BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Hidup Sederhana a. Pengertian Sederhana - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP HIDUP SEDERHANA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKAMATERI PECAHAN MELALUI PAKEM MATEMATIKA DI SD NEGERI 3 LESMANA - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Hidup Sederhana a. Pengertian Sederhana Kebutuhan manusia di dunia ini berbeda-beda. Tetapi terkadang

  manusia bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhannya tetapi juga keinginannya, sehingga kehidupannya tidak sederhana. Wijaya (2014: 117) mengungkapkan sederhana adalah kebiasaan seseorang untuk berperilaku sesuai kebutuhan dan kemampuannya. Sederhana dapat pula berarti tidak berlebihan atau tidak mengandung unsur kemewahan. Kemendikbud (dalam Wibowo, 2013: 46) mengungkapkan sederhana adalah bersahaja, sikap dan perilaku yang tidak berlebihan, tidak banyak seluk-beluk, tidak banyak pernik, lugas, dan apa adanya, hemat sesuai kebutuhan, dan rendah hati.

  Sederhana adalah kebiasaan atau perilaku sehari-hari yang dilakukan sesuai kebutuhan dan kemampuan serta tidak mencerminkan sikap yang berlebihan atau mengandung unsur kemewahan. Sederhana ditekankan pada unsur dan kemampuan materi atau keuangan, misalnya: makan, minum, jajan, membeli buku, rumah, dan kendaraan.

  7

b. Indikator Sederhana Indikator merupakan suatu nilai yang berada di dalam karakter.

  Menurut Wijaya (2014: 87) indikator sederhana yaitu:

Tabel 2.1 Indikator Sederhana

  Nilai-Nilai Indikator Sederhana

   Selalu berpenampilan apa adanya, tidak berlebihan  Tidak pamer  Tidak ria c.

   Sikap Hidup Sederhana

  Pola hidup sederhana terdiri atas dua pengertian pokok, yaitu pola hidup dan sederhana. Wijaya (2014: 119) mengemukakan pola hidup adalah cara berperilaku sehari-hari, sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Kegiatan berperilaku tersebut misalnya, tidur, makan, mandi, olahraga, dan belajar. Pola hidup dapat disamakan dengan kebiasaan, jika memiliki kebiasaan yang buruk berarti juga memiliki pola hidup yang buruk, dan begitu pun sebaliknya. Kebiasaan yang baik menandakan telah melakukan pola hidup yang baik.

  Pola hidup sederhana dalam hal materi antara lain meliputi sebagai berikut: 1) Mengomsusi makanan yang sehat dan sederhana 2) Memakai pakaian yang sopan sesuai dengan situasi 3) Memakai perhiasan tidak berlebihan 4) Membeli barang sesuai dengan kebutuhan 5) Uang saku tidak berlebihan Pola hidup sederhana juga dapat ditunjukkan dalam sikap hidup berikut ini: 1) Tidak mudah menaruh curiga kepada orang lain 2) Tidak suka pamer 3) Tidak sombong 4) Jujur 5) Suka menolong

  Pola hidup sederhana adalah cara berpikir atau sesuatu kebiasaan yang dilakukan sehari-hari secara terus menurus berdasarkan kebutuhan dengan pendapatan yang dihasilkan dapat berjalan dengan seimbang. Pola hidup tersebut tidak mengutamakan apa yang diinginkan tetapi melihat apa yang menjadi kewajiban terpenting untuk dipenuhi, dengan pola hidup sederhana maka akan ditunjukkan dalam sikap hidup yang tidak mudah menaruh curiga kepada orang lain, tidak suka pamer, tidak sombong, jujur dan suka menolong.

d. Cara Hidup Sederhana

  Untuk melaksanakan pola hidup sederhana, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain sebagai berikut : 1) Utamakan kebutuhan pokok daripada kebutuhan lain. Kenali dengan benar apa yang menjadi kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu pangan (makanan, minuman), sandang (pakaian), dan papan (rumah). Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier (mewah). Dua kebutuhan terakhir itulah berbeda-beda untuk setiap orang.

