PENGARUH PENAMBAHAN FORMALIN PADA BERBAGAI ARAS TERHADAP SIFAT FISIK DAN JUMLAH BAKTERI PADA BAKSO DAGING SAPI - Repository UNRAM

  

PENGARUH PENAMBAHAN FORMALIN PADA BERBAGAI ARAS

TERHADAP SIFAT FISIK DAN JUMLAH BAKTERI

PADA BAKSO DAGING SAPI

PUBLIKASI ILMIAH

  Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Yang Diperlukan Untuk Mendapat Derajat Sarjana Peternakan

  Pada Program Studi Peternakan

  

OLEH :

SRI SULASTINI

B1D014253

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

  

2018

  

PENGARUH PENAMBAHAN FORMALIN PADA BERBAGAI ARAS

TERHADAP SIFAT FISIK DAN JUMLAH BAKTERI

PADA BAKSO DAGING SAPI

  Oleh

  

SRI SULASTINI

B1D014253

PUBLIKASI ILMIAH

  Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Yang Diperlukan Untuk Mendapat Derajat Sarjana Peternakan

  Pada Program Studi Peternakan

  

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

MENGESAHKAN

Pada Tanggal: Juli 2018

Pembimbing Utama

  

Sukirno, S.Pt., M.Food.St

NIP. 19710223 200312 1001

  

PENGARUH PENAMBAHAN FORMALIN PADA BERBAGAI ARAS

TERHADAP SIFAT FISIK DAN JUMLAH BAKTERI

PADA BAKSO DAGING SAPI

Oleh

Sri Sulastini

  

B1D014253

ABSTRAK

  Penggunaan bahan pengawet berbahaya dan terlarang semakin hari semakin banyak digunakan pada bahan pangan seperti formalin yang ditambahkan ke dalam produk daging seperti bakso untuk mempertahankan masa simpan dan mempertahankan karakteristik bakso itu sendiri. Sehingga dirasa perlu penelitian mengenai pengaruh penambahan formalin pada bakso daging sapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan formalin pada berbagai aras terhadap sifat fisik dan jumlah bakteri pada bakso daging sapi. Metode yang digunakan adalah metode percobaan dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan, yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Perlakuan bakso dilakukan dengan penambahan berbagai aras formalin P1 (0 ppm), P2(10 ppm), P3(20 ppm), P4(30 ppm), P5(40 ppm), P6(50 ppm) dan P7 (100 ppm). Variabel yang diamati adalah sifat fisik yang terdiri dari susut masak, daya ikat air, pH dan daya putus. Tingkat ketahanan formalin sebagai pengawet di uji dengan perhitungan jumlah bakteri menggunakan metode TPC (Total Plate Count). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan formalin pada berbagai aras memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap susut masak dengar rataan 14,8% - 28,0%, daya ikat air

  2

  • dengar rataan 46,6% - 77,1% dan daya putus bakso dengan rataan 0,075 kg/cm

  2

  0,109 kg/cm . Nilai pH berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penambahan formalin pada berbagai aras pada bakso daging sapi dengan rata-rata pH 6,8 - 7,1. Penambahan formalin pada berbagai aras (level) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah bakteri bakso daging sapi dengan rataan 0,67 log cfu/gr

  • – 0,77 log cfu/gr. Kata Kunci : Bakso, Formalin, Sifat Fisik, Jumlah Bakteri

  

THE EFFECT OF ADDITION OF FORMALDEHYDE AT VARIOUS

LEVELS ON THE PHYSICAL CHARACTERISTICS AND NUMBER

OF BACTERIA OF BEEF’S MEATBALLS

  

By

Sri Sulastini

B1D014253

ABSTRACT

  

The usage of harmful and prohibited preservatives is increasingly being used in

foodstuffs such as formaldehyde which added to meat products e.g. meatballs to

maintain both shelf life and characteristics attributes of the meatballs itself.

