PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN JEMBERTAHUN 2013-2015 | Hikma | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 94 332 1 PB

PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
DI KABUPATEN JEMBER
TAHUN 2013-2015
Faiqatul Hikma1

2

3

Abstract

Keywords:
Abstrak
Tuberkulosis TB paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global
masih menjadi isu kesehatan global di semua negara. Apabila tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan
setiap penderita aktif yang menginfeksi. Penelitian ini bertujuan membuat Peta Digital Persebaran Penyakit
Desain pada penelitian ini
Tuberkolusis Di Kabupaten Jember Dengan Menggunakan Aplikasi
adalah deskriptif berupa pemetaan penyakit Tuberkolusis menggunakan aplikasi Quantum GIS 1.8.0. dengan
data yang di ambil dari Dinkes Kabupaten Jember yang kemudian dibuat dalam bentuk website. Hasil dari
penelitian ini adalah sebuah peta digital yang menampilkan persebaran penyakit Tuberkulosis pada semua

Kecamatan di Kabupaten Jember menampilkan data yang di peroleh dari Dinkes. Data yang diperoleh meliputi
jumlah penderita Tuberkulosis BTA+, Extra Paru, MDR dan Badan Pusat Statistik yang meliputi data jumlah
kepadatan penduduk perkecamatan, jumlah puskesmas yang tersebar di Kabupaten Jember yang kemudian
diaplikasikan dalam bentuk
. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan atribut fasilitas
kesehatan, serta pembuatan website yang lebih dinamis sehingga dapat di update langsung tanpa masuk dalam
.
data
Kata Kunci: Pemetaan, Tuberkulosis, Quantum GIS

Berdasarkan Kementrian Kesehatan Tahun 2011,
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima
negara dengan beban penyakit TB tertinggi di
dunia. Estimasi prevalensi penyakit TB pada semua
kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi
penyakit TB berjumlah 430.000 kasus baru per
tahunnya. Jumlah kematian akibat penyakit TB
diperkirakan 61.000 kematian per tahun. Sedangkan
pada tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia


PENDAHULUAN
Tuberkulosis(TB) merupakan penyakit menular
yang di sebabkan oleh
,
TB paru sampai saat ini masih menjadi masalah
utama kesehatan masyarakat dan secara global
masih menjadi isu kesehatan global di semua
negara.Apabila tidak segera ditangani maka
dapat menyebabkan setiap penderita aktif yang
menginfeksi.
27

27

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

yang didiagnosis penyakit TB berdasarkan tenaga
kesehatan adalah 0.4 %, tidak berbeda dengan tahun
2007. Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah

Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta
(0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua
Barat (0.4%).

pemetakan yang dibuat mengunakan Quantum
berguna sebagai bahan laporan oleh Dinas
Kesehatan, sehingga persebaran penyakit TB dapat
cepat terdeteksi dan segara mendapat tindakan agar
penyebaran penyakit TB tidak semakin meluas ke
daerah-daeran sekitarnya.

Me skipun sec ara nasio nal perkembanga n
menunjukkan peningkatan dalam penemuan kasus
dan tingkat kesembuhan, tetapi di tingkat provinsi
masih menunjukkan disparitas antar wilayah,
sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum bisa
tercapai angka penemuan kasus (CDR) 70% dan
hanya 5 provinsi yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta,
Maluku, Sulawesi Utara, dan Banten yang telah
mencapai angka CDR 70% dan 85% kesembuhan

(Kemenkes RI Ditjen PP& PL, 2011 dalam penelitian
Zaima,2014).

Karena selama ini pada DINKES masih menggunakan
atau menyajiakan dalam data manual. Dimana data
manual tersebuh masih sulit untuk di impretasikan
pada pihak lain yang kurang paham terhadap
data manual yang tersedia. Banyak cara untuk

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu
penyumbang jumlah penemuan penderita TB Paru
terbanyak kedua di bawah Provinsi Jawa Barat.
Angka penemuan kasus baru BTA Positif (Case
) merupakan proporsi penemuan
kasus TB BTA Positif dibanding dengan perkiraan
kasus dalam persen. Pada tahun 2012, angka CDR
sebesar 63.03% dengan jumlah kasus baru (positif
dan negatif) sebanyak 41.472 penderita dan BTA
Positif baru sebanyak 25.618 kasus. Kondisi tersebut
masih jauh dari target CDR yang ditetapkan yaitu

Dengan semakin majunya teknologi informasi
untuk mendeteksi lingkungan yang rentan penyakit
dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
yang
merupakan suatu sistem yang mamapu mengolah,
memperbaiki, memperbaruhi, dan menganalisis data,
khususnya data spesial secara cepet. Dengan GIS data
dihasilkan dapat diolah, disimpan dan ditampilkan
dengan cepat sesuai dengan yang diharapkan.
Sistem informasi ini mengandalkan dari aplikasi
.
dapat merubah data
biasa menjadi data spasial sesuai dengan kebutuhan
sistem informasi geografis, dan kemampuan
dalam mengolah data spasial tidak
ini juga banyak
diragukan lagi.
digunakan dalam berbagai pekerjaan, seperti: analisis
wilayah, perencanaan wilayah, dll.
wilayah-wilayah yang

