PRAKTEK “COMPLEX ADAPTIVE SYSTEM (CAS)” PADA PABRIK GULA DI LAMPUNG Parulian Hutapea Nuriana Thoha Program Studi Administrasi Bisnis, Kwik Kian Gie School Of Business, Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta14350 BINUS Business School, Bina Nusantara University

  

PRAKTEK “COMPLEX ADAPTIVE SYSTEM (CAS)” PADA PABRIK GULA

*

DI LAMPUNG

**

  

Parulian Hutapea

*

Nuriana Thoha

**

Program Studi Administrasi Bisnis, Kwik Kian Gie School Of Business, Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta14350

BINUS Business School, Bina Nusantara University

  

Abstract

Complex Adaptive System is an informal social system which exists in organization outside the

formal structure. Frequent Interaction among agents creates an informal network that takes an

important role in organization decision making process. Studying the culture of Indonesian people

who are composed of different backgounds and ethniques, the researchers are interested to know

more about the practices of the complex adaptive system in Indonesia, especially in Sugar Cane

Manufacture and Plantation. The study was conducted by using qualitative approach

methodology. Interviews with 30 respondents who came from defferent levels in 4 sugar group

companies uncovered some relationship closed to complex adaptive system. In basic

administration departments the simple linier pattern dominated the interaction process which is

following the formal procedures in the organizations. Whereas, in the other areas which produce

the strategic decisions the complex relationship among agents shows very significant roles in

producing decisions.

  Key Words: Informal Network and Complexity

Abstrak

  adalah sistem sosial yang terbentuk secara informal diluar struktur

  Complex Adaptive System

  organisasi formal di dalam organisasi. Interaksi yang sering terjadi antara agen membentuk jaringan informal yang memegang peranan penting didalam proses pengambilan keputusan. Dengan mempelajari budaya masyarakat Indonesia yang memiliki latar belakang dan etnik yang berbeda, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana prakatek complex adaptive system di Indonesia, khususnya di perkebunan dan pabrik tebu di Lampung. Studi ini dilakukan dengan pendekatan metodologi kualitatif. Interview dengan 30 responden yang merupakan karyawan dari berbagai tingkatan mengungkap hubungan yang diidentifikasi menyerupai complex adapative system. Pada Departemen-departemen yang melakukan pekerjaan administrasi pola hubungan linier sederhana mendominasi proses interaksi, dimana dalam hubungan tersebut pelaku lebih mengikuti prosedur formal di organisasi. Sementara itu, pada area yang lain yang menghasilkan keputusan stratejik hubungan yang kompleks antara agen mendominasi interaksi yang terjadi secara informal.

  Kata Kunci: Hubungan Informal, Kompleksitas

  • Alamat kini: Kwik Kian Gie School Of Business, Jln Yos Sudarso Kav. 87 Sunter , Jakarta 14350 Penulis untuk Korespondensi: Telp. (021) 65307062 Ext. 706 E-mail:parulian.hutapea@kwikkiangie.ac.id

  Pendahuluan

  ada periode 1983-1996an keadaan perekonomian Indonesia sangat baik, pertumbuhan produk domestik bruto yang tinggi, sebesar 7.2% (Elias & Noone,

  2011) mendukung perkembangan bisnis hampir di semua sektor. Realisasi bisnis cenderung sesuai dengan perencanaan bisnis, pangsa pasar bertambah besar dan angka penjualan naik dengan stabil. Pada keadaan seperti itu para pelaku bisnis sangat optimis terhadap semua proyeksi atau ramalan yang mereka buat; semua berjalan sesuai dengan rencana, sehingga jangka waktu ramalanpun dibuat sangat panjang. Pada bulan Juli tahun 1997an terjadi krisis ekonomi yang sangat luar biasa di wilayah asia dan Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena krisis yang sangat parah.

  Tidak lama setelah itu kegiatan terorisme terbesar di dunia terjadi di Amerika dengan ditabrakkannya dua pesawat ke dua menara kembar di kota New York pada bulan September 200. Kejadian ini merubah semua tata cara bisnis yang dilakukan oleh Amerika, semua aktivitas terfokus pada tindakan pen- cegahan terhadap terorisme. Sejak itu setiap aktivitas bisnis harus disertai dengan tindakan pencegahan terhadap terorisme, sehingga hal ini mengakibatkan biaya operasional perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat naik. Kemudian, dengan alasan pencegahan terorisme tersebut penyerangan terhadap Afganistan pada bulan Oktober 2011 Irak pada tanggal 20 Maret 2003 oleh Amerika pun terjadi. Perang, yang memerlukan biaya yang sangat besar yang memperparah krisis ekonomi, tidak dapat dihindari.Krisis ekonomi di Amerika Serikat ini memicu terjadinya krisis ekonomi di negara-negara lain hampir di seluruh dunia.

  Semua peristiwa tersebut merupakan kejadian yang luar biasa yang berada diluar kendali dan perkiraan pelaku bisnis di seluruh dunia, khususnya Indonesia; semua berubah terbalik dalam jangka waktu yang singkat. Ini menunjukkan bahwa ketidak pastian di dalam dunia bisnis mudah terjadi; apa yang sebelumnya tidak pernah terpikir akan terjadi, bisa terjadi juga. Untuk menghadapi keadaan seperti itu diperlukan fleksibilitas usaha agar perusahaan dapat bertahan, yang berupa fleksibilitas dalam memilih bidang usaha mana yang dapat menghasilkan keuntungan dan fleksibilitas untuk merubah semua proyeksi yang telah ditentukan.

