KEBIJAKAN DINAS KOPERASI DAN UMKM DALAM MENYALURKAN KREDIT USAHA RAKYAT OLEH PIHAK KETIGA UNTUK MODAL USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI LAMPUNG

  

KEBIJAKAN DINAS KOPERASI DAN UMKM DALAM

MENYALURKAN KREDIT USAHA RAKYAT OLEH PIHAK KETIGA

UNTUK MODAL USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI

PROVINSI LAMPUNG

JURNAL ILMIAH

Oleh

M. Atha Hidayatullah

  

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

  

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

  

ABSTRAK

KEBIJAKAN DINAS KOPERASI DAN UMKM DALAM

MENYALURKAN KREDIT USAHA RAKYAT OLEH PIHAK KETIGA

UNTUK MODAL USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI

PROVINSI LAMPUNG

Oleh

M. Atha Hidayatullah, Charles Jackson, S.H., M.H., Eka Deviani, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  E-mail : Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memiliki peran dan kontribusi yang cukup besar dalam Perekonomian Indonesia. Dalam upaya untuk mengambil langkah- langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UMKM, maka perlu diatur Pedoman Pelaksana Kredit Usaha Rakyat yang mengacu pada Kebijakan Dinas Koperasi dan UMKM dalam menyalurkan Kredit Usaha Rakyat yaitu Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Mikro.

  Permasalahan penelitian: (1) Bagaimanakah Kebijakan Dinas Koperasi dan UMKM dalam Menyalurkan Kredit Usaha Rakyat oleh Pihak Ketiga untuk Modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Lampung? (2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam Menyalurkan Kredit Usaha Rakyat oleh Pihak Ketiga untuk Modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah pada Kantor Dinas Koperasi dan UMKM di Provinsi Lampung? Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif empiris. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Pengolahan data dilakukan melalui tahap seleksi data, pemeriksaan data, klasifikasi data, dan penyusunan data. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat, Bank Pelaksana tidak mengharuskan pemohon untuk menjadi anggota koperasi. Hal ini dikarenakan merupakan sebuah kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak Bank Pelaksana. Faktor penghambat dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat oleh Pihak Ketiga yaitu tersendat nya pembayaran angsuran kredit tersebut dan sektor usaha yang ditunjuk oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian memiliki keuntungan yang tidak stabil.

  Kata Kunci: Kebijakan, Dinas Koperasi, Kredit Usaha Rakyat

  

ABSTRACT

THE POLICY OF COOPERATIVE DEPARTMENT AND MSMEs IN

DISTRIBUTING CREDIT FOR BUSSINESS (KUR) AS BUSSINESS

CAPITAL BY THIRD PARTY IN LAMPUNG PROVINCE

  

By

M. Atha Hidayatullah, Charles Jackson, S.H., M.H., Eka Deviani, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  E-mail : Enterprises like Micro, Small and Medium have a significant role and contribution in the Indonesian economy. In an effort to solve the obstacles and problems in the financial policies for MSMEs (Micro Small, Medium Enterprises), it is necessary to regulate the Guidelines for the Implementation of Credit for Bussiness (KUR) which refers to the Policy of the Cooperative Department and MSMEs in distributing Credit for Bussiness, namely the Coordinating Minister for Economic Affairs as the Chairman of the Policy Committee on Financing For Micro, Small and Medium Enterprises No. 4/2015 regarding the Guidelines for Micro Credit of Micro Business Enterprises. The research problems are formulated as follows : (1) How is the policy of the Cooperative Department and MSMEs in distributing Credit for Bussiness (KUR) by third party to Micro, Small and Medium Enterprises in Lampung Province? (2) What are the inhibiting factors in distributing Credit for Bussiness (KUR) as bussiness capital by third party to Micro, Small and Medium Enterprises at the office of Cooperative Department and MSMEs in Lampung Province? The approach used in this research was empirical normative approach. The data sources consisted of primary data and secondary data. The data collection was done through literature study and field study. While the data processing was done through data selection, data examination, data classification, and data preparation. The data analysis was done with descriptive qualitative analysis. Based on the results of the research, it showed that: in the distribution of Credit for Bussines (KUR), the Executing Bank did not require the applicant to become a member of the cooperative. This is a policy that has been established by the Executing Bank. The inhibiting factors in the distribution of Credit for Bussiness by third party included the stagnant payment of loans and that the chosen enterprises by the Coordinating Minister for Economic Affairs has less stable profits.

