AKSI DAN INTERAKSI CLUBBER DI TEMPAT HIBURAN MALAM (STUDI PADA DISKOTIK DINASTY KOTA CILEGON) - FISIP Untirta Repository

AKSI DAN INTERAKSI CLUBBER
DI TEMPAT HIBURAN MALAM
(STUDI PADA DISKOTIK DINASTY KOTA CILEGON)
SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian Sarjana (S-1)
pada program studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Oleh :
TEGUH CIPTA
NIM. 6662102884

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG 2015

MOTTO & PERSEMBAHAN
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai
sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang

tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika
Anda menunggu-nunggu.
‘Nabi Muhammad Saw’

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Kedua Orang tuaku… Bapa Bahroni,
Emih Sutini dan keluargaku tercinta Serta
orang-orang yang menyanyangi dan
mencintaiku

ABSTRAK

Teguh Cipta. NIM 6662102884. Skripsi. Aksi dan Interaksi Clubber di
Tempat Hiburan Malam (Studi Pada Diskotik Dinasty Kota Cilegon).
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si dan Pembimbing II :
Naniek Afrilla Framanik, S.Sos, M.Si
Di dalam tempat hiburan malam seorang clubber mampu menunjukan
simbol-simbol khusus yang digunakan identitas diri sebagai seorang clubber, baik
dari fashion, fisik, dan kebiasaanya. Saat ini, memang tak sedikit anak muda yang

keranjingan dugem atau istilah lainnya dulalip (dunia kelap kelip malam). Dugem
atau dulalip adalah kebiasaan sebagian anak muda perkotaan atau masyarakat
metropolis. Dugem atau dulalip mulai populer di kancah gaul anak- anak muda
kota besar. Menurut data yang di dapatkan berdasarkan hasil observasi
dilapangan, diketahui bahwa pertama, di dalam tempat hiburan malam terjadi
tanggapan atau reaksi individu satu dengan yang lainnya terhadap suatu
rangsangan, baik sedang tidak berkomunikasi dan sedang berkomunikasi.
Sebagian dari itu, kegiatan dan kebiasaan yang dilakukan seorang clubber di
tempat hiburan malam pun itu dianggap sebagai sebuah perilaku. Contohnya :
kegiatan yang dilakukan, seperti berjoged, berminum-minum ria, mencari
pasangan, mencari kawan, berbisnis dan acara ulang tahun. Di dalam tempat
hiburan malampun, seorang clubber tidak luput dari sebuah interaksi antar sesama
clubber, dan interaksi yang dilakukan adalah interaksi verbal dan nonverbal.
Contoh, seorang clubber saling berkenalan, mengobrol, bercanda gurau, saling
sapa, memanggil sesama clubber, dan bernyanyi itu sebagian dari interaksi
komunikasi verbal, dan contoh dari interaksi komunikasi nonverbal adalah cara
berpakaian seorang clubber, penggunaan simbol khusus yang dibuat seorang
clubber seperti meminta korek api, meminta minuman, melambaikan tangan,
berjabat tangan, dan meminta tombol service pada pelayan. Setelah ditelaah inti
dari penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara manusia menggunakan

simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam
proses komunikasi dengan sesama (interaksi). Penggunaan simbol yang dapat
menunjukkan sebuah makna tertentu, bukanlah sebuah proses yang interpretasi
yang diadakan melalui sebuah persetujuan resmi, melainkan hasil dari proses
interaksi sosial (aksi).

Kata kunci : Clubber, Diskotik, Dugem, Aksi, dan Interaksi

ABSTRACT
Teguh Cipta. NIM 6662102884. Thesis. Action and Interaction Clubbers in
The Night Clubs (Studies atDynasty Club ,Cilegon). Supervisor I: Prof. Dr.
H. Ahmad Sihabudin, M.Si and Supervisor II: Naniek Afrilla Framanik, S.
Sos, M.Si

In The night clubs a clubber able to show the special skills that are used
identity as a clubber,even from the fashion, physical, and habist. Currently, it is
not a few young people like going to clubs or is called Night Life. Clubbing is the
habit of some young people or metropolitan community. Clubbing or night life
gaining popularity in the arena of young people hanging to the big city. According
to the result on get based on field observations, it is known that the first, in

nightclubs occur responses or reactions of individuals to one another to a
stimulus, either were not communication and being communicated. Most of the
activities and habits that made a clubber in nightclubs was it regarded as a
behavior. For example: the activities carried out, such as dance, have fun, find a
mate, find a friends, business and anniversary events. In nightclubs, a clubber not
escape from an interaction among fellow clubber, and any interaction is the
interaction of verbal and nonverbal. For example, a clubber become acquainted,
chatting, joking joke, greeting each other, calling a fellow clubber, and singing
was part of the interaction of verbal communication, and examples of the
interaction of nonverbal communication is how to dress a clubber, the use of
special symbols that made a clubber like asking a match fire, asking for a drink,
waving, shaking hands, and asked the waiter service button. Having explored the
core of this research is revealing how humans use symbols that represent what
they would like to in the communication process with other (interaction). The use
of symbols which can indicate a specific meaning, is not a process of
interpretation that is held through an official approval, but rather the result of a
process of social interaction (action).