  Beberapa saat setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia tersebut di atas, hampir semua sistem yang telah dibangun oleh penguasa orde baru dapat dikatakan tidak berjalan dengan baik. Hilangnya kepercayaan terhadap sistem yang telah dibangun selama 32 tahun tersebut membuat masyarakat Indonesia kehilangan arah, tidak mengetahui apa yang harus dilakukan pada saat itu, tidak percaya terhadap semua perencanaan yang telah dibuat untuk memproyeksikan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Semuanya belangsung secara keos atau semerawut dan masing-masing pihak mementingkan diri, keluarga atau kelompoknya sendiri. Namun di dalam kemerawutan tersebut, ada satu yang tertinggal dan masih tetap bertahan sampai saat ini adalah budaya kompromi dan membuat kesepakatan di luar jalur formal dan jalur linear, yang yang telah lama dimiliki dan diterapkan didalam proses manajemen, baik pada manajemen bernegara maupun manaje- men berbisnis. Menguatnya budaya tersebut ditengah suasana yang tidak menentu mem- buat proses manajemen semakin kompleks. Sistem yang kompleks yang terbentuk di dalam suasana yang tidak menentu ini dan dapat mengadaptasi diri identik dengan ”Complex Adaptive System” (Stacey, 1996) Sudah banyak temuan, yang belum dimasukan kedalam penelitian formal, mengenai gejala atau indikasi penerapan ”complex adaptive system” di perusahaan di Indonesia dewasa ini. Selama ini banyak orang mengakui keberadaan tersebut baik di linkungan pemerintahan, politik dan bahkan pada saat ini sudah merambat ke organisasi perusahaan. Sistem interaksi yang terjadi tanpa melalui jalur formal tertentu pada saat mengambil keputusan mengakibatkan peluang keberadaan complex adaptive system bertambah besar.

  P

  Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang pola hubungan tersebut.

  Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui fakta serta melakukan analisis tentang praktek ”Complex Adaptive System” di Indonesia khususnya pada 4 pabrik gula di Lampung.

  2. Menganalisis bagaimana implikasinya praktek complex adaptive system terhadap penerapan kebijakan manajemen yang ada, serta strategi manajemen di lingkungan yang kompleks tersebut.

  Tinjauan Pustaka Dinamika Organisasi

  Dinamika organisasi menggambarkan gejolak perubahan prilaku organisasi yang terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Dinamika organisasi dapat terjadi akibat pengaruh internal dan eksternal organisasi. Pengaruh internal dapat berupa konflik yang terjadi antar pelaku organisasi atau kohesifitas yang berlebihan dari kelompok organisasi yang merusak hubungan kerjasama didalam organisasi; sedangkan pengaruh eksternal berupa pengaruh faktor lingkungan usaha seperti: pasar, pemerintah, perubahan teknologi serta kondisi fisik lingkungan.

  Dewasa ini perkembangan teknologi yang sangat cepat mempengaruhi proses bisnis; berkembangnya teknologi komputer merubah sistem administrasi organisasi dan komunikasi yang terjadi di perusahaan. Sebelumnya organisasi memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk mengelola administrasi, sekarang sudah berubah, cukup hanya satu orang dengan satu komputer. E- marketing, yaitu pemasaran dengan menggunakan internet sudah mulai banyak digunakan oleh perusahaan. Konsumen dengan mudah masuk kedalam website suatu perusahaan untuk mencari informasi produk atau jasa yang mereka inginkan. Komunikasi dengan menggunakan e-mail atau jaringan internal komputer sudah umum dilakukan perusahaan.

  Selain teknologi, perubahan budaya atau kebiasaan-kebiasaan berbisnis juga mempengaruhi proses organisasi. Kebiasaan menggunakan jalan musyawarah atau menggunakan jalur informal ketimbang jalur formal, dapat membuat hubungan formal di dalam organisasi tidak berjalan efektif. Karena keterkaitan antara satu komponen organisasi dengan komponen organisasi lainnya sangat erat, maka apabila satu komponen berubah proses organisasi juga akan berubah. Perubahan ini membuat struktur, sistem dan prosedur organisasi yang ada tidak relevan lagi untuk digunakan. Apabila semua faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses, sistem dan prosedur organisasi berubah secara terus menerus, maka organisasi harus mampu mengimbangi dinamika perubahan tersebut.

  Hubungan Resmi (Legitimate Network), Hubungan Bayangan (Pseudo Network) dan Konsep Linearitas.

  Seperti telah disebutkan sebelumnya, kebanyakan pelaku bisnis suka menggunakan teori-teori organisasi yang datangnya dari negara-negara barat yang sifatnya lebih mekanistik, linier dan mudah diprediksi. Teori-teori ini menggambarkan sesuatu yang kompleks dengan cara yang lebih sederhana yang disebut model mental. Tidaklah heran apabila teori-teori tersebut yang lebih disukai banyak orang, karena disamping orang sudah terbiasa menggunakan sesuatu dengan pola dan keteraturan, sistem yang mekanistik dan linear lebih mudah diterapkan. Namun pada kenyataannya teori-teori tadi seringkali meleset dan tidak menggambarkan kenyataan yang sesungguhnya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya teori-teori tersebut hanya menggambarkan potret sesaat dari suatu keadaan yang selalu berubah dengan menggunakan sejumlah asumsi untuk mempermudah penerapan. Penggunaan konsep linear yang mengasumsikan bahwa segala sesuatu dapat diproyeksikan, pada kenyataannya jarang efektif, karena data atau informasi yang digunakan untuk membuat proyeksi adalah data atau informasi sekarang yang korelasinya kecil dengan keadaan yang akan datang.

