PERSEPSI PEDAGANG KAKI LIMA TENTANG KONSEP BUSINESS ENTITY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, BESARNYA MODAL USAHA, DAN PENGALAMAN BERWIRAUSAHA Survei : Pedagang Kaki Lima dalam kelompok resto PKL di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta SKRIPSI Diajukan Untuk

PERSEPSI PEDAGANG KAKI LIMA TENTANG KONSEP BUSINESS

ENTITY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, BESARNYA MODAL

  Survei : Pedagang Kaki Lima dalam kelompok resto PKL di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

  Oleh: Sella Windya Nugraheni

  041334016

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

PERSEPSI PEDAGANG KAKI LIMA TENTANG KONSEP BUSINESS

ENTITY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, BESARNYA MODAL

  Survei : Pedagang Kaki Lima dalam kelompok resto PKL di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

  Oleh: Sella Windya Nugraheni

  041334016

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  PERSEMBAHAN “Tuhan adalah penuntun hidupku”

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: Yesus Kristus & Bunda Maria, Juru Slamatku

  Bapak dan Ibuku tercinta Dek Iko

  Seluruh keluarga besarku

  

MOTTO

Dalam hidup ini, semua ada

waktunya…

  

Tuhan takkan terlambat, juga takkan

lebih cepat..

  

Dia jadikan indah tepat pada

waktunya…

“Hidup terlalu indah untuk dilewatkan

tanpa mencoba”

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 5 Februari 2009 Sella Windya Nugraheni

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

  

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma: Nama : Sella Windya Nugraheni Nomor Mahasiswa : 041334016 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

PERSEPSI PEDAGANG KAKI LIMA TENTANG KONSEP BUSINESS

ENTITY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, BESARNYA MODAL

USAHA, DAN PENGALAMAN BERWIRAUSAHA

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 20 Februari 2009 Yang menyatakan (Sella Windya Nugraheni)

  

ABSTRAK

PERSEPSI PEDAGANG KAKI LIMA TENTANG KONSEP BUSINESS

ENTITY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, BESARNYA MODAL

  Survei : Pedagang Kaki Lima dalam kelompok resto PKL di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

  Sella Windya Nugraheni Universitas Sanata Dharma

  2009 Penelitian ini bertujuan mengetahui : (1) perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari tingkat pendidikan ; (2) perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari besarnya modal usaha ; (3) perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business ditinjau dari pengalaman berwirausaha.

  Entity

  Penelitian ini merupakan peneliian survei. Populasi dalam penelitian ini adalah Pedagang Kaki Lima di Resto PKL dan Taman Kuliner yang berjumlah 72 orang. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Tekhnik analisis data menggunakan Analysis of Variance.(ANOVA).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari tingkat pendidikan. (sign. value tingkat pendidikan = 0,095 > a = 0,05 ) ; (2) tidak ada perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari besarnya modal usaha. (sign. value besarnya modal usaha = 0,739 > a = 0,05 ) ; (3) ada perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari pengalaman berwirausaha. (sign. value pengalaman berwirausaha = 0,012 < a = 0,05).

  

ABSTRACT

THE SMALL BUSINESS OWNER’S PERCEPTION ON BUSINESS ENTITY

CONCEPTS PERCEIVED FROM LEVEL OF EDUCATION, CAPITAL SIZE,

AND ENTREPRENERSHIP EXPERIENCES

  A survei done on Small Business Owner’s in the group of Resto PKL in Depok District Sleman Regency Yogyakarta

  Sella Windya Nugraheni Sanata Dharma University

  2009 The research aims to find out the differences of small business owner’s perception on Business Entity concepts perceived from (1) level of education, (2) capital size, (3) entreprenership experiences.

  The study is a kind of an observation research. The sourses of population in this reseach are 72 small business owner’s in Resto PKL and Taman Kuliner in Depok District, Sleman Regency Yogyakarta. The techniques of collecting data is questionnaire. The technique of analysing the data is Analysis if Variance (ANOVA).

  The results of the research show that : (1) there isn’t any different perception on Business Entity concepts perceived from level of education (sign. value = 0,095 > a = 0,05 ) ; (2) there isn’t any different perception on Business Entity concepts perceived from capital size (sign. value = 0,739 > a = 0,05 ) ; (3) there is any different perception on Business Entity concepts perceived from entreprenership experiences (sign. value = 0,012 < a = 0,05).

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Akuntansi , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

  a. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S. J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

  b. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakulas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

  c. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma

  d. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dhama e. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah besedia meluangkan waktu memberikan saran dan kritik yang sangat berarti dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.

  f. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd. dan Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

  g. Segenap staff pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi atas ilmu yang telah diberikan melalui perkuliahan.

  h. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu proses kelancaran dalam proses belajar selama ini. i. Seluruh pedagang di Resto Pedagang Kaki Lima Mrican dan Taman Kuliner

  Condongcatur, khususnya Bapak Totok selaku Kepala Resto PKL Mrican dan Bapak Sugiharto S.Pd., S.Sos., M.P. selaku Kepala UPTD Taman Kuliner Condongcatur yang telah membantu kelancaran penelitian. j. Seluruh keluargaku : Bapak terkasih, DS Tjihno Windryanto atas dukungan, nasihat, dan doanya, Ibu tersayang, N Nugri Mulyanti atas segala dukungan, doa, kesabaran dan perhatiannya, (terimakasih ya pak, buk, atas dukungan moril, materiil, dan spiritual yang diberikan sampai akhirnya aku lulus jadi sarjana), Dek Iko Pris H atas hiburan, semangat dan gamenya yang seru, seluruh keluarga besarku, terimakasih atas Eyang Uti, Mbah Uti, Pakde, Budhe, Om, Tante, Mas, Mbak dan Adik berikan begitu berarti untukku. k. Sahabat-sahabat terbaikku: Pascalia Vincentia M (atas segala bantuanmu, kesabaran, pinjaman bukumu yang sangat membantuku), C Rini W (atas semangat dan keceriaan yang selalu menemaniku) , Alfonsa Ika (atas semangatmu yang membara menjadi penyemangatku) , Febriantari Eka (terimakasih kamu selalu mau membantuku dengan sabar), Astri Tumanggor, Anastasia Swastika, Putri Kurnia J, Margaretha Novita, Yanita M, Barbarigo, Babbel, terimakasih atas semua dukungan, bantuan, hiburan, omelan, keceriaan dan kenangan terindah selama kuliah ini yang membuat hidupku lebih bermakna serta nasihat supaya aku segera lulus. Kalian adalah teman-teman yang hebat, terimakasih atas persahabatan yang kalian berikan selama 5 tahun ini. Walaupun nanti kita akan terpisah jarak dan waktu untuk mencari masa depan, kalian akan selalu dan tetap di hati tak akan terganti. l. Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2004 atas segala kebersamaan selama kuliah di Sanata Dharma yang tak akan pernah telupakan (aku sangat bahagia dan beruntung pernah mengenal kalian dalam hidupku) m. Mas Andreas Triatmojo atas segala perhatian, semangat, nasihat, keceriaan yang telah diberikan selama 2 tahun 8 bulan ini sebagai pelengkap hidupku sehingga semua terlihat lebih indah. n. Motor Astrea Grand ijoku yang selalu mengantar kemanapun aku pergi.

  Terimakasih atas jasamu... o. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL…………………………………….................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN………………………….................................... iii PERSEMBAHAN…………………………………………………………….. iv MOTTO………………………………………………………...…………. … v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………… vi ABSTRAK……………………………………………………………………. vii ABSTRACT…………………………………………………………………... viii KATA PENGANTAR………………………………………………………... ix DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xvi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xviii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….............

  1 A. Latar Belakang Masalah........................................................................

  1 B. Batasan Masalah…………………........................................................ 5

  C. Rumusan Masalah………………………............................................. 5

  D. Tujuan Penelitian…………………........................................................ 5

  E. Manfaat Penelitian……………………………….................................. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………..............................

  7 A. Tinjauan Teoritik……………………………….................................... 7

  1. Persepsi……………………………………......................................

  7 2. Business Entity……...........................................................................

  9 3. Pedagang Kaki Lima…......................................................................

  12 4. Pendidikan.........................................................................................

  17 5. Modal Usaha.....................................................................................

  21 6. Pengalaman Berwirausaha................................................................

  25 B. Kerangka Berfikir.................................................................................

  30 C. Perumusan Hipotesis............................................................................

  33 BAB III METODE PENELITIAN...................................................................

  34 A. Jenis Penelitian.................................................................................. .

  34 B. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................

  34 C. Subjek dan Objek Penelitian..............................................................

  34 D. Populasi..............................................................................................

  35 E. Tekhnik Pengumpulan Data..............................................................

  36 F. Operasionalisasi Variabel…..............................................................

  36 G. Uji Instrumen Penelitian....................................................................

  40 1. Uji Validitas……………………………………...........................

  40 2. Uji Reliabilitas…….......................................................................

  43 I. Tekhnik Analisis Data…......................................................................

  45 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN......................................

  51 A. Deskripsi Responden dan Deskripsi Data...........................................

  51

  B. Analisis Data.......................................................................................

  60 C. Pembahasan........................................................................................

  69 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN.......................

  76 A. Kesimpulan..........................................................................................

  76 B. Keterbatasan.........................................................................................

  77 C. Saran..................................................................................................

  78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  1. Tabel III.1 Operasionalisasi Varibel Persepsi Pedagang Kaki Lima Tentang Konsep Business Entity........................................................ 37

  2. Tabel III.2 Skor Pernyataan Persepsi Pedagang Kaki Lima Tentang Konsep

  Business Entity ..................................................................... 38

  3. Tabel III.3 Rangkuman Uji Validitas untuk Persepsi Pedagang Kaki Lima Tentang Konsep Business Entity......................................... 41 4. Tabel III.4 Tabel Batas Kelompok Dengan Menggunakan PAP II.......

  45 5. Tabel III.5 Tabel Batas Skala Perhitungan PAP II................................

  46 6. Tabel IV.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Asal Resto....................

  52 7. Tabel IV.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan......

  52

  8. Tabel IV.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Besarnya Modal Usaha

  53

  9. Tabel IV.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Berwirausaha 54

  10. Tabel IV.5 Deskripsi Persepsi Pedagang Kaki Lima Tentang Konsp Business ................................................................................... 55

  Entity

  11. Tabel IV.6 Deskripsi Persepsi Pedagang Kaki Lima Tentang Konsep Business Entity Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan.............................

  56

  12. Tabel IV.7 Deskripsi persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity Ditinjau Dari Besarnya Modal Usaha………………..

  57

  13. Tabel IV.8 Deskripsi persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity Ditinjau Dari Pengalaman Berwirausaha…….....

  59

  14. Tabel IV.9 Hasil Pengujian Normalitas Persepsi Pedagang Kaki Lima tentang Konsep Business Entity ditinju dari Tingkat Pendidikan......................................................................

  60

  15. Tabel IV.10 Hasil Pengujian Normalitas Persepsi Pedagang Kaki Lima tentang Konsep ditinju dari Besarnya Modal

  Business Entity Usaha...............................................................................

  61

  16. Tabel IV.11 Hasil Pengujian Normalitas Persepsi Pedagang Kaki Lima tentang Konsep Business Entity ditinju dari Pengalaman Berwirausaha.................................................................... 62 17. Tabel IV.12 Hasil Pengujian Homogenitas..........................................

  63

  18. Tabel IV.13 Tabel Anova Persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan…………….....

  65

  19. Tabel IV.14 Tabel Anova Persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business

  Entity Ditinjau Dari Besarnya Modal Usaha……………

  67

  20. Tabel IV.14 Tabel Anova Persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business

  Entity Ditinjau Dari Pengalaman Berwirausaha………

  68

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Data Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3 Data Induk Penelitian Lampiran 4 Anaisis Data Lampiran 5 Tabel r Lampiran 6 Tabel f Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak kita jumpai pedagang kaki lima yang menggunakan

  gerobak dan tenda untuk menjajakan dagangannya. Mereka memilih tempat dan menghiasnya dengan tulisan nama dan jenis makanan yang unik untuk dijual dengan tujuan menarik perhatian masyarakat untuk membeli. Mereka biasa berada di tempat yang strategis untuk menjajakan dagangannya, misalnya di sekitar sekolah dan kampus, di dekat pertokoan, di pinggir jalan dalam pusat kota, dan di tempat lain yang dianggap mudah untuk dilihat banyak orang.

  Pada dasarnya pedagang harus memilih suatu lokasi yang tepat agar memperoleh keuntungan yang lebih banyak, suatu kegiatan harus seefisien mungkin. Keputusan penentuan lokasi yang tepat biasanya diambil bila memenuhi kriteria: tempat yang memberikan kemungkinan pertumbuhan jangka panjang yang menghasilkan keuntungan yang layak ; tempat yang luas lingkupnya untuk kemungkinan perluasan unit produksi.

  Beberapa waktu lalu pemerintah melakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima yang berbentuk tenda dan menjadikan kawasan bebas dari pedagang kaki lima. Hal tersebut membuat banyak pedagang kehilangan lokasi usaha dan memiliki pendapatan menurun. Sehingga dibentukklah dalam suatu tempat. Lokasi yang dipilih juga tidak kalah strategis dengan lokasi usaha mereka sebelumnya.

  Dengan bermodalkan pendidikan dan uang yang cukup, para pedagang kaki lima memulai usaha dan memiliki harapan akan berkembang lebih besar menjadi sebuah warung makan yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidupnya di masa yang akan datang. Mereka mencari modal untuk memulai usaha dengan banyak cara, misalnya dengan meninjam uang pada kerabat dan sanak saudara, menjual barang-barang berharga, dan cara lainnya.

  Banyak pedagang kaki lima yang menjadikan usahanya sebagai pekerjaan sampingan dan hanya mencari kesibukan saja. Tetapi tidak sedikit pula yang menjadikan usahanya sebagai pekerjaan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Walaupun demikian, banyak dari pedagang kaki lima tersebut yang berjualan akibat keterbatasan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki.

  Seiring dengan berkembangnya jaman, ilmu pengetahuan semakin penting dan dibutuhkan sebagai bekal seseorang dalam pekerjaannya. Tak terkecuali bagi pedagang kaki lima, penerapan konsep-konsep ekonomi sangatlah dibutuhkan. Ilmu pengetahuan memberikan pengaruh yang cukup berarti bagi kelancaran usaha para pedagang tersebut. Dengan sedikitnya ilmu pengetahuan yang dimiliki, mereka kurang bisa memahami konsep dan strategi ekonomi yang benar. Khususnya konsep Business Entity yang mengatakan bahwa usaha berdiri sendiri terlepas dari modal pribadi. Konsep pengambilan keputusan. Jika tidak ada pemisahan yang jelas, maka pedagang kaki lima tidak akan tahu secara tepat prestasi dan kinerja unit bisnis yang tercermin dalam laporan keuangan yang biasanya dibuat dalam bentuk Laporan Laba Rugi. Bila tidak dipertimbangkan, hal ini akan membawa dampak yang cukup buruk karena mengakibatkan usaha tidak mampu berkembang secara pesat. Contoh penerapan konsep Business Entity adalah dengan melakukan pencatatan pada setiap transaksi yang terjadi. Baik itu merupakan penerimaan uang, pengeluaran, hutang dan sebagainya. Dan hal ini dirasa akan mempengaruhi persepsi pedagang kaki lima tentang konsep

  Business Entity .

  Namun pada kenyataannya, banyak para pedagang kaki lima tidak melakukan pencatatan terhadap pengeluaran yang digunakan dalam usaha dan pendapatan yang didapatkan dari usaha. Mereka membiarkan semua berjalan apa adanya, tanpa memprediksikan laba dan rugi usaha. Akibatnya tidak sedikit dari para pedagang kaki lima tersebut yang mengalami kerugian dan akhirnya bangkrut. Kebanyakan dari mereka yang tidak melakukan pencatatan dikarenakan kurang memahami akan pentingnya pencatatan tersebut. Sehingga tidak sedikit pula para pedagang kaki lima yang menggunakan kekayaan pribadi untuk menambah pemasukan usaha dan dijadikan modal berdagang selanjutnya. Selain itu, mereka juga menggunakan barang dagangan tanpa ada pencatatan dan pemisahan yang jelas.

  Di lain pihak, pedagang kaki lima adalah pedagang yang menjalankan mereka akan menggabungkan kekayaan pribadi dengan modal usahanya. Maka nantinya mereka akan sulit untuk mengidentifikasi laba usaha dan berkembang lebih besar.

  Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti, para pedagang kaki lima di Kelurahan Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta juga mengalami hal demikian. Oleh karena itu peneliti ingin membuat penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Pedagang kaki lima di Kelurahan Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bertemu dengan konsumen karena arena berjualan mereka teletak di daerah sekitar kampus dan sekolah di Yogyakarta. Tentu saja mereka memerlukan modal yang lebih besar untuk dapat menambah keanekaragaman jenis dagangangannya di tempat tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi pegagang kaki lima tentang konsep Business Entity.

  Selain itu dalam hal pengalaman berwirausaha. Biasanya pedagang yang sudah memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih memahami seluk beluk dunia usaha. Dan hal ini dirasa akan mempengaruhi persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity.

  Berdasarkan uraian dan fakta tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Persepsi Pedagang Kaki Lima Tentang Konsep Business Entity Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Besarnya Modal Usaha, dan Pengalaman Berwirausaha.”

  B. Batasan Masalah

  Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui bagaimana persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity. Penelitian ini memfokuskan pada tiga faktor yang diduga kuat mempengaruhi persepsi pedagang kaki lima, yaitu tingkat pendidikan, besarnya modal usaha, dan pengalaman berwirausaha.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apakah ada perbedaan persepsi pada pedagang kaki lima tentang konsep

  Business Entity ditinjau dari tingkat pendidikan?

  2. Apakah ada perbedaan persepsi pada pedagang kaki lima tentang konsep

  Business Entity

  ditinjau dari besarnya modal usaha? 3. Apakah ada perbedaan persepsi pada pedagang kaki lima tentang konsep

  Business Entity ditinjau dari pengalaman berwirausaha?

  D. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

  1. Untuk mengetahui persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari tingkat pendidikan.

  2. Untuk mengetahui persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business

3. Untuk mengetahui persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari pengalaman berwirausaha.

E. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak pengelola Universitas Sanata Dharma.

  2. Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Sejak dilahirkan, individu secara langsung dengan dunia luar. Sejak itu pula seseorang akan menerima stimulus atau rangsangan dari luar. Menurut Linda Davidoff (1981: 232) persepsi diartikan sebagai proses

  pemahaman yang terorganisir dan menggabungkan data-data indera untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita.

  Sedangkan menurut Thoha (1983:138), persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat pendengaran, penglihatan, pengkhayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi.

  Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pemahaman, menerima, pengorganisasian, dan mengimpretasikan rangsangan dari lingkungan melalui panca indra sehingga individu mengerti tentang yang diinderakan.

  Menurut Thoha (1988: 1945), faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam dan luar, yaitu:

  1. Faktor dari luar

  Prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal itu dipahami.

  b. Ukuran Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk obyek semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.

  c. Pengulangan (Repetition) Dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang diulang akan memberi perhatian yang lebih besar dibanding dalam sekali lihat.

  d. Gerakan (Moving) Prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangnya dibandingkan dari obyek yang diam.

  e. Baru dan Familiar Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi ekternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian.

  2. Faktor dari dalam a.

  Proses belajar (learning) Semua faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada suatu obyek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekompleksan kejiwaan. Kekompleksan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman atau belajar dari motivasi yang dimiliki b.

  Motivasi Selain proses belajar dapat membentuk persepsi dari dalam lainnya yang juga menentukan terjadinyapersepsi antara lain motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan persepsi.

  c. Kepribadian Dalam membentuk persepsi unsur ini sangat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu situasi.

B. Business Entity

  Business Entity atau yang lebih dikenal dengan istilah kesatuan usaha

  adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa dalam akuntansi, perusahaan dipandang sebagai suatu kesatuan usaha atau badan usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemilik dan pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan. Dengan konsep ini perusahaan menjadi pusat perhatian akuntansi dan menjadi pusat pertanggungjawaban. Dalam pelaporannya akuntansi mengambil sudut pandang bahwa perusahaan merupakan pihak yang harus melaporkan informasi keuangan kepada pemilik dan bukannya pemilik yang melaporkan pada pihak luar lainnya. Misalnya, akuntan yang bekerja pada perusahaan perorangan hanya akan melakukan pembukuan terhadap kegiatan perusahaan tersebut dan bukan terhadap kegiatan, aktiva, atau hutang. (Ahmed Riahi, Belkaovi,2000: 176)

  Akuntansi memandang pemilik sebagai pihak luar perusahaan dan karenanya transaksi pemilik dan pihak luar lainnya bukan merupakan transaksi yang menjadi objek akuntansi perusahaan yang bersangkutan. Konsep entitas usaha ini penting karena membatasi data ekonomi dalam sistem akuntansi terhadap data yang berhubungan langsung terhadap usaha.

  Dari segi akuntansi, konsep kesatuan usaha tetap harus diterapkan dalam perusahaan berbentuk perseroan ataupun tidak. Dari segi administrasi yang baik, adalah hal yang sangat penting untuk memisahkan transaksi perusahaan dengan transaksi pemilik. Meskipun perusahaan tidak berbadan hukum, dan oleh karenanya perusahaan itu tidak memiliki hak milik atas kekayaan, akuntansi tetap memandang bahwa kekayaan yang digunakan untuk tujuan perusahaan adalah kekayaan milik perusahaan dan memandang pemilik sebagai sumber adanya kekayaan tersebut (penyedia dana). Dengan pandangan ini maka sebenarnya dapat dianggap bahwa perusahaan utang kepada pemilik dan oleh karena itu harus mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut kepada pemilik. Anggapan adanya pemisahan fungsi pengelolaan dan pemilikan dalam perusahaan yang bukan perseroan menghendaki agar pemilik sebagai manajer dan pemilik sebagai pemilik dianggap orang yang berbeda dan berkedudukan terpisah. Dalam kenyataannya, hal ini sukar untuk dilaksanakan tetapi secara konsepsional operasional. Kalau pemisahan semacam itu dapat diterima secara konsepsional, maka laba perusahaan harus dianggap sebagai kenaikan kekayaan perusahaan. Kenaikan kekayaan tersebut baru menjadi laba pemilik setelah kekayaan tersebut dialihkan kepada pemilik berupa pengambilan oleh pemilik untuk kepentingan pribadi. Perbedaannya dengan badan hukum adalah bahwa dalam perusahaan perseorangan pengambilan kenaikan kekayaan tersebut tidak memerlukan tindakan yuridis resmi seperti pengumuman pengambilan deviden.

  Batasan Kesatuan Usaha

  Dengan konsep dasar kesatuan usaha persoalan yang timbul dalam akuntansi adalah menentukan batasan kesatuan usaha. Pada umumnya, yang disebut perusahaan adalah setiap usaha tertentu dengan satu pengelola (management). Konsep kesatuan usaha dalam akuntansi lebih menekankan pada kesatuan usaha ekonomik, daripada kesatuan yuridis. Karena itu untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggungjawaban keuangan, pertimbangannya adalah secara ekonomik suatu kegiatan usaha dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Secara ekonomik, seluruh perusahaan adalah merupakan satu kesatuan usaha dan karenanya standar akuntansi menghendaki agar laporan keuangan konsolidasi harus disusun. (Suwardjono,1989: 51)

C. Pedagang Kaki Lima

  Sektor informal pedagang kaki lima merupakan fenomena yang sangat menarik perhatian. Sebenarnya istilah kaki lima yang terkenal sekarang ini merupakan warisan sejarah. Sebab istilah tersebut muncul pertama kali saat pemerintahan jajahan Inggris manguasai Indonesia.

  Pada saat itu Raffles telah mengeluarkan peraturan penggunaan jalan, yakni mengharuskan agar tepi kiri dan kanan jalan selebar lima feet bagi pejalan kaki itu digunakan oleh pedagang untuk menggelar jualannya. Karena mereka berjualan di area lima feet tadi, kemudian dikenal sebagai pedagang kaki lima. (Hernawi, 1996: 50)

  Pada ukuran lebar trotoar yang waktu itu dihitung dengan memakai dasar ukuran feet, dalam istilah Bahasa Inggris diterjemahkan kaki yang berukuran 31 sentimeter lebih. Pada saat itu lebar trotoar adalah lima kaki, untuk selanjutnya orang yang berjualan di atas trotoar disebut pedagang kaki lima (Hidayat, 1978:31)

  Selain dari aspek kesejarahan, menurut Eridian (1993: 4) memberikan pengertian pedagang kaki lima adalah orang-orang dengan modal relatif kecil / sedikit berusaha untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu dalam masyarakat. Usaha itu dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana informal.

  Dalam perkembangan selanjutnya, pedagang kaki lima tidak lagi terbatas pada berjualan di atas trotoar, tetapi juga pedagang yang mengambil terminal, dan sebagainya. Jenis barang yang diperdagangkan digolongkan dalam jenis makanan, non makanan dan jasa. Alat yang digunakan dalam bejualan dapat berupa pikulan, gerobak, tenda, dan sebagainya.

  Jadi dengan demikian pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal relatif kecil berusaha di bidang produksi dan pengumpulan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu di dalam masyarakat dengan mengambil lokasi yang dianggap strategis. Ada beberapa pendapat tentang karakteristik pedagang kaki lima, yang pada dasarnya hampir sama. Seperti halnya menurut Julisar An-naf yang dikutip oleh Hidayat (1978:31-32), pedagang kaki lima memiliki ciri-ciri khusus antara lain:

  1. Bergang kaki lima umumnya merupakan mata pencaharian pokok.

  2. Para pedagang kaki lima pada umumnya tergolong angkatan kerja produktif.

  3. Tingkat pendapatan yang diperoleh relatif rendah.

  4. Sebagian besar merupakan pendatang dari daerah dan belum memiliki status kependudukan.

  5. Mereka mulai berdagang antara 5-10 tahun yang lalu.

  6. Sebelum menjadi pedagang kaki lima umumnya mereka tani dan buruh.

  7. Permodalan lemah dan omset penjualannya relatif kecil.

  8. Belum berhubungan dengan bank dalam permodalan.

  9. Umumnya mereka mempergunakan bahan pangan, sandang dan kebutuhan-kebutuhan sekunder.

  10. Pada hakekatnya mereka telah kena pajak dengan adanya retribusi meupun pungutan tidak resmi.

  Penjelasan tentang sosok pedagang kaki lima berdasarkan karakteristik menurut Hernawi (1996:53) adalah :

1. Berusaha di kaki lima pada umumnya bukan pekerjaan yang dicita- citakan.

  3. Tingkat pendidikan mereka relaif rendah.

  4. Sebagian besar dari mereka adalah pedagang dari luar kota dan belum mendapat status sebagai penduduk parlemen.

  5. Sebelum terjun di kaki lima mereka pada umumnya berprofesi sebagai petani atau buruh rendah.

  6. Modal diusahakan sendiri dan tidak punya hubungan dengan lembaga keuangan perbankan.

  7. Modal yang dimiliki sangat terbatasdemikian pula dengan omset usaha serta profit yang diperoleh.

  8. Kemampuan kewirausahaan relatif rendah demikian pula kemampuan dalam pemupukan modal.

  9. Jenis dagangannya sangat variatif , namun yang cukup dominan adalah jenis pangan, sandang dan jenis kebutuhan sekunder lainnya.

  10. Pada dasarnya mereka ikut terkena pajak dengan adanya retribusi dan berbagai jenis pungutan lainnya.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kota Bandung Peneliti Fisipol UNPAR Bandung yang dikutip oleh Eridian (1993:28-29) memberikan ciri/karakteristik pedagang kaki lima sebagai berikut:

  1. Sesuai dengan istilah pedagang, walaupun dalam hal ini istilah pedagang kadang-kadang juga produsen, sekaligus pedagang. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa pedagan kaki lima berkecimpung apa yang dinamakan sektor informal.

  2. Perkataan “kaki lima” memberikan konotasi bahwa umumnya menjajakan barang-barang dagangan pada gelaran tikar di pinggir jalan atau depan toko-toko yang dianggap strategis. Kelompok pedagang yang menggunakan meja untuk berdagang, kereta dorong, dan kios-kios kecil masih kita golongkan pada kelompok pedagang kaki lima.

  3. Para pedagang umumnya menjajakan bahan mekanan, barang- barang konsumsi secara eceran.

  4. Para pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil.

  5. Pada umumnya kualitas barang-barang yang diperdagangkan oleh para pedagang kaki lima relatif rendah.

  6. Volume omset pedagang pedagang kaki lima relatif tidak begitu besar.

  7. Para pembeli umumnya adalah merupakan pembeli berdaya beli rendah.

  8. Pada umumnya usaha pedagang kaki lima merupakan “family

  enterprise ” dimana istri dan anak-anak turut membentu dalam

  9. Kalau pedagang kaki lima kita golongkan pada “enterprise” maka

  usaha-usaha tersebut menunjukkan sifat-sifat khusus “one man

  enterprise ” atau dalam bahasa Belanda “ummanzal.”

  10. Tawar menawar (bargaining) antara penjual dan pembeli merupakan relasi ciri usaha pedagang kaki lima.

  11. Sebagian dari pedagang kaki lima melaksanakan pekerjaannya secara penuh, yaitu secara full job, sebagian lagi setengah jam kerja atau waktu senggang dalam rangka mencapai pendapatan nasional.

  12. Ada pedagang kaki lima yang melaksanakan pekerjaannya secara musiman dan kerap kali jenis harganya berubah-ubah.

  13. Barang yang umumnya dijual pedagang kaki lima merupakan apa yang dalam ilmu marketing dinamakan “convenience goods” jarang sekali mereka memperdagangkan “specially goods” 14. Pedagang kaki lima pada umumnya ada dalam suasana perasaan tidak tenang. Seringkali mereka diliputi perasaan takut kalau-kalau usaha mereka diberhentikan oleh TIBUM (Tim Penertib Umum) sehingga mereka bermain kucing-kucingan dengan pihak yang berwajib.

  15. Masyarakat umum beranggapan, bahwa pedagang kaki lima adalah kelompok yang menduduki status sosial yang rendah dalam tangga kemasyarakatan, walaupun hati kecil mereka mengakui bahwa kelompok ini memenuhi kebutuhan tertentu.

  16. Mengingat faktor yang bertentangan dengan kepentingan, maka kelompok pedagang kaki lima merupakan kelompok yang sulit bersatu dalam bidang ekonomi walaupun perasaan setia kawan cukup kuat.

  17. Jam dan waktu kerja pedagang kaki lima tidak menujukkan pola yang yang tetap yang mana merupakan salah satu ciri perusahaan perseorangan.

  18. Pada pedagang kaki lima terdapat jiwa enterprenurship yang kuat, walaupun faktor saling mengintimidasi usaha pedagang yang lain berhasil cukup dilakukan secara intensif. Walaupun pedagang kaki lima merupakan sektor pinggiran namun eksistensi sektor ini memberikan banyak kesempatan kerja yang umumnya sulit didapat di negara-negara berkembang. Dipandang dari segi keamanan, sektor ini bisa berfungsi sebagai katup pengaman yaitu memberikan kesempatan kesibukan kerja usaha kecil-kecilan dengan usaha dagang atau akan timbul banyak kekerasan dan rasa tidak puas. Dengan demikian dunia pedagang kaki lima menduduki fungsi ekonomi kota sekaligus turut membantu menciptakan kehidupan sosial ekonomi kota yang selaras dan serasi.

  1. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki pedagang kaki lima:

  • Pedagang kaki lima memberikan kesempatan kerja yang umumnya sulit didapat pada negara-negara sedang berkembang. Merupakam mata rantai terakhir, mengingat sifatnya sebagai pedagang eceran dalam jaringan distribusi produsen ke konsumen akhir.
  • Dalam prakteknya mereka biasa menawarkan barang dan jasa dengan harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani masalah pajak.
  • Sebagian besar masyarakat kita lebih senang berbelanja pada pedagang kaki lima mengingat faktor kemudahan dan barang- barang yang ditawarkan relatif murah (terlepas dari perkembangan kualitas) Selain itu juga dimungkinkan pembelian secara kredit jika sudah terjalin hubungan timbal balik antara penjual dan pembeli.

  2.Kelemahan-kelemahan yang dimiliki pedagang kaki lima:

  • Mereka dapat dimasukan ke dalam kelompok marginal dan sub marginal dengan modal kecil, sehingga laba yang dihasilkan juga kecil. Padahal banyak anggota keluarga yang tergantung pada hasil dan laba tersebut. Oleh karena itu terciptalah keadaan dimensi hasil yang mereka capai pas-pasan untuk sekedar hidup.
  • Disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan tekhnikal training maka unsur efisiensi kurang mendapat perhatian seperti masalah populasi dan faktor higienis sebagai produk sampingan yang negatif.
  • Di kalangan pedagang kaki lima sering terdapat faktor imidasi yang berlebihan, menyebabkan suatu jenis usaha tertentu menjadi terlampau padat.
  • Seringkali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga tinggi yang berlebih-lebihan, sehingga menyebabkan citra/image masyarakat tentang keberadaan pedagang kaki lima kurang begitu positif. (Adi Sasono,1980:62-64)

D. Pendidikan

  1. Pengertian Pendidikan Pada umumnya sementara orang beranggapan bahwa bila berbicara masalah pendidikan maka orientasinya ke dunia sekolah. Mereka kurang menyadari bahwa pendidikan seseorang diperoleh tidak hanya melalui pendidikan sekolah saja, tetapi dari luar sekolah seperti keluarga, kelompok belajar dan masyarakat. Hal ini membawa konsekuensi yang lebih luas yakni proses pendidikan bukan berarti hanya belajar di sekolah, tetapi dapat berlangsung satiap saat dan dimanapun.

  Pengertian pendidikan menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang (1995:5) adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribabdiannya dengan jalan membina potensi pribadinya.

  Yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta ketrampilan).

  Pendidikan mempunyai arti yang berbeda-beda, karena itu semua tergantung dengan deinisi yang dikemukakan oleh para ahli. Akan tetapi pengertian dari definisi tersebut mempunyai arti yang hampir sama.

  • Menurut Heidjrachman et al (2000:77)

  Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.

  Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai standar yang telah ditetapkan.

  Dari beberapa definisi tentang pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah penyiapan seseorang untuk memasuki kehidupan di masa yang akan datang yang dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan.

  2. Pendidikan Sekolah dan Luar Sekolah Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan merupakan bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dalam masyarakat industri, dunia kerja menuntut tenaga kerja yang terlatih profesional dan memiliki keahlian serta ketrampilan tertentu. Untuk memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, lembaga-lembaga pendidikan baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal merupakan tempat latihan dan pengembangan bagi tenaga kerja yang kompeten. (Wuraji, 1988:37)

  Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang (1995:7) mengemukakan tetang pembagian pendidikan adalah sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DITINJAU DARI PERSPEKTIF PEDAGANG ( Studi Kasus Kawasan Pedagang Kaki Lima di Jl. Arjuna, Kota Bandung )

0 19 6

ANALISIS MOBILITAS SIRKULER PEDAGANG KAKI LIMA DI KECAMATAN KARTASURA Analisis Mobilitas Sirkuler Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Kartasura.

0 4 18

ANALISIS MOBILITAS SIRKULER PEDAGANG KAKI LIMA DI KECAMATAN KARTASURA Analisis Mobilitas Sirkuler Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Kartasura.

0 2 17

KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK : Studi Deskriptif Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang.

0 1 35

KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK: Studi Deskriptif Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang.

0 1 35

KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK : Studi Deskriptif Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang.

0 2 36

STRATEGI BISNIS PEDAGANG KAKI LIMA ( Studi pada Pedagang Kaki Lima di FoodCourt Urip Sumaharjo Surabaya).

2 8 133

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURABAYA ( Studi : Pedagang Kaki Lima di Taman Bungkul Surabaya) - Unika Repository

0 1 17

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURABAYA ( Studi : Pedagang Kaki Lima di Taman Bungkul Surabaya) - Unika Repository

0 7 21

KECEMASAN PEDAGANG KAKI LIMA TENTANG KEGAGALAN USAHA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP KEBIJAKAN RELOKASI TEMPAT

0 0 15