Keywords: Clubber, Disco, clubbing, Action and Interaction


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulisan panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
menganugerahkan segala nikmat yang telah menuntun manusia dari jaman
jahiliyah menuju jaman penuh keimanan. Shalawat serta salam juga senantiasa
tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan para pengikutnya hingga akhir jaman kelak.
Di dalam tempat hiburan malampun, seorang clubber tidak luput dari
sebuah interaksi antar sesama clubber, dan interaksi yang dilakukan adalah
interaksi verbal dan nonverbal. Contoh, seorang clubber

saling berkenalan,

mengobrol, bercanda gurau, saling sapa, memanggil sesama clubber, dan
bernyanyi itu sebagian dari interaksi komunikasi verbal, dan contoh dari interaksi
komunikasi nonverbal adalah cara berpakaian seorang clubber, penggunaan
simbol khusus yang dibuat seorang clubber seperti meminta korek api, meminta
minuman, melambaikan tangan, berjabat tangan, dan meminta tombol service
pada pelayan. Setelah ditelaah inti dari penelitian ini adalah mengungkap
bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan

apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesama
(interaksi). Penggunaan simbol yang dapat menunjukkan sebuah makna tertentu,
bukanlah sebuah proses yang interpretasi yang diadakan melalui sebuah
persetujuan resmi, melainkan hasil dari proses interaksi sosial (aksi). Penyusunan

skripsi ini merupakan kajian mengenai “Aksi dan Interaksi Clubber di tempat
hiburan, tepatnya di tempat Diskotik Dinasty kota Cilegon.”
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yth. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M, Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Yth. Dr. Agus Sjafari, M, Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Yth. Neka Fitriyah, S, Sos, M, Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Yth. Puspita Asri Praceka, S, Sos., M, Ikom selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.

5. Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si selaku pembimbing 1 dalam skripsi
ini. Terimakasih atas waktu dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini
berlangsung.
6. Yth. Naniek Afrilla Framanik, S.Sos, M.Si selaku pembimbing 2 dalam
skripsi ini. Terimakasih atas waktu, nasehat, dan bimbingannya selama
penyusunan skripsi ini, ibu tidak pernah bosan dan berhenti memberikan
yang terbaik bagi peneliti.

ii

7. Semua clubber yang peneliti hormati dan ucapkan beribu-ribu terima
kasih, karena tanpa kalian skripsi ini tidak akan ada, terima kasih atas
kesediannya untuk bisa di wawancarai dan dimintai informasi mengenai
penelitian tentang „aksi dan interaksi‟ clubber ini.
8. Keluargaku tersayang. Terima kasih sudah memberikan semangatnya.
9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Bahroni dan mimih Sutini dan saudarasaudara yang selalu memberi dukungan dan support tiada henti dan selalu
memberikan kasih sayang yang berarti buat saya, yaitu : Wa Ujang, Wa
Cucu, Wa, elis, Mang Uus, Mang Ade, Bi nyai, Bi ena, Mang Adi, Ceui
Ida, Baridz, Cici, dan Ani. Your parents is the best for me.
10. Teman-teman jurusan komunikasi dari angkatan 2006 sampai sekarang

baik regular maupun non regular. Bangkit mahendra, Heri perdana tarigan,
Ikbal fahmi, Rizki Fernando, Reja suryalaksana, Aulia hidayat, Nicko
rizfyanda utama, Dindin hasanudin, Mohammad Vicky darmawan, Agung
Rsjp, Ichwan adinata, Delia medina, Natasya puspa Yolanda, dan Sausan
saidah salam.
11. Kawan-kawan seperjuangan dari mulai awal perkuliahan sampai sekarang,
Agung Gumelar (Jidat), Muhamad Nida (Pejantan tangguh), Muhamad
Fandi Setiawan (Pembicara handal yang tak bisa dikalahkan), Rangga
Andriana (Dota Sejati), Achmad Ramdani Fitriyadi (Bos Bis), Dhamar
Indraloka (Anak Komunitas), Septian Akbar (Anak DWP), Akmal
Alamsyah (Anak Metal), Suryanto S A (Orang yang dituakan dan

iii

dihormati), Maulana Yusuf (Bos Jeans), Fahmi Malik Akbar (Pemain PES
2015), dan Putut Wiroreksono (Tukang Foto).
12. Teman-temanku yang tidak disebutkan namanya satu persatu. Atas
kebaikan dan pertemanannya selama ini.
Kepada semua pihak tersebut, semoga amal kebaikan yang telah dilakukan
selama ini mendapat ganjaran yang setimpal dan rahmat dari Allah SWT. Tiada

hal lain yang bisa penulis lakukan selain mendoakan yang terbaik untuk
semuanya. Akhir kata penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga penyusunan skripsi ini dapat
memberikan manfaat yang sahih bagi berbagai pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Serang, 13 Agustus 2015
Penulis,

Teguh Cipta

iv

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS .......... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN .................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBARPENGESAHANSKRIPSI…………………………………………..iii

MOTTO & PERSEMBAHAN ............................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah .................................................................................... 7

1.3

Identifikasi Penelitian ............................................................................... 8


1.4

Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

1.5

Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

1.5.1

Manfaat Teoritis ................................................................................ 8

1.5.2

Manfaat Praktis ................................................................................. 9

BAB II .................................................................................................................. 10
2.1 Interaksi Simbolik ....................................................................................... 10

v

2.1.1 Interaksionisme Simbolik ..................................................................... 14
2.1.2 Aksi dan Interaksi ................................................................................. 16
2.1.3 Analisis Percakapan .............................................................................. 19
2.3 Paradigma Konstruktivis ............................................................................. 20
2.4 Komunikasi Antar Pribadi ........................................................................... 23
2.5 Tinjauan Komunikasi .................................................................................. 26
2.5.1 Model Komunikasi ............................................................................... 27
2.5.2 Hakikat Komunikasi ............................................................................. 28
2.5.3 Definisi Komunikasi ............................................................................. 29
2.5.4 Komunikasi Verbal dan Nonverbal ...................................................... 31
2.5.5 Prinsip Komunikasi............................................................................... 34
2.6 Definisi Hiburan Malam ............................................................................. 39
2.6.1 Clubber.................................................................................................. 41
2.6.2 Definisi Diskotik ................................................................................... 41
2.6.3 Tempat Hiburan Malam Diskotik Dinasty Kota Cilegon ..................... 42
2.7 Kerangka Penelitian dan Kerangka Berpikir ............................................... 43
2.8 Penelitian Terdahulu.................................................................................... 45
BAB III ................................................................................................................. 49
3.1 Metodelogi Interaksionisme Simbolik Riset ............................................... 49
3.2 Metode Penelitian Kualitatif........................................................................ 51
3.3 Sifat Penelitian Exploratif Kualitatif ........................................................... 54
3.4 Instrumen Penelitian Kualitatif.................................................................... 54
3.4.1 Observasi Langsung.............................................................................. 56
3.4.2 Wawancara............................................................................................ 58
3.4.3 Dokumentasi ......................................................................................... 58