  Banyak pelaku organisasi dan pengusaha yang sebenarnya sudah menyadari bahwa kerangka organisasi yang mereka pakai sering kali tidak konsisten dengan kenyataan dan bahkan kehawatiran tersebut sering muncul pada saat terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Namun mereka tetap menginginkan keteraturan dan sesuatu yang terstruktur; dengan alasan yang beragam mulai dari alasan agar mereka memiliki arah sampai dengan alasan gengsi karena dengan memiliki prediksi kedepan Manajemen

  Perusahaan akan merasa lebih modern. Oleh karena itu dewasa ini cenderung terdapat dualisme dalam pelaksanaan proses organisasi dan bahkan realitas sering meninggalkan proyeksi atau kerangka yang telah dibakukan dalam suatu kebijakan.

  Dalam hubungannya dengan dualisme tersebut Stacey (1996) menggambarkan bahwa di dalam organisasi terjadi 2 macam hubungan (lihat gambar 4):

  1. Hubungan resmi (legitimate network) dan 2. Hubungan bayangan (shadow network).

  

Gambar 1

Hubungan Organisasi Formal /Legitimate Nerwoks (garis biasa) dan

Bayangan /Shadow Networks (garis putus-putus) (Stacey, 1996)

  Hubungan resmi adalah hubungan yang bersifat formal dan dibuat berdasarkan prinsip-prinsip yang mudah dimengerti dan telah diterima oleh anggota organisasi. Biasanya hubungan ini bersifat linear dengan ciri-ciri sebagai berikut: setiap output berhubungan proportional dengan inputnya, sistem yang terbentuk merupakan penjumlahan dari bagian-bagian pembentuk sistem tersebut, dan setiap aksi akan menimbulkan response satu reaksi. Sebagai contoh, pembentukan struktur organisasi akan membentuk hubungan resmi dalam organisasi, karena pembentukan struktur organisasi sudah disepakati terlebih dahulu dan berlaku untuk semua anggota organisasi. Hubungan antara komponen-komponen yang membentuk struktur organisasi seperti pekerjaan atau jabatan lebih mengarah ke pada hubungan linear.

  Hubungan bayangan adalah hubungan informal antar pelaku organisasi yang terjadi selama proses interaksi formal. Hubungan informal terkadang lebih cepat berkembang dibanding dengan hubungan formal. Sebenar- nya hubungan informal ini sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia dan bahkan sudah digunakan dalam proses bernegara bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi musyawarah untuk mufakat.

  Oleh karena itu hubungan ini dapat merugikan organisasi apabila hubungan informal yang terbentuk menjadi hubungan tandingan dari hubungan formal, seperti halnya yang digambarkan pada kondisi di bawah ini:

  1. Hubungan informal sudah membudaya terlalu kuat sehingga dapat membuat hubungan formal tidak dipatuhi dan tidak efektif, walaupun hubungan formal tersebut dibentuk secara resmi atas dasar azas keterbukaan dan telah disepakati oleh seluruh anggota organisasi.

  2. Prosedur atau aturan formal hanya akan digunakan setelah kesepakatan informal telah tercapai; artinya hubungan formal ini hanya akan menjadi syarat untuk memenuhi formalitas di organisasi

  Apabila kedua kondisi tersebut di atas terjadi, maka kebijakan, sistem dan prosedur perusahaan tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Itulah sebabnya banyak kita jumpai ketidak efektifan, penyimpangan serta kebocoran-kebocoran yang menuntut biaya yang sangat tinggi pada organisasi pemerin- tah, organisasi swasta serta organisasi nir laba di Indonesia.

  Sistem Adaptasi yang Kompleks (Complex Adaptive System)

  Teori adaptif yang komplex ber- kembang dari teori keos (chaos theory) dan teori struktur disipatif (dissipative structure). Teori keos (chaos theory) telah digunakan pada tahun 70an dan tahun 80an di bidang kesehatan dan teknik kimia, kemudian diperluas penerapannya di bidang meteo- rologi, fisika, biologi dan metematika. Teori keos menerangkan hubungan non linier antara satu komponen dengan komponen yang lain yang independen satu sama lain di suatu orga- nisasi yang memiliki sifat acak, semerawut, tidak menentu dan tidak stabil sehingga menyebabkan output dari hubungan tersebut sukar untuk diprediksi. Namun hubungan tersebut memiliki pola (pattern); pola tersebut bersifat kualitatif dan tidak sama dengan pola hubungan yang terjadi sebelumnya, oleh karena itu di dalam hubungan tersebut hubungan reguler dan non reguler serta hubungan stabil dan tidak stabil terjadi sekaligus pada waktu yang bersamaan. Hubungan non linier adalah merupakan fenomena alam yang menggambarkan bahwa kebanyakan apa yang terjadi di dunia ini sangat kompleks dan tidak linier. Peng- gambaran segala sesuatu secara linier hanya semata-mata untuk mempermudah pemaham- an yang dilakukan oleh manusia yang memiliki kemampuan berfikir, menyerap dan menyimpan informasi terbatas, yaitu dengan cara yang sederhana yang disebut model mental. Di dalam model mental diterangkan bahwa manusia tidak mungkin dapat meng- ingat informasi yang diterima secara rinci dan mereka akan hanya menyimpan serta meng- gunakan informasi tersebut secara garis besar.

  Selanjutnya atas dasar teori keos ini Prigogine (1984) mengembangkan teori struktur disipatif (dissipative structure). Teori ini mengungkapkan bahwa di dalam hubung- an nonlinear, apabila komponen-komponen yang berhubungan bergerak dan beraksi men- jauh dari titik keseimbangan, maka hubungan tersebut akan berkembang membentuk prilaku yang tidak dapat diprediksi. Dalam keadaan seperti ini, keos menyebabkan ketidakstabilan yang dapat memudarkan atau menghilangkan pola prilaku yang ada, sehingga berubah menjadi prilaku yang baru dengan peng- organisasian diri. Sebagai contoh, pada pola pergerakan awan yang terjadi ketika men- dung; apabila terdapat perubahan kecil yang disebabkan oleh faktor eksternal, seperti perubahan tekanan udara atau angin, maka kumpulan awan yang tidak stabil dapat menyebar atau memisahkan diri satu sama lain. Setelah itu mereka kembali membentuk kelompok awan dengan pola yang baru yang tidak sama dengan kelompok awan yang sebelumnya.

