫ـ‬

M

‫ر‬

R

‫ف‬

N

‫ز‬

Z

‫ك‬

W

‫س‬

S

‫ق‬

H

‫ش‬

Sh

‫ء‬



‫ص‬

s}

‫ي‬

Y

d}
‫ض‬
Sumber: Kate L. Turabian. A Manual of Writers of Term Papers
Disertations (Chicago and London: The University of Chicago
Press, 1987).
B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan Huruf

Nama

Indonesia

fath{ah
Kasrah
d}amah

A

Arab
َ‫ا‬
َ‫ا‬
‫ا‬

I
U

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku
jika hamzah tersebut berh}arakat sukun. Contoh: iqtid}a’> )‫(اقتضاء‬
2. Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan
Nama
Huruf Arab
‫ـ َ ْى‬
fath}ah dan alif
‫ـ َ ْو‬
Contoh

fath}ah
dan
wawu
bayna (‫)بن‬
maud}u>’ )‫(موضوع‬

3. Vokal Panjang (mad)
Tanda dan
Nama
Huruf Arab
fath}ah dan alif
‫ػ ػ ػ ػَا‬
‫ػ ػ ػ ػِي‬

kasrah dan ya’

d}ammah
dan
wawu
Contoh: al-jama>’ah
)‫(اجماعة‬
: takhyi>r
(‫)خير‬
‫ػ ػ ػ ػُو‬

:yadu>ru

Indonesia

Keterangan

Ay

a dan y

Aw

a dan w

Indone

Keterangan

sia
a>
i>
u>

a dan garis di
atas
i dan garis di
atas
u dan garis di
atas

(‫)يدير‬

C. Ta>’ Marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbut}ah ada dua:
1. Jika hidup (menjadi mud}a>f) transliterasinya adalah t.
2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh: shari>’at al-Isla>m )‫(شريعة ااساـ‬
shari>ah isla>mi>yah )‫(شريعة إسامية‬
D. Penulisan Huruf Kapital
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau
kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan
penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter) untuk nama
diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan menurut Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
antara seorang peria dan wanita atas kerelaan dan keinginan kedua belah pihak,
dan merupakan salah satu bagian dari aturan-aturan yang di syariatkan oleh AlQur’an dan hadist (ajaran Islam). Bahkan masalah perkawinan sangat erat
kaitannya dengan kehidupan manusia, sebab seorang yang sudah mampu dalam
arti lahir batin diwajibkan untuk kawin. Dan pada dasarnya segala sesuatu di
dunia ini memang dijadikan berpasangan agar manusia mau berfikir, Sebagai
firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 49.
Pernyataan ini disebutkan dalam Firman Allah SWT:

       
Artinya: “Dan segala sesuatu kami jadikan berjodoh-jodohan, agar kamu sekalian
mau berfikir”. (Q.S. Al-Dzâriat : 49)1
Sedagkan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2
Disamping itu perkawinan merupakan ikatan yang sangat kuat antara suami
istri. Selain itu dengan perkawinan seseorang akan terpelihara kehormatannya
dalam keluarga dan masyarakat. Sebagaimana Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 21:

          



Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu
telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagi suami istri. Dan mereka
(istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”.3(Q.S. AnNisa’:21)
Perkawinan adalah suatu perbuatan yang diperintah oleh Allah dan juga oleh
nabi. Banyak perintah-perintah Allah dalam Al-Qur’an untu melaksanakan
perkawinan. Diantaranya firmannya dalam surat An-nur ayat 32:

           

       

Artinya:”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orangorang yang layak (berkawin ) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah
akan memampukan mereka dengan karunia-nya. Dan Allah Maha Luas
(pemberian-nya) lagi Maha mengetahui.4(Q.S.An-Nur:32)

2

Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (Yogyakarta: Pustaka
Widyatama., 2004), 8.
3
Departemen Agama RI., Al-Qur’an Dan Terjemahannya, 120
4
Departemen Agama RI., Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya :Mahkota, 1989), 549