Therefore its important to conduct the research regarding the effect of addition of

formaldehyde on beef meatballs. The objective of this reaserch was to determine

the effect of formaldehyde addition on various levels on physical characteristic

and the number of bacteria in beef meatballs. The method used was experimental

method with Completely Random Design (CRD) by 7 treatments and 3

replications, and continued with Multiple Range Duncan test. The treatment of

meatballs was accomplished by the addition of various levels of formaldehyde T1

(0 ppm), T2 (10 ppm), T3 (20 ppm), T4 (30 ppm), T5 (40 ppm), T6 (50 ppm) and

T7 (100 ppm). The variable observed in this reasearch were physical characteristic

i.e. of cooking loss, water holding capacity, pH and tenderness of meatballs. The

  level of formalin resistance as a preservative were tested by calculating the number of survived bacteria using TPC (Total Plate Count) method . The results

  

shows that the addition of formaldehyde at various levels has no significant effect

(P> 0.05) to the average percentage of cooking loss which range in 14.8% - 28.0%,

the average range of water holding capacity around 46.6% - 77.1% and the

  2

  2

average range of tenderness were 0.075 kg / cm . The pH value

  • – 0.109 kg / cm

    had significant effect (P <0.05) by the addition of formalin at various levels in

    beef meatballs with average pH around 6.8
  • – 7.1. The addition of formaldehyde at

    various levels has no significant effect (P> 0.05) on the number of beef meatball

    bacteria which average range in 0.67 log cfu / gr – 0.77 log cfu / gr.

  

Keywords : Meatballs, Formaldehyde, Phisical Characteristic, Number of Bacteria

PENDAHULUAN

  Daging adalah urat yang melekat pada kerangka, kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal dari hewan yang sehat pada saat dipotong (SNI, 1995). Daging mengandung beberapa unsur pokok seperti air, protein, lemak dan abu, dengan protein sebagai komponen bahan kering yang terbesar dari daging (Soeparno, 1994). Pada umumnya daging mengandung 1% mineral, 1% karbohidrat, 5% lemak, 21% komponen bernitrogen dan sisanya 72% air (Kauffman, 2001 dalam Aulawi dan Retty, 2009). Selain itu daging merupakan komponen esensial dalam makanan manusia untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh optimal karena kandungan zat gizi daging yang lengkap (Hammes et al., 2003 dalam Aulawi dan Retty, 2009). Dengan kandungan gizi yang tinggi tersebut banyak jenis daging di olah kembali menjadi berbagai jenis makanan salah satu contohnya adalah bakso.

  Menurut SNI (1995) bakso daging adalah produk makanan berbentuk bulatan atau bentuk lain yang diperoleh dari campuran daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau serelia dengan atau tanpa Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan. Prinsip pembuatan bakso daging sapi terdiri atas 4 (empat) tahap yaitu : penghancuran daging, pembuatan adonan, pencetakan bakso dan pemasakan (Ockerman, 1978 dalam Aulawi dan Retty, 2009).

  Karakteristik bakso yang disukai konsumen adalah rasanya yang gurih, agak asin, memiliki rasa daging yang kuat, berwarna abu-abu pucat atau muda, beraoroma daging rebus serta memiliki struktur yang empuk dan agak kenyal (Andayani, 1999). Dengan standar karakteristik bakso yang disukai konsumen tersebut padagang menggunakan berbagai cara untuk bisa mengawetkan bakso agar tahan lama baik itu dengan pengawet alami atau pengawet kimia. Bakso yang menggunakan pengawet alami salah satunya adalah dengan menggunakan chitosan yang dapat mengawetkan bakso antara 36

  • – 48 jam (Koswara, 2009), selain itu dapat juga menggunakan kalsium hidroksida atau kapur sirih (Yuliarti, 2007). Walaupun banyak pengawet alami yang bisa digunakan, namun banyak dari pedagang yang tidak bertanggung jawab menambahkan berbagai bahan- bahan pengawet berbahaya yang dilarang digunakan pada pangan seperti formalin dengan tujuan mendapatkan keuntungan serta dapat memperpanjang masa simpan bakso dengan rentang hari yang lama.

  Formalin biasanya digunakan sebagai bahan pengawet mayat dan pengawetan hewan untuk penelitian. Formalin juga berfungsi sebagai desinfektan, antiseptik, antihidrolik serta bahan baku industri pembuatan lew plywood resin dan tekstil (Saparinto & Hidayati, 2010 dalam Suntaka et al, 2014).