Dengan
terjangkit penyakit Tuberkolusis tinggi dapat di
petakan berdasarkan data primer pada masingmasing daerah di Kabupaten Jember. Hasil dari

28

dan peta. Peta sendiri mempunyai kelebihan dapat
menganalisis penyebaran berdasarkan faktor
Melihat dari kondisi yang telah di jabarkan di atas
peneliti tertarik untuk membuat peta digital persebaran
penyakit TB di wilayah Kabupaten Jember dengan
menggunakan aplikasi
Tujuan penelitian ini adalah membuat peta digital

persebaran penyakit Tuberkolusis di Kabupaten
Jember dengan menggunakan aplikasi

METODE
Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan Kualitatif berupa Pemetaan Penyakit

Tuberkolusis Menggunakan Aplikasi
dengan data TB Paru perkecamatan yang di ambil
dari Dinkes Kabupaten Jember mengenai penyakit
Tuberkulosis.

HASIL DAN PEMBAHASAN
-

Tahap
Tahap ini merupakan tahap untuk mengkaji
permasalahan yang akan diterapkan pada system
kemudian didefinisikan. Tahap definisi masalah
dikakukan dengan cara mengumpulkan data-data
pendukung secara tertulis maupun mengamati
masalah pada suatu system yang telah ada. Berikut
peta digital persalinan
data-data pendukung
dukun dan tenaga kesehatan ,antara lain: 1) Peta
Kabupaten Jember dengan
(.kml), b) Data

persebaran Tuberkulosis per kecamata diKabupaten
Jember pada tahun 2013-2015.

Faiqatul Hikma, dkk. Pemetaan Persebaran Penyakit Tuberkulosis di Kabupaten Jember ...

Pengambilan data jumlah persebaran penyakit
TB di setiap kecamatan dari tahun 2013-2015 di
Kabupaten Jember dilakukan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember. Data ini adalah data pokok yang
peta digital.
akan dimasukkan di dalam
Selain itu peneliti juga menambahkan data kepadatan
penduduk sebagai data tembahan di dalam
.

Setelah itu hasil vektor baru di simpan dalam folder

Tahap
Perancangan peta digital akan diawali dengan
mendesain tampilan fisik peta dengan aplikasi

Quantum GIS ,desai Quantum GIS terdiri atas digitasi
peta beserta atributnya, serta desain warna peta.
Pewarnaan peta didasarkan pada data persebaran
penyakit TB dengan gradasi warna berdasarkan
besar nilai. Setelah itu desain akan disempurnakan
dengan aplikasi Geoserver, dan pada akhirnya peta
akan ditampilakn pada laman website.
Tahap
Pada tahap ini dilakukan desain peta digital
berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan
secara lengkap pada tahap sebelumnya.Aplikasi
yang digunakan adalah quantum GIS versi 2.6.1
untuk digitasi peta, sehingga atribut data pada peta
digital dapat dimasukkan.Dalam proses ini peneliti
meload(upload) peta yang telah dilakukan digitasi
dengan ekstensi
sebelumnya dan telah berupa
.kml (Jember.kml) kedalam aplikasi Quantum GIS.

Selanjutnya memasukkan data atribut sebagai

peta. Proses pembuatan data atribut diawali bengan
menaktifkan icon toogle editing, dan icon atribut.

Gambar 4 Mengaktifkan

Gambar 5 Memasukkan Data Atribut

29

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

Langkah selanjutnya menyempurnakan peta digital
. Langkah pertama
dengan aplikasi
adalah login pada aplikasi lalu pembuatan
.

Gambar 9 Login Aplikasi
Gambar 6 Hasil Data Atribut

Langkah selatjutnya adalah membuat gradasi warna
pada peta. Gradasi warna dalam peta ini, peneliti
menekankan pada TB BTA+ karena merupakan jenis
Tb yang paling tinggi dan paling umum menjangkiti
masyarakat Kabupaten Jember.

Gambar 10 Pembuatan
Setelah itu klik pada
lalu beri tanda centang pada

yang telah kita buat
, dan services.

Gambar 7 Pembuatan Gradasi Warna
Selanjutnya data peta digital disimpan dalam ekstensi
.sld dalam satu folder.

Gambar 11 Pemberian Tanda Centang
Selanjutnya adalah pembuatan store baru dan meng-

Gambar 8 Penentuan Warna dan Kategori
30

Gambar 12 Pembuatan Store Baru

Faiqatul Hikma, dkk. Pemetaan Persebaran Penyakit Tuberkulosis di Kabupaten Jember ...

Gambar 13 Memilih File .shp

Gambar 14 Pembuatan Store Dalam Workspace
Selanjutnya Pembuatan style peta digital dengan

Gambar 17

Gambar 18 Memilih Style
Selanjutnya adalah proses memdapatkan kode peta
digital yang akan kita masukkan dalam script website

quantum GIS.
Publish map, lalu copy kode yang muncul untuk di
masukkan ke dalam script website.

Gambar 15 Pembuatan Style Baru
Gambar 19 Fitur

Gambar 16 Upload peta .sld
Selanjutnya adalah mempublish peta digital pada

Gambar 21 Publish Map

sebelumnya. Hasil dapat kita lihat dengan open layer.

