Penggambaran Tokoh Utama dengan Menggunakan Metode Langsung (Telling)

  diri, psikologis tokoh Zahrana sebagai tokoh utama di dalam novel Cinta Suci

  Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy yang menggunakan pendekatan

  psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra digunakan untuk mengetahui psikologis tokoh utama yang berkaitan dengan kepribadian, konflik yang dialami, serta sikap yang diambil dalam meyelesaikan permasalah. Alat bantu yang digunakan dalam menganalisis psikologi tokoh Zahrana yakni dengan teori psikoanalisis milik Sigmud Freud. Novel Cinta Suci Zahrana yang kemudian novel tersebut disingkat menjadi CSZ.

  Di dalam sebuah karya sastra tidak terlepas dari tokoh dan penokohan. Karena sebuah karya sastra akan lebih hidup dan penuh dengan imajinasi ketika di dalam cerita terdapat para tokoh yang membuatnya hidup. Penokohan dalam cerita tidak terlepas hubungannya dari tokoh. Sedangkan istilah tokoh menunjuk pada siapa pelaku cerita. Penokohan dapat juga dikatakan sebagai proses penampilan tokoh, sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu cerita.

  Setiap tokoh memiliki wataknya sendiri-sendiri, karena tokoh merupakan bagian dari cerita yang paling penting untuk menggerakan jalan cerita, karena tokoh memiliki kepribadian, berwatak, dan memiliki karakteristik masing-masing yang terbagi menjadi tiga dimensional karakteristiknya yakni dimensi fisiologi, sosiologi, dan dimensi psikologi.

  39 Selanjutnya, dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy-pun terdapat berbagai macam jenis tokoh, beserta penokohannya. Penulis novel sangat ahli dalam menggambarkan peran tokoh yang lebih dari 10 tokoh dalam novel beserta karakteristiknya yang berbeda-beda. Karakteristik yang digambarkan oleh penulis disetiap tokoh dan berbeda di dalam novel, memiliki perwatakan berbeda-beda yang dipengaruhi oleh keadaan sosiologis dan psikologis para tokoh.

  Lebih dari 10 tokoh yang terdapat di dalam novel Cinta Suci Zahrana yang pengarang gambarkan secara jelas, baik dimensi fisiologis, sosiologis dan juga dimensi psikologisnya, peneliti lebih memberikan batasan dalam pendeskripsian diri para tokoh yang terdapat di dalam novel. Batasan yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis tokoh dalam novel Cinta Suci

  Zahrana yakni hanya dengan mendeskripsian diri tokoh utama di dalam novel,

  sedangkan tokoh pendukung lainnya tidak peneliti paparkan peranannya di dalam novel.

  Suci Zahrana

  Pada bagian ini tokoh Zahrana yang diposisikan sebagai tokoh utama di dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy, akan dianalisis dari penokohannya yang dilihat dari pembeda karakteristiknya yaitu fisiologi, sosiologi, dan psikologi. Bukan hanya itu saja, tetapi tokoh Zahrana akan dideskripsikan berdasarkan cara penggambaran wataknya, peran dan fungsinya.

  Selanjutnya analisis ini peneliti membagi beberapa teknik penggambaran yang digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan diri tokoh Zahrana sebagai tokoh utama. Teknik penggambaran itu adalah teknik penggambaran tokoh secara langsung (Telling) dan teknik penggambaran tokoh secara tidak langsung (Showing).

  Tokoh Zahrana diposisikan sebagai tokoh utama, karena tokoh Zahrana sebagai sentral cerita, dan selalu ada di berbagai segmen cerita yang pengarang gambarkan. Kehadiran tokoh Zahrana sebagai tokoh utama mengalami berbagai macam konflik yang disebabkan tokoh lainnya di dalam cerita.

  Pendeskripsian diri tokoh Zahrana di dalam cerita, pengarang menggunakan teknik pendeskripsian yakni dengan cara langsung (telling). Teknik penggambaran diri tokoh dengan cara langsung adalah cara melukiskan diri tokoh secara langsung, yang dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca dengan tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kehadirannya, yang berupa sikap, sifat, tingkahlaku, bahkan ciri fisiknya.

  Pendeskripsian tokoh Zahrana dilakukan oleh pengarang secara langsung yang dipaparkan dalam paragraf berikut.

  ... Meskipun ia sudah tidak anak-anak dan tidak remaja lagi, bahkan ia sudah sangat berumur, tetapi ia ingin dilepas kedua orang tuanya layaknya seorang anak yang dimanja dan lagi-lagi dibanggakan. Ia telah berusaha menjadi anak yang baik, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Ia hampir selalu mengikuti apa yang diinginkan kedua orang tuanya, kecuali beberapa hal yang ia merasa ia tidak harus mengikuti kemauan orang tuanya. Karena ia merasa bahwa hal itu sama sekali tidak mengganggu kedua orang tuanya dan jika ia mengikutinya ia merasa tidak menjadi dirinya sendiri (CSZ, 2011: 4-5).

  Diri tokoh utama digambarkan oleh pengarang dalam bentuk uraian di atas yakni penggambaran bentuk fisiologis, dan psikologis. Tokoh Zahrana digambarkan sebagai tokoh yang sudah tidak anak-anak dan tidak remaja lagi, namun ia sudah berumur. Tokoh Zahrana selalu mengikuti keinginan orang tuanya. Pada kutipan tersebut terdapat adanya keinginan dalam diri Zahrana. Keinginan tersebut adalah Tokoh Zahrana ingin dilepas oleh orang tuanya, selayaknya seorang anak yang dimanja dan dibanggakan. Tokoh Zahrana telah berusaha menjadi anak yang berbakti dan hampir selalu mengikuti keinginan kedua orang tuanya, kecuali beberapa hal yang ia tidak harus mengikuti kemauan orang tuanya.

  Petikan selanjutnya yang mendeskripsikan tokoh utama yang digambarkan oleh pengarang dengan menggunakan metode langsung.

  Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa ia sama sekali tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi besar dan ia harus mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda pernikahannya sampai meraih gelar doktornya. Setelah meraih penghargaan di Beijing akan sangat mudah baginya mendapatkan beasiswa S3 di luar negeri.

