STUDI TENTANG PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN LEARNING MANAGEMENT SYSTEM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Teknik Informatika

  

STUDI TENTANG PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN

LEARNING MANAGEMENT SYSTEM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana

  

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh:

  

I Gusti Nyoman Sedana

055314003

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Sains dan Teknologi

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

  

THE STUDY OF ACCEPTANCE AND USE OF

LEARNING MANAGEMENT SYSTEM

THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

to Obtain Sarjana Teknik Degree

in Informatics Engineering Department

  

Created by:

  

I Gusti Nyoman Sedana

055314003

Departement of Informatics Engineering

Faculty of Science and Technology

  

University of Sanata Dharma

Yogyakarta

2010

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yag telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 25 Januari 2010 Penulis (I Gusti Nyoman Sedana)

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : I Gusti Nyoman Sedana NIM : 055314003

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

“STUDI TENTANG PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN LEARNING

MANAGEMENT SYSTEM

  

  beserta perangkat lunak yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 25 Januari 2010 Yang menyatakan

  

HALAMAN MOTO

Selalu ada solusi bagi setiap permasalahan...

  

Seseorang akan menemukan solusi terbaik dari

permasalahannya jika ia terus berusaha untuk

mencari solusi itu.. Tentu saja dalam proses mencari,

harus diimbangi dengan kemauan untuk menambah

literatur, kemampuan untuk berkomunikasi yang

baik, dan keberanian untuk berlapang dada bagi

setiap sumbangan pemikiran dari orang lain.

  Sedana

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Karya ini didedikasikan untuk Tuhan Yang Maha Esa, untuk kebanggaan Ayah,

Ibu, dan kakak-kakakku.

  ABSTRAK Experiential E-Learning of Sanata Dharma University (Exelsa) adalah sebuah

Learning Management System (LMS) berbasis web yang dikembangkan oleh

  Universitas Sanata Dharma untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran di lingkungan Universitas Sanata Dharma. Exelsa memiliki sejumlah fasilitas seperti tugas online, tes online, bahan kuliah, chating, jadwal kuliah, melihat pengumuman, forum mata kuliah, kalender kegiatan dan sebagainya. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang paling dominan yang mendasari penerimaan dan penggunaan Exelsa di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Model dalam penelitian ini diadaptasi dari model UTAUT, yang diperkenalkan oleh Venkatesh dkk. tahun 2003.

  Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang memanfaatkan Exelsa dalam proses belajarnya. Data juga dikumpulkan melalui pengambilan data di basis data Exelsa. Data yang sudah ditabulasi kemudian dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari keempat prediktor (performance

  expectancy , effort expectancy, social influence dan facilitating conditions) terhadap behavioral intention , terbukti tiga prediktor (performance expectancy, social

influence dan facilitating conditions) memiliki pengaruh signifikan pada taraf

  signifikansi sebesar 0,05. Variabilitas behavioral intention dapat diterangkan 27,3% dengan menggunakan keempat prediktor tersebut. Disamping itu juga dibuktikan bahwa dari kedua prediktor terhadap use behavior (behavioral intention dan

  

facilitating conditions ), terbukti behavioral intention memiliki pengaruh signifikan

  terhadap use behavior. Variabilitas use behavior dapat diterangkan 5,5% dengan menggunakan variabel behavioral intention dan facilitating conditions. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa jenis kelamin memoderatori pengaruh social

  

influence terhadap behavioral intention. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan

  bahwa model UTAUT belum bisa menjelaskan dengan baik penerimaan dan penggunaan LMS di kalangan mahasiswa.

  Kata kunci: Exelsa, Learning Management System, PLS, UTAUT.

  

ABSTRACT

  Experiential E-Learning of Sanata Dharma University (Exelsa) is a web-based Learning Management System (LMS), which is developed by the University of Sanata Dharma to improve the effectiveness and quality of learning in Sanata Dharma University. Exelsa has a number of facilities such as online tasks, lecture materials, chatting, courses schedules, information announcement, the forum of courses, a course calendar, etc. The purpose of this thesis is to analyze the most dominant factors that underlie the acceptance and use of Exelsa among the students of Sanata Dharma University. This research model was adapted from UTAUT model, which is introduced by Venkatesh et al. in 2003.

  The data was collected by distributing questionnaires to the students of Sanata Dharma University which use Exelsa in their courses. The data also collected by retrieving data from database of Exelsa. After the data was tabulated then it was analyzed using Partial Least Square (PLS). The results from the analysis showed that from four predictors (Performance Expectancy, Expectancy effort, social influence and facilitating conditions) on behavioral intention, three predictors (Performance Expectancy, social influence and facilitating conditions) were proved have a significant influence on 0.05 level of significance. Variability of behavioral intention can be explained 27.3% by using the four predictors. Besides, it was also proved that from two predictor of use behavior (behavioral intention and facilitating conditions), proved behavioral intention has a significant influence on use behavior. Variability of use behavior can be explained 5.5% by using behavioral intention and facilitating conditions. This research also shown that the influences of social influence on behavioral intention is moderated by gender. Based on this results, it can be concluded that the UTAUT model is not good enough in explaining students’ intentions in using the LMS.