31

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

perkampungan, tambak rawa, semak dan tanah
rusak(Kabupaten Jember dalam Angka, 2012).
Ditinjau dari letak astronomi, Kabupaten Jember
terletak diantara 7°59 6 - 8°33 56 Lintang Selatan
dan 6°27 6 - 7°14 33 Bujur Timur. Berikut ini
adalah batas-batas wilayah Kabupaten Jember :
a. Sebelah Utara: Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo

Gambar 22 Kode Peta Digital

b. Sebelah Timur: Kabupaten Banyuwangi
c. Sebelah Selatan: Samudera Indonesia
d. Sebelah Barat

Berikut merupakan tampilan dari Website Peta
Digital persebaran penyakit Tuberkulosis yang
terdapat pada wilayah Kabupaten Jember:

Gambar 3.21 Tampilan Home Website
Mendeskripsikan persebaran penyakit Tuberkolusis berdasarkan jumlah kasus penderita

: Kabupaten Lumajang

Kondisi Iklim
Kabupaten Jember mengikuti pola perubahan musim
dua iklim seperti halnya daerah lain di Indonesia,
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada tahun
2011, musim hujan diawali mulai bulan Oktober
dan berakhir pada bulan Juni, dengan curah hujan
tertinggi di kecamatan di Kecamatan Ledokombo
dan Bangsalsari. Rata-rata curah hujan yang tercatat
di Kabupaten Jember selama tahun 2011 berkisar
anatara 64,6mm. (Kabupaten Jember dalam Angka,
2012).
Banayaknya curah hujan disuatu tempat dipengaruhi
oleh beberapa hal antara lain: keadaan iklim,
angin. Oleh karena itu, banyaknya curah hujan
beragam menurut letak dan waktu.

TB MDR di wilayah Kabupaten Jember

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dalam
menyatakan Secara umum wilayah Kabupaten
yang relatif datar dan subur pada bagian tengah dan
selatan, dikelilingi pegunungan sepanjang batas utara
dan timur, serta Samudera Indonesia sepanjang batas
selatan dengan Pulau Nusa Barong yang merupakan
satu-satunya pulau di Kabupaten Jember.
Luas wilayah Kabupaten Jember secara keseluruhan
adalah sekitar 3.293,34 km², dengan 86,9%
merupakan kawasan hutan, sawah ladang dan tanah
perkebunan, sedangkan 13,1% merupakan kawasan

32

Secara Administratif Kabupaten Jember terbagi
menjadi 31 kecamatan. Jumlah desa/kelurahan
yang ad di Kabupaten Jember sebanyak 248 desa/
kelurahan dengan 966 dusun/lingkungan, 4.127
Rukun Warga(RW) dan 14.166 Rukun Tetangga
(RT). Kecamatan dengan wilayah terluas adalah
Kecamatan Tempurejo dengan luas 523,46 km dan
yang tersempit adalah Kecamatan Kaliwates dengan
luas 24,94 km.
Kabupaten Jember memiliki predikat sebagai salah
satu lumbung pangan Jawa timur, hal ini tercermin
pada potensi desa/kelurahan dimana 85% desa/
kelurahan berpotensi di bidang pertanian yang
sebagian besar berupa sawah dan ladang. Sedangkan
15% sisanya berpotensi di bidang jasa/perdagangan
dan industri.

Faiqatul Hikma, dkk. Pemetaan Persebaran Penyakit Tuberkulosis di Kabupaten Jember ...

Konposisi penduduk Kabupaten Jember merupakak
kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk
yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar24,7%
dan penduduk >64 tahun besar 7,16%, sedangkan
penduduk yang berusia produktif (15-64 tahun)
sebesar 68,12%. Dengan demikian rasio beban
tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten
Jember pasa tahun 2012 sebesar 46,78%. Rincian
jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis
kelamin dan rasio beban tangguangan dapat diihat
pada lampiran tabel 2.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010,
sebagian besar pendidikan terakhir tertinggi yang
pernah ditamatkan penduduk berusia 5 tahun keatas
di Kabupaten Jember yaitu tidak/belum tamat Sd
sebesar 826.874 (38,52%) dan tamat SD/sederajat
sebesar 729.110 jiwa(33,96%). Sedangkan jumlah
penduduk 10 tahun keatas yang melek huruf tercatat
sebesar 84,64% (Kabupaten Jember dalam Angka,
2012).

Pekerjaan

Pendududuk Kabupaten Jember memiliki latar
belakang agama yang bermacam-macam dan dapat
hidup bersampingan antara penduduk beragama satu
dengan yang lainnya. Berdasarkan sensus penduduk
tahun 2010 sebagian besar penduduk Kabupaten
Jember memeuk agama Islam yaitu 2.288.106 jiwa,
agama Katolik 19.247 jiwa, agama Protestan 6.754
jiwa, agama Hindu 1.757 jiwa, agama Budha 1.049
jiwa, dan lain-lain 15.813 (Kabupaten Jember dalam
Angka, 2012).
Guna menunjang umat beragama tersebut, terdapat
sarana beribadah yang memadai. Jumlah masjid dan
langgar yang tercatat sampai dengan tahun 2011 di
dan 10.285 buah. Gereja Kristen Protestan dan
Katolik masing-masing sebanyak 72 dan 14 buah.