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Apabila akad nikah berlansung dan sah memenuhi syarat rukunnya, maka
akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan pula hak
dan kewajiban selaku suami istri dalam keluarga.5
Pasangan suami istri mempunyai hak dan kewajiban, hak istri mempunyai hak
atas suami, juga hak suami kepada istri dan suami istri mempunyai hak bersama.6
Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawab masing-masing,
maka akan terwujudlah ketentraman hati, sempurnalah kebahagiaan hidup
berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud
sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah, mawadda wa rahmah. Sesudah akad
nikahSuami istri dihalalkan saling bergaul mengadakan hubungan seksual.
Perbuatan ini merupakan kebutuhan bersama suami istri yang dihalalkan secara
timbale balik. Jadi, Bagi suami halal bergaul kepada istrinya, sebagaimana istri
kepada suaminya. Mengadakan hubungan seksual ini adalah hak bagisuami istri,
dan tidak boleh dilakukan kalau tidak secara bersamaan tidak bisa dilakukan
secara sepihak saja. Dalam pasangan suami istri mendapatkan waris akibat dari
ikatan perkawinan yang sah, bilamana salah seorang meninggal dunia sesudah
sempurnanya ikatan perkawinan, yang lain dapat mewarisi hartanya, sekalipun
belum pernah berhubungan seksual.Anak mempunyai nasab (keturunan) yang

5
6

Abd. Rahman Ghazaly, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), 155
Lihat Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah 7,(Bandung :PT. Al-Ma’arif.1980).,51

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

jelas bagi suami, Kedua belah pihak wajib bergaul(berperilaku) yang baik,
sehingga dapat melahirkan kemesraan dan kedamaian hidup.7
Kewajiban suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari
susunan masyarakat. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat
menghirmati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang
lain.Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak
mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani, maupun kecerdasannya dan
pendidikan agamanya, Suami istri wajib memelihara kehormatannya dan Jika
suami/istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan
kepada panggilan agama. Bagi suami istri harus mempunyai temapat kediaman
yang tepat, Rumah kediaman yang dimaksud dalam pasal 78 ayat (1) ditentukan
oleh suami istri bersama.8
Suami mempunyai beberapa hak terhadap istrinya, yang paling pokok
adalah:Suami harus ditaati dalam hal yang tidak maksiat, Istri menjaga dirinya
sendiri dan harta suaminya,dan istri menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu
yang dapat menyusahkan suami, tidak bermuka asam dihadapan suami dan tidak
menunjukkan keadaan yang tidak disenangi suami.9

7

Ibid., 34
LihatUndang-undang Perkawinan di Indonesia, arkola. 195-196
9
Abd, Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat,(Jakarta: Kencana, 2006), 158
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Keluarga merupakan salah satu elemen dari masyarakat yang mempunyai
peran dan fungsi tersendiri, yang dimaksud keluarga disini adalah keluarga batih.
Keluarga batih yaitu keluaga yang merupakan kelompoksosial kecil yang terdiri
dari suami, istri dan anak, dalam sebuah keluarga terdapat pembagian-pembagian
peran dan fungsi dari masing-masing anggota keluarga. Keluarga batih dianggap
sebagai suatu system sosial, oleh karena memiliki unsur-unsur sosial yang pada
pokoknya akan mencakut kepercayaan, perasaan, tujuan, kaidah-kaidah,
kedudukan, peran, tingkatan, jenjang, sangsi, kekuasaan dan fasilitas.10
Dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 34 dijelaskan bahwa istri harus bisa
menjaga dirinya, baik ketika ada di depan suami maupun dibelakangnya, dan ini
merupakan salah satu ciri istri yang shalihah.