  Bahkan jika ia melamar S3 ke Tsinghua University pasti akan diterima dengan tangan terbuka (CSZ, 2011: 26).

  Pada petikan paragraf di atas, pengarang menggambarkan diri tokoh Zahrana secara langsung. Tokoh Zahrana yang secara fisiologisnya digambarkan sebagai wanita yang memiliki potensi diri lebih.

  Dikutipan paragraf tersebut juga terkandung penggambaran tokoh secara sosiologisnya yakni dengan adanya sebuah lingkungan sosial atau lingkungan masyarakat yang berada disekitar tokoh, adanya adat istiadat masa lampau yang mempengaruhi cara berfikir manusia dizaman dahulu yaitu bahwa zaman dahulu perempuan diatur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya, namun sekarang zaman telah berubah wanita tidak dapat lagi diatur-atur oleh norma dan adat istiadat yang terdapat di dalam masyarakat.

  Secara psikologis pengarang menggambarkan tokoh Zahrana dengan sangat jelas dan lebih menonjol dibandingkan dengan penggambaran dimensi- dimensi lainnya. Secara psikologis tokoh Zahrana digambarkan sebagai wanita yang memiliki potensi dan memiliki keinginan yaitu untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya.

  Adapun paragraf yang menjelaskan diri Zahrana sebagai tokoh utama dengan menggunakan teknik langsung.

  ... Ia bertanya-tanya dalam hati, bukankah ia bersusah payah dan berjuang keras mengukir prestasi selama ini untuk membahagiakann kedua orang tuanya? Sebagai anak semata wayang ia tidak mau dimanja-manja. Ia belajar keras dan bekerja tiada henti siang dan malam demi mengangkat derajat kedua orang tuanya.

  ... Sebab ia tidak pernah kuliah di luar negeri. Ia murni produk dalam negeri. Menyelesaikan S1 di Fakultas Teknik UGM dan S2 di ITB (CSZ, 2011: 3).

  Dari paragraf di atas juga menggambarkan diri tokoh Zahrana, secara langsung oleh pengarang. Diri tokoh Zahrana yang digambarkan oleh pengarang dari sudut fisiologis. Dari sudut fisiologis, tokoh Zahrana digambarkan sebagai anak semata wayang atau anak tunggal. Ia bersusah payah dan berjuang keras untuk mengangkat derajat orang tuanya. Zahrana tidak pernah belajar di luar negeri. Tokoh Zahrana menyelesaikan S1 di Fakultas Teknik UGM dan S2 di ITB.

  Keberadaan tokoh Zahrana di dalam novel selalu berada di setiap segmen cerita. Dalam penggambaran diri yang dilakukan pengarang terhadap tokoh Zahrana bukan hanya secara langsung saja namun juga secara tidak langsung yakni dengan menggunakan teknik percakapan antara tokoh lain atau diri tokoh Zahrana yang disampaikan oleh tokoh lain. Hal ini dibuktikan pada petikan di bawah ini.

  “Saya katakan anak itu mementingkan dirinya sendiri, kesenangannya sendiri. Yang ia pikirkan bagaimana meraih penghargaan ini, gelar ini dan itu, ngisi seminar ini dan itu. Itu saja yang ia pikirkan. Dia tidak pernah mikir kedua orang tuanya tak lama lagi akan mati. Kami semakin tua. Dan dia masih lajang saja, tidak juga berumah tangga. Sekarang ia sudah tua, tak ada yang datang lagi padanya. Orang-orang sudah menggunjingnya sebagai perawan tua. Beberapa kali kami ingatkan itu, ia malah bilang ‘Bapak dan Ibu ndak usah mikir omongan orang. Yang penting Zahrana tahu apa yang harus Zahrana lakukan dan Zahrana bahagia’. Kita ini hidup bermasyarakat bagaimana mungkin tidak memerhatiakn omongan orang” Jelas Bu Nuriyah panjang lebar (CSZ, 2011: 43-44).

  Petikan tersebut menunjukkan pendeskripsian diri tokoh Zahrana secara tidak langsung. Penggambaran diri tokoh Zahrana diungkapkan oleh tokoh lain yakni Bu Nuriyah. Penggambaran diri tokoh Zahrana yang lebih mementingkan dirinya sendiri, kesenangannya sendiri, yang ada dalam pikiran Zahrana menurut petikan di atas yaitu bagaimana meraih gelar, penghargaan dan mengisi berbagai macam seminar. Tokoh Zahrana yang tidak pernah memikirkan kedua orang tuanya, tidak juga berumah tangga. Penggambaran secara fisiologis pun terdapat di dalam penggala tersebut yaitu tokoh Zahrana yang digambarkan sudah tua. Secara sosiologisnya juga tergambarkan dalam petikan paragraf tersebut yakni orang-orang sudah menggunjingkannya sebagai perawan tua.

  Bukan dalam petikan paragraf di atas saja yang menggambarkan tokoh utama dengan menggunakan metode tidak langsung, namun juga terdapat dalam petikan-petikan paragraf lain di dalam novel. Pendeskripsian diri tokoh Zahrana dengan metode tidak langsung dibuktikan berikut ini.

  Akhirnya ayahnya angkat bicara, “Nduk selama ini ayah dan ibu sudah mengalah. Mengikuti semua keinginanmu. Kami ingin kamu ke pesantren, kamu ingin ke SMA, kami ngalah. Kami ingin kamu lanjut ke

  IKIP di sini saja, biar tidak jauh dari kami berdua. Kamu ngotot kuliah di UGM Jogja meninggalkan kami, kami ngalah. Kami ingin kamu bahagia, kalau kamu bahagia maka kami bahagia. Meskipun mungkin kamu melihat bapakmu mungkin diam saja sama kamu. Tetapi sesungguhnya siang malam bapakmu ini selalu mendoakan kamu. Kamu adalah harta kami yang paling mahal. Kami ingin kamu ada di dekat kami kamu anak kami satu-satunya. Kalau kamu ngajar di Jogja, itu artinya kamu meninggalkan kami. Apa kamu tega meninggalkan ibumu yang kini sudah beranjak tua Nduk? Kalau kamu tetap ngotot ingin ngajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang minta agra kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi. Kami tidak bisa melarang, kamu sudah dewasa, bisa mikir dan menentukan langkah kamu. Hanya ya inilah kenyataannya.” (CSZ, 2011: 11-12).

