Perbedaan Drug Load dalam dispersi padat ekstrak kunyit-Poloxamer407 terhadap Disolusi Kurkumin : metode penguapan pelarut menggunakan Spray Dryer - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBEDAAN DRUG LOAD DALAM DISPERSI PADAT EKSTRAK
KUNYIT-POLOXAMER407 TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN :
METODE PENGUAPAN PELARUT MENGGUNAKAN SPRAY DRYER

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm.) Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:
Monica Agustin Budi Sinarto
NIM : 158114126

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PERBEDAAN DRUG LOAD DALAM DISPERSI PADAT EKSTRAK
KUNYIT-POLOXAMER407 TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN :
METODE PENGUAPAN PELARUT MENGGUNAKAN SPRAY DRYER

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm.) Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:
Monica Agustin Budi Sinarto
NIM : 158114126

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Halaman persetujuan pembimbing

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pengesahan Skripsi Berjudul

PERBEDAAN DRUG LOAD DALAM DISPERSI PADAT EKSTRAK
KUNYIT-POLOXAMER407 TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN :
METODE PENGUAPAN PELARUT MENGGUNAKAN SPRAY DRYER

Oleh:
Monica Agustin Budi Sinarto
NIM: 158114126

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal

21 Januari 2019
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan

Dr. Yustina Sri Hartini, Apt.

Panitia Penguji:

Tanda tangan

1. Dr. Dewi Setyaningsih, Apt.

…………………

2. Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt.

…………………


3. Dr. Christine Patramurti, Apt.

…………………

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

Yogyakarta, 7 Januari 2019
Penulis


Monica Agustin Budi Sinarto

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama

: Monica Agustin Budi Sinarto

Nomor mahasiswa

: 158114126

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PERBEDAAN DRUG LOAD DALAM DISPERSI PADAT EKSTRAK
KUNYIT-POLOXAMER407 TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN :
METODE PENGUAPAN PELARUT MENGGUNAKAN SPRAY DRYER”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 7 Januari 2019
Yang menyatakan

(Monica Agustin Budi Sinarto)

v


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat, dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Perbedaan Drug Load dalam Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Poloxamer407
Terhadap Disolusi Kurkumin : Metode Penguapan Pelarut Menggunakan Spray
Dryer” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Farmasi. Skripsi ini merupakan bagian dari penelitian Ibu Dr. Dewi Setyaningsih,
M.Sc., Apt. yang berjudul “Pengaruh Pembawa terhadap Profil Disolusi
Kurkumin dalam Dispersi Padat Ekstrak Kunyit dengan Berbagai Pembawa dan
Kajian Stabilitas Kurkumin” berdasarkan SK No. Far/055/V/2018/ST/D.
Selama proses penyusunan skripsi ini tentunya penulis mendapat banyak
bantuan dan dukungan, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.


2.

Ibu

Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing atas

bimbingan, bantuan, saran, dan kritik selama proses dari awal penyusunan
naskah proposal hingga naskah skripsi, serta atas bantuan dalam menyediakan
alat dan bahan penelitian.
3.

Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt. selaku dosen penguji atas bantuan, kritik,
dan saran selama proses penyusunan naskah proposal hingga naskah skripsi.

4.

Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas bantuan, kritik,
dan saran selama proses penyusunan naskah proposal hingga naskah skripsi.


5.

Nacalai Tesque, Inc. Jepang atas pemberian standar kurkumin.

6.

PT. Phytochemindo Reksa atas pemberian ekstrak kunyit.

7.

PT. Konimex atas pemberian Poloxamer 407.

8.

Pak Bima, Mas Bimo, Pak Musrifin, Pak Wagiran, dan seluruh laboran
Fakultas Farmasi atas segala bantuan yang diberikan selama perkuliahan dan
penyusunan skripsi.

vi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9.

Papi, mami, dan adik, serta keluarga besar yang telah menyemangati,
mendukung, dan mendoakan penulis dari awal studi hingga proses
penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman FSM C 2015 dan teman-teman seangkatan 2015 yang sudah
saling mendukung selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi.
11. Teman-teman seperjuangan kelompok skripsi atas segala bantuan dan kerja
sama selama penyusunan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama proses
penyusunan skripsi namun tidak dapat penulis sebutkan secara satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan,
sehingga penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada dan
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak.


