I. P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG - HUBUNGAN TINGKAT STATUS SOSIAL EKONOMI DAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN DENGAN PENERIMAAN DAN MlNAT BERBUDIDAYA SECARA HIDROPONIK. (STUDI KASUS PADA POLA KEMITRAAN Dl PT. SAUNG MIRWAN BOGOR) - Repository Sekolah

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian
nasional. Sektor tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
ha1 peningkatan produksi bagi penyediaan pangan dan bahan baku industri,
peningkatan ekspor serta peningkatan pendapatan masyarakat.
Kesadaran perlunya sektor pertanian dioptimasikan peran dan posisinya
semakin dirasakan pada masa krisis ekonomi. Hal ini didasari oleh kenyataan
bahwa

dibandingkan dengan sektor industri, terutama yang tergantung pada

komponen impor,

hanya sektor pertanian yang masih memiliki pertumbuhan

positif. Dengan demikian wacana menjadikan sektor pertanian sebagai leading
sector,

bukanlah


merupakan

pendekatan

yang

berlebih-lebihan.

Permasalahannya, Kebijakan untuk kembali melihat potensi pertanian dan
menjadikannnya sebagai leading sector tidak semudah yang dibayangkan.
Tantangan pertanian kini sudah sangat berbeda dibanding 30 tahun lalu pada
saat awal-awal pemerintahan Orde Baru, dimana titik berat pembangunan
pertanian diarahkan kepada kebijakan ketahanan pangan dengan portofolio padi.
Bila dimasa itu swasembada pangan menjadi prioritas, maka kini, sektor pertanian
harus diorientasikan untuk mempertahankan swasembada sekaligus mendorong
peningkatan ekspor untuk meraih devisa.
Ekspor komoditas pertanian akan menghadapi tantangan yang semakin
berat terutama dipacu oleh proses globalisasi, yang dalam bentuk formalnya
ditandai dengan diratifikasinya persetujuan GATT pada putaran Uruguay 1994.


GATT yang bertujuan utama untuk meliberalkan perdagangan dunia berdampak
pada semakin ketatnya persaingan antar negara eksportir. Hal tersebut perlu
dicermati secara serius karena akan berdampak langsung pada kemampuan
produk agrobisinis dan agroindustri dalam menguasai pasar global. Dengan kata
lain tantangan lndonesia adalah

bagaimana mengembangkan komoditas-

komoditas pertanian yang memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi sehingga
produk pertanian tersebut mampu menerobos setiap segmen pasar baik di tingkat
internasional maupun dalam negeri yang nantinya juga merupakan bagian pasar
global.
Mencermati fenomena globalisasi seperti yang telah diuraikan di atas,
maka pertanian lndonesia akan menghadapi ancaman-ancaman yang perlu di
antisipasi, tetapi sekaligus juga mempunyai kesempatan atau peluang yang perlu
dimanfaatkan dengan baik. Ancaman dan Peluang yang berkaitan dengan
fenomena ini perlu ditanggapi secara positif, salah satu faktor penting yang dapat
menunjang untuk meraih peluang tersebut adalah pemanfaatan dan penguasaan
teknologi pertanian yang handal.

Menurut

Gumbira-Sa'id (2000)

permasalahan agribisnis

lndonesia

diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Telah terjadi konversi lahan pertanian yang subur menjadi areal non pertanian
dalam jurnlah yang sangat besar, di pulau Jawa konversi lahan pertanian
subur tersebut diperkirakan telah mencapai satu juta hektar.
2.

Para pelaku agribisnis sebagian besar tidak memiliki kemampuan manajerial
tinggi, serta jiwa kewirausahawan yang besar untuk mengantarkan usaha

yang dikelolanya menjadi usaha yang berhasil dan mampu bertumbuh secara
cepat.

3.

Kemampuan dalam memilih dan menerapkan teknologi bagi para pelaku
agribisnis masih sangat rendah, sehingga membutuhkan bimbingan dan
pendamping yang kompeten.

4.

Sistem penyuluhan dan komunikasi pertanian yang ada tidak berjalan efektif
dalam memberikan bimbingan teknis kepada petani, sehingga para petani
dapat secara konsisten menerapkan teknik budidaya yang baik dalam
pengelolaan usahataninya.

5. Aksesibilitas para pelaku agribisnis terhadap informasi pemasaran sangat
kecil, sehingga membutuhkan mitra yang memiliki pengalaman dan akses
pasar yang luas.
6.

