MODEL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BANYUMAS

  523

MODEL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEBIJAKAN PELAYANAN

KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BANYUMAS

  

Sri Hartini, Tedi Sudraj at , dan Rahadi Wasi Bint oro

  Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman E-mail:

  

Abst r act

The l egal pr ot ect ion t o heal t h car e, especi al l y f or t he poor di r ect ed t o appl y t he pr i nci pl es of

hol i st i c, uni t y, evenl y, accept abl e and achi evabl e. Ther ef or e, t hi s ar t i cl e i s usef ul t o expl ai n t he

r ul es, pol i ci es and bar r ier s t hat occur i n i t s i mplement at i on. Based on t he cl assi f i cat ion, t her e ar e 3

par t i n i mpl ement i ng legal pr ot ect ion and healt h ser vi ces i ncl ude ar r angement of t he essence of

heal t h devel opment , f undi ng and heal t h ser vi ce deli ver y. Pol i cies t hat have been i mpl ement ed i n

Banyumas incl udes a heal t h car d namel l y j amkesmas, j amkesda, and j amper sal . In f act , t her e ar e

r esi st ance f r om t he aspect of subst ance, st r uct ur e and l egal cul t ur e t hat af f ect s al l t hr ee model s of

i t s i mpl ement at i on.

  Key wor ds: l egal pr ot ect ion, heal t h car e, t he poor

Abst rak

  Perlindungan hukum t erhadap pelayanan kesehat an, khususnya bagi masyarakat miskin diarahkan unt uk dapat menerapkan prinsip yang menyeluruh, t erpadu, merat a, dapat dit erima dan t erj angkau. Oleh karena it u, art ikel ini hadir guna menj elaskan pengat uran, kebij akan dan hambat an yang t erj adi dalam penerapannya. Mencermat i pemilahan dalam pengat urannya, t erdapat 3 (t iga) klasif ikasi dalam menerapkan perlindungan hukum dan pelayanan kesehat an meliput i pengat uran t erhadap esensi pembangunan kesehat an, pendanaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehat an. Adapun kebij akan yang t elah dit erapkan di Kabupat en Banyumas meliput i j amkesmas, j amkesda dan j ampersal. Dalam pelaksanaannya t erdapat hambat an dari aspek subst ansi, st rukt ur dan budaya hukum yang ket iganya mempengaruhi model pelaksanaannya. Kat a Kunci : perlindungan hukum, pelayanan kesehat an, masyarakat miskin

  

Pendahuluan bangunan adalah suat u proses yang berj alan t e-

Pembangunan nasional merupakan sarana rus menerus.

  st rat egis guna meningkat kan kesej aht eraan ma- Hakikat nya, pembangunan kesehat an me- syarakat , yang pada hakekat nya diarahkan un- rupakan kewaj iban bersama dari masyarakat t uk membent uk manusia seut uhnya yait u unt uk dan pemerint ah. Masyarakat adalah pelaksana membangun kesej aht eraan masyarakat Indone- ut ama pembangunan sedangkan pemerint ah sia seluruhnya. Dalam kait an ini, ruang lingkup berkewaj iban unt uk mengarahkan, membim- pembangunan nasional sangat luas, maka pe- bing dan mencipt akan suasana yang menun- laksanaannya harus secara t erencana, menyelu- j ang, saling mengisi dan saling melengkapi da- ruh, bert ahap dan berlanj ut . Pada t iap-t iap t a- lam sat u kesat uan langkah menuj u t ercapainya hap diharapkan dicapai keselarasan dalam ke- t uj uan. maj uan lahiriah dan bat iniah yang merat a men- Pembangunan di Indonesia t elah memba- cakup seluruh rakyat , dengan kadar keadilan wa banyak perubahan dalam berbagai aspek di sosial yang meningkat , dengan demikian pem- masyarakat , baik pada kawasan pedesaan mau pun perkot aan. Perubahan t ersebut membawa

   Art ikel ini merupakan ar t ikel hasil penel i t i an dengan

  dampak t idak hanya t erhadap lingkungan f isik,

  skim Hibah Penel it i an Unggul an yang di bi ayai ol eh DIPA

  t et api j uga sist em nilai dalam t at anan kehi-

  UNSOED pada Tahun 2012

  524 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

1 Salah sat u bent uk kemiskinan yang dihadapi

  masyarakat adalah kemiskinan t erhadap akses kesehat an.

  Secara umum, menurunnya posisi Indone- sia dalam Mi l l eni um Devel opment Goal s (MDGs) t ahun 2011 memberikan gambaran t ent ang le- mahnya kebij akan daerah dan kurang sinergis- nya hubungan ant ara pusat dan daerah.

  nya di Banyumas, angka kemat ian ibu di t ahun 2010 belum memenuhi t arget capaian ideal ya- it u masih 123, 9/ 100. 000 kelahiran hidup.

3 Mengingat kesehat an merupakan aspek

  pent ing dalam kehidupan masyarakat , maka pemerint ah seharusnya mencipt akan suat u pembangunan kesehat an yang memadai sebagai upaya perbaikan t erhadap buruknya t ingkat kesehat an selama ini. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) pada Pasal 28H, menet apkan bahwa kesehat an adalah hak dasar set iap individu dan semua warga negara berhak mendapat kan pela- yanan kesehat an t ermasuk masyarakat miskin, dalam implement asinya dilaksanakan secara bert ahap sesuai kemampuan keuangan peme- rint ah dan pemerint ah daerah. Dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 t ent ang Kesehat - an menyebut kan bahwa kesehat an merupakan hak asasi manusia dan salah sat u unsur kese- 1 Berdasarkan dat a BPS (Badan Pusat St at ist ik) t ahun

  2008, t ingkat kemiski nan Jawa Tengah masi h mendu- duki per ingkat ke 22 dar i 33 Provinsi di Indonesi a dan j uga mempunyai t ingkat kemiski nan pal ing be- sar di banding Provinsi l ainnya di pul au Jawa. Li hat Sr i Hart ini dan Tedi Sudraj at , “ Fenomena Kemi skinan da- l am Kebi j akan Publ ik” ,