  Keywords : Policy, Cooperative Department, Credit for Bussiness

  BAB I PENDAHULUAN Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 33 ayat (4), perekonomian

  nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat-lah yang diutamakan, bukan kemakmuran seseorang saja. Secara konstitusional makna yang terdapat pada pasal di atas memberikan kewajiban pemerintah untuk mendirikan koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah. Oleh karena itu diperlukan adanya undang-undang yang mengatur tentang koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang- Undang Dasar 1945 pada Pasal 33 ayat (1) dan (2) bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Pengaturan masalah Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah secara khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor

  25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

  Hal ini sesuai dengan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pada Pasal 3, yang menyebutkan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

  Perkembangan perekonomian Indonesia semakin lama semakin berkembang dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan perekonomian dan pendapatan perkapita penduduk. Koperasi, yang menjadi salah satu Lembaga keuangan di Indonesia yang mempunyai tugas mengatur, menghimpun, dan menyalurkan dana dari masyarakat ke masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu perekonomian Indonesia agar menjadi lebih baik.

  Bank merupakan pihak ketiga yang dipercaya oleh koperasi dan masyarakat untuk melakukan tugas menyalurkan dana ke pihak yang kekurangan dana. Sektor perbankan merupakan sesuatu hal yang vital karena menjadi urat nadi perekonomian nasional. Di perbankan inilah terjadi aliran uang yang mendukung kegiatan ekonomi. Roda perekonomian masyarakat Indonesia menjadi semakin baik dengan hadirnya perbankan tersebut. Pertumbuhan bank sendiri dikatakan baik apabila mampu menghimpun dana dari masyarakat dalam jumlah yang besar sehingga dana tersebut dapat dioperasikan oleh bank dalam Dana bank yang diperoleh dari masyarakat tersebut terikat oleh waktu maka dari itu bank harus optimal agar dana operasionalnya terus bertambah. Prioritas pertama dana bank dialokasikan untuk cadangan hukum, prioritas kedua untuk menjamin likuiditas agar dapat mencukupi permintaan penarikan deposannya. Setelah itu apabila ada sisa dana bank maka dana tersebut digunakan untuk pemakaian yang nantinya memberikan pendapatan bagi bank, salah satunya dengan kredit yang ditawarkan oleh bank yang beragam jenis peminjamnya, besar pinjaman, jangka waktu, skedul jatuh tempo pelunasan, risiko, jaminan, dan lain- lain. Kata kredit sendiri berasal dari bahasa Yunani Credere yang mempunyai arti kepercayaan, sedangkan bahasa Latinnya Creditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Undang-undang tentang kredit adalah Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, yang mendefinisikan pengertian kredit sebagai berikut (Pasal

  1 Ayat 12) bahwa: “Penyediaan uang atau tagihan- tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.” Koperasi sebelum adanya Kredit Usaha Rakyat (yang selanjutnya disingkat KUR) tidak berkembang karena tingkat partisipasi masyarakat masih rendah. Hal ini dikarenakan belum optimal. Masyarakat hanya mengetahui koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Mereka tidak mengetahui bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus.

  Keadaan seperti ini tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggota nya sendiri terhadap pengurus.

  Kurang berkembangnya koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal keuangan badan usaha tersebut. Kendala modal itu bisa jadi karena kurang adanya dukungan modal yang kuat dan dalam atau bahkan sebaliknya terlalu tergantungnya modal dan sumber koperasi itu sendiri. Jadi, untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan melalui terobosan structural, maksudnya dilakukannya restrukturasi dalam penguasaan factor produksi.

  Pada tanggal 5 November 2007, pemerintah mulai mencanangkan program Kredit Usaha Rakyat (yang selanjutnya disingkat KUR) sebagai respon atas Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 agar penyaluran kredit dapat merata. Kredit Usaha Rakyat ini ditujukan bagi kelompok- kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (yang selanjutnya disingkat UMKM) di Indonesia. Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Mikro.

