Formulasi Tablet Klorfeniramin Maleat Menggunakan Selulosa Mikrokristal dengan Metode Cetak Langsung

(1)

FORMULASI TABLET KLORFENIRAMIN MALEAT

MENGGUNAKAN SELULOSA MIKROKRISTAL DARI NATA

DE COCO SEBAGAI PENGISI DENGAN METODE CETAK

LANGSUNG

SKRIPSI

OLEH:

JANDRI DUVICO SIHALOHO

NIM 060804065

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI TABLET KLORFENIRAMIN MALEAT

MENGGUNAKAN SELULOSA MIKROKRISTAL DARI NATA

DE COCO SEBAGAI PENGISI DENGAN METODE CETAK

LANGSUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

JANDRI DUVICO SIHALOHO

NIM 060804065

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI TABLET KLORFENIRAMIN MALEAT

MENGGUNAKAN SELULOSA MIKROKRISTAL DARI NATA

DE COCO SEBAGAI PENGISI DENGAN METODE CETAK

LANGSUNG

OLEH:

JANDRI DUVICO SIHALOHO

NIM 060804065

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: Mei 2011 Disetujui oleh:

Pembimbing I Panitia Penguji

(Dr. Kasmirul Ramlan S., MS., Apt.) (Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt.) NIP195504241983031003 NIP195201171980031002

Pembimbing II (Dr. Kasmirul Ramlan S., MS., Apt.) NIP195504241983031003

(Prof. Dr. Karsono, Apt.) (Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt). NIP 195409091982011001 NIP 195406081983031005

(Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.) NIP 195011171980022001

Dekan

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt NIP 195311281983031


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Formulasi Tablet Klorfeniramin Maleat Menggunakan Selulosa Mikrokristal dengan Metode Cetak Langsung”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan penggunaan selulosa mikrokristal hasil dari isolasi nata de coco sebagai pengisi pada pembuatan tablet klorfeniramin maleat secara cetak langsung.Hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada pihak-pihak terkait tentang nata de coco sebagai sumber alternatif selulosa mikrokristal dan penggunaannya sebagai bahan tambahan dalam pembuatan tablet.

Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Ayah dan Ibu tercinta, adikku tercinta Lestiana Sihaloho dan Halomoan Sihalohoatas segala perhatian, doa, dan dukungan serta pengorbanan baik moril maupun materiil yang telah diberikan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan beserta para Pembantu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas dan sarana.

2. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap., Apt sebagai penasehat akademikatas nasehat dan bimbingannya selama proses perkuliahan.

3. Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga M.S., Apt. dan Prof. Dr. Karsono, Apt.,sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Panitia Penguji atas segala arahan dan masukan yang sangat berarti dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama perkuliahan.


(5)

6. Kepala Laboratorium Fitokimia, Kepala Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Solid, Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif dan Kepala Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU beserta staf, laboran dan asisten atas seluruh bantuan dan fasilitas yang diberikan selama penelitian.

Terakhir penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan penulis angkatan 2006 dan seluruh rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas doa, dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, maka diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Mei 2011 Penulis


(6)

FORMULASI TABLET KLORFENIRAMIN MALEAT MENGGUNAKAN SELULOSA MIKROKRISTAL DARI NATA DE COCO SEBAGAI

PENGISI DENGAN METODE CETAK LANGSUNG

ABSTRAK

Selulosa mikrokristal merupakan bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan tablet cetak langsung. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengaplikasikan penggunaan selulosa mikrokristal hasil isolasi dari nata de coco sebagai pengisi pada pembuatan tablet klorfeniramin maleat secara cetak langsung.

Selulosa mikrokrital diperoleh dengan cara isolasi dari nata de coco. Isolasi dilakukan dengan ekstraksi menggunakan NaOH 18% menghasilkan α -selulosa, lalu α-selulosa dihidrolisis menggunakan HCl 2,5 N menghasilkan selulosa mikrokristal. Selulosa mikrokristal yang diperoleh dari nata de coco (SMNDC) dikarakterisasi yang meliputi pH, susut pengeringan, berat jenis dan indeks kompresibilitas. Selain itu, juga dilakukan analisis sifat fisikokimia SMNDC menggunakan instrumen spektrofotometer inframerah. Formula tablet yang dibuat ada dua formula yaitu formula 1(F1) dengan bahan pengisi SMNDC dan formula 2 (F2) dengan bahan pengisi avicel PH 102 sebagai pembanding. Selanjutnya, tablet dievaluasi meliputi keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar zat berkhasiat, dan uji disolusi.

Hasil karakterisasi yaitu pH SMNDC dan avicel PH 102 adalah pH 5,8 dan 6,5; susut pengeringan SMNDC dan avicel adalah 4,75 % dan 7,54 %; bobot jenis nyata SMNDC dan avicel adalah 0,583 g/cm3 0,416 g/cm3; bobot jenis benar SMNDC dan avicel adalah 1,450 g/cm3 dan 1,460 g/cm3; indeks kompresibilitas SMNDC dan avicel adalah 18,181 % dan 15,860 g/cm3. Hasil evaluasi tablet klorfeniramin maleat mencakup kekerasan F1dan F2 adalah 4,65 kg dan 5,90 kg; waktu hancur F1 dan F2 adalah 4,32 dan 4,13 menit; hasil penetapan kadar zat berkhasiat F1 dan F2 adalah 100,47 ± 5,07 dan 102,32 ± 5,49 serta hasil uji disolusi F1dan F2 menunjukkan bahwa jumlah kumulatif zat yang terlepas pada menit ke-30 adalah 100,22% dan 99,53%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua formula tablet memenuhi persyaratan yang terdapat dalam farmakope Indonesia dan United states Pharmacopeia. Namun, uji friabilitas tidak memenuhi syarat pustaka.


(7)

FORMULATION OF CHLORPHENIRAMINE MALEATE TABLET USING MICROCRYSTALLINE CELLULOSE FROM NATA DE COCO

AS DILUENT BY DIRECT COMPRESSION

ABSTRACT

Microcrystalline cellulose is an exipient which often used in the manufacture of tablets by direct compression. The purpose of this research is to apply the use of microcrystalline cellulose isolated from nata de coco as a diluent in the manufacture of chlorpheniramin maleate tablets by direct compression.

Microcrystalline cellulose obtained by isolation from nata de coco. Isolation was carried out by extraction using 18% sodium hydroxide to produce

α-cellulose and α-cellulose is hydrolyzed using hydrochloric acid 2.5 N to produce microcrystalline cellulose. Microcrystalline cellulose obtained from nata de coco (SMNDC) was characterized include pH, loss on drying, density and compressibility index. In addition, analysis of physicochemical properties of SMNDC used infrared spectrophotometer instruments. There are two formula tablets. Formula 1(F1) is with SMNDC as diluent and formula 2 (F2) is with Avicel PH 102 as a comparison. Furthermore, the tablets evaluated include weight uniformity, tablet hardness, friability, disintegration time, quantitative analysis of active agent test, and dissolution test.

The results of characterization that is pH of SMNDC and avicel PH 102 was 5.8 and 6.5; loss on drying of SMNDC and avicel was 4.75% and 7.54%; bulk density of SMNDC and avicel is 0.583 g/cm3 0.416 g/cm3;true density of SMNDC and avicel was 1.450 g/cm3 and 1.460 g/cm3; compressibility index of SMNDC and avicel was 18.181% and 15.860 g/cm3. The results of evaluation chlorpheniramine maleate tablets include hardness of F1dan F2 was 4.65 kg and 5.90 kg; disintegration time of F1 and F2 was 4.32 and 4.13 minutes; the determination of active agent of F1 and F2 was 100.47 ± 5, 07 and 102.32 ± 5.49 and dissolution test results of F2 and F1 showed that the cumulative amount of active agent released in the 30th minute was 100.2% and 99.53%.The results showed that the two tablet formula meets the requirements contained in the pharmacopoeia of Indonesia and the United States Pharmacopeia.

However, the friability test doesnt fulfill the literature terms.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Nata de Coco ... 5

2.2 Selulosa Bakteri... 5

2.3 Uraian Bahan 2.3.1 Klorfeniramin Maleat ... 6


(9)

2.3.2 Selulosa Mikrokristal ... 7

2.4 Sediaan Tablet ... 7

2.4.1 Uraian Umum ... 7

2.4.2 Metode Pembuatan Tablet... 8

2.4.3 Komposisi Tablet ... 11

2.4.4 Evaluasi Tablet ... 12

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1 Alat ... 16

3.2 Bahan ... 16

3.3 Prosedur ... 16

3.3.1 Penyiapan bahan ... 16

3.3.2 Isolasi α-selulosa dan selulosa mikrokristal ... 16

3.3.3 Karakterisasi Selulosa Mikrokristal ... 17

3.3.3.1 Penetapan pH ... 17

3.3.3.2 Susut Pengeringan ... 17

3.3.3.3 Bobot Jenis ... 18

3.3.3.3.1 Bobot Jenis Nyata ... 18

3.3.3.3.2 Bobot Jenis Benar ... 18

3.3.3.3.3 Bobot Jenis Mampat ... 19

3.3.3.4 Indeks Kompresibilitas ... 19

3.3.3.3 Analisis FT-IR ... 19

3.3.4 Pembuatan pereaksi ... 20


(10)