Yogyakarta, 7 Januari 2019

Penulis

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Kunyit mengandung kurkumin dan terbukti memiliki aktivitas
farmakologis. Kurkumin digolongkan dalam Biopharmaceutics Classification
System (BCS) kelas II karena bersifat kurang larut dalam air tetapi memiliki
permeabilitas yang tinggi. Hal ini menyebabkan bioavailabilitas kurkumin yang
rendah. Bioavailabilitas obat dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kelarutan
dan disolusi menggunakan dispersi padat (DP). Sistem DP membuat obat
mencapai bentuk amorf. Dalam penelitian ini digunakan Poloxamer 407 sebagai
pembawa, dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan drug load dalam DP
ekstrak kunyit-Poloxamer 407 terhadap disolusi kurkumin.
Pada penelitian ini DP dibuat dengan mencampurkan ekstrak kunyit dan
Poloxamer 407, kemudian pelarut dihilangkan dengan metode penguapan pelarut
menggunakan spray dryer. Proporsi drug load yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 33%, 50%, dan 67%. Parameter yang diukur antara lain drug load,
kelarutan, dan disolusi. Kadar kurkumin ditetapkan dengan spektrofotometer
visibel. Hasil yang diperoleh menunjukkan perbedaan drug load pada formulasi
DP memberikan perbedaan yang signifikan terhadap disolusi kurkumin ketika
dibandingkan dengan kontrol (campuran fisik), dimana hasil DE120 yang paling
tinggi ditemukan pada formula DP drug load 33%, yakni 24,64%±0,53.
Kata kunci : kurkumin, disolusi, dispersi padat, Poloxamer 407

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Turmeric contains curcumin and has proven to have pharmacological
activity. Curcumin is classified into class II of Biopharmaceutics Classification
System (BCS) because it is less soluble in water but has a high permeability. This
can causes a low bioavailability of curcumin. The bioavailability of drug can be
improved by increasing solubility and dissolution rate using solid dispersion (SD).
SD system makes the drug reach an amorphous form. In this study Poloxamer 407
was used as a carrier, the aim was to determine the differences of drug load
turmeric extract-Poloxamer 407 SD on dissolution rate of curcumin.
In this study, SD was made by mixing turmeric extract and Poloxamer
407, then the solvent was evaporated by solvent evaporation method using a spray
dryer. The proportion of the drugs used in this study was 33%, 50%, and 67%.
Measured parameters were drug load, solubility, and dissolution. The levels of
curcumin were measured by visible spectrophotometer. The results showed the
differences of drug load in SD formulation gave a significant difference to the
dissolution of curcumin compared to the control (physical mixture), where the
highest DE120 results was found in the SD with drug load 33%, at 24,64%±0.53.
Keywords : curcumin, dissolution, solid dispersion, Poloxamer 407

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v
PRAKATA ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7
KESIMPULAN ..................................................................................................... 18
SARAN ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN .......................................................................................................... 21
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 44

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula Dispersi Padat Ekstrak Kunyit - Poloxamer 407......................... 5
Tabel II. Data Akurasi dan Presisi ........................................................................ 11
Tabel III. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) .. 11
Tabel IV. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) .... 12

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kurkumin ................................................................................ 1
Gambar 2. Struktur Molekul Poloxamer ................................................................. 2
Gambar 3. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol ................................................. 9
Gambar 4. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi ................................ 10
Gambar 5. Grafik Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat ........................ 12
Gambar 6. Kurva Persen Terdisolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat dengan
Drug Load Ekstrak Kunyit = 33% ........................................................................ 15
Gambar 7. Kurva Persen Terdisolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat dengan
Drug Load Ekstrak Kunyit = 50% ........................................................................ 15
Gambar 8. Kurva Persen Terdisolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat dengan
Drug Load Ekstrak Kunyit = 67% ........................................................................ 16
Gambar 9. Grafik Nilai DE120 Campuran Fisik dan Dispersi Padat ..................... 17

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Singkatan ............................................................................... 21
Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit ................................ 22
Lampiran 3. Product Information Standar Kurkumin ........................................... 23
Lampiran 4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin dalam
Medium Disolusi ................................................................................................... 24
Lampiran 5. Kurva Baku dalam Medium Disolusi ............................................... 27
Lampiran 6. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol ............................................ 27
Lampiran 7. Pembuatan Dispersi Padat ................................................................ 28
Lampiran 8. Pembuatan Campuran Fisik .............................................................. 28
Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik Uji Kelarutan ............................................... 29
Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Uji Disolusi ............................................... 33
Lampiran 11. Statistika Uji Disolusi DE menit ke-120 ........................................ 35
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 42