  Dalam menjalankan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (yang selanjutnya disingkat UMKM), diperlukan penyaluran Kredit Usaha Rakyat oleh Koperasi. UMKM telah diatur secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. UMKM memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi karena tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi dan menggunakan sumber daya alam lokal. UMKM merupakan salah satu barometer bagi perekonomian nasional.

  Kebijakan tentang penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 135/ PMK.05/2008 tentang fasilitas pemerintah yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.05/2009. Selama ini kredit perbankan yang mengalir untuk sektor UMKM dirasa masih kurang karena sulitnya akses yang salah satunya adalah ketatnya persyaratan dalam kredit termasuk masalah jaminan. Dahulu analisis kredit masih mengutamakan jaminan dan karakter untuk menjamin adanya risiko kredit sehingga orang-orang lebih memilih mencari alternatif sumber dana lainnya selain di bank

  Namun sekarang, persyaratan untuk mengajukan Kredit Usaha Rakyat ini tidak begitu sulit karena kredit ini sektor UMKM mendapatkan pinjaman modal agar usahanya dapat berkembang.

  Pada bulan Mei 2014 Undang- Undang Koperasi (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012) yang baru resmi dibatalkan. Keputusan Mahkamah Konstitusi. Putusan Nomor 28/PUU-XI/2013 dalam amar putusannya antara lain memutuskan sebagai berikut: 1.

  Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian bertentangan dengan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.

  2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian tidak mempunyai Kekuatan Hukum Mengikat.

  3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian berlaku untuk sementara waktu sampai dengan terbentuknya Undang-Undang yang baru.

  Mahkamah Konstitusi (yang selanjutnya disingkat MK) menyatakan Undang-Undang Nomor

  17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat.Pertimbangan hakim menyatakan filosofi dalam Undang-Undang Perkoperasian ternyata tidak sesuai dengan hakikat susunan perekonomian sebagai usaha bersama dan berdasarkan asas kekeluargaan yang tercantum dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945. selanjutnya disingkat MK) juga menegaskan bahwa undang-undang itu mengutamakan skema serta mengesampingkan modal sosial yang menjadi ciri fundamental koperasi sebagai entitas khas pelaku ekonomi berdasarkan UUD 1945. Pada sisi lain, koperasi harus menjadi sama dan tidak berbeda dengan perseroan terbatas dan kehilangan roh konstitusionalnya sebagai bangsa yang berfilosofi gotong royong. Pembatalan undang- undang terbaru itu, secara otomatis acuan yang diikuti seluruh geralan koperasi Indonesia tetap mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Mengacu pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengambil judul

  “Kebijakan Dinas Koperasi dan UMKM dalam Menyalurkan Kredit Usaha Rakyat Oleh Pihak Ketiga Untuk Modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Lampung

  Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

  Koperasi dan UMKM dalam Menyalurkan Kredit Usaha Rakyat oleh Pihak Ketiga untuk Modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Lampung ? 2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam Menyalurkan Kredit Usaha Rakyat oleh Pihak Ketiga untuk Modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah pada Kantor Dinas

  Koperasi dan UMKM di Provinsi Lampung ?

METODE PENELITIAN

  2.1 Pendekatan Masalah

  Pendekatan masalah dilakukan dengan pendekatan secara normatif dan pendekatan secara empiris. Pendekatan secara normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari peraturan-peraturan hukum yang berlaku yang erat kaitannya dengan permasalahan penelitian yang meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen- dokumen resmi dan sumber lain yang erat kaitannya dengan permasalahan yang diteliti. Pendekatan empiris, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara melihat pada kenyataan langsung atau sesungguhnya, terhadap pihak yang berkompeten di lokasi penelitian dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

  2.2 Sumber Data

1.2. Permasalahan

  Sumber data yang dilkaukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

  2.3 Data Primer

  Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dengan cara melakukan wawancara dengan informan.

1. Bagaimanakah Kebijakan Dinas

  2.4 Data Sekunder

  Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh melalui studi kepustakaan (library research ) dengan cara membaca, menelaah, dan mengutip terhadap berbagai teori, asas dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan untuk dirangkum guna pembahasan dalam penelitian. pada bab-bab selanjutnya.