  Keywords: Exelsa, Learning Management System, PLS, UTAUT.

KATA PENGANTAR

  Terima kasih atas berkat dan rahmat-Nya yang bisa mengangkat moral penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Tentang Penerimaan dan Penggunaan Learning Management System”. Karya ini bertujuan memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S-1) Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Momen spesial ini penulis gunakan untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut membantu dan melancarkan terselesainya skripsi ini:

  1. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma dan atas izinnya untuk melakukan penelitian.

  2. Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika dan atas izinnya untuk melakukan penelitian.

  3. St. Wisnu Wijaya, S.T., M.T., sebagai dosen pembimbing skripsi s ekaligus dewan penguji. Terima kasih atas kesabaran, kritik dan saran dalam memperbaiki konten penulisan penelitian ini.

  4. Agnes Maria Polina, S.Kom., M.Sc., dan Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc, selaku penguji yang sangat teliti. Terima kasih atas diskusi, saran dan kritiknya untuk perbaikan skripsi ini.

  5. I Gusti Ketut Puja S.T., M.T., Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., Damar Widjaja, S.T., M.T., PH Prima Rosa, S.Si., M.Sc. Terima kasih atas izinnya sehingga saya dapat memperoleh data untuk penelitian ini.

  6. Teman-teman mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas kerjasamanya dalam mengisi kuesioner.

  7. Seluruh staf karyawan Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas izin, bantuan, dan dukungan dalam pengumpulan data penelitian ini.

  8. Prof. Dr. Imam Ghozali, M.Com, Akt, terima kasih atas saran-sarannya tentang metode partial least square.

  9. Prof. Diogenes de Souza Bido dan Dr. Christian M. Ringle. Terima kasih atas diskusi dan referensinya mengenai metode bootstrapping dan penggunaan

  partial least square path modeling dalam marketing internasional.

  10. Staf akademik, staf keuangan, staf administrasi umum, staf perpustakaan, staf

  cleaning service , staf parkir, staf keamanan, mohon maaf tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu.

  11. Drs. I Gusti Ketut Suana dan I Gusti Ayu Sulaksmi, Ayah-Ibu yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moril dan materiil sehingga penulis bisa bersekolah sampai lulus dari Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma. Kakak-kakakku, I Gusti Ayu Raka Laksmi dan I Gusti Bagus Wirya Agung, yang turut memberikan dukungan moril dan materiil untuk meyelesaikan penelitian ini.

  12. Semua rekan yang turut membantu dalam pengambilan data; I Gede Wija Kusuma, I Komang Widya Purnama, Dya Sifa, Theresia paulin, Rai Purnama Sari, Nikolas Catur Pandoyo, Andreas Hermawan.

  13. Semua rekan di Teknik Informatika. Persahabatan yang terjalin selama kuliah di Sanata Dharma, mungkin dilain waktu pertemanan tersebut dapat berlanjut dengan membangun sebuah kongsi bisnis.

  14. Terakhir, untuk saudara-saudara di Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) Swastika Taruna terima kasih doanya, ini sekaligus motivasi buat kalian.

  Akhirnya mengingat kesempurnaan adalah milik Tuhan sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan tentu karya tulis ini memiliki kelemahan yang menuntut penyempurnaan. Oleh karenanya dalam kesempatan ini pula penulis memohon maaf bila ada kesalahan, semoga sumbangsih pembaca dalam bentuk saran dan kritik yang konstruktif dapat turut menyempurnakan isi karya ilmiah ini.

  Yogyakarta, 25 Januari 2010

  I Gusti Nyoman Sedana Email: [email protected]

  DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR TABEL

  1. Tabel 3.1 Distribusi Item Skala UTAUT ......................................................... 27

  2. Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin ............................................................. 35

  3. Tabel 4.2 Karakteristik Program Studi ............................................................ 35

  4. Tabel 4.3 Perbandingan Data Teoritik dan Empirik ........................................ 37

  5. Tabel 4.4 Kategori Skor Instrumen Penelitian ................................................. 38

  6. Tabel 4.5 Loading Factor dari SmartPLS ....................................................... 40

  7. Tabel 4.6 Korelasi Variabel Laten dan Akar AVE .......................................... 41

  8. Tabel 4.7 Composite Reliability ....................................................................... 42

  9. Tabel 4.8 R Square .......................................................................................... 43

  10. Tabel 4.9 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) ................................ 44

  11. Tabel 4.10 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Group Comparisons (Laki-Laki) ...................................................................................................... 44

