ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BAB ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8.1. ANALISA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN 8.1.1.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis A. Pemahaman KLHS Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diwajibkan membuat
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang merupakan rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan,
rencana, dan/atau program.Program KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) merupakan instrument yang
relative baru dikembangkan sebagai penguatan program untuk menyusun rumusan kebijakan
rencana program berorientasi pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah suatu konsep pembangunan yang memadukan
aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup dalam upaya mensejahterakan masyarakat.
Hal itu mengacu pada pertumbuhan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya alam
dan kemampuan institusi masyarakat didalam melaksanakan pembangunan, kebutuhan dan
aspirasi masyarakat yang merupakan dasar didalam menyusun program program
pembangunan. Disamping itu pembangunan berkelanjutan tidak akan tercapai tanpa
memasukkan unsur konservasi lingkungan ke dalam kerangka proses pembangunan.Fungsi dari KLHS adalah untuk :
1. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan keberlanjutan melalui penyusunan
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) untuk meningkatkan manfaat pembangunan;
2. Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP, mengurangi kemungkinan
kekeliruan dalam membuat prakiraan/prediksi pada awal proses perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan;
3. Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif diatasi atau
dicegah karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak tahap formulasi kebijakan, rencana, atau program pembangunan.LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-1
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-2 Gambar 8.1.
Kedudukan KLHS Terhadap AMDAL Gambar 8.2. Perbedaan KLHS dengan AMDAL
LAPORAN AKHIR
Beberapa manfaat dari disusunnya KLHS adalah sebagai berikut :
1. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan keputusan;
2. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian
sistematis dan cermat atas opsi pembangunan yang tersedia;
3. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada jenjang
pengambilan keputusan yang lebih tinggi;
4. Mencegah kesalahan investasi berkat teridentifikasinya peluang pembangunan yang tidak
berkelanjutan sejak dini;
5. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat keterlibatan para pihak
(stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan partisipasi;
6. Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjamin
berlangsungnya pembangunan berkelanjutan;
7. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi pemanfaatan
sumberdaya alam, dan menangani masalah kumulatif dampak lingkungan.KLHS menjadi instrumen penting dalam perencanaan penataan ruang karena pengambil
keputusan harus semakin mempertimbangkan dampak jangka panjang dan kumulatif dari
berbagai proyek. Selain itu integrasi aspek lingkungan yang saat ini menggunakan instrumen
AMDAL tidak mampu untuk mengukur dampak kumulatif secara sistematis. KLHS dapat
menelaah secara efektif dampak yang bersifat strategik dan dapat memperkuat serta
mengefisienkan proses penyusunan AMDAL suatu rencana kegiatan. Secara rinci tujuan dari
penyusunan KLHS adalah : a.Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dan keberlanjutan dalam penyusunan kebijakan, rencana, atau program (KRP) ; b.
Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP ; c. Membantu mengarahkan, mempertajam fokus, dan membatasi lingkup penyusunan dokumen lingkungan yang dilakukan pada tingkat rencana dan pelaksanaan usaha atau kegiatan.
B. Kaidah Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Secara umum, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan,
sekaligus mendorong pemenuhan tujuan- tujuan keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan
sumberdaya dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. Kaidah terpenting
KLHS dalam perencanaan tata ruang adalah pelaksanaan yang bersifat partisipatif, dan sedapat
mungkin didasarkan pada keinginan sendiri untuk memperbaiki mutu KRP tata ruang
(selfassessment) agar keseluruhan proses bersifat lebih efisien dan efektif. Asas-asas hasil
penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan ruang adalah :- Keterkaitan (interdependency)
LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-3
- Keseimbangan (equilibrium)
- Keadilan (justice) Keterkaitan (interdependency) menekankan pertimbangan keterkaitan antara satu
komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau antara satu
variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan global, keterkaitan
antar sektor, antar daerah, dan seterusnya.
Keseimbangan (equilibrium) menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek,
kepentingan, maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya, seperti diantaranya
adalah keseimbangan laju pembangunan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup, keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan dan pemulihan cadangan sumber daya
alam, keseimbangan antara pemanfaatan ruang dengan pengelolaan dampaknya,dan lain
sebagainya.Keadilan (justice) untuk menekankan agar dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan
program yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber
alam, modal dan infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada sekelompok orang
tertentu.Atas dasar kaidah diatas, maka penerapan KLHS terhadap KRP bertujuan untuk
mendorong pembuat dan pengambil keputusan atas KRP menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut :- Apa manfaat langsung atau tidak langsung dari usulan sebuah KRP?