  Pendeskripsian diri tokoh Zahrana yang menggunakan metode tidak langsung yakni dibuktikan pada paragraf di atas. Tokoh Zahrana digambarkan oleh pengarang melalui percakapan yang diutarakan oleh tokoh Pak Munajat sebagai ayah Zahrana. Tokoh Zahrana digambarkan secara psikologis. Hal ini dibuktikan dengan adanya kemauan yang terdapat dalam diri Zahrana. Tokoh Zahrana menginginkan ke SMA, kemudian menginginkan untuk kuliah di UGM Jogja. Tokoh Zahrana juga digambarkan oleh pengarang dari sisi fisiologis. Tokoh Zahrana merupakan anak tunggal atau anak satu-satunya yang merupakan harta paling mahal yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Menurut Pak Munajat, tokoh Zahrana telah dewasa maka dari itu Pak Munajat memberikan kebebasan untuk Zahrana memikirkan langkah hidupnya sendiri.

  Adapun penggambaran diri tokoh Zahrana secara tidak langsung yang digambarkan oleh pengarang melalui pemikiran orang atau tokoh lain yakni Pak Sukarman. Hal tersebut dibuktikan pada penggalan berikut.

  Pak Sukarman memasuki ruangannya sambil bersiul bahagia. Hari ini ia merasakan banyak keinginannya terkabul, dan banyak hal yang membuatnya bahagia. Yang paing membuatnya bahagia adalah ia merasa yakin akan menikah lagi setelah menduda satu tahun lamanya... Pikir Pak Sukarman

  ... Ketiga, Zahrana sudah sangat berumur. Ia tahu Zahrana adalah anak tunggal dan kedua orang tuanya sudah tua. Pasti kedua orang tuanya sudak mendesak Zahrana untuk segera menikah. Dan gadis yang sudah berumur dan cerdas seperti Zahrana justru tidak akan mudah menemukan jodoh yang benar-benar ideal. Yaitu yang umurnya sedikit di atasnya, sama pinternya, sama strata pendidikannya, ganteng, dan masih perjaka. Kalau ada yang seperti itu biasanya akan memilih gadis yang jauh lebih muda dan cantik. Yang masih di bawah tiga puluhan. Yang baru lulus dan masih segar. Dia tidak akan mencari yang seperti Zahrana yang sudah tiga puluh empat tahun (CSZ, 2011: 137-138).

  Dari paparan paragraf di atas menunjukkan adanya penggambaran diri tokoh Zahrana yang dilakukan pengarang melalui pikiran tokoh lain yaitu tokoh Pak Sukarman. Tokoh Zahrana digambarkan sebagai wanita yang sudah berumur tiga puluh empat tahun, merupakan anak tunggal, cerdas, dan memiliki orang tua yang sudah tua. Keadaan diri Zahrana secara fisik digambarkan jelas oleh pengarang melalui pemikiran tokoh lain.

  Lihatlah petikan-petikan paragraf berikut ini.

  Dengan mata berbinar dan bibir menyungging senyum, Pak Sukarman maju naik ke panggung. Ia berdehem dulu untuk mengetes pengeras suara, lalu memulai pidatonya....

  “Ini adalah hari bahagia kita semua, keluarga besar Fakultas Teknik. Terutama saya, sungguh saya merasa sangat bahagia. Saya benar-benar terkesima pada Bu Zahrana, oh maaf, maksud saya pada prestasi Bu Zahrana.” Kata Pak Sukarman.

  Mendengar kalimat terakhir Pak Sukarman beberapa dosen tersenyum. Pak Sukarman kembali melanjutkan pidatonya,

  “Semua yang menyaksikan liputan khusus pemberian penghargaan itu pasti sepakat dengan saya. Sungguh saya benar-benar terkesima mendengar pidato ilmiah Bu Zahrana, yang penuh kekuatan menyihir dan terpeukau melihat penampilan Bu Zahrana di atas mimbar terhormat itu... cantik dan anggun...” (CSZ, 2011: 98).

  Dari petikan di atas menunjukkan adanya penggambaran diri tokoh Zahrana yang dilakukan oleh pengarang yakni dengan menggunakan teknik tidak langsung. Penggambaran diri Zahrana, diungkapkan oleh Pak Sukarman dalam pidato penyambutan Zahrana setelah kembali dari Beijing, China. Zahrana digambarkan sebagai wanita yang mempesona, cantik dan anggun, serta berprestasi. Penggambaran diri Zahrana tersebut merupakan penggambaran dari segi fisiologinya.

  Kembali diri tokoh Zahrana digambarkan oleh pengarang secara tidak langsung. Hal ini dibuktikan pada petikan paragraf berikut ini.

  “Ck..ck..ternyata ada juga ya orang Indonesia yang pinternya mengalahkan orang Jepang.” Celetuk Mbak Mar. “Tidak hanya itu, nanti Mbak Rana juga akan tampak betapa hebatnya dia. Aku baca dikoran Mbak Rana meraih penghargaan tingkat dunia di

  Beijing mengalahkan banyak arsitektur luar negeri.” Sahut seorang remaja putri berkaos biru muda (CSZ, 2011: 73).

  Dari kutipan di atas kembali menunjukkan adanya penggambaran tokoh Zahrana yang dilakukan oleh pengarang secara tidak langsung, yakni dengan menggunakan teknik percakapan tokoh lain. Penggambaran diri Zahrana tersebut melalui percakapan antara Mbak Mar dengan Remaja putri berkaos biru muda. Percakapan tersebut menggambarkan tokoh Zahrana sebagai tokoh wanita yang pintar dan hebat, karena telah meraih penghargaan tingkat dunia di Beijing mengalahkan banyak arsitektur luar negeri.

  Cinta Suci Zahrana

  Dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy yang menentukan tokoh Dewi Zahrana atau Zahrana sebagai tokoh utama.

