PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 KAYUMALUE NGAPA | Erwinda | JSTT 6929 23125 1 PB

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA
PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2
KAYUMALUE NGAPA
Erwinda1, Darsikin dan I Made Budiarsa2
1
2

(Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)
(Staf Pengajar Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
The main problem of this research is the low of motivation and scientific learning outputs of year
four students of Elementary School, SD Inpres 2 Kayumalue Ngapa. Base on this problem, the
action classroom research is undertaken. The aim of this research is to implement the discovery
learning model. The instruments used are lesson study plans, questioners, sheets of teacher and
student’s activities, final test results. Allinstruments are used at two cycles which each cycle is held
3 times on teaching. At the first and second teaching described the a pplication ofthe discovery
learning model, then the last teaching is evaluation which done as the last action of the test.The
result shows that learning used the discovery learning model can increase the student’s motivation
on learning of science subject at year four elementary school, SD Inpres 2 Kayumalue Ngapa. The

average of student motivation on cycle I is categorized medium whereas on cycle II is categorized
high by using this learning model. The increasing of student’s learning output base on the
completion achievement of pre-action of 25 students, only 9 students (36%) reached the
completion.On cycle I, it reaches 15 students (60%) and on cycle II, reaches 23 students (92 %)
gain this completion. This discovery model shows the average percentage of teacher’s activity
completion on cycle I is 53% (adequate) and student’s activity is 51,25 % (adequate). On cycle II,
teacher’s activity average is 91,6 % (excellent) and student’s activity average is 77,92% (good).
The achievement of criterion of classical completion is influenced by being the motivation and
optimal of teacher and student’sactivities during the learning on the process.
Keywords: Discovery Learning Model, Motivation, Learning Output
pembelajaran
yang
menyenangkan,
mengadakan
evaluasi
dan
analisa
pembelajaran serta melaksanakan program
tindak lanjut.
Tingkat keberhasilan siswa didukung

pula oleh motivasi atau dorongan dari dalam
diri siswa itu sendiri maupun dorongan dari
luar. Pemilihan metode yang digunakan dapat
membantu siswa dalam mengembangkan
potensi diri dengan Rahman dan Maarif
(2014) guru sangat berperan dalam mencapai
keberhasilan pembelajaran, terutama memilih
metode yang sesuai dengan materi pengajaran
yang akan disampaikan, sehingga dalam
proses pembelajaran siswa dapat belajar aktif
dan pengalaman belajar lebih luas

Guru memiliki peran yang sangat besar
dalam mengorganisasikan siswa sebagai
subjek yang sedang belajar. Kemampuan guru
mengemas proses pembelajaran tentu tidaklah
spontan, namun perlu perencanaan dan
persiapan. tanpa perencanaan dan persiapan
yang lebih matang hasil pembelajaran yang
baik tidak dapat dicapai. Hamalik (2002)

menyatakan bahwa guru memegang peranan
sangat penting dalam proses pendidikan
karena itu perlu memiliki kualifikasi
profesional sehingga mampu mengemban
tugas dan peranannya untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Guru dituntut memiliki
kompetensi profesional yang memadai,
menguasai bidang yang diajarkan, menguasai
metode pembelajaran, melaksanakan proses

59

60 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm 59-65

Berkaitan dengan hakikat guru sebagai
fasilitator yang memungkinkan terciptanya
kondisi yang baik bagi siswa untuk belajar,
berdasarkan pengamatan peneliti, kondisi
selama ini di SD Inpres 2 Kayumalue Ngapa
didominasi oleh metode ceramah dan

penugasan sehingga cenderung membosankan
bagi siswa dan siswa kurang termotivasi
belajar. Pernyataan tersebut, sejalan dengan
pernyataan Sardiman (1992) bahwa kegiatan
pembelajaran dengan metode ceramah dan
informasi yang diceramahkan mudah hilang
atau tidak bertahan lama dalam ingatan siswa.
Berkenaan dengan model pembelajaran
discovery, Chusnah (2010) dalam hasil
penelitiannya
menyatakan
bahwa
pemanfaatan
model
discovery
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, dapat
merubah siswa yang tadinya pasif menjadi
aktif, tidak senang menjadi senang, takut
dengan

pembelajaran
IPA
menjadi
menyenangkan. Penelitian lainnya dilakukan
oleh Rahman dan Maarif (2014) dengan
kesimpulan
bahwa
ditinjau
secara
keseluruhan, maupun dilihat dari kemampuan
awal, siswa yang belajar dengan model
discovery memiliki kemampuan analogi
matematis yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang belajar dengan metode
ekspositori. Sejalan dengan penelitian