• Bagaimana dan sejauh mana timbul interaksi antara manfaat KRP dengan lingkungan hidup
dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam?- Apa lingkup interaksi tersebut? Apakah interaksi tersebut akan menimbulkan kerugian atau meningkatkan kualitas lingkungan hidup? Apakah interaksi tersebut akan mengancam keberlanjutan dan kehidupan masyarakat?
Dapatkah efek-efek yang bersifat negatif diatasi, dan efek-efek positifnya dikembangkan?
• Apabila KRP mengintegrasikan seluruh upaya pengendalian atau mitigasi atas efek-efek
tersebut dalam muatannya, apakah masih timbul pengaruh negatif KRP tersebut terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan secara umum? C.
Metode Penyusunan KLHS Runag lingkup yang menjadi kajian dalam penyusunan KLHS harus meliputi hal hal sebagai berikut : a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. Kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-4
- –alternatif baru pembangunan melalui tahapan atau proses sebagai berikut :
a. Identifikasi isu-isu utama lingkungan atau pembangunan berkelanjutan yang perlu
dipertimbangkan dalam KRP;b. Analisis dampak setiap alternatif strategi pembangunan dari KRP, khususnya isu-isu yang
relevan dan memberikan masukan untuk optimalisasi;c. Mengkaji paling tidak dampak kumulatif yang mendasar dari KRP dan memberi masukan
untuk optimalisasi.;Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
KLHS adalah proses untuk mempengaruhi penentuan pilihan-pilihan pembangunan yang
diusulkan dalam KRP yang terutama dilakukan melalui kegiatan konsultasi dan dialog secara
tepat dan relevan. Hal ini menyebabkan pelaksanaan KLHS harus sesuai dengan kebutuhan
tanpa terpaku dalam metoda dan prosedur yang baku. Melalui penyusunan KLHS maka semua
kebijakan, rencana dan program yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten akan
mendorong lahirnya pemikiran untuk alternatifd. Memaparkan proses KLHS, kesimpulan dan usulan rekomendasi kepada para pengambil keputusan.
Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan KLHS adalah sebagai berikut : a.
Melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi sumberdaya yang diperlukan.
b.
Melakukan pengumpulan data, peta dan informasi terkait c. Melakukan pekerjaan yang terkoordinasi untuk menjaring masukkan mengenai pengembangan infrastruktur di Kabupaten Banjar d.
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-5 f.
e.
Melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil survey dan observasi.
f.
Menyelenggarakan presentasi hasil evaluasi dan analisisnya.
Mekanisme penyusunan KLHS sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dilakukan dengan tahapan atau proses sebagai berikut :
1. Penapisan; Penapisan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menentukan apakah suatu KRP perlu dilengkapi dengan KLHS atau tidak. Penentuan KRP telah memenuhi kriteria pelaksanaan KLHS dilakukan melalui kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Pelingkupan; Pelingkupan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menetapkan nilai penting KLHS, tujuan KLHS, isu pokok, ruang lingkup KLHS, kedalaman kajian dan kerincian penulisan dokumen, pengenalan kondisi awal, dan telaah awal kapasitas kelembagaan. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan sistematis dan metodologis yang memenuhi kaidah ilmiah.
Melakukan survey dan observasi untuk kelengkapan data.
LAPORAN AKHIR
Mengingat terbatasnya waktu dan sumber daya yang tersedia, dalam kajian ini tidak dilakukan proses konsultasi publik.
3. Pengkajian; Pengkajian adalah rangkaian langkah-langkah untuk melakukan kajian ilmiah, pemetaan kepentingan, dialog dan konsultasi serta penemuan pilihan-pilihan alternatif rumusan maupun perbaikan dan penyempurnaan terhadap rumusan yang sudah ada. Tim kajian melakukan serangkaian diskusi dan konsultasi dengan para pihak (stakeholders) terkait, khususnya dengan instansi pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
4. Perumusan dan pengambilan keputusan Perumusan dan pengambilan keputusan adalah rangkaian langkah-langkah persetujuan rekomendasi hasil KLHS dan interaksi antar pihak berkepentingan dalam rangka mempengaruhi hasil akhir KRP.