Jenis pekerjaan penduduk Kabupaten Jember
berdasarkan lapangan pekerjaan beraneka ragam.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010,
diketahui sebagian besar penduduk berusia 15 tahun
keatas bekerja dibidang pertanian sebanyak 585.501
jiwa (51,89%), kemudian diikuti dengan bekerja
di bidang perdagangan sebanyak 182.175 jiwa
(17,64%) (Kabupaten Jember dalam Angka,2012).

Situasi Perekonomian
Struktur ekonimi masyarakat Jember dipotong oleh
sektor pertanian (15,89%), sektor perdagangan
(17,64%), sektor industri pengelolahan (5,19%),
usaha bangunan (4,25%) dan angkutan dan
komunikasi (3,85%) (Kabupaten Jember dalam
Angka, 2012).

dalam angkka, 2012).
Kabupaten Jember tahun 2013-2015
Pendidikan
Apabila ditinjau dari sarana pendidikan, Kabupaten
Jember memiliki sarana pendidikan yang cukup
lengkap baik yang berstatus negeri maupun swasta,
diantaranya terdapat 1.035 Taman Kanak-kanak,
1.397 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, 441
terbuka, 233 SMUsederajat, dan 11 Universitas/
Akademi salah satu diantaranya adalah Universitas
Jember yang merupakan universitas negeri
(Kabupaten Jember dalam Angka, 2012).

Pengambilan data jumlah persebaran penderita
Tuberkulosis di Kabupaten Jember per kecamatan
dari tahun 2013 2015 yang dilakukan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember. Data tersebut
merupakan data yang akan dimasukkan dalam
peta digitl. Data persebaran penderita
Tuberkulosis diambil oleh peneliti pada bulan
Agustus tahun 2015 di Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember. Berikut merupan tabel laporan dari DINKES
terhadap persebaran penyakit TB di Kabupaten
Jember 2013-2015.

33

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

Tabel 1 Data Angka Tuberkulosis

yang memiliki sebaran tertinggi yaitu kecamatan
Patrang dan kecamatan Ambulu 3 penderita, jumlah
persebaran terendah pada tahun ini berada pada
delapan kecamatan yaitu Sumbersari, Jelbuk, Kalisat,
Tempurejo, Panti, Semboro, Puger, Wuluhan dengan
1 penderita.
Tahun 2015 dalam periode 9 bulan jumlah persebaran
TB BTA+ tertinggi pada kecamatan Bangsalsari
sebanyak 89 pederita, terendah pada kecamatan
Jelbuk dengan 15 penderita. TB EP(Extra Paru)
terdapat dua kecamatan yang memiliki persebaran TB
tertinggi yaitu kecamatan Kaliwates dan Sumbersari
sebanyak 14 penderita dan terendah pada kecamatan
Tempurejo dan Umbulsari sebanyak 1 penderita.
Selanjutnya TB MDR mempunyai lima kecamatan
tertinggi yaitu Kaliwates, Kalisat, Tempurejo,
Wuluhan, Balung sebanyak 2 penderita. Dan terendah
ada tuju kecamatan yaitu Patrang, Mumbulsari, Silo,
Rambipuji, Sukorambi, Gumukmas, Umbulsari
sebanyak 1 penderita.

Keterangan:
EP
= Extra Paru,
MDR = Multi Drug Resistant,
BTA+ = Bakteri Tahan Asam Positif
Data di ambil per 3 Bulan
Berdasarkan hasil observasi pada DINKES
Kabupaten Jember diketahui bahwa pada tahun 2013
dalam periode 12 bulan jumlah penderita Tuberkulosis
BTA+ tertinggi terdapat pada kecamatan Kaliwates
sebar 150 penderita sedangkanterendah pada
Kecamatan Jelbuk sebanyak 17 penderita. TB
EP(Extra Paru) terbanayak terdapat dua Kecamatan
yang yaitu Kecamatan Kaliwates dan Sumberjambe
sebanyak 21 penderita sedangkan terendah di
Kecamatan Jombang dan Jelbuk sebanyak 1
penderita. Kemudian TB MDR terdapat tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Sukorambi, Gumukmas,
Balung dengan masing-masing memiliki jumlah 1
penderita.
Pada tahun 2014 dalam periode 12 bulan jumlah
persebaran TB BTA+ tertinggi di kecamatan
Tanggul sebanyak 138 penderita sedangkan terendah
berada pada kecamatan Jelbuk 18 penderita. TB
EP(Extra Paru) tertinggi pada kecamatan Kaliwates
18 penderita sedangkan yang memiliki jumlah
sebaran terendah terdapat tiga kecamatan yaitu
Jelbuk, Tempurejo, Semboro sebesar 1 penderita.
Kemudian untuk TB MDR terdapat dua kecamatan

34

paten Jember

Gambar 22 Tampilan Peta TB BTA+

Gambar 23 Tampilan Peta TB MDR

Faiqatul Hikma, dkk. Pemetaan Persebaran Penyakit Tuberkulosis di Kabupaten Jember ...

persebaran TB MDR pada tahun 2014-2015
penderita TB MDR dapat berobat di puskesmas
di setiap wilayah di Kabupaten Jember. Pasien TB
MDR harus mengkonsumsi obat kurang lebih 29
kapsul dan satu kali injeksi setiap harinya, dimana
proses tersebut harus di lakukan didepan petugas
medis secara teratur dalam waktu pengobatan 1
setengah tahun sampai 2 tahun lamanya. Dilihat
dari rumit dan lamanya pengobatan pada TB MDR
maka tidak sedikit pasien penderita TB MDR yang
memutus proses pengobatanya.