ISSN: 2089-8630

tersebut, Purwanto, dkk. (2012) dalam hasil
penelitiannya menyatakan bahwa penerapan

model pembelajaran guided discovery dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Hal ini sesuai dengan hasil uji gain
ternormalisasi yang menunjukan terjadi
peningkatan kemampuan berpikir kritis
sebesar 0,40 pada siswa yang diajar
menggunakan model guided discovery,
sedangkan peningkatan rata-rata hasil belajar
siswa yang diajar menggunakan cooperatif
learning sebesar 0,36.
Rendahnya motivasi dan hasil belajar
siswa SD Inpres 2 Kayumalue Ngapa dalam
pembelajaran IPA terlihat dari kurang
antusiasnya siswa dalam belajar dan
kurangnya respon terhadap pertanyaan yang
diajukan guru. Banyaknya siswa yang
mengerjakan pekerjaan lain (di luar materi
yang diajarkan) dan lain-lain. Kondisi ini
menyebabkan motivasi siswa kurang dan
mengakibatkan rendahnya hasil belajar IPA

dengan rata-rata 60 atau masih di bawah
standar kriteria ketuntasan minimal yaitu 75.
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan
model discovery tersebut, peneliti terisnpirasi
untuk menggunakan model penelitian
discovery dengan subjek penelitian adalah
siswa Kelas IV SD Inpres 2 Kayumalue
Ngapa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pratindakan
Hasil pratindakan pada mata pelajaran IPA dipaparkan pada Tabel 1.

No
1
2

Ketuntasan
Tuntas

Tidak tuntas

Jumlah
9
16

Tabel 1 Hasil Pratindakan
Persentase
Keterangan dan Tindak Lanjut
Hasil pratindakan menggambarkan rendahnya
36%
hasil belajar siswa dan belum mencapai kriteria
64%
ketuntasan minimal 85%.

Erwinda, dkk. Penerapan Model Pembelajaran Discovery untuk Meningkatkan Motivasi ………………………… 61

Siklus I
Hasil siklus II dipaparkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Siklus I

Hasil Penilaian
No
Deskkripsi
Rata-rata
%
1. Aktivitas guru
2,68
53,6
2. Aktivitas Siswa
2,69
51,25
2. Motivasi Belajar Siswa
2,89
72,2%
4. Ketuntasan Klasikal
60%

Keterangan
Cukup
Cukup

Sedang
Belum mencapai KKM

Siklus II
Hasil belajar pada tindakan siklus I dipaparkan pada Tabel 3.

No
1.
2.
2.
4.

Tabel 3. Hasil Penelitian Siklus II
Hasil Penilaian
Deskkripsi
Keterangan
Rata-rata
%
Aktivitas guru
Sangat baik

4.58
91.6
Aktivitas Siswa
3.90
77.92
Sangat baik
Motivasi Belajar Siswa
4.41
88,3
Tinggi
Ketuntasan Klasikal
Mencapai/melampaui
92%
KKM

Pembahasan
Hasil yang dipaparkan pada Tabel 1, 2,
dan 3, memberikan gambaran bahwa
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
pemecahan masalah yanghberkaitan dengan
motivasi belajar siswa selama menerapkan
model
pembelajarann
discovery)
menanamkan suatu pengalaman yang
bermakna bagi siswa. Melalui hasil perolehan
pada pratindakan dengan ketuntasan di bawah
ketuntasan yang ditetapkan dalam KKM
sekolah (individu 75% dan klasikal 85%)
memberikan
pembelajaran
bagi
guru
pentingnya melakukan perbaikan-perbaikan
dalam proses pembelajaran sebagai upaya
dalam memotivasi siswa untuk menjadi siswa
yang aktif dengan pencapaian hasil belajar
yang optimal, dan aktivitas yang terlaksana
dengan baik.
Keberhasilan proses pembelajaran pada
penelitian ini dipengaruhi oleh keterlibatan
siswa dalam aktivitas pembelajaran yang
dilakukan secara kontruktif berdasarkan
tahapan-tahapan yang diayaratkan dalam