Keseluruhan hasil pengkajian ini secara lengkap dituangkan dengan jelas dan sistematis
sehingga dapat dijadikan pedoman pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Gambar 8.3. Mekanisme Penyelenggaraan KLHSPada tahap analisa atau pengkajian, harus dilakukan serangkaian kajian dengan menerapkan daftar uji pada setiap langkah proses KRP, meliputi :
1. Uji Kesesuaian Tujuan dan Sasaran KRP.
Kepentingan pengujian adalah untuk memastikan bahwa :
a) tujuan dan sasaran umum KRP memang jelas,
b) berbagai isu keberlanjutan maupun lingkungan hidup tercermin dalam tujuan dan sasaran umum KRP, c) sasaran terkait dengan keberlanjutan akan bisa dikaitkan langsung dengan indikator- indikator pembangunan berkelanjutan,
LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-6 d) keterkaitan KRP dengan KRP-KRP lain bisa dijelaskan dengan baik, e) konflik kepentingan antara KRP dengan KRP-KRP lain segera bisa teridentifikasi.
2. Uji Relevansi Informasi yang Digunakan.
Kepentingan utama pengujian ini adalah bukan menilai kelengkapan dan validitas data, tetapi identifikasi kesenjangan antara data yang dibutuhkan dengan yang tersedia serta cara mengatasinya. Hal ini terasa penting ketika KRP diharuskan memperhatikan kesatuan fungsi ekosistem dan wilayah-wilayah rencana selain wilayah administratifnya sendiri. Selanjutnya pengujian juga lebih mengutamakan relevansi informasi dan sumbernya agar proses kerja bisa efektif namun tetap memperhatikan kendala-kendala setempat.
3. Uji Pelingkupan Isu-isu Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan dalam KRP.
Pengujian ini ditujukan untuk memandu penyusun KRP memperhatikan isu-isu lingkungan hidup maupun keberlanjutan di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional, dan melihat relevansi langsung isu-isu tersebut terhadap wilayah perencanaannya.
4. dan Pembangunan Uji Pemenuhan Sasaran dan Indikator Lingkungan Hidup Berkelanjutan.
Pengujian ini efektif bila konsep rencana sudah mulai tersusun, sehingga dapat dilakukan penilaian langsung atas arahan-arahan rencana terhadap indikator-indikator teknis lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Uji ini sebenarnya merupakan iterasi atau pengembangan dari uji yang dilakukan di awal proses penyusunan KRP sebagaimana dijelaskan pada nomor 1.
5. Uji Penilaian Efek-efek yang Akan Ditimbulkan.
Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk dapat memperkirakan dimensi besaran dan waktu dari efek-efek positif maupun negatif yang akan ditimbulkan. Bentuk pengujian ini dapat disesuaikan dengan kemajuan konsep maupun ketersediaan data, sehingga pengujian dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Pengujian secara kuantitatif maupun kualitatif sama-sama bernilai apabila diikuti dengan verifikasi berupa proses konsultasi maupun diskusi dengan pihak-pihak yang terkait.
6. Uji Penilaian Skenario dan Pilihan Alternatif.
Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk memperoleh pilihan alternatif yang beralasan, relevan, realistis dan bisa diterapkan. Keputusan pemilihan alternatif bisa dilakukan dengan sistem pengguguran (memilih satu opsi dan menggugurkan yang lainnya) atau mengkombinasikan beberapa pilihan dengan penyesuaian.
7. Uji Identifikasi Timbulan Efek atau Dampak dampak Turunan maupun Kumulatif.
Pengujian ini merupakan pengembangan dari jenis pengujian nomor 5, dimana jenis-jenis KRP tertentu diperkirakan juga akan menimbulkan efek-efek atau dampak-dampak lanjutan yang lahir dari dampak langsung yang ditimbulkan, maupun akumulasi efek dalam jangka waktu panjang dan pada skala ruang yang besar.
LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-7 Kelompok-kelompok pengujian ini bisa dilakukan dengan cara :
- mengemasnya dalam berbagai model daftar pertanyaan, misalnya model daftar uji untuk menilai mutu dokumen, model daftar uji untuk menilai konsistensi muatan KRP terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan, model daftar uji untuk menuntun pengambil keputusan mempertimbangkan kriteria-kriteria dan opsi-opsi yang mendukung keberlanjutan, dan lain sebagainya
- melakukannya secara berurut sejalan dengan proses persiapan, pengumpulan data, kompilasi data, analisis dan penyusunan rencana
- melakukannya secara berulang/iteratif
- mengembangkan atau memodifikasi jenis pertanyaan-pertanyaannya sesuai dengan kepentingan pengujian atau kemajuan pengetahuan.