3.3.4.2 Natrium Hidroksida 18% ... 20

3.3.4.3 Larutan HCl 0,1 N ... 20

3.3.4.4 Larutan Air Bebas Karbondioksida ... 20

3.3.5 Pembuatan Tablet Klorfeniramin Maleat ... 20

3.3.6 Pembuatan Tablet Klorfeniramin Maleat secara Cetak Langsung ... 21

3.3.7 Uji Preformulasi ... 21

3.3.7.1 Penentuan Sudut Diam Granul ... 21

3.3.7.2 Penentuan Waktu Alir Granul ... 22

3.3.7.3 Penentuan Indeks Tap Granul ... 22

3.3.8 Evaluasi Tablet ... 22

3.3.8.1 Penetapan Kadar Klorfeniramin Maleat dalam Tablet ... 22

3.3.8.1.1 Pembuatan Larutan Baku Klorfeniramin Maleat ... 22

3.3.8.1.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dalam HCl 0,1 N ... 23

3.3.8.1.3 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi dalam HCl 0,1 N ... 23

3.3.8.1.4 Penetapan Kadar Klorfeniramin Maleat ... 23

3.3.8.2 Pemeriksaan Keseragaman Bobot ... 24

3.3.8.3 Pemeriksaan Friabilitas ... 24

3.3.8.4 Pemeriksaan Kekerasan Tablet... 24

3.3.8.5 Pemeriksaan Waktu Hancur ... 25


(11)

3.3.9.1 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat dalam

HCl 0,01 N ... 25

3.3.9.1.1 Pembuatan Larutan Induk Baku ... 25

3.3.9.1.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dalamHCl 0,01 N ... 26

3.3.9.1.3 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasidalam HCl 0,01 N ... 26

3.3.9.1.4 Disolusi ... 26

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN... 28

4.1 Hasil Pembuatan Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco (SMNDC) ... 28

4.2 Hasil Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco (SMNDC) ... 28

4.3 Hasil Analisis FT-IR ... 30

4.4 Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul ... 32

4.5 Hasil Evaluasi Tablet Klorfeniramin Maleat ... 33

4.5.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N ... 33

4.5.2 Hasil Uji Friabilitas ... 34

4.5.3 Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Klorfeniramin Maleat ... 35

4.5.4 Hasil Uji Kekerasan ... 35

4.5.5 Hasil Uji Waktu Hancur ... 36

4.5.6 Hasil Penetapan Kadar ... 37


(12)

4.5.7.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan danLinieritasKurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI

dalam Larutan HCl 0,01 N ... 37

BABV KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Persyaratan Indeks Kompresibilitas ... 19

Tabel 2. Formula Tablet Klorfeniramin Maleat ... 21

Tabel 3. Persyaratan Keseragaman Bobot ... 24

Tabel 4. Kriteria Penerimaan Uji Disolusi ... 27

Tabel 5. Data Karakterisasi SMNDC dan Avicel PH 102 ... 28

Tabel 6. Data Uji Preformulasi Massa Granul ... 32

Tabel 7. Data Friabilitas Tablet Klorfeniramin Maleat ... 35

Tabel 8. Data Uji Keseragaman Bobot Tablet Klorfeniramin Maleat ... 35

Tabel 9. Data Uji Kekerasan Tablet Klorfeniramin Maleat ... 36

Tabel 10. Data Uji Waktu Hancur Tablet Klorfeniramin Maleat ... 36

Tabel 11. Data Hasil Kadar Tablet Klorfeniramin Maleat ... 37

Tabel 12. Data Uji Disolusi Tablet Klorfeniramin Maleat dalam Larutan HCl 0,01 N ... 39


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hasil Spektrum IR SMNDC ... 30

Gambar 2. Hasil Spektrum IR Avicel PH 102 ... 31

Gambar 3. Kurva Serapan Klorfeniramin Maleat BPFI

dengan Konsentrasi 14mcg/ml dalam

Larutan HCl 0,1 N ... 33

Gambar 4. Data Panjang Gelombang Maksimum dan

Absorbansi Klorfeniramin Maleat dalam

HCl 0,1 N pada C = 14 mcg/ml ... 33

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI

dalam Larutan HCl 0,1 N pada Panjang

Gelombang 264 nm ... 34

Gambar 6. Kurva Serapan Klorfeniramin Maleat BPFI

dengan Konsentrasi 14 mcg/ml dalam

Larutan HCl 0,01 N ... 37

Gambar 7. Data Panjang Gelombang Maksimum dan

Absorbansi Klorfeniramin Maleat dalam Larutan

HCl 0,01 N pada C= 14 mcg/ml ... 38

Gambar 8. Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI

dalam Larutan HCl 0,01 N pada

Panjang Gelombang 263 nm ... 38

Gambar 9. Persen Kumulatif Hasil Uji Disolusi Tablet


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar Nata de Coco dan Selulosa

Mikrokristal dari Nata de Coco ... 46

Lampiran 2. Hasil Uji Mikroskopik Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco dan Avicel PH 102 ... 47

Lampiran 3. GambarTablet Jadi Klorfeniramin Maleat ... 48

Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco ... 49

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Uji Susut Pengeringan ... 50

Lampiran 6. Perhitungan Uji Bobot Jenis ... 51

Lampiran 7. Perhitungan Indeks Kompresibilitas... 53

Lampiran 8. Pembuatan Tablet Klorfeniramin Maleat ... 54

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Keseragaman Bobot ... 55

Lampiran 10. Contoh Perhitungan Friablitas Tablet ... 56

Lampiran 11. Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,1N pada Panjang Gelombang 264 nm ... 57

Lampiran 12. Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,01N pada Panjang Gelombang 263 nm ... 59

Lampiran 13. Perhitungan Kadar Tablet Klorfeniramin Maleat... 61

Lampiran 14. Perhitungan Disolusi Tablet Klorfeniramin Maleat... 63

Lampiran 15. Hasil Penetapan Kadar Tablet Klorfeniramin Maleat ... 65

Lampiran16. Hasil Uji Independent T-Test Profil Laju Disolusi Tablet Klorfeniramin Maleat Formula 1 dengan Bahan Pengisi Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco dan Formula 2 dengan Bahan PengisiAvicel PH 102 ... 66


(16)

Lampiran 17. Tabel Nilai Kritis Distribusi t... 70


(17)

FORMULASI TABLET KLORFENIRAMIN MALEAT MENGGUNAKAN SELULOSA MIKROKRISTAL DARI NATA DE COCO SEBAGAI

PENGISI DENGAN METODE CETAK LANGSUNG

ABSTRAK

Selulosa mikrokristal merupakan bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan tablet cetak langsung. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengaplikasikan penggunaan selulosa mikrokristal hasil isolasi dari nata de coco sebagai pengisi pada pembuatan tablet klorfeniramin maleat secara cetak langsung.

Selulosa mikrokrital diperoleh dengan cara isolasi dari nata de coco. Isolasi dilakukan dengan ekstraksi menggunakan NaOH 18% menghasilkan α -selulosa, lalu α-selulosa dihidrolisis menggunakan HCl 2,5 N menghasilkan selulosa mikrokristal. Selulosa mikrokristal yang diperoleh dari nata de coco (SMNDC) dikarakterisasi yang meliputi pH, susut pengeringan, berat jenis dan indeks kompresibilitas. Selain itu, juga dilakukan analisis sifat fisikokimia SMNDC menggunakan instrumen spektrofotometer inframerah. Formula tablet yang dibuat ada dua formula yaitu formula 1(F1) dengan bahan pengisi SMNDC dan formula 2 (F2) dengan bahan pengisi avicel PH 102 sebagai pembanding. Selanjutnya, tablet dievaluasi meliputi keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar zat berkhasiat, dan uji disolusi.

Hasil karakterisasi yaitu pH SMNDC dan avicel PH 102 adalah pH 5,8 dan 6,5; susut pengeringan SMNDC dan avicel adalah 4,75 % dan 7,54 %; bobot jenis nyata SMNDC dan avicel adalah 0,583 g/cm3 0,416 g/cm3; bobot jenis benar SMNDC dan avicel adalah 1,450 g/cm3 dan 1,460 g/cm3; indeks kompresibilitas SMNDC dan avicel adalah 18,181 % dan 15,860 g/cm3. Hasil evaluasi tablet klorfeniramin maleat mencakup kekerasan F1dan F2 adalah 4,65 kg dan 5,90 kg; waktu hancur F1 dan F2 adalah 4,32 dan 4,13 menit; hasil penetapan kadar zat berkhasiat F1 dan F2 adalah 100,47 ± 5,07 dan 102,32 ± 5,49 serta hasil uji disolusi F1dan F2 menunjukkan bahwa jumlah kumulatif zat yang terlepas pada menit ke-30 adalah 100,22% dan 99,53%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua formula tablet memenuhi persyaratan yang terdapat dalam farmakope Indonesia dan United states Pharmacopeia. Namun, uji friabilitas tidak memenuhi syarat pustaka.


(18)

FORMULATION OF CHLORPHENIRAMINE MALEATE TABLET USING MICROCRYSTALLINE CELLULOSE FROM NATA DE COCO

AS DILUENT BY DIRECT COMPRESSION

ABSTRACT

Microcrystalline cellulose is an exipient which often used in the manufacture of tablets by direct compression. The purpose of this research is to apply the use of microcrystalline cellulose isolated from nata de coco as a diluent in the manufacture of chlorpheniramin maleate tablets by direct compression.

