Optimasi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak [Curcuma xanthorrhizaroxb.] secara granulasi basah dengan metode desain faktorial - USD Repository

  

OPTIMASI NATRIUM BIKARBONAT DAN

CAMPURAN ASAM TARTRAT-ASAM FUMARAT

SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT

EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

  

SECARA GRANULASI BASAH DENGAN

METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi

  

Diajukan oleh:

Made Dwi Rantiasih

NIM : 038114120

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007 ii    

   

  Tanggal 6 Februari 2007

  

iii

   

   

  

Hidup adalah perjuangan....... berjuanglah

Hidup adalah roh/atma....... sadarilah Hidup adalah teka-teki....... pecahkanlah (Sabda Gita tentang Hidup)

  KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK: Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang senantiasa melimpahkan rahmatnya untukku Ayah- Ibuku, keluargaku tercinta

  Sebagai ungkapan rasa hormat dan baktiku Adex atas cinta dan kasih sayangnya selama ini Sahabat-sahabatku selama berjuang.......

  Serta almamaterku...... iii i

     

   

v

 

   

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis persembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan dan berkat-Nyalah skripsi yang berjudul “Optimasi Natrium Bikarbonat dan Campuran Asam Tartrat-Asam Fumarat sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) secara Granulasi Basah dengan Metode Desain Faktorial” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dipersembahkan dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terma kasih kepada segenap pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si.,Apt., selaku Pembimbing yang telah membantu membimbing serta memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, S.Si.,Apt., selaku pemimpin proyek penelitian yang telah membantu, membimbing serta memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt., selaku Penguji yang telah meluangkan waktunya serta memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Penguji yang telah meluangkan waktunya serta memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  6. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.Si., Apt., atas sumbangan kurkumin síntesis yang digunakan dalam penelitian ini serta masukan-masukan yang telah diberikan kepada penulis.

  7. Bapak Ign. Kristio Budiasmoro, M.Si., dan Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah meluangkan waktu untuk memberi pengarahan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

  8. Bapak dan Ibuku yang tercinta, seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat, motivasi dan kasih sayang serta doanya

  9. Tyas Ayu Puspita dan Lucia Esti Purwandari, teman-teman yang selalu berjuang bersama dalam suka dan duka, semangat kalian menjadi motivasi bagi penulis

  10. Mas Wagiran, Pak Musrifin, Mas Otok, Mas Agung, yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian di Laboratorium

  11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

  Penulis

  

INTISARI

  Telah dilakukan penelitian tentang optimasi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien dalam formula granul

  

effervescent ekstrak rimpang temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk

  mengetahui besarnya efek faktor natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat- asam fumarat serta interaksi keduanya, yang bersifat dominan terhadap sifat fisik granul effervescent, serta mengetahui area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien untuk menghasilkan granul effervescent yang sesuai dengan persyaratan. Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor (natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat) dan dua level (level rendah dan level tinggi) untuk menentukan efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Respon yang dikehendaki yaitu kecepatan alir, waktu larut dan kandungan lembab granul. Dari hasil yang diperoleh kemudian dibuat contour plot sifat fisik granul yang dikehendaki. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa efek interaksi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat diprediksi dominan berpengaruh terhadap kecepatan alir dan waktu larut. Efek campuran asam tartrat- asam fumarat diprediksi dominan berpengaruh terhadap kandungan lembab granul. Dari contour plot super imposed yang terbentuk diperoleh area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat terbatas pada level yang diteliti. Kata kunci: natrium bikarbonat, asam tartrat, asam fumarat, granul effervescent, ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), desain faktorial

  

ABSTRACT

  Have been done research about the optimization between sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination as excipients in effervescent granules formulation of Tumeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) extract. This research represent to know the effect of the factor of sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination or their interaction that dominant to influence physical properties of granules, and also to know the optimal composition area of sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination as excipients which can be make the physical properties of effervescent granules desired. This research represent the pure research experimental use designed factorial, with two factor (sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination) and two level (low level and high level) to specify effect from several significant factor and interaction. Categorize repon desired that is flow rate, disintegration time, and moisture content of granules. Then make the contour plot of the physical properties of granules desired.