            
           

         
         

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab
itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh akrena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nuzusnya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka
10

Soejono sukanto, Sosiologi Keluarga, Tentang Ihwal Keluarga,Remaja dan Anak, (Jakarta:Rineka,
Cipta, 1990).,22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu,
maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkannya.Sesungguhnya Allah
Maha Tinggi lagi Maha besar”.11(Q.S. An-Nisa’: 34)
Diantara beberapa kewajiban istri terhadap suaminya, yang paling pokok
adalah taat dan patuh terhadap suaminya, di dalam batas-batas yng dibenarkan dan
melaksanakan pekerjaan, rumah tangga, meski dalam hal ini masih diperselisihkan.12
Berdasarkan firman Allah di dalam Al-Qur’an surat An-nisa’ ayat 19:

             

            

          

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaulllah dengan
mereka dengan secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai meraka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.13(Q.S.An-Nisa’:19)
Dalam sebuah keluarga, suami wajib melindungi dan memberikan segala
sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuanya dan istri
wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya, karena suami adalah kepala
keluarga dan tugas istri adalah sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga.14

11

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya123
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta :Pustaka Amani, jlid 2, 2007)., 525
13
Departemen Agama RI., Al-Qur’andanTerjemahnya 19
14
Bambang Sugono, Hukum Dan Kebijaksanaan Publik, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 1
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Namun dalam kenyataannya di desa poreh masih ada suami yang lalai dan
tidak bertanggung jawab pada istrinya,diantaranya ada suami yang tidak
menafkahi istrinya dan bahkan dia (suami) sering minta uang pada istrinya, dan
ada seorang suami yang merantau keluar negeri selama bertahun-tahun tujuannya
untuk mencari nafkah, akan tetapi suami tersebut tidak menafkahi istrinya dan
bahkan dia menikah lagi di luar negeri tanpa sepengetahuan istri pertama.
Berdasarkan latar belakang yang ada maka penulis tertarik mengangkat
masalah yang terjadi dan diangkat menjadi sebuah topic penelitian ilmiah, yang
berjudul”peran istri ketika suami lalai dalam tanggung jawabnya dalam
persepektif sosiologi hukum Islam di desa poreh kecamatan lenteng kabupaten
sumenep.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah.
Dalam penulisan skripsi ini setelah penulis mengadakan pengamatan dan
mengidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan peran istri ketika
suami lalai dalam tanggung jawabnya yaitu:
a.

Pemenuhan nafkah lahiriah suami terhadap istri

b.

Faktor-faktor yang menyebabkan kelalaian suami dalam tanggung jawabnya.

c.

Peran istri ketika suami lalai dalam tanggung jawabnya .

d.

Apakah pola rumah tangga mereka harmonis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

2.

Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan dengan memberikan

batasan masalah agar pembahasan tidak melebar dan supaya sesuai dengan
pokok kajian.Adapun pembatasan masalah tersebut adalah Peran istri ketika
suami lalai dalam tanggung jawabnya dalam perspektif sosiologi hukum Islam
di desa poreh kecamatan lenteng kabupaten sumenep.
a. Peran istri ketika suami lalai terhadap tanggung jawabnya, dan faktor-faktor
penyebabnya.
b. Peran istri ketika suami lalai suami terhadap tanggung jawabnya, dan faktorfaktor penyebabnya.

C. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana peran istri ketika suami lalai dalam tanggung jawabnya di desa
Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, dan faktor penyebabnya?

2.

Bagaimana persepektif sosiologi hokum Islam terhadap peran istri ketika
suami lalai dalam tanggung jawabnya di Desa Poreh Kecamatan Lenteng
Kabupaten Sumenep?

D. Kajian Pustaka
Sejauh penulis melakukan penelitian tentang kasus ini terhadap karya-karya
ilmiah yang berupa pembahsan peran istri ketika suami lalai dalam tanggung

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

jawabnya,setidaknya ada karya tulis yang sedikit berhubungan tentang kasus
yang akan penulis telitiyaitudi Institut Agama Islam Negerti

Sunan

Ampel,diantaranya adalah:
1. Fatonatu Rokhmanita dengan judul Skripsi “Tinjauan hukum Islam terhadap
pelaksanaan hak dan kewajiban suami istri”.Karya ini membahas tentang
Pelaksanaan hak dan kewajiban suami istri15
Sedangkan yang membedakan dari sekripsi diatas, penulis akan lebih
memfokuskan pada kelalaian suami terhadap tanggung jawab pada istri dalam
persepektif sosiologi hukum Islam di desa poreh Kecamatan Lenteng
Kabupaten sumenep.
2. Khoirul Huda dengan judul Skripsi “Tinjauan sosiologi hukum islam terhadap
peran istri sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga”.Kewajiban memberi
nafkah adalah menjadi kewajiban bagi seorang suami, akan tetapi dalam
kenyataannya sekarang kewajiban suami itu di emban juga oleh seorang istri
ketika suami tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