Kemampuan pasokan modal sendiri dari pelaku agribisnis Indonesia sangat
kecil sehingga tidak mampu bertumbuh atas kemampuan sendiri, sehingga

dibutuhkan modal dari luar.

7 . Para pelaku agribisnis belum mampu mengeser paradigma sebagai petani

subsistem ke petani unggulan yang berorientasi bisnis. Para pelaku agribisnis
belum mampu mengeser paradigma sebagai petani subsistem ke petani
unggulan yang berorientasi bisnis.
Permasalahan pertanian bersifat komplek. Disamping

faktor fisik-biologi

seperti kesuburan tanah, iklim/cuaca, sumberdaya air dan keragaman hayati,
prestasi pertanian lndonesiapun terkait dengan faktor sosial, politik, ekonomi dan
kelembagaan yang sangat mempengaruhi perilaku dan keputusan dalam ha1
memproduksi dan mengkonsumsi, yang pada akhirnya berujung pada kinerja

pertanian nasional. Karena itu permasalahan pertanian di Indonesia harus dikaji
secara lintas sektor melalui pendekatan lintas disiplin keilmuan.
Rendahnya penguasaan tanah oleh petani dan pertanian yang self
employed membuat penggunaan teknologi pertanian rnasih jauh dari jangkauan.

(BPS 1993) rnenunjukkan, sekitar 75 persen petani hanya menguasai tanah

rnaksimal satu hektar. Hanya 25 persen yang menguasai lebih dari itu, dan yang
menguasai lebih dari lima hektar haya dua persen). Kondisi di atas ditambah
rendahnya pendidikan mereka yang bergerak di sektor pertanian, hampir 90 %
berpendidikan sekolah dasar ke bawah, sedang yang

berpendidikan tinggi

hanya 0.03 % maka hanya dua persen terakhir itu yang rnerniliki peluang untuk
rnenggunakan teknologi agak maju.
Di lain pihak data empiris menunjukkan, perbedaan produktivitas dan nilai
tambah dari bahan baku primer disebabkan teknologi. Teknologi dan kualitas
sumberdaya manusia merupakan faktor penentu utama daya saing nasional suatu
negara. Faktor utama yang menentukan keberhasilan pernbangunan pertanian
adalah keterkaitan mata rantai kegiatan dari hulu ke hilir. Tanpa keterkaitan
matarantai kegiatan dari hulu ke hilir, setiap kegiatan akan berjalan sendiri-sendiri
dan

terkotak-kotak


yang

pada

gilirannya

akan

menghambat

kegiatan

pembangunan pertanian secara keseluruhan. Salah satu cara rnenciptakan
keterkaitan rnata rantai tersebut diantaranya dengan pola sistern kemitraan.
Oleh karena itu teknologi yang dikembangkan harus rnerniliki keragaman
dari hulu ke hilir. Di sektor hulu (ups-stream) dibutuhkan bioteknologi untuk
mengembangkan benih dan disektor tengah (mid-stream) dibutuhkan teknologi
budidaya yang tepat sasaran, yaitu teknologi yang sesuai (appropriate) untuk


segmen sasaran tertentu, apakah petani dengan skala kecil, menengah atau
besar. Bagi sektor hilir (down-stream), teknologi penanganan bahan, pengolahan
dan pengemasan rnerupakan teknologi yang dibutuhkan.
Terobosan untuk keluar dari permasalahan sebagaimana dikemukakan
diatas, terutama pada subsistem budidaya (on farming ), telah dilakukan oleh
beberapa peagribisnis swasta, salah satunya adalah PT Saung Mirwan dan mitramitranya di wilayah Jawa Barat melalui penerapan teknologi budidaya secara
hidroponik. Hidroponik adalah suatu pola intensifikasi budidaya soilless culture
didalam rumah-rumah kaca (greenhouses). Pertimbangan beberapa pengusaha
menggunakan teknologi hidroponik terkait dengan preferensi konsumen dan
peluang pasar yang terbuka lebar untuk komoditas hortikultura.
Disamping peluang, pengusaha juga