  Penggambaran tokoh utama yang dilakukan oleh pengarang dibuat lengkap, dan sentral di dalam novel. Hal ini dikarenakan tokoh Zahrana selalu ada di setiap bagian cerita dan diposisikan sebagai pusat cerita. Pengarang pun tidak lupa memberikan beberapa konflik yang dirasakan oleh tokoh Zahrana sebagai tokoh utama. Konflik atau permasalahan yang dihadirkan penulis menambah kemenarikan cerita.

  Permasalah atau konflik yang dirasakan oleh tokoh utama, merupakan konflik yang dipengaruhi oleh tokoh lain di dalam cerita. Bukan hanya konflik batin namun juga konflik badani yang dirasakan oleh tokoh Zahrana. Konflik atau permasalah yang dirasakan oleh Zahrana, membuat semakin kokoh psikologisnya.

  Sebuah konflik terjadi bila ada sebuah tujuan yang ingin dicapai dalam waktu bersamaan, namun tidak terjadi karena perbedaan pendapat, sudut pandang, pemikiran antar individu yang satu dengan yang lainnya. Konflik pun terjadi karena akibat perbedaan yang tidak dapat diatasi antara kebutuhan individu dan kemampuan potensial yang dimilikinya.

  Di bawah ini terdapat adanya analisis kepribadian tokoh utama, serta konflik yang dialami, dan sikap yang dilakukan oleh tokoh utama untuk menyelesaikan, atau pun menghindar dari konflik yang dialaminya.

  Berbagai macam konflik yang menyerang psikis tokoh utama yakni Dewi Zahrana yang terdapat di dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy. Konflik batin yang ia rasakan yakni masih bersangkutan dengan belum kunjungnya jodoh yang oleh tokoh Zahrana. Bukan hanya belum kunjungnya jodoh yang sesuai dengan keinginan Zahrana saja sebagai penimbul konflik psikis, namun juga datangnya lamaran dari Pak Sukarman yang membuatnya semakin tertekan.

  Berbagai macam konflik yang dirasakan Zahrana, menyebabkan timbulnya sikap atau tindakan untuk mengurangi problematika yang dirasakannya.

  Dalam garis besar konflik, Freud membaginya menjadi empat macam yakni Approach-approach conflict, Approach avoidance conflict, Avoidance-

  avoidance conflict, Double approach avoidance conflict . Keempat jenis konflik tersebut dialami oleh tokoh utama.

  Adapun pembuktian kondisi psikis Zahrana, ragam konflik yang dialami, dan sikap-sikap pertahanan diri yang dilakukan Zahrana dalam menghadapi berbagai macam permasalahan yang ia rasakan, terdapat di dalam petikan-petikan paragraf berikut ini yang telah dikelompokan kedalam masing-masing jenis konflik yang dialaminya.

  Dalam diri Zahrana terjadi berbagai macam konflik yang menekan psikisnya. Konflik yang terjadi di dalam diri Zahrana disebabkan oleh adanya tekanan dari tokoh-tokoh lain. Jenis konflik Approach-approach conflict juga dialami oleh tokoh Zahrana. Hal ini dibuktikan pada petikan paragraf-paragraf berikut ini.

  Apakah langkah yang ia tempuh salah? Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa ia sama sekali tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda pernikahannya sampai meraih gelar doktornya. Setelah meraih penghargaan di Beijing akan sangat mudah baginya mendapatkan beasiswa S3 di luar negeri. Bahkan jika ia melamar S3 ke Tsinghua University pasti akan diterima dengan tangan terbuka.

  Tetapi satu sisi nuraninya menegurnya, bahwa ia adalah perempuan yang egois. Kenapa juga tidak segera sadar bahwa umurnya sudah melewati kepala tiga. Siapa bilang norma masyarakat tidak ada patokan ilmiahnya? Ada. Ketika masyarakat menyebut seseorang sebagai perawan tua, itu tidak semata-mata ejekan. Tetapi sebenarnya itu adalah peringatan tanda sayang. Dunia kedokteran sudah menentukan usia produktif perempuan. Idealnya perempuan menikah sebelum usia tiga puluh tahun. Sehingga aman melahirkan keturunan (CSZ, 2011: 26-27).

  Perang batin yang terjadi di dalam diri Zahrana digambarkan pada petikan paragraf di atas. Perang batin tersebut menimbulkan konflik Approach-

  approach conflict yakni jenis konflik yang dialami oleh individu, karena individu

  tersebut mengalami dua atau lebih motif positif yang sama-sama kuat. Hal ini terjadi dalam diri Zahrana yakni antara memilih meneruskan studinya guna meraih gelar doktor, atau menikah seperti kehendak orang tuanya. Semua pilihan tersebut mengandung motif positif yang sama kuat, namun memiliki nilai keutamaan yang berbeda bagi diri Zahrana. Meneruskan studinya merupakan keinginan paling dalam yang dari dulu ia inginkan. Sedangkan menikah juga keinginannya tetapi tidak terlalu penting dari pada meraih gelar doktornya.

  Meskipun menikah merupakan keinginannya pula, tetapi ia masih memilih untuk melanjutkan studinya untuk meraih gelar doktornya.

  Dalam petikan di atas, adanya sebuah pembelaan diri, dan anggapan bahwasannya norma tidak memiliki patokan ilmiah yang akurat. Baginya tidak lagi zamannya perempuan diatur-atur oleh norma-norma yang berlaku, karena sekarang merupakan masa yang modern. Perempuan juga dapat berkarir seperti laki-laki.

  Konflik yang dialami tokoh Zahrana, menimbulkan tindakan pertahanan ego, meskipun dari tindakan pertahanan ego yang dilakukannya menciptakan adanya kesadaran diri yang menyatakan, bahwa dirinya merupakan wanita yang egois. Wanita yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan menyadarkan Zahrana bahwa norma dan adat istiadat yang ada di dalam lingkungan masyarakat memiliki patokan ilmiah. Standar ilmiah yang terdapat di dalam norma dan adat istiadat adalah ketika seorang wanita disebut perawan tua, sebenarnya sebutan perawan tua itu merupakan sebuah sikap sayang yang diberikan oleh masyarakat, karena sebutan itu berupa peringatan-peringatan yang tegas. Peringatan untuk segera menikah, karena menurut dunia kedokteran sudah menentukan usia produktif seorang perempuan yang idealnya menikah sebelum berusia tiga puluh tahun. Sehingga aman untuk melahirkan. Itulah patokan ilmiah dari sebuah norma yang ada di masyarakat.