16

Dari berbagai uraian judul sekripsi diatas berbeda dengan penelitian ini yang
fokus menkaji tentang Peran istri ketika suami lalai dalam tanggung jawabnya
Dalam Perspektif Sosiologi Hukum Islam Di Desa Poreh Kecamatan Lenteng
Kabupaten Sumenep. Dengan demikian, maka sudah jelas bahwa penelitian ini
15

Fatonatu Rokhmanita, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Hak dan Kewajiban suami
istri” Sekripsi, Jurusan Ahwalus Syahsiyah, IAIN Sunan Ampel, Surabaya,2010
16
Khoirul Huda,”Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah
Utama dalam keluarga” Sekripsi Jurusan Ahwalus Syahshiyah, UIN, Sunan Kalijaga, Jogja,2013

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

bukan merupakan duplikasi atau pengulangan dari penelitian terdahulu, maka
judul penulis ini layak untuk diteliti lebih lanjut.
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengedentifikasi secara cermat
tentang hal-hal yang berkaitan tentang dengan peran istri ketika suami lalai
dalam tanggung jawabnya ,di antaranya:
1.

Untuk

mengetahui peran isrti ketika suami lalai terhadap tanggung

jawabnya di Desa Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, dan factor
Penyebabnya.
2.

Untuk mengetahui peran istri ketika suami lalai terhadap tanggung jawabnya
dalam perspektif Sosiologi Hukum Islamdi Desa Poreh Kecamatan Lenteng
Kabupaten Sumenep.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun secara praktis, hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat
memberikan manfaat diantaranya:
1.

Dari segi teoritis,hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan menambah wawasan pemikiran pembaca pada
umumnya dan khususnyabagi mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

ahwal as syakhsiyah yang berkaitan dengan masalah peran istri ketika suami
lalai dalam tanggung jawabnya.
2.

Dari segi praktis, sebagai bahan pertimabangan dalam rangka pembangunan
ilmu pengetahuan khususnya ahwalus syakhsiyah yang berkaitan dengan
masalahperan istri ketika suami lalai dalam tanggung jawabnya .

G. Definisi Operasional
Adapun yang dimaksud dalam definisi operasional dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kelalaian

: tidak mengindahkan kewajiban17

2. Tanggung jawab

: Keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau

ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan)18
3. Sosilogi Hukum Islam
Seorang sosiolog hukum Soerjono Sukanto berpendapat bahwa
sosiologi hukum adalah suatu cabanng ilmu pengetahuan yang secara analitis
dan empiris mempelajari hubungan timbale balik antara hukum dengan gejalagejala social lainnya.Masudnya sejauh mana hukum itu mempengaruhi tingkah
laku sosial terhadap pembentukan hukum..19

17
18
19

Ira M. Lapidus, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Bandung; Balai Pustaka,tt),554

Ibid.,1014
Sudirman Tebba,Sosiologi Hukum Islam,(Jakarta.Renika Cipta,2006),1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

H. Metode Penelitian
Supaya dalam pembahasan skripsi yang akan dibahas ini dapat
dipertanggungjawabkan, maka penulis membutuhkan data yang menunjukkan
kelalaian suami terhadap istri terhadap tanggung jawab pada istri.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research).
Oleh karena itu data yang dihimpun merupakan data yang diperoleh dari lapangan
sebagai obyek penelitian. Agar penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan benar
dan sistematis, maka penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut :
1.