mempunyai hambatan untuk

mengembangkan sistem hidroponik. Hal ini terutama berkaitan dengan investasi
yang cukup tinggi untuk rnembangun greenhouse dan keterbatasan untuk memiliki
lokasi lahan yang cocok untuk mengernbangkan komoditas-komoditas yang cocok
dengan sistem hidroponik.
Berkaitan dengan keterbatasan kemampuan investasi perusahaan dan
aksesibilitas terhadap lahan yang cocok, maka pengusaha mencoba


berbagi

kendala dengan suatu pola yang dinamakan kemitraan, di Eropa istilah kemitraan
ini lebih dikenal dengan istilah Contract Grower. Gambar 1 memperlihatkan pola
kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia, yaitu suatu pola kemitraan yang
melibatkan perusahaan sebagai inti dan petani sebagai plasma. Perusahaan Mitra
bertindak Sebagai perusahaan inti yang menampung, membeli hasil produksi.
memberi pelayanan, bimbingan kepada petani yang berlaku sebagai plasma.

masyarakat Lembang-Bandung dan Jakarta, sehingga istilah kemitraan melalui
budidaya hidroponik disebut dengan "Mitra Tani Kota".
Perkembangan Mitra Tani kota tumbuh semakin berkembang sejak
terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, dimana kampanye
untuk untuk kembali ke sektor pertanian mulai meningkat, ditdukung oleh
adanya pelatihan-pelatihan pertanian baik oleh pemerintah maupun swasta.
Tercatat jumlah "Mitra Tani Kota" PT.Saung Minvan pada akhir tahun 2000
sekitar

120 Mitra yang tersebar di Cipanas-Cianjur, Lembang-Bandung,


Megamendung-Bogor dan daerah Garut.
Dari keempat wilayah perkembangan hidroponik tersebut terdapat
perbedaan karakteristik pelakunya. Untuk Wilayah

Cipanas-Cianjur dan

Megamendung Bogor pelaku bukan dari masyarakat setempat, seratus persen
adalah masyarakat Jakarta yang sebelumnya bukan berasal dari kultur petani.
sedangkan untuk wilayah Lembang- Bandung mereka adalah rnasyarakat
setempat yang sebelumnya memiliki nuansa kultur pertanian. Untuk wilayah
Garut umumnya Mitra Tani kota adalah mereka yang sudah atau memasuki
masa pensiun.
Pihak-pihak yang menjadi mitra Tani PT. Saung Mirwan, baik yang
sudah menerapkan sistem hidroponik maupun yang memakai pola budidaya
lahan luar memiliki latar belakang sosial-ekonomi yang berbeda-beda, baik di
lihat dari latar belakang pendidikan, pekerjaan maupun

lingkungan sosial.


Dalam ha1 introduksi inovasi teknologi hidroponik yang dilakukan oleh PT
Saung Minvan, rendahnya perkembangan penggunaan teknologi hidroponik
oleh petani justru terjadi di lingkungan terdekat PT. Saung Mirwan itu sendiri

yaitu di sekitar Gadog-Bogor. Mereka belum menggunakan teknologi
hidroponik tetapi masih berkutat dengan pola budidaya konvensional lahan
luar.
Penerapan teknologi hidroponik tidak semata-mata rnerubah teknik
budidaya saja. Penerapan teknologi tersebut juga harus diartikan sebagai
proses perubahan yang bersifat luas, termasuk di dalamnya perubahan
pengelolaan yang bersifat managerial dan perubahan orientasi produksi dari
product- oriented ke arah market-oriented. Karena itu mentalitas bisnis
sebagai entrepreneur juga mernbuat

penerimaan inovasi teknologi yang

diintroduksikan oleh PT. Saung Mirwan berbeda-beda diterimanya oleh
masyarakat.
Oleh karena itu penelitian ini mencoba mengkaji motivasi dan faktorfaktor yang rnendorong seseorang untuk memasuki lingkungan agribisnis
hortikultura

melalui

budidaya

hidroponik,

dengan

mengukur

tingkat

penerimaannya terhadap teknologi hidroponik. Penelitian ini cukup penting
untuk dilakukan mengingat hal-ha1 berikut ini.