Dalam pelaksanaannya, penyusunan KLHS dilakukan terhadap 3 kondisi KRP, yaitu KRP
yang sudah disusun atau dilaksanakan sebelumnya, KRP yang masih dalam proses perencanaan
atau penyusunan dan yang terakhir adalah KRP yang sedang dalam proses penyusunan.
Pendekatan pelaksanaan KLHS terhadap ketiga kondisi KRP tersebut berbeda satu dengan
lainnya, dengan skema pendekatan sebagai berikut :LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-8
Gambar 8.5. Integrasi Pelaksanaan KLHS dalam Perencanaan KRP Gambar 8.5.Skema Alternatif Pelaksanaan Integrasi KLHS D. Rencana Penyusunan KLHS Usulan Program Berdasarkan hasil analisa pada Bab 6 sebelumnya, didapatkan rumusan beberapa usulan
program Cipta Karya tahun 2015-2019 yang akan direncanakan di Kabupaten Banjar, yang
selanjutnya setelah melalui proses penapisan terdapat usulan program yang perlu dilakukan
studi KLHS terlebih dahulu. Proses penyusunan KLHS RPI2-JM dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-9
1. Identifkasi Pemangku Kepentingan
Pemangku kepentingan yang akan trelibat baik dalam proses penyusunan KLHS maupun terkena dampak dari penerapan KRP, terdiri dari pemangku kepentingan pemerintah dan pemangku kepentingan non pemerintah, sebagai berikut :
- Insitusi yang berwenang menyusun K/R/P
- Dinas/Instansi/institusi Pejabat yang bertanggung jawab menyetujui K/R/P
- Pemerintahan Institusi lingkungan hidup
- Institusi terkait lainnya
Dewan Perwakilan
• LSM/Ormas Institusi/Lembaga Non • Perguruan Tinggi/Akademisi/Asosiasi Profesi Pemerintahan • Asosiasi/Dunia Usaha • Lembaga yang mewakili masyarakat terkena dampak Seberapa besar keterlibatan pemangku kepentingan dalam penyusunan KLHS dilihat
keterkaitan peran dan fungsi sebagaimana tertuang dalam tupoksi masing-masing SKPD terkait, serta potensi dampak yang kan diterima SKPD tersebut atas penerapan KRP tersebut terkait dengan pelaksanaan tupoksinya. Kajian keterlibatan SKPD dalam KLHS adalah sebagai berikut :
Tabel 8.1.
Identifikasi Pemangku Kepentingan Instansi Pemerintah
No Instansi Alasan Rekomendasi
1. Bupati Banjar Sebagai pengambil kebijakan Terlibat dalam penyusunan KLHS
2. DPRD Sebagai pengambil kebijakan Terlibat dalam penyusunan KLHS
3. Badan Perencanaan menyusun dan melaksanakan di bidang Terlibat Dalam Pembangunan Daerah perencanaan pembangunan daerah Penyusunan KLHS
4. Badan Lingkungan penyusuanan dan pelaksanaan di bidang Terlibat Dalam Hidup lingkungan hidup Penyusunan KLHS
5. Badan Pemberdayaan melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan Masyarakat, pembinaan pemberdayaan perempuan dan
Terlibat Dalam Perempuan, perlindungan anak, Keluarga Berencana dan
Penyusunan KLHS Perlindungan Anak dan Kesehatan reproduksi serta pergerakan Keluarga Berencana masyarakat.
6. Badan Kesatuan penyusunan dan pelaksanaan ideologi dan Bangsa dan Politik kewaspadaan daerah, ketahanan seni, budaya, Tidak Terlalu Terlibat agama, ekonomi, dan kemasyaraktan serta Dalam Penyusunan politik dalam negeri. KLHS
7. Badan Kepegawaian Tugas membantu Pejabat Pembina Daerah Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negri Sipil, yang meliputi Tidak Terlalu Terlibat pengadaan, seleksi dan mutasi, Dalam Penyusunan pengembangan, pembinaan dan kesejahteraan KLHS pegawai serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
8. Badan Pemberdayaan penyusunan dan pelaksanaan di bidang Terlibat Dalam
Masyarakat dan pembinaan pemerintahan desa &kelurahan, Penyusunan KLHS
Pemerintahan Desa pemberdayaan ekonomi masyarakat dan
LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-10
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-11 No Instansi Alasan Rekomendasi pemberdayaan lembaga kemasyarakatan
16. Dinas, Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olahraga tugas pembantuan di bidang pembinaan kebudayaan, pariwisata pemuda dan olahraga.