Data yang dikumpulkan
Peneliti memperoleh data mengenai judul yang akan di bahas yakni
mengenai Peran istri ketika suami lalai dalam tanggung jawabnya dalam
persepektif sosiologi hukum Islam melalui wawancara dengan: Para istri, dan
kerabat dekat kedua belah pihak di desa poreh kecamatan lenteng kabupaten
sumenep

2. Sumber data
Data yang dikumpulkan bersumber dari:
a. Sumber data primer
Sumber data primer yang dimaksud disini adalah sumber data yang
diperoleh secara langsung dari subjek penelitian, dalam penelitian ini sumber
data primer adalah :Para istri, dan kerabat dekat kedua belah pihak di Desa
Poreh Kecamatan Lenteng.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1) Nama-nama para istri.
a) Nama
Pekerjaan
Umur

; Ibu Hasanah
: Ibu rumah tangga
: 35tahun.

b) Nama
Pekerjaan
Umur

:Ibu Ibah
: Ibu rumah tangga
: 41tahun.

c) Nama
Pekerjaan
Umur

:Ibu Hayati
: Ibu rumah tangga
: 25tahun.

d) Nama
Pekerjaan
Umur

:Ibu Ani
: Ibu rumah tangga
: 25tahun.

e) Nama
Pekerjaan
Umur

:Ibu Alya
: Ibu rumah tangga
: 27tahun.

2) Nama-nama kerabad kedua belah pihak.
a) Nama
Pekerjaan
Umur

: Dewi
: Ibu rumah tangga
: 25 tahun.

b) Nama
Pekerjaan
Umur

: Ahmad
: Petani
: 40 tahun

c) Nama
Pekerjaan
Umur

: Latifah
: petani
: 27 tahun

d) Nama
Pekerjaan
Umur

: Zaitunah
: Petani
: 45 tahun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

e) Nama
Pekerjaan
Umur

: Faridah
: pedagang
: 55 tahun

b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diambil dan diperoleh
dari bahan pustaka yang relevan (terkait) dengan masalah yang diteiti,
diantaranya:
1. Fuadi Munir, Teori-Teori Sosiologi Hukum.
2. Soejono Sukanto, Sosiologi keluarga.
3. Kamal Muchtar,Asas-asas hukum Islam tentang Perkawinan.
4. Ahmad Azhar Basyir,Hukum Perkawinan Islam.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Wawancara (interview), yaitu cara memperoleh data atau keterangan
melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan obyek
penelitian secara langsung.20
b. Observasi, merupakan pengamatan langsung dan pencatatan secara
sistematis terhadap fokus permasalahan yang diteliti.21

20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineke Cipta, 1996),
144.
21
Ibid., 145.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

4. Teknik pengolaan data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui tahapantahapan sebagai berikut:
a.

Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh
denganmemilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang
meliputi kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian,
kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa sehingga
dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah.
1. Teknik analisis data
Setelah data telah terkumpul baik itu data primer dan data sekunder
maka langkah berikutnya adalah teknik analisis data. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan analisis data kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan pola pikir deduktif.
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Metode ini dipergunakan untuk membahas permulaan pembahasan
dengan menggunakan teori-teori atau dalil-dalil yang bersifat umum tentang
kelalaian suami terhadap tanggang jawab pada istri dalam persepektif sosiologi
hukum Islam di desa poreh kecamatan lenteng kabupaten sumenep.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam Judul ini mempunyai alur pikiran yang jelas dan
terfokus pada pokok permasalahan, maka penulis menyusun sistematika dalam
lima bab dari Judul ini meliputi:
Bab Pertama: Pendahuluanberisi tentang uraian latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta
sistematika pembahasan.
Bab Kedua : Kerangka Teori sosiologi hukum islam membahas tentang
Tinjauan Umum peran istri ketika suami lalai dalam

tanggung jawabnya

pengertian,hak dan kewajiban terhadap suami dan hak-hak, kewajiban terhadap
istri.
Bab Ketiga : Data Penelitianberisi tentang gambaran umum Desa Poreh
Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, Letak geografis

Desa Poreh

Kecamatan Lenteng Kab. Sumenep,tentang peran istri ketika suami lalai dalam
tanggung jawabnya, di Desa poreh Lenteng Kab. Sumenep.
Bab keempat : Penyajian dan Analisabab ini berisi tentang peran istri ketika
suami

lalai dalam

tanggung jawabnya

Desa Poreh Kecamatan Lenteng

Kabupaten Sumenep dan analisis sosiologi hukum Islam terhadap peran istri

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

ketika suami lalai dalam tanggung jawab, di Desa Poreh Kecamatan Lenteng
Kabupaten Sumenep.
Bab Kelima