Microcrystalline cellulose obtained by isolation from nata de coco. Isolation was carried out by extraction using 18% sodium hydroxide to produce

α-cellulose and α-cellulose is hydrolyzed using hydrochloric acid 2.5 N to produce microcrystalline cellulose. Microcrystalline cellulose obtained from nata de coco (SMNDC) was characterized include pH, loss on drying, density and compressibility index. In addition, analysis of physicochemical properties of SMNDC used infrared spectrophotometer instruments. There are two formula tablets. Formula 1(F1) is with SMNDC as diluent and formula 2 (F2) is with Avicel PH 102 as a comparison. Furthermore, the tablets evaluated include weight uniformity, tablet hardness, friability, disintegration time, quantitative analysis of active agent test, and dissolution test.

The results of characterization that is pH of SMNDC and avicel PH 102 was 5.8 and 6.5; loss on drying of SMNDC and avicel was 4.75% and 7.54%; bulk density of SMNDC and avicel is 0.583 g/cm3 0.416 g/cm3;true density of SMNDC and avicel was 1.450 g/cm3 and 1.460 g/cm3; compressibility index of SMNDC and avicel was 18.181% and 15.860 g/cm3. The results of evaluation chlorpheniramine maleate tablets include hardness of F1dan F2 was 4.65 kg and 5.90 kg; disintegration time of F1 and F2 was 4.32 and 4.13 minutes; the determination of active agent of F1 and F2 was 100.47 ± 5, 07 and 102.32 ± 5.49 and dissolution test results of F2 and F1 showed that the cumulative amount of active agent released in the 30th minute was 100.2% and 99.53%.The results showed that the two tablet formula meets the requirements contained in the pharmacopoeia of Indonesia and the United States Pharmacopeia.

However, the friability test doesnt fulfill the literature terms.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Selulosa adalah polimer dari β-glukosa dengan ikatan β-1-4 antara unit-unit glukosa. Selulosa terdapat pada kayu, kapas, rami dan tumbuhan lainnya. Selulosa pertama kali diisolasi dari kayu pada tahun 1885 oleh Charles F. Cross dan Edward Bevan (Pardosi, 2008).

Derivat selulosa merupakan eksipien yang penting dalam farmasi. Salah satu turunan selulosa adalah selulosa mikrokristal (Fechner, et al, 2003; Gohel dan Jogani, 2005). Selulosa mikrokristal diperkenalkan pada awal tahun 1960-an merupakan eksipien terbaik dalam pembuatan tablet secara cetak langsung (Bimte dan Tayade, 2007). Selulosa mikrokristal dibuat dengan cara hidrolisis terkontrol alfa selulosa, suatu pulp dari tumbuhan yang berserat dengan larutan asam mineral encer (Rowe, et al., 2009).

Selulosa mikrokristal dapat diperoleh secara komersial dari berbagai kualitas dan merek dagang. Salah satu produk selulosa mikrokristal di perdagangan dikenal dengan merek dagang Avicel. Ada beberapa macam jenis avicel, salah satunya avicel PH 102 (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Pada awalnya, selulosa mikrokristal dibuat dari tumbuhan berkayu dan kapas. Produk komersial selulosa mikrokristal yang ada di pasaran bersumber dari tumbuhan berkayu, misalnya konifer (Bimte dan Tayade, 2007; Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005). Beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa selulosa mikrokristal dapat dihasilkan dari kulit kacang kedelai, sekam


(20)

padi, ampas tebu, kulit kacang tanah, tongkol jagung, bambu India dan lain-lain (Ejikeme, 2008).

Ada beberapa masalah selama produksi produk selulosa. Masalah ini mencakup polusi yang terjadi selama proses pulping dan bleaching selama pemurnian serat selulosa dan sejumlah besar residu cair serta toksin yang dilepaskan dari selulosa (Chen, et al., 2010). Selain itu, penggunaan kayu sebagai sumber pembuatan selulosa mikrokristal dapat mengurangi ketersediaan kayu dan menyebabkan penebangan hutan secara besar-besaran. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ekologis. Oleh karena itu, perlu dicari sumber nonkayu sebagai sumber alternatif untuk mengurangi masalah lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan kayu dalam pembuatan selulosa mikrokristal (Behin,

et al., 2008).

Berdasarkan masalah di atas, digunakan nata de coco sebagai alternatif sumber selulosa mikrokristal karena nata yang merupakan selulosa bakteri mempunyai keunggulan antara lain kemurnian, daya regang dan daya serap air yang lebih tinggi daripada selulosa tumbuhan (Chawla, et al., 2008).

Tablet dibuat dari bahan aktif dan bahan tambahan yang meliputi bahan pengisi, penghancur, pengikat dan pelicin. Salah satu bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah klorfeniramin maleat. Klorfeniramin maleat kurang menguntungkan jika dibuat secara granulasi basah karena pada granulasi basah diperlukan adanya air serta pengeringan. Pembuatan tablet klorfeniramin maleat secara granulasi kering juga kurang mendukung karena pada proses tersebut diperlukan tekanan yang relatif besar yang akan mempengaruhi kestabilan klorfeniramin maleat. Oleh sebab itu, metode kempa langsung


(21)

merupakan metode pembuatan klorfeniramin maleat yang menguntungkan (Hastuti, 2008).

Menurut Yanuar, dkk., (2003) selulosa mikrokristal dapat digunakan sebagai bahan pembantu pembuatan tablet. Namun, belum ada publikasi atau penelitian mengenai pembuatan tablet secara cetak langsung menggunakan selulosa mikrokristal dari nata de coco. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pembuatan tablet dengan bahan aktif klorfeniramin maleat menggunakan selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi nata de coco sebagai pengisi dengan metode cetak langsung.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah tablet klorfeniramin maleat yang dibuat menggunakan selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi nata de coco memenuhi persyaratan evaluasi tablet?

2. Apakah pemakaian selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi nata de coco memberikan hasil yang sama dengan avicel terhadap laju disolusi tablet klorfeniramin maleat?

1.3Hipotesis

1. Tablet klorfeniramin maleat yang dibuat menggunakan selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi dari nata de coco memenuhi persyaratan evaluasi tablet.

2. Pemakaian selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi nata de coco memberikan hasil yang sama dengan avicel terhadap laju disolusi tablet klorfeniramin maleat.


(22)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui apakah tablet klorfeniramin maleat yang dibuat menggunakan selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi dari nata de coco memenuhi persyaratan evaluasi tablet.

2. Untuk mengetahui pengaruh selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi dari nata de coco dibandingkan dengan avicel terhadap laju disolusi tablet klorfeniramin maleat.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai nata de coco sebagai sumber alternatif selulosa mikrokristal dan penggunaannya sebagai bahan pengisi dalam pembuatan tablet secara cetak langsung sehingga menjadi nilai tambah nata de coco, tidak hanya sebagai bahan makanan dan minuman tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber eksipien alternatif di bidang farmasi umumnya dan pembuatan sediaan tablet khususnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nata de Coco

Istilah nata berasal dari bahasa Spanyol yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai natare, yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tahu, atau sari buah (nanas, melon, markisa, pisang, jeruk, jambu biji, stroberi, dan lain-lain) (Anonim, 2009).

Nata adalah produk hasil fermentasi menggunakan mikroba Acetobacter

xylinum. Nata de coco adalah nata yang dibuat menggunakan bahan baku air

kelapa. Selain dikenal sebagai produk makanan, nata yang sebenarnya merupakan

bacterial cellulose telah dikembangkan untuk berbagai kebutuhan (Effendi, 2009;

Santoso, dkk., 2000).

2.2 Selulosa Bakteri

Saat ini, telah ada sumber baru selulosa yaitu selulosa bakteri. Selulosa bakteri adalah nama yang diberikan kepada selulosa yang dihasilkan bakteri melalui proses seperti biosintesis yang berasal dari berbagai mikroorganisme, proses enzimatik dalam sintesis in vitro atau kemosintesis derivat glukosa (Chen

et al., 2010). Nata de coco merupakan selulosa bakterial yang dihasilkan oleh

bakteri Acetobacter xylinum pada proses fermentasi air kelapa. Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan mediacair yang asam dan mengandung gula. Nata decoco dibuat dari bahan baku air kelapa (Afrizal, 2008).


(24)

Yanuar, dkk., (2003) telah melakukan penelitian yaitu preparasi dan karakterisasi selulosa mikrokristal dari nata de coco untuk bahan pembantu pembuatan tablet yang menggunakan nata de coco yang diperoleh dari pasaran. Berdasarkan interpretasi data spektrum inframerah dan spektrum difraksi sinar-x terlihat bahwa selulosa mikrokristal mempunyai kemiripan dengan Avicel PH-102 dengan rumus empirik (C6H10O5)n sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan pembantu pembuatan tablet (Yanuar, dkk., 2003).

2.3 Uraian Bahan

2.3.1 Klorfeniramin Maleat

Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % C16H19ClN2.C4H4O4 dihitung terhdap zat yang telah dikeringkan.

Nama Kimia : 2-[p-kloro-α-[2-dimetilamino)etil] benzyl piridina maleat Rumus molekul : C16H19ClN2.C4H4O4

Berat molekulnya : 390,87

Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau. Larutan mempunyai pH antara 4 dan 5.

Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena


(25)

2.3.1.1 Efek Farmakologi

Klorfeniramin adalah derivat klor dengan daya kerja 10 kali lebih kuat dan derajat toksisitas yang sama. Efek sampingnya sedatif ringan dan sering kali digunakan dalam obat batuk (Tjay, 2002).