  Adapun tindakan pertahanan ego yang dilakukan oleh tokoh Zahrana adalah tindakan reaksi formasi. Tindakan reaksi formasi adalah tindakan yang diakibatkan adanya implus yang diikuti kecenderungan berlawanan dengan tendensi yang ditekan. Perilaku tokoh Zahrana yang digambarkan oleh pengaran sesuai dengan manusia yang berada di lingkungan masyarakat nyata.

  Dalam kehidupan tokoh Zahrana yang dideskripsikan oleh pengarang secara berlebihan juga mengandung jenis konflik Approach avoidance conflict yang mempengaruhi psikis tokoh Zahrana. Serta mempengaruhi tindakan- tindakan yang diambil untuk terlepas dari konflik tersebut. Ada pun pembuktian jenis konflik Approach avoidance conflict yang terdapat di dalam novel.

  Tetapi apalah arti semua penghargaan dan ucapan selamat itu jika tidak juga bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Ia masih ingat betul wajah ayahnya yang dingin saat pamit. Ayahnya hanya bilang “yah, kalau sudah selesai segera pulang.” Ibunya sedikit lebih ramah, tetapi terasa dingin juga, “Hati-hati ya”. Ia sebenarnya berharap ayah dan ibunya melepasnya dengan rasa bangga, bahkan ikut mengantarnya sampai Bandara Internasional Adi Sumarno Solo. Meskipun ia sudah tidak anak- anak dan tidak remaja lagi, bahkan ia sudah sangat berumur, tetapi ia ingin dilepas kedua orang tuanya layaknya seorang anak yang dimanja dan lagi- lagi dibanggakan. Ia telah menjadi anak yang baik, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Apakah baktinya selama ini masih kurang?” (CSZ, 2011: 4).

  Pada petikan di atas tokoh Zahrana mengalami konflik Approach

  avoidance conflict atau jenis konflik yang terjadi karena tokoh mengalami situasi

  yang mengandung motif positif dan motif negatif sama kuat. Motif positif yang terdapat di dalam konflik dan dialami oleh tokoh Zahrana yakni ketika keberangkatannya ke Beijing, untuk mendapatkan penghargaan prestisius bertaraf internasional yang diberikan oleh Universitas Tsinghua. Seharusnya penghargaan itu menjadi sebuah kebahagian yang tidak terkira karena mampu membuat nama bangsa Indonesia semakin terkenal ditataran internasional. Sedangkan motif negatifnya adalah ketika tokoh Zahrana berangkat menuju Beijing untuk menerima penghargaan kedua orang tuanya bersikap dingin, bahkan bersikap tidak peduli. Penghargaan yang seharusnya mampu membuat siapapun bangga, namun baginya kabahagian dan rasa bangga itu tidak ia rasakan. Itulah yang menyebabkan mengapa tokoh Zahrana merasa tidak senang.

  Perubahan emosi timbul pada diri Zahrana yang disebabkan oleh faktor eksteren atau dipengaruhi oleh faktor di luar diri tokoh Zahrana. Faktor eksteren tersebut adalah tokoh Pak Munajat dan Bu Nuriyah yang sebagai orang tua tokoh Zahrana.

  Adanya dorongan ego yang terjadi di dalam diri Zahrana, menciptakan adanya sebuah tindakan pertahanan. Tindakan pertahanan ego tersebut adalah agresi atau lebih tepatnya mengalami retrogressive behavior yakni sebuah perilaku seseorang yang mirip seperti anak kecil. Pertahanan ego tersebut dibuktikan pada kutipan di atas yang menunjukkan tokoh Zahrana menginginkan untuk tetap dimanja oleh kedua orang tuanya, keinginan untuk tetap dimanja dan dibanggakan hadir dalam batin Zahrana. Sedangkan ia sudah tidak lagi menjadi anak kecil yang harus selalu dimanja dan diperhatikan.

  Tindakan retrogressive behavior yang terjadi di dalam diri Zahrana diakhiri dengan rasa tidak nyaman karena ia tidak mendapatkan perlakuan yang ia inginkan dari kedua orang tuanya. Dari tidak terpenuhi keinginannya menimbulkan adanya sebuah konflik yang terjadi di dalam batin Zahrana.

  Tindakan lanjutan yang tercipta dari rasa tidak nyaman yang dirasakan Zahrana yaitu dengan menimbulkan sikap keraguan atas sikapnya selama ini, dan menimbulkan pertanyaan apakah baktinya terhadap orang tua kurang.

  Selanjutnya dalam petikan paragraf di bawah ini. Terdapat pula konflik yang menyerang psikis tokoh utama. Konflik psikis tersebut disebabkan oleh tokoh lain dalam cerita yakni tokoh Pak Munajat yang dalam cerita sebagai ayah kandung tokoh Zahrana.

  ... Keinginannya adalah masuk Fakultas Kedokteran UI, UGM, UNDIP atau UNS. Ia utarakan pada kedua orangtuanya. Ibunya sangat antusias mendengarnya.

  “Wah Pak, kalau rana jadi dokter mulia kita Pak. Oh senangnya kalau punya anak dokrter.” Mata ibunya berbinar-binar. Tetapi ayahnya menanggapi dengan dingin, “senang-senang, gak dipikir biayanya dari mana! Mbok yo uteke dienggo ojo perasaanne wae

  sing dienggo!

  Mendengar kalimat ayahnya itu ia lalu mawas diri dan berpikir bahwa untuk menembus masuk Fakultas Kedokteran UI dan UGM ia sangat yakin bisa, tetapi setelah masuk biayanya dari mana. Dari kakak kelas yang sudah dua tahun di Fakultas Kedokteran, ia tahu bahwa biaya pendidikan di Fakultas Kedokteran memang besar. Biaya praktiknya juga maha...

  ... maka ia menemukan tantangannya dan ia memilih meneruskan kuliah di Fakultas Teknik UGM, Jurusan Arsitektur. Ayahnya kurang setuju, tetapi ia tetap maju dan memberikan seribu alasan sehingga kemauannya diamini sang ibu. (CSZ, 2011: 5-6).