vi

3.5 Informan Penelitian ..................................................................................... 58
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 62
3.6.1 Validitas Data ....................................................................................... 63
3.6.2 Triangulasi ............................................................................................ 64
3.7 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 65
3.8 Jadwal Kegiatan Penelitian.......................................................................... 65
BAB IV ................................................................................................................. 67
4.1 Profil Objeck Pebelitian .............................................................................. 68
4.1.2 Diskotik Dinasty Kota Cilegon ............................................................. 68
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 70
4.2.1 Faktor-faktor Seseorang Melakukan Clubbing ..................................... 73
4.2.2 Aksi Clubber Di Diskotik Kota Cilegon............................................... 76
4.2.3 Interaksi Clubber Di Diskotik Kota Kota Cilegon ............................... 96
BAB V................................................................................................................. 108
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 108
5.2 Saran .......................................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 111
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 115

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 47
Tabel 3.1 Profil Informan..................................................................................... 61
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian.................................................................................. 66

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 DAFTAR INFORMAN .................................................................. 115
Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA ........................................................ 116
Lampiran 3 Transkip Wawancara Informan 1 ................................................... 118
Lampiran 4 Transkip Wawancara Informan 2 ................................................... 121
Lampiran 5 Transkip Wawancara Informan 3 ................................................... 123
Lampiran 6 Transkip Wawancara Informan 4 ................................................... 125
Lampiran 7 Transkip Wawancara Informan 5 ................................................... 127
Lampiran 8 Transkip Wawancara Informan 6 ................................................... 129
Lampiran 9 Dokumentasi Foto........................................................................... 131
Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup ................................................................... 137

ix

x

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Fenomena modernisasi melahirkan kehidupan yang telah banyak merubah

cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga peradaban yang terlahir
adalah terciptanya budaya masyarakat konsumtif dan hedonis dalam lingkungan
masyarakat kapitalis, (Marisaduma : 2007). Fenomena ini tidaklah dianggap
terlalu aneh, untuk dibicarakan dan bahkan sudah menjadi bagian dari budaya
baru hasil dari para importir yaitu para penguasa industri budaya yang sengaja
memporakporandakan tatanan budaya yang sudah mapan selama bertahun tahun
menjadi bagian dari jatidiri bangsa Indonesia itu. Tergesernya budaya setempat
dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru
yang konon katanya lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian
masyarakat, bahkan masyarakat rendah status sosialnyapun dapat dengan mudah
menerapkannya dalam aktifitas kehidupan.
Dunia malam contohnya yang menjadi pengaruh yang sangat kuat kepada
setiap lingkungan pergaulan, karena dunia malam adalah aktifitas yang ada saat
malam tiba. Hiburan malam, tempat hiburan, dan para penikmatnya adalah satu
paket pengisi dunia malam. Malam hari adalah milik mereka yang mencari
kesenangan duniawi. Waktunya untuk bersantai dan menikmati hidup. Misalnya
saja bersuka ria di berbagai klab malam, kafe, diskotik, karaoke atau pusat hiburan
lainnya. Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan industri wisata
1

2

dan hiburan malam berkembang pesat di kota-kota besar, (Stevanio : 2007). Istilah
dugem di kehidupan malam menjadi sangat terkenal di Indonesia seiring dengan
kebutuhan para „eksmud’ (eksekutif muda) untuk menyeimbangkan diri dari
tumpukan emosi dan rutinitas pekerjaan seminggu di kantor dan bisnis yang
dikelolanya sendiri.
Di kota cilegon khususnya terdapat tempat dugem yang sering digandrungi
semua kalangan, yaitu Diskotik dinasty yang berlokasi di Simpang Tiga Kota
Cilegon Provinsi Banten yang hanya berjarak seratusan meter dari Masjid
Al'Hadid. sebenarnya adalah tempat karaoke, hotel, dan restaurant. Akan tetapi
dimalam hari mereka membuka tempat clubbing yang dimulai dari jam 23.00
WIB sampai larut malam, malahan hingga pagi jam 04.00 WIB.
Dinasty adalah salah satu tempat hiburan malam di Cilegon yang minat
pengunjungnya termasuk banyak dibanding tempat hiburan lainnya. Karena,
penyuguhan didalamnya lebih meriah dan lebih bernuansa anak muda. Dilihat dari
musik yang dimainkan lebih energic, pengunjung yang datang dari kalangan
menengah ke atas, wanita cantik dan sexi menarik mata lelaki berkumpul disana,
dan kebalikannya para lelaki yang menggoda membuat para wanita-wanita
terpesona.
Manager perusahaan diskotik dinasty bernama ibu Lisa, di dalamnya
terbentuk sebuah organisasi seperti layaknya perusahaan, akan tetapi tidak
menentu, yang jelas di dalam perusahaan ini ada pimpinan dan karyawan lain
yang bekerja di diskotik tersebut. Dalam suatu tempat diskotik selalu ada regulasi