  12. Tabel 4.11 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Group Comparisons (Perempuan) ................................................................................................... 45

  13. Tabel 4.12 Hasil Analisis PLS Tanpa Moderator ............................................ 49

  14. Tabel 4.13 Hasil Analisis PLS Dengan Moderator .......................................... 49

  

DAFTAR GAMBAR

  1. Gambar 2.1 Model UTAUT ........................................................................... 14

  2. Gambar 3.1 Contoh Model PLS ..................................................................... 29

  3. Gambar 3.2 Model Penelitian ......................................................................... 32

  

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Surat Penelitian ............................................................................................... 56

  2. Item-Item Kuesioner ....................................................................................... 60

  3. Data Penelitian ................................................................................................ 62

  4. Gambar Hasil Pengujian Model Penelitian ...................................................... 70

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Cara staf pengajar bekerja telah berubah pesat sejak diperkenalkannya

  

Learning Management System (LMS). Apakah pelajaran diajarkan sepenuhnya online

  atau apakah menggunakan paduan pendekatan tradisional dan online, sebagian besar staf pengajar di universitas harus merancang dan mengembangkan materi online, dan membuat kemudian memelihara situs web pembelajaran (Zastrocky, dkk. dalam McGill, dkk., 2008), dan LMS telah menjadi sarana komunikasi yang dominan dengan siswa bagi banyak staf pengajar.

  Gartner dalam Lundy dan Filho (2004) mendefinisikan LMS sebagai infrastruktur dimana e-Learning dapat dibangun dan diantarkan. Sementara e-

  

Learning adalah proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan

  komunikasi (TIK) secara sistematis dengan mengintegrasikan semua komponen pembelajaran, termasuk interaksi pembelajaran lintas ruang dan waktu, dengan kualitas yang terjamin (Tim penyusun, 2007). Pengembangan sistem pembelajaran berbasis digital (LMS) merupakan salah satu kegiatan untuk meningkatkan kualitas diadakan untuk mendukung salah satu sasaran jangka pendek Universitas Sanata Dharma yaitu, peningkatkan efisiensi dan produktifitas. Untuk mencapai sasaran ini, sejak tahun 2008 Universitas Sanata Dharma telah mengembangkan dan mengimplementasikan sebuah LMS yang diberi nama Experiential E-Learning of

Sanata Dharma University , yang lebih dikenal dengan nama Exelsa (P3MP, 2009).

  Proyek ini diikuti oleh kebijakan Universitas dengan mengadakan pelatihan penggunaan Exelsa dan pengembangan materi pembelajaran digital bagi para dosen (Tim penyusun, 2008). Disamping itu, juga dilakukan sosialisasi mengenai keberadaan Exelsa melalui penyebaran brosur-brosur di lingkungan Universitas Sanata Dharma.

  Sebagai sebuah teknologi, Exelsa harus dapat diterima dan digunakan oleh para penggunanya sehingga dapat meningkatkan produktivitas (Venkatesh, dkk., 2003). Salah satu pengguna Exelsa adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Dengan demikian, terdapat kebutuhan atas penerimaan Exelsa dari perspektif mahasiswa. Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada penelitian mengenai penerimaan dan penggunaan Exelsa dari perspektif mahasiswa sebagai penggunanya. Oleh sebab itu, peneliti termotivasi untuk mengetahui penerimaan dan penggunaan Exelsa dari perspektif mahasiswa.

  Salah satu model terbaru untuk menjelaskan penerimaan pengguna (user

acceptance ) dalam bidang Sistem Informasi dikembangkan oleh Venkatesh, dkk.

  (2003). Model ini diberi nama Teori Penyatuan Penerimaan dan Penggunaan dengan UTAUT). UTAUT menunjukkan bahwa niat untuk bertindak (behavioral

  

intention ) dan perilaku untuk menggunakan suatu teknologi (use behavior)

  dipengaruhi oleh persepsi orang-orang terhadap ekspektansi kinerja (performance

  

expectancy) , ekspektansi usaha (effort expectancy), pengaruh sosial (social influence)

  dan kondisi yang membantu (facilitating conditions) yang dimoderatori oleh jenis kelamin (gender), usia (age), pengalaman (experience) dan kesukarelaan (voluntariness). Teori ini menyediakan alat yang berguna bagi para manajer yang perlu menilai kemungkinan keberhasilan pengenalan teknologi baru dan membantu mereka memahami penggerak penerimaan dengan tujuan untuk proaktif mendesain intervensi (termasuk pelatihan, sosialisasi, dll.) yang ditargetkan pada populasi pengguna yang mungkin cenderung kurang untuk mengadopsi dan menggunakan sistem baru (Venkatesh, dkk., 2003).