:

Penutup dan Kesimpulanmerupakan bagian terakhir dari

skripsi atau penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP TANGGUNG JAWABNYA
DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM ISLAM
A. Kerangka teoritik
1. Sosiologi hukum
Seorang sosiolog hukum Soerjono Sukanto berpendapat bahwa sosiologi
hukum adalah suatu cabanng ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala social
lainnya. Maksudnya sejauh mana hukum itu mempengaruhi tingkah laku sosial
terhadap pembentukan hukum.1
Karena itu, menarik untuk mengkaji proses-proses hubungan timbal balik
terhadap terbentuknya hukum Islam. Hukum Islam merupakan seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah rasul tentan tingkah laku
manusia mukallaf yang diakui dan di yakini berlaku mengikat untuk semua umat
yang

beragama

islam.2

luas

lingkupnya

dalam

kehidupan,

sehingga

penerapannya dalam segenap aspek kehidupan itu harus dianggap sebagai upaya
pemahaman agama itu sendiri.3
Dengan demikian, hukum Islam (fiqh, syariah) tidak saja berfungsi sebagai
hukum secular, tetapi juga berfungsi sebagai nilai-nilai normatif. Ia secara

1

Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi Hukum, (Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1977), 2.
Tim Reviewer MKD, Studi Hukum Islam,(Surabaya :Uinsa Press,2014).32.
3
Sudirman Tebba, Sosiologi Hukum Islam ,( Yogyakata: UII Press Indonesia, 2003), 1.
2

18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

teoritis berkaitan dengan segenap aspek kehidupan, dan ia adalah satu-satunya
pranata (institusi) sosial dalam Islam yang dapat membrikan legitimasi terhadap
perubahan-perubahan yang dikehendaki dalam penyelerasan antara ajaran islam
dan dinamika sosial.
Berdasarkan asumsi itu, maka hukum Islam berfungsi ganda. Sebagai hukum
Islam, ia berusaha mengatur tingkah laku manusia (umat Islam) sesuai dengan
citra Islam. Sebagai norma ia memberikan legitimasi ataupun larangan-larangan
tertentu denagn konteks spiritual. Fungsi ganda ini memberikan ciri spesifik
hukum Islam bila ditinjau dari sudut sosiologi hokum Islam. Sebab, sebagai
sebuah hukum, ia tidak lepas dari pengaruh-pengaruh sosial budaya yang hidup
di sekelilingnya. Dari segi ini bisa dikatakan bahwa ia adalah menefistasi dari
proses adaptasi fikiran-fikiran manusia dan system-sistem lingkungan kultural
masyarakat dengan kehendak allah. Dari segi norma , ia memberikan arti bahwa
intervensi idea-idea dan ketetapan-ketetapan Tuhan tidak bisa dihindari dalam
pembentukannya. Dari sinilah kita melihat uniknya hukum Isalam dilihat dari
sosiologi hukum.
Pembentukan pola cita masyarakat dalam Islam sangat berbeda dengan
masyarakat bukan Islam. Pola cita masyarakat bukan Islam terbentuk
berdasarkan pengalaman dan pemikiran social secara evolusi. Sedangkan Pola

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

cita masyarakat Islam diturunkan oleh Tuhan berupa wahyu dan terbentuk
secara cepat.4
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
1) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala
social (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral;
hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik.
2) Hubungan dan pengaruh timbale balik antara gejala social dengan gejalagejala non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya.
Hukum adalah seperangkat aturan yang sudah ditetapkan dan di sahkan
oleh pemerintah untuk mengatur perilaku masyarakat.
Hukum Islam adalah seperangkat aturan yang disesuaikan menurut syari'ah
Islam yang diberlakukan untuk seluruh umat Islam.
Sosiologi Hukum Islam adalah suatu ilmu sosial yang menjelaskan
mengenai adanya hubungan timbal balik antara perubahan sosial dengan
penempatan hukum Islam.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu
hubungan sosial yang terikat dengan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat
tersebut. Aturan-aturan tersebut disatukan dalam satu kesatuan yang disebut
Hukum, manusia sebagai makhluk sosial tak akan pernah lepas dari hukum yang
mengikat yang menjadi satu kesatuan dalam tatanan masyarakat. Hukum