Klorfeniramin maleat merupakan antihistamin jenis antagonis reseptor H-1 yang bekerja dengan cara memblokir reseptor H-1 dengan menyaingi histamin pada resptornya di otot licin didnding pembuluh darah dan dengan demikian menghindarkan timbulnya reaksi alergi (Tjay, 2002).

2.3.2 Selulosa Mikrokristal

Selulosa mikrokristal adalah selulosa yang dimurnikan secara parsial, berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal yang terdiri atas partikel-partikel yang menyerap. Selulosa mikrokristal secara komersial tersedia dalam berbagai ukuran partikel dan tingkat kelembapan sehingga mempunyai sifat dan penggunaan yang berbeda ( Rowe, et al., 2009).

Selulosa mikrokristal secara luas digunakan dalam farmasi, terutama sebagai pengikat/pengisi dalam formulasi tablet dan kapsul yang dapat digunakan dalam proses granulasi basah dan kempa langsung. Selain digunakan sebagai pengikat/pengisi, selulosa mikrokristalin juga mempunyai sifat lubrikan dan disintegran yang dapat berguna dalam pentabletan ( Rowe, et al., 2009).


(26)

2.4 Sediaan Tablet 2.4.1 Uraian Umum

Dewasa ini sediaan tablet semakin popular pemakaiannya dan merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan baik formulasi maupun cara penggunaannya. Beberapa keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah sediaan lebih kompak, biaya pembuatannya lebih sederhana, dosisnya tepat, mudah pengemasannya, sehingga penggunaannya lebih praktis jika dibandingkan dengan sediaan yang lain (Lachman, et al., 1994).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).

Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).

2.4.2 Metode Pembuatan Tablet

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995).


(27)

Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995).

a. Granulasi basah

Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).

b. Granulasi kering

Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, et al., 1994).

Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugg atau dikompresi menjadi tablet yang besar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet dikempa (Ansel, 1989).

c. Kompresi Langsung

Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga


(28)

memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan granulasi(Ansel, 1989).

Istilah kempa langsung telah lama digunakan untuk memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal (biasanya garam anorganik dengan struktur kristal kubik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium bromida) menjadi suatu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Hanya sedikit bahan kimia yang mempunyai sifat alir, kohesi, dan lubrikasi di bawah tekanan untuk membuat padatan seperti ini (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Sekarang istilah kempa langsung digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh. Tidak ada prosedur praperlakuan granulasi basah atau kering yang diperlukan pada campuran serbuk (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Keuntungan metode kempa langsung yaitu :

1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

2. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.

3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab.

4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi


(29)

partikel halus sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu (Andayana, 2009).

Modifikasi lanjut dari proses kempa langsung adalah penggunaan penggerusan pracampur zat aktif keras dengan satu atau lebih pengisi dan penambahan pengisi dan pengikat lain sebelum campuran akhir dikempa langsung (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Keuntungan tablet dibandingkan dengan sediaan yang lain:

1.Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang rendah.

2.Ongkos pembuatannya paling rendah.

3.Sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim. 4.paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan. 5.Mempunyai sifat stabilitas mikrobiologis yang paling baik (Lachman, et al.,

1994).

2.4.3 Komposisi Tablet

Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat, penghancur, dan pelincir. Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa, dan pemanis (Lachman, et al., 1994).

a. Pengisi

Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik (Voigt, 1995). Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida,


(30)

magnesium karbonat (Soekemi, dkk., 1987). Pengisi diperlukan dalam formulasi tablet (dengan semua metode) untuk menambah massa tablet yang mengandung bahan aktif dengan jumlah kecil (Jones, 2008).

b. Pengikat

Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menja- min penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995). Pengikat yang umum digunakan yaitu : amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk., 1987). c. Penghancur

Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, et al., 1994). Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu : amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan clays (Soekemi, dkk., 1987).

d. Pelincir

Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis (Soekemi, dkk., 1987).

2.4.4 Evaluasi Tablet

a. Kekerasan tablet

Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan


(31)

berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk, 1987). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, et al., 1994).

b. Friabilitas

Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1 % (Lachman, et al, 1994). Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4 % (Lachman, et al., 1994).

c. Waktu hancur

Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan


(32)

lewatnya seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Lachman, et al., 1994). Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit. Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).

d. Kadar zat berkhasiat

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, et al., 1994). Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing monografi masing-masing bahan obat.

e. Disolusi

Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut. Laju disolusi ialah jumlah zat aktif yang larut per satuan waktu di bawah kondisi yang dibakukan dari antarpermukaan cairan/solid, suhu, dan komposisi pelarut (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, keculai pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah (Ditjen POM, 1995).


(33)

sistem penghantaran zat aktif telah lama diakui. Sifat bentuk sediaan yang sangat penting adalah kontribusinya pada laju dan besarnya ketersediaan zat aktif (obat) dalam tubuh. Upaya yang telah diusahakan adalah pengembangan sistem disolusi yang memberikan informasi tentang proses disolusi banyak zat aktif dan juga model sistem disolusi in vitro yang dapat dikorelasikan dengan beberapa petunjuk daya guna in vivo (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet digunakan untuk analisa kualitatif ataupun kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya tampak mengakibatkan traansisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi (Fessenden dan Fessenden, 1992).

Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk transisi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap panjang gelombang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden, 1992).

Jika suatu molekul dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga energi molekul tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul. Supaya terjadi absorpsi, perbedaan energi antara dua tingkat energi harus setara dengan energi foton yang diserap. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya (Rohman, 2007)


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pencetak tablet

single punch (Ateliers), Desintegration Tester (Erweka), Disolution Tester

(Erweka DT), Friabilator (Roche), hot plate, neraca listrik (Sartorius), oven, spektrofotometer UV/Visible (Shimadzu), Fourier-Transform Infrared

Spectrophotometer, stopwatch, termometer, Strong Cobb Hardness Tester

(Erweka) dan alat-alat gelas.

3.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Klorfeniramin

Maleat (BPFI BPOM), natrium hidroksida p.a (E. Merck), asam klorida pekat (E. Merck), nata de coco, air suling, amilum manihot, magnesium stearat, talkum, laktosa, avicel PH 102 (Mingtai Co. Ltd).

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Penyiapan bahan

Nata de coco, yang berupa lempengan sebanyak 15 lembar atau kurang lebih 7 kg, ditiriskan dan dipotong-potong dengan ukuran 2 x 2 cm. Kemudian nata de coco dihancurkan sampai menjadi bubur dan dikeringkan pada 95ºC selama 12 jam. Serbuk yang telah kering disebut sebagai serbuk selulosa kemudian dihaluskan lagi untuk tahap selanjutnya (Yanuar, dkk., 2003).

3.3.2 Isolasi α-selulosa dan selulosa mikrokristal

Serbuk selulosa dididihkan dalam air panas kemudian disaring dan dipisahkan bagian larut dan tidak larut. Bagian yang tidak larut dididihkan dengan


(35)

natrium hidroksida 2% selama 10-15 menit dan dipisahkan lagi dengan cara penyaringan. Residu yang diperoleh dicuci dengan akuades sampai pH 6-7. Kemudian residu tersebut direndam dalam natrium hidroksida 18% selama 10-15 menit dan residu dipisahkan dengan penyaringan. Residu dicuci lagi dengan akuades hingga pH 6-7 dan dikeringkan pada oven 50ºC. Residu yang diperoleh disebut α-selulosa.

Serbuk α-selulosa dihidrolisis menggunakan asam klorida 2,5 N dengan pendidihan selama 10-15 menit dan disaring. Residu yang diperoleh dinetralkan dengan akuades, lalu dikeringkan dan dihaluskan secara mekanik dan selanjutnya disebut selulosa mikrokristal (Yanuar, dkk., 2003).

3.3.3 Karakterisasi selulosa mikrokristal 3.3.3.1 Penetapan pH

Penetapan pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter (Ditjen POM, 1995). Caranya:

Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu gram zat yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum pHmeter dicatat (Suardi, dkk., 2008).

3.3.3.2 Susut pengeringan

Botol timbang dangkal besumbat kaca dikeringkan di oven selama 30 menit pada suhu 100 – 1050 C, lalu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Pekerjaan ini dilakukan sampai diperoleh berat yang konstan. Satu gram selulosa mikrokristal ditimbang dalam botol timbang tersebut dan ditimbang seksama. Perlahan-lahan dengan menggoyangkannya, selulosa mikrokristal diratakan. Kemudian dikeringkan


(36)

di dalam oven pada suhu 1050 C selama 1 jam. Pada waktu pemanasan, tutup botol timbang dibuka, pada waktu oven dibuka, botol timbang segera ditutup dan dibiarkan dalam eksikator sampai suhu mencapai suhu kamar lalu ditimbang. Pekerjaan ini dilakukan sampai diperoleh berat yang konstan (Ditjen. POM, 1995).

3.3.3.3 Bobot Jenis

3.3.3.3.1 Bobot jenis nyata

Zat uji dikeringkan hingga bobotnya konstan, ditimbang sebanyak 100 g serbuk (W) dimasukkan ke dalam gelas ukur 200 ml yang terpasang pada tap volumeter, permukaan zat uji diratakan dicatat volume serbuk (V).Bobot jenis dihitung dengan persamaan: (Ben, dkk., 2007).

Bobot Jenis Nyata = W/V

3.3.3.3.2 Bobot jenis benar

Penentuan bobot jenis benar dilakukan menggunakan piknometer dan pelarut yang tidak melarutkan sampel yaitu benzen. Piknometer kosong yang telah diketahui volumenya (a) ditimbang beratnya (b) kemudian diisi benzen dan ditimbang beratnya (c) (Voigth, 1994).