pembelajaran discovery dalam memecahkan
masalah. Kondisi ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Purwanto, dkk. (2012)
model pembelajaran discovery adalah dapat
memfasilitasi terjadinya komunikasi antara
engan siswa dan guru dengan siswa, sehingga
mampu menumbuhkan berpikir kritis siswa.
Model pembelajaran discovery merupakan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menemukan sesuatu secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka
dapat
merumuskan
sendiri
penemuanya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran
discover y
memiliki
kelebihan yaitu menjadikan siswa lebih aktif
dalam pembelajaran. Pembelajaran yang
dilakukan dalam penelitian ini berkaitan
mempengaruhi motivasi belajar siswa,
sehingga memberikan pengalaman belajar
yang
bermakna
bagi
perkembangan
pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh
dengan melakukan penemuan menjadi suatu
pembelajaran dan pengalaman belajar yang

62 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm 59-65

bermakna sebagai hasil suatu proses
pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan
Hamalik (1994) yang menyatakan jika
mampu memperoleh informasi dan fakta
konkret, maka secara praktis mereka telah
menemukan sesuatu yang baru, sehingga akan
lahir suatu kretivitas dan kemampuan
profesional dalam rangka menghadapi realitas
kehidupan
yang semakin menantang.
Kemampuan menentukan sesuatu yang baru
mengindikasikan bahwa siswa mempunyai
potensi diri yang perlu dikembangkan secara
kontinutas.
Pembelajaran
menggunakan
pembelajaran model discovery memberi
kesempatan penuh kepada siswa untuk
berpikir secara rasional dan menghasilkan
kesimpulan yang dapat dijadikan rumusan
dalam bentuk yang konkret. Pembelajaran
model discovery memanifestasikan kesiapan
mental dan fisik sebagai landasan dalam
memahami sesuatu pelajaran.
Pernyataan Hamalik (1994) tentang
kelebihan model pembelajaran discovery
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Joolingen (1999) bahwa discover y adalah
suatu tipe pembelajaran yang melibatkan
siswa membangun pengetahuan mereka
sendiri melalui percobaan dan menemukan
prinsip dari hasil percobaan tersebut.
Pembelajaran model discovery menjadikan
siswa aktif dan dapat memahami dengan baik
konsep yang dipelajari sehingga jawaban yang
diperoleh memuaskan.
Pembelajaran tidak hanya berorientasi
pada hasil belajar sebagai kemampuan siswa
memahami secara teoritik. Melainkan
pembelajaran lebih efektif jika melalui suatu
proses untuk memperoleh suatu pengetahuan
dengan melibatkan berbagai keterampilan
inquiri siswa. Keterampilan-keterampilan
yang ada dalam diri siswa dapat
dikembangkan melalui suatu dinamika sosial
untuk menciptakan suatu kebersamaan yang
mengarah pada kehidupan nyata sebagai
mahkluk sosial. Interaksi-interaksi melalui
diskusi dalam melakukan penemuan dalam
pemecahan suatu masalah menunjukkan