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Kunyit (Curcuma longa L.) merupakan tanaman obat yang termasuk
dalam famili Zingeberaceae dan asli Asia Tenggara (Shehzad et al., 2013). Kunyit
mengandung kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin (77%) desmetoksikurkumin
(17%), bisdemetoksikurkumin (3%) (Huang et al., 1995). Kurkumin (Gambar 1)
sudah terbukti memiliki berbagai macam manfaat di bidang kesehatan, antara lain
antiinflamasi, antidepresi, atherosklerosis, kanker, diabetes, dan hepatoprotektif
(EMA, 2010).

Gambar 1. Struktur Kurkumin (KeMenKes RI, 2009)
Klasifikasi

Biopharmaceutics

Classification

System

(BCS)

menggolongkan kurkumin dalam kelas II, karena memiliki sifat kurang larut
dalam air tetapi memiliki permeabilitas yang tinggi. Kurkumin diketahui memiliki
nilai log P dalam rentang 2,56 hingga 3,29 (Grynkiewicz and Slifirski, 2012) dan
kelarutannya dalam larutan dapar pH 5,0 hanya 11ng/mL, menyebabkan laju
disolusi menjadi rendah dan berdampak juga terhadap bioavailabilitas kurkumin
yang rendah (Hu et al., 2015).
Bioavailabilitas

yang

rendah

dapat

ditingkatkan

dengan

cara

meningkatkan kelarutan dan laju disolusi obat yang kurang larut air. Hal ini dapat
dicapai

dengan

cara

pembentukan

kompleks

prodrug,

mikrokapsulasi,

penggunaan surfaktan, lemak, peningkat permeasi, mikronisasi, pembentukan
garam, nanopartikel, dispersi padat, self emulsifying drug delivery system, dan
sebagainya. Dari semua cara di atas, metode dispersi padat merupakan metode
yang sering digunakan. Dispersi padat memiliki proses preparasi dan optimasi
yang mudah dan metode pembuatannya yang reprodusibel (Patel et al., 2013).
Dispersi padat adalah dispersi yang terdiri dari satu atau lebih bahan aktif
dalam suatu pembawa inert atau matriks dalam bentuk padat, yang dibuat dengan
metode pelelehan (fusi), pelarutan, atau pelarutan-pelelehan (Chiou and
Riegelman, 1971). Formulasi dispersi padat memiliki prinsip untuk mencapai obat

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam bentuk amorf, yang berdasarkan studi lebih mudah larut daripada obat
dalam bentuk kristal. Selain itu, obat dalam bentuk amorf lebih dipilih karena
dalam bentuk ini tidak ada energi yang diperlukan untuk memecah kisi kristal
(crystal lattice) seperti yang ditemukan pada obat dengan bentuk kristal (Sinha et
al., 2010).
Poloxamer 407 (Gambar 2) adalah surfaktan nonionik yang terdiri dari
triblok

kopolimer

polioksietilena

polioksietilena-polioksipropilena-polioksietilena.

(POE)

memiliki

sifat

hidrofilik,

sedangkan

Bagian
bagian

polioksipropilena (POP) memiliki sifat hidrofobik (Srinarong, 2011). Di dalam
larutan berair Poloxamer berbentuk cair pada suhu rendah (-10 °C) dan
membentuk gel semipadat pada suhu tubuh (Kim et al., 2014). Poloxamer 407
merupakan surfaktan yang dapat menurunkan tegangan antarmuka dari partikel
obat yang larut dalam air dan membuat dispersi obat dalam matriks polimer jauh
lebih mudah. Poloxamer juga berguna dalam meningkatkan afinitas obat pada
media berair, sehingga meningkatkan laju disolusi (Kakran et al., 2013).
Penggunaan surfaktan dalam sistem dispersi padat ini masuk ke dalam generasi
ketiga, dan dimaksudkan untuk mencapai derajat bioavailabilitas tertinggi dari
obat yang sukar larut dan menstabilkan sistem dispersi padat, serta
menghindarkan obat dari rekristalisasi (Singh et al., 2011).