  Maj al ah Di nami ka Hukum, Vol .

  dupan sosial bermasyarakat . Di Propinsi Jawa Tengah, perubahan yang dicipt akan oleh pem- bangunan di daerah t ernyat a membawa impli- kasi yang mengkhawat irkan dan sif at nya kom- pleks, karena t ernyat a t elah melahirkan ket er- belakangan dan kemiskinan dalam masyarakat .

  j aht eraan yang harus diwuj udkan sesuai dengan cit a-cit a bangsa Indonesia sebagaimana dimak- sud dalam Pancasila dan UUD 1945, set iap hal yang menyebabkan t erj adinya gangguan kese- hat an pada masyarakat Indonesia akan menim- bulkan kerugian ekonomi yang besar bagi ne- gara, dan set iap upaya peningkat an deraj at kesehat an masyarakat j uga berart i invest asi ba- gi pembangunan negara, dan upaya pembangu- nan harus dilandasi dengan wawasan kesehat an dalam art i pembangunan nasional harus mem- perhat ikan kesehat an masyarakat dan merupa- kan t anggung j awab semua pihak baik Pemerin- t ah maupun masyarakat .

2 Bukt i-

  Berdasarkan UUD 1945 Pasal 28H dan Un- dang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 t ent ang Ke- sehat an t ersebut mengisyarat kan bahwa set iap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan t erhadap kesehat an- nya, dan negara bert anggung j awab mengat ur agar t erpenuhi hak hidup sehat bagi penduduk- nya t ermasuk bagi masyarakat miskin dan t idak mampu. Upaya mewuj udkan hak t ersebut pe- merint ah harus menyelenggarakan pelayanan kesehat an yang merat a, adil dan t erj angkau ba- gi seluruh lapisan masyarakat . Unt uk it u peme- rint ah perlu melakukan upaya-upaya unt uk menj amin akses penduduk miskin t erhadap pe- layanan kesehat an. Mencermat i hal t ersebut , maka upaya penj aminan pelayanan dan perlin- dungan kesehat an bagi masyarakat miskin me- rupakan harapan dan luaran dari negara kese- j aht eraan dan sepat ut nya dilaksanakan dengan mengacu pada norma yang ada.

  Permasalahan

  Ada dua permasalahan yang dibahas pada art ikel ini. Per t ama, mengenai bent uk penga- t uran dan kebij akan yang berkait an dengan perlindungan hukum t erhadap pelayanan kese- hat an bagi masyarakat misikin di Kabupat en Banyumas; dan kedua mengenai hambat an yang t imbul dalam pengat uran dan kebij akan yang berkait an dengan perlindungan hukum t erhadap pelayanan kesehat an bagi masyarakat miskin di Kabupat en Banyumas.

6 No. 1 Januar i 2006, Purwokert o: FH UNSOED, hl m. 88-

  Met ode Penelitian

  99 2 Pada t ahun 2011, Indonesia ber ada di per ingkat 124 dar i 187 negara 3 Dat a dari t ahun 2009 menunj ukkan bahw a Indonesi a masih mengal ami 307 kemat ian unt uk set i ap 100. 000 kel ahir an hi dup. sement ara MDG ber t uj uan unt uk me- nurunkannya menj adi 105 kemat i an pada t ahun 2015.

  Lihat Tedi Sudr aj at dan Agus Mardiant o, “ Hak at as Pe- l ayanan dan Perl indungan Kesehat an Ibu dan Anak (Impl ement asi Kebij akan di Kabupat en Banyumas)” , Jur nal Di nami ka Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011, Purwo-

  Model Perl indungan Hukum t erhadap Kebij akan Pel ayanan Kesehat an Masyarakat … 525

  mar y healt h car e adalah kunci unt uk mencapai

  hukum t erhadap pelayanan kesehat an bagi ma- syarakat miskin di Kabupat en Banyumas, maka penelit i akan mengkaj i sat u persat u kat a kunci didalam penelit ian ini meliput i: kemiskinan, pelayanan dan perlindungan kesehat an bagi masyarakat miskin. Hal ini dimaksudkan unt uk menj elaskan hubungan ant ara kemiskinan, pe- layanan dan perlindungan kesehat an sehingga nant inya diket ahui mengenai bent uk pengat ur- an dan kebij akan yang sesuai dit erapkan di Ka- bupat en Banyumas.

  5 Mencermat i problemat ika perlindungan

  Pembangunan kesehat an pada era ot ono- mi daerah, didist ribusikan kewenangannya (de- sent ralisasi) ke t ingkat daerah, yang berdam- pak pada perubahan t at anan dasar pemerint ah- an dan kewenangan dari pemerint ah. Hal ini bermakna bahwa pembangunan kesehat an di t ingkat daerah didasarkan pada kebij akan yang secara hierarkis mengacu pada perat uran per- undang-undangan dan diimplement asikan da- lam bent uk program kerj a. Di t ingkat daerah, bidang kesehat an merupakan salah sat u urusan waj ib yang harus dilaksanakan. Penyelenggara- an urusan waj ib merupakan perwuj udan ot ono- mi yang pada int inya adalah pengakuan/ pem- berian hak dan kewenangan.

  Hal ini berart i bahwa kebij akan pemba- ngunan kesehat an akan selalu t erkait dengan kebut uhan masyarakat berupa program-prog- ram peningkat an kesehat an masyarakat miskin sebagai bagian int egral dari rencana pembangu- nan kesehat an nasional dalam j angka panj ang. Dalam kait an ini, pembangunan kesehat an ma- syarakat miskin merupakan suat u program na- sional yang harus diwuj udkan dan diaplikasikan dalam rangka mencipt akan kesej aht eraan ma- syarakat sebagaimana t ermakt ub dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

  4 4 Lo Siauw Gi ng, 1995 , Anal i si s Kebi j akan Tent ang Fungsi Sosi al Rumah Saki t Swast a, Tesis, Jakar t a: Pancasarj a-

  sien, dapat t erj angkau dan dit erima masyara- kat ; ket iga, pelayanan kesehat an harus menca- kup pelayanan prevent if , promot if , kurat if dan rehabilit at if ; keempat , masyarakat dan perse- orangan harus berpart isipasi dalam kegiat an pelayanan kesehat an dan harus dapat swasem- bada; kel i ma, upaya pelayanan kesehat an harus menca-kup j uga dan berkait an dengan f akt or- f akt or sosial lainnya sepert i lingkungan, ekonomi dan lain-lain.