Bobot jenis benzen dihitung dengan persamaan:

ρbenzen =

a b c

Serbuk sebanyak 2 g yang telah dikeringkan hingga berat konstan dimasukkan ke dalam piknometer, ditimbang (d), lalu ditambahkan benzen ke dalam piknometer sampai jenuh dan ditimbang kembali beratnya (e).

Bobot Jenis Benar =

) (

)

(d b c e b d

− + −

x ρ


(37)

3.3.3.3.3 Bobot jenis mampat

Zat uji dikeringkan hingga bobotnya konstan, lalu ditimbang sebanyak 100 g serbuk (W) dimasukkan ke dalam gelas ukur 200 ml permukaan zat uji diratakan kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak 1250 kali. Catat volumenya (Vt) kemudian ulangi lagi hentakkan sebanyak 1250 kali, catat volumenya (Vtl). Jika selisih Vt dan Vtl tidak lebih dari 2 ml maka dipakai Vt (Ben, dkk., 2007).

Bobot Jenis Mampat =

t

V W

3.3.3.4 Indeks kompresibilitas (Anonim, 2007).

Indeks kompresibilitas zat uji dihitung menggunakan persamaan:

Indeks Kompresibilitas =

nyata jenis Berat nyata jenis Berat mampat jenis Berat − x 100%

Tabel 1. Persyaratan Indeks Kompresibilitas

Indeks Kompresibilitas (%) Sifat Aliran < 10

11 - 15 16 - 20 21 - 25 26 - 31 32 - 37 > 38 Sangat Baik Baik Cukup Baik Sedang Buruk Sangat buruk Sangat sangat buruk

3.3.3.5 Analisis FT-IR

Analisis sifat fisikokimia diamati menggunakan instrumen spektrofotometer FT-IR. Gerus 10 mg selulosa selulosa mikrokristal dari nata de coco dengan 90 mg KBr. Masukkan sebagai campuran, cetak dengan tekanan tinggi dalam hampa udara. Avicel PH 102 digunakan sebagai pembanding (Ditjen POM, 1979).


(38)

3.3.4 Pembuatan Pereaksi

3.3.4.1 Pembuatan larutan natrium hidroksida 2 %

Natrium hidroksida sebanyak 2 gram dilarutkan dalam air bebas karbondioksida secukupnya hingga 100 ml.

3.3.4.2 Larutan natrium hidroksida 18 %

Natrium hidroksida sebanyak 18 gram dilarutkan dalam air bebas karbondioksida secukupnya hingga 100 ml.

3.3.4.3 Larutan HCl 0,1 N

Encerkan 8,5 ml asam klorida P dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.4.4 Larutan air bebas karbondioksida

Air suling yang telah dididihkan selama 5 menit atau lebih didiamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbondioksida dari udara (Ditjen POM, 1995).

3.3.5. Pembuatan Tablet Klorfeniramin Maleat

Pembuatan tablet klorfeniramin maleat dilakukan secara cetak langsung dan bobot tablet adalah 200 mg dengan diameter 9 mm. Dibuat dua formula dengan bahan tambahan yaitu selulosa mikrokristal dari nata de coco sebagai bahan pengisi dan sebagai pembanding digunakan avicel PH 102.

Formula tablet Klorfeniramin Maleat : R/ Klorfeniramin Maleat 5 mg

Amilum manihot 5% Mg Stearat 1%


(39)

Selulosa mikrokristal qs ad 200 mg m.f. tablet dtd No. C

Tabel 2. Formula Tablet Klorfeniramin Maleat

Komposisi F1 F2

Klorfeniramin Maleat (gram) Amilum manihot(gram) Avicel PH 102 (gram) SMNDC (gram) Mg. stearat (gram) Talkum (gram) Berat tablet (gram)

0,5 1 - 18,1 0,2 0,2 20 0,5 1 18,1 - 0,2 0,2 20 Keterangan :

F1 = Formula dengan bahan pengisi selulosa mikrokristal dari nata de coco F2 = Formula dengan bahan pengisi avicel PH 102

3.3.6 Pembuatan Tablet Klorfeniramin Maleat Secara Cetak Langsung

Tablet dibuat dengan cara cetak langsung. Dihomogenkan klorfeniramin maleat, amilum manihot, bahan pengisi, talkum, Mg stearat (massa 1). Cetak massa(1) dengan mesin cetak.

3.3.7 Uji Preformulasi

Uji preformulasi ini dilakukan terhadap massa yang telah menjadi granul dan telah ditambah pelicin dan pengembang luar.

3.3.7.1 Penentuan sudut diam granul

Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Seratus gram granul dimasukkan ke dalam corong, permukaannya diratakan, lalu penutup bawah corong dibuka dan dibirakan granul mengalir melalui corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus : (Cartensen, 1977).

tangen θ = D

h 2


(40)

Keterangan : θ = sudut diam

t = tinggi kerucut ( cm ) D = diameter ( cm ) Syarat : 200 < θ < 400

3.3.7.2 Penentuan waktu alir granul

Penetapan laju alir dilakukan dengan menggunakan corong berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Seratus gram granul dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai, permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan jika seluruh granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya (Cartensen, 1977).

Syarat : talir < 10 detik

3.3.7.3 Penentuan indeks tap granul

Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan diukur volume awalnya (V1) lalu dihentakkan sehingga diperoleh volume akhirnya (V2) yang konstan. Indeks tap dihitung dengan rumus : (Catensen, 1977).

I = 1

2 1

V V V

X 100%

dimana : VI = Volume sebelum hentakan, V2 = Volume setelah hentakan Syarat : I ≤ 20 %

3.3.8 Evaluasi Tablet

3.3.8.1 Penetapan Kadar Klorfeniramin Maleat dalam Tablet 3.3.8.1.1. Pembuatan larutan baku klorfeniramin maleat

Ditimbang seksama 25,0 mg klorfeniramin maleat BPFI lalu dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml. Ditambahkan HCl 0,1 N, kocok sampai larut dan


(41)

tambahkan lagi HCl 0,1 N sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan induk baku 1 dengan konsentrasi 500 mcg/ml. Dari larutan ini dipipet 10 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, kocok homogen sehingga diperoleh larutan induk baku 2 dengan konsentrasi 100 mcg/ml.

3.3.8.1.2 Penentuan panjang gelombang maksimum dalam HCl 0,1 N

Dipipet sebanyak 7 ml larutan baku larutan induk baku 2 lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml ditambahkan HCl 0,1 N sampai garis tanda, kocok homogen (konsentrasi larutan = 14 mcg/ml). Serapan diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N.

3.3.8.1.3 Penentuan linieritas kurva kalibrasi dalam HCl 0,1 N

Dipipet sebanyak 3,5 ml; 5 ml; 7 ml; 8,5 ml dan 10 ml dari larutan baku induk baku 2. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. Ditambahkan HCl 0,1 N sampai garis tanda, dikocok hingga homogen. Kemudian masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum serapan maksimum dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N.

3.3.8.1.4 Penetapan kadar klorfeniramin maleat

Ditimbang seksama 20 tablet kemudian digerus, lalu ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet tersebut setara dengan 5 mg klorfeniramin maleat, dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml cukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda (C= 100 mcg/ml). Dikocok selama beberapa waktu sampai semua klorfeniramin maleat larut. Disaring, dibuang 10 ml tetesan pertama dan tetesan selanjutnya ditampung. Dari larutan ini dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, cukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda (C = 14 mcg/ml).


(42)

Diukur serapan larutan pada panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh.

3.3.8.2 Pemeriksaan Keseragaman Bobot

Dimasukkan 20 tablet dan dibersihkan dari debu kemudian ditimbang. Dihitung bobot rata-rata tiap tablet kemudian ditimbang satu persatu, dan diambil 3 berat tablet yang berdeviasi tinggi (Ditjen POM, 1979).

Tabel 3. Persyaratan Keseragaman Bobot

Bobot rata-rata Penyimpangan

A B

25 mg atau kurang 26 mg s/d 150 mg 151 mg s/d 300 mg

Lebih dari 300 mg

15% 10% 7,5% 5%

30% 20% 15% 10%

3.3.8.3 Pemeriksaan Friabilitas

Alat : Roche Friabilator

Sebanyak 20 tablet ditimbang, misalkan beratnya ”a” gram. Dimasukkan kedalam alat friabilator, lalu tekan tombolnya sehingga alat berputar selama 4 menit (100 kali putaran). Tablet dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang beratnya, misalnya ”b” gram. Maka friabilitas adalah : (Voigt, 1994).

F = b a

x 100 %

Syarat : kehilangan bobot ≤ 0,8 %

3.3.8.4Pemeriksaan Kekerasan tablet

Alat yang digunakan adalah Strong Cobb Hardness Tester (Erweka). Sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, lalu tablet tersebut dijepit dengan cara mengatur skrup pemutar sampai tanda stop menyala. Knop ditekan sampai tablet pecah. Pada saat tersebut angka yang ditunjukkan


(43)

jarum skala menunjukkan kekerasan tablet. Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan sebanyak 5 tablet dan dihitung rata-ratanya (Parrot, 1971).

Syarat : kekerasan tablet 4 – 8 kg

3.3.8.5 Pemeriksaan Waktu Hancur

Alat yang digunakan adalah Disintegration Tester (Erweka).