Gambar 2. Struktur Molekul Poloxamer (Rowe et al, 2009)
Obat yang dibuat dalam dispersi padat berinteraksi dengan pembawa
yang bersifat hidrofilik, sehingga kemampuan untuk membasahi meningkat dan
laju disolusi juga akan meningkat (Srinarong et al., 2011). Penelitian Kadir (2012)
menunjukkan adanya peningkatan laju disolusi pada obat Spironolactone yang
merupakan obat BCS kelas II, dengan cara pembentukan dispersi padat
menggunakan Poloxamer 407 serta tiga serial drug load yakni 33%, 50%, dan

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67%. Penelitian tersebut memperoleh hasil yang menunjukkan adanya
peningkatan laju disolusi dibandingkan yang tidak menggunakan Poloxamer 407.
Pada formulasi yang mengandung Poloxamer 407 sebanyak 50% dan 67%
menunjukkan pelepasan yang lebih baik dibandingkan dengan yang mengandung
Poloxamer 407 sebanyak 33%. Pada formulasi yang mengandung 67% Poloxamer
407, diperoleh Spironolactone dilepaskan hampir 100% selama 1 jam.
Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti akan membuat tiga serial drug load
dalam penelitian ini untuk melihat apakah perbedaan drug load ekstrak kunyit
dalam dispersi padat ekstrak kunyit-Poloxamer 407 memberikan perbedaan
terhadap laju disolusi kurkumin.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat-alat gelas
(Pyrex Iwaki), microtube, mikropipet (Socorex), makropipet (Socorex),
timbangan analitik (Mettler Toledo), hotplate magnetic stirrer (Wilten & Co.),
magnetic stirrer, spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu UV-1800), spray dryer
(Buchi B-290), shaker (Innova 2100), ayakan mesh no. 60, mortir dan stamper,
dry box (DB 38-28), vortex (Scientific, Inc. G-56E), pH meter (SI Analytics Lab
850), alat uji disolusi tipe dayung (Sotax), silika gel elektrik (PRO Moisture
Absorber), dan centrifuge (Gemmy PLC-05).
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi standar kurkumin
(Nacalay, Japan), ekstrak kunyit terstandar yang mengandung kurkuminoid
sebesar 97,56% (PT. Phytochemindo Reksa), Poloxamer 407 (PT. Konimex),
Aerosil®, kapsul kosong 00 (Kapsulindo Nusantara), metanol p.a. (Merck), etanol
96% (Merck), sodium dihydrogen phosphate dihydrate/NaH2PO4 (Merck),
Sodium Lauryl Sulfate (SLS) (Merck), dapar fosfat pH 6.0, aquadest, dan
aluminium foil.

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembuatan Larutan Stok Kurkumin (1mg/mL)
Standar kurkumin ditimbang seksama kurang lebih 1 mg, diencerkan
dengan 1 mL metanol p.a di dalam microtube, di-vortex hingga larut dan ditutup
menggunakan aluminium foil agar terlindung dari cahaya.
Pembuatan Larutan Intermediet Kurkumin (0,01 mg/mL)
Larutan stok kurkumin diambil sebanyak 0,05 mL, kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL yang telah ditutup dengan aluminium foil
agar terlindung dari cahaya. Larutan stok kurkumin diencerkan dengan metanol
p.a hingga batas tanda.
Pembuatan Medium Disolusi
Medium disolusi yang digunakan yaitu 0,5% (b/v) sodium lauryl sulfate
dalam 20 mM dapar fosfat pH 6,0.
Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Pelarut
Metanol
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25; 1,50; dan 2,50 mL
kemudian diencerkan dengan metanol p.a pada labu ukur 5 mL hingga batas
tanda. Larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang antara 400-600 nm. Pengukuran dilakukan replikasi sebanyak
3 kali.
Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Medium
Disolusi
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 1,00; 1,50; dan 2,50 mL
kemudian diencerkan dengan medium disolusi pada labu ukur 5 mL hingga batas
tanda. Larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang antara 400-600 nm. Pengukuran dilakukan replikasi sebanyak
3 kali
Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Metanol
Kurva baku kurkumin dalam pelarut metanol dibuat untuk mendapatkan
persamaan dalam pelarut metanol, yang nantinya akan digunakan dalam uji drug
load kurkumin. Larutan intermediet kurkumin dibuat seri konsentrasi yaitu 0,488;
0,978; 1,955; 2,938; 3,910; dan 4,888 μg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pelarut metanol. Replikasi sebanyak tiga kali. Larutan ini diukur absorbansinya
pada λ maksimum (421 nm) (Sharma, et al., 2012). Persamaan kurva baku didapat
dengan menghitung regresi linear.
Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Medium Disolusi
Kurva baku kurkumin dalam pelarut medium disolusi dibuat untuk
mendapatkan persamaan dalam pelarut medium disolusi, yang nantinya akan
digunakan dalam uji kelarutan dan disolusi. Larutan intermediet kurkumin dibuat
seri konsentrasi yaitu 0,010; 0,020; 0,039; 0,079; 0,098; 0,197; 0,394; 0,492;
0,984; 1,969; 2,953; 3,937; 4,922; 6,398 μg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan
pelarut medium disolusi. Replikasi sebanyak tiga kali. Larutan ini diukur
absorbansinya pada λ maksimum (429 nm). Persamaan kurva baku didapat
dengan menghitung regresi linear.
Verifikasi Metode Analisis
Penetapan Akurasi dan Presisi
Larutan intermediet kurkumin dibuat dengan konsentrasi 1,968; 2,953;
4,922 (μg/mL). Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 429 nm
dan direplikasi sebanyak 3 kali.
Penetapan Linearitas
Larutan intermediet kurkumin dibuat dengan konsentrasi 0,010; 0,020;
0,039; 0,079; 0,098; 0,1969; 0,394; 0,492; 0,984; 1,969; 2,953; 3,937; 4,922;
6,398 (μg/mL). Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 429 nm
dan direplikasi sebanyak 3 kali. Linearitas dievaluasi dengan least square
analysis.
Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Poloxamer 407
Tabel I. Formula Dispersi Padat Ekstrak Kunyit - Poloxamer 407
Drug Load
Ekstrak Kunyit (g)
Dispersi Padat
I
33%
6,60
II
50%
10,00
III
67%
13,40
Bobot setiap formula adalah 20 gram
Formula