  dua, pelayanan kesehat an harus ef ekt if , ef i-

  t uj uan “ Heal t h f or al l t he wor l d’ s peopl e” Ada- pun lima konsep dasarnya adalah: per t ama, at as dasar pemerat aan, pelayanan kesehat an harus dapat mencakup seluruh masyarakat ; ke-

  yang pada dasarnya menyepakat i bahwa pr i -

  Tipe penelit ian ini adalah socio l egal r e-

  t i on) t elah mencet uskan “ Deklarasi Alma-At a”

  Pada dasarnya, sej ak konf erensi di Alma- At a t ahun 1978 WHO ( Wor l d Heal t h Or gani za-

  Pembahasan Bentuk Pengaturan dan Kebij akan Perlindung- an Hukum t erhadap Pelayanan Kesehat an ba- gi Masyarakat Miskin di Kabupat en Banyumas

  model penaf siran meliput i penaf sisar gramat i- kal, sist emat is dan t eleologis.

  r at ive anal ysi s dengan menggunakan beberapa

  Met ode pengolahan dat a dilakukan de- ngan met ode analisis int erakt if dan disaj ikan secara narat if . Unt uk mempert anggungj awab- kan subst ansi dilakukan uj i dat a dan keabsahan dat a dengan model t riagulasi sumber. Adapun subst ansi dianalisis dengan cont ent dan compa-

  nya adalah Ket ua Komisi D DPRD Banyumas, Ke- t ua Bidang Pembinaan dan Pengabdian Kemit ra- an dan Promosi Kesehat an (P2KPK) di Dinas Kesehat an Kabupat en Banyumas. Met ode pemi- lihan inf orman dilakukan dengan menggunakan model pur posi ve sampl i ng dengan cara melaku- kan wawancara dan hasil wawancara t ersebut dikomparasikan dengan observasi dan didukung oleh kepust akaan dan dokument asi.

  sear ch dengan pendekat an kualit at if . Inf orman-

  Kemiskinan 5 Rat ih Ariningrum, NK Ar yast at mi, “ St udi Kual it at i f Pe- nyel enggaraan Pel ayanan Kesehat an Ibu dan Bayi Set e- l ah Penerapan KW-SPM Di Kabupat en Badung, Tanah Dat ar, Dan Kot a Kupang” , Bul et i n Penel i t i an Si st em Kesehat an, Vol . 11 No. 1 Januari 2008, Jakar t a: Pusat Humaniora Kebij akan Kesehat an Dan Pember dayaan

  526 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  Persoalan kemiskinan menj adi t ant angan garda depan dunia, t idak hanya di Indonesia, t et api ia menj adi permasalahan t erbesar abad

  21. Hal t ersebut dimuat , salah sat unya di MDGs yang disepakat i oleh PBB, berupa t arget ber- sama dari 180 negara unt uk mengurangi sepa- ruh j umlah penduduk miskin dunia dalam perio- de 2000-2015.

6 Realit asnya, di Indonesia, ke-

  miskinan merupakan permasalahan sosial yang hadir di t engah-t engah kehidupan masyarakat Indonesia. Hal inilah yang mencipt akan kewa- j iban pemerint ah sebagaimana diamanat kan UUD 1945 unt uk memberikan hak dasar guna mewuj udkan masyarakat yang sej aht era.

  Tingginya j umlah penduduk miskin t erse- but disebabkan beberapa hal. Per t ama, penye- baran pembangunan yang belum merat a t erut a- ma di perdesaan; kedua, t erbat asnya akses t er- hadap layanan dasar (kesehat an, pendidikan, perumahan, permukiman, inf rast rukt ur, permo- dalan/ kredit , dan inf ormasi) dan bant uan sosial bagi masyarakat miskin; dan ket i ga, rendahnya kapasit as dan produkt ivit as usaha sert a ket er- bat asan akses t erhadap sumber-sumber penda- naan.

  Unt uk mengukur kemiskinan, BPS meng- gunakan konsep kemampuan memenuhi kebu- t uhan dasar ( basi c needs appr oach). Adapun krit eria masyarakat miskin meliput i: luas lant ai bangunan t empat t inggal kurang dari 8 m

  2

  per orang; j enis lant ai bangunan t empat t inggal t erbuat dari t anah/ bambu/ kayu murahan; j enis dinding t empat t inggal t erbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualit as rendah/ t embok t anpa diplest er; t idak memiliki f asilit as buang air be- sar/ bersama dengan rumah t angga lain; sumber penerangan rumah t angga t idak menggunakan list rik; sumber air minum berasal dari sumur/ mat a air t idak t erlindung/ sungai/ air huj an; ba- han bakar unt uk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak t anah; hanya meng- konsumsi daging/ susu/ ayam sat u kali dalam se- minggu; hanya membeli sat u st el pakaian baru 6 Syari f Iman Hi dayat , “ St udi Kemiski nan Dal am Per spek-

  t if Masyar akat Mi skin Desa Tert inggal Di Kabupat en Sampang” , Jur nal Teknol ogi Dan Manaj emen Inf or ma- t i ka, 6 Edisi Khusus Sept ember 2008, Mal ang: Univer-

  dalam set ahun; hanya sanggup makan sebanyak sat u/ dua kali dalam sehari; t idak sanggup membayar biaya pengobat an di puskesmas/ po- liklinik; sumber penghasilan kepala rumah t ang- ga adalah: pet ani dengan luas lahan 0, 5 ha, buruh t ani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, at au pekerj aan lainnya dengan pendapat an di bawah Rp. 600. 000 per bulan; pendidikan t ert inggi kepala kepala rumah t ang- ga: t idak sekolah/ t idak t amat SD/ hanya SD; dan t idak memiliki t abungan/ barang yang mu- dah dij ual dengan nilai Rp. 500. 000, sepert i: sepeda mot or (kredit / non kredit ), emas, t er- nak, kapal mot or, at au barang modal lainnya.