  Penggunakan khitosan sebagai pengawet telah dicoba dalam berbagai produk pangan, seperti bakso. Penggunaanya 50 ml yang dapat menyimpan bakso antara 36-48 jam (Koswara, 2009). Selain khitosan, wortel dapat digunakan sebagai bahan pengawet bakso sebanyak 250 mg ekstrak wortel mampu mengawetkan bakso sampai jam ke-48 (Alfaz, 2014). Sifat fisik suatu produk mempunyai peranan yang sangat penting untuk pengawasan dan standarisasi mutu produk. Sifat fisik bakso juga penting untuk dianalisis karena akan menentukan kualitas dari bakso tersebut (Rahmatina, 2010), sehingga dengan penambahan formalin, bagaimana pengaruhnya terhadap sifat fisik dan sifat pengawetnya. Selain itu daging mudah sekali mengalami kerusakan mikrobiologi karena kandungan gizi dan kadar airnya yang tinggi, serta banyak mengandung vitamin dan mineral (Koswara 2009).

  Berdasarkan latar belakang diatas mengenai penggunaan bahan pengawet berbahaya formalin pada bakso sapi, hal ini yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penambahan Formalin Terhadap Sifat Fisik dan Jumlah Bakteri Pada Bakso Daging Sapi ”.

MATERI DAN METODE

  Penelitian dilaksanakan pada 15 november

  • – 21 desember 2017 di dua laboratorium yaitu Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Ternak (TPHT), Fakultas Peternakan Universitas Mataram untuk uji fisik bakso dengan penambahan formalin dan Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Peternakan Universitas Mataram untuk menghitung jumlah bakteri bakso dengan penambahan formalin. Penelitian dilakukan selam 1 bulan setengah untuk mengetahui pengaruh penambahan formalin terhadap sifat fisik dan jumlah bakteri bakso daging sapi.

  Materi yang digunakan yaitu bakso 7,5 kg dan formalin 4% (10.000 ppm). Formalin yang digunakan dalam penelitian ini yaitu formalin yang diencerkan menjadi 100 ppm, 50 ppm, 40 ppm, 30 ppm, 20 ppm dan 10 ppm kemudian dicampurkan ke dalam adonan bakso.

  Adapun perlakuan pada penelitian ini terdiri dari 7 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan pertama yaitu kontrol (P1) bakso tanpa penambahan formalin, perlakuan kedua (P2) bakso dengan penambahan 10 ppm formalin, perlakuan ketiga (P3) bakso dengan penambahan 20 ppm formalin, perlakuan keempat (P4) bakso dengan penambahan 30 ppm formalin, perlakuan kelima (P5) bakso dengan penambahan 40 ppm formalin, perlakuan keenam (P6) bakso dengan penambahan 50 ppm formalin dan perlakuan ketujuh (P7) bakso dengan penambahan 100 ppm formalin.

  Sampel yang telah dibuat yaitu bakso dengan penambahan formalin di uji sifat fisik dan jumlah bakteri dimana uji sifat fisik menggunakan susut masak bakso, daya ikat air bakso, pH bakso dan daya putus bakso dan untuk perhitungan jumlah bakteri dihitung menggunakan metode TPC (Total Plate Count).

  Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis sidik ragam ANOVA dengan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) jika hasil analisis berpengaruh kemudian lanjutkan uji Duncan untuk mencari perlakuan yang paling berpengaruh nyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Gambar 1. Rataan Susut Masak Bakso dengan Penambahan Formalin

  0.0

  5.0

  10.0

  15.0

  20.0

  25.0

  30.0 19,2 ±12,1

  28,0 ±5,7 26,6 ±13,3 14,8

  ±11,7 23,6 ±10,1

18,7 ±10,3

  17,3 ±15.8

  S u u st M as ak ( % ) Aras Formalin (ppm) Rataan susuk masak bakso dengan penambahan formalin

  

Rataan Nilai Susut Masak Bakso dengan Penambahan Formalin

  Berdasarkan grafik diatas bahwa penambahan formalin pada bakso terhadap susut masak tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05). Hasil menunjukkan semua rataan susut masak yang berbeda pada setiap perlakuan dimana nilai tertinggi terdapat pada P2 sebesar 28,0% dan terendah pada P4 sebesar 14,8% setiap nilai rataan ini juga berada di standar susut masak normal yang terjadi untuk daging seperti pendapat Soeparno (2009) dimana susut masak daging berada pada 1,5%-54,5% dengan kisaran 15%-40%, kisaran susut masak bakso mungkin berbeda dari daging karena ada pengaruh penambahan bahan pengisi pada bakso dan dilihat dari grafik semakin tinggi aras formalin, semakin rendah susut masaknya. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh suhu, lama pemasakan, bahan pengisi bakso, selain itu susut masak juga dipengaruhi oleh daya mengikat air, semakin rendah daya mengikat air maka semakin tinggi susut masak bakso karena ketika proses pemasakan banyak nutrisi yang keluar dari produk karena protein tidak mampu mengikat air.