5

Poloxamer 407 (g)
13,40
10,00
6,60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ekstrak kunyit dan Poloxamer 407 masing – masing ditimbang kurang
lebih sesuai dengan persen drug load 33%, 50% dan 67%. Kemudian ekstrak
kunyit dan Poloxamer 407 dilarutkan dengan etanol. Setelah semua terlarut,
larutan ekstrak kunyit dicampur ke dalam campuran larutan Poloxamer 407
dengan magnetic stirrer hingga homogen pada suhu 40°C. Setelah homogen,
pelarut dihilangkan menggunakan alat spray dryer dengan suhu inlet 100°C dan
pump rate 5-15%. Serbuk hasil dispersi padat kemudian ditimbang untuk
perhitungan hasil perolehan kembali (rendemen) dan disimpan dalam dry box
hingga akan dilakukan pengujian.
Pembuatan Campuran Fisik Ekstrak Kunyit – Poloxamer 407
Ekstrak kunyit dan Poloxamer 407 ditimbang masing-masing sejumlah
formula, dicampur hingga homogen menggunakan mortir dan stamper, kemudian
diayak dengan ayakan nomor mesh 60 dan disimpan dalam dry box hingga akan
dilakukan pengujian.
Uji Drug Load
Dispersi padat dan campuran fisik masing-masing ditimbang sebanyak
10 mg, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL dan dilarutkan dengan metanol p.a
hingga tanda batas. Larutan kemudian di-stirrer hingga larut dan di-centrifuge,
kemudian diambil supernatannya dan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum, serta kadar kurkumin dihitung menggunakan kurva baku
kurkumin dalam pelarut metanol. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
Uji Kelarutan
Dispersi padat dan campuran fisik masing-masing ditimbang sebanyak
20 mg, dilarutkan di dalam erlenmeyer dengan 20 mL dapar fosfat pH 6,0.
Kemudian diaduk menggunakan shaker selama 48 jam dengan kecepatan putar 75
rpm di suhu ruangan dan terlindung dari cahaya, kemudian di-centrifuge.
Supernatan diambil sebanyak 5 mL dan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum serta dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
Uji Disolusi
Dispersi padat dan campuran fisik masing-masing ditimbang sebanyak
500,0 mg dan dimasukkan ke dalam kapsul kosong 00, serta direplikasi sebanyak