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Satu buah tablet dimasukkan kedalam masing-masing tabung dari keranjang. Dimasukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Digunakan air bersuhu 37o C ± 2o C sebagai media. Kemudian alat dijalankan. Waktu hancur tablet dicatat yaitu sejak tablet dinaikturunkan sampai dengan tablet hancur. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal dikasa (Ditjen POM, 1995).

Syarat : waktu hancur tablet tidak boleh lebih dari 15 menit.

3.3.9. Uji Disolusi

3.3.9.1 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat dalam HCl 0,01 N

3.3.9.1.1 Pembuatan larutan induk baku

Ditimbang 25 mg klorfeniramin maleat dan dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan larutan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai batas tanda, lalu dikocok homogen sehingga diperoleh larutan induk baku 1 dengan konsentrasi 500 mcg/ml. . Dari larutan ini dipipet 10 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan dengan HCl 0,01 N sampai garis tanda, kocok homogen sehingga diperoleh larutan induk baku 2 dengan konsentrasi 100 mcg/ml.


(44)

3.3.9.1.2 Penentuan panjang gelombang maksimum dalam HCl 0,01 N

Dipipet sebanyak 7 ml larutan baku larutan induk baku 2 lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml ditambahkan HCl 0,01 N sampai garis tanda, kocok homogen (konsentrasi larutan = 14 mcg/ml). Serapan diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,01 N. Dari larutan ini dipipet 10 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan dengan HCl 0,01 N sampai garis tanda, kocok homogen sehingga diperoleh larutan induk baku 2 dengan konsentrasi 100 mcg/ml.

3.3.9.1.3 Penentuan linieritas kurva kalibrasi dalam HCl 0,01 N

Dipipet sebanyak 3,5 ml; 5 ml; 7 ml; 8,5 ml dan 10 ml dari larutan induk baku 2. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. Diencerkan dengan HCl 0,01 N sampai garis tanda, dikocok hingga homogen. Kemudian masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum serapan maksimum dan sebagai blanko digunakan HCl 0,01 N.

3.3.9.1.4 Disolusi

Uji disolusi klorfeniramin maleat dilakukan dengan alat disolusi model dayung sesuai dengan yang tertera pada USP tahun 2007 dan sebagai media disolusi digunakan HCl 0,01 N dengan volume 500 ml. Sebuah tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 500 ml medium disolusi dengan suhu 37o C ± 2o C. Kemudian dayung diputar dengan kecepatan 50 rpm. Pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit, larutan dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml lalu diencerkan dengan medium disolusi sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum terhadap medium disolusi sebagai blanko. Volume medium diusahakan tetap


(45)

dengan menambahkan medium disolusi sebanyak 5 ml setelah pemipetan (Anonim, 2007).

Persyaratan : Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q) C16H19ClN2.C4H4O4 dari jumlah yang tertera pada etiket

Tabel 4. Kriteria Penerimaan Uji Disolusi.

Tahap Jumlah

yang diuji Kriteria penerimaan S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 % S2 6

Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q - 15 %

S3 12

Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 % dan tidak 1 unit pun yang lebih kecil dari Q – 25 %


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco (SMNDC)

Hasil pembuatan dari nata de coco sebanyak 29,664 kilogram diperoleh 188,386 gram selulosa mikrokristal dengan rendemen sebesar 0,63 % dihitung terhadap bobot nata de coco basah. Selulosa mikrokristal yang dihasilkan berupa serbuk kasar, berwarna putih kekuningan dan tidak berbau.

Hasil pengamatan uji mikroskopik SMNDC dengan perbesaran 10 x diperoleh bentuk kristal tak beraturan, tekstur permukaan yang tidak rata dan membentuk sudut-sudut runcing dan tumpul. Selain itu, dilakukan juga uji mikroskopik avicel PH 102 sebagai pembanding. Bila dibandingkan dengan avicel PH 102, selulosa mikrokristal dari nata de coco mempunyai bentuk kristal yang lebih besar daripada bentuk kristal dengan avicel PH 102.

4.2 Hasil Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco (SMNDC)

Karakterisasi SMNDC dilakukan dengan membandingkannya dengan avicel PH 102 sesuai dengan syarat yang terdapat dalam United States

Pharmacopeia (USP) dan Handbook of Pharmaceutical Exipients. Hasil

karakterisasi SMNDC dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Karakterisasi SMNDC dan Avicel PH 102

No Parameter SMNDC Avicel PH 102

1 2 3

4 pH

Susut pengeringan (%) Bobot Jenis

- Bobot Jenis Nyata (g/cm3) - Bobot Jenis Benar (g/cm3)

- Bobot Jenis Mampat (g/cm3) Indeks Kompresibilitas (%)

5,8 7,54 %

0,583 1,450

0,689 18,181

6,5 4,75 %

0,416 1,460 0,482 15,860


(47)

Hasil penetapan pH SMNDC dan avicel PH 102 memenuhi syarat yang terdapat dalam USP. Menurut USP tahun 2007, pH selulosa mikrokristal adalah antara 5,0 dan 7,5.

Uji susut pengeringan dilakukan untuk mengetahui persentase senyawa yang menghilang selama proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang). Penetapan susut pengeringan dilakukan dengan pengeringan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam persen. Menurut USP tahun 2007 susut pengeringan selulosa mikrokristal adalah tidak kurang dari 7 %. Hasil uji susut pengeringan SMNDC tidak memenuhi syarat yang terdapat pada USP yaitu 7,54 % sedangkan avicel PH 102 memenuhi syarat yang terdapat dalam USP. Hal ini disebabkan karena tingginya kandungan air yang terdapat dalam SMNDC.

Penetapan bobot jenis dilakukan untuk memberikan penilaian sifat alirnya karena bobot jenis mempengaruhi sifat alirnya. Berdasarkan data pada tabel 5, dapat dilihat bahwa hasil pengujian bobot jenis SMNDC dan avicel memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penentuan bobot jenis tergantung pada volum partikel yang mengandung celah mikroskopik, pori internal dan ruang kapiler (Lee, 2008).

Bobot jenis benar SMNDC dan avicel PH 102 memenuhi syarat yang terdapat dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients sebesar1,420 – 1,460 g/cm3. Bobot jenis mampat SMNDC tidak memenuhi syarat yang terdapat dalam

Handbook of Pharmaceutical Exipients, syarat bobot jenis mampat adalah 0,478


(48)

bobot jenis mampat yang sama dengan syarat yang terdapat dalam Handbook of

Pharmaceutical Exipients, tetapi hasil bobot jenis mampat yang diperoleh yaitu

0,482 g/cm3 masih mendekati nilai bobot jenis mampat selulosa mikrokristal yang terdapat dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients.

Menurut USP tahun 2007, dengan mengetahui indeks kompresibilitas dapat diprediksi karakteristik aliran suatu serbuk. Indeks kompresibilitas 16-20% memiliki sifat alir cukup baik sedangkan indeks kompresibilitas 11-15% memiliki sifat alir yang baik. Berdasarkan data pada tabel 5 , sifat alir dari SMNDC adalah cukup baik. Hal ini hampir sama dengan sifat alir yang dimiliki oleh avicel PH 102.

4.3 Hasil Analisis FT-IR

Analisis sifat fisikokimia dilakukan menggunakan instrumen spektrofotometer FT-IR.


(49)

Dari gambar 1 serapan pada daerah bilangan gelombang 3346,50 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH, serapan pada daerah bilangan gelombang 2897,08 cm-1menunjukkan adanya gugus C-H. Serapan pada daerah bilangan gelombang 1045,42 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-O. Semua bilangan gelombang yang diperoleh menggambarkan gugus fungsi yang terdapat pada molekul selulosa.

Gambar 2. Hasil Spektrum IR avicel PH 102

Dari gambar 2 serapan pada daerah bilangan gelombang 3344,57 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH, serapan pada daerah bilangan gelombang 2895,15 cm-1menunjukkan adanya gugus C-H. Serapan pada daerah bilangan gelombang 1018,41 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-O. Semua bilangan


(50)

gelombang yang diperoleh menggambarkan gugus fungsi yang terdapat pada molekul selulosa. Dari data spektrum IR diketahui bahwa SMNDC dan avicel PH 102 mempunyai pola spektrum IR yang sama.

4.4 Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul

Uji preformulasi massa granul yang dilakukan menghasikan data preformulasi massa granul seperti yang tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 6. Data Uji Preformulasi Massa Granul

Formula Waktu alir (detik)

Sudut diam ( 0 )

Indeks tap ( % ) F1

F2

9,7 8,36

18,78 17,77

11,56 13,22

Dari hasil pengujian terlihat bahwa waktu alir setiap formula berbeda tetapi F2 yang merupakan formula dengan bahan pengisi avicel PH 102 menghasilkan waktu alir yang lebih baik daripada F1 yang merupakan formula dengan bahan pengisi SMNDC. Kedua formula memenuhi syarat waktu alir yaitu 10 detik.

Sudut diam juga berbeda tapi perbedaannya tidak begitu besar. Berdasarkan data sudut diam di atas, semakin cepat waktu alir granul maka sudut diamnya juga lebih kecil.

Dari hasil pengujian indeks tap terlihat bahwa indeks tap F2 dengan bahan pengisi avicel PH 102 lebih besar daripada F1 dengan bahan pengisi SMNDC. Tujuan penentuan indeks tap adalah untuk mengetahui secara tidak langsung perilaku sifat alir pada waktu pentabletan. Menurut Cartensen (1977), indeks tap yang kurang dari 20 % akan mempunyai sifat alir yang baik.