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
21. Dinas Perikanan dan Kelautan tugas pembantuan di bidang perhubungan, komunikasi, dan informatika, yang meliputi pembinaan system transportasi, lallu lintas angkutan jalan, lalu lintas angkutan sungai dan danau, serta komunikasi dan informatika
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
20. tugas pembantuan di bidang pertambangan dan energi, yang meliputi pertambangan mineral batu bara, geologi dan pengembangan wilayah, ketenagalistrikan, energi, minyak dan gas serta pengawasan pertambangan dan energi
Tidak Terlalu Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
19. Tugas pembantuan di bidang kehuutanan yag meliputi planologi kehutanan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi dan perlindungan hutan
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
Tugas pembantuan di bidang pertanian yang meliputi prasarana dan sarana pertanian, tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, serta peternakan dan kesehatan hewan
18. Perkebunan dan Peternakan
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
17. tugas pembantuan di bidangyang meliputi pengelolaan penerimaan Pajak Bumi dan Banguanan, penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan bukan Pendapatan Asli Daerah, anggaran dan belanja, akutansi dan asset daerah
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
9. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu penyusunan dan pelaksanaan di bidang informasi dan pengaduan, perijinan, jasa usaha dan perijinan tertentu.
15. Dinas Perindustrian, Perdagangan tugas pembantuan di bidang perindustrian dan perdagangan yang meliputi industri logam, mesin, elektronika dan aneka industri kimia, argo dan hasil hutan serta perdagangan
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
Tugas pembantuan di bidang pembinaan system transportasi, lalu lintas angkutan jalan, lalu lintas angkutan sungai dan danau, serta komunikasi dan informatika
14. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
13. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi tugas pembantuan di bidang penempatan, perluasan kerja dan produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial dan syarat kerja, pengawasan ketenagakerjaan serta pembinaan transmigrasi.
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
12. Dinas Sosial Tugas pembantuan di bidang social, rehabilitasi social dan pelayanan serta pemberdayaan sosial.
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
11. Dinas Kesehatan tugas pembantuan di bidang kesehatan keluarga, pengendalian penyakitdan penyehatan lingkungan
Tidak Terlalu Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
10. Dinas Pendidikan Tugas pembantuan di bidang pembinaan Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan informal serta pengelolaan sarana dan prasarana.
Tidak Terlalu Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-12 No Instansi Alasan Rekomendasi
22. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Tugas pembantuan di bidang pembinaan kelembagaan, usaha, pengembangan sumber daya manusia, kemitraan dan promosi koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah.
Tidak Terlalu Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
23. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tugas pembantuan di bidang pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, perencanaan dan perkembangan kependuduk serta pengelolaan data dan informasi.
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
22. Dinas Perumahan dan Permukiman tugas pembantuan dibidang perumahan, bidang penatan ruang dan bangunan, bidang pengembangan air minum dan penyehatan lingkungan serta bidang kebersihan.
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS
23. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum yang meliputi Bina Marga, Sumber Daya Air dan Pembinaan Konstruksi
Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 2.
Identifkasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Pada prinsipnya semua kegiatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan dalam rangka memberikan kemudahan dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan taraf hidup masyarakat. Untuk itu pencapaian tujuan tersebut dapat Berdasarkan usulan program kegiatan sebagaimana yang diapparkan pada bab 6, maka terdapat beberapa usulan program yang masuk kategori dalam Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) yang perlu dilakukan kajian atau penyusunan KLHS sebelum diimplementasikna, yaitu terdiri dari : a.