  Model asli UTAUT divalidasi menggunakan data yang dikumpulkan dari lingkungan non akademik. Meskipun demikian, beberapa peneliti telah menerapkan model ini di lingkungan akademik. Dasgupta, dkk. (2007) menerapkan model UTAUT untuk memahami persepsi mahasiswa terhadap penerimaan dan penggunaan

  

Case tools . Hasilnya effort expectancy tidak berpengaruh terhadap behavioral

intention . Marchewka, dkk. (2007), Sedana dan Wijaya (2009) juga melaporkan

  adanya perbedaan dengan model asli UTAUT ketika mereka menerapkan UTAUT di lingkungan akademik. Menurut laporan Marchewka, dkk. (2007), performance

  Sementara dalam laporan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Sedana dan Wijaya (2009), effort expectancy tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

  

behavioral intention . Sedana dan Wijaya (2009) juga melaporkan bahwa facilitating

conditions memiliki hubungan yang signifikan dengan behavioral intention.

  Meskipun hasil penelitian-penelitian dengan UTAUT di lingkungan akademik sedikit berbeda dengan model aslinya, UTAUT masih memberikan konstribusi untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap penerimaan dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan akademik. Dengan mempertimbangkan penggunaan Exelsa di Universitas Sanata Dharma tidak diwajibkan, pengalaman responden (mahasiswa) menggunakan Exelsa relatif sama, dan usia responden masih dalam satu kelompok usia yang sama, maka penelitian ini hanya menggunakan jenis kelamin sebagai variabel moderator. Sehingga, penelitian ini akan menguji: 1) pengaruh performance expectancy, effort expectancy, social

  

influence , facilitating conditions terhadap behavioral intention, 2) pengaruh

facilitating conditions , behavioral intention terhadap use behavior, 3) pengaruh

  moderator jenis kelamin dalam memoderatori pengaruh performance expectancy,

  

effort expectancy , social influence, pada behavioral intention mahasiswa Universitas

Sanata Dharma dalam menggunakan Exelsa.

1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan, secara detail hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Performance expectancy akan memberikan pengaruh yang signifikan pada behavioral intention .

  H2 : Effort expectancy akan memberikan pengaruh yang signifikan pada behavioral intention .

  H3 : Social influence akan memberikan pengaruh yang signifikan pada behavioral intention .

  H4 : Facilitating condition tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan pada behavioral intention.

  H5 : Facilitating condition akan memberikan pengaruh yang signifikan pada use behavior .

  H6 : Behavioral intention akan memberikan pengaruh yang signifikan pada use behavior .

  H7 : Pengaruh performance expectancy pada behavioral intention akan dimoderasi oleh jenis kelamin.

  H8 : Pengaruh effort expectancy pada behavioral intention akan dimoderasi oleh jenis kelamin.

  H9 : Pengaruh social influence pada behavioral intention akan dimoderasi oleh jenis kelamin.

1.3. Batasan Masalah

  Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Teori yang digunakan adalah UTAUT.

  2) Responden adalah mahasiswa strata 1 Universitas Sanata Dharma di kampus I

  (Mrican) dan kampus III (Paingan) yang menggunakan Exelsa. Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa ada mata kuliah di lima program studi yang berbeda yang telah memanfaatkan Exelsa dalam proses belajarnya. Kelima program studi tersebut adalah Teknik Informatika, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Pendidikan Akuntansi, dan Bimbingan dan Konseling. 3)

  Metode yang digunakan untuk mengevaluasi model adalah Partial Least

Square (PLS) dengan bantuan perangkat lunak SmartPLS versi 2.0 M3.

1.4. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang paling dominan yang mendasari penerimaan dan penggunaan Exelsa di kalangan mahasiswa

  Universitas Sanata Dharma.

  2. Untuk mengindentifikasi dan menganalisis pengaruh variabel moderasi yaitu jenis kelamin terhadap variabel performance expectancy, effort expectancy, dan social influence dalam mempengaruhi behavioral intention.

1.5. Manfaat Penelitian

  Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan masukan kepada Universitas Sanata Dharma dalam memenuhi kebutuhan mahasiswanya dengan cara memahami faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa untuk menggunakan Learning Management System .

2. Memberikan tambahan wawasan mengenai penerimaan dan penggunaan Learning Management System di Indonesia dengan studi kasus Exelsa.

1.6. Metodologi Penelitian

  Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Memilih masalah.

  Masalah yang dipilih adalah penerimaan dan penggunaan LMS dengan studi kasus Exelsa di Universitas Sanata Dharma.