(51)

4.5 Hasil Evaluasi Tablet Klorfeniramin Maleat

4.5.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N

Klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 265 nm dengan A11 = 302a dalam pelarut asam (Moffat, 1986). Dari penelitian ini, pengukuran serapan maksimum klorfeniramin maleat BPFI yang diperoleh adalah 264 nm. Hal ini masih dapat diterima karena batas selisih ±2 masih memenuhi kriteria penerimaan.

Gambar 3. Kurva Serapan Klorfeniramin Maleat BPFI dengan Konsentrasi 14

mcg/ml dalam Larutan Dapar HCl 0,1 N

Gambar 4. Data Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbansi Klorfeniramin


(52)

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran diperoleh pada panjang gelombang maksimum 264 nm memberikan serapan sebesar 0,3235.

Pada penentuan kurva kalibrasi, larutan klorfeniramin maleat BPFI dibuat dengan konsentrasi berturut-turut: 7 mcg/ml; 10 mcg/ml; 14 mcg/ml; 17 mcg/ml dan 20 mcg/ml pada panjang gelombang 264 nm.

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,1

N pada Panjang Gelombang 264 nm

Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi diperoleh hubungan linier antara serapan dengan konsentrasi dimana koefisien korelasi (r) = 0,9990 dan persamaan garis regresi Y = 0,0226 X + 0,0038.

4.5.2 Hasil Uji Friabilitas

Menurut Voight (1994) bahwa friabilitas atau kehilangan berat yang dialami setiap jenis tablet tidak melebihi 0,8%. Dengan terpenuhinya syarat uji friabilitas, maka keutuhan tablet sampai ke tangan konsumen dapat terjamin. Data uji friabilitas dapat dilihat pada tabel 7.


(53)

Tabel 7. Data Friabilitas Tablet Klorfeniramin Maleat

No Formula Friabilitas (%)

1 2

Formula 1 Formula 2

1,40 1,55

Dari tabel di atas diketahui bahwa tablet klorfeniramin maleat F1 dan F2 tidak memenuhi syarat yang terdapat dalam pustaka. Menurut Voigt (1994) friabilitas tablet tidak lebih dari 0,8 %. Hal ini disebabkan karena faktor ukuran partikel, kelembapan dan faktor lainnya. Kelembapan menyebabkan gangguan ikatan antarpartikel dan meningkatkan porositas yang dapat mengganggu kekuatan tablet sehingga mengakibatkan perubahan friabilitas (Ahmad dan Shaikh, 1994).

4.5.3 Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Klorfeniramin Maleat Tabel 8. Data Uji Keseragaman Bobot Tablet Klorfeniramin Maleat

Keterangan F1 F2

Bobot rata-rata (mg) A1 (%)

A2 (%) B (%)

200,95 4,95 4,50 4,95

200,05 3,52 3,47 3,52

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa hasil uji keseragaman bobot tablet klorfeniramin maleat memenuhi syarat yang terdapat dalam farmakope Indonesia edisi III. Tablet dengan bobot rata-rata 151 mg sampai dengan 300 mg memiliki penyimpangan bobot rata-rata tidak lebih dari 7,5% untuk kolom A dan 15% untuk kolom B (Ditjen POM, 1979).

4.5.4 Hasil Uji Kekerasan

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa setiap tablet yang diuji mempunyai kekerasan yang tidak jauh berbeda.


(54)

Tabel 9. Data Uji Kekerasan Tablet Klorfeniramin Maleat

No Formula Kekerasan (kg)

1 2

Formula 1 Formula 2

4,65 5,90

Menurut Parrot (1971) syarat kekerasan tablet antara 4-8 kg . Hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet bisa lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima asalkan kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi, biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sukar penanganannya pada saat pengemasan dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, asalkan masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Rhoihana, 2008).

4.5.5 Hasil Uji Waktu Hancur

Tabel 10. Data Uji Waktu Hancur Tablet Klorfeniramin Maleat

No Formula Waktu Hancur (menit)

1 2

Formula 1 Formula 2

4,32 4,13

Dari tabel di atas diketahui bahwa waktu hancur formula 1 adalah 4,32 detik sedangkan waktu hancur formula 2 adalah 4,13 detik. Hasil uji waktu hancur dari ke-2 formula tersebut memenuhi syarat waktu hancur yang terdapat dalam farmakope Indonesia yaitu waktu hancur untuk tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit.


(55)

4.5.6 Hasil Penetapan Kadar

Tabel 11. Data Hasil Kadar Tablet Klorfeniramin Maleat

No Formula Kadar Zat Berkhasiat (%) 1

2

Formula 1 Formula 2

100,47 ± 5,07 102,32 ± 5,49

Dari tabel di atas diketahui bahwa kadar klorfeniramin maleat dalam sediaan tablet klorfeniramin maleat memenuhi syarat yang tertera dalam farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 93,0 % dan tidak lebih dari 107,0 %.

4.5.7 Hasil Uji Disolusi

4.5.7.1Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,01 N

Gambar 6. Kurva Serapan Klorfeniramin Maleat BPFI dengan Konsentrasi 14


(56)

Gambar 7. Data Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbansi Klorfeniramin Maleat dalam Larutan HCl 0,01 N pada C= 14 mcg/ml

Gambar 8. Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,01

N pada Panjang Gelombang 263 nm

Uji disolusi dari ke-2 formula tablet klorfeniramin maleat dilakukan

pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Uji disolusi menggunakan alat disolusi model dayung sesuai dengan yang tertera pada USP tahun 2007 dan sebagai media disolusi digunakan HCl 0,01 N dengan volume 500 ml. Hasil uji disolusi dapat dilihat pada Tabel 12.


(57)

Tabel 12. Data Uji Disolusi Tablet Klorfeniramin Maleat dalam Larutan HCl

0,01 N

Waktu (menit) Jumlah Kumulatif yang Terlepas (%)

F1 F2

5 10 15 20 25 30

55,29 87,49 94,63 96,79 97,02 100,22

50,77 71,79 83,93 90,56 94,48 99,53

Menurut United States Pharmacopeia (2007), disebutkan bahwa uji disolusi tablet klorfeniramin maleat dilakukan dengan menggunakan metode dayung (tipe 2) 50 rpm, medium HCl 0,01 N, dan dalam waktu 30 menit, klorfeniramin maleat yang terlarut tidak kurang dari 80% (Q) C16H19ClN2.C4H4O4 dari jumlah yang tertera pada etiket. Persyaratan dipenuhi jika tahap S1, dilakukan uji pada 6 tablet dan tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5% berarti 85%.

Jika dilihat dari kecepatan melarutnya, pencapaian Q + 5% yaitu 80 + 5% dari tablet klorfeniramin maleat (CTM) dari kedua formula tersebut berbeda. Tablet CTM formula 1 pada menit ke-10, sedangkan tablet CTM formula 2 pada menit ke-20.


(58)

Gambar 9. Persen Kumulatif Hasil Uji Disolusi Tablet Klorfeniramin Maleat

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada menit ke-30, jumlah zat yang terlepas dari formula 1 dan 2 sudah mencapai 85 %. Hal ini sesuai dengan syarat yang terdapat dalam USP tahun 2007 bahwa dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q) C16H19ClN2.C4H4O4 dari jumlah yang tertera pada etiket.

Dari gambar 9 juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah zat yang terlepas pada menit ke- 10 sampai 20 antara formula 1 dan formula 2. Hal ini menunjukkan bahwa selulosa mikrokristal dari nata de coco mempunyai pengaruh yang lebih baik dari pada avicel PH 102 terhadap disolusi tablet klorfeniramin maleat. Perbedaan jumlah zat yang terlepas pada menit ke- 10 sampai 20 disebabkan karena daya mengembang (swelling) selulosa mikrokristal dari nata de coco lebih besar daripada avicel PH 102. Daya pengembangan biasanya sebagai tanda dari kemampuan waktu hancur tablet yang dapat ditentukan


(59)

dengan kemampuan menarik air, uji daya mengembang dan moisture sorption

profile (Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005).

Selain itu, juga dapat dapat disebabkan karena porositas tablet. Porositas tablet dapat mempengaruhi laju disolusi dimana porositas tablet dapat memperbaiki laju disolusi dengan cara memberi kemudahan pada pelarut berpenetrasi ke dalam pori-pori tablet (Siregar dan Wikarsa 2010)

Dari hasil analisis statistik menggunakan metode Independent T-Test diperoleh bahwa tidak ada perbedaan laju disolusi tablet klorfeniramin maleat formula 1 dengan bahan pengisi selulosa mikrokristal dari nata de coco dan formula 2 dengan bahan pengisi avicel PH 102 pada menit 5 sampai menit ke-30.

Uji statistik dilakukan menggunakan distribusi t. Distribusi t umumnya digunakan dalam analisis statistik ketika sampel berukuran kecil. Dalam uji statistik dipilih metode Independent T-Test karena terdapat dua sampel atau kelompok percobaan yang bebas dan tidak saling berhubungan. Dalam uji dua sampel terdapat dua hipotesis yang digunakan. Pertama, hipotesis nol (H0) secara khusus menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara nilai rerata populasi. Kedua, hipotesis alternatif (Ha atau H1) menyatakan bahwa ada perbedaan antara kedua nilai rerata (Jones, 2010).