  Dari kedua teori tersebut di atas, maka muncul teori sistem adaptif yang kompleks (complex adaptive system). Lewin dan Regine (2001) mendifinisikan sistem adaftif yang kompleks adalah sistem yang terbentuk oleh sejumlah agen yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu sama lain dan membentuk prilaku yang memiliki pola yang tidak tetap, sehingga apabila terjadi perubahan maka akan diikuti oleh perubahan prilaku. Dengan demikian sistem tersebut akan secara konstan dan terus menerus beradaptasi dengan kondisi lingkungan di sekitarnya.

  Interaksi dan prilaku seperti ini bersifat alamiah dan dapat dibanyak bidang, seperti di bidang ilmu fisika, biologi serta dewasa ini mulai digunakan di bidang bisnis, yaitu untuk menggambarkan prilaku organisa- si bisnis.

  Dengan persaingan bisnis yang sangat ketat, keterbukaan informasi di semua bidang dan mudahnya para pelaku bisnis mem- peroleh sumber daya, maka setiap saat pesaing dapat masuk ke dalam industri untuk merebut pasar. Oleh karena itu agar dapat bertahan hidup, perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif (competitive adavan- tage), mampu berinovasi secara terus menerus dan beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu perusahaan harus mampu menciptakan hubungan yang harmonis dan interaksi positif yang dapat menciptakan sinergi; yang terjadi antar individu, antar kelompok di dalam organisasi atau dengan pihak luar dan lingkungan organisasi. Karena hubungan tersebut melibatkan banyak pihak dan banyak faktor, maka hubungan sangat kompleks dan sukar diprediksi. Dalam keadaan seperti itu orang sukar meramalkan apa yang akan terjadi akibat dari hubungan tersebut karena dinamika yang ada tidak memungkinkan pelaksanaan proses bisnis sesuai dengan rencana yang dibakukan.

  Seperti dinyatakan dalam hubungan bayangan (shadow network) kesimpang siuran dalam hubungan kerja menyebabkan sistem dan prosedur yang ada tidak dapat diterapkan seperti yang diharapkan, sehingga nampak persis seperti chaos atau ”semerawut”.

  Namun jika dianalisis lebih jauh hubungan bayangan tersebut sesungguhnya memiliki pola tertentu, dan apabila diperlukan perubahan, maka organisasi akan melakukan penyesuaian diri sendiri. Hubungan seperti ini dapat digolongkan sebagai hubungan adaptif yang kompleks (complex adaptive relationship), karena hubungan tersebut bekerja sesuai dengan pola yang digambarkan oleh sistem adaptif yang kompleks (complex adaptive system).

  Dengan mengacu pada Zohar (1990), Stacey(1996) menganalogikan hubungan ini seperti interaksi yang terjadi pada atom, yang mana elemen-elemen pada atom dapat melakukan penyesuaian diri sendiri dengan cara bergesekan satu sama lain dan mem- bentuk pola tertentu. Keadaan ini mirip sekali dengan pola hubungan antara anggota masya- rakat Indonesia. Dengan musyawarah dan bermufakat satu sama lain, maka mereka akan mencapai suatu keputusan yang sering kali tidak sesuai dengan aturan yang tertulis di perusahaan atau organisasi. Dalam per- mufakatan tersebut terjadi proses adaptasi yang saling mengakomodir pendapat dan keinginan orang lain. Hal ini pernah dilaku- kan oleh para petinggi negara dan anggota parlemen kita ketika mereka mengadakan musyarawarah untuk menentukan penggantian kepemimpinan nasional dari tangan Presiden Abdurahman Wahid kepada Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri. Yang mana pada saat itu pertemuan informal dilakukan di suatu tempat (di mesjid) yang menghasilkan suatu kesepakatan. Keesokan harinya pertemuan formal baru dilakukan di gedung DPR yang mana masyarakat telah dapat mengantisipasi keputusan yang akan dihasilkan. Masih bany- ak contoh lain tentang proses musyawarah dan permufakatan, namun tidak akan dibahas di buku ini.

  Kompetensi, Ketidak-pastian dan Chaos Seperti telah dibahas di atas bahwa dewasa ini dunia usaha menghadapi situasi yang tidak menentu dan tidak pasti, prediksi tidak dapat dibuat dalam jangka waktu yang panjang karena komponen yang digunakan untuk memprediksi terus berubah. Faktor eksternal yang tak bisa dikendalikan oleh organisasi semakin berpengaruh; bencana alam seperti tsunami, terorisme, flu burung dan krisis ekonomi menyebabkan ketidak pastian serta hubungan non linier semakin tergambar dalam interaksi bisnis. Untuk menghadapi hal itu organisasi memerlukan sumber daya manusia yang mampu fleksibel untuk melakukan perubahan dan cerdas dalam mengambil keputusan pada keadaan yang kompleks. Sumber daya manusia seperti itu baru dapat dimiliki oleh perusahaan apabila orang-orang yang bekerja di perusahaan memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, sehingga mereka memiliki kapasitas yang optimal. Telah dibahas sebelumnya mengapa kompetensi dapat membuat orang memiliki kapasitas yang optimal. Diantaranya adalah dengan memiliki kompetensi orang mampu memanfaatkan apa yang terbaik dari dirinya. Hal ini tercipta apabila semua komponen kompetensi bersinergi pada tubuh orang tersebut pada saat dia berinteraksi dengan lingkungan pekerjaannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan kerja, orang dapat memperbaiki sebagian komponen kompetensinya tanpa merubah komponen lain yang menjadi jati dirinya.