  2. Studi pendahuluan.

  Studi pendahuluan dilakukan dengan membaca literatur baik teori maupun penemuan-penemuan (hasil penelitian terdahulu) mengenai model UTAUT, berkonsultasi dengan dosen untuk memperoleh informasi, membuka website mengenai mata kuliah di program studi yang berbeda, yang telah memanfaatkan Exelsa dalam proses belajarnya.

  3. Merumuskan masalah.

  Pada langkah ini peneliti merumuskan masalah dengan mengajukan beberapa hipotesis yang nantinya akan dibuktikan atau diuji kebenarannya.

  4. Memilih pendekatan Pendekatan di sini maksudnya adalah jenis atau tipe penelitian yang diambil, dipandang dari segi tujuan. Penelitian ini dikelompokkan sebagai penelitian korelasional.

  5. Menentukan variabel dan sumber data.

  Langkah ke-5 ini akan menjawab apa yang akan diteliti dan dari mana data diperoleh. Kedua hal ini harus diidentifikasi secara jelas agar dengan tepat dapat ditentukan alat apa yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.

  6. Menentukan dan menyusun instrumen.

  Instrumen yang digunakan adalah angket atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

  7. Mengumpulkan data.

  Mengumpulkan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti dengan suatu metode, dalam penelitian ini dengan kuesioner dan pengambilan data dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan pengamat.

  8. Menganalisis data.

  Setelah data terkumpul kemudian dilanjutkan dengan melakukan verifikasi terhadap kelengkapan data untuk memastikan bahwa responden mengisi identitas pribadi dan semua pernyataan kuesioner. Selanjutnya akan dilakukan tabulasi data yaitu dengan memberikan skor terhadap item-item kuesioner dan memberikan kode terhadap jenis kelamin. Langkah terakhir adalah menganalisis data menggunakan metode partial least square dengan bantuan perangkat lunak SmartPLS versi 2.0 M3.

  9. Menarik kesimpulan.

  Langkah ke-9 ini sebenarnya sudah merupakan langkah terakhir dari kegiatan penelitian. Pekerjaan meneliti telah selesai, dan peneliti tinggal mengambil kesimpulan dari hasil pengolahan data, dicocokkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan.

  10. Menulis laporan.

  Kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun, ditulis dalam bentuk laporan penelitian agar hasilnya diketahui orang lain, serta prosedurnya pun diketahui orang lain sehingga dapat mengecek kebenaran penelitian tersebut.

1.7. Sistematika Penulisan

  Tugas akhir ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

  Bab I. Pendahuluan: Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan

  masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II. LandasanTeori: Bab ini menjelaskan tentang user acceptance dan

  teori UTAUT yang digunakan untuk menganalisis penerimaan dan penggunaan Exelsa.

  Bab III. Rancang Bangun Penelitian: Bab ini menjelaskan tentang jenis

  penelitian, subyek penelitian, variabel dan definisi operasional penelitian, langkah pengumpulan data, instrumen penelitian, dan metode analisis data.

  Bab IV. Analisis Data dan Pembahasan: Bab ini menjelaskan tentang

  temuan-temuan yang diperoleh berdasarkan metode analisis dan kemungkinan- kemungkinan yang menjadi penyebab dari temuan.

  Bab V. Kesimpulan: Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan saran bagi penelitian selanjutnya.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Model-Model User Acceptance

  Menurut Dillon (dalam Azhari dan Sari, 2007) user acceptance didefinisikan sebagai keinginan sebuah grup user dalam memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) yang didesain untuk membantu pekerjaan mereka. Individu-individu di organisasi dan sistem informasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya adalah komponen-komponen organisasi yang saling berinteraksi. Organisasi mulai bergantung pada sistem informasi. Walaupun manajer-manajer senior yang mengambil keputusan untuk mengadopsi suatu sistem informasi, tetapi keberhasilan penggunaan sistem tersebut tergantung dari penerimaan dan penggunaan oleh individu-individu. Dengan demikian, manfaat dan dampak langsung dari suatu sistem informasi adalah terhadap individu pengguna yang kemudian akan meningkatkan produktivitas organisasi (Jogiyanto, 2007).

  Penelitian-penelitian sistem informasi telah mencoba mempelajari bagaimana dan mengapa individu menggunakan sistem informasi. Salah satu model yang terkenal untuk menjelaskan interaksi individu-individu dengan sistem informasi memprediksi user acceptance terhadap teknologi apa pun berdasarkan dua faktor,

  

perceived usefulness (tingkat dimana user percaya bahwa dengan menggunakan

  sistem akan meningkatkan performa mereka dalam bekerja) dan perceived ease of

  

use (tingkat dimana user percaya bahwa dengan sistem tersebut dapat digunakan

  dengan mudah dan bebas dari masalah). TAM sendiri merupakan evolusi dari model yang dikembangkan oleh Ajzen (1980), yaitu Theory of Reasoned Action (TRA).