  From the result of the research known that interaction effect between sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination dominantly predicted in determine flow rate and disintegration time of granules. Tartaric acid- fumaric acid combination effect dominantly predicted in determine moisture content of granules. From contour plot super imposed formed obtained a optimum composition of sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination finite at level which have been determined. Keyword : sodium bicarbonate, tartaric acid, fumaric acid, effervescent granules,

  Tumeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) extract, design factorial

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. v KATA PENGANTAR.............................................................................. vi

  INTISARI ................................................................................................ viii

  

ABSTRACT .............................................................................................. ix

  DAFTAR ISI ........................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xix BAB I. PENGANTAR.............................................................................

  1 A. Latar Belakang ...................................................................................

  1 1. Permasalahan .................................................................................

  3 2. Keaslian Penelitian ........................................................................

  3 3. Manfaat Penelitian .........................................................................

  3 B. Tujuan Penelitian.................................................................................

  4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................

  5 A. Temulawak ………............................................................................... 5 1. Klasifikasi ............………………………………………………..

  5

  2. Nama daerah ............……………………………………..............

  5 3. Ciri-ciri morfologi ............………………………………..............

  5 4. Kandungan kimia ............………………………………...............

  6 5. Khasiat temulawak ............……………………………………….

  6 B. Kurkumin ...........…………………………………………….............

  7 C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri ...................................

  8 D. Maserasi ...........…………...................................................................

  10 E. Ekstrak ...........……………..................................................................

  12 F. Granul Effervescent ...........………………………………………......

  13 G. Metode Pembuatan Granul Effervescent ...........…………………….. 13 1. Metode granulasi basah …………………………………………..

  14

  2. Metode granulasi kering ............…………………………………

  15 H. Uji Sifat Fisik Granul ..........................................................................

  15 1. Sifat alir ............…………………………………………………..

  15 2. Kandungan lembab ............………………………………............

  16 3. Waktu larut ……………………………………….........................

  16 I. Bahan-Bahan Pembuatan Granul Effervescent……………….............. 16 1. Sumber karbonat ............…………………………………............

  17

  2. Sumber asam ............…………………………………….............. 17 3. Bahan pengisi ............…………………………………….............

  18 4. Bahan pengikat ....………………………………….......................

  18 5. Bahan tambahan .…………………………………………............

  19

  J. Pemerian Bahan ...……………………………………............………

  19 1. Natrium bikarbonat anhidrat ..........................................................

  19 2. Asam tartrat anhidrat ......................................................................

  20 3. Asam fumarat anhidrat ...................................................................

  20 4. Laktosa ...........................................................................................

  20 5. Polivinilpirolidon (PVP) ................................................................

  21 6. Aspartam ........................................................................................

  21 K. Desain Faktorial ...........……………………………………...............

  22 L. Landasan Teori ...........……………………………………….............

  24 M. Hipotesis ...........…………..................................................................

  27 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………

  28 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……...……………………...............

  28 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……………………….. 28 1. Variabel penelitian ……………………………………………….

  28 2. Definisi operasional ……………………………………...............

  29 C. Bahan dan Alat Penelitian …………………………………………… 31

  D. Skema Kerja Penelitian ……………………………………………… 33 E. Tata Cara Penelitian ………………………………………………….

  34

  1. Determinasi tanaman temulawak …………………………..……

  34

  2. Penyiapan simplisia dan pembuatan serbuk rimpang temulawak ………………………………………………………

  34

  3. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak ………………………

  35

  4. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak ………………………... 35

  5. Penetapan dosis ekstrak rimpang temulawak ….......…………….

  46 1. Uji organoleptik ............………………………………………….

  52 E. Penetapan Dosis Ekstrak Rimpang Temulawak .................................

  6. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak ……....………………

  49

  48 5. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak ………………………..

  47 4.Uji kandungan lembab ............……………………………............

  46 3. Uji viskositas ............……………………………………..............