  Dari teori pada umumnya meng- identifikasikan bahwa perusahaan tidak cukup hanya berkonsentrasi pada pengembangan kompetensi teknis, karena sumber daya manusia harus dapat melakukan perubahan untuk memenuhi tuntutan perubahan lingkungan usaha. Seringkali yang perlu berubah adalah kemampuan kompetensi teknis, sedangkan kompetensi prilaku masih tetap dibutuhkan untuk membuat manusia mampu bertahan dan berprestasi pada lin- gkungan dan keahlian teknis yang berbeda. Sumber daya manusia harus memiliki semangat kerja dan kreatifitas yang sama dengan sebelumnya dan ini hanya dapat dipe- nuhi apabila mereka memiliki kompetensi prilaku yang tepat, sehingga dapat membuat seseorang tetap ingin dan mampu berprestasi secara terus menerus.

  Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kedaaan chaos, kompleks dan tidak pasti, perusahaan memerlukan tingkat adaptivitas yang tinggi. Untuk itu perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang memiliki kompetensi prilaku yang sesuai, yaitu kompetensi yang mampu mengendalikan intelegensi emosional dengan baik. Dengan demikian mereka tetap akan tegar dalam menghadapi perubahan dan persoalan yang terjadi akibat keadaan bisnis yang tidak menentu.

  Metode Penelitian Desain Penelitan

  Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada alur penelitian kualitatif pada umumnya. Penulis mengadapsinya dari Marshall and Rossman (1999).

Desain Penelitian

  (Model diadaptasi dari Marshall dan Rossman, 1999 )

  Tinjauan Pustaka Model, konsep dan teori : buku, jurnal, majalah Praktek-praktek Penelitian pembelajaran organisasi.

  Studi Pendahuluan Pertanyaan dan Tujuan Penelitian Uji Coba Pertanyaan untuk Wawancara PENGUMPULAN DATA: Data Sekunder : Data Primer : Wawancara

   Dokumen yang sudah dipublikasi  Dokumen Perusahaan

  Analisis dan Manajemen Data Hasil Sensitivitas Teori Literatur Diskusi Kesimpulan

  Kategori Penelitian Kategori Perspektif/ Aktivitas Alasan

Filosofi Becoming Untuk mengungkap arti yang diberikan oleh pemberi

informasi dalam mengungkapkan situasi ( whiteley, 2002)

  

Sosiologi Fenomenologi Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan, mengkode

dan menginterpretasikan arti yang sesungguhnya dari fenomena yang terjadi dari pengalaman belajar responden.

  Interaksi Simbolik Artinya atribut merupakan hasil dari interaksi sosial didalam masyarakat. Penelitian ini menerangkan arti dari atribut dan symbol yang berkaitan dengan pembelajaran.

  Ontologi konstruktivism Tidak ada objektivitas dan realitas langsung. Ketika interaksi antara responden, dimana lingkungan pembelajaran sangat dinamik dan kompleks, maka penelitian ini akan mempelajari seting sosial dan arti ganda.

  

Metodologi Kualitatif Penelitian ini fokus pada arti dari fenomena (Cassell dan

Symon, 1995 )

Proses didalam unit sosial (kelompok kerja, department atau organisasi) dipelajari dengan menggunakan sejumlah wawancara (Cassell and Symon, 1995) Data akan dikembangkan, bukan diringkas Penelitian ini berkenaan dengan kompleksitas dari interaksi social yang digambarkan dalam kehidupan sehari-hari (Marshall and Rossman, 1999).

  Sumber Internal: struktur - organisasi, catatan dan kebijakan Data kualitatif perusahaan

  • Sumber Eksternal: buku, jurnal,

  Kebanyakan informasi dikumpulkan melalui wawancara sejumlah responden Metode Pengambilan Sampel dari Sugar Cane Plantations .

  40 responden diambil, yang dianalisis telah Purposive Sampling mewakili permasalahan yang ada serta tingkatan pekerjaan yang ada. Menurut Gobo (2004) “purposive sampling melibatkan beberapa kasus dalam situasi yang ekstrim untuk memaksimumkan Purposive sampling menuntut kita untuk berpikir kritis tentang parameter populasi yang dipilih sebagai sampel (Silverman, 2000).

  Theoretical Sampling

  Glaser and Strauss (1967) mendefinisikan theoretical sampling sebagai “ sebuah proses pengumpulan data untuk membangun teori dimana analis mengumpulkan, mengkode dan menganalisis data serta memutuskan data yang mana yang akan diambil kemudian dan dimana memperolehnya, agar dapat mengembangkan teori. Theoretical sampling dapat menguji proses social dengan membangun ide dengan mengambil setting selanjutnya untuk menyajikan peluang untuk membandingkan (Dey,2004, p. 84).

  Analisis Data

  Analisis data akan terdiri dari beberapa tahap: Analisis Data dan Managemen (Whiteley, 2002).

  Manajemen data Merekam/Transcript Memo-ing Teknologi Merekam wawancara atau percakapan agar perhatian pewawancara pada responden. Peralatan pada re

dibutuhkan.

  Tambahkan materi wawancara, mulai dari asumsi ke “reminders”. Software manajemen data elektronik memungkinkan untuk mengatur kembali “codes” dan “categories” serta konektivitas antar data. Analisis Data Ucapan kedalam “codes” “codes” kedalam “categories”

  “categories” menjadi “concep Membandingkan Mempertanyakan Analisis sifat yang memungkinkan “patterns” dan

  “konsep” muncul serta hubungan antara mereka ada. Menggeser, memperluas dan menghapus kategori mengidentifikasikan “content analysis”.

  “Audit trail” Kombinasi dari: Rekaman komputer, Memos, catatan lapang, koresponden.