  Berdasarkan krit eria t ersebut , maka ru- mah t angga yang t idak memenuhi syarat unt uk mendapat kan bant uan/ subsidi pemerint ah ada- lah rumah t angga yang t idak memenuhi krit eria t ersebut di at as, PNS, TNI, Polri/ pensiunan, pe- ngungsi yang diurus oleh pemerint ah, dan pen- duduk yang t idak mempunyai t empat t inggal. Kemiskinan dapat pula dikat akan sebagai ren- dahnya kualit as hidup masyarakat karena t idak t erpenuhinya kebut uhan sosial, art inya kesem- pat an mereka unt uk mendapat kan barang-ba- rang dan pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh pemerint ah sangat kecil, t ermasuk akses unt uk mendapat kan pelayanan kesehat an. Pa- dahal kesehat an adalah salah sat u aspek pen- t ing dalam kehidupan masyarakat yang harus mendapat kan perhat ian lebih dari pemerint ah. Biaya kesehat an yang mahal menj adi kendala bagi masyarakat miskin unt uk mendapat kan pelayanan kesehat an yang memadai.

  Desent ralisasi Kesehat an dalam Rangka Pela- yanan dan Perlindungan Hukum Bagi Masya- rakat Miskin

  Sebagaimana diamanat kan konsit it usi dan undang-undang, Kement erian Kesehat an mene- t apkan kebij akan unt uk lebih memf okuskan pa- da pelayanan kesehat an masyarakat miskin. Da- sar pemikirannya adalah selain memenuhi ke- waj iban pemerint ah j uga berdasarkan kaj ian bahwa indikat or-indikat or kesehat an akan lebih baik apabila lebih memperhat ikan pelayanan kesehat an yang t erkait dengan kemiskinan. Me- lalui Jaminan Pemeliharaan Kesehat an Masyara- Model Perl indungan Hukum t erhadap Kebij akan Pel ayanan Kesehat an Masyarakat … 527

  kat Miskin diharapkan dapat menurunkan angka kemat ian ibu melahirkan, menurunkan angka kemat ian bayi dan balit a sert a penurunan ang- ka kelahiran disamping dapat t erlayaninya ka- sus-kasus kesehat an masyarakat miskin umum- nya.

  Bergulirnya era ot onomi daerah dit andai oleh adanya pengalihan kewenangan pemerin- t ahan pusat menj adi t erdist ribusi ke daerah- daerah melalui proses desent ralisasi. Desen- t ralisasi diharapkan membawa angin segar bagi t umbuhnya demokrasi dan part isipasi warga da- lam segenap akt ivit as pembangunan yang pada gilirannya dapat meningkat kan keset araan an- t ar golongan, memperluas keadilan sosial dan memperbaiki kualit as kehidupan rakyat ba- nyak.

  mempunyai art i pent ing karena beberapa ala- san pokok. Per t ama, menj amin t erpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin, sehing- ga pelayanan kesehat an bagi masyarakat miskin mut lak mengingat kemat ian bayi dan kemat ian balit a 3 kali dan 5 kali lebih t inggi dibanding pada keluarga t idak miskin; kedua, unt uk ke- pent ingan polit ik nasional yakni menj aga ke- ut uhan int egrasi bangsa dengan meningkat kan upaya pembangunan (t ermasuk kesehat an) di daerah miskin dan kepent ingan polit is int erna- sional unt uk menggalang kebersamaan dalam memenuhi komit men global guna menurunkan kemiskinan melalui upaya kesehat an bagi ke- luarga miskin; ket i ga, upaya-upaya pelayanan kesehat an penduduk miskin, memerlukan pe- nyelesaian menyeluruh dan perlu disusun st ra- t egi sert a t indak pelaksanaan pelayanan ke- sehat an yang peduli t erhadap penduduk miskin.

7 Namun demikian, pengalaman desent ra-

  Sedikit nya ada 3 (t iga) f akt or kunci yang mendorong sebuah daerah mempromosikan perlindungan sosial sebagai salah sat u j alan at au rut e peningkat an kesej aht eraan warganya.

  Konsep Kebij akan Perlindungan Kesehat an bagi Warga Miskin

  10 No. 3 Jul i 2007. Jakart a: Pusat Humaniora Kebi j akan

  duk miskin, memerlukan penyelesaian menye- 8 Oedoj o Soedirham, “ Promosi Kesehat an Sebagai Kebij a- kan Sosi al ” , Bul et i n Penel i t i an Si st em Kesehat an, Vol .

  8 Upaya-upaya pelayanan kesehat an pendu-

  berdasarkan bukt i ilmiah yang berkualit as, memberdayakan wanit a, keluarga dan masyara- kat . Hal ini bermakna bahwa dalam mempro- mosikan kesehat an diperlukan pemahaman dan analisis kebut uhan yang t epat sasaran, sehingga nant inya akan mempengaruhi kebij akan sosial dan kebij akan kesehat an.

  cost ef f ect ive

  Pada dasarnya, pemant apan program j a- minan kesehat an dimaksudkan unt uk menj amin akses t erhadap int ervensi yang

  Perlindungan masyarakat miskin melalui peningkat an akses t erhadap pelayanan kesehat - an menj adi salah sat u st rat egi yang sangat pen- t ing dalam lingkup kebij akan penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Sehubungan dengan it u, st udi ini akan dif okuskan pada pemahaman t ent ang bagaimana upaya perluasan akses pela- yanan kesehat an sebagai salah sat u implemen- t asi kebij akan perlindungan masyarakat miskin di daerah dalam kont eks desent ralisasi.

  Per t ama, komit men elit e lokal (pemerint ah,

  lisasi selama sebelas t ahun t erakhir pasca Orde Baru memperlihat kan dua pet a diamet ral. Pet a pert ama menunj ukkan bahwa sebagian besar daerah (kabupat en/ kot a) t idak melakukan at au gagal meningkat kan kesej aht eraan warganya.