ISSN: 2089-8630

adanya saling membutuhkan antara satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dalam
suatu pembelajaran selain menanamkan
konsep-konsep
pengetahuan
terhadap
berbagai venomena dan fakta dalam
kehidupan nyata, hal yang paling penting
adalah menciptakan rasa sebagai mahkluk
sosial yang selalu berusaha mencapai
kehidupan sosial yang optimal. Lingkungan
terkecil dari suatu kehidupan sosial adalah
lingkungan belajar. Interaksi yang melibatkan
berbagai ide dan pendapat serta saling
bertukar pengalaman melalui proses saling
beragumentasi dapat meningkatkan sikap
sosial siswa sehingga siswa menjadi individu
yang bijaksana dan mampu menerima
perbedaan atara satu dengan yang lainnya.
Proses pembelajaran yang dilakukan
melalui tahapan-tahapan model discovery
memberikan ruang belajar yang luas bagi
siswa untuk mengemabngkan pengetahuannya
melalui suatu pengalaman langsung oleh
siswa dan bukan merupakan konsep teori
yang abstrak. Proses tersebut dapat dilihat
dari setiap tahapan kerja yang dilakukan
siswa yaitu; paraktek membuktikan gesekan
dua buah benda menghasilkan energi panas,
terjadinya peristiwa konduksi, terjadinya
peristiwa konveksi, bunyi merambat melalui
zat padat, bunyi dihasilkan oleh benda yang
bergetar, bunyi merambat melalui zat cair dan
bunyi merambat melalui udara. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Li'ana (2012) bahwa
model Discovery memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencari informasi sendiri
terlebih dahulu, sebelum guru memberikan
materi agar siswa dapat mandiri dan
hendaknya selalu dibuat peraturan-peraturan
belajar agar siswa dapat belajar disiplin.
Siswa terlihat antusias melakukan setiap
kegiatan memperagakan dan mempaktekkan
secara langsung konsep-konsep pembelajaran
dengan media sederhana yang disiapkan.
Proses pembelajaran discovery memotivasi
siswa dalam melakukan pembelajaran.
Pengalaman belajar melalui aktivitas-aktivitas
dalam model discovery meningkatkan

Erwinda, dkk. Penerapan Model Pembelajaran Discovery untuk Meningkatkan Motivasi ………………………… 63

kemampuan berpikir siswa menjadi lebih baik
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
secara kontruktif menjadikan siswa sebagai
individu yang bijak dalam menjalani
kehidupan sosialnya. Siswa dapat belajar
bekerjasama dengan solidaritas tinggi dalam
melakukan berbagai pengamatan, mampu
menyusun atau membuat laporan secara
ilmiah.
Selain
itu,
siswa
dapat
mengorganisasikan
setiap
aktivitasnya
sehingga semua kegiatan akan dilakukan
dengan baik. Selain itu, siswa antusias
mencatat hasil presentasi dan menghargai
kelompok lain yang lebih baik dari
kelompoknya pada forum diskusi yang
dilakukan.
Aktivitas siswa merupakan proses
pembelajaran yang sangat menunjang
pengalaman belajarnya. Aktivitas-aktivitas
sebagai suatu proses memperoleh pengalaman
belajar yang baik dilakukan pada setiap fase
dalam pembelajaran berkaitan dengan
motivasi belajar siswa selama menerapkan
model discovery. Gurupun demikian,
menjalankan aktivitasnya bukan sebagai satusatunya sumber informasi melainkan lebih
sebagai seorang pembimbing bagi siswa
dalam proses pembelajaran. Pada tahap
orientasi siswa pada masalah, guru membuka
pelajaran dengan mengajukan pertanyaan
tentang materi yang diajarkan sebelumnya
yang ada kaitannya dengan materi yang di
ajarkan
yang
dilanjutkan
dengan
menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran
tentang yang akan dilaksanakan.
Guru mengorganisasikan siswa dalam
belajar dengan membagi siswa dalam
beberapa
kelompok
dan
menyampaikan/menginformasikan prosedur,
materi, dan membagi alat dan bahan yang
digunakan
untuk
eksperimen
dalam
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru
membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, memonitoring setiap kegiatan
kelompok dalam melakukan eksperimen
sesuai dengan prosedur dan memberikan
umpan balik dan membimbing masing-