Pertanahan & Tata Ruang 1) Kesenjangan Perkembangan Wilayah & struktur Ruang 2) Pemanfaatan Lahan Basah Untuk Budidaya Perikanan di Sepanjang Jaringan Irigasi 3) Perubahan Kawasan Lindung Mangrove, Sempadan Pantai, Sempadan Sungai dll (sesuai Perda pasal 24) 4) Optimalisasi Pemanfaatan DAS 5) Penataan Sempadan Sungai Perubahan Rona Lingkungan Pada Kawasan DAS 6) Pengendalian Pemanfaatan Ruang 7) Penanganan & Pengelolaan Daerah Tangkapan Resapan Air 8) Pengendalian Pemanfaatan Lahan Gambut dengan ketebalan > 3 m yang tidak sesuai daya dukungnya (Beruntung Baru & Gambut) 9) Penurunan Ruang Terbuka Hijau (Permukiman) 10) Permasalahan Tumpang Tindih Kepemilikan Lahan 11) Berkurangnya luasan lahan pertanian tanaman pangan & holtikultura 12) Pemantapan Kawasan Hutan 13) Penyelesaian Kegiatan Non Kehutanan dalam Kawasan Hutan (Forest-Land Tenure)
LAPORAN AKHIR
b. Ekonomi Wilayah
1) Kesenjangan Tingkat Pendapatan Masyarakat di Wilayah Perdesaan & Perkotaan 2) Berkurangnya peluang usaha masyarakat kecil karena eksploitasi sumber daya yang tidak berkelanjutan 3) Belum Optimalnya Pertumbuhan Ekonomi Wilayah & pengembangan potensi ekonomi sektoral & geografi 4) Belum optimalnya kesempatan kerja serta daya saing & industri hilir masih rendah
5) Penurunan/Rendahnya Produksi Pertanian karena anomali iklim, OPT (organisme pengganggu tanaman), terbatasnya penerapan teknologi, terbatasnya Prastan & alih fungsi lahan c.
Infrastruktur Wilayah 1) Belum optimalnya Penanganan & Pengelolaan air bersih dan Sanitasi 2) Keterbatasan Akses Transportasi Darat 3) Kurang Optimalnya Pemanfaatan Transportasi Sungai (pendangkalan) 4) Belum Berkembangnya MRT (mass rapid transportation) untuk Transportasi
Umum 5) Terdapatnya hambatan samping jalan Raya/Bahu Jalan 6) Belum optimalnya jaringan listrik 7) Belum optimalnya jaringan komunikasi
8) Belum optimalnya jaringan irigasi & drainase d.
Sosial Kemasyarakatan 1) Perubahan Perilaku & Kondisi Sosial Budaya Masyarakat 2) Migrasi Penduduk pada Kawasan Cepat Tumbuh 3) Kualitas SDM masih rendah 4) Belum Terkendalinya Pertumbuhan & Penyebaran Penduduk
e. Dampak Lingkungan
1) Terjadinya Pemanasan global 2) Terjadinya Banjir karena pemanfaatan ruang yang tidak berwawasan lingkungan 3) Sering terjadinya kebakaran hutan dan lahan 4) Perubahan Ekosistem karena pengurugan rawa/ pengeringan lahan 5) Penurunan Kualitas & Kuantitas Air Tanah 6) Erosi & Perambahan Hutan 7) Pencemaran Lingkungan akibat Aktifitas Tambang, Industri & Transportasi f.
Kelembagaan 1) Keterbatasan Informasi & Promosi Potensi Daerah 2) Belum berkembangnya koperasi/Bumdes 3) Belum optimalnya koordinasi antar lembaga
LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-13
3. Identifkasi KRP
Berdasarkan usulan program kegiatan sebagaimana yang diapparkan pada bab 6, maka
terdapat beberapa usulan program yang masuk kategori dalam Kebijakan, Rencana dan Program
(KRP) yang perlu dilakukan kajian atau penyusunan KLHS sebelum diimplementasikna, yaitu
terdiri dari :
Tabel 8.2.