  Pet a kedua, menunj ukkan beberapa daerah yang melakukan t erobosan melalui penerapan kebij akan publik yang bernuansa perlindungan sosial, sepert i pemberian pelayanan grat is di bidang pendidikan, kesehat an, perumahan dan administ rasi.

  Mencermat i hal diat as, penyelenggaraan pelayanan kesehat an bagi masyarakat miskin sebagai salah sat u bent uk perlindungan sosial, 7 Lihat dan bandingkan dengan Kania Damayant i, “ Kebi -

  si dan anggaran daerah; ket i ga, part isipasi ma- syarakat memberi kont ribusi pent ing bagi upa- ya-upaya promosi kebij akan kesej aht eraan: de- sakan, ket erlibat an dalam perencanaan kebi- j akan, dukungan at as kebij akan, aksi-aksi suka- rela dalam implement asi di lapangan.

   kedua, good gover nance: ref ormasi birokra-

  DPRD) yang kuat , ref ormis dan pro kesej aht era- an;

  j akan asur ansi kesehat an unt uk rakyat miskin (Askes- kin): har apan dan kenyat aan impl ement asi” , Jur nal Il mu Admi ni st r asi , Vol . 5 No. 1 Maret 2008, Bandung:

  528 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  luruh dan perlu disusun st rat egi sert a t indak pelaksanaan pelayanan kesehat an yang peduli t erhadap penduduk miskin. Peluang kebij akan daerah dalam rangka peningkat an pelayanan kesehat an dalam kont eks ot onomi daerah dapat diopt imalkan dengan adanya desent ralisasi f iskal.

9 Pelayanan kesehat an peduli penduduk miskin meliput i upaya-upaya sebagai berikut .

  Per t ama, membebaskan biaya kesehat an dan

  mengut amakan masalah-masalah kesehat an yang banyak diderit a masyarakat miskin sepert i TB, malaria, kurang gizi, PMS dan pelbagai pe- nyakit inf eksi lain dan kesehat an lingkungan;

  kedua, mengut amakan penanggulangan penya-

  kit penduduk t idak mampu; ket i ga, meningkat - kan penyediaan sert a ef ekt if it as pelbagai pela- yanan kesehat an masyarakat yang bersif at non personal sepert i penyuluhan kesehat an, regu- lasi pelayanan kesehat an t ermasuk penyediaan obat , keamanan dan f ort if ikasi makanan, pe- ngawasan kesehat an lingkungan sert a kesehat - an dan keselamat an kerj a; keempat , mening- kat kan akses dan mut u pelayanan kesehat an penduduk t idak mampu; kel ima, realokasi pel- bagai sumber daya yang t ersedia dengan mem- priorit askan pada daerah miskin; dan keenam, meningkat kan part isipasi dan konsult asi dengan masyarakat miskin. Masalah kesehat an masya- rakat bukan masalah pemerint ah saj a melain- kan masalah masyarakat it u sendiri karena per- lu dilakukan peningkat an pemberdayaan masya- rakat miskin.

  Perlindungan Hukum t erhadap Pelayanan Ke- sehat an

  Bat asan/ pengert ian perlindungan sebagai segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bant uan unt uk memberikan rasa aman sese- orang. Ruang lingkup “ perlindungan hukum” yang akan dibahas dalam penelit ian ini adalah perlindungan yang diberikan oleh Pemerint ah melalui perangkat hukumnya sepert i kebij akan dan perat uran Perundang-undangan. 9 Ria Masniar i Lubis, “ Si st em Inf or masi Kesehat an Nasio-

  nal , Perl ukah?” , Jur nal Inf o Kesehat an, Vol . 7 No. 1 Ta- hun 2003, Medan: Fakul t as Kesehat an Masyar akat Uni -

  Perlindungan hukum dimaksudkan unt uk memberikan kepast ian, keadilan dan keman- f aat an hukum bagi masyarakat . Salah sat u ben- t uk perlindungan hukum bagi masyarakat ada- lah dengan diwuj udkannya at uran sert a kebij a- kan yang sesuai dengan kebut uhan, didasarkan pada hak dasar yang diamanat kan UUD 1945. Secara umum at uran yang menaungi perlindu- ngan hukum t erhadap pelayanan kesehat an adalah sebagai berikut . Per t ama, UUD 1945;

  kedua, Pasal 28 H ayat (1) bahwa set iap orang

  berhak hidup sej aht era lahir dan bat in, bert em- pat t inggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat sert a berhak memperoleh pelayanan kesehat an; ket i ga, Pasal 34 ayat (1) bahwa f a- kir miskin dan anak-anak yang t erlant ar dipeli- hara oleh negara, sedangkan ayat (3) bahwa negara bert anggung j awab at as penyediaan f a- silit as pelayanan kesehat an dan f asilit as umum yang layak; keempat , Pendanaan dan Pengelo- laan Dana Pelayanan Kesehat an Masyarakat Mis- kin, yang meliput i: UU No. 17 Tahun 2003 t en- t ang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286), UU No. 1 Tahun 2004 t ent ang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Ta- hun 2004 No. 5, Tambahan Lemb. Negara No- mor 4355), UU No. 15 Tahun 2004 t ent ang Pe- meriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400), UU No. 33 Tahun 2004 t ent ang Perimbangan Keuangan Ant ara Pemerint ah Pu- sat dan Pemerint ah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637), UU No. 40 Tahun 2004 t ent ang Sist em Jaminan Sosial Nasional (Lem- baran Negara Tahun 2004 Nomor 150, Tam- bahan Lembaran Negara Nomor 4920), UU No.