  Lee ( dalam Azhari dan Sari, 2007) mengatakan seiring dengan berjalannya waktu, TAM mengalami perkembangan karena adanya kritikan-kritikan. Salah satu kritikannya adalah TAM ternyata kurang mempunyai kekuatan untuk memprediksi

  

user acceptance . Venkatesh dan Davis kemudian mengembangkan TAM asli yang

  kemudian menghasilkan TAM2. Walaupun demikian, dengan banyaknya model selain TAM yang ada justru membuat para peneliti dan pengembang sistem kebingungan untuk memilih suatu model yang cocok untuk mengembangkan sistemnya. Dengan alasan ini Venkatesh kemudian mengevaluasi delapan model user

  

acceptance terkemuka kemudian mengintegrasikannya ke dalam sebuah model yang

  baru. Hasilnya adalah sebuah model baru yang dinamakan the Unified Theory of

  

Acceptance and Use of Technology (UTAUT). Adapun kedelapan model user

acceptance tersebut adalah sebagai berikut: 1) Theory of Reasoned Action (TRA), 2)

Theory of Planned Behavior (TPB), 3) Motivational Model (MM), 4) Model of PC

Utilization (MPCU), 5) Innovation Diffusion Theory (IDT), 6) Technology

Acceptance Model and Technology Acceptance Model Two (TAM/TAM2), 7)

  The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology

  2.2 (UTAUT)

  Terdapat delapan model berbeda yang menggunakan penerimaan individu terhadap teknologi sebagai suatu prediktor bagi munculnya perilaku, tetapi masing- masing memiliki kekurangan-kekurangan. UTAUT menggabungkan fitur-fitur yang berhasil dari kedelapan teori menjadi satu teori. UTAUT terbukti lebih berhasil dibandingkan dengan kedelapan teori yang lain dalam menjelaskan hingga 70 persen varian pengguna. Sehingga UTAUT menyediakan alat yang berguna bagi manajer, yang perlu menilai kemungkinan keberhasilan pengenalan teknologi baru, dan membantu manajer untuk memahami penggerak penerimaan dengan tujuan untuk proaktif mendisain intervensi (termasuk pelatihan, sosialisasi, dan sebagainya) (Venkatesh, dkk., 2003).

  Dalam laporan Venkatesh, dkk. (2003) dikatakan bahwa terdapat tujuh konstruk yang nampak selalu signifikan menjadi determinan langsung terhadap niat (intention) atau terhadap penggunaan (usage) di satu atau lebih model-model sebelumnya. Konstruk-konstruk tersebut adalah performance expectancy , effort

  

expectancy , social influence, facilitating conditions, attitude toward using

technology , self-efficacy, dan anxiety. Setelah pengujian lebih lanjut, Venkatesh, dkk.

  (2003) memperoleh hasil hanya empat konstruk yang mempunyai peran utama dalam memberikan pengaruh langsung terhadap penerimaan pengguna dan perilaku penggunaan. Keempat konstruk ini adalah: performance expectancy, effort

  

expectancy , social influence, dan facilitating conditions. Selain itu, terdapat pula menggunakan (voluntariness of use), dan pengalaman (experience). Gambar 2.1, memperlihatkan suatu skema tentang keterkaitan determinan dan moderator ini.

Gambar 2.1 Model UTAUT.

  Sumber: Venkatesh, dkk., 2003.

2.2.1 Performance Expectancy dan Moderatornya

  Performance expectancy didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seorang

  individu pada sejauh mana penggunaan suatu sistem akan menolong ia untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan kinerja di pekerjaannya (Venkatesh, dkk., 2003). Lima konstruk yang termasuk dalam performance expectancy yang diperoleh dari beberapa model sebelumnya adalah perceived usefulness (TAM/TAM2 dan C- TAM-TPB), extrinsic motivation (MM), job-fit (MPCU), relative advantage (IDT),

  Venkatesh, dkk. (2003) menemukan bahwa performance expectancy lebih banyak dimoderasi oleh jenis kelamin dan usia. Studi menemukan bahwa laki-laki cenderung lebih terfokus pada penyelesaian tugas sehingga performansi lebih penting bagi laki-laki. Usia juga memiliki keterkaitan erat dengan jenis kelamin yang berbeda sebab faktor utama yang berhubungan dalam pekerjaan cenderung mengubah wanita pada saat terjun dalam pekerjaan (gugus tugas) dan pengasuhan anak. Gejala ini memang lazim, namun jenis kelamin dan usia mendorong efek perubahan yang signifikan terhadap pengukuran yang mengukur performance expectancy (Venkatesh, dkk., 2003).