Identifikasi KRP
No Komponen Kebijakan/Rencana/Program Kegiatan Lokasi
1 Penyehatan Lingkungan Permukiman
a. Infrastruktur Air Limbah Dengan
- Rencana Pembangunan IPAL Martapura Sistem Terpusat Skala Kota Regional Terpusat (Martapura- Banjarbaru)
b. Infrastruktur Stasiun Antara dan • • Rencana Pembangunan TPA Martapura
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Regional Cahaya Kencana
2 Pengembangan Permukiman
a. Rusunawa Beserta Infrastruktur
- Rencana Pembangunan Rusunawa Martapura &
Pendukungnya Gambut
b. Infrastruktur Kawasan Permukiman • • Rencana Pengembangan Kawasan Martapura &
Perdesaan Potensial yang Meningkat Agro-Minapolitan Sungai
Kualitasnya Tabuk
- Rencana Pengembangan Usaha Kabupaten Perkebunan Kelapa Sawit di Kaw. Banjar Pengembangan Transmigrasi
3 Penataan Bangunan dan Lingkungan
a. Sarana Dan Prasarana Penataan
- Rencana Pembangunan Replika Martapura Lingkungan Permukiman Keraton Banjar Tradisional/Bersejarah
b. Penataan Bangunan
- Rencana Pengembangan Kawasan Martapura Perkantoran Pemerintah Kabupaten dan Perumahan Pegawai Indrasari • •
Rencana Pengembangan Kawasan Martapura Olahraga Demang Lehman
4 Sumberdaya Air
Rencana Pembangunan Desa Angkipih Bendungan S. Riam Kiwa
5 Transportasi
- Rencana Pembangunan Jaringan Kab. Banjar Kereta Api
6 Komunikasi
Rencana Induk E_government Kab. Banjar
7 Tata Ruang
- Penyusunan RDTR dan Peraturan Kecamatan Zonasi Simpang Empat, Astambul , Mataraman • • Penyusunan RTR Kawasan Kecamatan Perlindungan Tanaman Pangan Gambut Berkelanjutan (Padi)
- Penyusunan RTR Kawasan Kec. Karang Pengembangan Ekonomi Lokal Intan, Perkebunan Karet Rakyat Mataraman,
Astambul, Martapura Barat
LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-14 Untuk bahasan KLHS dalam RPI2-JM ini hanya sampai pada tahap identifikasi KRP yang
diperkirakan akan berdampak atau berpengaruh pada pembangunan berkelanjutan, mengingat
pembahasan KLHS merupakan suatu kajian tersendiri yang harus dilakukan dengan seksama
dan mendalam serta dikaji secara komprehensif dengan melibatkan pemangku kepentingan
terkait, demikian pula pembahasannya dilakukan secara bertahap dalam beberapa kali forum
focus group discussion (FGD). Jika dipaksakan pembahasan pada penyusunan dokumen RPI2-JM
ini maka selain prosesnya tidak memungkinkan dilakukan secara intensif dan komprehensif,
juga waktu pembahasannya sangat terbatas dan pada akhirnya output yang diharapkan tidak
akan maksimal dan akurat menghasilkan rekomendasi perbaikan KRP yang diharpkan. Untuk itu
dengan telah teridentifikasinya beberapa KRP yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap
pembangunan berkelanjutan, maka diperlukan studi KLHS lebih lanjut terhadap KRP tersebut.8.1.2. AMDAL, UKL, UPL dan SPPLH
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau
Kegiatan.Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang
selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPLH) adalah merupakan
pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk melakukan
pengelolaan dan pemantauanlingkungna hidup atas dampak lingkungan hidup dari Usaha
dan/atau kegiatannya diluar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPLPanduan kerangka Lingkungan dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lain:
1. Undang-undang (UU) No. 32/2009 Tentang Perlindungaan dan Pengelolaan lingkungan
hidup, pasal 22-33 mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak lingkungan besar dan signifikan diharuskan wajib AMDAL. Pasal 34 mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak lingkungan yang wajib UKL/UPL. Pasal 35 rencana kegiatan atau pekerjaan yang diminta untuk dilengkapi dengan SPPL
2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan, Dokumen Lingkungan
Hidup (AMDAL dan UKL-UPL) menyediakan informasi yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan terkait dengan penerbitan izin lingkungan. Informasi yang disajikan berupa dampak lingkungan yang terjadi akibat rencana usaha dan/atau kegiatan danLAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-15 langkah-langkah pengendaliannya dari aspek teknologi social dan institusi, pemantauan lingkungannya serta komitmen pemrakarsa
3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 pasal 32-33, Keputusan Kelayakan Lingkungan atau
ketidaklayakan diambil oleh Mentri/Gubernur/Bupati/Walikota dari hasil rekomendasi hasil penilaian Andal & RKL-RPL dari Komisi Penilai Amdal dengan jangka waktu 10 hari kerja.
4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 pasal 47, izin lingkungan diterbitkan oleh Mentri,
gubernur, atau bupati/walikota bersamaan dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15/2012, tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012 tentang Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan hidup
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 10 tahun 2008 tentang Penetapan Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); danSeluruh program investasi inrfrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.