  22 Tahun 2011 t ent ang Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara Tahun Anggaran 2012, Per- Men Keuangan No. 134/ PMK. 6/ 2005 t ent ang Pe- doman Pembayaran dalam Pelaksanaan Angga- ran Pendapat an dan Belanj a Negara, Permen Keuangan No. 91/ PMK. 06/ 2007 t ent ang Bagan Akun St andar; kel i ma, Penyelenggaraan pelaya- nan kesehat an, yang meliput i: UU No. 36 Tahun 2009 t ent ang Kesehat an (Lembaran Negara Ta- Model Perl indungan Hukum t erhadap Kebij akan Pel ayanan Kesehat an Masyarakat … 529

  hun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne- gara Nomor 5063), UU No. 44 Tahun 2009 t en- t ang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072), UU No. 29 Tahun 2004 t ent ang Prakt ik Kedokt eran (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara No. 4431) dan PP No. 32 Tahun 1996 t ent ang Tenaga Kesehat - an (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637), UU No. 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Dae- rah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), se- bagaimana t elah diubah beberapa kali t erakhir dengan UU No. 12 t ahun 2008 t ent ang perubah- an kedua at as UU No. 32 Tahun 2004 (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Indonesia No- mor 4844), PP No. 38 Tahun 2007 t ent ang Pem- bagian Urusan Pemerint ahan Ant ar Pemerint ah, Pemerint ahan Daerah Propinsi, dan Pemerin- t ahan Daerah Kabupat en/ Kot a (Lembaran Nega- ra Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737), PP No. 41 Tahun 2007 t ent ang Organisasi Perangkat Daerah (Lemba- ran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741), Perpres No. 9 Tahun 2005 t ent ang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tat a Kerj a Kement erian Negara Republik Indonesia, sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Presiden Nomor 94 Tahun 2006, PerMen Kesehat an No. 1575/ Men- kes/ Per/ XI/ 2005 t ent ang Organisasi dan Tat a Kerj a Depart emen Kesehat an sebagaimana t e- lah diubah dengan Perat uran Ment eri Kesehat an Nomor 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010, Perat uran Ment eri Kesehat an Republik Indonesia No. 903/ Menkes/ Per/ V/ 2011 t ent ang Pedoman Pelaksa- naan Program Jaminan Kesehat an Masyarakat Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kese- hat an Masyarakat dij adikan sebagai acuan bagi Pemerint ah Pusat , Pemerint ah Provinsi, Peme- rint ah Kabupat en/ Kot a, Rumah Sakit dan Pus- kesmas sert a pihak lain yang t erkait dalam pe- nyelenggaraan dan pengelolaan Program Jamin- an Kesehat an Masyarakat .

  Adapun kebij akan yang memberikan per- lidungan hukum bagi masyarakat miskin di Ka- bupat en Banyumas berupa j amkesmas, j amkes- da Propinsi Jawa Tengah, j ampersal, dan j am- kesmas non kuot a. Jamkesmas adalah bant uan sosial unt uk pelayanan kesehat an bagi masya- rakat miskin dan t idak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerint ah, diselenggarakan oleh Kement erian Kesehat an sej ak t ahun 2008 dan merupakan perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehat an bagi Masyarakat Mis- kin/ JPKMM at au lebih dikenal dengan program Askeskin yang diselenggarakan pada t ahun 2005 s. d. 2007. Program Jamkesmas diselenggarakan unt uk memberikan kemudahan dan akses pela- yanan kesehat an kepada pesert a di seluruh j a- ringan f asilit as kesehat an yang melaksanakan program Jamkesmas, mendorong peningkat an pelayanan kesehat an yang t erst andar dan t er- kendali mut u dan biayanya, dan t erselenggara- nya pengelolaan keuangan negara yang t rans- paran dan akunt abel.

  Program j aminan bant uan pembayaran biaya pelayanan kesehat an yang diberikan Pe- merint ah Propinsi Jawa Tengah kepada masya- rakat Kab. Banyumas. Adapun j aminan pembia- yaannya meliput i: Pelayanan Rawat Jalan Ting- kat Pert ama (RJTP) dilakukan pada Puskesmas dan j aringannya; Pelayanan Rawat Jalan Ting- kat Lanj ut an (RJTL) pada RSUD Margono Soe- karj o; dan Pelayanan Rawat Inap Tingkat Per- t ama (RITP) dilaksanakan pada Puskesmas ra- wat inap dan pelayanan rawat inap kelas III RSUD Margono Soekarj o dan Rumah Sakit luar daerah yang t elah menj alin kerj asama dengan Pemerint ah Kab. Banyumas.

  Jaminan pembiayaan persalinan (Jamper- sal) yang meliput i pemeriksaan kehamilan, per- t olongan persalinan, pelayanan nif as t ermasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal diperunt ukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki j aminan persalinan. Sasaran yang dij amin j ampersal an- t ara lain: ibu hamil; ibu bersalin; ibu nif as (sampai 42 hari set elah melahirkan); bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari); adapun j a- minan pembiayaannya meliput i: pemeriksaan kesehat an, pert olongan persalinan, pelayanan

  530 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  nif as, pelayanan kb pasca persalinan, pelayan- an bayi baru lahir. Pesert a program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki j aminan persalinan (t idak t ert anggung di dalam kepesert aan ASKES, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsost ek dan asuransi lainnya).

  Program j aminan bant uan pembayaran bia- ya pelayanan kesehat an yang diberikan Peme- rint ah Daerah Kab. Banyumas kepada masya- rakat Kab. Banyumas. Sasaran Program Jamkes- da adalah masyarakat Kab. Banyumas yang be- lum memiliki j aminan kesehat an berupa Jam- kesmas, ASKES dan asuransi kesehat an lainnya.

  Hambat an Pengat uran dan Kebij akan dalam Perlindungan Hukum t erhadap Pelayanan Ke- sehat an bagi Masyarakat Misikin di Kabupat en Banyumas

  Pembangunan di bidang kesehat an seba- gai salah sat u upaya pembangunan nasional di- arahkan guna t ercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi set iap pen- duduk agar dapat mewuj udkan deraj at kesehat - an yang opt imal. Dalam perkembangannya, t e- lah t erj adi perubahan orient asi, baik t at a nilai maupun pemikiran t erut ama mengenai upaya pemecahan masalah dibidang kesehat an. Peru- bahan orient asi t ersebut kemudian mempenga- ruhi sist em kesehat an nasional melalui pene- rapan prinsip yang menyeluruh ” hol i st i c” , t er- padu ” uni t y” , merat a ” evenl y” , dapat dit erima ” accept abl e” dan t erj angkau ” achievable” oleh masyarakat .