  Ada 2 alasan melakukan “audit trail”. 1. memungkinkan orang lain untuk memverifikasi tuntutan “rigour” dan sistematika.

  2. memungkinkan, aktivitas penelitian, menyangkut praktek dan kemungkinan penggandaan.

  Pertimbangan Etik

  Marshall and Rossman (1999) menyatakan bahwa “pertimbangan etik adalah izin yang diinformasikan secara umum”. Pertimbangan tersebut memproteksi “anonymity” dari “participants”. Di Universitas tertentu kehawatiran kebijakan dan prosedur etik terhadap penelitian yang melibatkan manusia sangat kuat. Oleh karena itu penelitian harus menggikuti aturan yang ditetapkan oleh institusi. Creswell (1994) mengilustrasikan cara melindungi hak-hak respondents:

  1. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara verbal dalam tulisan, sehingga dapat dimengerti dengan jelas oleh respondents.

  2. Selayaknya ada izin tertulis untuk memulai penelitian.

  3. Responden diinformasikan tentang aktivi- tas dan peralatan penelitian

  4. Hak, kepentingan dan keinginan respon- den dipertimbangkan terlebih dahulu ketika ingin melaporkan data.

  5. Keputusan apakah akan anonymious atau tidak tergantung dari responden.

  Rigour

  “Rigour” menjadi sesuatu yang sangat penting dalam melakukan penelitian kualitatif, karena rigour menentukan kualitas yang tinggi, data yang relevan dan berarti. Patton in Whiteley (2002) menyatakan bahwa kredibilitas dari penelitian kualitatif tergantung dari teknik teliti dan tepat dalam mengumpulkan data yang berkualitas yang dianalisis dengan mempertimbangkan validitas, reliabilitas, audit trail, dan triangulasi.

  • Hubungan yang terjadi pada pekerjaan
  • Hubungan bersifat langsung dan
  • Hubungan kerja dalam proses

  Hasil Penelitian

  1. Fakta-fakta Pendukung Praktek Complex Adaptive System Banyak fakta yang mengindentifikasi dengan kuat adanya praktek complex adaptive system di perkebunan tebu. Hasil penelitian ini dibedakan atas pekerjaan atau permasalahan, yaitu pekerjaan administratif dan pekerjaan atau permasalahan yang bersifat stratejik. Pekerjaan yang secara alamiah bersifat administratif adalah administrasi personalia dan administrasi keuangan. Sedangkan pekerjaan yang bersifat stratejik mulai dari pekerjaan atau permasalahan pengembangan karyawan, pengembangan karir, pelatihan dan sistem kompensasi.

  a. Pekerjaan dan Permasalahan Administratif.

  administratif lebih didominasi oleh hubungan linier dan formal.

  sederhana antara satu staf kepada staf lainnya yang berkenaan dengan proses administrasi kepersonaliaan dan administrasi keuangan.

  administratif dapat merupakan proses lanjutan dari hasil keputusan stratejik yang telah diputuskan pada tingkat atasnya.

  • Agen-agen yang merupakan pelaku

  hubungan administratif adalah orang- orang yang menduduki posisi formal pada organisasi yang ada.

  • Hasil dari hubungan non formal

  b. Pekerjaan dan Permasalahan Stratejik

  • Pada pekerjaan yang bersifat stratejik hubungan non linier dan non formal sering terbentuk, terutama pada saat menentukan hal-hal terte
  • Agen-agen yang merupakan pelaku hubungan non linier seringkali tidak sama dan tidak sesuai dengan orang- orang yang menduduki posisi formal pada organisasi yang ada.
  • Hubungan bersifat non formal

  tersebut lebih bersifat kompleks dan seringkali keputusan non formal mendominasi hubungan yang ada.

  diteruskan dan diproses oleh pejabat yang melaksanakan pekerjaan linier dan administratif.

  

Gambar 1. Hubungan Linier Pekerjaan dan Permasalahan Administratif

Administrasi Sistem Penggolongan Administrasi Sistem Kompensasi Administration

  Administrasi Pelatihan Penggunaan Dasar IT Dan Data Peran dan Prosedur Personalia Lain Prosedur Pembayaran Pembayaran Pesangon Pembarayan Cuti Pembayaran Bonus, Benefits, dan Insentif Potongan Pembayaran Proses Multi Level Dikendalikan oleh Personnel Manager Disetujui oleh HR Division Head Diverifikasi oleh Akuntan Uang Tunai dari Departemen Keuangan Transfer ke Bank Transfer ke Account Financial Non Financial Benefits: Transportasi, Idl Fitr, and Produksi Insentif: Listrik, Air, family, posisi, perumahan, dan superannuation. Dana Pensiun Asuransi Co-operative Fee Tax Registrasi Pelatihan Koordinasi Pelatihan Training Report Collection Administrasi Keuangan Pelatihan Database Karyawan Administrasi Pengobatan Perjalanan Bisnis Surat Legal Perusahaan Golongan 1 - 11 (Tertinggi): Golongan 1 - 5: non staff Golongan 5 -11: Staff

  Hubungan non- linear Praktek pada Pekerjaan Stratejik di Pabrik Tebu Perencanaan Hubungan Industri Penilaian Kinerja SDM Pembentukan Organisasi Metode Rekrutmen dan seleksi Masa Orientasi Percobaan Komunikasi Non Prosedural Sistem Kompensasi Pengembangan Training Peningkatan Gaji Karir/ Promosi Provision Sistem Kompensasi Penentuan Gaji Pengembanga n IT Motivasi Non Formal Penilaian Kinerja Komunikasi 1 Rekrutmen baru Bonus Desain WPS: Sistem Manajemen Kinerja Desain Operasi:

  Berg, B. L. 1989, Qualitative research

  Simpulan methods for the social sciences , Allyn Hubungan kerja yang bersifat non and Bacon, Boston.

  linier dan kompleks semakin banyak kita jumpai di perusahaan perusahaan swasta, Britten, N. & Fisher, B. 1993, 'Qualitative khususnya di pabrik tebu. Hubungan non research and general practice', British linier ini terbentuk karena adanya kebutuhan Journal of General Practice, vol. 43, untuk berinteraksi di luar jalur formal yang pp. 270-271. terbentuk pada struktur organisasi yang ada. Orang-orang yang berperan sebagai agen-agen Charmaz, K. 2000, 'Grounded Theory: dalam hubungan yang kompleks (Complex Objectivist and Constructivist Method Adapative System) adalah orang orang yang Methods', in N. K. Denzim & Y. S. dipercaya dan mampu memutuskan permasa- Lincoln, (eds.), Handbook of lahan yang dihadapi pada saat ini. Interaksi Qualitative Research , 2 edn, sage, yang sering terjadi secara informal antara Thousand Oaks. pelaku pelaku organisasi menghasilkan kebutuhan interaksi di luar sistem yang ada. Cilliers, P. 1998, Complexity and Seringkali hasil dari proses informal dijadikan Postmodernism: Understanding keputusan yang sah yang diteruskan secara Complex Systems , Routledge, administratif oleh pelaku administrasi. London.

  Daftar Pustaka

  Creswell, J. W. 1998, Qualitative inquiry and

  research design : choosing among

  five traditions , Sage Publications, Thousand Oaks, Calif.

  organisational research , Sage Publications, London, pp. 118-134.

  social sciences and humanities , Addison-Wesley, Reading, Mass.

  Huberman, A. M. & Miles, M. B. 1998, 'Data management and analysis methods', in N. K. Denzin & Y. S. Lincoln, (eds.),

  Collecting and interpreting qualitative materials , Sage

  Publications, Inc., Thousand Oaks, California, pp. 179-210. Hutapea,P & Thoha,N. 2006, Kompetensi Plus. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jick, T. D. 1979, 'Mixing qualitative and quantitative methods: triangulation in action', Administrative Science Quarterly, vol. 24, no. December, pp. 602-611. Johnson-Laird, P. N. 1995, Mental models,

  6th edn, Harvard University Press, Cambridge. King, N. 1994, 'The qualitative research interview', in C. Cassel & G. Symon,

  (eds.), Qualitative methods in

  Kirk, J. & Miller, M. L. 1986, Reliability and

  2nd edn, Sage Publications, Inc., Thousand Oaks, California, pp. 487- 508.

  validity in qualitative research , Sage Publications, Newbury Park, Calif.

  Lewin, R. & Regine, B. 2003, 'The core of adaptive system', in E. Mitleton- Kelly, (ed.) Complex systems and

  evolutionary perspective on organisations: The application of complexity theory to organisations , Pergamon, London, pp. 167-183.

  Lincoln, Y. S. & Guba, E. G. 1985,

  Naturalistic inquiry , Sage Publications, Beverly Hills, Calif.

  Lindlof, T. R. 1995, Qualitative

  Holsti, O. R 1969, Content analysis for the

  Handbook of qualitative reserach ,

  Denzin, N. K. 1983, 'Interpretive interactionism', in G. Morgan, (ed.)

  qualitative research , 2nd edn, Sage

  Beyond method , Sage Publishing, Beverly Hills, pp. 129-145.

  Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. 1994,

  Handbook of qualitative research , Sage Publications, Thousand Oaks.

  Elias, S. & Noone, C. 2011, ‘The Growth and Development of The Indonesian Economy’ in Reserve Bank of

  Australia Bulettin

  , December Quarter 2011. Fontana, A. & Frey, J. H. 2000, 'The interview: From structured questions to negotiated text', in N. K. Denzin & Y. S. Lincoln, (eds.), Handbook of

  Publications, Inc., Thousand Oaks, California, pp. 645-672. Geertz, C. 1973, Thick description: Towards

  K. Denzin & Y. S. Lincoln, (eds.),

  an interpretive theory of culture , Basic Books, New York.

  Glaser, B. G. 1998, Doing grounded theory :

  issues and discussions , Sociology Press, Mill Valley, CA.

  Glaser, B. G. & Strauss, A. L. 1967, The

  discovery of grounded theory; strategies for qualitative research ,

  Aldine Pub. Co., Chicago,. Gubrium, J. F. & Holstein, J. A. 2000, 'Analyzing Interpretive Practice', in N.

  communication research methods , Sage Publications, Thousand Oaks, Calif. Locke, K. 1996, 'Rewriting The Discovery of

  Grounded Theory after 25 years?' Journal of Management Inquiry, vol.

  Richards, L. 1999b, Using NVivo in qualitative research , Sage, London. Ryan, G. W. & Bernard, H. R. 2000, 'Data management and analysis methods', in

  Limited, Cheltenham, pp. 125-143. Prigogine, I. & Stengers, I. 1985, Order out of

  chaos: Man's new dialogue with nature , Flamingo, Hammersmith,

  London. Prigogine, I. & Stengers, I. 1997, The end of

  certainty : time, chaos, and the new laws of nature, 1st Free Press edn,

  Free Press, New York. Richards, L. 1999a, 'Data alive! The thinking behind Nvivo', Qualitative Health

  Research, vol. 9, no. 3, pp. 412-425.