Gambar 24 Tampilan Peta TB Etra Paru
Menurut responden Dinas Kesehatan dalam
wawancara tentang persebaran penyakit Tuberkulosisi
di Kabupaten Jember bahwa pada setiap tahunya
mengalami peningkatan. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan tinginya persebaran TB, salahsatunya
yaitu dikarenakan ketidak patuhan pasien penderita
TB dalam mengkonsumsi obat yang telah di berikan
oleh petugas medis.
Berdasarkan data yang di ambil pada Dinkes
Kabupaten Jember, pemetaan persebaran yang dibuat
oleh peneliti memfokuskan pada tipe TB BTA+ dan
TB MDR. Menurut responden Dinas Kesehatan TB
BTA+ merukan Tuberkulosis yang sudah melalui
proses laboraturium bahwa TB tersebut sudah
terdeteksi BTA positif. TB MDR merukan tipe TB
yang mengalami resistan obat dimana penderita
tipe ini biasanya disebabkan karena ketidak patuhan
pasien dalam mengkonsumsi obat secara teratur,
sehingga obat yang biasa di gunakan sudah di kenal
oleh bakteri TB pada umumnya. Namun pada TB
MDR sudah dapat disembuhkan dalam tiga tahun
belakangan in
Menurut responden petugas promkes RS Paru,
menjelaskan bahwa TB MDR merupakan TB yang
kebal terhadap obat. Ada beberapa faktor penyebab
terjadinya TB MDR yaitu disebabkan dari penderita
TB BTA+ yang tidak patuh dalam memkonsumsi
obat yang sudah diberikan oleh petugas medis.
Selajutnya TB MDR juga dapat disebabkan karena
adanya kontak langsung dengan pasien yang telah
positif terdiagnosa TB MDR. Namun untuk TB MDR
sendiri sudah dapat disembuhkan, kurang lebih pada
tahun 2013 obat untuk TB MDR sudah ditemukan.
Pada awalnya untuk wilayah Kabupaten Jember
pengobatan hanya dapat dilakukan di RS Paru saja,
tetapi seiring berjalannya proses penanggulangan

Berdasarkan peta di atas mengapa letak wilayah yang
memiliki persebaran TB MDR tinggi tidak berada
pada wilayah TB yang memiliki TB BTA+ tinggi
pula. Menurut responden promkes RS Paru, tingginya
persebaran TB BTA+ tidak selalu mempengaruhi
jumlah atau munculnya TB MDR pada wilayah itu
juga. Tetapi tingginya persebaran TB MDR itu ada di
wilayah lain dikarenakan penderita TB BTA+ yang
tidak terlaporkan pada periode sebelumnya tetapi
setelah melakukan pengobatan sudah terdeteksi
mengidap TB MDR, perbatasan wilayah penderita
TB MDR yang berdekatan dan padatnya penduduk
pada wilayah tersebut juga dapat mempengaruhi
munculnya penderita TB MDR.

Menurut Bambang Ruswanto (2010) penularan
Tuberkulosis Paru melalui percikan dahak (droplet)
sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru
BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru
yang mengandung kuman
batuk atau bersin.
TB dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam, sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.

Kondisi
Luas wilayah
Ketinggian
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penderita
Jumlah Fasyankes

Keterangan

Kondisi

2

51,02 km
51,02 m/dpl
1.593,85 jiwa
27 penderita
2

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Wilayah Kecamatan Jenggawah dalam periode tiga
bulan di tahun 2015 memiliki angka persebaran
TBsebanyak 27 penderita. Hal ini dikarenakan
35

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

tingkat kepadatan penduduk yang tinggiyaitu
sejumlah 1593,85 jiwa dengan luas wilayah 51,02
km².Pada Kecamatan tersebut terdapat dua sarana
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan, dari
pernyataan tersebut dapat di nyatakan bahwa
persebaran TB di Kecamatan Jenggawah cukup
tinggi dan masih kurangnya sarana fasilitas kesehatan
yang tersedia.

penduduk yang tinggi yaitu sejumlah 413,82 jiwa,
luas wilayah 199,99 km² dan 2 fasilitas kesehatan
yang tersedia.Persebaran TB di wilayah tersebut
tinggi dikarenakan ada pengaruh dari batasan
wilayahnya, sehingga batasan wilayah ini juga
berdampak pada terhadap persebaran penyakit TB.

