BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) a. Definisi - Titi Nurhidayah BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

  a. Definisi

  Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan

  the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2012, h;3).

  Inisiasi menyusu dini merupakan suatu prosedur langkah awal yang harus dilakukan antara ibu dan bayi. Inisiasi menyusu dini dilakukan dengan cara membiarkan kulit ibu melekat pada kulit bayi (skin to skin) segera setelah persalinan (Riksani, 2012, h;41).

  b. Bentuk Dukungan Pemerintah terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini

  Bentuk dukungan pemerintah terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012

  Pasal 9 ayat 1 dan 2. Ayat 1 berbunyi, “Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusui dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singka t selama 1 (satu) jam”. Ayat 2 berbunyi, “Inisiasi Menyusui Dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu”.

c. Tahapan Inisiasi Menyusui Dini

  Lima tahapan perilaku (

  pre-feeding behaviour) sebelum bayi

  berhasil menyusui (Roesli, 2012, h;17-19)

  1. Dalam 30 menit pertama: Stadium istirahat atau diam dalam keadaan siaga

  (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak.

  Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan.

  Bonding (hubungan

  kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui.

  2. Antara 30-40 menit: Mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

  3. Mengeluarkan air liur Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

  4. Bayi mulai merangkak ke arah payudara. Areola (kalang payudara)sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Bayi menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya.

  5. Menemukan, menjilat, mengulumputing, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik.

d. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

  Manfaat Inisiasi menyusu dini bagi ibu dan bayi menurut (Aprillia, 2010) antara lain:

  1. Manfaat bagi ibu

  a) Ibu dan bayi menjadi lebih tenang (Krogen & Smith, 2004 dalam Aprilia, 2010).

  b) Jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam pertama (UNICEF, 2007 dalam Aprilia, 2010).

  c) Sentuhan, jilatan, usapan pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin (UNICEF, 2007; Matthiesen

  et al, 2001 dalam Aprilia, 2010).

  d) Membantu kontraksi rahim, menurangi resiko perdarahan, dan mempercepat pelepasan plasenta (Sobhy, 2004 dalam Aprilia, 2010).

  2. Manfaat bagi bayi

  a) Menurunkan angka kematian bayi karena hipotermia (Bergman, 2005; Bergstorm, 2007 dalam Aprilia, 2010).

  b) Menghangatkan bayi melalui dada ibu dengan suhu yang tepat (Franson, A, 2005; Bergstorm, 2007 dalam Aprilia, 2010).

  c) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap ineksi (Hanson L, 2004 dalam Aprilia, 2010). d) Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman.

  Bakteri ini lalu berkoloni di usus bayi dan menyaingi bKteri patogen (Hanson L, 2004 dalam Aprilia, 2010).

  e) Menyebabkan kadar glukosa darah bayi menjadi lebih baik pada beberapa jam setelah kelahiran.

  f) Pengeluaran mekonium (kotoran bayi) lebih dini, sehingga terjadi penurunan intensitas ikterus (kuning) pada BBL.

e. Teknik Inisiasi Menyusui Dini

  1. Teknik Inisiasi Menyusui Dini yang Kurang Tepat Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut ( Roesli, 2012, h;9-11): a) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering b) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat c) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.

  d) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan didada ibu

  (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit)atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium.

  e) Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu kemulut bayi. f) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (

  recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

  2. Inisiasi Menyusui Dini yang Dianjurkan Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan.

  a) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.

  b) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.

  c) Tali pusat dipotong, lalu diikat.

  d)

  Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

  e) Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

f. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Sendiri

   Menurut (Roesli, 2012, h;13-14) Kontak kulit dengan kulit

  segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan penting:

1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi

  merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia)

  2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung

  bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.

  3. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri

  dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri „baik‟ ini akan berkembang biak menjadi koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri „jahat‟ dari lingkungan.

  4.

  „Bonding‟ (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga.

  Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.

  5. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan

  berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.

  6. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui.