  Prosedur pengumpulan data dalam PEMBAHASAN penelitian ini dilakukan dengan cara berikut:

  3.1 Kebijakan Dinas Koperasi dan

  1. kepustakaan (library UMKM dalam Menyalurkan Studi

  research ), yaitu melakukan Kredit Usaha Rakyat Oleh

  serangkaian kegiatan seperti Pihak Ketiga Untuk Modal membaca, menelaah dan Usaha Mikro Kecil dan mengutip dari berbagai buku dan

  Menengah di Provinsi

  literature serta melakukan Lampung pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan Berdasarkan penjelasan di atas, tugas yang berkaitan dengan pokok Dinas Koperasi dan UMKM permasalahan dalam penelitian. Provinsi Lampung adalah 2. menyelenggarakan sebagaimana

  Studi lapangan (field research), dilakukan melalui wawancara urusan pemerintahan Provinsi di langsung terhadap pihak-pihak bidang koperasi, perindustrian dan yang terkait, yaitu sebagai perdagangan berdasarkan asas berikut: otonomi yang menjadi kewenangan, 1) tugas dekonsentrasi dan pembantuan

  Bapak Asroni, selaku Kepala Seksi Fasilitasi Usaha Mikro, serta tugas lain sesuai dengan Kecil, dan Menengah Dinas kebijakan yang ditetapkan oleh Koperasi dan UMKM Gebernur berdasarkan peraturan Provinsi Lampung perundang-undangan yang berlaku.

  2) Afrizan Lutfi Bapak

  Lunsinan, selaku Staf Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Penyaluran Kredit UMKM Lampung bekerjasama dengan salah Komersial dan Kredit satu Bank Pelaksana/Pihak Ketiga Program Bank Lampung yaitu Bank Lampung. Bank

  3) Lampung ditunjuk sebagai penyalur Bapak Doni, selaku pihak masyarakat sebagai Kredit Usaha Rakyat oleh Menteri debitur/pemohon. Koordinator Bidang Perekonomian

  Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro,

2.6 Analisis Data

  Analisis data yang dipergunakan Kecil, dan Menengah melalui dalam penelitian ini adalah analisis rekomendasi dari Otoritas Jasa deskriptif kualitatif yaitu analisis Keuangan (yang selanjutnya data yang dilakukan dengan disingkat OJK). Bank Lampung menjabarkan secara rinci berkoordinasi dengan Dinas kenyataan/keadaan atas suatu objek Koperasi dan UMKM Provinsi dalam bentuk kalimat guna Lampung terkait data dan pelaku memberikan gambaran yang lebih Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah jelas terhadap permasalahan yang yang ada di Provinsi Lampung. Hal diajukan, sehingga memudahkan ini sesuai dengan fungsi dari Dinas

  Lampung yaitu pengkoordinasian perumusan kebijakan di bidang Perkoperasian dan Usaha Mikro, Arah kebijakan di bidang Koperasi dan UMKM dalam periode tahun 2015-2019 adalah meningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar dalam rangka mendukung kemandirian perekonomian nasional. Strategi pembangunan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1.

  Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan

  2. Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran

  Peningkatan kemudahan, kepastian, dan perlindungan usaha

  Memperhatikan arah kebijakan peningkatan daya saing UMKM tersebut, Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor

  14 Tahun 2015 Tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM. Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan beranggotakan para menteri/kepala lembaga terkait dengan tugas untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan pembiayaan bagi UMKM termasuk penetapan prioritas bidang usaha, melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UMKM, dan mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UMKM.

  Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Kecil, dan Menengah Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Mikro memiliki beberapa dasar pertimbangan hukum diantaranya:

  Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4 Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan untuk meningkatkan tata kelola yang baik (good governance ) pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat perlu diatur Pedoman Pelaksanaan KUR; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Mikro;

3. Penguatan kelembagaan usaha 4.

  Kredit Usaha Rakyat (yang selanjutnya disingkat KUR) adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada debitur di bidang usaha yang produktif dan layak namun belum memenuhi persyaratan agunan tambahan Bank Pelaksana dengan plafon kredit sampai dengan Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin.