Pertama, secara umum

penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sosiologis

tentang

bagaimana suatu masyarakat rnenyikapi suatu perubahan (dalam ha1 ini
masuknya suatu inovasi budidaya ). Kedua, secara khusus, mengingat PT
Saung Mirwan ingin mengembangkan jaringan

kemitraan, maka diperlukan

masukan kepada manajemen perusahaan untuk menentukan kepada
kelompok rnasyarakat seperti apa inovasi teknologi tersebut diarahkan.
Pengembangan Kemitraan yang menggunakan teknologi hidroponik
oleh PT. Saung Mirwan dilandasi oleh kenyataan kekurangan pasokan yang

dihadapi untuk memenuhi permintaan pasar, sebagaimana terlihat pada Tabel
1 di bawah ini

Tabel I.Perbandingan Orderdan Penjualan Komoditas Paprika

1

I

I

Sumber : Data Internal Divisi Pemasaran PT Saung Miwan,2001
Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa PT. Saung Mirwan baru dapat
memenuhi sekitar 75.1 % dari permintaan (order ) yang ada. Sekalipun data di
atas juga menunjukkan adanya penurunan transaksi pada tahun 2001, tetapi
Manajemen PT. Saung Mitwan tetap optimis bahwa pasar untuk Paprika di
masa-masa akan datang akan tetap cerah.

B.

IDENTlFlKASl MASALAH
Dari

latar

belakang

di

atas,

masalah-masalah

yang

dapat

diidentifikasikan adalah sebagai berikut.

1 Untuk dapat mernenuhi kriteria preferensi konsumen, harus
diadakan inovasi terutama untuk

sitem budidaya, dari pola

budidaya konvensional ke arah budidaya yang lebih rnaju,
diantaranya adalah sistern budidaya rnelalui hidroponik dan
greenhouse.
2

Perusahaan-perusahaan
internalnya,

dengan

memerlukan

pihak

keterbatasan-keterbatasan

lain

untuk

sarna-sama

mengembangkan sistern hidroponik guna mernenuhi permintaan
pasar yang cukup besar.
3

Penerimaan

inovasi

budidaya

hidroponik,

secara

empiris

berhubungan dengan tipologi masyarakat.
4

Penerimaan

inovasi

dan

bergesernya

paradigrna

pertanian

tradisional ke arah pertanian agribisnis rnernerlukan transformasi
sikap, yaitu karakter kewirausahaan.
5 Tipologi masyarakat mempunyai apresiasi yang berbeda-beda

terhadap hidroponik dan teknologi pada umurnnya .
6

Terdapat hubungan antara karakteristik kewirausahaan dengan
apresiasi terhadap hidroponik dan rninat beragribisnis hortikultura.

Agar penelitian menjadi lebih fokus dan terarah, maka dalam penelitian
ini diasumsikan beberapa ha1 sebagai berikut.

1 Status sosial ekonomi dan Karakteristik Kewirausahaan seseorang
dijadikan sebagai independent variable.
2

Penerirnaan dan rninat mernasuki agribisnis hortikultura rnelalui
budidaya hidroponik sudah dijadikan sebagai dependent variable,.

3

Perilaku sosial pada urnurnnya tidak langsung bersifat linier; artinya
satu faktor rnernpengaruhi secara langsung faktor yang lain,
sehingga dalarn ha1 ini diternpatkan faktor perantara (intervening
variable) yaitu

tingkat penerirnaan inforrnasi dan kesiapan

teknologi serta aksesibilitas pendanaan

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dalarn proses .penerirnaan
atau minat seseorang untuk rnernasuki agribisnis hortikultura rnelalui budidaya
hidroponik dirurnuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Apakah status sosial-ekonorni seseorang rnernpunyai hubungan positif
terhadap penerirnaan teknologi dan rninat memasuki agribisnis hortikultura
rnelalui budidaya hidroponik ?
2. Apakah karakteristik kewirausahaan rnempunyai hubungan positif terhadap

penerirnaan teknologi dan rninat rnemasuki bisnis hortikultura rnelalui
budidaya hidroponik. ?
3. Bagaimana

hubungan

kesiapan teknologi

tingkat penerimaan terhadap inforrnasi dan

dan aksesibilitas terhadap pendanaan

terhadap

penerimaan teknologi dan minat rnernasuki agribisnis hortikultura rnelalui
budidaya hidroponik. ?

D.

TUJUAN

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui Hubungan status sosial-ekonorni seseorang dengan

penerirnaan dan minatnya untuk beragribisnis hortikultura dengan
budidaya hidroponik.
2. Untuk mengetahui Hubungan Karakteristik kewirausahaaan dengan
penerimaan dan minat beragribisnis hortikultura dengan budidaya
hidroponik.