  7. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di

  puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

  8. Bayi mendapatkan ASI kolostrum-ASI yang pertama kali keluar.

  Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift on life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum dari pada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.

9. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan

  bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah.

g. Penghambat Inisiasi Menyusui Dini

  Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi (Roesli 2012 h;28-31).

  1. Bayi kedinginan Bayi berada dalam suhu aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu, suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu.Berdasarkan hasil penelitian Niels Bergman (2005) dalam Roesli 2012, ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1°C lebih panas dari pada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi.

  2. Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya.

  Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

  3. Tenaga kesehatan kurang tersedia Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu, libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

  4. Kamar bersalin atau kamar operasi Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini

  5. Ibu harus dijahit Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara, yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

  6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore harus segera diberikan setelah lahir Menurut

  American College of Obstetrics and Gynecology

dan Academy Breastfeeding Medicine (2007) dalam Roesli

  (2012), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

  7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas pada bayi. Selain itu, kesempatan

  vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar.

  Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir, penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

  8. Bayi kurang siaga Pada 1-2 jam pertama kelahirannya bayi sangat siaga

  (

  alert), setelah itu bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi

  mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk

  bonding.

  9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal) Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

  10. Kolostrum tidak baik bahkan berbahaya untuk bayi Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi.

  Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

h. Inisiasi Menyusui Dini dan MDGs

  Menurut (Roesli, 2012, h;32-39) Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan

  Millenium Development Goals

  (MDGs). Berikut ini tujuan Millenium Development Goals (MDGs).

  1. Membantu mengurangi kemiskinan

  Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif enam bulan dan lama menyusui.

  Jika seluruh bayi yang lahir di indonesia dalam setahun disusui secara eksklusif enam bulan, berarti: a) Harga rata-rata satu kaleng susu formula Rp 60.000,00

  (tahun 2007)

  b) Jumlah bayi lahir di Indonesia 5,5 juta per tahun

  c) Biaya pembelian susu formula selama enam bulan untuk bayi ini: 5,5 juta x 55 kaleng x Rp 60.000,00 = Rp 18, 120 triliun.

  d) Setiap bayi memerlukan sekitar Rp 3,3 juta dalam enam bulan. Biaya ini lebih dari 100% pendapatan buruh yang hanya Rp 500.000 per bulan.

  2. Membantu mengurangi kelaparan

  Bagi anak usia dua tahun, sebanyak 500 cc ASI ibunya mampu memenuhi kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A 45%, dan vitamin C 95%. ASI masih memenuhi kebutuhan kalori 70% untuk bayi 6-8 bulan, 55% untuk bayi 9-11 bulan, dan 40% untuk bayi 12-23 bulan. Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun. Dengan kata lain, pemberian ASI membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.

  Bayi yang berkesempatan melakukan inisiasi menyusu dini, persentase masih menyusunya bayi usia enam bulan adalah 59% dan bayi usia 12 bulan adalah 38%. pada bayi yang tidak diberi kesempatan inisiasi menyusu dini, persentase yang masih menyusunya hanya 19% untuk bayi usia enam bulan dan 8% untuk bayi usia 12 bulan. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini akan delapan kali lebih berhasil dalam menyusu eksklusif. Berarti bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini akan lebih mungkin disusui sampai usia 2 tahun bahkan lebih.

3. Membantu mengurangi Angka Kematian Anak Balita

  Sekitar 40% kematian balita terjadi pada usia bayi baru lahir (dibawah satu bulan).

  a. Menurut The world Health Report 2005 dalam Roesli 2012, angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup.

  b. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan: 1) Setiap hari 246 bayi meninggal.

  2) Seolah satu pesawat jumbo jet penuh berisi bayi di Indonesia setiap hari jatuh.

  3) Setiap satu jam, 10 bayi Indonesia meninggal. 4) Jadi, setiap enam menit, satu bayi Indonesia meninggal. 5) Menurut The World Health Report 2005 dalam Roesli

  2012, angka kematian balita Indonesia adalah 46 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini sama halnya dengan: (a). Setiap hari, 430 balita meninggal.