4

Ibid, 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

mengatur semua gejala-gejala sosial yang ada, karena gejala-gejala sosial akan
selalu berubah dan hukum disini berfungsi untuk mengendalikan semua itu.5
2. Teori sosiologi
Ada dua teori sosiologi yang mempengaruhi proses dalam masyarakat.
a. Teori setruktural fungsional
Yaitu setiap masyarakat relative konsisten, akan keadaan yang
merupakan bagian dari stuktural elemen yang stabil. Setiap masyarakat
merupakan setruktural elemen yang terintegrasi dengan baik, setiap elemen
dalam masyarakat memiliki fungsi sendiri dalam masyarakat, dan akan
memberikan sumbangannya untuk mempertahankan bangunan sistem yang
ada didalam masyarakat.6
b. Teori konflik
Yaitu setiap masyarakat selalu dihadapkan pada perubahanperubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat sesuai dengan bidangnya,
serta memperlihatkan ketidak cocokan atau konflik sosial dalam
masyarakat. Semua ini selalu didasarkan pada pemaksaan oleh segolongan
anggota masyarakat kepada anggota masyarakat yang lain.7
Keluarga merupakan salah satu elemen masyarakat yang mempunyai
peran dan fungsi tersendiri, yang dimaksud keluarga disini adalah keluarga
5

Sabian Ustman, Dasar-dasar sosiologi, makna dialog Antar Hukum dan Masyarakat, (Yogyakarta:
pustaka pelajar.,2009),25
6

7

Ibid,.hlm. 32.

Fuadi munir,Teori-teori dalam sosial hukum,edisi 1,cet ke-1.(Jakarta:Kencana Prenada Media,
2011),31.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

batih. Keluarga batih yaitu keluarga yang merupakan sosial kecil yang terdiri
dari suami, istri dan anak, dalam sebuah keluarga terdapat pembagianpembagian peran dan fungsi dari masing-masing anggota keluarga.keluarga
batih dianggap sebagai suatu sistem sosial, oleh karena memiliki unsur-unsur
sosial yang pada pokoknya akan mencakup kepercayaan,perasaan, tujuan,
kaidah-kaidah,kedudukan, peranan, jenjang, sanksi, kekuasaan, dan fasilitas.8
Keadaan seperti itu akan muncul beberapa item kaidah tertentu apabila
dicoba diekspresikan dan diaplikasikan dari unsur-unsur cakupan pokok
keluarga batih tersebut, keluaga batih juga menjadi tempat pembentukan akan
sebuah generasi muda yaitu anak, perkembangan anak dimulai dari kehidupan
keluarga sebelum masuk ke dalam masyarkat luas.9
Dalam rumah tangga akan terdapat sebuah peran-peran yang harus
dijalankan oleh anggota keluarga, seperti suami berperan sebagai kepala rumah
tangga dan istri berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi semua yang
ada dalam rumah tangga. Suami menjadi kepala rumah tangga tentu memiliki
tanggung jawab yang lebih besar pada keluarga yakni mencari nafkah untuk
kebutuhan rumah tangga.10
Suami harus mampu mengayomi, melindungi dan paling penting adalah
suami harus menjadi pemimpin yang baik bagi keluarganya, agar terwujud
8

Soejono sukanto, sosiologi keluarga, Tentang Ihwal keluarga, Remaja dan anak, (Jakarta: Rineka
cipta, 1990),22.
9

Ibid. 23.