  2) Perhitungkan kemampuan keuangan. Hitunglah seberapa banyak uang yang diperoleh dan hitunglah seberapa banyak uang yang bisa dikeluarkan. 3) Biasakan untuk berhemat dan suka menabung. Hidup hemat tidak sama dengan hidup kikir. Hidup hemat itu penuh perhitungan, terutama untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Sehingga dengan berhemat, dapat menyisihkan sebagian uang untuk ditabung.

  Cara hidup sederhana bukan cara hidup yang kikir atau pelit melainkan cara hidup yang dapat menekan hawa nafsu atau keinginan dan mengutamakan kebutuhan primer yang disesuaikan dengan pendapatan yang diperoleh. Salah satu cara hidup sederhana yaitu dapat menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

  Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kingsley (Soemarto 1990: 99) menyatakan

  “Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or change through practice or training” yaitu belajar adalah proses tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

  Belajar adalah merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Setiap individu akan berinteraksi dan bersosialiasi dengan lingkungan sehingga mampu menggabungkan dan membandingkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang ada di lingkungannya sebagai proses menuju perubahan tingkah laku.

b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

  Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, menurut Slameto (2010: 54) faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. 1) Faktor-faktor intern, meliputi:

  a) Faktor Jasmaniah Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian- bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

  b) Faktor Psikologis Psikologis Psikologis Psikologis Psikologis Faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, antara lain: (1) intelegensi, (2) perhatian, (3) minat, (4) bakat, (5) motif, (6) kematangan, (7) kesiapan.

  c) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

  2) Faktor-faktor ekstern, meliputi:

  a) Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antara anggota keluarga, (3) suasana rumah tangga, (4) keadaan ekonomi, (5) pengertian orang tua, (6) latar belakang kebudayaan, (4) bentuk kehidupan masyarakat.

  b) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup: (1) metode mengajar, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan siswa, (4) relasi siswa dengan siswa, (5) disiplin sekolah, (6) pelajaran dan waktu sekolah, (7) standar pelajaran, (8) keadaan gedung, (9) metode belajar, dan (10) tugas rumah.

  c) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi ini mencakup: (1) kegiatan siswa dalam masyarakat, (2) media massa, (3) teman bergaul, dan (4) bentuk kehidupan masyarakat.

  Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi belajar. Faktor yang berada dalam diri individu (intern) dan dalam luar individu yang belajar (ekstern).

c. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

  Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar

  

(learning outcame) . Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan

  pengetahuan. Arifin (2011:12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Mulyasa berpendapat (2014:189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.

  Pengertian prestasi belajar yang dipaparkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik dari kegiatan belajar, kemudian kegiatan belajar tersebut dinilai dengan tes yang hasilnya berbentuk angka atau huruf. Prestasi belajar dalam pembelajaran biasanya dilihat atau untuk menilai aspek kognitif.

  Prestasi sangat erat hubunganya dengan keberhasilan pembelajaran, karena prestasi memiliki fungsi sebagai indikator intern dan ekstern dalam pembelajaran. Arifin (2011:12) berpendapat fungsi prestasi belajar (achievement) yaitu:

  1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasi peserta didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar sebagai indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.

  Keberhasilan dari meningkatkanya suatu prestasi belajar tidak terlepas dari adanya suatu fungsi prestasi itu sendiri. Berdasarkan pendapat ahli di atas fungsi prestasi belajar ada lima yang pada intinya fungsi prestasi belajar akan memberikan suatu perubahan yang positif dari segi kognitif (kecerdasan) siswa yang nantinya akan berpengaruh baik juga untuk sekolah itu sendiri.

d. Faktor yang Mempengaruhi Pestasi Belajar

  Untuk meningkatkan prestasi belajar, menurut Mulyasa (2014: 191) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dan perlu didalami, yaitu baik faktor internal maupun eksternal.

  1) Faktor Internal

  a) Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri (internal), baik secara fisiologis maupun secara psikologis, beserta usaha yang dilakukannya. Faktor fisiologis berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, sedangkan faktor psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat, dan sikap.

  b) Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. c) Minat (interest), yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau ke inginan yang besar terhadap sesuatu.

  d) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

  e) Waktu dan Kesempatan Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi daripada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.