  Pasal 34 ayat 2 yang menyebut kan bahwa ne- gara mengembangkan Sist em Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan dimasuk- kannya Sist em Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, dan t erbit nya UU Nomor 40 Tahun 2004 t ent ang Sist em Jaminan Sosial Nasional (SJSN), menj adi suat u bukt i yang kuat bahwa pemerint ah dan pemangku kepent ingan t erkait harus memiliki komit men yang besar unt uk me- wuj udkan kesej aht eraan sosial bagi seluruh rak- 10 Rusmin Tumanggor, “ Masal ah-Masal ah Sosi al Budaya

  Dal am Pembangunan Kesehat an di Indonesi a” , Jur nal Masyar akat dan Budaya Vol . 12 No. 2 2010, Jakart a: Lembaga Il mu Penget ahuan Indonesia, Pusat Pene-

  yat nya. Karena melalui SJSN sebagai salah sat u bent uk perlindungan sosial pada hakekat nya bert uj uan unt uk menj amin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebut uhan dasar hidupnya yang layak.

  Berdasarkan konst it usi, pemerint ah mela- kukan upaya-upaya unt uk menj amin akses pen- duduk miskin t erhadap pelayanan kesehat an, diant aranya adalah Program Jaringan Pengaman Sosial Kesehat an (JPS-BK) t ahun 1998-2000, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDSE) t ahun 2001, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS- BBM) t ahun 2002-2004. Pada awal t ahun 2005, melalui Keput usan Ment eri Kesehat an 1241/ Menkes/ XI/ 04 pemerint ah menet apkan program Jaminan Pemeliharaan Kesehat an Masyarakat Miskin (JPKMM) melalui pihak ket iga, yait u, PT Askes (persero) Program ini lebih dikenal seba- gai program Asuransi Kesehat an Masyarakat Miskin (Askeskin). Program Askeskin merupakan kelanj ut an dari PKPS-BBM yang t elah dilaksana- kan sebelumnya, dimana pembiayaannya dida- nai dari subsidi BBM yang t elah dikurangi pe- merint ah unt uk dialihkan menj adi subsidi di bidang kesehat an. Program Askeskin (2005- 2007) kemudian berubah nama menj adi prog- ram Jaminan Kesehat an Masyarakat (Jamkes- mas) sej ak t ahun 2008 sampai dengan seka- rang. JPKMM/ Askeskin, maupun Jamkesmas ke- semuanya memiliki t uj uan yang sama yait u me- laksanakan penj aminan pelayanan kesehat an t erhadap masyarakat miskin dan t idak mampu dengan menggunakan prinsip asuransi kesehat - an sosial.

10 Sesuai amanat pada perubahan UUD 1945

  Mencermat i hal diat as, secara t eoret is, f ungsi pokok dari hukum adalah mengat ur hu- bungan ant armanusia dan ant ara individu de- ngan negara agar segala sesuat u berj alan de- ngan t ert ib sehingga kedamaian karena t egak- nya kepast ian (hukum) dan keadilan di dalam masyarakat , yang not abene merupakan t uj uan hukum dapat t ercapai. Berdasar hal t ersebut , menurut Radbruch, hukum seharusnya meme- nuhi nilai-nilai dasar yang meliput i keadilan, kegunaan ( zweekmaszi gkeit ) dan kepast ian hu- kum. Berdasarkan perspekt if t ersebut , maka penegakan hukum hendaklah dilihat sebagai Model Perl indungan Hukum t erhadap Kebij akan Pel ayanan Kesehat an Masyarakat … 531

  suat u proses sosial yang melibat kan lingkungan- nya, dalam pengert ian bahwa penegakan hu- kum sebagai kegiat an yang menarik lingkungan ke dalam proses t ersebut , maupun yang harus menerima pembat asan-pembat asan dalam be- kerj anya disebabkan oleh f akt or lingkungan. Penegakan hukum dilihat sebagai kegiat an un- t uk mewuj udkan keinginan-keinginan hukum menj adi kenyat aan. Art inya, sebagai usaha un- t uk mewuj udkan nilai-nilai dasar di dalam hu- kum sepert i keadilan, kepast ian hukum dan kemanf aat an. Namun permasalahannya adalah sekalipun ket iga-ket iganya merupakan nilai da- sar dari hukum, namun diant ara ket iganya t er- dapat spannungsver hal t ni s, suat u ket egangan sat u sama lain.

  Berbicara t ent ang hambat an pelaksanaan perlindungan hukum dalam pelayanan kesehat - an, maka didalamnya t erdapat j uga spannungs-

  ver hal t nis ant ara unsur kepast ian, keadilan dan

  kemanf aat an hukum. Karenanya, hambat an hu- kum t ersebut akan dilihat dan dianalisis melalui aspek st rukt ur hukum, subst ansi hukum, dan budaya hukum. Khusus unt uk permasalahan ke- sehat an di wilayah Banyumas, hal yang perlu dihubungkan dengan st rukt ur, subst ansi dan bu- daya hukum adalah permasalahan konsep dan sist em pelayanan kesehat an, penerapan pela- yanan kesehat an dan bent uk perlindungan hu- kum t erhadap pelayanan kesehat an yang t elah diberikan.

  Komponen pert ama yang dianalisis adalah st rukt ur hukum. Menurut Lawrence M. Fried- man, yang dimaksud dengan suat u st rukt ur sist em hukum adalah:

  . . . i t s skelet on or f r amewor k, t he dur a-

  bl e par t , whi ch gi ves a ki nd of shape and def i nit ion t o t he whol e. . . . The st r uct ur e of a l egal syst em consist s of element s of t hi s ki nd: t he number and si ze of cour t s; t heir j ur i sdi ct ion (t hat i s, what ki nd of cases t hey hear , and how and why); and modes of appeal f r om one cour t t o ano- t her . St r uct ur e al so means how t he l egi s- l at ur e i s or gani zed, how many mem- ber s. . . , what a pr esi dent can (l egal l y) do or not do, what pr ocedur es t he pol i ce depar t ment f ol l ows, and so on. St r uc- t ur e, i n a way, i s a ki nd of cr oss sect i on of t he l egal syst em? a ki nd of st i l l pho- t ogr aph, whi ch f r eezes t he act ion.

