PENGHARUH PERBEDAAN STATUS ANTARA GURU PNS DAN GURU HONORER TERHAPADAP LOYALITAS MENGAJAR DI MAN 1 SALATIGA - Test Repository

  

PENGARUH PERBEDAAN STATUS

ANTARA GURU PNS DAN GURU HONORER

TERHADAP LOYALITAS MENGAJAR DI MAN I SALATIGA

TAHUN AKADEMIK

2008/2009

  Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Saijana (S. Pdi)

  Dalam Ilmu Tarbiyah

  

SKRIPSI

  Disusun oleh: Nama : AHMAD MAHSUN Nim :11105019

  

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

  

2009

  DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. 0298 323706,323433 Salatiga 50721 Website:

DEKLARASI

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 28 Agustus 2009 Penulis,

  f* S AHMAD MAHSUN

  11105019

  DEPARTEMEN AGAMA RI SAEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. 0298 323706, 323433 Salatiga 50721 Website: www. stainsalatiga.ac. id e-mail: administra^staiasalatigjL^id

PENGESAHAN KELULUSAN

  Skripsi Saudara Ahmad Mahsun dengan Nomor Induk Mahasiswa 11105019 yang berjudul "Pengaruh Perbedaan Status Antara Guru PNS dan Guru Honorer Terhadap Loyalitas Mengajar di MAN I Salatiga Tahun Akademik 2008/2009" telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 12 September 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar

  Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

  .

  22 Ramadhan 1430 H Salatiga,---------------------------

  12 September 2009 M

  

Panitia Ujian

Ketisa Sidang Sekretaris Ujian r. Imam Sutomo, M.A r. Muh. Saerflzi, M.Ag

  IP. 19580827198303 1 .19660215199103 1 001 enguji II Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd ugronjo, S. Sos., M.A NIP. 19681104199803 1 003 1104199903 1 002

Pembimbing

NIP. 19670307199403 1 002

  D E P A R T E M E N A G A M A RI S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Website :

  Drs. Abdul Syukur, M.Si DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudara Ahmad Mahsun Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Ahmad Mahsun NIM : 111 05 019

  Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul : PENGARUH PERBEDAAN STATUS ANTARA

  GURU PNS DAN GURU HONORER TERHADAP LOYALITAS MENGAJAR DI MAN 1 SALATIGA TAHUN AKADEMIK 2008/2009

  Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.

  Salatiga, 20 Agustus 2009

  

iii j a d i l a h

  V

  

MOTTO

'

  a n g t e r b a i k

  • 'DAN BERIKANLAH VANS TERBAIK'

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

  1. Ilahi Rabbi tempat penulis mengabdi, memuji, bersyukur, berkeluh kesah dan memohon pertolongan dalam mengarungi samudera kehidupan ini.

  2. Uswah Khasanah Rasulluallah Muhammad SAW yang telah menunjukkan dan menuntun umatnya ke jalan yang diridhaiNya {Si r at hal Mustaqim).

  3. Sang pengokoh hidup, Ayah dan Ibu, yang menjadi "Rumah Jiwa" bagi penulis dan mampu menjadi "Istana Inspirasi" merubah dan membentuk hidup ini menjadi insan yang bermakna.

  4. Mamas dan mbak (mas Syafi’i dan mbak Nely), adik dan keponakan tercinta (Emy dan Nisa), kakek dan nenek yang ada di jawa dan di Lampung, seluruh sanak saudaraku yang selalu memberikan dukungan dan do'anya, spesial untuk 'Wanita Sholikhahku" (Khusnul Walidah) yang selalu memotivasi dalam perjuangan mewujudkan harapan hidup dan cita- cita ini.

  5. Kepada Bapak Abdul Syukur yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.

  6. Kepada Ustadz M.. Hafidz M. Ag yang telah mengarahkan kami dalam memaknai hidup ini.

  7. Sahabat-sahabat karibku di Ma'had Mahasiswa yang senasib seperjuangan, tetaplah semangat untuk berjuang menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik.

  8. Sahabat-sahabati seperjuangan KKN Desa Daleman Kidul, memorikan selalu saat-saat kebersamaan kita.

  9. Sahabat-sahabati PAI "A" yang terus semangat dan optimis menggapai cita-cita serta menjalin ukhuwah kebersamaan.

  10. Sahabat-sahabati Mahasiswa STAIN Salatiga seperjuangan dalam melaksanakan amanah orang tua untuk berkecimpung dalam khazanah keilmuan.

KATA PENGANTAR

  Segala puji milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga mampu mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ini.

  Shalawat dan salam penulis sanjungkan ke hadirat usawatun liasanah yaitu Rasulullah Muhammad SAW yang telah mendidik dan membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi olehNya (Sirathal Mustaqim) amin.

  Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah keilmuan dan dapat dijadikan pijakan untuk mengembangkan desain pembelajaran yang menghargai subyek didiknya. Penulis juga berharap adanya masukan, kritikan membangun yang dapat membantu pangembangan tulisan ini kedepannya dan pengembangan potensi ilmu bagi penulis secara pribadi dan pembaca umumnya.

  Segenap rasa syukur, penulis haturkan, karena dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menempuh program SI di STAIN Salatiga. Rasa syukur ini penulis juga haturkan dalam bentuk rasa terima kasih kepada:

  1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Abdul Syukur sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

  3. Para Dosen dan Karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan jalan ilmu dan pelayanan.

  4. Kepada semua insan yang telah menjadi inspirasi, motivasi, penyemangat yang tidak dapat penulis satu per-satu.

  

DAFTAR 1S1

  

  

   KATA PENGANTAR..................................................................................... ! ...vii

  

  BAB I: PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  BAB III: GAMBARAN MAN I SALATIGA

  BAB IV:ANALISIS DATA DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

ABSTRAK

  Ahmad Mahsun (11105019) PENGARUH PERBEDAAN STASTUS ANTARA GURU PNS DAN GURU HONORER TERHADAP LOYALITAS MENGAJAR DI MAN 1 SALATIGA TAHUN AJARAN 2008/2009.

  Pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan potensi diri manusia. Kegiatan belajar mengajar adalah rutinitas kegiatan yang dilakukan secara aktif oleh pendidik dan subyek didik. Semangat juang dan loyalitas mengajar adalah bekal dalam melaksanakan amanah mulia ini. Disiplin ilmu dan disiplin peraturan merupakan kewajiban yang harus dijunjung tinggi. Tetapi dalam realitas yang terjadi dalam dunia pendidikan tidak sedemikian. Penulis tertarik meneliti loyalitas guru karena hal ini sangat penting untuk penguatan loyalitas guru. Loyalitas harus selalu ditingkatkan dalam mengemban amanah sebagai guru dan demi mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Penelitian ini akan mencoba untuk meneliti loyalitas yang dimiliki guru PNS dan Honorer dalam mengajar.

  Penelitian ini bersifat kuantitatif. Peneliti menggunakan metode angket sebagai metode pokok dalam mendapatkan gambaran umum tentang loyalitas guru PNS dan Honorer. Adapun hasil temuan dari penelitian ini, yaitu loyalitas guru PNS lebih loyal dalam mengajar daripada guru Honorer.

  Key Word: Status Guru dan Loyalitas Mengajar.

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Kagiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan 9 tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional kependidikan dilaksanakan oleh para tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar. Tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar itu adalah guru untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah; dosen untuk jenjang pendidikan tinggi. Untuk melaksanakn profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan guru yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.

  Secara umum guru itu harus memenuhi dua katagori yaitu mamiliki

  Capability

  dan Loyality. Capability yakni guru itu harus memiliki kemampuan f dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritis tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi. Sementara Loyality keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga sebelum dan sesudah kelas. (Dede

  • * Rosyada, 2007: 111)

  1 Dalam pendapat ahli pendidikan, guru adalah Teacher is a person who

  

causes a person to know or be able to do something or gives a person

knowledge or skill,

  artinya guru adalah seorang yang menyebabkan orang lain mengetahui atau mampu melaksanakan sesuatu atau yang memberikan pengetahuan atau keterampilan kepada orang lain. (Ny. Roestiyah N.K., 1986:176-177).

  Perlu kita ketahui, bahwa kita memang mempunyai dua status guru, yaitu Guru "Negeri dan Guru Swasta (Honorer). Guru Negeri dikatakan sebagai guru yang sudah menjadi Pegawai Negeri, yang digaji oleh Negara. Sedangkan Guru Swasta (Honorer) adalah guru yang digaji oleh sekolah atau yayasan. Ini memang sebuah perbedaan, tetapi sebenarnya jika diakui ini bukanlah suatu perbedaan. Ini adalah keragaman guru yang ada di Negara ini.

  (Muhamad Saroni, 2006 135).

  Meskipun seseorang dikatakan sebagai Guru Negeri, namun obyek pekeijaan yang dijalankan sebenarnya tidak berbeda dengan obyek yang dikerjakan oleh Guru Swasta (Honorer), yaitu mendidik dan mengajar para siswa sehingga menjadi disiplin, pandai, cakap dan sebgainya. Kedua status ini menjalankan tugas yang sama. Bahkan bisa jadi Guru Swasta (Honorer) memiliki komitmen dan loyalitas yang lebih dari pada Guru Negeri. Sebab sekolah dimana mereka mengajar adalah sawah ladang mereka. Sehingga mereka mempunyai kesadaran sekuat tenaga untuk mengambangkannya, menjaga kualitas pendidikannya dan menjaga-kepercayaan masyarakat. Yang mana hal itu juga dapat kita ketahui dari banyaknya jam mengajar yang mereka ampu.

  f

  Sedangkan Guru Negeri (PNS), mereka adalah guru yang digaji oleh Negara. Yang mana mereka harus memiliki komitmen dan loyalitas yang lebih tinggi dari pada Guru Swasta (Honorer). Disiplin PNS harus senantiasa dijaga.

  Disiplin itu jangan pernah melemah karena beranggapan bahwa PNS itu masuk atau tidak masuk kerja, bekerja atau tidak bekerja dengan baik tetap dibayar. Setiap PNS harus menyadari bahwa gaji yang diperoleh berasal dari uang rakyat. Karena itu, PNS harus memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada rakyat dengan kinerja yang baik.

  Selanjutnya, bagaimanakah dengan kualitas guru negeri (PNS) yang digaji lebih besar berlipat-lipat dari pada guru swasta (Honorer)? Apakah kualitas guru PNS lebih baik dari guru swasta (Honorer)? Tentu sangat relatif.

  Bertumpu pada masalah di atas juga menurut pertimbangan penulis bahwa antara guru PNS dan guru Honorer terjadi perbedaan loyalitas dalam mengajar, hal itu bisa jadi karena dipengaruhi oleh pemahaman tentang disiplin guru dan perbedaan status yang mereka sandang. Maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perbedaan status antara guru PNS dan guru Honorer, dalam hal ini penulis mengambil judul:

  

“PENGARUH PERBEDAAN STATES ANTARA GURE PNS DENGAN

GERE HONORER TERHADAP LOYALITAS MENGAJAR DI MAN I

SALATIGA TAHEN 2008/2009”.

B. Penegasan Istilah

  Setiap istilah yang termaktub dalam judul ini, secara terperinci perlu penulis jelaskan sesuai dengan interprestasi yang dimaksud, sehingga terhindar dari penafsiran-penafsiran yang kurang sesuai dengan konteks pembahasan dalam judul ini, lebih dari itu agar pembaca dapat memahami makna istilah pada setiap variabel penelitian.

1. Guru PNS

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, Guru diartikan orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Kata Guru yang dalam Bahsa Arab disebut Mu'alim dan dalam Bahsa Inggris

  Teacher,

  itu memeng memiliki arti yang sederhana, yaitu: A person whos

  occuptin is teaching others (Mcleod, 1989). Artinya, Guru adalah

  seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Guru yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar (UUPSN tahun 1989 Bab VU pasal 27 ayat 3). (Muhibbin Syah, 195: 223-224).

  Sedangkan dalam pendapat Sardiman, Guru adalah tenaga professional di bidang kependidikan yang mempunyai tugas mengajar, mendidik dan membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berpribadi (Pancasila). (Sardiman, 1994: 148). PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah Karyawan; Anggota Personalia (kantor; pekerja resmi Negara atau

  Pemerintah), yang berstatus negeri, dan digaji oleh Negara. (Tim Prima Pena, 2006: 364). Jadi, dalam penelitian ini yang dimaksud penulis Guru

  PNS adalah tenaga pendidik yang berstatus negeri (Pegawai yang digaji oleh Negara) yang pekerjaan utamanya mengajar.

  2. Guru Honorer

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata honorer mempunyai arti sebagai berikut: a. Bersifat sebagai kehormatan, anggota-, wasit.

  b. Yang menerima honorarium (bukan gaji tetap), pegawai-, guru. ( WJS.

  Poerwdarminto, 1991: 312). Dengan demikian, dalam penelitian ini yang dimaksud penulis tentang Guru Honorer adalah tenaga pendidik yang menerima Honorarium (bukan gaji tetap), yang pekerjaan utamanya mengajar.

  3. Loyalitas Mengajar

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Loyalitas (kata benda) berarti kesetiaan, ketaatan, kepatuhan. ( WJS. Poerwdarminto, 1991: 533)..

  Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. (Muh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, 1993: 6).

  Sedangkan menurut Sardinian AM., mengajar adalah menemukan pengetahuan kepada anak didik dengan suatu harapan terjadi proses pemahaman. ( Sardinian AM., 1992: 47).

  Dalam penelitian ini yang penulis maksudkan dengan Loyalitas Mengajar adalah kesetiaan, kepatuahan dan ketaatan membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Loyalitas Mengajar tesebut di atas penulis batasi dengan indikator sebagai berikut: a. Disiplin melaksanakan peraturan sekolah.

  1. Mengikuti kegiatan upacara bendera.

  2. Mengikuti kegiatan rapat guru.

  3. Mengenakan seragam guru sesuai peraturan.

  4. Datang dan meninggalkan sekolahan sesuai peraturan.

  5. Melaksanakan piket guru sesuai jadwal.

  6. Menjaga nama baik almamater sekolah

  b. Disiplin dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

  1. Menggunakan kurikulum yang sesuai

  2. Mengelola kelas dengan baik 3. Tepat waktu dalam mengawali dan mengakhiri KBM.

  4. Bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar mengajar.

  5. Berorientasi pada tugas, kewajiban dan pekeija keras.

  6. Bekerja baik sesuai kemampuannya.

  7. Semangat dan pantang menyerah dalam mendidik.

C. Rumusan Masalah

  Bardasarkan uraian dari latar belakang masalah dan penegasan istilah di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa pokok permasalahan atau Basic Question dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah gambaran status Guru di MAN 1 Salatiga tahun 2008/2009?

  2. Adakah pengaruh perbedaan status Guru PNS dengan Guru Honorer terhadap Loyalitas mengajar mereka di MAN 1 Salatiga tahun 2008/2009?

D. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui data persebaran Guru di MAN 1 Salatiga tahun 2008/2009.

  2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh status Guru PNS dengan Guru Honorer terhadap Loyalitas mengajar di MAN I Salatiga tahun 2008/2009.

E. Hipotesis

  Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

  (Suharsimi Arikunto, 1991: 62). Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. (Sutrisno Hadi, 1981:63).

  Sedangkan menurut Moh. Nadzir, hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar keija serta panduan dalam verifikasi. (Moh. Nadzir, 1983: 182).

  Dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah ada pengaruh positif dari perbedaan status antara Guru PNS dengan Guru Honorer terhadap Loyalitas Mengajar, yaitu “Guru PNS dapat dikatakan lebih loyal dalam mengajar dari pada guru honorer” di MAN 1 Salatiga tahun 2008/2009.

F. Metode Penelitian

  1. Populasi dan Sampel

  a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Suharsimi

  Arikunto, 1991: 115). Sementara menurut Sutrisno Hadi, populasi adalah semua kenyataan yang diperoleh dari sampel hendak digeneralisasikan. (Sutrisno Hadi, 1981: 70). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di MAN I Salatiga tahun 208/2009. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 26 guru yang terdiri dari 18 guru PNS dan 8 guru Honorer.

  b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. (Suharsimi Arikunto, 1991: 177). Yang dianggap mewakili dari populasi yang diambil. Dalam mengambil jumlah sampel penelitian, peneliti merujuk pada pendapat Suharsimi Arikunto sebagai berikut:

  “ untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitain populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. (Suharsimi Arikunto, 1991: 120).

  Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 8 guru PNS dan 8 guru Honorer.

2. Tehnik Pengumpulan Data

  a. Metode Angket atau Questioner, merupkan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Suharsimi Arikunto, 1991: 70). Teknik ini peneliti lakukan dengan menggunakan angket yang tujuannya untuk mengetahui loyalitas mengajar guru MAN I Salatiga tahun 2008/2009.

  b. Metode Observasi Adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar.

  (Suharsimi Arikunto, 1991: 177). Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi sekolah dan pada saat pengisian angket.

  c. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 1991: 236). Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa, guru, karyawan dan gambaran global mengenai latar belakang sekolah.

3. Teknik Analsis Data

  Dalam menganalisis data penelitian ini, penulis telah terlebih dahulu memisahkan antara variabel pengaruh (variabel XI dan X2) tentang Guru PNS dengan Guru Honorer dan variabel terpengaruh (variabel Y) tentang loyalitas mengajar.

  Setelah data-data terpisah, penulis melanjutkan langkah penganalisaan yang terdiri dari dua tahap yaitu: a. Analisis Awal

  Untuk menganalisa data tentang Guru PNS dengan Guru Honorer dan loyalitas mengajar dengan analisis persentase, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  P = — X 100% N

  Keterangn: P = Prosentase angka yang dicari F = Frekuensi jawaban yang dipilih N = Jumlah individu yang menjadi sampel 100% bilangan konstan b. Analisis lanjut

  Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan status antara Guru PNS dengan Guru Honorer terhadap loyalitas mengajar, penulis menggunakan rumus Chi-Kuadrat ( X ) yaitu:

  » - / , ) 2 Z

  (

  /* Keterangan:

  

f o —V rekuensi Observasi

f h = Frekuensi Harapan

  11

SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Penegasan Istilah C. Pokok Masalah D. Tujuan Penelitian E. Hipotesis F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. GURU PNS Pengertian Guru PNS B. GURU HONORER Pengertian Guru Honorer C. LOYALITAS MENGAJAR Pengertian Loyalitas Mengajar D. TINJAUAN KINERJA GURU

  1. Pengertian Kinerja

  2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru

  3. Prinsip-prinsip Dalam Mengajar

  4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Mengajar

  5. Wujud Loyalitas Dalam Mengajar

  12 E. NORMA PROFESI GURU

  1. Kompetensi Professional Guru

  2. Tugas dan Peran Guru

  F. HUBUNGAN ANTARA STATUS DENGAN LOYALITAS MENGAJAR

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM MAN I SALATIGA

  1. Identitas Sekolah

  2. Sejarah Singkat Berdirinya MAN I Salatiga

  3. Gambaran guru dan karyawan

  4. Gambaran Siswa dan Fasilitas Sekolah

  5. Srtuktur Organisasi MAN I Salatiga

  B. TEMUAN PENELITIAN

  BAB IV ANALISIS DATA A. ANALISIS PENDAHULUAN B. ANALISIS LANJUT BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN-SARAN C. PENUTUP

  

13

  

BABU

KAJIAN PUSTAKA

A. Guru PNS

  Pandidikan itu pada hakekatnya adalah kesadaran untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan satu-satuya jalan untuk menyebarluaskan keutamaan, mengangkat harkat dan martabat manusia serta menanamkan nilai kemanusian.

  Sebagai lembaga pendidikan formal sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik siswanya. Untuk itu sekolah menyelanggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) sebagai saran mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap siswanya. Ia mempunyai peran penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan siswa-siswinya.

  Dalam ilmu pendidikan, persoalan yang berkenaan dengan guru dan jabatan guru senantiasa menjadi salah satu hal pokok bahsan yang mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah ilmu pendidikan yang begitu luas dan kompleks. Salah satu problem yang sering diperbincangkan adalah mengenai status guru, yaitu guru dengan status negeri dan honorer. Dimana dari realitas yang diketahui, status juga sebagai pemicu yang dapat membangkitkan minat dan motivasi mengajar. Minat dan motivasi mengajar tersebut dapat diketahui dari hasil kineija guru, dan loyalitas dalam mengajar adalah bentuk perwujudan nilai kineija guru dalam mengajar.

  

14 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, Guru diartikan orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Kata Guru yang dalam Bahsa Arab disebut Mu'alim dan dalam Bahsa Inggris Teacher, itu memeng memiliki arti yang sederhana, yaitu: A person whos occuptin is

  teaching others

  (Mcleod, 1989). Artinya, Guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Guru yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar (UUPSN tahun 1989 Bab YII pasal 27 ayat 3). (Muhibbin Syah, 195: 223-224).

  Sedangkan dalam pendapat Sardiman, Guru adalah tenaga profesional di bidang kependidikan yang mempunyai tugas mengajar, mendidik dan membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berpribadi (Pancasila). (Sardiman, 1994:148).

  PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah Karyawan; Anggota Personalia (kantor; pekerja resmi Negara atau Pemerintah), yang berstatus negeri, dan digaji oleh Negara. (Tim Prima Pena, 206: 364).

  Jadi, dalam penelitian ini yang dimaksud penulis Guru PNS adalah tenaga pendidik yang berstatus negeri (Pegawai yang digaji oleh Negara) yang pekerjaan utamanya mengajar.

  Subyek didik atau siswa adalah bagaikan sawah dan ladang yang harus digarap oleh seorang guru. Mengajar, mendidik dan membimbing siswa adalah tugas mulia yang diembannya dan sebagai profesi yang harus dipertanggung jawabkannya. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, seorang guru negeri (PNS) memiliki aturan dan tata tertib serta kode etik yang harus

  15 dipatuhi dan di junjung tinggi sebagai acauan dalam menjalankan profesinya. Disiplin peraturan dan bertanggung jawab terhadap tugasnya adalah suatu bekal yang harus dipegang erat dalam usaha mendidik siswa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini.

B. Guru Honorer

  Tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau Pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Peraturan Pemerintah Tentang

  Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai Negri Sipil )

  Guru Honorer adalah tenaga pendidik yang menerima Honorarium (bukan gaji tetap), yang pekeijaan utamanya mengajar.

  Mengajar bukanlah suatu pekeijaan yang sangat mudah, profesionalisme keguruan adalah bekal yang menuntun seorang guru dalam mendidik siswa.

  Guru adalah teladan bagi siswanya, setiap kebiasaan apapun yang dilakukan guru kemungkinan besar akan ditiru oleh anak didiknya. Disiplin ilmu, disiplin administrasi dan disiplin terhadap aturan profesi keguruan adalah acuan seorang guru dalam menjalankan tugas mulianya. Tanpa adanya pedoman keguruan, seorang guru akan melaksanakan amanahnya dengan semaunya sendiri tanpa melihat dampak/akibat negatif yang akan teijadi pada siswanya. Gaji (honorium) bukanlah suatu kendala atau permasalahan bagi guru honorer (swasta) dalam mengabdi dan menjalankan profesinya sebagai

  

16 seorang penddik. Mereka akan tetap loyal, semangat dan bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru.

  Prinsip mereka adalah ketulusan hati dalam mendidik, kinerja baik yang mereka kerjakan tentunya akan membuahkan hasil yang baik pula.

C. Loyalitas Mengajar

  1. Pengertian Loyalalitas Mengajar Loyalitas mengajar adalah suatu kesetiaan seseorang pengajar

  (guru) kepada tugas yang diembannya yaitu memberikan pelajaran kepada anak didiknya.

  Loyalitas profesi tidak lain adalah atribut bagi seorang guru yang setia pada profesinya dengan terus belajar dan menerapkan kompetensinya sehingga memberikan nilai tambah bukan hanya pada diri sendiri tapi bagi lingkungan dimana pun dia berada. Khususnya bagi seorang pengajar adalah seorang guru yang setia dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati untuk mengajar anak didiknya.

  Guru dengan status negeri berbeda dengan guru honorer (swasta). Perebedaan itu nampak pada kesejahteraan yang diberikan pemerintah kepadanya. Dengan gaji yang bisa dikatakan sudah cukup jika untuk memenuhi kebutuhan hidup keseharian, dan berbagai tunjangan yang diberikan pemerintah, guru PNS harus memilki loayalitas dan tanggung jawab yang lebih dalam melaksanakan tugasnya dari pada guru yang berstatus honorer (swasta). Loyalitas tersebut dapat diketahui dari kinerja

  

17 guru, disiplin adminstrasi, disiplin ilmu dan kepatuhan terhadap kode etik keguaruan serta kepatuhan untuk melaksanakan peraturan-peraturan yang diterapkan desekolah.

D. Tinjauan Kinerja Guru

  1. Pengertian Kinerja Mangkunegara (2004: 67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

  Sulistiyani dan Rosyidah (2003: 223) menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.

  Secara definitif Bemandin dan Russell dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003) juga mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. (Hasibuan, 2005: 87).

  Menurut Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2005), penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.

  18 Kineija guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kineija guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah.

  Berkaitan dengan kineija guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terdapat Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

  Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.

  Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kineija guru menurut Siswanto (2003: 234) adalah sebagai berikut: a. Kesetiaan

  Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab. b. Prestasi Keija Prestasi keija adalah kineija yang dicapai oleh seorang tenaga keija dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

  c. Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga keija dalam menyelesaikan tugas dan pekeijaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat resiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk melakukan secara layak apa yang telah diwajibkan padanya. (Westra

  1997: 291). Untuk mengukur adanya tanggung jawab dapat dilihat dari:

  1) Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan kerja.

  2) Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar. 3) Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya.

  d. Ketaatan Ketaatan adalah kesanggupan seseorang untuk menaati segala ketetapan, peraturan yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang.

  20 e. Kejujuran Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga keija dalam melaksanakan tugas dan pekeijaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

  f. Kerja sama Kerja sama adalah kemampuan tenaga keija untuk bekeija bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekeijaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

  g. Prakarsa Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga keija untuk mengambil keputusan langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasan.

  h. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina dan membimbing guru untuk melaksanakan KBM terutama kegiatan merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran mengarah pada tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan

  21 pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru Kinerja Guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik. Pidarta (1995) dalam Saerozi (2005: 2) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu :

  a. Kepemimpinan kepala sekolah,

  b. Fasilitas kerja,

  c. Harapan-harapan, dan d. Kepercayaan personalia sekolah.

  3. Prinsip-Prinsip Dalam Mengajar Mengajar bukanlah tugas yang ringan bagi seorang guru.

  Mengingat tugas yang berat, maka seorang indvidu harus memiliki prinsip. Dalam hal ini terdapat beberapa macam prinsip dalam mengajar, namun di sini penulis menguraikan lima prinsip diantaranya adalah: a. Perhatian

  Dalam mengajar seorang guru dapat membangkitkan perhatian anak terhadap pelajaran yang telah diberikan. Perhatian ini dapat teijadi secara lengsung maupun tidak langsung. Dikatakan secara langsung karena pada anak sudah ada kesadaran akan tujuan dan

  22 kegunaan akan pelajaran yang telah diperoleh. Sedangkan perhatian yang tidak secara langsung akan muncul bila dirangsang oleh guru yaitu dengan penyajian pelajaran yang menarik, serta menggunakan media yang merangsang anak berfikir. Bila perhatian kepada pelajaran itu ada maka pelajaran yang diterimanya akan dihayati sehingga mengakibatkan anak dapat membandingkan, membedakan dan menyampaikan dari pengetahuan yang telah diterimanya.

  b. Appersepsi Setelah menguraikan tentang prinsip yang pertama yaitu perhatian maka prinsip yang kedua yaitu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Hal ini akan lebih melancarkan jalannya guru dalam mengajar.

  c. Korelasi Hasil dari kegiatan belajar mengajar akan sukses apabila di dalam mengajar guru selalu memperhatikan dan memikirkan hubungan diantara setiap mata pelajaran karena semua ilmu pengetahuan itu saling berkaitan. Jadi dalam mengajar guru harus selalu memperhatikan apakah yang diajarkan guru berkorelasi atau tidak, dapat diterima akal, dapat dimengerti, yang bertujuan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan baik guru maupun siswa itu sendiri.

  23 d. Individualisasi Setiap siswa satu dengan yang lain pastinya memiliki bermacam- macam perbedaan, seperti perbedaan inteligensi, minat, bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya dan berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan sosial ekonomi dan keluarga. Tugas di sini adalah menyelidiki dan memahami perbadaan dari masing-masing siswa, yaitu dengan cara membuat perencanaan secara klasikal maupun individual,

  e. Evaluasi Kegiatan belajar mengajar perlu dievalusai, untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan seorang guru dalam mengajar, yang dapat diperoleh dari hasil penilaian, maka guru dituntut harus bisa mengevaluasi atau menilai. Fungsi dari evaluasi ini guru dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa sehingga dapat bertindak tepat apabila siswa mengalami kesulitan belajar. Selain dapat menggambarkan kemajuan siswa, evaluasi dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri.

  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas mengajar Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, menekankan pada pencapaian hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada siswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip

  24 pengembangan pembelajaran yang mencakup pemilihan materi, strategi, media, evaluasi, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar prosedur tertentu.

  Menurut Zainal Aqib (2002), Pada dasarnya merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan. Dalam kaitan ini, guru mempunyai keterkaitan yang erat dengan kualitas dan hasil pendidikan. Untuk mewujudkan kinerja guru yang profesional dalam reformasi pendidikan, secara ideal ada beberapa karakteristik citra guru yang diharapkan, antara lain: a. Guru yang memiliki semangat juang yang tinggi disertai dengan kualitas keimanan dan ketakwaan yang mantap.

  b. Guru yang mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan IPTEK c. Guru yang mempunyai kualitas kompetensi pribadi dan profesional yang memadai disertai atas kerja yang kuat.

  d. Guru yang memiliki kualitas kesejahteraan yang memadai.

  e. Jumlah guru dengan kecakapan akademik yang baik cenderung menurun di masa yang akan datang, sepanjang secara material sosial, jabatan guru tidak menarik dan menjanjikan bagi generasi muda yang memiliki kualitas akademik yang cemerlang.

  25 Faktor-faktor yang mempengaruhi kineija guru sangat banyak sekali diantaranya adalah faktor tingkat pendidikan guru, pengalaman mengajar, kesejahteraan/gaji, hubungan antara guru/pegawai, kondisi keija, pengawasan, kedisiplinan, kecerdasan emosi, budaya, motivasi, kompetensi, dan tingkat pendapatan.

  Kinerja guru adalah wujud dari keija keras dan jerih payahnya dalam mengabdikan diri dan kesetiaan terhadap profesinya. Loyalitas mengajar sangatlah erat kaitannya dengan kinerja, maka dalam hal ini penulis memberikan penjelasan bahwasannya loyalitas seorang guru dapat diketahui dari kinerjanya.

  5. Wujud Loyalitas Dalam Mengajar Kidisiplinan ilmu dan taat peraturan adalah suatu wujud kepatuhan seorang guru dalam menjalankan tugas mulianya. Suatu sistem atau sikap menghormati dan mentaati terhadap peraturan dan sistem tata tertib yang ada dan sanggup menjalankan dalam tugas pekerjaan sehari-hari.

  Disamping itu juga harus patuh terhadap aturan, dengan melaksanakan dan mengikuti perintah dan arahan dari lembaga pendidikan dan jika melakukan pelanggaran bersedia diberi sanksi.

  Adapun kdisiplinan tersebut dapat diketahuai dengan:

  a. Ketaatan pada peraturan yang berlaku di sekolah

  b. Ketaatan terhadap sistem sekolah

  c. Ketaatan pada peraturan kegiatan belajar mengajar (KBM) Ada pepatah Sunda mengatakan, guru adalah “digugu dan ditiru” (diikuti

  26

  dan diteladani), berarti guru harus memiliki:

  a. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru harus mempersiapkan diri sedini mungkin, jangan sampai ia kerepotan ketika berhadapan dengan siswa. Penguasaan materi sangat penting, jangan sampai pengetahuan seorang guru jauh lebih rendah dibandingkan siswa, dan seorang guru harus terampil tatkala proses kegiatan belajar berjalan.

  b. Kemampuan profesional yang baik. Seorang guru harus menjadikan, tanggung jawabnya merupakan pekerjaan yang digandrungi. Tidak bisa seorang guru hanya mengandalkan, mengajar merupakan sebagai pelarian dan adem ayem ketika menerima gaji di habis bulan.

  c. Idealisme dan pengabdian yang tinggi. Hakikat seorang guru adalah pengabdian, dedikasi seorang guru harus tinggi, serta harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dengan tujuan mendidik, membina, mengayomi anak didiknya.

  d. Memiliki keteladanan untuk diikuti dan dijadikan teladan. Keteladanan seorang guru merupakan perwujudan dari realisasi kegiatan belajar mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. .

  Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat berpengaruh terhadap sikap siswa. Sebaliknya seorang guru yang berpenampilan premanisme, akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa.

  27

E. Norma Profesi Guru

  1. Kompetensi Professional Guru Dalam melaksanakan profesinya, profesional harus mengacu pada standar profesi. Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma dan prinsip-prinsip yang dipergunakan sebagai pedoman agar keluaran kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi.

  Mengacu kepada uraian di atas, maka kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesi keguruan dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi tinggi dengan sarana penunjang berupa bekal pengetahuan yang dimilikinya.

  Kompetensi merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan pula.

  Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan.

  Guru sebagai pendidik ataupun sebagai pengajar merupakan fakor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affective), dan keterampilan (psychometer) kepada anak didik. (Wirawan, 2002: 9).

  Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian yaitu: (1) Kompetensi kognitif, yaitu kemampuan dalam bidang intelektual, seperti pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkah laku individu, (2) Kompetensi afektif, yaitu kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan tugas profesinya, seperti menghargai pekerjaannya, mencintai mata pelajaran yang dibinanya, dan

  (3) Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti membimbing dan menilai. (Aidin Adlan, 2000: 32).