  2) Faktor Eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan faktor non sosial.

  a) Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyrakat pada umumnya. b) Faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan dan fisik, misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya. Untuk melancarkan belajar dan meningkatkan prestasi belajar Mulyasa

  (2014: 195) menyatakan terdapat hal-hal di bawah ini yang perlu diperhatikan: a. Hendaknya dibentuk kelompok belajar, karena dengan belajar peserta didik yang kurang paham dapat diberitahu oleh peserta didik yang telah paham dan peserta didik yang telah paham karena menerangkan kepada temannya menjadi lebih menguasai.

  b. Semua pekerjaan dan latihan yang diberikan oleh guru hendaknya dikerjaan segera dan sebaik-baiknya, ingat maksud guru memberi tugas-tugas tersebut adalah untuk latihan ekspresi dan latihan ekspresi adalah cara terbaik untuk penguasaan ilmu/kecakapan.

  c. Mengesampingan perasaan negatif dalam membahas atau berdebat mengenai suatu masalah/pekerjaan. Karena perasaan negatif dapat menghambat ekspresi serta mengurangi kejernihan pikiran.

  d. Rajin membaca buku/majalah yang bersangkutan dengan pelajaran. Dengan banyak membaca, maka batas pandangan mengenai suatu pelajaran akan tambah jauh dan luas.

  e. Berusaha melengkapi dan merawat dengan baik alat-alat belajar (alat tulis dan sebaginya). Hal ini kelihatannya soal sepele tetapi alat-alat yang tidak lengkap atau tidak baik akan mengganggu belajar.

  f. Selalu menjaga kesehatan agar dapat belajar dengan baik, tidur teratur, makan bergizi serta cukup istirahat.

  g. Waktu rekreasi gunakan sebaik-baiknya, terutama untuk menghilangkan kelelahan.

  h. Untuk mempersiapkan dan mengikuti ujian harus melakukan persiapan minimal seminggu sebelum ujian berlangsung.

3. Matematika di Sekolah Dasar a. Pengertian Matematika

  Pengajaran matematika di Sekolah Dasar bertujuan untuk melatih siswa memecahkan masalah. Latihan pemecahan masalah yang dilakukan pada siswa, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hariwijaya (2009: 29) menjelaskan bahwa matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Matematika secara informal, dapat pula disebut sebagai ilmu tentang bilangan dan angka.

  Dalam pandangan formalis, matematika adalah penelaah struktur abstrak yang didefisinikan secara aksioma dengan menggunkan logika simbolik dan notasi.

  Pengertian matematika antara lain menurut James and James (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian yaitu aljabar, analisis dan geometris. Ruseffendi dalam (Heruman, 2007: 1) matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

  Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pasti yang berkaitan dengan berfikir serta memiliki ciri utama yaitu penalaran deduktif. Kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep dalam matematika bersifat konsisten dan berfungsi untuk mengembangkan dan menggunakan rumus matematika serta untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika.

b. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

  Secara umum menurut Depdiknas (2009: 1) terdapat empat tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran matematika di dalam pembelajaran, yaitu:

  1) Penanaman Konsep Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat peraga.

  2) Tahap Pemahaman Konsep Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi.

  3) Tahap Pembinaan Keterampilan Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan lagi. 4) Tahap Penerapan Konsep

  Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah.

  Langkah pembelajaran matematika terdiri dari 4 tahapan yaitu penanaman konsep, pemahaman konsep, pembinaan keterampilan dan penerapan konsep. Semua tahapan tersebut harus dilaksanakan dengan baik agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat mudah dipahami oleh siswa.

4. Model PAKEM a. Pengertian Model PAKEM

  Perubahan paradigma yang terjadi pada kondisi sekarang ini, mengubah peran guru yang biasanya hanya sekedar menyampaikan materi saja tanpa mengetahui apakah materi yang disampaikan itu sudah dapat dimengerti oleh siswa atau belum berubah menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu siswanya dalam belajar. Rusman (2013: 322) mengungkapkan bahwa PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipasif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pendapat lain oleh Daryanto (2013: 117) bahwa model pembelajaran PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan sikap dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja.

