BAB. 4 ASPEK LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI dan LINGKUNGAN

BAB. 4
ASPEK LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI
dan LINGKUNGAN

4.1.

Aspek lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalampenyusunan RPI2-JM
bidang CiptaKaryatelah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan
lingkunganhidup.

Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :

1.

UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan LingkunganUpaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)dan Surat Pernyataan kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”


2.

UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di
segala bidang”.

3.

Peraturan Presiden No.5/2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya

alam di


perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4.

Permen LHNo. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis:
IV-1

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
penyiapan alternative penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar
dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
5.

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan atau UKL danUPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat,pemerintah provinsi,dan pemerintah

kabupaten/kotadalam aspek lingkungan terkait bidang CiptaKarya mengacu pada UU
No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1.

Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak
perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepaladaerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.


2.

Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
IV-2

e. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.
f. Melakukan

pembinaan,

bantuan

teknis,

dan


pengawasan

kepada

kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksan akan standar pelayanan minimal.

3.

Pemerintah Kabupaten
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.
e. Melaksan akan standar pelayanan minimal.

4.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS)
Menurut UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah

rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan didalam RPIJM karena:

1.

RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.

2.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan karena RPIJM berada
padatataran

Kebijakan/Rencana/Program.

Dalam

hal


ini,

KLHS

menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana
dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan
pembangunan

yang berpotensi

mengakibatkan dampak negative

terhadap lingkungan hidup.

Koordinasi penyusunan KLH Santari nstansi sangat diperlukan untuk mentransfer
pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
IV-3


Tahapan Pelaksanaan KLHS
Selanjutnya tahapan

pelaksanaan

KLHS diawali dengan

penapisan usulan

rencana/program dalam RPIJM persektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok
seperti(1)

perubahan

iklim,

(2)kerusakan,kemerosotan,dan/atau

kepunahan


keanekaragaman hayati,(3)peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,(4) penurunan
mutudan kelimpahan sumberdaya alam, (5)peningkatan alih fungsi kawasan
hutanan/atau lahan,(6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko
terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Untuk lebih jelasnya tentang Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang
CiptaKarya disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 8.1.
Kriteria Penapisan UsulanProgram/Kegiatan Bidang CiptaKarya
di Kota Pontianak
Penilaian
No.

Kriteria
Penapisan

1.

PerubahanIklim

2.

3.

Uraian
Pertimbangan
Terjadi beberapa tahun terakhir akibat
pengaruh perubahan iklim Australia, tapi
masih pada batas aman

Kerusakan,
kemerosotan,
dan/atau
Kerusakan hutan mangrove
kepunahan
keanekaragaman
hayati
Peningkatan

intensitasdancak
upan wilayah
bencana
banjir,longsor,
kekeringan,
dan/atau
kebakaran
hutandan lahan,

Kesimpulan:
(Signifikan/
TidakSignifikan)
Tidak signifikan

Tidak signifikan

Kabakaran lahan sering terjadi sebagai
akibat kekeringan dan kebiasaan membakar
untuk pakan ternak, sebagai akibat
Tidak signifikan
perubahan iklim,dan kebiasaan membakar,
tapi masih terpantau

IV-4

4.

5.

6.

7.

Penurunan
mutudankelimpa
han sumber
dayaalam

Adannya ekploitasi batu kapur untuk
industri semen Kupang dan bahan tabang
galian C lainnya di beberapa tempat yang
Tidak signifikan
berakibat pada penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam, namun
sejauh ini masih dalam batas aman

Peningkatan alih
fungsi kawasan
hutan dan/atau
lahan,

Alih fungsi lahan hutan/semak belukar
menjadi hunian di pinggir kota dan alih
fungsi lahan hunian menjadi perdagangan Tidak signifikan
pada jalur jalan utama pusat kota. Sejauh ini
masih aman namun perlu diantisiasi

Peningkatan
jumlah
penduduk miskin
atau
terancamnya
keberlanjutan
penghidupan
sekelompok
masyarakat

Pesatnya pertumbuhan penduduk migran
perdesaan ke kota Pontianak dengan
keterampilan yang terbatas mengakibatkan
peningatan jumlah penduduk miskin Tidak signifikan
perkotaan dan terbantuknya kampung
kumuh dan Sqoter setlemen pada beberapa
kawasan di kota Pontianak

Peningkatan
risiko terhadap
kesehatan dan
keselamatanma
nusia

Terjadi pencemaran sumber air permukaan
dan sumur dangkal dalam

Tidak signifikan

Rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap criteria penapisan diatas
maka Satgas RPIJM didukung Badan lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS
dengan tahapan sebagai berikut:

1.

Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya
Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
 Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan
dalam pelaksanaan KLHS;
 Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
 Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,
IV-5

rencana

dan/atau

program

memperoleh

legitimasi

atau

penerimaan oleh publik;
 Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan
akses

untuk

menyampaikan

informasi,saran,pendapat,dan

pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui
proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 8.2.
Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat
Dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
MasyarakatdanPemangku
Kepentingan
Pembuat keputusan
Penyusun kebijakan, rencana
dan/atau program

Lembaga
a.Bupati/Walikota
b.DPRD
Dinas PU-Cipta Karya, BPLHD
a.Dinas PU-Cipta Karya
b.BPLHD

Instansi

a.Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya
b.Asosiasi profesi
Masyarakat yang memiliki
informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/kelompok)

c.Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan
lingkungan hidup
d.LSM/Pemerhati Lingkungan hidup
e.Perorangan/tokoh
f.kelompok yang memiliki data dan informasi
berkaitan dengan SDA
a.Lembaga Adat
b.Asosiasi Pengusaha

Masyarakat terkena Dampak

c. Tokoh masyarakat
d. Organisasi masyarakat
e.Kelompok masyarakat
dll)

tertentu (nelayan,petani

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
 Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi
IV-6

aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan
antar ketiga aspek tersebut; pembahasan focus terhadap isu
signifikan;

dan

membantu

penentuan

capaian

tujuan

pembangunan berkelanjutan.

KHLS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana
program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih
tepat diterapkan adalah AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH. Penjelasan perbendaan antara
KHLS dan AMDAL di sajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 8.5. Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL

Deskripsi

Rujukan
Peraturan
Perundangan

Pengertian
Umum

Kewajiban
pelaksanaan

Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Amdal)

UU 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Permen LH 09/2011 tentang
Pedoman umum KLHS

UU32tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang
jenis kegiatan bidang PU wajib UKLUPL
Permen LH5/2012 tentang jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan WajibAMDAL

Rangkaian
analisis
yang
sistematis, menyeluruh, dan
partisipatif
untuk
memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan
terintegrasi
dalam
pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program.

Kajian mengenai dampak penting suatu
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
Usaha dan/atau
Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas
yang dapat menimbulkan perubahan
terhadap rona lingkungan hidup serta
menyebabkan
dampak
terhadap
lingkungan.

Pemerintahdan
PemerintahDaerah

Pemrakarsa rencana usaha dan/atau
kegiatan yang masuk criteria sebagai wajib
AMDAL Pemerintah/swasta)

Keterkaitan studi
lingkungan
dengan:

Penyusunan atau evaluasi Tahap perencanaan suatu usaha dan atau
RTRW, RPJP dan RPIM kegiatan
Kebijakan, rencana dan/atau
program yang berpotensi
menimbulkan
dampak
dan/atau resiko lingkungan

Mekanismepelak
sanaan

pengkajian
pengaruh Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang
kebijakan, rencana, dan/ atau berkompeten sebagai penyusunAMDAL
program terhadap kondisi Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai

IV-7

Deskripsi

Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Amdal)

lingkungan hidup di suatu
wilayah;
perumusan alternatif
penyempurnaan kebijakan,
rencana, dan/atau program;
dan rekomendasi perbaikan
untuk pengambilan
keputusan kebijakan
rencana, dan/atau program
yang mengintegrasikan
prinsip pembangunan
berkelanjutan.

AMDAL yang dibentuk oleh
Menteri,Gubernur, atau Bupati/Walikota
sesuai kewenangannya dan dibantu oleh
Tim Teknis.
Komisi penilai AMDAL menyampaikan
rekomendasi berupa kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri,
gubernur, dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.

Menteri, gubernur, dan bupati/walikota
berdasarkan rekomendasi komisi penilai
AMDAL menerbitkan
Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan
lingkungan

Muatan Studi
Lingkungan

 Isu
Strategis
terkait
Pembangunan
Berkelanjutan
Kajian
pengaruh
rencana
/
program dengan isu- isu
strategis
terkait
pembangunan
berkelanjutan. Alternatifr
ekomendasi
untuk
rencana / program

i. Kerangkaacuan;
ii. Andal;
iii. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan
Amdal dan RKL- RPL. Kerangka acuan wajib
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dan/atau rencana tata ruang kawasan.

Output

Dasar
bagi
kebijakan,
rencana, dan/atau program
pembangunan dalam suatu
wilayah.

Keputusan
Menteri,
gubernur
dan
bupati/walikota
sesuai
kewenangan
tentang kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan.