Umbulsari
Berdasarkan data persebaran Tuberkulosis yang
di dapat dari DINKES Kabupaten Jember, berikut
adalah kondisi geografis dan non geografis
KecamatanUmbulsari.
Kondisi
Luas wilayah
Ketinggian
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penderita
Jumlah Fasyankes

Keterangan

Kondisi

Kondisi
Luas wilayah
Ketinggian
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penderita
Jumlah Fasyankes

Keterangan

Kondisi

2

175,28 km
175,28 m/dpl
649,85 jiwa
89 penderita
2

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

2

70,52 km
70,52 m/dpl
986,09 jiwa
87 penderita
2

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Kecamatan Umbulsari memiliki angka persebaran
TB tertinggi sebanyak 87 penderita, dengan tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi yaitu sejumlah
986,09 jiwa dan luas wilayah 70,52 km². Hal tersebut
dikarenakan wilayah Umbulsari berbatasan dengan
Kec.Bangsalsari dan Kec.Tanggul yang sama-sama
memiliki tingkat persebaran dan kepadatan penduduk
yang tinggi dengan sarana fasilitas kesehatan yang
kurang, yaitu hanya terdapat 2 fasilitas kesehatan.
Sehingga persebaran penyakit TB sendiri sangat
mudah untuk menyebar pada lingkungan masyarakat
sendiri.

Kecamatan Bangsalsarimerupakan wilayah yang
mempunyai persebaran penyakit TB tertinggi kedua
dari tujuh kecamatan lainnya yaitu 89 penderita.Hal
ini dikarenakan tingginya kepadatan penduduk dan
hanya memiliki dua fasiltas kesehatan di daerah
tersebut.Luas wilayah 175,28 km² dengan kepadatan
penduduk 649,85 jiwa.

Panti

Kondisi
Luas wilayah
Ketinggian
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penderita
Jumlah Fasyankes

Keterangan

Kondisi

2

160,7 km
160,7 m/dpl
370 jiwa
65 penderita
1

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS
Kondisi

Keterangan

Kondisi

2

Luas wilayah
199,99 km
Ketinggian
199,99 m/dpl
Kepadatan Penduduk 413,82 jiwa
Jumlah Penderita
78 penderita
Jumlah Fasyankes
2
Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

WilayahKecamatan Tanggul dalam periode tiga
bulan di tahun 2015 memiliki angka persebaranTB
sebanyak 78 penderita. Dengan tingkat kepadatan

36

Wilayah Kecamatan Panti memiliki angka
persebaran TB BTA+ sebanyak 65 penderita. Hal
ini dikarenakan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi yaitu sejumlah 370 jiwa dengan luas wilayah
160,7km². Tingginya persebaran TB di wilayah ini
juga disebabkan kurangnya fasilitas kesehatan yang
tersedia, sementara ini fasilitas kesehatan yg tersedia
hanya terdapat 1 uni. Sehingga tidak sebanding
dengan luas wilayah dan jumlah penduduknya yang
sangak padat di wilayah tersebut.

Faiqatul Hikma, dkk. Pemetaan Persebaran Penyakit Tuberkulosis di Kabupaten Jember ...

Kaliwates

Kondisi
Luas wilayah
Ketinggian
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penderita
Jumlah Fasyankes

Keterangan

Kondisi

2

24,94 km
24,94 m/dpl
4.485,20 jiwa
86 penderita
3

Kondisi

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Fasilitas kesehatan di wilayah ini sudah cukup
memadahi yaitu mempunyai tiga fasilitas kesehatan
yang tersedia. Masih tingginya persebaran TB
di wilayah ini dikarenakan memiliki kepadatan
penduduknya 4.485,20 jiwa tidak sepanding dengan
luas wilayah yang hanya 24,94 km². Padatnya
penduduk dapat mempengaruhi kelembapan pada
wilayah tersebut sehingga pertumbuhan penyakit
TB cepat meluas. Dengan memiliki penderita TB
sebanyak 86 penderita.

Kondisi
Luas wilayah
Ketinggian
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penderita
Jumlah Fasyankes

Keterangan

Berdasarkan data persebaran Tuberkulosis yang di
dapat dari DINKES Kabupaten Jember, berikut adalah
kondisi geografis dan non geografis Kecamatan
Patrang.

Kondisi

2

148,99 km
148,99 m/dpl
769 jiwa
80 penderita
2

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Wilayah Kecamatan Puger yang memiliki persebaran
TB tinggi yaitu dengan kepadatan penduduk
sejumlah 769 jiwa, luas wilayah 148,99 km² dengan
jumlah 80 penderita pada tahun 2015 ini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya
persebaran TB di wilayah ini karena jumlah
fasyankes yang kurang dan letak wilayah yang
berdekatan dengan kecamatan yang memiliki jumlah
penderita TB tinggi seperti Kec.Umbulsari. Sehingga
mycrobacterium tubercolusis yang terbawa oleh
udara dapat menyebar pada wilayah sekitarnya dan
dapat menimbulkan penderita baru.

Luas wilayah
Ketinggian
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penderita
Jumlah Fasyankes

Keterangan

Kondisi

2

36,99 km
36,99 m/dpl
2.5540 jiwa
80 penderita
1

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Wilayah Kecamatan Patrang memiliki angka
persebaran TB BTA+ sebanyak 80 penderita. Hal
ini dikarenakan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi yaitu sejumlah 2.554 jiwa dengan luas wilayah
36,99km². Tingginya persebaran TB di wilayah ini
juga disebabkan kurangnya fasilitas kesehatan yang
tersedia, sementara ini fasilitas kesehatan yg tersedia
hanya terdapat 1 uni. Sehingga tidak sebanding
dengan luas wilayah dan jumlah penduduknya yang
sangak padat di wilayah tersebut.