masing kelompok mengerjakan LKS. Dalam
penyajian atau presentasi, guru membimbing
diskusi kelompok dan menuliskan hasil
eksperimen, meminta kelompok untuk
mempresentasikan hasil eksperimen, memberi
kesempatan
kepada
kelompok
untuk
menanggapi hasil dari presentasi kelompok
lain dan memberikan penghargaan berupa
pujian terhadap kelompok yang melakukan
persentase dan yang menanggapi. Pujian atau
penguatan yang diberikan guru menjadi
motivasi
yang
sangat
barerti
bagi
perkembangan mental siswa serta dapat
menumbuhkan rasa percaya diri siswa
terhadap kompetensi dalam diri siswa.
Peran guru dalam mengevaluasi
kegiatan pembelajaran dengan membimbing
siswa
menyimpulkan
materi
dari
pembelajaran yang di pelajari serta
memberikan refleksi dan penguatan terhadap
eksperimen
dan
proses
penemuan.
Memberikan konribusi yang baik terhadap
kemampuan belajar siswa, untuk mengetahui
sejauhmana pemahaman siswa melalui setiap
tahapan yang dilakukan, selanjutnya guru
memberikan evaluasi. Hasil evaluasi yang
diperoleh memberikan gambaran tentang
efektifitasnya model pembelajaran dengan
berkaitan dengan motivasi belajar siswa
selama
menerapkan
model
discovery
digunakan untuk mencapai hasil belajar yang
baik, serta bagaimana motivasi belajar siswa
melalui pernyataanya terhadap pertanyaanpertanyaan dalam angket yang diberikan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang
berkenaan dengan proses dan hasil belajar
yang diperoleh, maka dengan menggunakan
pembelajaran model discovery motivasi,
aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan
dan
mencapai
kriteria
keberhasilan
yang
ditetapkan
dalam
pembelajaran.
Berkenaan dengan motivasi siswa
dalam pembelajaran, pembelajaran discovery
mampu merangsang siswa untuk termotivasi
dalam belajar khususnya selama proses
pembelajaran terlibat secara aktif baik di awal

64 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm 59-65

pembelajaran, kegiatan inti sampai pada akhir
pembelajaran.
Selama
pembelajaran
berlangsung, siswa terlihat antusia melakukan
aktivitas belajarnya melalui pengalaman
belajar langsung dengan melakukan kegiatankegiatan pada pembelajaran discovery.
Strategi pembelajaran difokuskan pada model
pembelajaran discovery yang dilakukan
secara kontruktif berdasarkan tahapannya.
Termasuk di dalamnya: menjelaskan tujuan
belajar kepada siswa, memberikan pujian,
mendorong
siswa
untuk
belajar,
mencontohkan kebiasaan belajar yang baik,
membimbing siswa baik individual maupun
kelompok, menggunakan metode yang
bervariasi, dan menggunakan media yang
sesuai dengan konsep yang dipelajari. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Fathurrohman dan Sutikno (2007) strategi
untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa,
antara lain: (1) menjelaskan tujuan belajar
kepada siswa, (2) pemberian hadiah, (3)
saingan/kompetisi, (4) pujian, (5) hukuman,
(6) membangkitkan dorongan kepada peserta
didik untuk belajar, (7) membentuk kebiasaan
belajar yang baik, (8) membantu kesulitan
belajar peserta didik baik individual maupun
kelompok, (9) menggunakan metode yang
bervariasi, (10) menggunakan media sesuai
tujuan pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar siswa pada
penelitian ini sangat signifikan. Hal ini
terlihat dari peningkatan ketyuntasan belajar
secara klasikal yang mengalami peningkatan
mulai dari pratindakan, siklus I sampai pada
siklus II mencapai ketuntasan klasikal yang
ditetapkan sebagai indicator keberhasilan
pembelajaran dengan model pembelajaran
discovery. Peningkatan ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Chusnah
(2010) yang menyatakan bahwa pemanfaatan
model discovery dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal itu disebabkan siswa
ditekankan pada pemahaman konsep dan
pengalaman langsung melalui aktivitas
percobaan dan pengamatan. Siswa tidak

ISSN: 2089-8630

hanya mendengarkan dan mencatat apa yang
disampaikan oleh guru.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
dikemukakan di atas, maka disimpulkan
bahwa pembelajaran yang menggunakan
model discovery dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas IV SD
Inpres 2 Kayumalue Ngapa yang diketahui
dari rata-rata motivasi belajar siswa pada
siklus II dikategorikan tinggi. Selain itu,
penggunaan model pembelajaran discovery
dapat meningfkatkan hasil belajar siswa yang
diketahui dari peningkatan hasil belajar siswa
diketahui
dari
pencapaian
ketuntasan
pratindakan dari 36%, siklus I 60% dan pada
siklus II mencapai 92%. Peningkatan motivasi
dan
hasil
belajar
didukung
oleh
keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa secara
optimal.
Rekomendasi
Merujuk pada kesimpulan tersebut,
pada
kesempatan
ini
peneliti
merekomendasikan saran-saran yaitu:
1) Model pembelajaran discovery dapat
digunakan
sebagai
solusi
dalam
meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA.
2) Guru,
melakukan
tahapan-tahapan
pembelajaran model discovery secara
kontruktif
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
3) Penggunaan model pembelajaran discovery
harus
disesuaikan
dengan
tingkat
perkembangan siswa serta kesesuaian
materi yang diajarkan.
4) Guru, dapat mengujicobakan pembelajaran
discovery pada tema atau pokok bahasan
lainnya pada mata pelajaran IPA, atau
pelajaran lainnya.