  46 2. Uji daya lekat ............…………………………………………….

  45 D. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak ...........……………

  38

  B. Penyiapan Simplisia dan Pembuatan serbuk Rimpang Temulwak ………………………………………………… 43 C. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak ..............................................

  43 A. Hasil Determinasi Rimpang Temulwak …………………………….. 43

  42 F. Analisis Hasil ………………………………………………………… 42 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….

  42 1 0 . P e n e n t u a n p r o f i l s i f a t f i s i k g r a n u l d a n a r e a optimum …………………………………………………..……

  41 9. Penentuan efek …………………………………………………...

  7. Pembuatan granul effervescent……….. ………………………….. 40 8. Uji kualitas granul effervescent ………………………………….

  38

  6. Penentuan level natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat ………..………………………………

  53 F. Formulasi Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak ...... 54

  G. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak ..........................................................................

  55 1. Kecepatan alir ................................................................................

  55 2. Waktu larut .....................................................................................

  58 3. Kandungan lembab ........................................................................

  61 H. Prediksi Formula Optimum Granul .....................................................

  64 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

  69 A. Kesimpulan .........................................................................................

  69 B. Saran ....................................................................................................

  69 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

  70 LAMPIRAN .............................................................................…………

  74 BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………. 104

  DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Notasi formula desain faktorial………………………………..

  23 Tabel II. Formula granul effervescent………………………….. ............

  40 Tabel III. Hasil uji sifat fisik ekstrak rimpang temulawak ...…...............

  46 Tabel IV. Hasil uji KLT ekstrak rimpang temulwak …………...............

  49 Tabel V. Hubungan kadar kurkumin baku dengan AUC ....…….............

  52 Tabel VI. Penetapan Recovery dan nilai CV ...........................................

  53 Tabel VII. Hasil uji sifat fisik granul……………………………………. 55 Tabel VIII. Efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat- asam fumarat terhadap sifat fisik granul………………………

  55 Tabel IX. Data recovery 0, 12 µg/µl ……………………………………

  75 Tabel X. Data recovery 0, 14 µg/µl .....…………………………………

  75 Tabel XI. Data recovery 0, 18 µg/µl ….………………………………… 76 Tabel XII. Data recovery 0, 23 µg/µl ....………………………………… 76 Tabel XIII. Data recovery 0, 35 µg/µl …………………………………..

  77 Tabel XIV. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak ………………………..........................................

  78 Tabel XV. Uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak ...........................

  80 Tabel XVI. Uji viskositas ekstrak rimpang temulawak ...........................

  80 Tabel XVII.Uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak ………

  81 Tabel XVIII. Nilai Rf kurkumin standar, bercak 1, dan bercak 2............

  82 Tabel XIX. Uji kecepatan alir granul .......................................................

  87 Tabel XX. Uji waktu larut granul ............................................................

  87

  Tabel XXI. Uji kandungan lembab granul ..............................................

  88 Tabel XXII. Nilai efek kecepatan alir granul ..........................................

  89 Tabel XXIII. Nilai efek waktu larut granul .............................................

  91 Tabel XXIV. Nilai efek kandungan lembab granul .................................

  94 Tabel XXV.Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul ...........................................................................

  97 Tabel XXVI. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir granul .…………………………………… 97 Tabel XXVII. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul ..............................................................................

  98 Tabel XXVIII. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap waktu larut granul ..............................................................

  98 Tabel XXIX. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul .....................................................................

  99 Tabel XXX. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kandungan lembab granul ..................................................

  99

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

  59 Gambar 6b. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap waktu larut………………………………………………....

  68 Gambar 12. Kromatogram kurva baku …………………………………

  67 Gambar 11. Contour Plot Super Imposed...…………………………….

  66 Gambar 10. Contour plot kandungan lembab granul……………………

  65 Gambar 9. Contour plot waktu hancur granul………………………..…

  62 Gambar 8. Contour plot kecepatan alir granul………………………….

  59 Gambar 7a. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab….............................................................................. 62 Gambar 7b. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kandungan lembab…………………………………………..