2.2.2 Effort Expectancy dan Moderatornya

  Effort expectancy merupakan tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan

  suatu sistem. Tiga konstruk yang berasal dari model-model sebelumnya sudah ada yang menangkap konsep effort expectancy ini. Ketiga konstruk tersebut adalah

  

perceived ease of use (TAM/TAM2), complexity (MPCU), dan ease of use (IDT).

Effort expectancy menjadi kurang signifikan melalui penggunaan secara terus

  menerus, yang bisa membuat pengguna merasa lebih mengenal sistem. Seperti kata pepatah, praktek membuat sempurna. Effort expectancy dimoderasi oleh usia, jenis kelamin dan pengalaman.

2.2.3 Social Influence dan Moderatornya

  Social influence didefinisikan sebagai tingkat dimana seorang individu merasa

  bahwa orang-orang yang penting baginya percaya sebaiknya dia menggunakan sistem baru. Social influence sebagai determinan langsung behavioral intention dilambangkan sebagai subjective norm di dalam TRA, TAM2, TPB / DTPB dan C- TAM-TPB, social factors di dalam MPCU, dan image di dalam IDT. Thompson, dkk.

  (1991) menggunakan istilah social norms dalam mendefinisikan konstruk mereka, dan mengakui kesamaannya dengan subjective norm dalam TRA. Meskipun mereka memiliki label yang berbeda, masing-masing konstruk berisi gagasan eksplisit atau implisit bahwa individual’s behavior dipengaruhi oleh cara mereka percaya kepada orang lain akan dilihat sebagai akibat dari teknologi yang digunakan.

  Peran social influence pada keputusan penerimaan teknologi merupakan hal yang kompleks dan banyak dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh kontingensi.

  Menurut Venkatesh dan Davis (2000) pengaruh sosial mempunyai dampak pada perilaku individu melalui tiga mekanisme yaitu, ketaatan (compliance), internalisasi (internalization), dan identifikasi (identification).

  Mekanisme ketaatan menyebabkan seseorang merubah minatnya untuk merespon tekanan sosial. Penelitian sebelumnya mengusulkan bahwa individu- individu cenderung mengikuti ekspektasi orang lain ketika referensi yang dimiliki oleh orang lain tersebut mempunyai kemampuan memberi hadiah untuk perilaku yang diinginkan atau menghukum yang tidak berperilaku seperti yang diinginkan ketaatan ini konsisten dengan hasil-hasil di literatur penerimaan teknologi yang menyatakan bahwa ketaatan terhadap pendapat orang lain adalah signifikan pada

  

setting mandatori (Hartwick dan Barki, 1994, dalam Venkatesh, dkk., 2003),

  khususnya pada tahap awal dari pengalaman (Agarwal dan Prasad, 1997; Hartwick dan Barki 1994; Karahanna, dkk., 1999; Taylor dan Todd, 1995a; Thompson, dkk., 1994; Venkatesh dan Davis, 2000; dalam Venkatesh, dkk., 2003).

  Setelah proses ketaatan, proses selanjutnya adalah internalisasi dan identifikasi. Proses internalisasi dan identifikasi adalah proses merubah struktur kepercayaan individual yang menyebabkan individual merespon kepada keuntungan- keuntungan status sosial yang potensial (Venkatesh, dkk. 2003).

  Venkatesh, dkk. (2003) juga menemukan peubah sosial yang kompleks untuk determinan ini. Jenis kelamin merupakan suatu pengaruh yang penting seperti wanita lebih sensitif kepada opini orang lain, khususnya pada tahap awal beradaptasi saat pengalamannya minim. Sebagai tambahan, usia juga merupakan suatu peubah yang penting bagi pekerja yang lebih tua yang cenderung melihat pengaruh hubungan senioritas dalam menjelaskan pengaruh sosial yang besar bagi mereka. Ini menegaskan bahwa pengalaman cenderung mengurangi pentingnya interaksi sosial. Jadi, empat peubah dari pengaruh sosial adalah jenis kelamin, usia, kesukarelaan dan pengalaman.

2.2.4 Facilitating Conditions dan Moderatornya

  Facilitating conditions didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seorang

  individu terhadap ketersediaan infrastruktur teknik dan organisasional di tempat kerja untuk mendukung penggunaan sistem. Definisi ini menangkap konsep yang tercantum dalam tiga konstruk: perceived behavioral control (TPB/DTPB, C-TAM- TPB), facilitating conditions (MPCU), dan compatibility (IDT).

