ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) DI KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH (KSPS) BMT RAMA SALATIGA TUGAS AKHIR - Analisis Prosedur Pembiayaan Akad Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Ramadana Salatiga - Test Repos
ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN AKAD
BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) DI KOPERASI SIMPAN
PINJAM SYARIAH (KSPS) BMT RAMA SALATIGA
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah ( A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh: ERLI SUSANTI NIM : 20111023
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN AKAD
BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) DI KOPERASI SIMPAN
PINJAM SYARIAH (KSPS) BMT RAMA SALATIGA
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah ( A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh: ERLI SUSANTI NIM : 20111023
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir Salatiga, 2 Februari 2016 Kepada Yth. Dekan FEBI IAIN Salatiga Di Tempat
A ssalamu’aikum Wr. Wb.
Setelah diadakan pengarahkan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan, seperlunya, maka tugas akhir saudari: Nama : Erli Susanti NIM : 20111023 Jurusan : D III Perbankan Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Judul : ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN
AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) DI
KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH (KSPS) BMT RAMA SALATIGA Dapat diajukan dalam sidang munaqasah.
Demikian untuk menjadi periksa.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pembimbing Taufikur Rahman, SE, M, Si.
NIP.19770506200912 1 007
KEMENTRIAN AGAMA
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp.(0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721 -mail: [email protected]
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN AKAD BAI’BITSAMAN AJIL(BBA) DI KSPS BMT RAMA SALATIGA
DISUSUN OLEH:
ERLI SUSANTI
NIM 201-11-023
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir Jurusan D3 Perbankan Syai’ah, Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Salatiga, pada tanggal 4
September 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh sebutan A. Md. E. Sy ( Ahli Madya Ekonomi Syariah).
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Anton Bawono, M.Si _____________________ Sekretaris Penguji : Taufikur Rahman, M. Si _____________________ Pembimbing : Taufikur Rahman, M. Si _____________________ Penguji I : Mochlasin, M. Ag _____________________ Penguji II : Qi Mangku Bajatullah, Lc., M. Si _____________________
Salatiga, 28 Januari 2016 Ketua IAIN Salatiga Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd.
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandangan di bawah ini saya : Nama : Erli Susanti NIM : 20111023 Alamat : Dsn. Ngablak, Rt 03 Rw 07, Ds. Ngablak, Kel. Ngablak,
Kec. Ngablak, Kab. Magelang Jawa Tengah Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan D III Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan judul ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN AKAD
BAI’BITSAMAB AJIL (BBA) DI KOPERASI SIMPAN PINJAM
SYARIAH (KSPS) RAMADANA SALATIGA adalah betul-betul hasil karya sendiri dan pendapat orang lain saya kutip dan ada refensi ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan tugas akhir dan gelar yang saya peroleh dari penulisan tugas akhir ini.
Salatiga, 2 Februari 2016 Yang membuat pernyataan Erli Susanti NIM: 2011023
Motto
JADIKAN KESALAHAN DIMASA LAMPAU PELAJARAN UNTUK MEMPERBAIKI ESOK HARI DALAM KEHIDUPAN PASTI ADA RINTANGANNYA
TAPI PERCAYALAH BAHWA KITA BERUSAHA, BERDOA DAN
TAWAKAL PASTI KITA AKAN MERAIH KESUKSESAN DI MASA DEPAN
PERSEMBAHAN Penelitian ini kupersembahkan untuk :
1. Ayah, ibu tercinta, terima kasih untuk kasih sayang, perhatian, doa, nasehat,materi terima kasih banyak.
2. Suami tercinta (Arifin) yang selalu menemaniku dan
memberikan semangat, dukungan moril maupun materiil.
3. Semua keluargaku terima kasih dukungan dan doanya.
4. Nida Aqtiya Sabila si buah hati kecilku yang selalu
memberikan senyuman dan doanya terima kasih anakku
tercinta.5. Bapak Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah pemberika pengarahan, ilmunya terima kasih banyak.