3. Untuk mengetahui hubungan penerimaan informasi dan kesiapan teknologi
dan tingkat aksesibilitas pendaanan dengan penerimaan dan minat
beragribisnis hortikultura dengan budidaya hidroponik

E.

MANFAAT

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

meningkatnya

perbendaharaan kasus-kasus agribisnis yang dapat dijadikan sebagai suatu
masukan

dalam menganalisa kebijakan maupun keputusan baik bagi

pemerintah, swasta atau fihak-fihak yang tertarik mengembangkan agribisnis.
Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan contoh penelitian
kasus agribisinis melalui pendekatan lintas disiplin keilmuan, terutama dari
pendekatan sosiologis
Khusus kepada PT. Saung Mirwan sebagai objek kajian penelitian ini,
diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada manajemen
perusahaan berupa karakteristik dan kelompok masyarakat yang tepat untuk

dijadikan sasaran pengembangan jaringan kemitraan yang menggunakan
teknologi hidroponik.

F. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian ini meliputi aspek sosial untuk menjelaskan dan
menentukan tingkat

status sosial-ekonorni,

aspek teknologi dibahas baik

teknologi secara urnum dan teknologi praktis budidaya hidroponik, termasuk
lembaga
difokuskan

kernitraan yang

dikembangkan.

Keseluruhan aspek tersebut

untuk rnengetahui rnotivasi (minat dan penerimaan) seseorang

untuk beragribisnis hortikultura dengan budidaya hidroponik.

Pernbahasan

penelitian ini mengambil contoh kasus yang terjadi di kemitraan

PT Saung

Mirwan. Para rnitra PT. Saung Mirwan dijadikan sebagai responden utama dan
satu kelompok masyarakat lain yang secara purposive ditentukan sebagai
responden pernbanding. Ruang lingkup dan responden penelitian ini dapat
diperlihatkan pada Garnbar 2 di bawah ini.

KEMITRAAN P T S A U N C MIRWAN

MlTRA TAN1 KOTA

MlTRA TAN1

MINAT BERAGRIBISNIS
HORTIKULTURA
DENGAN POLA BUDIDAYA
HIDROPONIK

PEMBANDING

g
Gambar.2 Kelompok responden dan ruang lingkup penelitian

Dokumen yang terkait

E V A L U A S I T E R H A D A P P E L A K S A N A A N R U JU K A N B E R JE N JA N G K A S U S K E G A WA T D A R U T A N M A T E R N A L D A N N E O N A T A L P A D A P R O G R A M JA M P E R S A L D I P U S K E S M A S K E N C O N G T A H U N 2012

0 2 19

H U B U N G A N P E N G U A S A A N L A H A N T E R H A D A P PENDAPATAN DAN EKONOMI POLITIK PETANI KOPI ( Studi Kasus di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember)

0 5 19

H U B U N G A N T I N G K A T P E N G E T A H U A N I B U T E N T A N G D A M P A K K E C E L A K A A N P A D A B A L I T A D I R U M A H D E N G A N T I N D A K A N P E N C E G A H A N K E C E L A K A A N D I W I L A Y A H P O S Y A N D U A L A M A N D A

0 4 19

KEBERADAAN MODAL SOSIAL DAN STRATEGI P E N G E M B A N G A N T E R H A D A P P E N G E L O L A A N D A N A P U A P K E C A M A T A N U M B U L S A R I K A B U P A T E N J E M B E R

0 3 204

J U R N A L H U K U M A C A R A P E R D ATA

0 0 20

J U R N A L H U K U M A C A R A P E R D ATA

0 1 24

R E S P O N TA N A M A N C A B E M E R A H T E R H A D A P P U P U K N K M A J E M U K YA N G D I A P L I K A S I K A N S E C A R A L A N G S U N G M E L A L U I TA N A M A N

0 0 10

P E N GA R U H I N T E L L E C T U A L C A P I T A L T E R H A D A P N I L A I PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 0 20

LA TA R B E L A K A N G P E M IK IR A N P ID A N A A D A T BALI S U A T U ST U D I P E N D A H U L U A N Dl K ER T H A G O SA

0 1 53

P E L A K S A N A A N F U N G S I S E R IK A T B U R U H T E R H A D A P B U R U H D A N P E N G U S A H A D I L IN G K U N G A N P E R U S A H A A N

0 0 86