  Dari penggalan di atas, menggambarkan bahwa tokoh Zahrana mengalami konflik jenis Approach avoidanc conflict. Jenis Approach avoidanc

  conflict merupakan jenis konflik psikis yang dialami oleh individu dikarenakan

  dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Motif positif yang terjadi di dalam diri Zahrana yakni bahwa ia ingin melanjutkan studinya ke Fakultas Kedokteran UGM (Universitas Gajah Mada) atau UI (Universitas Indonesia) dan ia merasa mampu untuk masuk ke Fakultas Kedokteran yang diinginkannya itu. Sedangkan motif negatif yang tercipta adalah ketika ia menyadari biaya yang diperlukan untuk meneruskan studinya di Fakultas Kedokteran sangatlah mahal. Kedua motif tersebut mempengaruhi psikologis Zahrana yang kemudian menciptakan konflik batin di dalam dirinya. Selain konflik yang memuat motif postif dan negatif yang terjadi pada diri Zahrana, juga adanya perubahan sikap yang dilakukannya untuk mempertahankan ego yakni dengan melakukan tindakan rasionalisasi.

  Tindakan rasionalisasi terbentuk karena adanya dorongan ego yang membuat rasa tidak nyamanan dalam diri Zahrana. Tindakan rasionalisasi adalah tindakan yang memiliki dua tujuan utama yakni pertama untuk mengurangi kekecewaannya ketika Zahrana gagal mencapai tujuannya yaitu untuk meneruskan studi ke Fakultas Kedokteran. Tujuan kedua ialah membentuk motif yang lebih dapat diterima oleh masyarakat di lingkunganya atas perilaku tokoh Zahrana. Tindakan rasionalisasi yang dilakukannya adalah dengan tidak meneruskan keinginannya untuk kuliah di Fakultas Kedokteran UI atau pun UGM. Maka Zahrana memilih untuk meneruskan studinya ke Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur UGM.

  Tindakan rasionalisasi yang dilakukan Zahrana awalnya tidak disetujui oleh ayahnya, tetapi dengan penjelasan yang dilakukannya serta dengan keinginan yang kuat akhirnya ia diizinkan untuk kuliah di UGM. Pengambilan sikap-sikap yang dilakukan oleh Zahrana bila dibandingkan dengan keadaan realita masyarakat nyata yakni sama, namun yang membedakannya adalah cara pendeskripsian sikap yang dilakukan pengarang terhadap tokoh Zahrana sangat berlebihan.

  Perubahan-perubahan emosi yang terjadi pada diri Zahrana tergambarkan dengan jelas oleh pengarang. Perubahan-perubahan emosi yang terjadi dalam diri tokoh Zahrana, berawal dari kesedihan dan kekecewaan karena tidak terpenuhi keinginannya untuk melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran. Kemudian berubah menjadi sebuah kesadaran bahwa biaya untuk studi di Fakultas Kedokteran sangatlah mahal. Serta adanya pengambilan sikap tegas yang dilakukan Zahrana yakni bersikap memilih melanjutkan studi ke Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur UGM. Perubahan-perubahan emosi inilah tercerminkan dari dunia nyata yang pengarang lihat, bahwa keputusan-keputusan individu dapat berubah-ubah.

  Prestasi demi prestasi telah diperoleh Zahrana. Ia membuktikan bahwa dirinya lebih baik dari pada mahasiswa lainnya. Pembuktian tersebut terdapat pada paragraf berikut ini.

  Prestasi demi prestasi ia raih, mahasiswi teladan tingkat nasional. Namanya dikenal banyak orang di kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun karyawan. Tidak sedikit mahasiswa laki-laki yang mendekatinya tetapi ia acuhkan begitu saja. Yang ia pikirkan adalah belajar, belajar dan menjadi yang terbaik di kampusnya. Sampai akhirnya ia diwisuda dengan prestasi sebagai mahasiswa terbaik diangkatannya. Ayah dan ibunya menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Ibunya memeluknya dengan mata berkaca-kaca. “Pak anakmu sudah sarjana.” Kata ibunya pada ayahnya. Dengan agak dingin ayahnya berkata “Alhamdulillah. Ikut senang. Tetapi lebih senang seandainya diwisuda hafal Al-Quran”. Mendengar kalimat ayahnya itu ia ingin menangis. Kanapa ayahnya tidak mau sedikit saja berempati dan ikut merayakan kebahagiaan dan kebanggaan yang ia rasakan.

  ... Ia merasa tidak salah memilih kuliah di Fakultas Teknik UGM, Jurusan Arsitektur (CSZ, 2011: 9-10). Dari kutipan di atas tokoh Zahrana mengalami konflik approach

  avoidance conflict yakni jenis konflik psikis yang dialami oleh individu dalam

  waktu yang bersamaan, dalam menghadapi sesuatu yang mengandung motif positif dan negatif yang sama-sama kuat. Konflik inilah yang dialami oleh tokoh utama. Motif positif yang dirasakan oleh Zahrana yakni ia merasa bahagia karena prestasi demi prestasi telah ia raih, termasuk menjadi mahasiswi teladan tingkat nasional. Banyak orang mengenalnya, tidak sedikit mahasiswa laki-laki mendekatinya tetapi ia acuhkan, sikap mengacuhkannya ini memiliki alasan yakni Zahrana ingin fokus terhadap akademisnya. Hal ini disebabkan oleh dorongan super egonya yang ingin memfokuskan hal-hal primer dari pada hal-hal sekunder yang akan menghambat akademisnya. Sampai akhirnya Zahrana diwisuda dengan meraih gelar mahasiswi terbaik di Fakultasnya. Sikap yang diambil Zahrana ini, tercipta dari super egonya yang menginginkan menjadi yang terbaik dari yang baik. Keinginan untuk menjadi yang terbaik bahkan menjadi yang sangat baik dibandingkan dengan teman-temannya, membuahkan sebuah prestasi yang selama ini ia dapatkan, tetapi semua itu tidak membuat ayahnya senang bahkan tidak berempati terhadap kebahagiaan yang ia rasakan. Tidak adanya rasa empati dari Pak Munajat sebagai ayah Zahrana, terhadap perstasi dan kebahagian anaknya membuat Zahrana mengalami konflik batin yang menciptakan kesedihan yang terpendam di dalam diri Zahrana. Kalimat ayahnya yang lebih bahagia jika anaknya diwisuda hafal Al Qur’an sangat menusuk batin Zahrana. Kesedihan yang dirasakan Zahrana ini yang kemudian menimbulkan tindakan represi.