Erwinda, dkk. Penerapan Model Pembelajaran Discovery untuk Meningkatkan Motivasi ………………………… 65

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, atas kebesaran dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan artikel ini. Penulis menghanturkan
ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada Pembimbing I, Dr. Darsikin, M. Si.,
Pembimbing II, Dr. I Made Budiarsa, M. Si.,
seluruh
civitas
akademika
Program
Pascasarjana Universitas tadulako yang
berperan serta dalam proses penelitian sampai
dengan penulisan artikel, kepala sekolah,
teman sejawat dan siswa kelas IV SD Inpres 2
Kayumalue Ngapa yang sudah bekerjasama
dengan baik selama pengumpulan data di
lapangan. Semoga diberikan keberkahan,
rahmat dan balasan yang setimpal oleh Allah
SWT.
DAFTAR RUJUKAN
Chusnah, I. 2010. Penerapan Model
Pembelajaran
Discovery
untuk
Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa
Kelas V di MI Miftahul Ulum
Kejapanan: Kejapanan Skripsi.
Fathurohman, P. dan S. Sutikno. 2007.
Strategi Belajar Mengajar: Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna
Melalui Penanaman Konsep Umum dan
Konsep Islami. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Hamalik, O. 1994. Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran Dasar dan Strategi
Pelaksanaan di Perguruan Tinggi.
Bandung: Trigenda Karya.

Hamalik, O. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta:
Bumi Aksara.
Joolingen, W. V. 1999. Cognitive Tools For
Discovery Learning.
International
Journal Of Artificial Intelligence In
Education (IJAIED) 10.
Li'ana. 2012. Penerapan Model Discovery
untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA
di Kelas IV MI Bahrul Ulum
Kecamatan Pandaan. Skripsi. Bandung:
Program studi PGSD Pendidikan
Teknologi.
Purwanto, C. E., Nughoro, S. E., dan
Wiyanto. 2012.
Penerapan Model
Pembelajaran Guided Discovery pada
Materi Pemantulan Cahaya untuk
Meningkatkan Berpikir Kritis. CE
Purwanto/Unnes Physics Education
Journal 1 (1) (2012) ISSN NO 22576935. E-mail: [email protected]
Rahman, R. dan Maarif, S. 2014. Pengaruh
Penggunaan
Metode
Discovery
terhadap
Kemampuan
Analogi
Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan
Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa
Barat. Infinity Jurnal Ilmiah Program
Studi Matematika STKIP Siliwangi
Bandung, Vol 3, No.1.
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi
mengajar . Jakarta: PT Radjawali.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TRUE OR FALSE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD Penerapan Strategi Pembelajaran True or False Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA Siswa K

0 2 18

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Ipa Dengan Strategi Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Parakan Karanganyar Tahun Pel

0 0 15

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA Pelaksanaan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Plosorejo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VI SD INPRES 1 TONDO | Artini | Mitra Sains 4135 13290 1 PB

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VI SD INPRES 1 TONDO | Artini | Mitra Sains 6296 20818 1 PB

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD INPRES 2 KAYUMALUE NGAPA | Erlina | Mitra Sains 6288 20786 1 PB

0 0 7

PENGARUH MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 6 KAYUMALUE NGAPA | Viviantini | JSTT 6930 23129 1 PB

3 23 6

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V

0 0 7

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INVESITIGASI KELOMPOK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD INPRES 2 TONDO | Bilatu | Mitra Sains 7030 23500 1 PB

0 1 10

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS 5 SD

0 0 8