Tuberkulosis MDR
Berdasarkan data persebaran Tuberkulosis yang
di dapat dari DINKES Kabupaten Jember dalam
9 bulan pada tahun 2015, ada lima kecamatan
yang diketahui terdeteksi penyakit TB MDR
yaitu kecamatan Wuluhan, Ambulu, Tempurejo,
Kaliwates, Kalisat. Munculnya penderita TB MDR
dikarenakan kepadatan penduduk yang dialami di
wilayah tersebut dan berdekatan dengan wilayah
yang memiliki persebaran TB yang tinggi. Karena
munculnya TB MDR atau resistant obat ini di
karenakan lalainya atau ketidak patuhan pasien
penderita TB BTA+ dalam mengkonsumsi obat
sesuai anjuran yang berlaku, sehingga bakteri TB
kebal terhadap obat.
....penularan TB MDR kebanyakan disebabkan
oleh pasien yang awalnya terdiagnosis BTA+,
namun pasien yang bersangkutan tidak patuh
dalam pengobatan yang sudah di berikan oleh
petugas kesehatan. Sehingga bakteri BTA+ kebal

37

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
terhadap obat dan menjadi resistant obat atau yang
di sebut TB MDR. Kurang lebih pada tahun 2013
sudah ditemukan obatnya, jadi untuk saat ini TB
MDR sudah dapat di sembuhkan namun konsumsi
obatnya haris benar-benar dilihat oleh petugas
medis. Pasien TB MDR biasanya mengkonsumsi
obat kurang lebih 29 kapsul dan satu kali injeksi
setiap harinya dalam jangan waktu pengobatan
selama 1 setangah tahun sapai dua tahun......(
responden petugas promkes RS.Paru 25 tahun )

Menurut Permenkes RI no.13 tahun 2013 faktor
utama penyebab terjadinya resistansi kuman
terhadap OAT adalah ulah manusia sebagai akibat
tata laksana pengobatan pasien TB yang tidak
dilaksanakan dengan baik. Penatalaksanaan pasien
TB yang tidak adekuat tersebut dapat ditinjau
dari sisi : 1) Diagnosis tidak tepat, 2) Pengobatan
tidak menggunakan paduan yang tepat, 3) Dosis,
jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan
tidak adekuat, 4) Penyuluhan kepadapasien yang
tidak adequat, 5) Tidak mematuhi anjuran dokter/
petugas kesehatan, 6) Tidak teratur menelan paduan
OAT, 7) Menghentikan pengobatan secara sepihak
sebelum waktunya, 8) Gangguan penyerapan obat,
9)Persediaan OAT yang kurang, 10) Kualitas OAT
yang disediakan rendah (Pharmaco-vigillance)

Berdasarkan data persebaran Tuberkulosis yang
di dapat dari DINKES Kabupaten Jember dalam
9 bulan pada tahun 2015, ada empat kecamatan
yang diketahui terdeteksi penyakit TB Extra Paru
tertinggi di Kabupaten Jember yaitu Patrang
meliki 10 penderita, Kaliwates 14 penderita,
Sumbersari 14 penderita, dan Silo 10 penderita.
Faktor yang mempengaruhi munculnya penderita
TB Extra Paru di wilayah tersebut tinggi, karenakan
padatnya penduduk yang dialami di wilayah
tersebut berdekatan dengan wilayah yang memiliki
persebaran TB yang tinggi dan kurangnya fasilitas
kesehatan yang tersedia.

Persebaran Penyakit Tuberculosis
Kepadatan penduduk
Besarnya angka kepadatan penduduk sangat
berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama
kesehatan lingkungan. Lingkungan yang padat akan

38

mudah tercemar dan kotor,sehingga persebaran bibit
penyakit akan lebih mudah. Hal ini juga berlaku
dalam persebaran virus TBC yang akan dengan cepat
menyebar lewat udara dalam lingkungan padat dan
kurang sehat.
Jarak
Jarak fasilitas kesehatan juga berpengaruh pada
keterjangkauan masyarakat terhaadap layanan
kesehatan. Penanganan penderita TBC yang
menuntut kontinuitas akan dirasa sangat berat bagi
masyarakat yang tinggal jauh dari pusat layanan
kesehatan.