  Pengaruh formalin terhadap susut masak adalah formalin dapat mengikat protein daging sehingga protein tidak larut yang dapat menyebabkan kadar air semakin tinggi dan susut masak juga tinggi. Menurut penelitian Teddy (2007) pemasakan bakso dapat menurunkan kadar formalin tetapi tidak bisa menurunkan residu hingga 0% karena formalin dapat berikatan dengan protein daging, sehingga sebagian formalin berikatan dengan air dan sebagiannya lagi berikatan dengan protein saat proses pemasakan.

  90 77,1 ±10,7 72,3

  ±10,1

  80

  70 ±7,3 70 67,7

  ±15,8 ±6,1

  70 59,5 ±11,3

  60 46,6 ) ±10,5

  50 % (

  40 Rataan daya ikat air bakso Air dengan penambahan formalin at

  30 Ik

  20 Daya

  10 BF0 BF10 BF20 BF30 BF40 BF50 BF100 Aras Formalin (ppm)

  Gambar 2. Rataan Daya Ikat Air Bakso dengan Penambahan Formalin

  Rataan Nilai Daya Ikat Air Bakso dengan Penambahan Formalin

  Daya ikat air bakso berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa pengaruh pemberian formalin tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya ikat air bakso daging sapi karena daya ikat air yang paling tingi terdapat pada P6 sebesar 77,1% dan terendah pada P4 sebesar 46,6%, pada penelitian Aulawi dan Retty (2009) daya ikat air bakso dengan penambaan STPP dan Karagenan mencapai 30,20%-37,85%, sedangkan pada penelitian Utami (2007) rataan daya ikat air bakso berkisar antara 12,67%-16,50%. dari dua penelitian tersebut dapat diabandingkan bahwa rata-rata daya ikat air bakso yang ditambahkan formalin memiliki daya ikat yang rendah karena persentase mg H O yang keluar sangat

  2

  tinggi. sehingga semakin tinggi aras formalin yang diberikan daya mengikat air bakso semakin rendah.

  Berdasarkan hasil penelitian Aulawi dan Retty (2009) semakin banyak jumlah air yang keluar dari produk, maka daya mengikat air bakso sangat rendah, karena persentase mg H

2 O yang keluar banyak. Hal ini dapat terjadi karena sifat

  formalin yang mampu bereaksi dengan protein sehingga pada perlakuan yang memiliki daya ikat air yang tinggi, formalin bereaksi dengan protein yang membuat protein tidak dapat larut karena gugus amina dari lisin berikatan dengan formalin yang kemudian menghasilkan rangkaian protein yang saling berdekatan dan air yang terikat pada protein menjadi lepas dan ketika uji daya ikat air bakso, persentase air yang di keluarkan banyak karena protein tidak mampu mengikat air daging ketika ada tekanan yang diberikan seperti pendapat Lawrie (2003) protein daging berperan dalam pengikatan air daging. Kadar protein tinggi menyebabkan meningkatnya kemampuan menahan air daging sehingga menurunkan kandungan air bebas, dimana air bebas berpengaruh pada proses kerusakan bahan pangan melalui reaksi enzimatik, proses mikrobiologi dan biokimiawi dan di daging ada 3 bentuk air yang terikat yaitu secara kimiawi oleh protein otot sebagai lapisan monomolekuler, air terikat agak lemah dimana lapisan ini akan terikat oleh protein apabila tekanan uap air meningkat dan ketiga molekul-molekul air bebas diantara molekul protein. Kemungkinan dari ketiga bentuk air yang terdapat di dalam bakso formalin dapat bereaksi pada protein dengan bentuk air kedua dan ketiga. Selain pengaruh protein dan air, daya ikat air juga dipengaruhi oleh pemasakan, dimana semakin tinggi susut masak, maka semakin rendah daya ikat air bakso dan campuran adonan bakso yang mengakibatkan terjadinya perubahan daya ikat air bakso.