  Model pembelajaran PAKEM lebih memungkinkan siswa dan guru sama-sama aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Proses belajar mengajar yang dilakukan dapat lebih berkembang, karena dapat menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenagkan dan efektif.

b. Ciri – Ciri atau Karakteristik PAKEM

  PAKEM merupakan kependekan dari pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Berlandaskan kata tersebut Daryanto (2013: 118) mengungkapkan ciri-ciri atau karakteristik PAKEM yaitu: (1) Partisipatif Ciri pertama pembelajaran model PAKEM adalah partisipatif.

  Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini menitik beratkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran, bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi pembelajaran.

  Proses belajar mengajar yang dilakukanakan lebih bermakna jika siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

  (2) Aktif Ciri kedua pembelajaran model PAKEM adalah aktif.

  Pembelajaran model ini memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya, memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya dan mengamati pengaruh dari manipulasi objek-objek tersebut. Proses belajar yang dilakukan bukan hanya menuntut siswa yang aktif, melainkan guru juga terlibat aktif, baik dalam merancang, melaksanakan maupun mengevaluasi proses pembelajarannya.

  (3) Kreatif Ciri ketiga model pembelajaran ini adalah kreatif.

  Pembelajaran yang dilaksanakan membangun kreatifitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar, dan sesama siswa, utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran. Guru juga dituntut untuk kreatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran model PAKEM. (4) Efektif Ciri keempat pembelajaran model ini adalah efektif.

  Pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik.

  (5) Menyenangkan Ciri kelima model pembelajaran ini adalah menyenangkan.

  Pembelajaran model PAKEM dirancang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan, diharapkan mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

  Model pembelajaran PAKEM yang mempunyai lima ciri tersebut jika diterapkan secara optimal akan mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pembelajaran yang berjalan secara optimal akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang memuaskan.

c. Prinsip PAKEM

  Model pembelajaran pakem mempunyai empat prinsip yakni: (1) Mengalami

  Peserta didik mengalami secara langsung dengan memanfaatkan banyak indra. Bentuk kongkretnya adalah peserta melakukan pengamatan, percobaan dan wawancara, sehingga peserta didik belajar banyak memalui berbuat.

  (2) Interaksi Interaksi antara peserta didik itu sendiri, maupun dengan guru, baik melalui diskusi, tanya jawab atau saling melempar pertanyaan harus selalu ada dan terjaga. Interaksi inilah, pembelajaran lebih hidup dan menarik dan kesalahan makna yang diperbuat oleh siswa berpeluang untuk terkoreksi. (3) Komunikasi

  Komunikasi perlu diupayakan dengan baik. Komunikasi adalah cara untuk menyampaikan apa yang diketahui. Interaksi tidak cukup jika tidak terjadi komunikasi. Interaksi menjadi lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif.

  (4) Refleksi Refleksi merupakan hal penting lainnya agar pembelajarannya itu bermakna. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya refleksi dari peserta didik ketika mereka mempelajari sesuatu. Refleksi disini maksudnya adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat atau dipikirkan.

  Prinsip dari model pembelajaran PAKEM salah satunya yaitu mengalami. Hal yang dapat dialami siswa secara langsung yaitu bisa dalam bentuk kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari. Kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari yang dilakukan dapat membuat siswa berinteraksi baik dengan sesama siswa, guru atau lingkungannya.

d. Langkah Pembelajaran PAKEM Matematika

  (1) Guru merancang dan mengelola pembelajaran yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Guru melaksanakan pembelajaran dalam kegiatan yang beragam, misalnya: diskusi kelompok dan memecahkan masalah. Kegiatan yang ada dalam diskusi kelompok dapat berupa siswa bersama-sama teman satu kelompoknya melakukan aktivitas menimbang beras (makanan pokok) yang dikomsumsinya dalam satu hari. (2) Guru dapat menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam, sesuai dengan materi yang diajarkan, misalnya: guru menggunakan alat peraga gula untuk menjelaskan materi penjumlahan pada pecahan.

  (3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan siswa, seperti: membagi donat untuk menunjukan bilangan pecahan pada materi menyederhanakan pecahan. Dalam menjelaskan materi pecahan yang diajarkan guru juga dapat menggunakan alat peraga tempe. (4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya mengenai bagaimana sikap hidup sederhana yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, setelah mengetahui bagaimana cara menghitung kebutuhannya secara sederhana.

5. Pecahan a. Pengertian Pecahan

  Materi pecahan merupakan materi yang dilaksanakan dalam penelitian. Materi pecahan sangat penting karena pecahan, perbandingan dan skala sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa dapat menjumpai materi ini untuk menghitung jarak pada denah dengan jarak sebenarnya, menghitung perbandingan banyaknya benda, dan lain sebagainya.

  Pengertian pecahan menurut Heruman (2007: 43) dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang, adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Simanjuntak, Manurung dan Matutina (1993: 153) berpendapat bahwa pengertian bilangan pecahan pada matematika Sekolah Dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda atau himpunan atas beberapa bagian yang sama, misalnya: seorang ibu yang baru pulang dari pasar membawa jeruk 4 sedangkan anaknya 2 orang. Supaya anak mendapatkan bagian yang sama maka, empah buah tersebut dibagi 2. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) dalam (Heruman, 2007: 43) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. Akibatnya, guru biasanya langsung mengajarkan 1 pengenalan angka, seperti pada pecahan , 1 disebut pembilang dan 2 2 disebut penyebut.

  Adapun standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang dijadikan bahan penelitian tertera dalam tabel 2.3

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas IV

  

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  6. Menggunakan pecahan dalam 6.5 menyelesaikan masalah pemecahan masalah yang berkaitan dengan pecahan.

b. Contoh soal pecahan

  Berdasarkan data di atas dapat diketahui materi yang akan dipakai untuk penelitian yaitu bilangan pecahan. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pecahan.

  Contoh 1 (operasi campuran) 1 1 Pak Slamet memiliki 1 nampan tahu, bagiannya digoreng, bagiannya 5 4 direbus dan sisanya diberikan kepada Eli.

  Berapa bagian tahu yang diberikan pada Eli? Penyelesaian: 1 1 1 1 5 4 5+4 9

  5

  4

  • 5
  • 4 1 + + = = = = 1 20 20 20 20

      5

    4 Bagian yang diberikan pada Eli adalah :

      9 20 9 20 11

      −9 20 20 - 1 - = = = 20 20 20 11 Jadi, tahu Pak Slamet yang diberikan pada Eli adalah 20 Contoh 2 (pengurangan pecahan) 1 Ibu membeli kue. Bagian yang diberikan untuk Kak Jo dan sisanya 4 diberikaan untuk ayah. Berapa bagian kue yang diterima ayah?

      Penyelesaian: Bagian kue yang diterima ayah adalah: 1 4 1 4 3

      −1

      1 - = - = = 4 4 4 4 4 3 Jadi, kue yang diterima ayah bagian 4 Contoh 3 (penjumlahan pecahan) 2 Lulu makan tempe yang digoreng ibu bagian. Kemudian makan lagi 1 8 tempe pemberian dari nenek bagian. Berapa jumlah tempe yang Lulu 4 makan seluruhnya?

      Penyelesaian: Jumlah tempe seluhnya adalah 2 1 2 1 2 2 4

      2

    • =
    • 8 + + 4 = = 8 4 8 8 8

        2 4 Jika disederhanakan, maka diperoleh: 4 1 ∶4 8 = = 8 2

        ∶4 1 Jadi, jumlah tempe yang dimakan Lulu seluruhnya adalah 2 Contoh 4 (menghitung kebutuhan sehari-hari pada kegiatan pembelajaran matematika)

        Menghitung kebutuhan makan sehari-hari Seorang guru menghendaki setiap siswa mampu mengaitkan matematika yang dipelajari siswa di sekolah dengan kehidupan keseharian. Pada suatu hari guru membuka pembelajaran kemudian bertanya “berapa banyak nasi yang siswa habiskan dalam sehari?”.jawaban siswa ternyata bermacam- 1 1 macam. Ada yang mengatakan 1 kg, kg, , kg, dan ada yang menjawab 2 4 2 kg. Jawaban siswa yang bervariasi tersebut, guru meminta para siswanya untuk membuat daftar bahan makanan yang dimakan setiap hari. Contoh seorang siswa dalam satu hari menghabiskan 3 piring nasi atau sama 1 dengan kg beras, kemudian guru meminta siswa untuk menghitung 2 berapa jumlah beras yang dimakan dalam satu Minggu?.

        Penyelesaian :

        1

        3 piring nasi dalam satu hari = kg beras 2

        1 Minggu = 7 hari Beras yang dimakan dalam satu Minggu = 1 1 1 1 1 1 1 7 1 2 2 2 2 + + + + + = kg + = 3 2 2 2 2 2 1 Jadi beras yang dimakan dalam satu Minggu = 3 kg 2 Langkah-langkah pembelajaran matematika menghitung kebutuhan sehari-hari melalui PAKEM :

        1. Review Guru dan siswa meninjau ulang pelajaran yang lampau.

        2. Pengembangan Guru senantiasa menyajikan ide baru dan perluasan konsep.

        3. Latihan terkontrol Guru memeriksa kemungkinan terjadinya miskonsepsi. Dianjurkan dengan kerja kelompok.

        4. Seat work Siswa bekerja mandiri atau dalam kelompok dengan perluasan konsep.

        5. Laporan siswa perorangan atau kelompok Hasil kerja individu atau kelompok dilaporkan untuk dibahas dan ada perbaikan.

        6. Pendalaman melalui pendekatan Contextual Teaching Learning

        Siswa diajak untuk melihat kelingkungan sekitar, kegiatan sehari-hari yang dilakukan dengan tujuan untuk memperdalam materi.

      B. Hasil Penelitian Yang Relevan

        Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik dijadikan sebagai penelitian, namun tidak memiliki kesamaan pada penelitian yang sudah dilakukan, sehingga dapat menambah pembahasan mengenai pembelajaran matematika melalui kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari pada mata pelajaran matematika materi pecahan:

        1. Sutinah ( 2013) tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada

        Operasi Penjumlahan Pecahan Melalui Pendekatan CTL Pada Siswa Kelas

        IVB MIN Kebonagung Imogiri Bantul” jenis penelitian apenelitian Tindakan Kelas. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa upaya meningkatkan hasil prestasi belajar matematika dengan alat peraga yang dihubungkan dengan pembelajaran yang nyata membuat siswa manjadi lebih aktif dan kreatif sehingga tercipta pembelajaran yang variatif.

      2. Nur’aeni (2009) tentang “Penerapan Pakem Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Di SD Muhammadiyah Serang” jenis penelitian PTK.

        Penelitian tersebut menyimpulkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan/strategi PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar.

      C. Kerangka Berpikir

        Kondisi pada awal survei telah diperoleh gambaran bahwa karakter sederhana dan prestasi belajar siswa masih tergolong rendah. Rendahnya sikap hidup sederhana siswa mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena siswa akan lebih mementingkan apa yang mereka inginkan daripada apa yang siswa butuhkan untuk kegiatan belajar mengajar. Agar sikap sederhana dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dikelas IV melalui kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari materi pecahan dapat meningkat, maka perlu dilakukan adanya tindakan yang berasal dari guru dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM serta pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk dapat meningkatakan hidup sederhana dan prestasi belajar siswa.

        Salah satu cara dengan menciptakan pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, menyenangkan dan nyata yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan seperti itu diharapakan dapat lebih memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Hal ini dapat ditunjukan dalam skema kerangka berpikir pada gambar 2.1 sebagai berikut:

        Belum menggunakan Rendahnya sikap Kondisi Awal model pembelajaran hidup sederhana dan

        PAKEM Prestasi belajar siswa Menggunakan model Tindakan

        Siklus I pembelajaran PAKEM Refleksi dengan kegiatan menghitung kebutuhan

        Siklus II sehari-hari Kondisi Akhir Melalui model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan sikap hidup sederhana dan prestasi belajar siswa

      Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir penelitian D. Hipotesis Tindakan

        1. Model pembelajaran PAKEM melalui kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari dapat meningkatkan sikap hidup sederhana siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan di kelas IV SD Negeri 3 Lesmana.

        2. Model pembelajaran PAKEM melalui kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan di kelas IV SD Negeri 3 Lesmana.