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tiga kali. Uji disolusi dilakukan menggunakan alat disolusi tipe 2 USP yakni
dayung (paddle) dengan kecepatan putar 75 rpm. Medium disolusi terdiri dari 500
mL dapar fosfat pH 6,0 dan SLS 0,5% (b/v) dengan suhu selama pengujian diatur
37±0,5ºC (USP, 2011). Sebanyak 5 mL cuplikan diambil menggunakan
makropipet pada interval waktu setelah 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90, dan 120 menit.
Setiap kali pengambilan cuplikan, medium yang hilang diganti dengan medium
yang baru dengan suhu dan jumlah yang sama.
Penetapan Kadar Kurkumin Terdisolusi
Sebanyak 5 mL cuplikan yang telah diambil kemudian di-centrifuge
dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit, lalu supernatan diencerkan dengan
medium disolusi di dalam labu takar 10 mL. Kemudian diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimal. Hasil
absorbansi dihitung sebagai konsentrasi kurkumin menggunakan kurva baku
kurkumin dalam medium disolusi.
Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Disolusi
Uji kelarutan dan perbedaan laju disolusi kurkumin (DE 120) pada dispersi
padat dan campuran fisik dianalisis menggunakan program Real Statistic dari
Microsoft Excel serta diuji normalitasnya menggunakan metode Shapiro-Wilk
Test. Bila data yang dihasilkan terdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan
dengan uji T. Namun bila data tidak terdistribusi normal pengujian dilakukan
dengan Mann-Whitney test. Untuk melihat perbedaan laju disolusi kurkumin
(DE120) tiap formula dispersi padat dilakukan uji normalitas juga dengan ShapiroWilk Test. Bila data terdistribusi normal, maka diuji menggunakan ANOVA
dengan taraf kepercayaan 95% dan apabila data tidak normal maka dilakukan
pengujian dengan Kruskal-Wallis Test. Data dikatakan berbeda bermakna bila
nilai p0,99 (AOAC, 2002). Berdasarkan tiga replikasi kurva baku
yang dibuat, diperoleh persamaan kurva baku dalam medium disolusi y=
0,1279x+0,0009 dengan nilai koefisien korelasi (r)=0,9987 (Gambar 4). Hasil
tersebut agak berbeda dengan hasil yang diperoleh oleh Sharma et al. (2012)
yakni r = 0,9995. Namun metode yang digunakan sudah memenuhi syarat dari

Absorbansi

AOAC.
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.000

y = 0,1279x + 0,0009
R² = 0,99736

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

Konsentrasi Kurkumin (μg/mL)
Gambar 4. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi

Akurasi dan Presisi
Akurasi bertujuan untuk mengetahui derajat ketepatan antara nilai yang
diukur dengan nilai sebenarnya yang diperoleh, dan dinyatakan dalam persentase
perolehan kembali (recovery) (Riyanto, 2015). Akurasi dinyatakan baik apabila
rentang recovery untuk menganalisis kadar obat dalam rentang 1-10 μg/mL yaitu
80-110% (AOAC, 2016). Presisi dilakukan untuk mengetahui derajat kesesuaian/
tingkat keakuratan antara hasil uji sampel dan dinyatakan dengan koefisiensi
variasi (CV) (Riyanto, 2015). Presisi dinyatakan baik apabila nilai CV untuk
konsentrasi 1,0-10,0 μg/mL diperoleh DP F3 > CF F3 > CF F2. Masingmasing DP memiliki rata-rata persen terdisolusi yang lebih tinggi daripada CF
dengan drug load yang sama, dan hasil rata-rata persen terdisolusi tertinggi untuk
DP dan CF adalah DP F1 dan CF F1 dengan drug load ekstrak kunyit 33%.
Pengamatan hingga menit ke-120 menunjukkan bahwa secara umum formulasi
dispersi padat mampu meningkatkan disolusi. Selain itu, hingga menit ke-120
masih terdapat sampel yang terendap pada chamber, sehingga masih ada
kemungkinan akan terjadi peningkatan disolusi hingga sampel habis terdisolusi.
Pengukuran

Dissolution

Efficiency

(DE)

dilakukan

untuk

menggambarkan profil disolusi yang dapat dikomparasi dan pengukuran DE
dilakukan setelah jangka waktu pengamatan tertentu, karena semakin besar waktu
yang digunakan maka semakin banyak titik pada kurva yang terhitung dan
menghasilkan nilai DE yang semakin besar (Fudholi, 2013). Pada penelitian ini
dilakukan pengukuran nilai DE120 dan diperoleh hasil seperti pada gambar 9.