  7,1 ±0,1 7.1 7 ±0,1

  6,9 ± 0,0 7 6,9

  ±0,1 6,8 ±0,1

  6.9 Rataan pH bakso dengan 6,8 ±0,1 6,8 ±0,1 pH penambahan formalin

  6.8

  6.7

6.6 Aras Formalin(ppm)

  Gambar 3. Rataan pH Bakso Formalin dengan Penambahan Formalin

  Rataan Nilai pH Bakso dengan Penambahan Formalin

  Berdasarkan grafik diatas nilai pH pada bakso yang diberikan formalin memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) dimana aras formalin yang memiliki pengaruh paling besar berada pada PVI (boraks 50 ppm) dan PVII (boraks 100 ppm) yang masing-masing sebesar 7,1 dan 7,0 sedangkan perlakuan yang memiliki pH rendah terdapat pada perlakuan I (tanpa formalin), II (formalin 10 ppm), III (formalin 30 ppm) yang masing-masing perlakuan memiliki pengaruh nyata yang rata-rata sama. Penelitian Hatta dan Murpiningrum (2012) menunjukkan bahwa nilai pH bakso daging sapi berkisar antara 5,59-6,04 dengan penambahan garam dan STPP sehingga dengan penambahan formalin dapat meningkatakan pH bakso.

  Menurut Firahmi et al (2015) pH daging mempunyai hubungan yang erat dengan warna, tekstur serta daya ikat air oleh protein daging. Jika pH tinggi, maka daya ikat air juga tinggi, karena protein otot tidak terdenaturasi. Bakso yang ditambahkan formalin pHnya meningkat dilihat dari tingginya pH pada aras 50 dan 100 dan hasil pH sesuai dengan hasil daya mengikat air bakso dimana daya ikat airnya sangat rendah karena banyaknya jumlah air yang keluar dari sampel bakso, karena air yang keluar banyak menunjukkan bahwa kadar air yang tinggi, sehingga pH bakso yang ditambahkan formalin bersifat netral. Rataan nilai formalin pada bakso memiliki dampak terhadap pH juga menunjukkan bahwa pH netral bekerja pada formalin dengan aras 50 ppm dan 100 ppm, sehingga semakin tinggi arasnya semakin tinggi pula pH bakso.

  0,12 ±0,02 0.12 0,109

  ±0,0,2 0,098 ±0,01 0.1 0,084

  

±0,02

0,081 ±0,01

  ) 0,076 ±0,0

  

0,075

±0,31

  0.08 g/cm (K s

  0.06 tu u P

  Rataan daya putus bakso dengan penambahan formalin

  0.04 Daya

  0.02 Aras Formalin (ppm)

  Gambar 4. Rerata Daya Putus Bakso Formalin dengan Penambahan Formalin

  

Rataan Nilai Daya Putus Bakso dengan Penambahan Formalin

  0.5

  0,67 ±1,2 0,67 ±1,2

  0,77 ±1,3 0,67 ±1,2 ±0,0

  2.5 2,2 ±0,2 0,77 ±1,3

  2

  1.5

  1

  Berdasarkan grafik rataan jumlah bakteri bakso setelah ditambahkan formalin menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) berdasarkan analisis ragam, dimana setiap perlakuan ditumbuhi bakteri kecuali P5, sehingga formalin

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan formalin pada bakso tidak memberikan pengaruh nyata terhadap daya putus (P>0,05). Daya putus tertinggi ditunjukkan pada perlakuan dengan aras formalin pada P2 (10 ppm) 0,109 kg/cm

  

Rataan Nilai Jumlah Bakso dengan Penambahan Formalin

  Gambar 5. Rerata Jumlah Bakteri Bakso Formalin dengan Penambahan Formalin

  , namun kontrol dan aras formalin memiliki perbedaan dimana kontrol lebih tinggi daya putusnya dibandingkan aras perlakuan, jadi penambahan formalin memiliki pengaruh terhadap daya putus bakso, dimana dengan penambahan formalin daya putus bakso menjadi semakin randah sehingga tingkat keempukan bakso dengan penambahan formalin bisa dikatakan empuk, sesuai dengan kegunaan formalin sebagai pengawet yang mempengaruhi tekstur bakso.