10

Ahmad Azhar Basyir, Hukum perkawinan Islam, edisi I cet, ke-9 (Yogyakarta,UII Press 1999),53.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

tujuan dari sebuah perkawinan dan akan terwujud sebuah keluarga yang
bertatanan Islam. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan
rumah tangga yang menjadi sendi dari susunan masyarakat yang akan
membentuk anggota masyarakat yang baik.11
Pembagian peran suami dan istri tersebut bersumber dari penafsiran
agama dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat, yakni sebuah nilai
yang menempatkan laki-laki memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan
perempuan.Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah Q.S.An-Nisa’ (34):

           
           

        

           

Artinya: ”kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289]
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,
dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”.12

11
12

Undang-Undang No.1 pasal 30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, 123.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Terlepas dari peran yang diemban masing-masing di sini juga terdapat
hak dan kewajiban dari suami maupun istri, supaya ada sebuah penghormatan
diantara suami maupun istri dalam menjalankan kehidupan rumah tangga.
Hak suami itu adalah kewajiban bagi istri begitu pula sebaliknya
kewajiban istri adalah hak suami dalam kaitan ini ada 4 hal:
1) Kewajiban suami terhadap istri ,yang menjadi hak istri terhadap suami.
2) Kewajiban istri terhadap suami, yang menjadi hak suami terhadap istri.
3) Hak bersama suami istri.
4) Kewajiban bersama suami istri.13
Suami sebagai penanggung jawab uatama dalam keluarga, baik meliputi
aspek ekonomi ataupun

perlindungan terhadap keutuhan rumah tangganya.

Maka suami harus melaksanakan secara penuh tanggung jawab untuk tugas
yang diembannya. Hukum membayar nafkah untuk istri baik dalam bentuk
belanja, pakaian, tempat tinggal adalah wajib, kewajiban itu bukan sebabkan
oleh karena istri membutukannya dalam kehidupan rumah tangga, tetapi
kewajiban yang timbul dengan sendirinya tanpa melihat kepada keadaan istri.14
B. Hak dan Kewajiban Suami Istri
1. Pengertian Hak dan Kewajiban
Perkawinan adalah sebagai perbuatan hukum antara suami dan istri,
bukan saja bermakna untuk merealisasikan ibadah kepadanya, tetapi
13
14

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam.160
Ibid,160.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

sekaligus menimbulkan akibat hukum keperdataan diantara keduanya.
Namun demikian, karena tujuan perkawinan yang begitu setia, yaitu
membina keluarga bahagia, kekal, abadi berdasarkan ketuhanan yang maha
Esa, Maka perlu diatur hak dan kewajiban suami istri masing-masing.
Apabila hak dan kewajiban masing-masing suami dan istri terpenuhi, maka
dambaan suami istri dalam bahtera rumah tangganya dapat terwujud, didasari
rasa cinta dan kasih sayang.15
Allah menegaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’4

            
          

           
 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka
karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah
kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah dengan mereka secara
patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal
Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.16

15
16

Ahmad Rofik, Hukum Islam di indonesia,(Jakarta: Grafindo Persada, 1997),181-182
Departemen Agama RI,. Al-Qur’an dan terjemahan, (Surabaya: Mahkota Surabaya1989),119

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak
atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan
oleh pegawai pecatat pernikahan.
Sebagaimana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihak
ketiga itu tersebut didalamnya.
Perjanjian tersebut berlaku sejak perkawinan dilangsungkan dan tidak
dapat diubah, kecuali bila dari ke dua belah pihak ada persetujuan untuk
mengadakan perubahan dan perubahan itu tidak merugikan pihak ketiga ( Bab V
Pasal 29 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tenang Perkawinan).Suami istri
memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi
sendi dasar susunan masyarakat.
Suami istri mempuyai kedudukan yang seimbang dalam kedudukan
hukum terhadap harta bersama dan dalam pergaulan hidup bermasyarakat.
Suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga dan masingmasing berhak melakukan perbuatan hukum.
Suami istri harus mempunnyai tempat tingagal bersama yang tetap yang
ditentukan oleh kedua belah pihak. Suami istri wajib saling mencintai,
menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepadayang lain.
Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya sedangkan istri
wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Andaikan suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing
pihak suami atau istri dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan bilamana
cara mengajukan gugatan dan sampai dimana batas-batas tanggung jawab suami
dan istri yang dapat dituntut pelaksanaannya yang