Sang Terdakwa karya Indra Tranggono: Dinamika Kepribadian Tokoh Utama

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

  Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) “Konsep merupakan (1) rancangan atau buram surat dsb; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain”. Jadi, konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti, karena menentukan penetapan variabel. Dengan kata lain, konsep digunakan sebagai kerangka atau pijakan untuk menjelaskan, mengungkapkan, menggambarkan, atau pun memaparkan suatu objek atau topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek berupa kumpulan cerpen ST karya Indra Tranggono yang akan dibahas dalam tulisan ilmiah yang berjudul Sang Terdakwa Karya Indra

  

Tranggono : Dinamika Kepribadian Tokoh Utama. Berdasarkan pengertian di atas maka

  karya ilmiah ini akan melibatkan beberapa konsep yang menjadi dasar pembahasan pada bab selanjutnya. Konsep-konsep itu adalah sebagai berikut.

2.1.1 Dinamika kepribadian

  Secara etimologi dinamika kepribadian berasal dari dua kata yaitu dinamika dan kepribadian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:329) “Dinamika adalah gerak (dari dalam); tenaga yang menggerakkan; semangat, sedangkan kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dinamika kepribadian itu adalah suatu tenaga atau semangat yang menggerakkan atau mendorong seseorang untuk mengambil sikap atau tindakan yang terjadi di sekitarnya. Penelitian ini berusaha menemukan dinamika kepribadian tokoh utama berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialami yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sang Terdakwa karya Indra Tranggono.

  2.1.2 Tokoh Utama

  Menurut Kamus Istilah Sastra (1990:56) “ Protagonis atau dengan istilah lain tokoh utama, adalah tokoh dalam karya sastra yang memegang peran pimpinan di dalam drama atau cerita rekaan. Protagonis tidak identik dengan wirawan (gagah perkasa), tetapi selalu menjadi tokoh yang sentral”. Lebih lanjut Aminuddin (1987:80) menjelaskan bahwa tokoh protagonis adalah pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca karena memiliki watak. Jadi, dapat diartikan bahwa tokoh utama merupakan pelaku atau orang yang berperan penting dan utama dalam sebuah cerita rekaan.

  2.1.3 Id

  Koswara (1991:32) menjelaskan defenisi id yaitu "Sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan”. Id merupakan sistem kepribadian yang paling primitif/dasar yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar. Lebih lanjut Freud (dalam Koswara, 1991:38-39) menjelaskan bahwa “Faktor bawaan ini adalah insting atau naluri yang dibawa sejak lahir. Naluri yang terdapat dalam diri manusia dibedakan menjadi dua, yaitu naluri kehidupan (life instincts) dan naluri kematian (death insticts)”. Berdasarkan uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa jika pemenuhan kebutuhan id terhambat, akan terjadi konflik-konflik yang menimbulkan rasa gelisah, sakit, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan. Dalam pemenuhan kebutuhan id tersebut diperlukan sistem lain yang dapat merealisasikan proses pemenuhan id, yaitu ego.

  2.1.4 Ego

  Koswara (1991:33) mengatakan bahwa ego adalah “Sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality principle)”. Hal ini dapat dikaitkan seperti orang yang lapar harus berusaha mencari makanan untuk menghilangkan tegangan (rasa lapar) dalam dirinya. Hal ini berarti seseorang harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataannya. Hal inilah yang membedakan antara id dan ego.

  Ego selain sebagai pengarah juga berfungsi sebagai penyeimbang antara dorongan naluri id dengan keadaan lingkungan yang ada.

  Menurut Freud (dalam Koswara,1991:34) “Ego dalam perjalanan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuas kebutuhan atau naluri yang berasal dari id, melainkan bertindak sebagai perantara dari tuntunan–tuntunan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri– naluri yang tidak layak atau yang tidak bisa diterima oleh lingkungan”. Hal ini berarti bahwa ego berfungsi sebagai pemelihara kelangsungan hidup suatu individu.

  2.1.5 Superego

  Koswara (1991:33) mengatakan bahwa superego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).