  (b). Seolah penumpang pesawat jet yang berisi balita Indonesia jatuh setiap hari.

  (c). Setiap jam, 24 balita meninggal. (d). Setiap 2½ menit, satu balita Indonesia meninggal. Berdasarkan penelitian WHO (2000) dalam Roesli (2012) di enam negara berkembang risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian inimeningkat menjadi 480%.

  Berikut ini peran inisiasi menyusu dini.

  1. Sekitar 40% kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusui dini dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini mengurangi angka kematian balita 8,8%.

  2. Inisiasi menyusu dini meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian, dapat menurunkan kematian anak secara menyeluruh.

  Persentase kematian balita dapat dicegah dengan intervensi. Berikut ini intervensi yang dapat dilakukan.

  a) Inisiasi menyusu dini

  Memberikan kesempatan kepada bayi untuk menyusui sendiri. Dengan mengadakan kontak kulit dengan ibu setidaknya satu jam akan menurunkan kematian bayi baru lahir sebanyak 22%. Berarti 8,8% menurunkan angka kematian balita.

  b) Menyusui eksklusif enam bulan

  Menyusui eksklusi enam bulan dan tetap diberi ASI sampai 11 bulan saja dengan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan menurunkan kematian balita sebanyak 13%.

  c) Makanan pendamping ASI (MP-ASI)

  Makanan pendamping ASI dari makanan keluarga dengan gizi seimbang dapat menurunkan kematian balita sebanyak 6%. Berarti dengan IMD, ASI eksklusif enam bulan, diteruskan pemberian ASI sampai 11 bulan dan MP-ASI menyelamatkan setidaknya 2,8% kematian balita Indonesia.

i. Akibat Kegagalan Inisiasi Menyusui Dini

  Kegagalan inisiasi menyusui dini dapat berpengaruh pada produksi ASI ibu karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi ASI akan dilepaskan jika dirangsang dengan isapan bayi pada puting ibu saat menyusui. Sementara itu bayi tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga meningkatkan imunitas tubuhnya. Apabila tidak terjadi keseimbangan antara Produksi ASI dengan kebutuhan ASI yang diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI eksklusif 6 bulan pada bayi (Maryunani, 2012).

  j. Faktor pendukung keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini

  1) Dukungan petugas kesehatan Petugas kesehatan merupakan orang yang penting dalam mengupayakan ibu untuk menyusui bayinya. Bidan mempunyai frekuensi lebih sering kontak dengan ibu dari pada tenaga kesehatan lainnya. Peran bidan yaitu memberikan informasi dan konseling selama hamil seputar kesehatan ibu dan anak serta persiapan untuk menyusui. Berdasarkan hasil penelitian Lumula et

  al (2012) tindakan bidan berhubungan dengan pelaksanaan IMD

  oleh ibu bersalin. Bidan memberikan pengaruh 2,6 lebih besar terhadap pelaksanaan IMD dibandingkan dengan bidan yang tidak melaksanakan IMD. 2) Dukungan Suami

  Hasil penelitian Mularsih

  et al (2011) dalam Lumula et al

  (2012) membuktikan bahwa responden yang mendapatkan dukungan suami dalam pelaksanaan IMD, 77,8% menyatakan bahwa bayi berhasil melakukan IMD. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu dan dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.

  3) Pengetahuan ibu mengenai IMD Pengetahuan IMD berpengaruh terhadap pelaksanaan

  IMD. Berdasarkan penelitian Aji K (2012) menyebutkan tingkat pengetahuan memiliki hubungan bermakna dengan pelaksanaan

  IMD dan angka pelaksanaan IMD pada kelompok dengan tingkat pengetahan tinggi lebih tinggi 1,6 kali dibanding kelompok dengan tingkat pengetahuan rendah .

2. Masa Nifas

a. Definisi

  Masa

   Nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah

  lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42 minggu) setelah itu (Prawirohardjo, 2009; h.356)

  Masa Nifas (puerperium) dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Winkjosastro, 2009; h.122)

b. Periode Masa Nifas

  Periode masa nifas dibagi menjadi 3 periode untuk kembalinya alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil (Khumaira, 2012; h.307)

  1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

  Puerperium dini yaitu waktu 0-24 jam post partum (Anggraini, 2010; h.3)

  2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

  3. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperbolehkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila sebelum hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

c. Kunjungan Masa Nifas

   Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan 4 kali untuk

  menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Anggraini, 2010; h.4).

  Kunjungan masa nifas dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1 Kunjungan masa nifas Kunjungan Waktu Tujuan

  1 6-8 jam

  1. Mencegah perdarahan masa nifas setelah karena atonia uteri. persalinan

  2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut.

  3. Memberikan konseling cara pada ibu atau anggota keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

  4. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusui Dini (IMD) berhasil dilakukan

  5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

  6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia 2 6 hari setelah

  1. Memastikan involusi uteri berjalan persalinan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal

  2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

  3. Memastikan ibu menyusui dengan baik

  4. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari 3 2 minggu

  1. Memastikan involusi uteri berjalan setelah normal, uterus berkontraksi, fundus persalinan di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal

  2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

  3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

  4. Memastikan ibu menyusui dengan baik

  5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi seharihari

  4 6 minggu

  1. Menanyakan kepada ibu tentang setelah penyulit yang dialami persalinan

  2. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini

d. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

  1) Nutrisi dan cairan Kebutuhan nutrisi dan cairan selama masa nifas khususnya pada saat menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu juga berguna untuk aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, serta proses produksi ASI. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung (Anggraini, 2010).

  a) Sumber tenaga (energi) Sumber tenaga yang diperlukan untuk pembakaran tubuh dan pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energi adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, ubi dan lain- lain. Lemak hewani yaitu mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur dan margarin.

  b) Sumber pembangun (protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang rusak. Sumber protein dapat diperoleh daritelur, daging, ikan, susu dan keju.

  c) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin) Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur krlancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur dapat diperoleh dari semua jenis sayur dan buah- buahan segar. 2) Perawatan Payudara

  Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi pembengkakan akibat bendungan ASI (a) Ajarkan untuk menjaga kebersihan payudara terutama puting susu.

  (b) Ajarkan teknik perawatan payudara apabila terjadi gangguan pada payudara, seperti puting susu lecet dan pembengkakan payudara. (c) Menggunakan BH yang menyokong payudara (Anggraini,

  2010)

3. Air Susu Ibu (ASI)

  a. Anatomi dan Fisiologi Payudara

  Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli. Kelenjar ini bersama-sama membentu sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli menghasilkan susu dan substansi lainnya selama menyusui (Anggraini, 2010).

  b. Definisi

  Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia.

  Khasiat kesehatan ASI telah diketahui banyak orang, baik manfaat untuk ibu, bayi maupun keluarga antara lain:

1) Manfaat ASI bagi Bayi

  a) Memulai kehidupan yang lebih baik Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.

  b) Mengandung antibody Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya dapat dihilangkan atau dikurangi dengan pemberian ASI.

  c) ASI mengandung komposisi yang tepat ASI berasal dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama dan secara alami disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi.

  d) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik. Hormon yang terdapat dalam ASI juga dapat membantu menenangkan bayi dan membuat bayi tertidur dengan pulas.

  Secara psikologis menyusui juga baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan ibu.

  e) Terhindar dari Alergi Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna.

  Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan alergi.

  Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi. f) ASI meningkatkan kecerdasan bayi Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan selsel saraf. Bayi yang diberi ASI rata-rata memiliki IQ 6 poin lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.

2) Manfaat ASI bagi ibu

  a) Aspek kontrasepsi Hisapan mulut bayi pada puting susu ibu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

  b) Aspek kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknys okditosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Selain itu emncegah kanker yang hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. c) Aspek penurunan berat badan Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Menyusui juga membakar ekstra kalori sebanyak 200-500 kalori per hari.

3) Manfaat ASI bagi keluarga

  a) Aspek ekonomi Memberikan ASI kepada bayi, dapat mengurangi pengeluaran keluarga. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat dipergunakan untuk keperluan lain.

  b) Aspek psikologi ASI dapat membuat kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

  c) Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan sewaktu-waktu. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan

  (Mulyani, 2013).

c. Komposisi ASI

  Menurut Proverawati & Rahmawati (2010), komponen ASI

  berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang memainkan peran utama dalam perlawanan penyakit pada bayi. Komponen penting dalam ASI antara lain: 1) Kolostrum

  Cairan susu kental berwarna kekuningkuningan yang dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu, sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal bayi baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya akan gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A yang sangat tinggi. Namun kepercayaan yang salah dari masyarakat, air susu pertama (kolostrum) sengaja diperah dengan tangan kemudian dibuang. 2) Protein

  Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey dari pada casein sehingga protein ASI mudah dicerna. Sedangkan pada susu sapi kebalikannya, untuk itu pemberian ASI eksklusif wajib diberikan sampai bayi berumur 6 bulan.

  Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih menjadi kerak lembut yang bahan-bahan gizi siap diserap ke dalam aliran darah bayi. Sebaliknya, kasein merupakan protein utama dalam susu sapi. Ketika susu sapi atau susu formuladiberikan kepada bayi, kasein membentuk kerak karet yang tidak mudah dicerna (Mulyani, 2013). 3) Lemak

  Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi.

  Asam lemak yang cukup kaya keberadaannya dalam ASI, juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan otak dan syaraf yang sehat. Asam lemak poly tak jenuh, seperti decosahexanoic acid (DHA) pada ASI membantu perkembangan penglihatan (Mulyani, 2013). 4) Vitamin

  ASI dapat menyediakan semua vitamin larut air yang dibutuhkan bagi bayi bila makanan yang dikonsumsi ibu mencukupi. Vitamin yang larut dalam air antara lain

  thiamin

  (vitamin B1),

  riboflafin (vitamin B12), niasin, piridosin (B6), folasin (asam folat), vitamin E, dan vitamin K yang larut lemak (Khasanan, 2011 dalam Mulyani, 2013).

  Menurut

  Mulyani (2013), beberapa vitamin yang terdapat

  di dalam ASI antara lain:

  a) Vitamin A ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan.

  b) Vitamin D ASI hanya mengandung sedikit vitamin D, sehingga dengan pemberian ASI Eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar sinar matahari pagi, hal ini mencegah bayi dari menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.

  c) Vitamin E ASI mengandung vitamin E yang cukup tinggi, terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah.

  d) Vitamin K Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntukan. Vitamin K ini berfungsi sebagai faktor pembekuan darah.

  e) Vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin yang larut dalam air terdapat dalam ASI. Diantaranya adalah vitamin B, vitamin C dan asam folat.

  Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI, tetapi vitamin B6 dan B12 serta asam folat rendah terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga ibu yang menyusui perlu tambahan vitamin ini.

  5) Mineral Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah selenium yang berfungsi mempercepat pertumbuhan anak. 6) Air

  Air merupakan bahan pokok terbesar ASI (sekitar 87%). Air membantu bayi memelihara suhu tubuh mereka, bahkan pada iklim yang sangat panas, ASI mengandung semua air yang dibutuhkan bayi.

  7) Kartinin Kartinin dalam ASI sangat tinggi, kartinin berfungsi membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.

d. Produksi ASI 1) Jenis ASI berdasarkan faktor produksi

  Menurut dilihat dari waktu

  

Mulyani (2013),

  produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

  a) Kolostrum Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan berwarna kekuningan yang mengandung protein lebih tinggi dan sedikit lemak dari pada susu yang matur.

  Jika dibandingkan dengan ASI mature, kolostrum memiliki kandungan zat-zat sebagai berikut: (1) Kolostrum mengandungzat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI mature (2) Kolostrum lebih banyak mengandung antibodi dari pada ASI mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi hingga usia 6 bulan pertama. (3) Kolostrum mengandung lebih banyak immunoglobulin A (IgA), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang semuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi. (4) Kolostrum dapat berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir, dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.

  (5) Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature. Selain itu, protein utama pada ASI mature adalah kasein, sedangkan protein utama pada kolostrum adalah globulin sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

  (6) Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin dan mineral dibandingkan ASI mature.

  b) Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Pada masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan protein yang lebih rendah dari pada kolostrum.

  c) ASI Mature Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan.

  Komposisi kandungan ASI dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.2 Komposisi Kandungan ASI Kandungan Kolostrum Transisi ASI Mature

  Energi (kg kla) 57,0 63,0 65,0 Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0 Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8 Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324 Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2 IgA (gr/100 ml) 335,9 - 119,6 IgG (gr/100 ml) 5,9 - 2,9 IgM (gr/100 ml) 17,1 - 2,9

Lisosim (gr/100 ml) 14,2 - 16,4 - 24,3 - 27,5

Laktoerin (gr/100 ml) 420

  • 250 - 270
    • – 520

  Sumber : Mulyani, 2013

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI

  ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Keberhasilan laktasi ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan berlangsung. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada saat kehamilan yaitu pada trimester II, payudara mengalami pembesaran oleh karena pertumbuhan dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel epitel payudara. Saat pembesaran payudara hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja dalam memproduksi ASI (Proverawati & Rahmawati, 2010).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI diantaranya adalah sebagai berikut: a. Frekuensi penyusuan

  Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar payudara.

  b. Berat lahir Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibandingkan dengan berat bayi lahir normal. Kemampuan menghisap ASI termasuk didalamnya frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

  c. Umur kehamilan saat melahirkan Apabila umur kehamilan kurang dari 34 minggu, maka bayi dalam kondisi sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif, sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir normal atau tidak prematur.

  d. Makanan Kualitas dan produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu sehari-hari. e. Stres dan penyakit akut Adanya stres dan kecemasan pada ibu menyusui dapat mengganggu proses laktasi, oleh karena pengeluaran

  ASI terhambat, sehingga akan mempengaruhu produksi ASI.

  f. Konsumsi rokok Konsumsi rokok dapat mengganggu kerja hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Rokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin, dan adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin sehingga volume ASI yang dihasilkan akan berkurang.

  g. Pil kontrasepsi Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi

  ASI, sedangkan pil yang hanya mengandung progestin tidak ada dampak terhadap volume ASI.

3) Permasalahan menyusui

  Menurut

  Mulyani (2013), permasalahan menyusui pada ibu dan

  bayi antara lain:

  a) Masalah menyusui pada ibu (1) Putting susu yang pendek/ terbenam

  Ada beberapa bentuk putting susu, panjang, pendek dan datar atau terbenam. Dengan kehamilan, biasanya puting menjadi lentur. Namun, sesudah bersalin putting juga belum menonjol keluar. Banyak ibu langsung menganggap hilang peluang untuk menyusui, padahal puting hanya kumpulan muara saluran ASI.

  (2) Payudara bengkak Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri. Kondisis ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Apabila proses menyusui dihentikan, kondisi ini akan semakin parah ditandai dengan mengkilatnya payudara dan ibu mengalami demam. Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah: a). Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar dan tidak demam.

  b). Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat meskipun tidak merah dan jika diperiksa ASI tidak keluar, badan demam setelah 24 jam.

  (3) Puting susu lecet Puting susu lecet merupakan masalah yang paling banyak dialami oleh ibu menyusui. Puting lecet disebabkan oleh beberapa faktor, namun yang paling dominan yaitu kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada puting. Seharusnya sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Untuk mengatasi puting susu lecet dan nyeri, perbaikan posisi menyusui. Mulailah menyusui dari payudara yang tidak sakit karena isapan pertama bayi yang lapar biasanya lebih keras. Tetaplah mengeluarkan ASI dari payudara yang putingnya lecet, untuk mengobati lecet gunakan cara alami yaitu mengoleskan sedikit ASI dan biarkan kering.

  (4). Produksi ASI kurang Banyak ibu yang mengatakan tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya karena produksi ASInya kurang, namun kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda Produksi ASI kurang antara lain:

  a). Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu

  b). BAK kurang dari 6 kali perhari

  c). BB bayi tidak meningkat

  d). Bayi menyusu < 8 kali dalam satu hari

  e). Tinja bayi keras, keringat atau berwarna hijau Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi sebagai penyebab kurangnya ASI, yaitu: 1). Tidak melakukan inisiasi menyusui dini 2). Menjadwal pemberian ASI 3). Memberikan minuman prelektal apalagi memberikannya dengan botol/ dot 4). Faktor psikologis ibu b) Masalah menyusui pada bayi (1). Bayi bingung puting

  Bingung puting (nipple conusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapatkan susu ormula dalam botol kemudian bergantiganti menyusu pada ibu. Peristuwa ini terjadi karena mekanisme menyusu pada puting ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol.

  Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sebaliknya pada menyusu botol bayi secara pasi dapat memperoleh susu buatan. (2). Bayi enggan menyusu

  Jika bayi enggan menyusu perlu dicari penyebabnya apakanh dia sakit.

  (3). Bayi sering menangis Bayi menangis merupakan cara berkomunikasi dengan orang disekitarnya, karena itu bila bayi sering menangis perlu dicari sebabnnya dan sebabnya tidak selalu kekurangan ASI.

  (4). Bayi prematur dan bayi kecil (BBLR) Bayi kecil, prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusu karena refleks menghisapnya masih relati lemah. Oleh karenanya bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu. Berikan sesering mungkin walaupun waktu menyusunya pendek-pendek untuk merangsang menghisap sentuhlah langit-langit bayi dengan ibu jari yang bersih.

  (5). Bayi sumbing Jika celah hanya terdapat pada bibir atau pallatum molle (langit-langit lunak), dengan posisi tertentu bayi dapat disusukan. Namun, jika celahnya luas meliputi bibir, gusi dan pallatum durum (langit-langit keras) perlu dibuat protese yang akan menutup celah itu agar bayi dapat minum tanpa tersedak.

e. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui

  Menurut

  The World Alliance or Breastfeeding Action

(WABA) dalam Hikmawati 2008, untuk keberhasilan menyusui

  seorang ibu perlu dukungan dari berbagai pihak, yaitu dari keluarga, teman, masyarakat dan pemerintah. Adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan ibu mampu mengatasi berbagai permasalahan seputar menyusui, seperti mengatasi kurangnya informasi dan memberikan keyakinan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.

  Menurut Hikmawati (2008), kegagalan pemberian ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya kurangnya frekuensi ANC

  

(antenatal care), pengalaman menyusui sebelumnya yang mengalami

  kesulitan, serta pendidikan yang rendah. Sedangkan, faktor eksternal antara lain peran ayah dalam membantu kesulitan menyusui, dan faktor sosial budaya masyarakat.

B. Kerangka Teori

  Kerangka teori penelitian dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini: Dukungan petugas kesehatan Pengetahuan

  Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

  Dukungan suami Faktor internal, meliputi:

  • Kurangnya frekuensi

  ANC

  • Pengalaman menyusui sebelumnya

  Keberhasilan menyusui

  Faktor eksternal:

  • Peran keluarga
  • Sosial budaya masyarakat Keterangan: Variabel yang dicetak tebal adalah variabel yang akan diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

  Sumber: Modifikasi dari Mulyani (2013), Hikmawati (2008)