  11 Permasalahan yang berkait an dengan

  st rukt ur hukum dalam pelayanan kesehat an ba- gi masyarakat miskin meliput i: per t ama, pada dasarnya, akses masyarakat t erhadap pelayan- an kesehat an dasar sudah meningkat yang di- t andai dengan meningkat nya j umlah Puskes- mas, dibent uknya Pos Kesehat an Desa (PKD) di t iap desa, dan dij aminnya pelayanan kesehat an dasar bagi masyarakat miskin di Puskesmas dan rumah sakit oleh Pemerint ah Daerah. Namun akses t erhadap pelayanan kesehat an masih be- lum merat a, masih t erbat asnya sarana pelayan- an kesehat an dan t enaga kesehat an di daerah pinggiran Banyumas. Ket erbat asan akses j uga disebabkan karena kondisi geograf is yang sulit dan masih t erbat asnya t ransport asi dan inf ra- st rukt ur sepert i di wilayah Lumbir dan Gumilir;

  kedua, j umlah dan j enis t enaga kesehat an t e-

  rus meningkat namun kebut uhan dan pemera- t aan dist ribusinya belum t erpenuhi, ut amanya di desa. Masalah kurangnya t enaga kesehat an, baik j umlah, j enis dan dist ribusinya menimbul- kan dampak t erhadap rendahnya akses masya- rakat t erhadap pelayanan kesehat an berkuali- t as, di samping it u j uga menimbulkan permasa- lahan pada ruj ukan dan penanganan pasien un- t uk kasus t ert ent u; ket i ga, pengembangan ka- rier belum berj alan, sist em penghargaan, dan sanksi belum sebagaimana mest inya; keempat , permasalahan obat , pemerint ah t elah berusaha unt uk menurunkan harga obat namun masih banyak kendala yang dihadapi, salah sat unya dalam hal produksi obat . Indonesia masih ber- gant ung pada bahan baku impor yang menye- babkan harga obat masih sulit dij angkau masya- rakat ; kel ima, sist em inf ormasi kesehat an men- j adi lemah set elah dit erapkan kebij akan desen- t ralisasi. Ket erbat asan dat a menj adi kendala dalam pemet aan masalah dan penyusunan ke- bij akan. Pemanf aat an dat a belum opt imal dan surveilans belum dilaksanakan secara menyelu- ruh dan berkesinambungan. Mencermat i perma- salahan diat as, proses desent ralisasi yang be- 11 Lawrence M. Fr iedman, 1984, Amer i can Law: An Int r o-

  532 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  lum opt imal berpot ensi menimbulkan masalah pada buruknya pelayanan kesehat an yang dibe- rikan bagi masyarakat .

  Komponen kedua dari sist em hukum ada- lah subst ansi, yait u “ . . . t he act ual r ul es, nor ms,

  and behavior pat t er ns of peopl e insi de t he syst em. ”

  Khusus unt uk anggaran pembiayaan kese- hat an, berdasarkan UU No 36 Tahun 2009 t en- t ang Kesehat an (UU Kesehat an), pemerint ah harus mengalokasikan dana minimal 5% dari APBN unt uk pelayanan kesehat an. Perint ah t er- sebut t ert uang j elas dalam Pasal 171 ayat (1) yang menent ukan bahwa besar anggaran kese- hat an pemerint ah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapat an dan belanj a negara, di luar gaj i. Pada kenyat aan- nya, anggaran kesehat an di Indonesia belum mencapai angka sebagaimana diamanat kan UU t ersebut . Bahkan sej ak Indonesia merdeka, angka yang dialokasikan unt uk anggaran kese- hat an selalu di bawah 5%. Ini menunj ukkan ko- mit men Indonesia sangat rendah dalam mem- biayai pelayanan kesehat an masyarakat

12 Def inisi ini menunj ukkan pemaknaan

  rilaku sosial dan norma-norma sosial selain hukum, sehingga t ermasuk j uga et ika sosial sepert i asas-asas kebenaran dan keadilan. Jadi, yang disebut komponen subst ansi hukum di sini adalah semua asas dan norma yang dij adikan acuan oleh masyarakat dan pemerint ah. Berda- sar hal di at as, maka t erdapat permasalahan mendasar dalam pengat urannya, meliput i per- masalahan alokasi dana, det ail pelaksanaan ke- giat an dan lemahnya perlindungan hukum t er- hadap pelayanan kesehat an bagi masyarakat miskin.

  Hal ini mengandung art i bahwa perat ur- an t ersebut t idak memenuhi syarat hukum yang ef ekt if karena beberapa hal. Per t ama, kaidah hukumnya t idak j elas, karena t idak mencan- t umkan det ail pelaksanaan kegiat an, ukuran keberhasilan sert a keberkalaan evaluasi. Hal ini mengakibat kan kurang adanya perlindungan hu- kum bagi masyarakat miskin; kedua, dalam ka- it annya dengan j aminan kesehat an masyarakat dapat diident if ikasi bahwa akses masyarakat t erhadap pelayanan kesehat an ruj ukan di ru- mah sakit meningkat , salah sat u f akt or pendo- rongnya adalah adanya j aminan pembiayaan kesehat an di rumah sakit bagi masyarakat mis- kin. Namun dalam implement asinya, pemerin- t ah memiliki ket erbat asan pada j umlah Bed Oc-

  sel ). Friedman memasukkan pula pola-pola pe-

  bagi masyarakat t ak mampu. Selain it u sist em ruj ukan belum berj alan dengan baik sehingga pelayanan kesehat an t idak ef isien. Kebij akan sert a pembinaan dan pengawasan belum men- cakup klinik dan rumah sakit swast a, sert a dira- sakan belum t erkoordinasinya pelayanan kese- hat an secara int egral; ket i ga, sanksi yang be- 12 lum t egas t erhadap pelaksanaan kebij akan yang lalai/ salah dalam melaksanakan kegiat an se- hingga menimbulkan ket idakpast ian hukum da- lam penj at uhan hukuman.