  Selanjutnya Freud (dalam Koswara,1991:35) menjelaskan bahwa “Superego terbentuk melalui enternalisasi nilai-nilai dan aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Jadi, bisa dikatakan superego terbentuk karena adanya fitur yang paling berpengaruh seperti orang tua. Dengan terbentuknya superego pada individu, maka kontrol terhadap sikap yang dilakukan orang tua, dalam perkembangan selanjutnya dilakukan oleh individu sendiri.

2.2 Landasan Teori

  Dalam karya ilmiah ini, penulis menggunakan teori psikologi sastra. Endraswara (2008:96) mengatakan bahwa “Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktifitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa”.

  Lebih lanjut Ratna (2004:350) mengatakan “Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian, dapat diungkapkan gejala-gejala psikologis tokoh, baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang”. Uraian-uraian tersebut di atas menjelaskan bahwa psikologi sastra merupakan sebuah teori yang berusaha menemukan aktifitas serta aspek kejiwaan tokoh dalam sebuah karya sastra.

  Roekhan (dalam Endraswara, 2008:97) mengatakan bahwa “ Pada dasarnya, psikologi sastra akan ditopang oleh tiga pendekatan yaitu (1) pendekatan tekstual, (2) pendekatan reseptif-pragmatik, (3) pendekatan ekspresif”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang pertama yaitu pendekatan tekstual. Pendekatan tekstual yang dimaksud yaitu mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Demikian pula halnya dalam karya ilmiah ini yaitu sebuah kumpulan cerpen yang keseluruhan ceritanya membahas atau mengungkapkan bagaimana ketakutan atau kecemasan yang dialami oleh tokoh-tokohnya dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan jiwa tokoh mengalami pergolakan yang diakibatkan oleh kekuatan (kekuasaan politik) yang terjadi pada situasi zaman yang diuraikan dalam cerita-cerita tersebut. Berdasarkan pergolakan hidup yang dialami tokoh, perlu adanya pendalaman akan unsur-unsur intrinsik sebagai pembangun dari karya sastra tersebut. Analisis struktural diperlukan sebagai bahan kajian untuk membuat analisis lebih lanjut. Dari analisis tersebut, akan diketahui secara rinci deskripsi unsur-unsur pembangun suatu karya sastra yang akan mempermudah dalam pembuatan analisis selanjutnya. Langkah dalam menganalisis struktural adalah (a) mengidentifikasi unsur- unsur intrinsik yang membangun karya sastra secara lengkap dan jelas, mana tema dan mana yang tokohnya, (b) mengkaji unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui tema, alur, penokohan, latar dalam sebuah karya sastra, (c) menghubungkan masing-masing unsur sehingga memperoleh kepaduan makna menyeluruh dari sebuah karya sastra (Nurgiyantoro, 1998: 37).

  Dalam menganalisis secara struktural, penelitian ini hanya membatasi pada tema, tokoh, dan latar atau setting yang ada dalam cerpen-cerpen yang dipilih terkait dengan persoalan yang diangkat yaitu dinamika kepribadian tokoh utama dari tinjauan psikologi sastra. Oleh karena itu, tujuan analisis adalah membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh ( Teeuw, 1984:135).

  Analisis akan dilakukan dengan penerapan teori-teori psikologi khususnya psikoanalisa Sigmund Freud dalam kumpulan cerpen tersebut. Sigmund Freud dianggap sebagai pencetus psikologi sastra, ia menciptakan teori psikoanalisa yang membuka wacana penelitian psikologi sastra. Freud (dalam Koswara, 1991:36) mengemukakan bahwa “Manusia mempunyai daya pendorong untuk melakukan berbagai hal dengan menggunakan energi. Energi ada dua yaitu energi fisik dan energi psikis. Energi fisik adalah energi yang dipakai untuk kekuatan fisik, sedangkan energi psikis adalah energi yang digunakan untuk kekuatan psikologis”.

  Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ke tingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasiennya (dalam Walgito, 2002:61). Demikian pula dalam dinamika kepribadian, Freud menjelaskan tentang adanya tenaga pendorong (cathexis) dan tenaga penekanan (anti–cathexis). Kateksis adalah pemakaian energi psikis yang dilakukan oleh id untuk suatu objek tertentu untuk memuaskan suatu naluri, sedangkan anti-kateksis adalah penggunaan energi psikis (yang berasal dari id) untuk menekan atau mencegah agar id tidak memunculkan naluri–naluri yang tidak bijaksana dan destruktif. Id hanya memiliki kateksis, sedangkan ego dan superego memiliki anti-kateksis, namun ego dan superego juga bisa membentuk kateksis-objek yang baru sebagai pengalihan pemuasan kebutuhan secara tidak langsung, masih berkaitan dengan asosiasi–asosiasi objek pemuasan kebutuhan yang diinginkan oleh id. Hal ini dipertegas kembali oleh Koswara (1991:37) bahwa pengerahan dan pengalihan energi psikis dari satu objek ke objek lain ini merupakan gambaran dari dinamika kepribadian dalam teori Freud, yang sekaligus menunjukkan plastisitas dari tingkah laku manusia. Oleh karena itu lingkungan merupakan bagian yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

  Dalam kumpulan cerpen ST terdapat sejumlah peristiwa-peristiwa mengancam yang dialami manusia di lingkungannya. Lingkungan tempat orang hidup tersebut memang kadang kala bisa mengancam dan membahayakan. Dalam menghadapi ancaman biasanya orang merasa takut, karena kewalahan menghadapi stimulasi berlebihan yang tidak berhasil dikendalikan oleh ego, maka ego diliputi kecemasan. Freud (dalam Koswara, 1991:45) membedakan kecemasan menjadi tiga, yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral atau perasaan bersalah. Fungsi kecemasan adalah memperingatkan individu tentang adanya bahaya. Ketika timbul kecemasan, maka ia akan memotivasi individu untuk melakukan sesuatu. Kecemasan adalah suatu konsep terpenting dalam psikoanalisa dan juga memainkan peranan yang penting, baik dalam perkembangan kepribadian maupun dinamika kepribadian.

2.3 Tinjauan Pustaka

  Kumpulan cerpen ST karya Indra Tranggono merupakan kumpulan cerpen yang memilik kelebihan dalam menunjukkan keberadaan “wong cilik” di Indonesia terhadap kekuasaan, sehingga menarik untuk dianalisis.. Sepanjang sepengetahuan dan penelusuran penulis, kumpulan cerpen ST karya Indra Tranggono belum pernah diteliti oleh mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara.

  Namun penelitian dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan objek kajian yang berbeda telah dibahas oleh Fitrianingrum, Memi (UNM,2003) dengan judul

  

Dinamika Kepribadian Tokoh Utama dalam Kumpulan Cerpen Dua Dunia Karya N.H. Dini

  (http:/s10.histats.com/107.swf/2/april/2012). Penelitian ini mendeskripsikan dinamika kepribadian tokoh utama dalam tiap cerpen, dinamika kepribadian tokoh utama dalam kumpulan cerpen Dua Dunia, dan faktor-faktor pembentuk dinamika kepribadian tokoh utama dalam kumpulan cerpen Dua Dunia. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan pendekatan psikologi psikoanalisis. Hasil analis tersebut menunjukkan bahwa tokoh utama dalam kumpulan cerpen ini memiliki dinamika kepribadian yang terdiri dari empat aspek yaitu insting baik insting kehidupan dan kematian, distribusi dan penggunaan energi psikis, kecemasan atau ketakutan, dan mekanisme pertahanan ego.

  Paryano (UMS, 2003) dengan judul Aspek Moral dalam Novel Para Priyayi; Analisis

  

Psikologi Sastra (http://baktimu.blogspot.com.july/30/2012) yang mengkaji empat hal yaitu

  (1) peranan keluarga terhadap perkembangan tokoh, (2) penyesuaian diri dalam masyarakat, (3) agama dalam kehidupan tokoh, dan (4) motivasi kerja tokoh. Selain itu Dewi Ariani (UNM, 1991) dengan judul Perkembangan Kepribadian Tokoh Chen Chen dalam Novel

  

Fatimah Chen Chen Kajian Psikologi Perkembangan, dengan mengkaji aspek perkembangan

  kepribadian tokoh Chen dengan menghubungkan karakter penokohan dan aspek kejiwaan yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian tokoh.