  Tindakan represi merupakan tindakan yang bertugas mendorong keluar implus-implus id yang tidak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Tindakan represi yang dilakukan Zahrana yakni dengan tindakan pembelaan diri bahwa ia tidak melakukan kesalahan telah mengambil jurusan arsitektuk di Fakultas Teknik UGM, serta telah menunjukkan kemampuannya yang ditunjukan dengan prestasi-prestasi yang ia dapatkan.

  Konflik psikis yang dirasakan oleh Zahrana tidak berhenti ketika ia diwisuda, namun masih berkelanjutan dalam keadaan dan kondisi tokoh Zahrana yang berbeda. Hal ini dibuktikan dalam paragraf berikut ini.

  Dua bulan setelah ia diwisuda ia mendapat panggilan dari UGM untuk ikut mengajar. Ia ditawari jadi asisten dosen. Ia langsung menghadap Dekan Fakultas Teknik. Dari Dekan ia mendapatkan penejalasan bahwa ia diproyeksikan untuk menjadi dosen dan akan dikirim ke Belanda untuk mengambil S2, itu jika ia bersedia.

  Dengan penuh rasa bahagia ia ceritakan semua keberuntungan yang menghampirinya kepada ayah dan ibunya. Tetapi tanggapan mereka berdua jauh dari yang ia duga. Ibunya malah berkaca-kaca sedih, bukan bahagia. Tak ada yang keluar dari mulut ibunya tercinta. Akhirnya ayahnya angkat bicata.

  ... Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang meminta agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi.

  Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa mengiris dadanya.

  ... Itu bahasa halus, bahwa ayah dan ibunya tidak akan menganggap dirinya sebagai anaknya lagi jika nekat mengajar di Jogja. Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi entah mengapa ia tidak bisa berdalih dan berdalil apa-apa kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan yang kuat seperti sebelum-sebelumnya

  ... dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran langka itu (CSZ, 2011: 12). Pada kutipan di atas, tekanan kesedihan yang melanda hati Zahrana semakin meningkat. Seharusnya ia bahagia namun ia harus sedih kembali.

  Bahagia yang dikarenakan mendapatkan tawaran menjadi pengajar di Fakultas

  Teknik Universitas Gajah Mada (UGM) sekaligus ditawari beasiswa untuk melanjutkan setudi S2-nya ke luar negeri, suatu rezki yang berlimpah baginya, namun setelah diutarakan dan dirundingkan bersama kedua orang tuanya, hasilnya bahwa kedua orang tuanya tidak setuju dengan keinginan Zahrana. Orang tuanya tidak setuju bila Zahrana mengajar di Jogja. Hal ini menimbiulkan kekecewaan sekaligus konflik batin yang melanda Zahrana. Konflik batin yang dialami Zahrana yakni konflik Approach avoidance conflict. Jenis konflik Approach

  avoidance conflict merupakan jenis konflik psikis yang dialami individu karena

  menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung motif negatif dan motif positif yang sama kuat. Hal ini dibuktikan oleh kata-kata ayah Zahrana yang sangat membuat Zahrana semakin sedih, yakni pilihan yang diberikan oleh ayahnya untuk mengambil tawaran mengajar di UGM dan mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri, atau ayah dan ibunya akan menganggap tidak memiliki anak lagi atau dalam artian Zahrana tidak akan dianggap anak mereka lagi bila menerima tawaran tersebut. Pilihan yang diajukan ayahnya sangat membuat psikologis Zahrana tertekan. Konflik yang terjadi pada diri Zahrana ini menimbulkan sebuah pengambilan sikap yang dewasa oleh Zahrana meskipun dengan berat hati. Sikap yang diambil oleh Zahrana adalah dengan tidak menerima tawaran mengajar di Fakultas Teknik UGM dan tetap berada di Semarang.

  Pengambilan sikap yang dilakukan oleh Zahrana disebabkan adanya tindakan rasionalisasi. Tindakan rasionalisasi yakni tindakan yang dilakukan individu untuk menutupi atau mengurangi kekecewaannya, terhadap konflik yang ditimbulkan. Untuk mengurangi kekecewaannya ia mengajar di Universitas Mangunkarsa. Semarang. Ia tidak ingin dianggap durhaka karena memilih untuk meninggalkan kedua orang tuanya, hanya untuk sebuah akademik.

  Selanjutnya ketika rasa cemas, sedih, bimbang melanda diri Zahrana yaitu ketika ia dilamar oleh Pak Sukarman. Lamaran tersebut ia ceritakan kepada Lina sahabatnya. Kejadian itu dipaparkan pada penggalan percakapan di bawah ini.

  “Aku ingin curhat tentang masalah yang sedang aku hadapi.” “Boleh.” “Aku sedang cemas, takut dan bimbang Lin.” “Kenapa?” “Aku dilamar” “Lho seharusnya kau senang dong ada yang melamar kamu, bukan malah cemas dan takut.” “Masalahnya ini yang melamar aku Pak Karman. Kau tahu kan siapa Pak Karman.” “Inna lillahi wa ilaihi raaji’iun.” Ucap Lina sepontan begitu tahu siapa yang melamar Zahrana. “Kalau dia yang melamar kamu wajar kau takut.

  Sebab musibah ada dihadapanmu. Tetapi kau tidak perlu bimbang kurasa. Sikap yang harus kau ambil sudah jelas kok. Kenapa bimbang? Lanjut Lina.

  “Ini menyangkut keinginan kedua orang tua agar aku segera menikah. Juga aku agak pakewuh menolak lamaran itu karena yang menyampaikan lamaran itu Bu Merlin yang aku segani. Kalau menurut Wati, kau ingat kan Wati teman kita yang kini jadi istri lurah itu?” “Ya ingat. Bagaimana menurut Wati?” “Menurut dia aku terima saja. Anggap saja niatnya dakwah. Siapa tahu setelah menikah dengan aku Pak Karman jadi baik. Begitu menurut Wati.