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Rata-rata DE120(%)

25
20
CF

15

DP
10
5
0
Formula 1

Formula 2

Formula 3

Gambar 9. Grafik Nilai DE120 Campuran Fisik dan Dispersi Padat (n=3) dengan
Drug Load Ekstrak Kunyit pada Formula 1= 33%, Formula 2= 50%, Formula 3=
67%

Nilai DE120 yang diperoleh kemudian diuji statistik, diuji normalitas
datanya. Dari pengukuran nilai DE antara campuran fisik dan dispersi padat untuk
Formula 1 dan 2 terdistribusi normal, sedangkan untuk Formula 3 tidak
terdistribusi normal. Untuk data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji
T dan yang tidak terdistribusi normal diuji dengan Mann Whitney test. Dari ketiga
pengujian tersebut diperoleh data berbeda bermakna (signifikan) dengan nilai
p DP F2.
Hal ini sesuai dengan penelitian Kadir (2012), dimana DP F1 dengan drug load
ekstrak kunyit sebesar 33% memberikan hasil disolusi yang paling tinggi
17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dibandingkan dengan DP F2 drug load 50% dan DP F3 drug load 67%. Hal ini
menunjukkan dengan adanya peningkatan drug load dan penurunan jumlah
pembawa, maka dissolution efficiency akan menurun.
Peningkatan DE120 yang signifikan antara formula CF dan DP
menunjukkan bahwa adanya pembuatan dispersi padat mampu meningkatkan laju
disolusi. Hal dapat diterapkan dalam persamaan Noyes-Whitney mengenai laju
disolusi :
d
dt

dimana

d
dt

D.A
(
L

s- )

(1)

adalah laju disolusi, A adalah luas permukaan dari padatan, C adalah

konsentrasi dari padatan dalam media disolusi jenuh, Cs adalah konsentrasi dari
padatan dalam lapisan difusi yang mengelilingi padatan, D adalah koefisien difusi,
dan L adalah ketebalan lapisan difusi. Dalam pembuatan formula dispersi padat
terjadi pengecilan ukuran partikel, maka luas permukaannya akan semakin besar
dan akan menghasilkan peningkatan terhadap laju disolusi.

KESIMPULAN
Pembuatan formula dispersi padat ekstrak kunyit dengan berbagai drug
load menggunakan pembawa Poloxamer 407 terbukti dapat memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap disolusi kurkumin ketika dibandingkan
dengan kontrol (formula campuran fisik), dimana hasil yang paling tinggi
ditemukan pada formula dispersi padat drug load 33%, sehingga semakin kecil
drug load dalam formula DP, maka laju disolusi kurkumin akan semakin
meningkat.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait uji karakteristik dispersi padat seperti
X-Ray Diffraction untuk melihat karakterisasi struktur kristal dan Fourier
Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk mengidentifikasi interaksi yang
terjadi antara obat dan pembawa dalam formula dispersi padat. Pengujian lebih
lanjut ini dilakukan setelah pembuatan dan selama penyimpanan formula.

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
AOAC, 2002. AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical
Methods for Dietary Supplements and Botanicals, 1-38.
AOAC, 2016. Appendix F: Guidelines for Standard Method Performance
Requirements. AOAC International, 1-18.
British Pharmacopoeia, 2011. British Pharmacopoeia, The British Pharmacopoeia
Commission, London.
Chiou, W.L., and Riegelman, S., 1971. Pharmaceutical Applications of Solid
Dispersion Systems. Journal of Pharmaceutical Sciences, (9), 1283.
Ei-Badry, M.., Hassan, M.A., Ibrahim, M.A., and Elsaghir, H., 2013. Performance
of Poloxamer 407 as Hydrophilic Carrier on The Binary Mixtures with
Nimesulide. Farmacia, 61(6), 1148.
European Medicines Agency, 2010. Assessment Report on Curcuma Longa L.
Rhizoma, London, Committee on Herbal Medicinal Products, 9 – 10.
Fudholi, A., 2013. Disolusi dan Pelepasan Obat In Vitro. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 137-143.
Grynkiewicz, G., and Ślifirski, P., 2012. urcumin and urcuminoids in Quest for
Medicinal Status. ACTA ABP Biochimica Polonica, 59 (2), 201 – 212.
Gun’ko, V.M., Zarko, V.I., Leboda, R., and hibowski, E., 2001. Aqueous
suspension of fumed oxides: particle size distribution and zeta potential.
Advances in Colloid and Interface Science, 91, 19.
Hu, L., Shi, Y., Yang, X., Li, J.H., Wang, S., Gao, N., Ji, J., Niu, F., and Chen, Q.,
2015. Enhancement of Oral Bioavailability of Curcumin by a Novel Solid
Dispersion System. AAPS PharmSciTech, 16 (6), 1327–1334.
Huang, M.T., Ma, W., Lu, Y.P., Chang, R.L., Fisher, C., Manchand, P.S.,
Newmark H.L., and Conney, A.H., 1995. Effects of curcumin,
demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin and tetrahydrocurcumin on
12-0-tetradecanoylphorbol-13-acetate
induced
tumor
promotion.
Carcinogenesis, 16 (10), 2493.
Kadir, 2012. Study of Binary and Ternary Solid Dispersion of Spironolactone
Prepared By Co-Precipitation Method for the Enhancement of Oral
Bioavailability. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 2(10), 117–
122.
Kakran, M., Sahooa, N.G., Tan, Y.W., and Li, L., 2013. Ternary dispersions to
enhance solubility of poorly water soluble antioxidants. Colloids and
Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects, 433, 112.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Farmakope Herbal Indonesia,
Edisi 1, Jakarta, 78.
Kim, S.Y., Chae, S.W., and Lee, J., 2014. Effect of Poloxamer 407 as a carrier
vehicle on rotator cuff healing in a rat model. J Orthop Surg Res, 9 (12).
Nepal, P.R., Han, H.K., and Choi, H.K., 2010. Enhancement of solubility and
dissolution of Coenzyme Q10 using solid dispersion formulation.
International Journal of Pharmaceutics, 383, 147.