3

yang harus dipatuhi oleh para clubber dan pengunjung saat berada di sana.
Contohnya peraturan untuk para clubber, clubber dilarang memakai sandal pada
saat memasuki ruangan diskotik, dilarang memakai kaos, harus rapih, dilarang
keras membawa minuman dan makanan dari luar, dilarang membawa senjata
tajam, dan dilarang berbuat tindakan yang merugikan clubber lain. Itu salah satu
peraturan yang tertulis ditempat hiburan malam Dinasty Cilegon Banten.
Terbentuknya Diskotik Dinasty ini berawal dari hotel biasa, yang berubah
menjadi hotel menengah keatas, terus seiring berkembangnya zaman, Dinasty
membuka suatu tempat karaoke, yang lumayan bisa terbilang mewah dan high
class. Makin kesini perusahaan Dinasty semakin maju, dan akhirnya perusahaan
ini membuat suatu tempat diskotik yang letaknya di lantai 2 hotel yang pada
awalnya merupakan tempat karaoke, sehingga tempat karaoke sekarang berada di
lantai 1 dan hotel di lantai 3 dan di lantai 1.
Dibangunnya tempat diskotik Dinasty memunculkan pro dan kontra dari
berbagai kalangan. Dari kalangan ormas agama misalnya, mereka tidak
menginginkan dibangunnya tempat diskotik ini karena bertentangan dengan ajaran
agama dan kearifan lokal Banten. Selain itu, Pemerintah pun bersikeras untuk
menutup tempat tersebut dikarenakan melanggar peraturan daerah No: 2/2003
tentang Penyelenggaraan Tempat Hiburan. Memang pada dasarnya pemerintah
juga tidak begitu berperan dalam menangani masalah clubbing, karena
sesungguhnya itu kesadaran dari diri sendiri. Tetapi pemerintah berupaya
menanggulanginya dengan cara mengeluarkan RUU pornografi dan pornoaksi. Di
samping itu, ada saja pihak atau kalangan yang mendukung dibangunnya tempat

4

hiburan ini, dengan alasan sebagai sarana refreshing otak dalam menghilangkan
penatnya pekerjaan yang mereka hadapi dan masalah.
Berdugem-ria dengan menikmati suasana diskotik, cafe, bar atau lounge
yang menghadirkan musik dengan beat yang kuat, cepat dengan volume yang
keras yang merangsang badan ikut ‘shake n movin’ (berdisko) dan bergoyang
semalaman bisa membuat orang merasa rileks dan bisa menghilangkan kepenatan
di otak. Hal inilah yang membuat para penikmatnya tak dapat terlepas dari dugem
dan menjadikannya sebagai gaya hidup mereka, (Malbon : 2009).
Gaya hidup memiliki bermacam-macam arti. Gaya hidup seseorang adalah
pola hidup seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang dikatakan dalam kegiatan,
minat, dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Sedangkan umumnya orang
beranggapan bahwa gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang
diidentifikasikan dari bagaimana penggunaaan waktu (aktivitas), minat tentang
pentingnya lingkungannya, dan pendapat tentang dirinya sendiri dan

dunia

sekelilingnya, (Holland : 1995, Chatterton and Holland : 2001, dalam Malbon,
1999).
Dari dua pendapat di atas dapat di ambil pokok dari gaya hidup, yaitu (1)
pola kehidupan (2) terkait dengan aksi dan interaksi. Gaya hidup merupakan pola
hidup seseorang bagaimana orang menggunakan uang, waktu, dan minat serta
pendapatnya terhadap hal-hal yang ada di lingkungannya. Tidaklah mengherankan
jika dugem telah menjadi program rutin bagi penikmat dunia malam, maka

5

mereka rela mengalokasikan dana khusus untuk hal yang mereka sebut
memanjakan diri menghilangkan penat itu, (Jackson : 2003).
Di saat sebagian besar masyarakat tertidur, menyiapkan tenaga untuk
keesokan harinya, dunia malam akan terus bergeliat. Menyuguhkan hal-hal
menarik bagi sebagian orang yang tidak akan ditemukan bila matahari masih
berada di langit. Dunia di malam hari itu ibarat ibu yang merangkul anak-anaknya
dalam kenyamanan. Menyediakan berbagai fasilitas yang membuat anak-anaknya
nyaman dan betah untuk berlama-lama bersamanya. Ketiadaan sengatan matahari
semakin menambah gairah untuk merambah denyut malam yang masih
menyisakan bulir-bulir kehidupan.
Dunia di malam hari itu juga ibarat candu. Sebuah candu yang meski tidak
baik bagi kesehatan dan cenderung menyakitkan, namun tetap membuat para
penikmatnya ketagihan. Dunia gemerlap malam benar-benar fenomena dalam
kehidupan sosial masyarakat. Seakan bintang-bintang bertaburan di langit
dijadikan saksi betapa hati telah sangat terikat dengan apapun yang ditawarkan
oleh gelap malam hari itu. Hati yang merasa tak sanggup bermain dan berakrab
dengan sinar mentari. Hati yang lebih merasa bahagia ketika berada di antara
orang-orang yang lupa dengan dirinya sendiri karena terpengaruh oleh minuman
beralkohol dan makanan haram yang membuat tubuh membesar dan perut
membuncit Hati merasa sangat senang bertemu dengan teman-teman yang hanya
tertarik dengan isi dompet. Teman yang tak akan mendekat manakala kesedihan
dan kemalangan menghampiri diri. Teman yang tak akan mengenali siapa yang
pernah singgah di kehidupannya karena malam telah menghalangi penglihatannya.

6

Memperhatikan dunia tengah malam beserta para pelakunya yang
beraneka rupa, watak, dan kepentingan. Selama beberapa saat, peneliti jadi salah
satu penikmat hiburan malam. Semua itu dilakukan agar peneliti tahu betul
bagaimana kehidupan malam di Kota Cilegon khususnya di Dinasty Club yang
menurut sebagian orang fana. Tak bisa tutup mata dan telinga, dunia gemerlap
tengah malam memang ada.
Dunia malam adalah fenomena. Ia menyuguhkan hal "baru" dan dapat
membuat orang yang tidak terbiasa Hal yang tabu menjadi biasa saja. Normanorma keagamaan sebatas „mitos‟. Miris dan terkesan menghakimi, tapi memang
hal itulah yang terjadi. Orang awam yang tak pernah berpikir memasuki dunia
tersebut akan berpikir apa yang telah membuat banyak orang merasa sangat
bahagia dengan dunia yang begitu mengerikan itu, (Lovatt : 1996, dalam Malbon :
1999).
Malam ibarat perangko dengan amplopnya bila dikaitkan dengan
kehidupan orang-orang yang mementingkan apa yang ada di perut dan organ yang
ada di bawah perutnya. Hal positif dan negatif selalu ada di setiap aspek
kehidupan manusia. Begitupun, yang terjadi dengan dunia gemerlap malam.
Kepercayaan seperti itu seolah membawa angin segar bagi pelaku dunia gemerlap
yang baru dimulai pada waktu menjelang malam yang terlanjur dicap „tidak baik‟.
Di balik kesan-kesan „menyeramkan‟ dari dunia malam, nyatanya dunia
gemerlap malam menyuguhkan cerita-cerita penuh pelajaran yang hampir tidak
dapat ditemukan di Sekolah ataupun bangku Kuliah. Khususnya, bagi mereka
yang bekerja di malam hari. Misalnya, para pekerja dunia gemerlap malam yang

7

banyak ditemukan di tempat-tempat hiburan malam, seperti Diskotik dan tempattempat yang disebut kafe. Tidak semua di antara mereka ikut-ikutan menjadi
„gelap‟. Ada di antara para pekerja itu yang justru sangat mencintai malam karena
ia sangat mencintai pekerjaannya.
Hal ini terbukti dengan banyaknya tempat-tempat hiburan yang ada di
Kota Cilegon ini, Mulai dari Cafe, Club, Diskotik, dan tempat Karaoke. Tak dapat
dipungkiri di Kota Cilegon ini tak pernah sepi dari kunjungan turis domestik dan
manca Negara. Inilah yang membawa arus pembauran budaya asing di Kota ini,
selain budaya orang-orang metropolitan yang telah terkontaminasi. Bagi orangorang yang telah terbawa arus budaya barat ini, dunia malam bukanlah suatu
aktifitas yang tabu bagi mereka. Bahkan hal ini telah menjadi suatu konsumsi diri.
Orang-orang ini disebut sebagai penikmat dunia malam. Dari dunia malam inilah
muncul sebuah trend yang disebut „dugem‟ (dunia gemerlap). Maka dari itu,
peneliti memfokuskan penelitian ini disalah satu tempat hiburan malam terbesar
yang ada di Kota Cilegon Banten yang bernama Dynasty Club untuk mengetahui
lebih dalam aksi dan interaksi komunikasi simbolik yang dilakukan para penikmat
dunia malam ditempat hiburan tersebut.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, terlihat

bagaimana suatu budaya hiburan malam telah menjadi kebutuhan pokok bagi
sebagian orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga yang dapat
dirumuskan dalam penelitian kehidupan malam ini adalah : “Bagaimana Aksi
dan Interaksi Clubber di Tempat Hiburan Malam”.

8

1.3

Identifikasi Penelitian
Berdasarkan

latar

belakang

permasalahan

tersebut,

peneliti

mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti kedalam identifikasi sebagai
berikut :
1. Bagaimana aksi „clubber’ saat berada di Diskotik Dinasty Kota Cilegon?
2. Bagaimana interaksi yang ‘clubber’ lakukan saat berada di Diskotik
Dinasty Kota Cilegon?
1.4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan dan identikasi masalah, maka penelitian ini

dilakukan degan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan aksi apa saja yang dilakukan ‘clubber’ di Diskotik
Dinasty Kota Cilegon.
2. Untuk mendeskripsikan interaksi yang dilakukan ‘clubber’ di Diskotik
Dinasty Kota Cilegon.
1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis
Bagi ilmuan, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang dapat
memberikan wawasan berpikir terutama berkaitan dengan “Aksi dan Interaksi
Clubber di Tempat Hiburan Malam”.
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian
selanjutnya. Khususnya mengenai fenomena “Aksi dan Interaksi Clubber di

9

Tempat Hiburan Malam”. yang ditujukan kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi
Fakultas FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
1.5.2 Manfaat Praktis
Menggambarkan bagi pembaca mengenai kehidupan dunia malam.
Menjadi sumbangan informasi bagi keluarga atau lingkungan sekitar agar dapat
memberikan pengawasan dan dukungan yang positif melihat bebasnya kehidupan
dunia malam. Untuk para penikmat dunia malampun sebisa mungkin menghindari
dampak-dampak negatif yang berlebihan dari aktifitas ditempat hiburan malam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Tinjauan Pustaka ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang
berhubungan dengan masalah yang penulis angkat yaitu tentang Aksi dan
Interaksi Clubber di Tempat Hiburan Malam. Berikut penjelasan terkait teori-teori
yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Disini peneliti menggunakan teori
interaksi simbolik untuk menganalisis penelitiannya.
2.1 Interaksi Simbolik
Simbol dan arti memberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial manusia
(yang melibatkan aktor tunggal) dan pada interaksi sosial manusia (yang
melibatkan dua orang aktor atau lebih yang terlibat dalam tindakan sosial timbal
balik). Tindakan sosial adalah tindakan dimana individu bertindak dengan orang
lain dan pikiran. Dengan kata lain, dalam melakukan tindakan, seorang aktor
mencoba menaksir pengaruhnya terhadap aktor lain yang terlibat. Meski mereka
sering terlibat dalam perilaku tanpa pikir, perilaku berdasarkan kebiasaan, namun
manusia mempunyai kapasitas untuk terlibat dalam tindakan sosial, (George
Ritzer dan Douglas J.Goodman, 2007 : 293)
Mead juga menerobos dirinya sendiri dan membuat hidupnya sendiri
menjadi objek pengenalannya yang disebut Mead Self yang dapat kita
terjemahkan menjadi aku atau diri. Self dikenalnya mempunyai ciri-ciri dan status
tertentu. Manusia yang ditanya siapa dia, akan menjawab bahwa ia bernama anu,
beragama anu, berstatus sosial anu, dan lain sebagainya, (Effendy, 2007 : 391).

10

11

Cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan
masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian
dari perilaku manusia, yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Interaksi itu
membuat dia mengenal dunia dan dia sendiri. Mead mengatakan bahwa pikiran
(mind) dan aku/diri (self) dari masyarakat (society) atau proses interaksi. Bagi
mead tidak ada pikiran yang lepas dari situasi sosial. Karena berpikir adalah hasil
internalisasi proses interaksi dengan orang lain, (Effendy, 2007 : 392).
Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat nonverbal dan
pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak
yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang
mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol
yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui
pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan,
pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan
oleh orang lain, (Morissan, M.A. dan Dr. Andy Corry Whardany, 2009 : 143).
Definisi dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik yang dikemukakan
mead adalah :
1. Mind (pikiran) : kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai
makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan
pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
2. Self (diri pribadi) : kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari
penilaian

sudut

pandang

atau

pendapat

orang

lain,

dan

teori

12

interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi
yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
3. Society (masyarakat) : hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan
dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu
tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan
sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses
pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
Morissan, M.A. dan Dr. Andy Corry Whardany, dalam buku teori
komunikasi (2009 : 143) mengemukakan bahwa ada tiga tema konsep pemikiran
George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain :
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia.
Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku
manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses
komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di
konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk
menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama dimana asumsi-asumsi
itu adalah sebagai berikut : Manusia, bertindak, terhadap, manusia, lainnya
berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, Makna diciptakan
dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
2. Pentingnya konsep mengenai diri (self concept).
Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu
tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya
dengan cara antara lain : Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui

13

interaksi dengan orang lain, konsep diri membentuk motif yang penting untuk
perilaku Mead seringkali menyatakan hal ini sebagai : ”The particular kind of role
thinking–imagining how we look to another person” or ”ability to see ourselves in
the reflection of another glass”.
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu dan
masyarakat, dimana norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya,
tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam
sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan
mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang
berkaitan dengan tema ini adalah : Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi
oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Pada masanya, sejumlah ahli sosiologi mengkhususkan diri pada untuk
penelitian studi terhadap interaksi sosial. Ini sesuai dengan pandangan ahli
sosiologi seperti Max Weber bahwa pokok pembahasan sosiologi ialah tindakan
sosial, (Kamanto Sunarto, 2004 : 37). Ahli antropologi Edward T. Hall dalam
bukunya: The Hidden Dimension (1982) mengemukakan bahwa dalam interaksi
dijumpai aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Pengamatan terhadap
penggunaan ruang beserta teori-teorinya oleh Hall dinamakan proxemics.
Meskipun diantara para penganut teori interaksionisme simbol terdapat
perbedaan pandangan, namun semuanya memiliki tujuan yang sama intinya.
Turner mencatat bahwa mereka sepakat mengenai beberapa hal. Pertama, terdapat

14

kesepakatan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu menciptakan dan
menggunakan simbol. Kedua, manusia menggunakan simbol untuk saling
berkomunikasi. Ketiga, manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran (role
taking). Keempat, masyarakat tercipta, bertahan, dan berubah berdasarkan
kemapuan manusia untuk berpikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan
renungan, dan untuk melakukan evaluasi, (kamanto sunarto, 2004 : 233).
2.1.1 Interaksionisme Simbolik
Dari sekian banyak pakar yang memberikan dasar dan yang
mengembangkan interaksionisme simbolik, ada suatu pemikiran dari pakar
sosiologi sosial yamg bernama George Herbert Mead mahaguru Universitas
Chicago (1863-1931). Mead dianggap sebagai bapak interaksionisme simbolik,
karena pemikirannya yang luar biasa. Dia mengatakan bahwa pikiran manusia
mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang
dialaminya, menerangkan asal mulanya dan meramalkannya.
Sosio dan kultural menunjukan bagaimana pelaku komunikasi memahami
diri mereka sebagai makhluk-makhluk kesatuan dengan perbedaan-perbedaan
individu dan bagaimana perbedaan tersebut tersusun secara sosial dan bukan
ditentukan oleh mekanisme psikologis atau biologis yang tetap. Teori sosial
kultural ada karena seseorang melakukan interaksi, ( W. Littlejohn, Stephen,
2009)
Interaksionisme simbolis merupakan sebuah cara berfikir mengenai
pikiran, diri sendiri, dan masyarakat yang telah memberi kontribusi yang besar

15

terhadap tradisi sosiokultural dalam teori komunikasi. George Herbert Mead
dianggap sebagai penggagas interaksionisme simbolis. Dengan dasar-dasar
dibidang sosiologi, interaksi simbolik mengajarkan bahwa manusia berinteraksi
satu sama lain sepanjang waktu, mereka berbagi pengertian untuk istilah-istilah
dan tindakan-tindakan tertentu, dan memahami kejadian-kejadian dalam cara-cara
tertentu pula, ( W. Littlejohn, Stephen, 2009)
Sebenarnya, sebuah hasil penting dalam interaksi adalah sebuah gagasan
khusus mengenai diri sendiri yaitu siapakah anda sebagai seseorang. Manford
Khun dan para siswanya menempatkan diri sendiri pada pusat kehidupan sosial.
Komunikasi sangat penting dari awal karena anak-anak bersosialisasi melalui
interaksi dengan orang lain dalam lingkurang disekitar mereka. Proses
bernegosiasi dengan dunia sekitar juga hadir melalui komunikasi, contohnya,
seseorang memahami dan berhadapan dengan objek dilingkungannya melalui
interaksi sosial. Sebuah objek dapat menjadi aspek apa saja dari realitas
seseorang: sebuah barang, sebuah kualitas, sebuah kejadian, atau sebuah situasi.
Satu-satunya syarat agar sesuatu bisa menjadi sebuah objek adalah bahwa
seseorang harus memberi nama atau menghadirkannya secara simbolis. Oleh
karena itu, objek-objek lebih dari sekadar hal-hal obyektif: mereka merupakan
objek-objek sosial dan realitas merupakan totalitas dari objek-objek sosial
seseorang, ( W. Littlejohn, Stephen, 2009)
Pelaku komunikasi tidak hanya berinteraksi dengan orang lain dan dengan
objek-objek sosial: mereka juga berkomunikasi dengan diri mereka sendiri. Para
pelaku komunikasi melakukan percakapan diri sendiri sebagai dari proses

16

interaksi: yaitu kita berbicara pada diri kita sendiri dan memiliki percakapan
dalam pikiran kita untuk membedakan benda dan manusia. Ketika mengambil
keputusan mengenai bagaimana bertindak terhadap suatu objek sosial, kita
nenciptakan apa yang kita sebut Khun sebagai rencana tindakan yang dipandu
oleh sikap atau pernyataan verbal yang menunjukan nilai-nilai terhadap tindakan
apa yang akan diarahkan. Sebagi contoh, kuliah melibatkan rencana tindakan
(sebenarnya sebuah kumpulan tindakan) yang dipandu oleh sebuah susunan sikap
mengenai apa yang anda inginkan untuk keluar dari kampus. Sebagai contoh
bagaimana anda terhubung dengan kuliah dapat dipengaruhi oleh sikap positif
terhadap uang, karier, dan keberhasilan pribadi, ( W. Littlejohn, Stephen, 2009)
2.1.2 Aksi dan Interaksi
Joel

M.Charon

dalam

bukunya

Symbolic

Interactionism

mendefinisikan interaksi sebagai “aksi sosial bersama, individu-individu
berkomunikasi satu sama lain mengenai apa yang mereka lakukan dengan
mengorientasikan kegiatan kepada dirinya masing-masing” (mutual social action,
individuals, communicating to each other in what they do, orienting their acts to
each other, 1979).
Teoritisi interaksionisme simbolik memusatkan perhatian terutama pada
dampak dari makna dan simbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Disini
akan bermanfaat menggunakan pemikiran mead yang membedakan antara
perilaku lahiriah dan perilaku tersembunyi. Perilaku tersembunyi adalah proses
berpikir yang melibatkan simbol dan arti. Perilaku lahiriah adalah perilaku yang
sebenarnya dilakukan oleh aktor. Beberapa perilaku lahiriah tidak melibatkan

17

perilaku tersembunyi (perilaku karena kebiasaan atau tanggapan tanpa pikir
terhadap rangsangan external). Tetapi, sebagian besar tindakan manusia
melibatkan kedua jenis perilaku itu. Perilaku tersembunyi menjadi sasaran
perhatian utama teoritisi interaksionisme simbolik sedangkan perilaku lahiriah
menjadi sasaran perhatian utama teoritisi teori pertukaran atau penganut
behaviorisme tradisional pada umumnya, (George Ritzer dan Douglas J.Goodman,
2007 : 293)
Prespektif interaksi simbolik, perilaku manusia harus di pahami dari sudut
pandang subjek. Dimana teoritis interaksi simbolik ini memandang bahwa
kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan
simbol-simbol, (Mulyana, 2001: 70). Inti pada penelitian ini adalah mengungkap
bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan
apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesama.
Penggunaan simbol yang dapat menunjukkan sebuah makna tertentu, bukanlah
sebuah proses yang interpretasi yang diadakan melalui sebuah persetujuan resmi,
melainkan hasil dari proses interaksi sosial.
Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada
objek, melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. Negosiasi itu
dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya
objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan
atau peristiwa itu), (Arnold M Rose 1974:143 dalam Mulyana 2001:72)

18

Terbentuknya makna dari sebuah simbol tak lepas karena peranan individu
yang melakukan respon terhadap simbol tersebut. Individu dalam kehidupan
sosial selalu merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial
(perilaku manusia) yang kemudian memunculkan sebuah pemaknaan . Respon
yang mereka hasilkan bukan berasal dari faktor eksternal ataupun didapat dari
proses mekanis, namun lebih bergantung dari bagaimana individu tersebut
mendefinisikan apa yang mereka alami atau lihat. Jadi peranan individu sendirilah
yang dapat memberikan pemaknaan dan melakukan respon dalam kehidupan
sosialnya.
Namun, makna yang merupakan hasil interpretasi individu dapat berubah
dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan dari faktor-faktor yang berkaitan
dengan bentuk fisik (benda) ataupun tujuan (perilaku manusia) memungkinkan
adanya perubahan terhadap hasil intrepetasi barunya. Dan hal tersebut didukung
pula dengan faktor bahwa individu mampu melakukan proses mental, yakni
berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Proses mental tersebut dapat berwujud
proses membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukan.
Individu dapat melakukan antisipasi terhadap reaksi orang lain, mencari dan
memikirkan alternatif kata yang akan ia ucapkan.
Menurut pandangan Mead, perilaku manusia sebagai sosial dan berbeda
dengan perilaku hewan yang pada umumnya ditandai dengan stimulus dan respon.
Perilaku

merupakan

produk

dari

penafsiran

individu

atas

objek

di

sekitarnya.makna yang mereka berikan kepada objek berasal dari interaksi sosial
dan dapat berubah selama interaksi itu berlangsung.

19

2.1.3 Analisis Percakapan
salah satu karya dalam komunikasi yang paling menarik dan
terkenal adalah analisis percakapan. Merupakan sebuah cabang dari sosiologi
yang disebut etnometologi yang merupakan penelitian mendalam tentang
bagaimana manusia mengatur kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini melibatkan
beberapa metode untuk melihat dengan seksama pada cara-cara manusia bekerja
bersama untuk menciptakan organisasi sosial.
Analisis percakapan dipandang sebagai sebuah pencapaian sosial karena
mengharuskan kita melakukan sesuatu secara kooperatif melalui pembicaraan.
Analisis percakapan mencoba untuk menemukan dengan tepat apa pencapaian itu
dengan menguji dan seksama catatan percakapan itu sendiri. Oleh karena itu,
analisis

percakapan

digambarkan

dengan

pengujian

seksama

rangkaian

pembicaraan yang sebenernya. Para analisis melihat pada segmen percakapan
untuk jenis tindakan yang dicapai dalam pembicaraan, menguji apa yang
pembicara lakukan ketika mereka berkomunikasi.
Analisis percakapan (yang kuat dalam tradisi sosiokultural) tidak hanya
berhadapan dengan perbedaan-perbedaan individu atau proses-proses mental yang
tersembunyi, tetapi dengan apa yang terjadi dalam bahasa, dalam naskah, atau
dalam wacana gerakan maju mundur, pergantian giliran yang dibuat pelaku
komunikasi dan bagaimana mereka dapat mengatur rangkaian pembicaraan
mereka seperti yang muncul dalam perilaku sebenarnya. Hal yang sangat penting
dalam analisis percakapan adalah cara-cara pelaku komunikasi menciptakan
stabilitas dan pengaturan dalam pembicaraan mereka. Bahkan, ketika percakapan

20

terlihat buruk pada awalnya, ada pengaturan yang mendasarinya dan hubungan
untuk berbicara, serta pelaku percakapan sendiri benar-benar menciptakannya
seiring mereka berjalan. Pertama-tama, analisis bekerja secara induktif dengan
menguji detail dari percakapan-percakapan yang sebenarnya, dan selanjutnya
menyamakan prinsip-prinsip yang ada, dimana pelaku percakapan menyusun
pembicaraan mereka.
Analisis percakapan berhubungan dengan beragam masalah. Pertama, hal
ini berhubungan dengan apa yang ingin diketahui oleh pembicara untuk memulai
percakapan atau aturan-aturan percakapan. Fitur-fitur percakapan, seperti
pergantian giliran, jeda, dan celah, serta penimpaan telah menjadi ketertarikan
khusus. Analisis percakapan juga berhubungan dengan pelanggaran aturan dan
cara-cara manusia mencegah serta membenarkan kesalahan dalam pembicaraan.
2.3 Paradigma Konstruktivis
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paradigma
Konstruktivis. Paradigma konstruktivis yaitu Paradigma yang hampir merupakan
antithesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objecktivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu
sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui
pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan
menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka, (Hidayat, 2003 : 3).
Para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita yang berkontruksi
oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka

21

dengan yang lain. Dalam konstruktivis, setiap individu memiliki pengalaman yang
unik. Dengan demikian, peneliti dengan strategi seperti ini menyarankan bahwa
setiap cara yang di ambil individu dalam memandang dunia adalah valid, dan
perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut, (patton, 2002 : 96-97).
Dedi Mulyana (2003) mendefinisikan paradigma adalah suatu cara
pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat
dalam sosialisasi para penganut dan praktisnya. Paradigma menunjukan pada
mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat
normatif, menunjukan kepada praktisnya apa yang harus dilakukan tanpa perlu
melakukan pertimbangan eksistensi atau epistemologi yang panjang.
Neuman (2003) membedakan kriteria paradigma konstruktivis dengan
paradigma lainnya, yaitu ontologi, epistemologi, dan metodologi. Level ontologi,
paradigma konstruktivis melihat kenyataan sebagai hal yang ada tetapi realitas
bersifat majemuk, dan maknanya berbeda bagi setiap orang. Dalam epistemologi,
peneliti menggunakan pendekatan subjektif karena dengan cara itu bisa
menjabarkan pengonstruksian makna oleh individu.
Dalam metodologi, paradigma ini menggunakan berbagai macam jenis
pengonstruksian dan menggabungkannya dalam sebuah Konsensus. Penelitian ini
melibatkan dua aspek yaitu hermeunetik dan dialetik. Hermeunetik adalah
aktivitas dalam merangkai teks percakapan, tulisan, atau gambar. Sedangkan
dialetik adalah penggunaan dialog sebagai pendekatan agar subjek yang diteliti
dapat ditelaah pemikirannya dan dapat dibandingkan dengan cara berpikir

22

peneliti. Dengan begitu harmonitas komunikasi dan interaksi dapat dicapai dengan
maksimal.
Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui perilaku
dan interaksi komunikasi simbolik yang dilakukan clubber ditempat hiburan
malam secara subjektif. Kare