  Menurut penjelasan Bapak Asroni Mikro, Kecil, dan Menengah Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung, sumber dana penyaluran (seratus persen) dari dana Bank Pelaksana. Kredit Usaha Rakyat disalurkan oleh Bank Pelaksana dan dijamin secara langsung oleh Perusahaan Penjamin. Penjaminan Kredit Usaha Rakyat diberikan apabila memenuhi persyaratan berikut:

  1 1.

  Calon Debitur mempunyai usaha produktif dan layak namun tidak memiliki agunan tambahan sebesar yang dipersyaratkan Bank Pelaksana.

  2. Calon Debitur dapat sedang menerima Kredit/Pembiayaan, seperti Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, dan Kartu Kredit, serta Kredit Usaha Rakyat dengan kolektabilitas lancar.

  Usaha Mikro dan Kecil (yang selanjutnya disingkat

  IUMK) yang diterbitkan Pemerintah Daerah setempat dan atau surat ijin lainnya.

  4. Calon Debitur yang sedang menerima Kredit Usaha Rakyat diperbolehkan mendapatkan fasilitas tambahan kredit/pembiayaan dengan total pinjaman sebesar Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dengan pengaturan sebagai berikut: a.

  Untuk skema Kredit/ Pembiayaan Investasi dengan Kredit/ Pembiayaan Investasi dan Kredit/Pembiayaan 1 Hasil wawancara dengan Bapak

  Asroni, selaku Kepala Seksi Fasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung , Jum’at 7

  Modal Kerja dengan Kredit/Pembiayaan Modal Kerja diijinkan;

  Pemberian Pembiayaan Investasi dan Kredit/ Pembiayaan Modal Kerja dapat dilakukan bersamaan dalam program Kredit Usaha Rakyat.

  5. Untuk Calon Debitur yang akan meminjam Kredit Usaha Rakyat, diwajibkan untuk dilakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia; 6. Dalam hal Calon Debitur masih memiliki baki debet kredit/pembiayaan produktif dan kredit/pembiayaan program diluar Kredit Usaha Rakyat yang tercatat pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia (yang selanjutnya disingkat SID-BI), tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, maka diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan lampiran cetakan rekening dari Bank Pelaksana/pembiayaan sebelumnya;

3. Calon Debitur memiliki surat Ijin

  7. Setiap Debitur hanya dapat menerima Kredit Usaha Rakyat dengan total akumulasi plafon termasuk suplesi atau perpanjangan maksimal Rp 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) per debitur dari Bank Pelaksana; 8. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat oleh Bank Pelaksana dilaksanakan dengan mengacu kepada basis data yang dihimpun dari sumber Kementerian Teknis, Pemerintah Daerah, Bank Pelaksana, Perusahaan Penjamin.

  9. Perusahaan Penjamin menyiapkan daftar Debitur yang dinilai dapat memperoleh

  (yang selanjutnya disingkat IJP) dari Pemerintah kepada Kementerian Koperasi dan Anggaran (yang selanjutnya disingkat KPA).

  10. Bank Pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas-asas perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku di Bank Pelaksana.

  Dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (yang selanjutnya disingkat KUR), Bank Pelaksana tidak mengharuskan pemohon untuk menjadi anggota koperasi. Hal ini dikarenakan merupakan sebuah kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak Bank Pelaksana.

  Menurut penjelasan Bapak Afrizan Lutfi Lunsinan selaku Staf Penyaluran Kredit UMKM Komersial dan Kredit Program Bank Lampung, dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat, Bank Pelaksana/Pihak Ketiga memiliki kelebihan dana yang berasal dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Karena itu, tujuan diperlukannya Bank Pelaksana/Pihak Ketiga adalah mengolah dana yang berlebih untuk memperoleh laba dan pendapatan bunga, dimana perolehan laba dan pendapatan bunga ini menjadi salah satu sumber pemasukan bagi bank.

  Sedangkan manfaatnya yaitu memberi kesempatan kepada para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memperoleh kredit/pembiayaan secara langsung untuk melakukan kegiatan usaha mengembangkan usahanya menjadi lebih produktif. Hasil keuntungan dari Kredit Usaha Rakyat tersebut Pelaksana/Pihak Ketiga karena program Kredit Usaha Rakyat ini merupakan program pemerintah yang juga membantu pihak penyalur untuk mendapatkan keuntungan atau sumber pemasukan bagi bank. Batas waktu penunjukan Bank untuk menjadi Bank Pelaksana sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat yaitu selama Non Performing Loan (yang selanjutnya disingkat NPL) dibawah 5% (lima persen). Jika Bank Pelaksana tersebut memiliki Non

  Performing Loan (yang selanjutnya

  disingkat NPL) 5% (lima persen) ke atas, akan diberhentikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Yang dimaksud dengan Non Performing

  Loan (yang selanjutnya disingkat

  NPL) adalah kredit bermasalah atau suatu keadaan dimana debitur sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada Bank Pelaksana seperti yang telah diperjanjikan.

  2 Menurut penjelasan Bapak Asroni

  selaku Kepala Seksi Fasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung, persyaratan bagi Bank untuk dapat menjadi Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat, yaitu:

  3 2 Hasil wawancara dengan Bapak Afrizan Lutfi Lunsinan, selaku Staf Penyaluran Kredit UMKM Komersial dan Kredit Program Bank Lampung, Senin 17 April 2017. 3 Hasil wawancara dengan Bapak Asroni, selaku Kepala Seksi Fasilitasi Usaha

  1. Mengajukan permohonan keikutsertaan kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Menengah (yang selanjutnya disingkat UMKM);

  dan UMKM Provinsi Lampung , Jum’at 7

  4. Petugas akan melakukan analisa kredit dan akan memasukan analisa tersebut ke berkas peminjaman 4 Hasil wawancara dengan Bapak

  3. Melakukan kunjungan ke lokasi usaha pemohon untuk meneliti kelayakan usaha calon debitur/pemohon tersebut.

  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan format Arsip Data Keuangan (yang selanjutnya disingkat ADK) melalui web application . Tujuannya untuk mengetahui apakah calon debitur/pemohon sudah memiliki pinjaman Kredit Usaha Rakyat di Bank lain atau sudah menikmati fasilitas Kredit Usaha Rakyat. Bila sudah ada, peminjaman tersebut akan ditolak.

  Pas photo pemohon ukuran 4x6 dua lembar 2. Selanjutnya dilakukan online ke

  Fotocopy E-KTP pemohon b. Fotocopy Kartu Keluarga yang masih berlaku c.

  Mengajukan Permohonan ke Bank Lampung dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut: a.

  4 1.

  Lutfi Lunsinan selaku Staf Penyaluran Kredit UMKM Komersial dan Kredit Program Bank Lampung, mekanisme umum penyaluran Kredit Usaha Rakyat diatur sebagai berikut:

  keikutsertaannya sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat.

  6. Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat dapat dievaluasi dan ditinjau kembali

  2. Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat memenuhi kriteria Bank sehat dan informasi kinerja dari Otoritas Perbankan/Otoritas Jasa Keuangan (yang selanjutnya disingkat OJK);

  5. Penunjukan Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat ditetapkan dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

  NPL) 5% (lima persen) ke atas, tidak dapat menjadi Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat sampai tingkat NPL-nya dibawah 5% (lima persen) selama tiga bulan berturut-turut.

  Loan (yang selanjutnya disingkat

  NPL) dibawah 5% (lima persen) dapat menjadi Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat. Sedangkan Bank dengan Non Performing

  Loan (yang selanjutnya disingkat

  Bank Pelaksana Program Kredit Usaha Rakyat sebelumnya yang mempunyai Non Performing

  dengan Perusahaan Penjamin dan Sistem Informasi Kredit Program (yang selanjutnya disingkat SIKP); 4. Bank yang telah ditunjuk sebagai

  system data Kredit Usaha Rakyat

  3. Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat harus menyiapkan online

  Afrizan Lutfi Lunsinan, selaku Staf Penyaluran Kredit UMKM Komersial dan Kredit Program Bank Lampung, Senin 17

  5. Petugas mengajukan kepada pimpinan untuk memutuskan apakah usaha tersebut dapat 6. Setelah disetujui, selanjutnya akan di proses pembuatan perjanjian kredit dan penomoran rekening

  7. Melakukan online penjaminan ke lembaga penjaminan yang bekerjasama dengan Bank Lampung dengan menyertakan nomor perjanjian kredit dan rekening sampai mendapat nomor penjaminan

  8. Setelah mendapat nomor penjaminan, akan di proses pencairan dana/penandatanganan perjanjian kredit yang dihadiri calon debitur/pemohon

  9. Dana pencairan tersebut tidak diberikan secara tunai, akan tetapi di pindah bukukan ke rekening simpanan debitur/pemohon yang ada di Bank Lampung 10. Setelah proses pencairan dana selesai, petugas akan melakukan

  online ke Menteri Koordinator

  Bidang Perekonomian dengan format Arsip Data Keuangan (yang selanjutnya disingkat ADK) 11. Pada saat pembayaran angsuran dana Kredit Usaha Rakyat bulan berikutnya, petugas akan melaporkan secara online ke Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan format Arsip Data Keuangan transaksi.

  3.2 Faktor Penghambat dalam Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Pihak Ketiga Kecil dan Menengah di Provinsi Lampung

  Penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat oleh Pihak Ketiga yaitu Bank Lampung selaku Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat hanya ditunjuk di dua sektor usaha yakni sektor pertanian dan perikanan. Sedangkan sektor usaha Kredit Usaha Rakyat di dalam Kredit Usaha Rakyat ada lima, yakni Industri Pengolahan, Perdagangan Hulu Terintegrasi, Jasa, Pertanian, dan Perikanan.

  Menurut penjelasan Bapak Afrizan Lutfi Lunsinan selaku Staf Penyaluran Kredit UMKM Komersial dan Kredit Program Bank Lampung, terhambatnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat yaitu pada saat debitur/pemohon terlambat/tidak membayar angsuran dana Kredit Usaha Rakyat kepada Bank Pelaksana.

  5 Sedangkan menurut penjelasan

  Bapak Doni selaku pihak masyarakat sebagai debitur/pemohon, terhambatnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat terdapat pada sektor usaha yang dilaksanakan oleh Bank Lampung yaitu sektor pertanian dan perikanan harga jualnya tidak stabil dan cenderung turun tiap tahunnya yang akan membuat kerugian kepada debitur/pemohon dan juga Bank Pelaksana.

  6 5 Hasil wawancara dengan Bapak Afrizan Lutfi Lunsinan, selaku Staf Penyaluran Kredit UMKM Komersial dan Kredit Program Bank Lampung, Senin 17 April 2017. 6 Hasil wawancara dengan Bapak Doni, selaku pihak masyarakat sebagai

BAB IV PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan

  Sedangkan sektor-sektor usaha yang ditunjuk oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian kepada Bank Pelaksana/Pihak Ketiga yakni Bank Lampung, seharusnya menambah sektor-sektor usaha lainnya yang memiliki keuntungan usaha yang lebih besar. Jangan hanya berpaku kepada dua sektor usaha yakni sektor pertanian dan perikanan.

  Pengantar Kebijakan Negara , Bina Cipta, Jakarta.

  UMM Press, Malang Agustino, Ferdinand. 2008.

  Perbankan, Cetakan Ketiga ,

  Abdullah, Faisal. 2005. Manajemen

  Analisis Kebijaksaan: Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara , Bumi Aksara, Jakarta.

  DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku: Abdul Wahab, Solichin. 2005.

  pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

  1. Kebijakan Dinas Koperasi dan UMKM dalam Menyalurkan Kredit Usaha Rakyat oleh Pihak Ketiga untuk Modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Lampung yaitu: a.

  4.2 Saran

  Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Pihak Ketiga untuk Modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Lampung yaitu pada saat debitur/pemohon terlambat/tidak membayar angsuran dana Kredit Usaha Rakyat kepada Bank Pelaksana dan sektor usaha yang dilaksanakan oleh Bank Lampung yaitu sektor pertanian tidak stabil dan cenderung turun tiap tahunnya yang akan membuat kerugian kepada Pelaksana.

  2. Faktor Penghambat dalam

  Dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (yang selanjutnya disingkat KUR) Bank Pelaksana tidak mengharuskan pemohon untuk menjadi anggota koperasi. Hal ini dikarenakan merupakan sebuah kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak Bank Pelaksana.

  b.

  Arah kebijakan di bidang Koperasi dan UMKM dalam periode tahun 2015-2019 adalah meningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar dalam rangka mendukung kemandirian perekonomian nasional.

  Sebaiknya dalam mewujudkan Kredit Usaha Rakyat yang baik, hendaknya bila pada saat debitur/pemohon terlambat/tidak membayar angsuran dana Kredit Usaha Rakyat kepada Bank Pelaksana diberikan sanksi berupa sanksi administrasi dan dicantumkan di dalam perjanjian kredit. Azwar, Azrul. 1999. Pengantar

  Administrasi,

  Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, BPFE,

  Keputusan Presiden Nomor

  Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksana Kredit Usaha Rakyat Mikro

  Keuangan Mikro. Peraturan Menteri Koordinator

  Keuangan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga

  Kecil, dan Menengah. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

  Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Keempat. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

  Perundang-undangan:

  Organisasi dan Manajemen , Rajawali Press.

  S.P. Hasibuan, Malayu. 2004.

  Manajemen Dana Bank , Bumi Aksara, Jakarta.

  Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi Kelima , FEUI, Jakarta.

  Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen

  Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh , BPFE, Yogyakarta.

  Yogyakarta. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-

  Kuncoro, Mudrajad. 2002.

  Bina Aksara, Jakarta. Djazh, Dahlan. 1977. Pengtahuan

  Koperasi. Hariyoso, Soewarno. 2002. Dasar-

  Perkoprasian , PN Balai Pustaka, Jakarta.

  ________________.

  1980. Pengetahuan

  Koperasi , PN Balai Pustaka, Jakarta.

  Hans. 1980. Prinsip-prinsip

  Koperasi dan Undang-undang Koperasi , Direktorat Jenderal

  Dasar Manajemen dan Administrasi, Penerbit Erlangga,

  Keuangan Lainnya , Raja Grafindo Persada, Jakarta.

  Jakarta. Hendar & Kusnadi. 2005. Ekonomi

  Koperasi , Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.

  Kasmir. 2002. Dasar-Dasar

  Perbankan , Rajawali Press, Jakarta.

  ________

  . 2003. Bank dan Lembaga

  14 Tahun 2015 Tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN DANA KAMPUNG DI KAMPUNG MENGGALA KECAMATAN MENGGALA TIMUR YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG Jurnal Penelitian

0 0 13

EFEKTIVITAS VISUM ET REPERTUM DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN Mery Sulistiawati Hutauruk, Diah Gustiniati, Tri Andrisman email: (mery.sulistiawati_19yahoo.co.id)

0 0 8

PEROLEHAN TANAH KARENA PEWARISAN DAN PENDAFTARANNYA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

0 2 13

PERANAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI LAMPUNG DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA

0 1 11

PERAN DINAS SOSIAL DALAM REHABILITASI SOSIAL PENYALAHGUNA NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) DI PROVINSI LAMPUNG

0 1 13

PENERIMAAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG DARI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU

0 2 13

TINJAUAN YURIDIS KEWENANGAN MENDAGRI DAN GUBERNUR DALAM MELANTIK KEPALA DAERAH PEMENANG PILKADA

0 0 12

DISPARITAS PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN KENDARAAN DINAS DI KABUPATEN PESAWARAN (Studi Perkara Nomor: 25Pid.TPK2013PN.TK dan 26Pid.TPK2013PN.TK) Oleh Muhammad Reynaldy F., Diah Gustiniati, Firganefi. Email: muhammadreynaldy0gmail.

0 0 11

KEWENANGAN KEPOLISIAN SEKTOR DALAM PEMBERIAN IZIN KERAMAIAN SEBAGAI BENTUK PENGENDALIAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI KECAMATAN NEGERIKATON KABUPATEN PESAWARAN

1 1 15

ANALISIS DEKRIMINALISASI ABORSI DALAM PERATURAN PEMERINTAH NO. 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI MutiaraPuspa Rani, Firganefi, EkoRaharjo email: pr_mutiarayahoo.com

0 0 7