  Menurut kamu bagamana Lin? Aku perlu pendapatmu. Aku sungguh bingung dan cemas.”(CSZ, 2011: 163-164). Dalam penggalan percakapan di atas, tokoh Zahrana mengalami konflik yang terjadi di dalam dirinya yakni jenis konflik Approach avoidance conflict.

  Konflik Approach avoidance conflict yaitu jenis konflik psikis yang dialami oleh individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Kedua keadaan yang mengandung motif positif dan motif negatif tersebut yaitu, pertama motif positif yang terkandung di dalam konflik ini ialah Zahrana dilamar, meskipun tanpa dipungkiri keadaan Zahrana yang ingin segera menikah juga merupakan keinginan dari kedua orang tuanya. Ketika sebuah lamaran datang kepadanya, ternyata lamaran tersebut dari Pak sukarman yang disampaikan oleh Bu Merlin dan Zahrana merasa tidak enak kapada Bu Merlin jika menolak lamar tersebut, karena Zahrana sangat menghormati Bu merlin. Kedua yakni motif negatif yang kuat.

  Motif negatif tersebut adalah ketika lamaran datang kepadanya, lamaran tersebut dari Pak Sukaraman yang tak lain merupakan pimpinannya sendiri di tempat ia mengajar. Pak Sukarman seorang dekan fakultas Teknik, Universitas Mangunkarsa.

  Kedua motif yang terdapat pada diri Zahrana berbeda, namun sangat kuat menimbulkan kecemasan. Kecemasan tersebut yakni kecemasan real, yang merupakan kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar. Kecemasan real tersebut diakibatkan oleh adanya lamaran yang datang dari Pak Sukarman.

  Tindakan menceritakan ketakutan dan kecemasannya itu kepada Lina sahabatnya, merupakan tindakan sublimasi. Tindakan sublimasi yakni tindakan pengalihan yang dilakukan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman, guna mendapatkan kebermanfaatan dari tindakan lanjutan yang dilakukan individu yang melakukan tindakan sublimasi. Adapun klasifikasi emosi yang terdapat di dalam diri Zahrana yakni adanya sebuah kecemasan, kebingungan, dan kesedihan yang mendalam.

  Ada pula, konflik yang disebabkan oleh tokoh lain yang dialami Zahrana. Konflik tersebut disebabkan oleh kedua orang tuanya, yang memaksa Zahrana untuk segera menikah. Hal ini dibuktikan dalam paragraf di bawah ini.

  “Buatlah kami bangga kamu menikah dengan orang yang terhormat dan terpandang, sehingga penantian kamu tidak sia-sia.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam telinga, dada dan pikirannya. Jelas sekali kedua orang tuanya menginginkan ia menerima lamaran itu.

  Matanya berkaca-kaca. Kalau tidak ada kekuatan iman dalam dada ia mungkin telah memilih sirna dari dunia. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan orang-orang seusianya. Banyak yang memandangnya sukses. Hidup bolehlah disebut berkecukupan. Punya pekerjaan yang terhormat dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia mampu meraih gelar master teknik dari sebuah institut teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia dipercaya duduk dalam jajaran pengajar tetap di universitas swasta terkemuka di ibukota Propinsi Jawa Tengah: Semarang.” (CSZ, 2011: 183-184).

  Petikan paragraf tersebut, menjelaskan adanya emosi dan harapan dari kedua orang tua Zahrana yang mempengaruhi psikis tokoh Zahrana. Kalimat dari orang tuanya itu sangat tajam dan menusuk kesadarannya. Bahwa adanya harapan berupa ujaran dari kedua orang tua Zahrana yang menginginkan agar Zahrana untuk segera menikah dengan orang terhormat dan terpandang. Hal itu menunjukkan bahwa orang tua Zahrana menginginkan Zahrana untuk menerima pinangan Pak Sukarman.

  Penggalan paragraf tersebut mendeskripsikan konflik psikis yang dialami oleh tokoh Zahrana. Konflik yang menyerang kejiwaannya yakni jenis konflik

  Approach avoidance conflict. Konflik jenis Approach avoidance conflict

  merupakan jenis konflik yang dialami oleh individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung motif positif dan motif negatif yang sama-sama kuat. Motif positif yang terdapat di dalam konflik yakni keinginan kedua orang tua Zahrana yang menginginkan anaknya untuk segera menikah, serta membuat mereka bangga. Orang tua Zahrana, menginginkan Zahrana untuk menikah dengan laki-laki yang terhormat dan juga terpandang dengan tujuan agar penantian Zahrana selama ini tidaklah sia-sia. Sedangkan motif negatif yang terdapat di dalam konflik yakni kesedihan yang dirasakan oleh Zahrana.

  Zahrana merasakan sedih, karena Pak Sukarmanlah yang datang untuk meminangnya. Laki-laki yang dimata Zahrana, merupakan laki-laki yang tidak bermoral yang datang kepadanya. Hatinya tidak dapat menerima Pak Sukarman untuk menjadi suaminya, tetapi kedua orang tuanya menginginkan sebaliknya.

  Tangis yang terjadi pada diri Zahrana merupakan tindakan untuk meringankan beban di dalam dadanya. Tindakan tersebut merupakan tindakan represi.

  Tindakan represi merupakan tindakan pertahanan diri dari konflik yang merupakan tindakan menekan rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh id yang terjadi di dalam alam sadarnya untuk kembali ke dalam alam bawah sadarnya.

  Kesedihan yang mendalam dirasakan oleh Zahrana. Penyesalan demi penyesalan kini ia rasakan. Kesedihan dan penyesalan ia rasakan karena ia telah banyak membuang kesempatan begitu saja. Kesempatan yang datang kepadanya yakni kesempatan untuk menyempurnakan agamanya, banyak laki-laki yang berdatangan kepadanya untuk meminang Zahrana, namun masih ia tolak. Kesedihan dan penyesalan tersebut tampak pada kutipan berikut.