  N. K. Denzin & Y. S. Lincoln, (eds.),

  Pauwels, P. & Matthyssens, P. 2004, 'The architecture of multiple case study research in international business', in R. Marschan-Piekkari & C. Welch, (eds.), Handbook of qualitative

  Handbook of qualitative research ,

  Sage Publications, Inc., Thousand Oaks, California, pp. 769-802. Schwandt, T. A. 1994, 'Constructivist, interpretivist approaches to human inquiry', in N. K. Denzin & Y. S. Lincoln, (eds.), Handbook of

  qualitative research , Sage

  Publications, Thousand Oaks, California, pp. 118-137. Schwandt, T. A. 2000, 'Three epistemological stances for qualitative inquiry:

  Interpretivism, hermeneutics, and social constructionism', in N. K. Denzin & Y. S. Lincoln, (eds.),

  Handbook of qualitative research ,

  research methods for international business , Edward Elgar Publishing

  and research methods, 2nd edn, Sage Publications, Newbury Park, Calif.

  5, no. 3, pp. 239-245. Manning, K. 1997, 'Authenticity in constructivist inquiry: The methodological considerations without prescription', Qualitative

  141-157. Merriam, S. B. 1998, Qualitative research

  Inquiry, vol. 3, no. 1, pp. 93-115.

  Marshall, C. & Rossman, G. B. 1999,

  Designing qualitative research,

  3rd edn, Sage Publications, Thousand Oaks, Calif. Martin, P. Y. & Turner, B. A. 1986,

  'Grounded theory and organisational reserach', The Journal of Applied

  Behavioral Science, vol. 22, no. 2, pp.

  and case study applications in education, [2nd ] edn, Jossey Bass

  Publications, Thousand Oaks, California, pp. 220-235. Patton, M. Q. 1990, Qualitative evaluation

  Publishers, San Francisco. Miles, M. B. & Huberman, A. M. 1994,

  Qualitative data analysis : an expanded sourcebook, 2nd edn, Sage

  Publications, Thousand Oaks. Moran,

  D. 2000, Introduction to phenomenology , Routledge, London. Morse, J. M. 1994, 'Designing funded qualitative research', in N. K. Denzin

  & Y. S. Lincoln, (eds.), Handbook of

  qualitative research , Sage

  2nd edn, Sage Publications, Inc., Thousand Oaks, California, pp. 189- 214. Silverman, D. 1993, Interpreting qualitative

  data: methods for analysing talk, text and interaction , Sage, London.

  Taylor, S. J. & Bogdan, R. 1998, Introduction

  familiarization study in qualitative research: From theory to practice ,

  series), Curtin University, Perth, Western Australia. Whiteley, A. M. & Whiteley, J. 2005, The

  research interview , (Working paper

  Howie, F., Klass, D., Latham, J., Bickley, M. & Luckheenarain, L. 1998, Planning the qualitative

  Curtin University, Perth, Western Australia. Whiteley, A. M. 2004, 'Grounded research: A modified grounded theory for the business setting', Qualitative Research Journal, vol. 4, no. 1, pp. 27-46. Whiteley, A. M., McCabe, M., Buoy, L.,

  research , (Working Paper Series),

  Curtin University, Perth, Western Australia. Whiteley, A. M. 2002b, Rigour in qualitative

  modified grounded theory for the business setting , (Working paper),

  York. Whiteley, A. M. 2002a, Grounded research: a

  emerging science at the edge of order and chaos , Simon & Schuster, New

  Waldrop, M. M. 1992, Complexity : the

  Turner, B. A. 1981, 'Some practical aspects of qualitative data analysis: One way of organising the cognitive processes associated with the generation of grounded theory', Quality and Quantity, vol. 15, pp. 225-247.

  Wiley, New York.

  to qualitative research methods : a guidebook and resource, 3rd edn,

  Research handbook , Berrett - Koehler, San Francisco.

  Silverman, D. 2000a, 'Analyzing talk and text', in N. K. Denzim & Y. S.

  1997, 'Qualitative research methods', in Human resource development:

  Sage Publications, Newbury Park, Calif. Swanson, B., Watkins, K. E. & Marsick, V.

  qualitative research : grounded theory procedures and techniques ,

  Pearson Education Limited, Essex, UK. Strauss, A. L. & Corbin, J. M. 1990, Basics of

  and organisation dynamics: the challenge of complexity, 4th edn,

  Prentice Hall, Harlow, England. Stacey, R. D. 2003, Strategic management

Dokumen yang terkait

Sistem Informasi Nilai Pada Sma Yos Sudarso Medan Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0

3 81 77

Analisis Karakteristik Individu dan Faktor Psikologis Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Memilih Produk Pelumas Oli Pertamina (Kenderaan Roda Dua) Studi Kasus SPBU 11.201.101. Jl. K.L. Yos Sudarso Medan

0 37 103

Analisis Faktor-faktor Keberhasilan Dalam Menjalankan Usaha Keluarga (Studi Kasus Pada Rumah Makan Sop Sumsum Langsa Jl. KL Yos Sudarso No. 73 Medan)

8 72 78

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN METODE DU PONT SYSTEM PADA PABRIK GULA TJOEKIR JOMBANG

1 27 20

Helmi Kurniawan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Informatika Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5 No. 3A Tanjung Mulia, Universitas Potensi Utama e-mail: helmikurniawan77gmail.com Abstrak - Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyaw

0 0 6

Program Studi S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Email : geniamegaymail.com Email : yahyaarwiyahtelkomuniversity.ac.id ABSTRAK - View of PENGARUH NILAI-NILAI RELIGIUS PEGAWAI DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN KINERJA PEGA

0 0 13

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEBU DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Program Studi Agribisnis

2 11 107

Double Degree Program in International Business – Cologne Business School (CBS)

0 0 5

B. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pusat Data Pasar Modal yang beralamat di Kampus Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII), Lantai 2, Jalan Laksamana Yos Sudarso Kav. 87, Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Penelitian ak

0 0 12

BINUS INTERNATIONAL OPERATION SUPPORT SYSTEM PORTAL PROFILING SYSTEM

0 0 18