Outcome

Pendanaan

Rekomendasi
KLHS  Dasar
digunakan sebagai alat untuk
pertimbanganpenetapankelayakanatau
melakukan
perbaikan
ketidak layakanlingkungan
kebijakan, rencana, dan/atau  Jumlahdanjenisizinperlindunganhidupya
program pembangunan yang
ngdiwajibkan
melampaui daya dukung dan  Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa
daya tamping lingkungan.
sesuai yang tercantumdalamRKLRPL.
Segala
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
telah
melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan
hidup sesuai hasil
KLHS tidak diperbolehkan
lagi.
APBDKabupaten/Kota

 Kegiatan penyusunan AMDAL
ANDAL,
RKL-RPL)
didanai
pemrakarsa,

(KA,
oleh

IV-8

Deskripsi

Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Amdal)
 Kegiatan
Komisi Penilai AMDAL,
Tim Teknis dan secretariat Penila
iAMDAL dibebankan pada APBN/APBD
 Jasa penilaian AMDAL dan RKL-RPL oleh
komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai
oleh pemrakarsa.
 Dana pembinaan dan pengawasan
dibebankan pada anggaran instansi
lingkungan hidup pusat, provinsi dan
kabupaten/kota

Partisipasi
Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu
komponen dalam
kabupaten/kota yang dapat
mengakses
dokumen
pelaksanaan KLHS

Masyarakat yang dilibatkan adalah:
i. Yang terkena dampak;
ii. Pemerhati lingkungan hidup;dan/atau
iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL

Atribut
Lainnya:Posisi

Hulu siklus pengambilan
keputusan

Akhir skilus pengambilan keputusan

Pendekatan

Cenderung proaktif

Cenderung bersifat reaktif

Fokus analisis

Evaluasi implikasi lingkungan
dan pembangunan
berkelanjutan

Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak
lingkungan

Dampak
kumulatif

Peringatan dini atas adanya
dampak komulatif

Amat terbatas

Titik berat
telaahan

Memelihara keseimbangan
alam, pembangunan
Berkelanjutan

Mengendalikan dan meminimalkan dampak
negative

Alternatif

Banyak alternatif

Alternatif terbatas jumlahnya

Kedalaman

Luas dan tidak rinci sebagai
landasan
untuk
Mengarahkan visi dan
kerangka umum

Sempit, dalam dan rinci

Deskripsi
proses

Proses multi pihak, tumpang
tindih komponen,KRP
Merupakan proses interatkif
dan kontinu

Proses di deskripsikan dengan jelas,
mempunyai awal dan Akhir

Fokus
pengendalian
dampak

Fokus pada agen
dapembangunan
berkelanjutan

Menangani gejala kerusakan lingkungan

Institusi
Penilai

Tidak diperlukan institusi
yang berwenang
memberikan penilaian dan
persetujuan KLHS

Diperlukan institusi yang berwenang
memberikan penilaian dan persetujuan
AMDAL

Sumber : Hasil analisa

IV-9

4.1.2 Amdal,UKL-UPL, danSPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan
Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Jenis Kegiatan Bidang CiptaKarya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi
dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel8.6. PenapisanRencanaKegiatanWajib AMDAL
No.
A.

B.

C.

JenisKegiatan
Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan system Control
landfill/sanitarylandfill:
b. TPA didaerah pasang surut:
-luas landfill, atau
-Kapasitas Total
c. Pembangunan transferstation
-Kapasitas
d.Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
-Kapasitas
e.Pengolahan dengan insinerator:
-Kapasitas
f. Composting Plant:
-Kapasitas
g. Transportasi sampah dengan keretaapi:
-Kapasitas
Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a.Kota metropolitan, luas
b.Kota besar, luas
c.Kota sedang dan kecil, luas
d. keperluan settlement transmigrasi
Air Limbah Domestik

Skala/Besaran
>10 ha
>100.000 ton
semua
kapasitas/besaran
> 500 ton/hari
>500 ton/hari
Semua kapasitas
>500 ton/hari
>500 ton/hari
>25 ha
>50 ha
> 100 ha
>2000 ha

IV-10

No.

D

e.

JenisKegiatan
Skala/Besaran
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
>2ha
Luas,atau Kapasitasnya
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk >11m3/hari
fasilitaspenunjangnya:
>3ha
- Luas,atau
>2,4ton/hari
-Kapasitasnya
>500ha
c.Pembangunansistem perpipaanairlimbah:
>16.000m3/hari
-Luaslayanan,atau
-Debitairlimbah
AirLimbahDomestik
a.PembangunanIPLT, termasukfasilitaspenunjang:
Pembangunan
Saluran Drainase
(Primer
dan/atau
sekunder)dipermukiman
>5km
a.Kotabesar/metropolitan,panjang:
>10km
b.Kotasedang,panjang:
JaringanAirBersih DiKotaBesar/Metropolitan
a.Pembangunanjaringandistribusi
- Luaslayanan
>500ha
b.Pembangunanjaringantrasmisi
-panjang
>10km

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib
dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL
tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya
dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam
tabel berikut :

Tabel 8.7. PenapisanRencanaKegiatanTidakWajib AMDALtapiWajibUKL-UPL
SektorTeknisCK
Persampahan

Kegiatandan BatasanKapasitasnya
i.TempatPemrosesanAkhir(TPA)dengansystemcontrolledlandfill
atausanitary landfill termasukinstansi penunjang:
• Luaskawasan,atau