  2

  sedangkan daya putus yang terendah terdapat pada perlakuan VI (formalin 50 ppm) dengan rata-rata daya putus sebesar 0,075 kg/cm

  2

  Ju m lah M ik rob a (l og cf u /gr ) Aras Formalin (ppm) Rataan jumlah bakteri bakso dengan penambahan formalin bekerja optimum pada ara formalin 50 ppm. Pemberian formalin pada berbagai aras pada bakso terhadap jumlah bakteri menunjukkan jumlah bakteri yang rata- rata sama di beberapa perlakuan yaitu P2 dan P3 dimana rata-rata jumlah bakteri berkisar antara 0,77 log CFU/gr dan antara P4, P5, dan P7 memiliki rata-rata jumlah bakteri yang sama pula yaitu sebesar 0,67 log CFU/g. Pengaruh aras formalin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah bakteri namun terdapat perbedaan antara kontrol dan perlakuan, dimana jumlah bakteri kontrol lebih banyak dibanding perlakuan, sehingga penambahan formalin mampu menurunkan jumlah bakteri yang tumbuh pada bakso. Hal ini disebabkan karena perlakuan kontrol tidak ditambahkan bahan pengawet sehingga proses kontaminasi bakteri berjalan cepat.

  

KESIMPULAN

  Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan formalin pada berbagai aras tidak berpengaruh terhadap susut masak, daya ikat air dan daya putus serta jumlah bakteri tapi berpengaruh nyata terhadap pH bakso dengan penambahan formalin.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Penulis mengucapkan terima kasih untuk segenap pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini terutama Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Ternak dan Laboratorium Mikrobioloi dan Bioteknologi Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

DAFATAR PUSTAKA

  Alfaz, I., S. 2014. Pemanfaataan Ekstrak Wortel Sebagai Pengawet Bakso

  (Penelitian Kimia Terapan untuk Pengembangan Format Lembar Kerja

  . Tesis. UIN Sunan Gunung Djati. Bandung

  Pembelajaran Kimia

  Andayani, R. 1999. Standarisasi Mutu Bakso Sapi Berdasarkan Kesukaan

  Konsumen (Studi Kasus Bakso Di Wilayah DKI Jakarta) . Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Aulawi, T dan Retty, N. 2009. Sifat Fisik Bakso Daging Sapi Dengan Bahan

  Pengenyal dan Lama Penyimpanan yang Berbeda . Jurnal Peternaka Vol. 6 No 2. ISSN 1829-8729.

  Dewan Standarisasi Nasional. 1995. Bakso Daging Sapi. SNI 01-3818.

  Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta. Hatta, M., dan E. Murpiningrum. 2012. Kualitas Bakso Daging Sapi dengan

  Penambahan Garam (NaCl) dan Fosfat (Sodium Tripolifosfat/STPP) pada Level dan Waktu yang Berbeda . JTTP vol.2 No. 1. Fakultas Peterenakan.

  Universitas Hasanuddin. Makassar. Koswara, S. 2009. Pengawet Alami Untuk Produk dan Bahan Pangan. eBook Pangan.

  Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Terjemahan Aminuddin Parakkasi. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Rahmatina, 2010. Sifat Fisik dan Organoleptik Bakso Pada Berbagai Rasio

  

Antara Daging Sapi dan Daging Ayam . Fakultas Peternakan. Institut

  Pertanian Bogor. Bogor Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

  Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-5. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Suntaka, D.F.A.L., Woodford B.S.J., dan Ricky, C.S. 2014. Analisis Kandungan

  Formalin dan Boraks Pada Bakso yang Disajikan Kios Bakso Permanen Pada Beberapa Tempat Di Kota Bitung . Fakultas Kesehatan Masyarakat.

  Universitas Sam Ratulangi. Teddy. 2007. Pengaruh Konsentrasi Formalin Terhadap Keawetan Bakso dan

  . Skripsi. Fakultas

  Cara Pengolahan Bakso Tehadap Residu Formalinnya Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

  Utami, I.D.M. 2007. Pembuatan Bakso Dengan Menggunakan Bahan Dasar Tepung Terigu Daging Sapi . Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

  Bogor. Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. ISBN : 978-979-29- 0157-3. Andi Offset, Yogyakarta.