1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak sub-proyek,
dirumuskan dalam bentuk : a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan RencanaPemantauan Lingkungan (RPL), khususnya bagi kegiatan sub proyek yang diprakirakan menimbulkan dampak penting atau perubahan mendasar bagi lingkungan.
b. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), bagi kegiatan sub proyek yang tidak menimbulkan dampak penting pada lingkungan.
c. Standar Operasi Baku (SOP) untuk petunjuk pelaksanaan mitigasi dilapangan termasuk petunjuk pelaksanaan operasional dan pemeliharaan sarana yang dibangun.
d. Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.
2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau
UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub-proyek.
3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin pada masyarakat dan lingkungan. SubLAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-16 proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang penting terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa harus dilengkapi dengan AMDAL.
4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan
untuk mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi / kawasan lindung, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan :a. Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau;
b. Asbes. Bahan-bahan yang mengandung unsur asbes; c. Bahan/material yang termasuk dalam ketegori B3 (bahan beracun dan berbahaya).
Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia; d. Pestisida, herbisida, dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida; e. Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun;
f. Kekayaan budaya. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spiritual; dan
g. Penebangan kayu. RPIJM bidang Infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.
Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan
awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan Safeguard, evaluasi dampak lingkungan;
pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan (lihat tabel
V.1), perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL),
pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-17
Tabel 8.3.
Kategori Pendugaan Safeguard Lingkungan
Persyaratan Kategori Dampak Pemerintah
Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, ANDAL dan
A berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, RKL/RPL upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan
Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak B
UKL/UPL lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak
C Tidak ada mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air.
Catatan :
- ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan • RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan • UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan • UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan Tabel 8.4.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2012
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah1 Normalisasi Sungai (termasuk
- Terjadi timbunan tanah galian kana sodetan) dan pembuatan kanal kiri sungai yang menimbulkan dampak banjir
lingkungan, dampak sosial, dan gangguan a. Kota besar/ metropolitas
>= 5 km
- Mobilisasi alat besar dapat
- Panjang
3
menimbulkan gangguan dampak >= 500.000 m
- Volume pengerukan
>= 10 km
b. Kota sedang
3
>= 500.000 m
- Panjang - Volume pengerukan
c. Perdesaaan >= 15 km
- Panjang
3
>= 500.000 m
- Volume pengerukan
2 Persampahan
a. Dampak potensial adalah pencemaran (luas < 10 Ha dan gas/udara, resiko kesehatan
a. Pembangunan Tempat masyarakat dan pencemaran dari Pembuangan Akhir Sampah kapasitas < 10.000 leachate domestik dengan sistem control ton) landfill atau sanitary landfill b. Dampak potensial berupa pencemaran
Semua dari leachate, udara, bau, vektor,
b. TPA di daerah pasang surut , penyakit dan gangguan kesehatan kapasitas/besaran
c. Dampak potensial berupa pencemaran
c. Pembangunan Transfer Station ≥ 500 ton/ hari dari leachate, udara, gas beracun, bau, (kapasitas operasional) vektor, penyakit dan gangguan
Semua kapasitas
d. Pembangunan incenarator kesehatan e. Bangunan Komposting dan Daur ≥ 500 ton/ hari
d. Dampak potensial berupa fly ash dan Ulang (kapasitas sampah baku) bottom ash, pencemaran udara, emisi f. Transportasi sampah dengan ≥ 500 ton/ hari biogas, limbah, cooling water, bau dan kereta api gangguan kesehatan
e. Dampak potensial berupa pencemaran dari bau, dan gangguan kesehatan
3 Pembangunan perumahan/ Besaran untuk masing-masing tipologi permukiman kota diperhitungkan berdasarkan : a. Kota metropolitan ≥ 25 ha - Tingkat pembebasan lahan
b. Kota besar ≥ 50 ha - Daya dukung lahan; seperti daya dukung
LAPORAN AKHIR
Aspek Lingkungan dan Sosial VIII-18 d. Keperluan Settlement transmigrasi ≥ 2000 ha
≥100 ha tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per hektar
No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah
c. Kota sedang
- Tingkat kebutuhan air sehari-hari
- Limbah yang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan permukiman
- Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi material dan manusia)
- KDB dan KLB
- Setara dengan layanan untuk 100.000 orang
- Dampak potensial berupa bau, gangguan kesehatan, lumpur sisa yang tidak diolah dengan baik dan gangguan visual
- Setara dengan layanan untuk 100.000 orang