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Patel C.J., Satyanand, T., Dadarwal, P., Mangukia, D., Pravin, Y., Sojitra, I.,
Srujan, K., and Anil, K.G., 2013. A Recent Approach for Solubility and
Bioavailability Enhancement: Solid Dispersion. Journal of Drug Discovery
and Therapeutics, 1 (4), 34-39.
Phisut, N., 2012. Spray Drying Technique of Fruit Juice Powder : Some Factors
Influencing the Properties of Product, International Food Research Journal,
19(4), 1297-1306.
Rahman, S.M.H., Telny, T.C., Ravi, T.K., and Kuppusamy, S., 2009. Role of
Surfactant and pH in Dissolution of Curcumin. Indian J Pharm Sci., 71(2),
139-142.
Riyanto, 2015. Validasi & Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC 17025,
Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi, Yogyakarta, Deepublish, 28, 39,
52.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6Th edition, London, Pharmaceutical Press, 507.
Sharma, K., Agrawal, S.S., and Gupta, M., 2012. Development and Validation of
UV Spectrophotometric Method for the Estimation of Curcumin in Bulk
Drug and Pharmaceutical Dosage Form. International Journal of Drug
Development & Research, 4(2), 375-380.
Shehzad, A., Lee, J., Lee, Y.S., 2013. Review Article Curcumin in Various
Cancers. International Union of Biochemistry and Molecular Biology, 39
(1), 56 – 68.
Sinha, S., Ali, M., Baboota, S., Ahuja, A., Kumar, A., and Ali, J., 2010. Solid
Dispersion as an Approach for Bioavailability Enhancement of Poorly
Water-Soluble Drug Ritonavir. AAPS PharmSciTech, 11(2), 518–527.
Singh, S., Baghel, R.S., and Yadav, L., 2011. A review on solid dispersion.
International Journal of Pharmacy & Life Sciences, 2(9), 1078 – 1095.
Sridhar, I., Doshi, A., Joshi, B., Wankhede, V., and Doshi, J., 2013. Solid
Dispersions: an Approach to Enhance Solubility of poorly Water Soluble
Drug. Jou

Dokumen yang terkait

Pembuatan mikropartikel diltiazem hidroklorida menggunakan metode penguapan pelarut

0 7 0

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin.

0 3 46

Pengaruh rasio ekstrak temulawak/Polietilen Glikol (PEG) 6000 dalam sistem dispersi padat dengan metode pelelehan-pelarutan terhadap disolusi kurkumin.

1 2 57

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) dengan spray drying.

2 6 96

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying.

0 2 87

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator.

1 3 90

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying

1 3 85

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) dengan spray drying

0 2 94

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator - USD Repository

0 0 88

Pengaruh perbedaan rasio Poloxamer 407 : Manitol dalam dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin : metode penguapan pelarut menggunakan Spray Dryer - USD Repository

0 0 61