Menurut Jones (2010) salah satu prosedur statistik yang paling umum digunakan dalam ilmu farmasi adalah pemeriksaan perbedaan-perbedaan antara dua rangkaian data sampel, yaitu apakah dua populasi yang sifat-sifatnya ditentukan oleh statistik sampel berbeda satu sama lain atau tidak. Ada dua tipe rancangan percobaan dua sampel, bebas dan berpasangan.


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi tablet klorfeniramin maleat yang meliputi kekerasan, waktu hancur, keseragaman bobot, penetapan kadar zat berkhasiat dan uji disolusi memenuhi persyaratan yang terdapat dalam

Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, farmakope

Indonesia dan United States Pharmacopeia.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah zat yang terlepas dari tablet klorfeniramin maleat formula 1 dengan bahan pengisi (SMNDC) dan tablet klorfeniramin maleat formula 2 dengan bahan pengisi avicel PH 102 pada menit ke-30 adalah 100,22% dan 99,53%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa SMNDC dan avicel PH 102 memberikan pengaruh yang sama terhadap laju disolusi tablet klorfeniramin maleat.

5.2Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan koproses SMNDC dengan eksipien lain misalnya pati, kalsium sulfat, kalsium karbonat dan lain-lain untuk meningkatkan karakteristik fisik SMDC dalam pembuatan tablet secara cetak langsung.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, (2008). Selulosa Bakterial Nata De Coco sebagai Adsorban pada Proses Adsorpsi Logam Cr(III). Jurnal Gradien. 4: hal. 308

Ahmad, I., dan Shaikh, R.H. (1994). Effect of Temperature and Humidity on Hardness and Friability Of Packaged Paracetamol Tablet Formulations.

Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences 7(2): hal. 69

Andayana, N. (2009). Pembuatan Tablet

Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 48-49, 108-109.

Anonim, (2007). United States Pharmacopeia. 30th Edition. The Broad of Trustees. hal. 1174

Anonim, (2009). Nata de Coco yang Kaya Serat. 11/nata-de-coco-yang-kaya-serat.html diakses tanggal 27 Februari 2011 Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI

Press. hal. 118-119, 153-154.

Behin, J., Mikaniki, F., dan Fadaei, Z. (2008). Dissolving Pulp (alpha-cellulose) from Corn Stalk by Kraft Process. Iranian Journal of Chemical

Engineering. 5: hal. 14

Ben, E.S., Zulianis, dan Halim, A .(2007). Studi Awal Pemisahan Amilosa dan Amilopektin Pati Singkong Dengan Fraksinasi Butanol – Air. Jurnal

Sains dan Teknologi Farmasi. 1. hal. 2-3

Bhimte, N.A., dan Tayade, P.T. (2007). Evaluation of Microcrystalline Cellulose Prepared From Sisal Fibers as aTablet Excipient: A Technical Note.

AAPS PharmSciTech. 8 (1) : hal. 1

Cartensen, J.T. (1977). Pharmaceutics of Solids and Solids Dosage Forms. New York: John Wiley and Sons. A Wiley Interscience Publication. hal. 210-214

Chawla, P.R., Bajaj, I.B., Survase, S.A., dan Singhal, R.S. (2008). Microbial Cellulose: Fermentative Production and Applications.Food Technol.

Biotechnol. 47 (2): hal. 108

Chen, P., Cho, S.Y., dan Jin, H.J. (2010). Modification and Applications of Bacterial Celluloses in Polymer Science. Macromolecular Research. 18 (4): hal. 309

Ditjen POM. (1979). Famakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal. 6-7


(62)

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal. 1043,1124,1212

Effendi, N.H. (2009). Pengaruh Penambahan Variasi Massa Pati (Soluble Starch) pada Pembuatan Nata de Coco dalam Medium Fermentasi Bakteri

Acetobacter xylinum. Skripsi FMIPA USU. hal. 6

Ejikeme, P.M. (2008). Investigation of the Physicochemical Properties of Microcrystalline Cellulose from Agricultural Wastes I: Orange Mesocarp. Cellulose. 15: hal. 141-142

Fechner, P.M., Wartewig, S., Futing, M., Heilmann, A., Neubert, R.H.H., dan Kleinebudde, P. (2003). Properties of Microcrystalline Cellulose and Powder Cellulose After Extru-sion/Spheronization as Studied by Fourier Transform Raman Spectroscopy and Environmental Scanning Electron Microscopy. AAPS PharmSci. 5 (4) : hal. 1

Fessenden dan Fessenden. (1992). Kimia Organik. Terjemahan Pudjaatmaka A.H. Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. hal. 436

Gohel, M.C., dan Jogani, P.D. (2005). A Review of Co-processed Directly Compressible Excipients. J. Pharm. Pharmaceut. Sci. 8(1): hal. 76

Hastuti, M. (2008). Pengaruh Perbedaan Suhu dalam Metode Pembuatan Amilum Singkong Pregelatinisasi terhadap Sifat Fisik Tablet Chlorpheniramin Maleat secara Kempa Langsung. Skripsi Fakultas Farmasi UMS. hal. 2-3 Jones, D. (2008). Pharmaceutics-Dosage Form and Design. London:

Pharmaceutical Press. hal. 210

Jones, D.S. (2010). Statistik Farmasi. Penerjemah: Hesty U. Ramadaniati dan Harrizul Rivai. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal. 202-212

Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Penterjemah: Suyatni S. Edisi II. Jakarta: UI Press. Halaman:

651- 662, 684-685.

Lee, B.J. (2008). Pharmaceutical Preformulation: Physicochemical Properties of Exipients and Powders and Tablet Characterization. In: Gad, S.C., editor.

Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Production and Process.

USA: John Wiley & Sons, Inc. hal. 909

Moffat, A.C. (1986). Clarke’s Isolation and Identification of Drugs. 2nd ed. London : The Pharmaceutical Press. hal. 457


(1)

Lampiran 16. Hasil Uji Independent T-Test Profil Laju Disolusi Tablet

Klorfeniramin Maleat Formula 1 dengan Bahan Pengisi

Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco dan Formula 2 dengan

Bahan Pengisi Avicel PH 102

H

0

: Tidak ada perbedaan laju disolusi Tablet CTM Formula 1 dengan Bahan

Pengisi Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco dan Formula 2 dengan

Bahan Pengisi Avicel PH 102

H1

: Ada perbedaan laju disolusi Tablet CTM Formula 1 dengan Bahan Pengisi

Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco dan Formula 2 dengan Bahan

Pengisi Avicel PH 102

T-Test

a. Persen Kumulatif Klorfeniramin Maleat yang Terlepas pada menit ke-5

Group Statistics

Formula N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

% kumulatif menit ke- 5

Formula 1 6 55.29 2.43 9.95

Formula 2 6 50.77 1.60 6.54

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

% kumulatif menit ke-

Equal variances

assumed 3.171 .105 .379 10 .712 4.519 1.191 2.202 3.106


(2)

b. Persen Kumulatif Klorfeniramin Maleat yang Terlepas pada menit ke-10

Group Statistics

Formula N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

% kumulatif menit ke-10

formula 1 6 87.499 11.395 4.652

formula 2 6 71.790 12.313 5.026

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper % kumulatif

menit ke-10

Equal variances

assumed .262 .620 2.294 10 .045 15.709 6.84912 .448 30.969

Equal variances

not assumed 2.294 9.941 .045 15.709 6.84912 .435 30.982

c. Persen Kumulatif Klorfeniramin Maleat yang Terlepas pada menit ke-15

Group Statistics

Formula N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

%kumulatif menit ke-15

Formula 1 6 94.639 7.625 3.112

Formula 2 6 83.930 6.274 2.561

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper %

kumulatif menit ke-15

Equal variances

assumed .013 .910 2.657 10 .024 10.709 4.031 1.726 19.691

Equal variances not


(3)

d. Persen Kumulatif Klorfeniramin Maleat yang Terlepas pada Menit ke-20

Group Statistics

Formula N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

% kumulatif menit ke- 20

Formula 1 6 96.790 5.999 2.449

Formula 2 6 90.563 2.843 1.160

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper %

kumulatif menit ke-20

Equal variances

assumed 2.274 .162 2.298 10 .044 6.227 2.710 .188 12.266

Equal variances

not assumed 2.298 7.139 .054 6.227 2.710 .156 12.611

e. Persen Kumulatif Klorfeniramin Maleat yang Terlepas pada Menit ke-25

Group Statistics

Formula N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

% kumulatif menit ke- 25

Formula 1 6 97.0253 7.840 3.200

Formula 2 6 94.483 4.324 1.765

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper %

kumulatifme nit ke- 25

Equal variances

assumed .839 .381 .695 10 .503 2.542 3.655 5.602 10.686

Equal variances


(4)

f. Persen Kumulatif Klorfeniramin Maleat yang Terlepas pada Menit ke-30

Group Statistics

Formula N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

% kumlatif menit ke-30

Formula 1 6 100.227 4.769 1.947

Formula 2 6 99.531 3.730 1.523

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper %

kumulatif menit 30

Equal variances assumed

1.174 .304 .282 10 .784 .696 2.472 4.812 6.204

Equal variances not assumed

.282 9.452 .784 .696 2.472 4.855 6.247

Uji Independent T-Test Laju Disolusi Tablet klorfeniramin Maleat:

T

tabel

: T

0,05, 5

= 2,571

Thitung < Ttabel

=H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi, tidak ada perbedaan laju

disolusi tablet klorfeniramin maleat formula 1 dengan bahan pengisi selulosa

mikrokristal dari nata de coco dan formula 2 dengan bahan pengisi avicel PH

102.


(5)

(6)