6. Teman – teman seperjuangan DIII Perbankan Syariah terima kasih atas suport dan motifasinya.
7. Keluarga besar SSC IAIN Salatiga atas dukungan dan doanya.
8. KSPS BMT RAMADANA Salatiga yang membantu semua demi kelancaran magang saya semenjak disana terimakasih.
9. Bapak Faqih Nabhan S.E.M.M. Ibu Ema Nursetiawati S.E.
M selaku Manajer KSPS BMTRAMADANA terimakasih
atas segalanya.10. Seluruh karyawan KSPS BMT RAMADANA Salatiga atas bantuanya, dukungannya, penyemangat buat saya terimakasih banyak.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya, sehingga pada kesempatan ini peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir yang berjudul Analisis Prosedur Pembiayaan Akad Bai
’
Bitsaman Ajil di Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT RAMA Salatiga
ini telah disusun dengan sungguh-sungguh sehingga memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A. Md. E. Sy) di IAIN Salatiga. Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagi pihak sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Untuk itu peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Drs. H.Alfred L. M.Si. selaku Ketua Jurusan D III Perbankan Syariah
IAIN Salatiga yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti.
4. Bapak Taufikur Rahman, SE., M. Si. Selaku dosen pembimbing yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Bapak Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Karyawan dan karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan pelayanan dan bantuan adminitrasi.
7. Karyawan dan karyawati KSPS BMT RAMA Salatiga yang telah membantu
8. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, pengorbanan, semangat, nasehat, serta yang membiayai, memberikan dukungan moril maupun materiil.
9. Ibu mertu dan semua keluarga yang memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti sehingga dapat selesai dengan baik.
10. Suami aku tercinta yang selalu memberikan seluruh tenaga, waktu, pemgorbanan, menemani peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
11. Si buah hati terlucu yang selalu mengobati rasa capek peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
12. Teman- teman D III Perbankan Syariah, SSC, semua teman yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini.
Peniliti sadar bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis memohon saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulis tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan. Amin ya rabbal’alamin.
Wassalamu’alaikumwr. Wrb
Salatiga, 2 Februari 2016 Peneliti
ABSTRAK
Susanti, Erli. 2016. Analisis Prosedur Pembiayaan Akad
Bai’ Bitsaman Ajil
(BBA) di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Ramadana Salatiga. Tugas Akhir Program D III Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
BMT adalah kependekan dari Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul
Mal wat Tamwil, yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroprasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Pembiayaan dengan menggunakan akad
Bai’
Bitsaman Ajil (BBA) adalah produk pembiayaan BMT yang diperuntukkan bagi
perseorangan atau badan usaha yang bergerak di sektor UMKM. Dalam penelitian ini menyebutkan tentang analisis prosedur pembiayaan menggunakan akad
Bai’
Bitsaman Ajil (BBA), serta menangani pembiayaan bermasalah atau kredit macet
dengan memakai prinsip syariah yang ada.Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini data penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui keadaan objek atau keberadaan kebenaran melalui interaksi sosial, maka penulis dengan mudah mengetahui secara keseluruan aktifitas yang terjadi dalam maupun diluar kantor.Data dalam penelitian ini di dapatkan melalui studi pustaka, observasi, wawancara, didokumentasi. Setelah semua peneliti lakukan dan dijadikan Tugas Akhir ini maka kemudian disimpulkan dan memberikan saran-saran.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan yang menggunakan akad
Bai’
Bitsaman Ajil di BMT dapat digunakan untuk semua usaha yang dapat digunakan
untuk semua usaha yang jangka waktunya lebih dari satu tahun dan dapat diperpanjang dengan menambah jangka waktu dapat pula menambah jaminan dan jangka waktu yang diinginkan oleh nasabah.
Kata Kunci: BMT, Pembiayaan, Bai’ Bitsaman Ajil.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................................. v PERSEMBAHAN .............................................................................................................. vi KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 A. Latar belakang masalah ..................................................................................... 1 B. Rumusan masalah .............................................................................................. 4 C. Tujuan dan kegunaan penelitian ........................................................................ 5 D. Metode penelitian .............................................................................................. 6 E. Penegasan istilah ................................................................................................ 8 F. Sistematika penulisan ........................................................................................ 10 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................. 13 A. Sejarah berdirinya BMT ................................................................................... 13 B. Pengertian pembiayaan ..................................................................................... 20 C. Jenis - jenis pembiayaan ................................................................................... 24
E.
Prinsip – prinsip pemberian pembiayaan ......................................................... 28 F. Prosedur pemberian pembiayaan ...................................................................... 31 G.
Penyebab pembiayaan bermasalah ................................................................... 35 H. Hal yang tidak baik dalam pemberian pembiayaan .......................................... 37 I. Petugas yang berkepentingan dalam pembiayaan bermasalah ......................... 39 J.
Metode penyelamatan pembiayaan bermasalah .............................................. 40
BAB III DESKRIPSI LAPORAN OBJEK ....................................................................... 44 A. Sejarah berdirinya KSPS BMT RAMA Salatiga ............................................. 44 B. Lokasi KSPS BMT RAMA Salatiga ............................................................... 46 C. Landasan pendirian KSPS BMT RAMA Salatiga .......................................... 47 D. Visi misi dan tujuan KSPS BMT RAMA Salatiga .......................................... 48 E. Struktur organisasi KSPS BMT RAMA Salatiga ............................................ 49 F. Produk-produk KSPS BMT RAMA Salatiga .................................................. 55 G. Manajemen dan sumber daya manusia ............................................................ 62 BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................................ 64 A. Prosedur pembiayaan di KSPS BMT RAMA Salatiga .................................... 64 B. Inisiasi ............................................................................................................. 65 C. Solisitasi .......................................................................................................... 67 D. Analisis pembiayaan ....................................................................................... 68 E. Struktur organisasi .......................................................................................... 79 F. Penyusun usaha pembiayaan ........................................................................... 80 G. Rapat komite pembiayaan ............................................................................... 82 H. Prinsip pemberian persetujuan pembiayaan .................................................... 84 I. Akad pembiayaan ............................................................................................ 84
K.
Pembiayaan bermasalah .................................................................................. 86 L. Pembahasan analisis ........................................................................................ 94
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 96 A. Kesimpulan ....................................................................................................... 97 B. Saran ................................................................................................................ 98 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR Gambar III.1 Struktur Organisasi KSPS BMT RAMADANA Salatiga ..............
49 DAFTAR TABEL Tabel III.1 Komposisi Pendidikan Pengelola KSPS BMT RAMADANA Salatiga ........................................................................................................... 63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BMT ( Baitul Maal Wa Tamwil) merupakan salah satu lembaga
keuangan mikro syariah yang paling sederhana. BMT direkayasa sebagai lembaga ekonomi rakyat kecil yang berperan sebagai lembaga sosial sekaligus lembaga bisnis yang bersaing dipasar bebas (Ridwan, 2006:iv).
BMT (Baitul Maal wa Tamwil) berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus
mentassyarufkan dana sosial, dan merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi baitul maal. Sedangkan peran bisnis BMT terlihat pada definisi baitultamwil sebagai lembaga sosial. Baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) oleh karena itu baitul maal ini harus didorong agar mampu berperan secara profesional menjadi LAZ yang mapan.
Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat infaq dan sedekah. Namun demikian, bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada peraturan perbankan pada dipakai oleh BMT adalah koperasi, baik
Dengan demikian sangat mungkin dibentuk perundangan tersendiri mengingat, sistem operasional BMT tidak sama persis dengan perkoperasian semisal LKM (Lembaga Keuangan Mikro) syariah dan lain- lain ( Ridwan, 2003:126).
Kegiatan utama dari BMT adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.
Penyaluran dana diberikan kepada masyarakat yang kekurangan modal. Salah satunyabentuk penyaluran dana tersebut adalah pembiayaan. Agar pemberian pembiayaan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pinjaman, maka dibuatlah prosedur pembiayaan, kemudian merealisasikan dengan cara yang sangat mudah dan tidak berbelit-belit.
Sebelum nasabah mengajukan permohonan pembiayaan, sebaiknya nasabah mengetahui prosedur yang telah ditetapkan oleh BMT, agar nasabah mengetahui syarat pengajuan pembiayaan, cara mengajukan pembiayaan, pengisian formulir, dan lain sebagainya yang menjadikan nasabah mudah dalam mengambil pembiayaan yang ada dalam BMT.
Terkait dengan pembiayaan, maka diperlukan strategi atau cara agar masyarakat tertarik untuk mengambil pembiayaan di BMT, seperti halnya dengan lembaga keuangan lainnya. Dalam memberikan pembiayaan, BMT mempunyai tahapan-tahapan yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam pengajuan pembiayaan. Cara-cara dan prosedur yang diterapkan BMT dalam mengucurkan dana kepada nasabah sama dengan dan prosedur-prosedur dalam pemberian pembiayaan yang disesuaikan pada aturan perbankan. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan sejumlah uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.
Adapun masalah yang sering dihadapi dalam suatu BMT Syariah saat ini adalah ketika para nasabah tidak dapat mengembalikan atau membayar kewajibannya kepada BMT Syariah ketika para nasabah sudah menerima pembiayaan dari lembaga keuangan tersebut. Sering kita jumpai dimasyarakat ada nasabah yang sengaja tidak mau membayar kewajiban pada BMT Syariah sehingga akan terjadi kemacetan dalam pembayaran kewajiban, bahkan ada pula nasabah yang sebetulnya mempunyai kemampuan untuk membayar kewajibannya akan tetapi untuk sementara waktu tidak mampu membayar kewajibannya tersebut dikarenakan ada kendala dalam usahanya. Hal tersebut dapat dikatakan pembiayaan bermasalah dikarenakan nasabah pembiayaan tidak mampu mengembalikan dana yang dipinjam semula, baik disengaja ataupun tidak disengaja oleh nasabah, penyebab adanya pembiayaan bermasalah ada 2 faktor utama yaitu pihak perbankan dan pihak nasabah.
Produk pembiayaan yang ada di BMT adalah Ba’i Bitsaman Ajil
(BBA), pembiayaan murābahah (MBA), pembiayaan musyārakah (MSA), produk pembiayaan yang ada dalam BMT peneliti tertarik untuk meneliti produk BBA. BBA adalah produk yang paling banyak di minati oleh nasabah khususnya para pengusaha UMKM ( Usaha Mikro, Kecil, Menengah). Peneliti ingin mengetahui prosedur pembiayaan BBA yang diberikan kepada pengusaha UMKM ( Usaha Mikro, Kecil, Menengah), serta strategi penanganan pembiayaan bermasalah dan hambatan yang di hadapi BMT dalam memberikan pembiayaan BBA untuk meningkatkan pemberdayaan UMKM ( Usaha Mikro, Kecil, Menengah). Dari uraian diatas tersebut maka penulis mengambil judul.
“ANALISIS PROSEDUR
PEMBIAYAAN AKAD BAI ’ BITSAMAN AJIL (BBA) Di Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT RAMADANA SALATIGA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang dikemukakan di atas maka pokok permasalahan dalam penelitian yang penulis lakukan adalah:
1. Bagaimana prosedur pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil pada KSPS BMT
RAMADANA SALATIGA? 2. Bagaimana strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Bai Bitsaman Ajil pada KSPS BMT RAMADANA
SALATIGA?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian 1.
Tujuan penelitian a.
Untuk mengetahui prosedur pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil di KSPS BMT RAMADANA.
b.
Untuk mengetahui strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Bai
’ Bitsaman Ajil di KSPS BMT RAMADANA.
2. Kegunaan penelitian a.
Bagi penulis Menambah wawasan mengenai koperasi syariah khususnya prosedur pembiayaan yang ada di KSPS BMT RAMADANA SALATIGA serta strategi yang digunakan untuk menangani permasalahan yang yang terjadi pada pembiayaan Bai
’ Bitsaman Ajil pada KSPS BMT RAMADANA SALATIGA dan sebagai
salah satu syarat kelulusan.
b.
Bagi Pihak Lain Hasil dari penyusunan Tugas Akhir penulis, semoga bermanfaat dan membantu bagi semua pihak yang membaca untuk mengetahui prosedur pembiayaan serta strategi penanganan kredit macet pada pembiayaan dengan akad Bai
’ Bitsaman Ajil pada KSPS BMT
RAMADANA SALATIGA. Sehingga memudahkan semua pihak tersebut untuk terjun langsung ke koperasi syariah.
D. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui keadaan objek atau keberadaan kebenaran melalui interaksi sosial, maka penulis dengan mudah mengetahui secara keseluruhan aktifitas yang terjadi didalam maupun diluar BMT.
Menurut (Sukmadinata,2005) adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individpercaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).
mengkaji perspektif partisipan dengan strategi- strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
2. Teknik Pengumpulan Data: a.
Observasi Langsung Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada dalam objek yang diselidiki.
b.
Metode Interview Teknik Pengumpulan data dengan menggunakan sistem tanya jawab (wawancara) dengan pimpinan, karyawan dan nasabah
Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT RAMADANA SALATIGA yang mengalami masalah dalam pembiayaannya.
c.
Metode Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisi dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Studi dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan tentang sejumlah dokumen,
- – namun yang dilaporkan adalah hasil analisis terhadap dokumen dokumen tersebut di KSPS BMT RAMADANA SALATIGA.
E. Penegasan Istilah 1.
Analisis mempunyai beberapa arti para ahli berpendapat sebagai
berikut: Menurut McLeod (2007:88) analisis sistem adalah penelitian terhadap suatu sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbaharui. Menurut Mardi (2011:124) menjelaskan analisis sistem adalah proses kerja untuk menguji sistem informasi yang sudah ada dengan lingkungannya sehingga diperoleh petunjuk berbagai kemungkinan perbaikan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan sistem.
2. Prosedur mempunyai banyak arti para ahli berpendapat sebagai
berikut: Menurut Mulyadi (2001:5) Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Didalam suatu sistem, biasanya terdiri dari beberapa prosedur dimana prosedur- prosedur itu saling terkait dan saling mempengaruhi. Akibatnya jika terjadi perubahan maka salah satu prosedur, maka akan mempengaruhi prosedur-prosedur yang lain.
Menurut Baridwan (1990:3) Prosedur merupakan urutan pekerjaan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian terhadap transaksi yang sering terjadi. Menurut Yogiyanto (1996:4) mendefinisikan Suatu prosedur adalah suatu urut-urutan kegiatan klerikal ( tulis menulis ), biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi. Menurut, Gerald dkk dalam Yogiyanto (1996:5) mendefinisikan Suatu prosedur adalah urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakannya, kapan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Menurut Mulyadi (2001:3) menyebutkan formulir merupakan salah satu unsur sistem akuntansi. Formulir ini merupakan keluaran sistem lain yang menjadi masukan sistem akuntansi, sistem lain yang menghasilkan formulir ini terdiri dari sub-sub sistem yang diberi nama prosedur.
3. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan atau lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil (Rivai dan Arifin,2010:700). Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank syariah dari masyarakat yang surplus dana (Muhammad,2006:7).
4. Bai Bitsaman Ajil (BBA)
Bai‘ Bitsaman Ajil (BBA) artinya pembelian barang dengan
pembayaran cicilan. Pembiayaan BBA adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal (investasi). Pembiayaan BBA mirip dengan kredit investasi yang diberikan oleh bank-bank konvensional dan karenanya pembiayaan ini berjangka waktu diatas satu tahun (long run financing) (Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio,1992:27). Bai‘ Bitsaman Ajil adalah menjual dengan harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati dan dibayar secara kredit(Muhamad,2000:8).
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian,penegasan istilah, serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini berisi Telaah Pustaka tentang pengertian pembiayaan, prosedur pemberian pembiayaan, penyebab bermasalah, petugas yang berkepentingan dengan pembiayaan bermasalah, serta metode penanganan Pembiayaan bermasalah yang kesemuanya diperoleh penulis dari Buku referensi.
BAB III : LAPORAN OBYEK Dalam bab ini maka penulis akan mengisi tentang sejarah berdirinya KSPS BMT RAMADANA SALATIGA, tujuan didirikannya KSPS BMT RAMADANA SALATIGA, dasar pendirian susunan pengurus, pengawas, pengelola, laporan bidang usaha KSPS BMT RAMADANA SALATIGA, serta produk-produk tabungan dan produk- produk pembiayaan yang disediakan oleh KSPS BMT RAMADANA SALATIGA.
BAB IV : ANALISIS Dalam bab ini berisi tentang analisis penulis berkaitan dengan prosedur pembiayaan akad BBA, pembiayaan bermasalah, penyebab terjadinya pembiayan bermasalah dan bagaimana cara yang ditempuh untuk menangani dan menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut yang terjadi di KSPS BMT RAMADANA SALATIGA.
BAB V : KESIMPULAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Sejarah Berdirinya BMT Sesuatu yang revolusioner yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
adalah pembentukan lembaga penyimpanan yang disebut Baitul Mal wa
Tamwil (BMT). Apa yang dilakukan oleh Rasulullah tersebut merupakan
proses penerimaan pendapat (revenue collection) dan pembelanjaan
(expenditure) yang transparan dan bertujuan seperti apa yang sekarang
disebut dengan welfare oriented . Hal ini dirasakan asing pada masa itu, karena pajak yang dikumpulkan oleh penguasa di kerajaan-kerajaan tetangga di jazirah Arabia seperti Romawi dan Persia, dikumpulkan oleh menteri dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan kaisar dan raja (Ridwan, 2003:56).
Dalam hal kebijakan moneter, sampai dengan masa pemerintahan Umar Ibn Khattab ra, boleh dikatakan pemerintahan Islam belum memiliki sejenis Bank Sentral dicetak oleh pemerintah Islam. Ketika itu dinar Romawi dan Dirham Persia yang digunakan sebagai alat bayar. Barulah di masa pemerintahan Khalifah Ali ra, dicetak dinar Islam dalam bentuk yang khas pemerintahan Islam. Namun karena keadaan politik saat itu mengakibatkan peredarannya sangat terbatas. Jadi dapat dikatakan bahwa
baitul mal di jaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin ra, tidak menjalankan fungsi kebijakan moneter dalam arti mengelola jumlah uang yang beredar (Mariyam, 2002:57).
Para ahli ekonomi Islam dan sarjana ekonomi Islam sendiri memiliki sedikit perbedaan dalam menafsirkan baitul mal ini. Sebagian berpendapat, bahwa baitul mal itu semacam bank sentral yang ada pada saat ini. Tentunya dengan berbagai kesederhanaannya karena keterbatasan yang ada. Sebagian lagi berpendapat bahwa baitul mal itu semacam menteri keuangan atau bendahara. Hal ini mengingat fungsinya untuk menyeimbangkan antara pendapatan dan belanja negara. Kalaupun lembaga baitul mal yang menurut para orientasi bukan sesuatu yang baru, maka proses siklus dana masyarakat (zakat, infaq dan shodaqoh) yang dinamis dan berputar cepat merupakan preseden yang sama sekali baru (Ridwan, 2003:56-57).
Baitul mal yang didirikan oleh Rasulullah SAW tidak mempunyai
bentuk yang formal sehingga memberikan fleksibilitas yang tinggi dan nyaris tanpa birokrasi. Keadaan ini bertahan sampai pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar ra, dimana dapat dikatakan tidak ada perubahan yang signifikan dalam pengelolaan baitul mal. Baru pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab ra, sejalan dengan bertambah luasnya wilayah pemerintahan Islam, volume dana yang dikelola dan keragaman kegiatan baitul mal juga bertambah besar dan bertambah kompleks. Keadaan ini mendorong khalifah untuk membuat sistem adminitrasi dan
Sejak jaman Rasulullah SAW baitul mal bukanlah sekedar lembaga sejenis BAZIS yang dikenal sekarang ini. Baitul mal merupakan lembaga pengelola yang dikenal dalam ekonomi sekarang. Kebijakan fiskal yang dilakukan oleh baitul mal dan secara tidak langsung memberikan dampak pada tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi (Ridwan, 2003:59).
Masa Khalifah Umar bin Khaththab (13-23 H/634-644 M) Selama memerintah, Umar bin Khaththab tetap memelihara Baitul Mal secara hati-hati, menerima pemasukan dan sesuatu yang halal sesuai dengan aturan syariat dan mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Dalam salah satu pidatonya, yang dicatat oleh lbnu Kasir (700-774 H/1300-1373 M), penulis sejarah dan mufasir, tentang hak seorang Khalifah dalam Baitul Mal, Umar berkata, “Tidak dihalalkan bagiku dari harta milik Allah ini melainkan dua potong pakaian musim panas dan sepotong pakaian musim dingin serta uang yang cukup untuk kehidupan sehari-hari seseorang di antara orang-orang Quraisy biasa, dan aku adalah seorang biasa seperti kebanyakan kaum muslimin.” (Dahlan, 1999).
Penjajahan yang terjadi di negara-negara Islam membawa perubahan dalam sistem pemerintahan, politik dan ekonomi. Meskipun akhirnya banyak negara Islam yang berhasil mendapatkan kemerdekaannya, namun kenyataanya mereka hanya merdeka secara bidang ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Sistem ekonomi pada umumnya tidak bisa lepas dari sistem politik. Penjajahan telah membentuk watak negara Islam menjadi individualis dan sekuler, yang secara tidak langsung mempengaruhi pola pikir dan bahan akidah dari para pemimpinnnya. Warisan ekonomi penjajahan membawa masalah seperti pengangguran, inflasi serta terpisahnya agama dan ekonomi serta politik, yang mengakibatkan ketidakberhasilan dalam pembangunan ekonomi (Ridwan, 2003:66).
Hal ini menimbulkan pemikiran di kalangan negara Islam, bahwa perlu dicari terobosan baru sebagai solusi untuk mengatasi masalah ekonomi. Yang menarik adalah bahwa solusi tersebut dikembalikan dan dikaitkan dengan ideologi. Konsep ini berangkat dari kesadaran para pemimpin negara Islam bahwa sistem ekonomi penjajah tidak dapat mengatasi masalah. Dalam masalah keuangan, ditemukan terminologi baru bahwa sistem bunga yang ribawi yang dikenalkan oleh penjajah telah menghilangkan baitul mal dalam khasanah kenegaraan, maka kesadaran ini telah mengarahkan pada sistem keuangan yang bebas riba. Gerakan lembaga keuangan yang bebas riba dengan sistem modern didirikan pada tahun 1969 oleh Abdul Hamid An Maghar di desa Mith Gramer, tepi sungai Nil di Mesir. Meskipun akhirnya ditutup karena masalah manajemen, akan tetapi kelahiran Bank ini telah mengilhami diadakanya Konferensi Ekonomi Islam yang pertama pada tahun 1975 di Mekah. Dua tahun kemudian lahirlah Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB).
Kelahiran IDB merupakan hasil serangkaian kajian yang mendalam dari pakar ekonomi dan keuangan juga dari para ahli hukum Islam. Negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam menjadi motor penggerak berdirinya IDB. Mesirlah yang pertama kali mengusulkan berdirinya IDB. Pada sidang Menteri Luar Negeri negara anggota OKI di Karachi Pakistan tahun 1970, Mesir mengusulkan perlunya pendirian Bank Islam Dunia. Usulan tersebut ditulis dalam bentuk proposal yang berisi tentang studi pendirian Bank Islam Iternasional untuk perdagangan dan pembangunan serta pendirian Federasi Bank Islam (Ridwan, 2003:67).
Tujuan utama IDB adalah untuk memupuk dan meningkatkan perkembangan ekonomi dan sosial negara-nagara angota dan masyarakat muslim secara sandiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan prinsip syariat islam. Fungsi utama bank ini berperan serta dalam modal usaha dan bantuan cuma-cuma untuk proyek produksi dan perusahaan disamping memberikan bantuan keuangan bagi negara-nagara anggota dalam bentuk lain untuk ekonomi dan sosial (Manan, 1993:191).
Di Indonesia pada tahun 1990 mulai ada prakarsa mengenai Bank Syariah, diawali adanya loka karya Bunga Bank dan perbankan yang diselengarakan pada tanggal 18-20 Agustus 1990 oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hasil loka karya tersebut dilanjutkan dan di bahas dalam di Hotel Sahid Jaya Jakarta. Hasil Munas membentuk Tim Perbangkan MUI yang bertugas mensosialisasikan rencana pendirian Bank Syariah di Indonesia. Selanjutnya pada 1 Nopember 1991, tim ini berhasil mendirikan Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mulai beroperasi sejak september 1992. Pada awalnya kehadiran BMI belum mendapat perhatian pemerintah maupun industri perbankan. Namun dalam perkembangannya, ketika BMI dapat tetap eksis ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997, telah mengilhami pemerintah untuk memberikan perhatian dan mengatur secara luas dalam undang-undang, serta memacu segera berdirinya bank- bank syariah lain baik dalam bentuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) maupun Windows Syariah untuk bank umum (Ridwan,2003:71- 72).