  Bukti empiris yang disajikan dalam laporan Venkatesh, dkk. (2003) menunjukkan bahwa hubungan antara masing-masing konstruk (perceived behavioral

  control, facilitating conditions , dan compatibility) dan intention adalah sama. Secara

  khusus, perceived behavioral control adalah signifikan di pengaturan sukarela dan wajib segera setelah pelatihan, tetapi pengaruh konstruk ini pada intention menghilang pada pengukuran yang dilakukan sebulan setelah sistem diimplementasikan. Ini menunjukkan bahwa masalah-masalah yang berhubungan dengan dukungan infrastruktur

  −konsep utama dalam konstruk facilitating

  conditions

  −sebagian besar ditangkap dalam konstruk effort expectancy yang menangkap kemudahan terkait dengan alat digunakan (Venkatesh, dkk., 2003).

  Venkatesh (2000) dalam Venkatesh, dkk. (2003) menemukan dukungan untuk mediasi penuh dari pengaruh facilitating conditions pada intention oleh effort

  

expectancy . Tentunya, jika effort expectancy tidak ada dalam model (seperti halnya

  dengan TPB/DTPB), maka diharapkan facilitating conditions untuk menjadi prediktor dari intention. Hasil empiris Venkatesh, dkk. (2003) sesuai dengan memprediksi intention namun, dalam kasus lain (MPCU dan IDT), nonsignifikan dalam memprediksi intention. Berdasarkan argumen ini, maka facilitating conditions dihipotesiskan tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan pada behavioral intention .

  Hasil empiris dalam laporan Venkatesh, dkk. (2003) menunjukkan bahwa

  

facilitating conditions juga memiliki pengaruh langsung pada penggunaan (usage)

  selain yang dijelaskan oleh behavioral intentions sendiri. Sesuai dengan TPB/DTPB,

  

facilitating conditions juga dimodelkan sebagai antesenden langsung pada usage

  (yakni, tidak sepenuhnya dimediasi oleh intention). Sebenarnya, pengaruh ini diharapkan meningkat dengan pengalaman seperti pengguna teknologi menemukan beberapa cara untuk membantu dan mendukung seluruh organisasi, sehingga menghapus hambatan untuk penggunaan yang berkelanjutan (Bergeron dkk. 1990 dalam Venkatesh, dkk., 2003). Psikolog organisasi telah mencatat bahwa pekerja yang lebih tua memiliki kepentingan yang lebih untuk menerima bantuan dan asisten pada pekerjaan (misalnya, Hall dan Mansfield 1975). Dengan demikian, apabila dimoderasi oleh pengalaman dan usia, facilitating conditions akan memiliki pengaruh yang signifikan pada usage behavior.

2.3 Exelsa – Learning Management System

  Experiential E-Learning of Sanata Dharma University (Exelsa) merupakan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan di Universitas Sanata Dharma. Exelsa menyediakan sejumlah fasilitas pembelajaran seperti tugas

  

online , tes online, bahan kuliah, chating, menjawab kuesioner, melihat pengumuman,

forum mata kuliah, kalender kegiatan, dan sebagainya.

  Lebih lanjut, keberadaan Exelsa di Universitas Sanata Dharma diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran dengan pendekatan

  

knowledge management diantara berbagai pihak seperti dosen, mahasiswa, program

  studi, biro administrasi akademik, penyedia media pembelajaran serta berbagai pihak lainnya yang berkepentingan (P3MP, 2009).

BAB III RANCANG BANGUN PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

  Penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai penelitian korelasional (correlation studies). Penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasi dapat diketahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain. Besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Arikunto, 2007).

  Penelitian korelasional di sini diartikan sebagai: 1) pengaruh variabel independen performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan

  

facilitating conditions terhadap variabel dependen behavioral intention, 2) pengaruh

  variabel independen facilitating conditions dan behavioral intention terhadap variabel dependen use behavior 3) pengaruh moderator jenis kelamin dalam memoderatori pengaruh performance expectancy, effort expectancy, social influence, pada

  

behavioral intention , yang diuji dalam populasi mahasiswa Universitas Sanata

  Dharma. Variabel independen tersebut akan diuji untuk mengetahui apakah memberi kontribusi yang signifikan.

3.2. Subyek Penelitian

  Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009).

  Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang menggunakan Exelsa. Jumlah minimal sampel untuk pengujian model dengan

  

Partial Least Square (PLS) seperti yang direkomendasikan oleh Barclay, Higgins,

  dan Thompson dalam Henseler, dkk. (2009) adalah (1) sepuluh kali jumlah indikator dari suatu skala dengan jumlah indikator formatif terbesar, atau (2) sepuluh kali dari jumlah terbesar dari structural path yang diarahkan pada suatu konstruk tertentu dalam inner model.

3.3. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

3.3.1 Variabel Penelitian

  Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:38). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :