IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KECAMATAN WARUNGGUNUNG KABUPATEN LEBAK - FISIP Untirta Repository

  IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KECAMATAN WARUNGGUNUNG KABUPATEN LEBAK

SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  

Oleh :

AKBAR AGUNG MAESYA

NIM 6661102108

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

2015

  

ABSTRAK

AKBAR AGUNG MAESYA, 6661102108. Skripsi. Implementasi Kebijakan

Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Dalam Pengembangan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah Di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak.

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I DR. Suwaib

Amirudin, M.Si., Pembimbing II Riny Handayani, S.Si., M.Si.

  Implementasi Kebijakan Program Kredit Usaha Rakyat Dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak. Identifikasi masalah : Program KUR yang kurang tepat sasaran karena juga dinikmati oleh masyarakat yang tidak memiliki usaha; Minimnya sosialisasi yang dilakukan dari pihak pemerintah maupun Bank Pelaksana; Rendahnya partisipasi masyarakat yang dikarenakan ketakutan berurusan dengan pihak Bank.

  Metode penelitian adalah Kualitatif. Subjek penelitian: Warga Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak baik yang menerima KUR ataupun tidak. Teori Merilee S. Grindle (2003), isi kebijakannya mencakup: (i) Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan; (ii) Jenis manfaat yang akan dihasilkan; (iii) Derajat perubahan yang diinginkan; (iv) Kedudukan pembuat kebijakan; (v) (Siapa) pelaksana program; serta (vi) Sumberdaya yang dikerahkan. Sedangkan konteks implementasinya mencakup : (i) Power, Interest and Strategy of Actor Involved (kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat); (ii) Institution and Regime Characteristic (karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa); serta (iii) Compliance and Responsiveness (tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana). Hasil Penelitian: implementasi kebijakan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam pengembangan usaha mikro kecil dan menengah di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak belum optimal. Saran: 1) Mengoptimalkan sosialisasi mengenai program KUR baik oleh bank pelaksana maupun oleh pemerintah daerah; 2) Penguatan kerjasama antara Bank pelaksana dengan pemerintah daerah agar terciptanya sinergitas; 3) Memperketat pengawasan dari pemerintah terkait penyaluran KUR; 4) Mengoptimalkan tenaga pendampingan dari pemerintah daerah melalui instansi terkait terhadap usaha-usaha mikro kecil dan menengah didaerahnya; 5)Mengkaji kembali persyaratan pengajuan KUR sehingga lebih meringankan pelaku usaha kecil dalam memperoleh bantuan usaha dari pemerintah.

  Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Kebijakan Publik

  

ABSTRACT

AKBAR AGUNG MAESYA, 6661102108. Thesis. Implementation Policy

Loan Program (KUR) in the Development of Micro, Small and Medium

Enterprises In District Warunggunung Lebak. Study Program of Public

Administration, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan

Ageng Tirtayasa. Supervisor I DR. Suwaib Amirudin, M.Sc., Advisor II Riny

Hand, S.Si., M.Sc.

  

Policy Implementation People's Business Credit Program Under Development,

Micro, Small and Medium Enterprises In District Warunggunung Lebak.

Identification of the problem: the lack of proper KUR program is targeted

because it is also enjoyed by people who do not have a business; The lack of

socialization of the government and Bank Executive; The low participation of

communities due to fear of dealing with the Bank. The research method is

qualitative. Subject of research: Citizens Subdistrict Lebak Warunggunung both

receiving KUR or not. Theory Merilee S. Grindle (2003), the contents policies

include: (i) interests are affected by the policy; (ii) types of benefits to be

generated; (iii) The degree of desired change; (iv) The position of policy makers;

(v) (Who) implementing the program; and (vi) Resources are deployed. While the

context of the implementation include: (i) Power, Interest and Strategy of Actor

Involved (power, interests and strategies of the actors involved); (ii) Institution

and Regime Characteristic (characteristics of the institution and the ruling

regime); and (iii) Compliance and Responsiveness (level of compliance and the

response from the executor). Results: The implementation of the policy program

People's Business Credit (KUR) in the development of micro small and medium

enterprises in the district of Lebak Warunggunung not optimal. Suggestions: 1)

Optimizing the socialization of the KUR program either by a bank executive and

by local governments; 2) The strengthening of cooperation between the Bank

executive with local governments in order to create synergy; 3) Tightening the

supervision of the relevant government KUR; 4) Optimizing the power assistance

of the local government through relevant agencies to the efforts of small and

medium micro its region; 5) Assess return filing requirements KUR so much ease

small businesses in obtaining assistance from the government's efforts.

  Keywords: Policy Implementation, Public Policy

KATA PENGANTAR

  Dengan mengucapkan syukur

  Alhamdulillahirobbil’alamin peneliti

  panjatkan kehadirat ALLAH SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya, karena dengan ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  “Implementasi Kebijakan Program

Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak

  .

  Dengan selesainya Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung peneliti dalam upaya menyelesaikan penelitian ini. Maka peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  2. DR. Agus Sjafari, S.Sos. M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Mia Dwianna W., M.I.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Gandung Ismanto S.Sos., MM, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Sekretaris Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. DR. Suwaib Amirudin, M.Si Selaku Dosen Pembimbing I yang membimbing dan membantu peneliti dalam penyusunan proposal penelitian, terima kasih atas arahan dan pembelajarannya.

  9. Riny Handayani, S.Si., M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing dan membantu peneliti dalam penyusunan proposal penelitian, terima kasih atas arahan dan pembelajarannya.

  10. Semua Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membekali ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan.

  11. Agung Kristianto Selaku Kepala BRI Cabang Rangkasbitung, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

  12. Tisep Sumedi Selaku Kepala Unit Sampay BRI Cabang Rangkasbitung, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

  13. Seluruh Pegawai BRI Cabang Rangkasbitung yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.

  14. Warga masyarakat Kecamatan Warunggunung yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.

  15. Kedua Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan semangat dan nasehatnya, keluarga peneliti tercinta terima kasih atas segenap perhatian dan motivasinya, canda tawa serta dukungannya untuk peneliti. Kakak dan Kakak Ipar. Semoga Allah selalu melindungi dan memberkahi keluargaku dan terjaga keharmonisannya.

  16. Teman-teman seperjuanganku Jurusan Ilmu Administrasi Negara NR angkatan 2010, terima kasih semuanya atas bantuan, motivasi dan dukungannya untuk teman-temanku yang tak bisa kusebutkan satu persatu.

  17. Kekasih tercinta yaitu Juwita sari Haerul yang selalu mendoakan dan memotivasi agar saya tetap semangat mengerjakan penelitian ini.

  Akhir kata peneliti berharap dan berdoa kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini mendapat imbalan dari Allah SWT serta peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam Skripsi ini sehingga peneliti dengan rendah hati menerima masukan dari semua pihak agar dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi dan peneliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada pembaca umumnya.

  Serang, Agustus 2015 Peneliti

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL ABSTRAK ABSTRACT PERNYATAAN ORIGINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

  1.2. Identifikasi Masalah ...................................................................... 10

  1.3. Pembatasan Masalah ..................................................................... 11

  1.4. Perumusan Masalah ...................................................................... 11

  1.5. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11

  1.6. Manfaat Penelitian ........................................................................ 12

  1.7. Sistematika Penulisan ................................................................... 12

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

  2.1. Deskripsi Teori .............................................................................. 14

  2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 36

  2.3. Kerangka Berfikir ......................................................................... 39

  2.4. Asumsi Dasar Penelitian ............................................................... 42

  BAB III METODE PENELITIAN

  3.1. Metode Penelitian ......................................................................... 43

  3.2. Instrumen Penelitian ..................................................................... 44

  3.3. Informan Penelitian ....................................................................... 45

  3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46

  3.5. Teknik Analisis Data ..................................................................... 51

  3.6. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ..................................... 54

  3.7. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 56

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................... 58

  4.2. Deskripsi Data .............................................................................. 69

  4.3. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian ................................... 71

BAB V PENUTUP

  5.1. Kesimpulan ................................................................................... 107

  5.2. Saran ............................................................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 2.1. Siklus Skematik Dalam Pembuatan Kebijakan Publik ............... 28Gambar 2.2. Skema Kerangka Berfikir ............................................................ 41Gambar 3.1. Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model) ................ 53

  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Jumlah UMKM di Kecamatan Warunggunung .............................. 7Tabel 3.1. Tabel Infroman Penelitian............................................................... 46Tabel 3.2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ....................................................... 48Tabel 3.3. Jadwal Penelitian ............................................................................ 57Tabel 4.1. Kecamatan dan Luas Wilayah ........................................................ 60Tabel 4.2. Daftar Informan .............................................................................. 70Tabel 4.3. Temuan Lapangan ........................................................................... 103

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kemiskinan dan pengangguran merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari masalah yang ada di Indonesia. Sumber daya manusia yang masih minim sehingga sulit mendapatkan sumber penghasilan serta kebutuhan ekonomi yang mendesak menjadikan perekonomian masyarakat menjadi sangat lemah. Ini merupakan hal yang selalu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dari masa ke masa.

  Setiap tahun anggaran selalu digelontorkan oleh pemerintah untuk membangun perekonomian masyarakat. Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi alam harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu pula dengan potensi manusianya yang harus ditingkatkan dari segi pengetahuan serta keterampilannya sehingga mampu menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam secara maksimal, dan pelaksanaan program pembangunan dapat terealisasi.

  Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu negara dilaksanakan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, demikian halnya dengan tujuan dibentuknya negara Indonesia. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan Pembangunan Nasional Bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya.

  Berbagai rencana dan program-program pembangunan sebagai wujud pelaksanaan pemerintahan telah dibuat dan diimplementasikan di daerah -daerah, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat pemerintah daerah itu sendiri. Salah satu program pemerintah yaitu pembangunan perekonomian masyarakat yang didorong adanya program pro masyarakat.

  Dalam mewujudkan tujuan program pembangunan perekonomian masyarakat maka perlu adanya managerial dari pemerintah, agar program yang diluncurkan kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik. Selain itu juga perlu adanya sarana pengontrol yang berbasis kemajuan perekonomian masyarakat.

  Partisipasi masyarakat merupakan modal utama dalam upaya mencapai sasaran program pemerintah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Keberhasilan dalam pencapaian sasaran pelaksanaan program pembangunan perekonomian bukan semata-mata didasarkan pada kemampuan aparatur pemerintah, tetapi juga berkaitan dengan upaya mewujudkan kemampuan dan keamanan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan perekonomian masyarakat. Adanya partisipasi masyarakat akan mampu mengimbangi keterbatasan. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakatnya telah dilakukan, namun upaya tersebut selalu mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Pemerintahpun mengeluarkan kebijakan kembali yang kegunaannya yaitu untuk mengembangkan perekonomian masyarakat kecil yang memiliki usaha kecil menengah (UKM). Program peningkatan perekonomian masyarakat ini melibatkan beberapa instansi pemerintahan.

  Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan yang bertujuan meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan UMKMK. Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan UMKMK mencakup (Komite Kredit Usaha Rakyat):

  1. Peningkatan akses pada sumber pembiayaan

  2. Pengembangan kewirausaha

  3. Peningkatan pasar produk UMKMK

  4. Reformasi regulasi UMKMK Upaya peningkatan akses pada sumber pembiayaan antara lain dilakukan dengan memberikan penjaminan kredit bagi UMKMK melalui Kredit Usaha

  Rakyat (KUR). Pada tanggal 5 November 2007, Presiden meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah melalui PT Askrindo dan Perum Jamkrindo. Adapun Bank Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin ( Komite Kredit Usaha Rakyat ).

  Ada beberapa peraturan yang menjadi landasan hukum Kredit Usaha Rakyat, yaitu:

  1. Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan,

  2. Inpres 6 tahun 2007 tanggal 8 Maret 2007 tentang Kebijakan Percepatan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKMK guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia,

  3. MoU antara Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 9 Oktober 2007,

  4. Addendum I MoU Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 14 Februari 2008,

  5. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor 5 tahun 2008 tentang Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan bagi UMKMK,

  6. Perjanjian Kerja Sama antara Bank Pelaksana dengan Lembaga Penjaminan,

  7. Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan KUR,

  8. Addendum II MoU Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2010,

  9. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP-07/M.EKON/01/2010 Tentang Penambahan Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat,

  10. Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

  Kredit usaha rakyat adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada UMKM yang feasible tapi belum bankable. Maksud dari feasible dan bankable adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan meski belum masuk dalam kategori memenuhi persyaratan bank.

  Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM diperoleh pengertian bahwa: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini. Berikut peneliti lampirkan kriteriannya:

Tabel 1.1 Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang

  

UMKM

No. Uraian Kriteria Asset Omzet

  1 Usaha Mikro Maks 50 Juta Maks 300 Juta

  2 Usaha Kecil >50 Juta >300 Juta

  • – 500 Juta – 2,5 Miliar

  3 Usaha Menengah >500 Juta

  • – 10 Miliar >2,5 Miliar – 50 Miliar UMKM dan koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan , kelautan, dan perindustrian, kehutana dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan secara langsung. Maksudnya UMKM dan koperasi dapat langsung mengakses KUR di kantor cabang atau kantor cabang pembantu Bank pelaksana. Dapat juga di lakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat
mengakses KUR melalui lembaga keuangan mikro dan KSP/USP koperasi, atau melaui kegiatan linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank pelaksana.

  Sejak dimulainya program KUR pada November 2007 sampai pada Juli 2014, diketahui bahwa total realisasi kredit dari program KUR secara nasional yang dikelola oleh Komite KUR telah mencapai sekitar kurang lebih Rp. 147 Triliun dengan total debitur mencapai 11.309.283 jiwa. Dari angka tersebut, diketahui bahwa Bank BRI memiliki plafon kredit terbesar yaitu mencapai Rp.

  105 Triliun (Sumber: Komite KUR, 2014).

  Pada tahun 2005, Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia telah menetapkan Kabupaten Lebak sebagai salah satu daerah tertinggal dari 199 Kabupaten tertinggal yang ada di Indonesia. (Sumber: Ketertinggalan Kabupaten Lebak diliat dari minimnya infrastruktur, rendahnya tingkat perekonomian serta kesenjangan sosial yang terjadi di wilayah tersebut.

  Kecamatan Warunggunung merupakan daerah administrasi yang berada di Kabupaten Lebak, dengan luas wilayah 4.366,72 Ha. Jarak dari Kecamatan Warunggunung ke Ibu Kota Kabupaten hanya sekitar 10 Km. Kecamatan Warunggunung merupakan jalur penghubung antara Kabupaten Lebak dengan Kabupaten Pandeglang dan merupakan akses jalan menuju Ibu Kota Provinsi Banten (Kota Serang). Perekonomian di Kecamatan Warunggunung ditopang oleh usaha-usaha kecil yang dimiliki oleh warganya. Mayoritas penduduk bertahan hidup dengan berdagang baik sembako atau usaha kecil lain seperti makanan- makanan khas Lebak dan Banten. Sentra-sentra usaha kecil ini tumbuh dan berkembang dan menopang kehidupan masyarakat di wilayah tersebut.

  Di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, program KUR sangat diminati warga masyarakat. Ditambah lagi karena di daerah ini mayoritas merupakan tempat sentra usaha-usaha kecil mikro dan menengah di Kabupaten Lebak. Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, sampai pada periode Januari 2014 di Kecamatan Warunggunung terdapat 219 usaha yang terdata yang masuk kedalam kategori usaha mikro kecil dan menengah sedangkan jumlah koperasi yang terdata adalah 112 koperasi.

Tabel 1.2 Jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kecamatan Warunggunung

  

Kabupaten Lebak

Periode 2011-2014

Periode UMKM Koperasi

  2011 1492 102 2012 1541 106 2013 1573 109 2014 1613 112

  Data Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, 2014

  Dari tabel di atas, jumlah UMKM yang terdata di wilayah Kecamatan Warunggunung berjumlah 1613 UMKM dan 112 diantaranya berbadan hukum Koperasi sisanya belum berbadan hukum Koperasi. Data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak ini belum termasuk usaha warungan dan sembako.

  Diketahui bahwa total realisasi kredit sejak November 2007 dari program KUR khusus wilayah Kecamatan Warunggunung yang dikelola oleh Komite KUR mencapai sekitar kurang lebih Rp. 780 miliar dengan total debitur mencapai 1124 jiwa. (Sumber: Komite KUR, 2014). Jumlah ini merupakan jumlah terbesar untuk wilayah Kabupaten Lebak dan berdasarkan data yang diperoleh angka penyaluran KUR ini di dominasi oleh Bank BRI. Inilah alas an peneliti melakukan penelitian ini.

  Program KUR, membantu masyarakat dari segi akses permodalan serta dari segi pembiayaan. Dari observasi awal yang peneliti lakukan, dilihat bahwa program KUR diapresiasi tinggi oleh masyarakat di Kecamatan Warunggunung. Dari wawancara dengan Ibu Ida (Pemilik Warung sembako di wilayah Warunggunung), sejak adanya KUR, dirinya terbantu dalam hal permodalan.

  Ditambah lagi karena suku bunga dari program KUR masih bisa terjangkau oleh dirinya. Selain itu, persyaratan yang dibutuhkan untuk pengajuan kredit baginya juga tidak memberatkan (wawancara dilakukan pada 19 Agustus 2014 Pukul 13.20 Wib).

  Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Asep (Pemilik usaha warung makan di sekitaran Jalan Raya Pandeglang) bahwa setelah adanya KUR, dirinya sudah terbantu dan menjauh dari jeratan rentenir karena sebelumnya untuk menambah modal atau menutup kerugian dilakukan dengan meminjam uang dari rentenir. (wawancara dilakukan pada 19 Agustus 2014 Pukul 14.10 Wib). Sedangkan menurut Pak Ujang (Pemilik usaha Emping dan oleh-oleh khas Lebak), meski banyak kekurangan tetapi program KUR memang membantu dirinya selaku pengusaha kecil dalam memperoleh modal dengan suku bunga yang rendah dan persyaratan yang mudah. (wawancara dilakukan pada 19 Agustus 2014 Pukul 15.47 Wib).

  Dari observasi awal peneliti juga menemukan bahwa program KUR banyak yang tidak tepat sasaran. Program KUR yang merupakan program pemerintah yang dikhususkan bagi pelaku usaha kecil dan mikro justru dinikmati oleh masyarakat yang tidak memiliki usaha atau dinikmati oleh mereka yang ternyata mampu melakukan pinjaman tanpa perlu jaminan dari pemerintah (Hasil observasi peneliti dari wawancara dengan Bapak Sutarman nasabah KUR yang berstatus PNS pada tanggal 15 Oktober 2014 Pukul 11.25 WIB). Hal ini peneliti dapatkan ketika melakukan observasi di wilayah Kecamatan Warunggung. Dari data nasabah KUR BRI yang peneliti dapatkan, ternyata juga banyak nasabah KUR BRI menggunakan dana yang didapatkan bukan diperuntukkan untuk kegiatan usaha produktif (wawancara dengan Bapak Mahdi nasabah KUR yang berstatus sebagai Tukang Ojek pada tanggal 15 Oktober 2014 Pukul 12.50 WIB). Dari hasil audit yang dilakukan oleh internal perbankan, diketahui bahwa pada periode 2014, dari 457 nasabah KUR di Kecamatan Warunggunung terdapat 15 nasabah yang diketahui tidak layak menerima program KUR dan diketahui menggunakan dana dari program KUR untuk kegiatan yang bukan usaha produktif (Sumber: Audit internal BRI atau disebut Kanins). Dalam hal ini peneliti melihat bahwa minimnya sosialisasi dari pihak yang berwenang dalam pengelolaan KUR.

  Faktor lain yang sekiranya dapat menghambat pelaksanaan program KUR di Kecamatan Warunggunung, yaitu rendahnya tingkat partisipasi masyarakat yang memanfaatkan program tersebut. Adanya kekhawatiran terhadap suku bunga yang ada di bank, serta ada anggapan dari masyarakat bahwa jika berurusan dengan bank pasti melibatkan jaminan sementara mayoritas warga tidak memiliki jaminan selain usaha yang dijalankan (wawancara dengan Bapak H. Jamal pelaku usaha mikro emping melinjo yang bukan nasabah KUR pada tanggal 15 Oktober 2014 Pukul 13.25 WIB).

  Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

  “Implementasi Kebijakan Program Kredit Usaha

Rakyat (KUR) dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di

Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak

  ”.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah yaitu:

  1. Program KUR yang kurang tepat sasaran karena juga dinikmati oleh masyarakat yang tidak memiliki usaha.

  2. Minimnya sosialisasi yang dilakukan dari pihak pemerintah maupun Bank Pelaksanan.

  3. Rendahnya partisipasi masyarakat yang dikarenakan ketakutan berurusan dengan pihak Bank.

  1.3 Pembatasan Masalah

  Peneliti hanya membatasi penelitian ini pada bagaimana Implementasi Program Kredit Usaha Rakyat di Kecamatan Warunggunung dengan Bank BRI sebagai objek penelitiannya dikarenakan di wilayah tersebut, hanya Bank BRI yang ada satu-satunya.

  1.4 Perumusan Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang yang peneliti paparkan dan dengan memperhatikan pada fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan masalah, maka hal yang menjadi kajian peneliti, adalah: Bagaimana Implementasi Kebijakan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam Pengembangan UMKM di Kecamatan Warunggunung?

  1.5 Tujuan Penelitian

  Tanpa adanya tujuan penelitian, maka seorang peneliti tentunya akan mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana Kebijakan Program Kredit Usaha Rakyat di Kecamatan Warunggunung.

  1.6 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

  1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan karena akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan implementasi kebijakan pemerintah. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan studi administrasi negara.

  2. Secara Praktis Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

  1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai; Judul Penelitian, Latar Belakang Penelitian, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Pendekatan Masalah dan Sistematika Penulisan.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai; Deskripsi Teori, Deskripsi Implementasi Kebijakan, Kerangka Berfikir Penelitian dan Asumsi Dasar Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Lokasi dan Waktu Penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai; Deskripsi Obyek Penelitian, Gambaran Kecamatan Warunggunung, Deskripsi Data, Informan Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian. BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai; kesimpulan dari hasil

  penelitian yang telah dilakukan, kemudian memberikan saran-saran yang bersifat konstruktif pada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Kebijakan

  Sebelum kita membahas lebih jauh tentang implementasi kebijakan publik, alangkah baiknya apabila kita mengetahui dulu pengertian dari kebijakan.

  Kebijakan dapat diartikan sebagai berikut: ”Sebagai rangkaian konsep pokok dan asas yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan atau suatu konsep dasar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan suatu kepemimpinan dan cara bertindak.” (Fazri 2003:55) Menurut Dunn (2003:51) secara etimologis, istilah policy atau kebijakan berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu polis (Negara- Kota) dan pur (Kota). Sedangkan menurut Edi Suharto (2005:7), kebijakan dapat diartikan sebagai prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Lain dengan Eulau & Prewitt (dalam Suharto 2005:7) yang mengatakan bahwa kebijakan sebagai sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh prilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang mentaatinya (yang terkena kebijakan). Titmus (dalam Suharto 2005:7) mendefinisikan kebijakan sebagai:

  ”Prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan- tujuan tertentu yang senantiasa berorientasi kepada masalah dan

  Winarno (2002:31) mengartikan istilah kebijakan sebagai arah tindakan yang mempunyai tujuan yang diambil oleh seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan. Sedangkan Ricard (dalam Winarno 2002:15) mendefinisikan kebijakan sebagai, serangkaian tindakan yang sedikit banyak berhubungan dengan konsekuensi-konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan sebagai suatu keputusan tersendiri. Sedangkan menurut Carl J.

  Frederick (dalam Winarno 2002:16), istilah kebijakan dapat diartikan sebagai: ”Suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu”.

  Harold D. Laswell & Abraham Kaplam (dalam Islamy 1991:15) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah. Sedangkan Amara Raksasataya (dalam Islamy 1991:16) merumuskan bahwa:

  ”Kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, suatu kebijakan harus memuat tiga elemen yaitu: identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai, taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk tujuan yang diinginkan, dan penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik dan strategi.” Hogwood dan Gunn dalam Wicaksono (2006:53) menyebutkan sepuluh penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian modern, diantaranya:

  a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a

  field of activity ) ekonomi, kebijakan industry, atau kebijakan hukum dan ketertiban.

  b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as expression of general purpose or desired state of

  affairs )

  Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.

  c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal) Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.

  d. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government) Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden.

  e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization) Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-lembaga pembuat kebiijakan lainnya.

  f. Sebagai sebuah program (as a programe) Contohnya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan perempuan.

  g. Sebagai output (as output) Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena dampaknya.

  h. Sebagai hasil (as outcome) Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap pendapatan petani dan standar hidup dan output agricultural dari program reformasi agararia. i. Sebagai teori atau model (as a theory or model)

  Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industry manufaktur, maka output industry akan berkembang. j. Sebagai sebuah proses (as a process)

  Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issues lalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilan keputusan untuk implementasi dan evaluasi. Kebijakan dan politik menjadi istilah yang sama sekali berbeda. Bahasan serta retorika kebijakan menjadi instrumen utama rasionalitas publik. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Laswell dalam Wicaksono

  (2006:53) sebagai berikut:

  

"The word policy commonly use to designate the most important

choices made either in organized or in private life... policy is

free for many undesirable connotation clustered about the word

political, which is often beleived to imply partisanship or

corruption"

  (kata "kebijakan" pada umumnya dipakai untuk menunjukan pilihan terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau privat... "kebijakan" bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis yang diyakini mengandung makna "keberpihakan" dan "korupsi"). Dari beberapa definisi kebijakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah suatu rangkaian konsep pokok dan asas yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang mengandung program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah dengan dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan mereka yang mematuhi keputusan tersebut.

2.1.2 Pengertian Publik

  Setelah mengetahui tentang pengertian kebijakan menurut beberapa tokoh, maka pada bagian ini peneliti akan membahas mengenai pengertian publik. Tujuannya agar mengetahui apa itu publik sebelum membahas tentang kebijakan publik.

  Dalam kehidupan sehari-hari sering kali mendengar kata publik, sehingga sering timbul pertanyaan tentang apa itu publik? Dan siapakah publik tersebut. Publik memiliki beberapa pengertian. Poerwadaminta (dalam kamus Bahasa Indonesia) dengan mengadaptasi dari kata public dalam Bahasa Inggris kedalam Bahasa Indonesia yaitu publik yang diartikan sebagai masyarakat umum, rakyat umum, orang banyak. Adapun dalam Bahasa Inggris kata public sendiri diartikan sebagai umum, masyarakat atau negara.

  Dalam bahasa Yunani, istilah public seringkali dipadankan pula dengan istilah Koinon atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan kata

  

common yang bermakna hubungan antar individu. Oleh karenanya public

  seringkali dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan bersama. (Wicaksono, 2006:30)

  W.F. Baber sebagaimana telah dikutip oleh Massey dalam bukunya Managing Public Sector : A Comparative Analysis of the United

  

Kingdom and the United State berpendapat bahwa sektor publik memiliki 10

  ciri yang membedakan dengan sektor swasta (Wicaksono, 2006:30), diantaranya adalah: a. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih ambigu, b. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam mengimplementasikan keputusan-keputusannya, c. Sektor publik lebih memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi yang sangat beragam, d. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahankan peuang dan kapasitas.

  e.

  Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atas keegagalan pasar,

  f. Sektor publik lebih banyak melakukan aktivitas yang

  memiliki signifikasi simbolik,

  g. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen

  dan legalitas, h. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar dalam merspon isu- isu keadilan dan kejujuran,

  i.

  Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik, dan

  j. Sektor publik harus mempertahankan level dukungan publik minimal di atas level yang dibutuhkan dalam industri swasta.

  Setelah kita pahami apa dan siapa yang dimaksud dengan publik, selanjutnya kita akan memahami publik dalam berbagai perspektif. Menurut Carl J. Frederick (dalam Winarno 2002:16) terdapat lima model formal yang berkaitan dengan kedudukan konsep publik yang umum digunakan dalam ilmu-ilmu sosial yang dikaji dalam rangka revitalisasi. Kelima perspektif tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Perspektif pluralis, di mana dalam perspektif ini publik dipandang sebagai konfigurasi dari berbagai kelompok-kelompok kepentingan.

  Setiap orang yang mempunyai kepentingan yang sama akan bergabung satu sama lain dan membentuk satu kelompok yang nantinya kelompok kepentingan tersebut berinteraksi dan berkompetisi untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan individu yang mereka wakili, khususnya dalam konteks pemerintahan.

  2. Perspektif pilihan publik, di mana perspektif ini berakar pada tradisi pemikiran utilitarian yang sangat menekankan pada soal kebahagiaan dan kepentingan individu, yang memandang bahwa publik seolah-olah sebagai konsumen dan pasar.

  3. Perspektif legislatif, di mana sifat pemerintah yang demokratis tidak selalu menggunakan sistem perwakilan secara langsung karena pada kenyataannya banyak pemerintahan yang demokratis, namun menggunakan sistem perwakilan secara tidak langsung. Asumsi perspektif ini adalah setiap pejabat yang diangkat untuk mewakili kepentingan publik, sehingga memiliki legitimasi mewujudkan perspektif publik dalam administrasi publik.

  4. Perspektif penyedia layanan, di mana perspektif ini memandang bahwa publik sebagai pelanggan yang harus dilayani. Dan pemerintah mempunyai tugas untuk melayani publik yang terdiri dari individu-individu dan kelompok-kelompok.