Kehadiran BMI pada awalnya di harapkan mampu untuk membangun kembali sistem keuangan yang dapat menyentuh kalangan bawah (graas rooth). Akan tetapi pada prakteknya terhambat, karena BMI sebagai bank umum terikat dengan prosedur perbankan yang telah dibakukan oleh undang-undang. Sehingga akhirnya dibentuklah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat bawah. Namun dalam realitasnya, sistem bisnis BPRS terjebak pada pemusatan kekayaan hanya segelintir orang, yakni para pemilik modal. Sehingga komitmen untuk membantu derajat kehidupan masyarakat bawah mendapat kendala baik bank umum maupun BPRS sama, begitu juga dari segi sisi teknis (Ridwan,2003:72).
Dari persoalan di atas, mendorong munculnya Lembaga Keuangan Syariah alternatif. Yakni sebuah lembaga yang tidak saja berorientasi bisnis tetapi juga sosial. Juga lembaga yang tidak melakukan pemusatan kekayaan pada sebagian orang pemilik modal (pendiri) dengan penghisapan pada mayoritas orang, tetapi lembaga yang kekayaannya terdistribusi secara merata dan adil. Lembaga yang dari kesadaran umat dan ditakdirkan untuk menolong kaum mayoritas, yakni pengusaha kecil mikro. Lembaga yang tidak terjebak pada permainan bisnis untuk keuntungan pribadi, tetapi membangun kebersamaan untuk mencapai kemakmuran bersama. Lembaga yang tidak terjebak pada pikiran pragmatis tetapi memiliki konsep idealis yang istiqomah. Lembaga tersebut adalah Baitul Mal Wa Tanwil (BMT) (Ridwan,2003:73).
BMT adalah kependekan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Atau balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.(Djayuli dkk,2000).
BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan, yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkan pada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan (Ridwan,2003:126). BMT telah mampu menarik minat mereka yang berpendidikan. Dengan mengetahui fungsi baitul mal di jaman awal islam, maka sebenarnya mereka yang telah terlibat dalam BMT diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan lembaga baitul mal. Menempatkan dominasi peran BMT sebagai lembaga keuangan syariah dan atau sebagai lembaga ekonomi sektor riil, dapat menjadi suatu ijtihad umat sebagai reaksi terhadap berbagai persoalan ekonomi, terutama marjin alisasi peran ekonomi umat di Indonesia.
B. Pengertian Pembiayaan
Aktifitas yang dalam manajemen dana BMT adalah pelemparan dana atau pembiayaan yang sering juga disebut dengan lending financing.
Istilah ini dalam keuangan konvensional dikenal dengan sebutan kredit. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktifitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan.
Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan adalah :“Penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamaakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil.”
Sedangkan menurut PP No. 9 tahun 1995, tentang pelaksanaan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah :“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan.”
Sebagai upaya memperoleh pendapatan yang semaksimal mungkin, aktifitas BMT, juga menganut asas syari’ah, yakni dapat berupa bagi hasil, keuntungan maupun jasa manajemen. Upaya ini harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan likuiditas dapat terjamin dan tidak banyak dana yang menganggur.
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering di artikan memperoleh barang dengan cara membayar dengan cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dialakukan dikemudian hari dengan cara mengangsur sesuai perjanjian. Kredit dapat berbentuk barang atau bertentuk uang. Kredit dalam bentuk uang lebih disamping dengan istilah pinjaman oleh bank yang berdasarkan pinsip konvensional adalah istilah pembiayaan yang digunakan oleh bank berdasakan prinsip syariah (Ridwan, 2004:163). Ada beberapa pengertian pembiayaan akan tetapi penulis hanya menyampaikan sebagian pengertian pembiayaan tersebut yang diantaranya adalah: 1.
Menurut Leud dalam Julius (1994:44) adalah reputasi pribadi seseorang yang menyebabkan dia dapat membeli uang atau barang atau tenaga kerja dengan memberi suatu janji pada suatu waktu dikemudian hari (Julius, 1994:44).
2. Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank syariah dari masyarakat yang surplus dana (Muhammad, 2001:10).
3. Menurut UU No. 7 tahun 1992 pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak dengan jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berwujud uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang, misalnya nasabah menginginkan bank memberikan pembiayaan untuk membeli sepeda motor. Kemudian terjadi perjanjian
(mudharib ). Di dalam perjanjian pembiayaan mencakup hak dan
kewajiban masing-masing berserta jangka waktu pembiayaan dan bagi hasilnya.