  56 Gambar 6a. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut......…....

  Gambar 1. Struktur kurkumin…………………………………………..

  56 Gambar 5b. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir……………………………………………......

  52 Gambar 5a. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir……..

  51 Gambar 4. Kurva baku hubungan antara kadar kurkumin standar dengan AUC ..........................................................................

  50 Gambar 3b. Foto uji KLT UV 365 nm……………………………….....

  33 Gambar 3a. Foto uji KLT UV 254 nm……………………………….....

  7 Gambar 2. Skema kerja penelitian………………………………………

  74

  Gambar 13. Kromatogram sampel ……………………………………...

  78 Gambar 14. Tanaman temulawak …………………………………….... 101 Gambar 15. Rimpang temulawak ……………………………………… 101 Gambar 16. Ekstrak rimpang temulawak untuk granul effervescent …... 101 Gambar 17. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak …………. 102 Gambar 18. Larutan dan granul effervescent …………………………... 102

  DAFTAR LAMPIRAN Halaman

  Lampiran 1. Hubungan antara kadar kurkumin standar dengan area kromatogram untuk pembuatan kurva baku ... ............

  74 Lampiran 2. Data recovery ......................................................................

  75 Lampiran 3. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang Temulawak ..………………………………………………

  78 Lampiran 4. Perhitungan dosis ekstrak rimpang temulawak …...............

  79 Lampiran 5. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak ..…….………….

  80 Lampiran 6. Perhitungan level tinggi dan level rendah campuran asam tartrat-asam fumarat ……………………………...

  83 Lampiran 7. Perhitungan level tinggi dan level rendah natrium bikarbonat ……………………………………… 84 Lampiran 8. Uji sifat fisik granul effervescent ………………………… 87 Lampiran 9. Perhitungan desain faktorial ..……………………..............

  89 Lampiran 10. Perhitungan kecuraman kurva …………………...............

  97 Lampiran 11. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ……………. 101 Lampiran 12. Larutan dan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak ……………………………………………… 102 Lampiran 13. Surat determinasi tanaman temulawak …………. ……… 103

  1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Temulawak merupakan salah satu bahan obat tradisional yang sudah

  sering digunakan untuk pengobatan karena memiliki banyak khasiat. Penelitian mengenai manfaat temulawak sebagai obat tradisional serta pengembangan bentuk sediaan yang berasal dari temulawak telah banyak dilakukan. Termasuk penelitian yang dilakukan oleh Chrystyani (2005), yang berjudul Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat sebagai Eksipien pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak Secara Granulasi Basah Aplikasi Desain Faktorial. Dalam penelitian tersebut dikembangkan bentuk sediaan granul effervescent dari ekstrak rimpang temulawak, dengan melakukan optimasi pada campuran asam tartrat dan asam fumarat sebagai sumber asam.

  Keuntungan dari pemilihan bentuk sediaan berupa granul effervescent dibandingkan dengan bentuk sediaan yang lain adalah proses penyajian yang cepat dengan dosis yang tepat, serta adanya gas CO

  2 yang dihasilkan dari reaksi

  asam dan basa akan memberikan sensasi menyegarkan saat digunakan. Selain itu keberadaan gas CO dapat menutupi rasa pahit dan pedas dari temulawak hal

  2 tersebut dapat menambah kenyamanan konsumen saat menggunakan sediaan obat.

  Penelitian Chrystyani (2005), menghasilkan campuran optimum asam tartrat dan asam fumarat, penggunaan campuran asam lebih dipilih dibandingkan dengan menggunakan asam tunggal karena pada penggunaan asam tunggal akan menimbulkan kesukaran yaitu akan menghasilkan granul yang menggumpal

  2 (Ansel,1989). Kemudian dicoba dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai sumber basa dan sumber asam dalam sediaan granul effervescent. Campuran asam dan basa perlu dioptimasi karena campuran asam dan basa inilah yang jika bereaksi dengan adanya air akan melepaskan gas CO

  2 , yang berfungsi sebagai penghancur dalam granul effervescent.

  Untuk mendapatkan perbandingan jumlah natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat yang tepat sehingga dapat menghasilkan sediaan granul effervescent yang berkualitas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan optimasi formula granul effervescent berikut kontrol kualitasnya yaitu uji sifat fisik meliputi kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab granul

  

effervescent. Optimasi formula dalam penelitian ini menggunakan metode desain

  faktorial. Dipilih metode optimasi desain faktorial karena metode ini lebih sederhana dibandingkan metode optimasi yang lain, selain itu metode ini juga dapat menggambarkan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Persamaan umumnya: Y= b o + b

  1 (A) + b 2 (B) + b 12 (A)(B).

  Melalui desain faktorial akan didapat efek dan interaksi yang dominan dari natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat dalam menentukan masing-masing sifat fisik granul pada berbagai perbedaan jumlah komposisi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat, terbatas pada level yang diteliti. Area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat ditentukan berdasarkan kurva contour plot super imposed.

  3

  1. Permasalahan

  Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. manakah efek yang diprediksi memberikan pengaruh dominan terhadap sifat- sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak, natrium bikarbonat, campuran asam tartrat-asam fumarat, atau interaksi?

  2. apakah dapat ditemukan area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat yang dikehendaki dalam contour plot

  super imposed pada pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang

  temulawak?

  2. Keaslian Penelitian

  Berdasarkan sumber informasi yang diperoleh, penelitian ilmiah tentang ekstrak rimpang temulawak dan formulasi granul effervescent ekstrak rimpang temulawak sudah pernah dilakukan. Namun penelitian tentang optimasi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak secara granulasi basah dengan metode desain faktorial belum pernah dilakukan sebelumnya.

  3. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis Memperkaya ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian, pada khususnya tentang penggunaan natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-

  4 asam fumarat sebagai eksipien dalam formula pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

  2. Manfaat Praktis.

  Memperkenalkan kepada masyarakat sediaan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak yang dapat dikonsumsi dengan aman, manjur, dan nyaman, serta dapat diterima oleh masyarakat.

B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang : 1. pengaruh natrium bikarbonat, campuran asam tartrat-asam fumarat serta interaksi keduanya dalam menentukan kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. 2. komposisi optimum natrium bikarbonat dengan campuran asam tartrat-asam fumarat yang dapat menghasilkan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak dengan sifat fisik yang memenuhi persyaratan.

  5

BAB II PENELAAHAAN PUSTAKA A. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

  1. Klasifikasi : Suku : zingiberaceae (Dalimartha, 2000).

  2. Nama daerah Sumatera: temulawak. Jawa: koneng gede, temu raya, temu besar, aci

  koneng, koneng tegel, temulawak. Madura: temolabak. Bali: tommo. Sulawesi

  Selatan: tommon. Ternate: karbanga (Dalimartha, 2000) 3.

   Ciri-ciri morfologi

  Terna tahunan (perennial) ini tumbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari rimpangnya. Batang semu berasal dari pelepah-pelepah daun yang saling menutup membentuk batang. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2 meter. Tiap tanaman berdaun 2-9 helai, berbentuk bulat memanjang atau lanset, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm, berwarna hijau, pada sisi kiri dan kanan ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah keunguan.

  Perbungaan termasuk termasuk tipe exantha, yaitu jenis temu yang bunganya keluar langsung dari rimpang yang panjangnya mencapai 40-60 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah, bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu pada sore hari. Sejauh ini

  6 temulawak belum pernah dilaporkan menghasilkan buah atau biji. Rimpang dibedakan atas rimpang induk (empu) dan rimpang cabang. Rimpang induk bentuknya jorong atau gelendong, berwarna kuning tua atau coklat kemerahan, bagian dalam berwarna jingga coklat. Rimpang cabang keluar dari rimpang induk, ukurannya lebih kecil, tumbuh ke arah samping, bentuknya bermacam-macam, dan warnanya lebih muda. Akar-akar di bagian ujung membengkak, membentuk umbi yang kecil. Rimpang temulawak termasuk yang paling besar diantara semua rimpang marga Curcuma (Dalimartha, 2000).

  4. Kandungan kimia

  Rimpang temulawak mengandung 48-64% zat tepung, 1,6-2,2% kurkumin dan 1,48-1,63% minyak atsiri (Karden, 2003). Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlah bervariasi antara 48-54% tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Makin tinggi tempat tumbuh maka kadar pati makin rendah dan kadar minyak atsiri makin tinggi (Dalimartha, 2000).

  5. Khasiat temulawak

  Khasiat temulawak adalah sebagai kholeretik, kholagoga, anti inflamasi, dan antipiretik (Afifah, 2003). Rimpang temulawak juga dapat digunakan untuk mengatasi radang hati (hepatitis), sakit kuning (jaundice), radang ginjal, radang kronis kandung empedu (kolesistitis kronik), meningkatkan aliran empedu ke saluran cerna, perut kembung, tidak nafsu makan (anoreksia) akibat kekurangan cairan empedu, demam, pegal linu, rematik, memulihkan kesehatan setelah melahirkan, sembelit, diare, batu empedu (kolelitiasis), kolesterol darah tinggi

  7 (hiperkolesterolemia), haid tidak lancar, flek hitam di muka, jerawat, wasir, dan produksi ASI yang sedikit (Dalimartha, 2000).

B. Kurkumin

  O O H 3 CO OCH 3 HO

  OH 1,7-Bis-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-hepta-1,6-diene-3,5-dione

(Kurkumin)

  

Gambar 1. Struktur kurkumin

  Kurkumin (C

21 H

  20 O 6 ), titik didih 184-185°C diisolasi pertama kali pada

  tahun 1815. Pada tahun 1910 Daube telah berhasil menemukan bentuk kristal dari kurkumin (Majeed, Badmaev, Shivakumar, and Rajendran, 1995).

  Kurkumin merupakan zat warna kuning utama (0,5-6%) yang terdapat dalam beberapa spesies Curcuma seperti Curcuma longa L atau Curcuma

  

domestica Val. Kurkumin beserta turunan demetoksinya yaitu demetoksi

  kurkumin dan bis demetoksi kurkumin dikenal dengan nama kurkuminoid (Martono, 1996).

  Warna larutan kurkumin tidak selalu konstan, terkait dengan degradasi kurkumin atau perubahan kurkumin dalam pelarut. Pada suasana asam, warna larutan kurkumin adalah kuning namun warnanya berubah menjadi orange kemerahan dalam suasana basa. Pada suasana basa, kurkumin akan terdegradasi menjadi asam ferulat dan feruloylmethane (Tonnesen and Karlsen, 1985). Kurkumin juga dapat terdegradasi dengan adanya cahaya (Tonnesen, Vries,

  8 Henegouwen, Gerard, and Karlsen, 1986). Kurkumin adalah senyawa yang sukar larut air dengan kelarutan 0,1 mg/ml (Anonim, 2006), larut dalam etanol dan aseton. (Tonnesen and Karlsen, 1985). Kurkuminoid di dalam rimpang temulawak merupakan campuran dari kurkumin dan demetoksikurkumin (Paris and Moyse, 1981).

  Kurkumin dan analognya mempunyai aktivitas biologi antara lain sebagai antiinflamasi, antioksidan dan kolagen. Di samping itu kurkumin mempunyai aktivitas biologi spektrum luas yaitu sebagai hipokolesteremik, antiinflamasi, antireumatik, antibakteri, antihepatotoksik, menurunkan glukosa darah dan hipotensif (Tonnesen and Karlsen, 1985).

C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri

  Pemakaian kurkumin sebagai bahan obat atau campuran obat harus diberikan dengan dosis yang tepat, untuk itu harus diketahui kadar kurkumin dalam sediaan yang diberikan. Untuk mengetahui kadar dengan tepat, diperlukan metode analisis yang tepat, mengingat kurkumin dalam sediaan obat atau makanan umumnya bukan kurkumin murni, namun sebagai kurkuminoid. Apabila kurkumin merupakan zat aktif utama dalam sediaan maka harus dipilih metode penetapan yang dapat memisahkan kurkumin dari turunan demetoksinya (Martono, 1996).

  KLT-Densitometri merupakan salah satu metode analisis KLT kuantitatif dengan cara kerja yang sederhana dan cepat. Pada metode ini diperlukan adsorben dan fase gerak yang murni. Untuk memperoleh hasil yang

  9 baik lazimnya digunakan adsorben siap pakai yang telah mengalami pra pencucian (Gritter, Bobit, dan Schwarting, 1991).

  Menurut Hardjono (1985), penetapan suatu kadar dengan metode densitometri dilakukan dengan mengukur kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan dengan cara KLT. Pada umumnya pengukuran kerapatan bercak tersebut dibandingkan dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi secara bersama-sama.

  Ada dua cara penetapan kadar dengan alat densitometri. Pertama, setiap kali ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan dielusi bersama- sama dalam satu lempeng, kemudian Area Under Curve (AUC) sampel dibandingkan dengan harga AUC baku. Yang kedua, dengan membuat kurva baku hubungan jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku diperoleh dengan membuat totolan zat baku pada KLT dengan bermacam-macam konsentrasi (minimal tiga macam konsentrasi). Bercak yang diperoleh dicari nilai AUC nya dengan alat densitometer. Dari kurva baku diperoleh persamaan Y = bX + a, X adalah banyaknya zat yang ditotolkan dan Y adalah AUC (Supardjan, 1987).

  Alat KLT Scanner memiliki sumber sinar yang dapat digerakkan di atas bercak-bercak pada lempeng KLT atau lempeng KLT dapat digerakkan menyusuri berkas sinar yang berasal dari sumber sinar. Teknik pengukurannya dapat didasarkan atas sinar yang diserap (absorbansi), sinar yang dipantulkan (reflaktansi), atau sinar yang difluoresensikan (fluoresensi). Sinar yang datang sebagian diserap dan sebagian lagi dipantulkan. Banyaknya sinar yang diserap

  10 sebanding dengan jumlah zat pada bercak yang terkena sinar tersebut (Wardani, 2003).

  Penelusuran bercak dapat pula dilakukan secara horisontal maupun vertikal (scanning horizontal atau scanning vertical). Penelusuran bercak secara horisontal dapat dilakukan satu per satu atau apabila bercak yang diperoleh pada pelat segaris, dapat dilakukan penelusuran semua bercak sekaligus (Wardani, 2003).

  Berdasarkan jalannya sinar, penelusuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penelusuran lurus dan zig-zag (naik turun). Pada penelusuran lurus, sinar yang mengenai bercak berjalan lurus dari kiri ke kanan. Sedangkan pada penelusuran zig-zag, sinar mengenai bercak berjalan zig-zag dari kiri ke kanan.

  Penelusuran bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada panjang gelombang maksimum (Wardani, 2003).

D. Maserasi

  Menurut Voigt (1994), maserasi (macerare = mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan jamu yang dihaluskan sesuai syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau diserbukkasarkan) disatukan dengan bahan ekstraksi. Maserasi merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989). Penyarian dalam proses maserasi berdasarkan pada prinsip osmolalitas. Penyarian ini dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam

  11 cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif ini akan terlarut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel, maka larutan encer akan masuk ke dalam sel. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi di dalam dengan konsentrasi di luar sel (Anonim,1986).

  Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air, maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana (Anonim, 1986). Dibandingkan dengan proses perkolasi pada maserasi tidak memerlukan keahlian tertentu dalam pengoperasiannya, perkolasi juga lebih mahal karena memerlukan peralatan yang khusus dan menghabiskan lebih banyak waktu (Ansel, 1989).

  Di satu sisi, banyak proses ekstraksi menggunakan metode maserasi, terutama untuk bahan-bahan yang mengandung mukus dan memiliki sifat mengembang yang kuat. Metode maserasi dapat dibuat dalam skala laboratorium dan dapat dilakukan dengan proses yang sama secara teknik dan untuk produk dengan batch yang sama (List and Schdmit, 1989).

  12