Jumlah fasyankes
Jumlah fasilitas kesehatan (FasYanKes) dalam suatu
wilayah berepengaruh terhadap penanggulangan
persebaran penyakit TBC. Hal ini mengacu pada
cakupan puskesmas terhadap wilayah, dan jumlah
penduduk di wilayah tersebut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan saat ini dalam
menanggulangi TB adalah melakukan penyuluhan
tentang penyakit dan penanggulangan TB terhadap
masyarakat, untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat akan pelayanan kesehatan. Hal ini
dikemukakan oleh Drs. Tri Krianto, M.Kes dalam
teori promosi kesehatannya, yaitu sebuah proses
dalam meningkatkan kemampuan mengontrol faktor
yang berpengaruh terhadap kesehatan, sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
Analisis persebaran Tuberkulusis diatas menunjukkan
bahwa foktor yang paling dominan dalam persebaran
penyakit Tuberkulosis yaitu jumlah kepadatan
penduduk dalam suatu wilayah. Sama seperti
penelitian yang diteliti oleh Bambang Ruswanto
(2010) pada Kabupaten Pekalongan dimana makin
padatnya jumlah penduduk di suatu wilayah dapat
mempengaruhi padatnya hunian, padatnya hunian
dapat mempengaruhi kelembapan yang dapat
mempercepat bertumbuhan bakteri TB sehingga
persebaran penyakit Tuberkulosis cepat menular
pada masyarakat.
Dalam pembuatan program ini masih mengalami
beberapa kekurangan diantaranya website ini tidak
dapat langsung mengupdate data pada wabsite
tersebut sehingga peneliti harus mengupload lagi
setelah data tersebut telah selesai di edit pada
.

Faiqatul Hikma, dkk. Pemetaan Persebaran Penyakit Tuberkulosis di Kabupaten Jember ...

. E d i s i P e rt a m a . U G M.

SIMPULAN
1.

2.

3.

Angka persebaran Tuberkulosis di Kabupaten
Jember pada tiga tahun terakhir yaitu di tahun
2013 TB BTA+ memiliki 1981 penderita, TB
Extra Paru memiliki 220 penderita, TB MDR
memiliki 3 penderita. Tahun 2014 TB BTA+
sebanyak 2055 penderita, TB Extra Paru 190
penderita, TB MDR memiliki 22 penderita. Dan
pada tahun 2015 TB BTA+ sebanyak 527, Extra
Paru memiliki 62 penderita, TB MDR memiliki
4 penderita yang di ambil pada tiga periode
terakhir pada Dinkes Kabupaten Jember.
Peta Digital persebaran penyakit Tuberkulosis
pada semua Kecamatan di Kabupaten Jember
menampilkan data yang di peroleh dari Dinkes
meliputi data jumlah penderita Tuberkulosis
BTA+, Extra Paru, MDR dan Badan Pusat
Statistik yangmeliputi data jumlah kepadatan
penduduk perkecamatan, jumlah puskesmas yg
tersebar di Kabupaten Jember yang kemudian
di aplikasikan dalam bentuk website.
Kecamatan Jenggawah, Umbulsari, Tanggul,
Bangsalsari, Pakusari, Kaliwates, Sumbersari
merupakan tujuh daerah yang memiliki
persebaran Tuberkulosis tertinggi di Kabupaten
Jember. Faktor yang berpengaruh dari tingginya
persebaran TBC di wilayah tersebut dikarenakan
jumlah penduduk yang terlalu padat dan jumlah
fasilitas kesehatan yang kurang.TB BTA+
merupakan tipe yang paling mendominasi
dibanding tipe Extra Paru dan TB MDR.

DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Hari. 2010.

Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
. Edisi 2. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013.
. Surabaya.
Jalu, Kukuh. 2013.
. Skripsi.
Politeknik Negeri Jember. Jember.
Putra, Aji. 2011. P
. Bogor.
Ruswanto, Bambang. 2010. Analisis Spasial Sebaran
Kasus Tuberkulosis Paru Di Tinjau Dari
Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah
Di Kabupaten Pekalongan.
. Universitas
Diponegoro Semarang. Semarang.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian
Tuberkulosis Resistan Obat Nomor 13 Tahun
2013. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan
. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudarma, Momon. 2012. Sosiologi Kesehatan.
Jakarta.
Febriyan, Rendy. 2014. Perancangan Peta Digital Dan
Analisis Geospasial Penyakit HIV(Human
Dan
Di Kabupaten
Jember Berdasarkan Tahun 2011-2013.
Skripsi. Politeknik Negeri Jember. Jember.

39

Dokumen yang terkait

ANALISIS SPASIAL UNTUK PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT HIV DAN AIDS Analisis Spasial Untuk Pemetaan Persebaran Penyakit Hiv Dan Aids Di Kota Yogyakarta Tahun 2014.

1 8 18

Manajemen Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB) Di Puskesmas Kabupaten Manggarai | Weng | Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 2864 4999 1 SM

0 0 7

Audit Rekam Kesehatan Elektronik | Budi | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 59 198 1 PB

0 0 16

KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PENYAKIT BERDASARKAN ICD- 10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA | Pramono | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 58 194 1 PB

1 2 20

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN KLASIFIKASI& KODEFIKASI PENYAKIT DAN MASALAH TERKAIT | Nuryati | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 57 190 1 PB

0 0 31

PERENCANAAN KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER TAHUN 2013-2015 | Pujianti | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 38 114 1 PB

0 0 7

PEMETAAN DIGITAL PENYAKIT CAMPAK MENGGUNAKAN QUANTUM GIS DI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2012 – 2014 | - | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 129 424 1 PB

0 3 9

MODEL KURIKULUM PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA | . | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 145 480 1 PB

2 18 16

TINJAUAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI UNIT FILING RSUD Dr. MOEWARDI | Santoso | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 167 554 1 PB

0 0 8

PDF ini PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS BERBASIS ELEKTRONIK DI PUSKESMAS AMBAL II KABUPATEN KEBUMEN | Santoso | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 1 PB

0 0 4