Filsafat Perselingkuhan Sampai Anorexia Kudus - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

  • --Blank Page --

  

Fils a fa t P e rs e lin gku h a n

S a m p a i A n o r e xia Ku d u s

  

Re za A.A. W a ttim e n a

PT Evolitera

Jakarta, 2010

  

Filsafat Perselingkuhan Sampai Anorexia Kudus

Reza A.A. Wattimena Editor : Evolitera Layout : Evolitera Cover : Evolitera PT Evolitera EvoHackSpace – Ruko Kayu Putih rd

  Jl. Kayu Putih IVD / 15, 3 floor Jakarta 13260 – Indonesia www.evolitera.co.id © Reza A.A. Wattimena, 2011

P EN GAN TAR

  Buku in i adalah buku filsafat populer yan g m em iliki aspek

  paradoxa

  . Paradoxa adalah kata dari Bahasa Yun an i yan g berarti ‘m en yim pan g dari pen dapat um um ’. Para itu berarti m en yim pan g. Sem en tara doxa berarti pen dapat um um . J udul tersebut tepat m en ggam barkan isi buku in i, yakn i upaya untuk berpikir ten tan g kehidupan den gan sudut pan dan g yan g un ik, yan g berbeda dari pen dapat um um m asyarakat.

  Buku in i adalah kum pulan tulisan populer saya yan g telah dipublikasikan di berbagai m edia, baik lokal m aupun n asion al. Buku in i lahir dari refleksi saya atas berbagai peristiwa yan g terjadi, baik di level n asion al m aupun pen galam an personal, yan g kem udian dibagi m en jadi tiga ran ah refleksi, yakn i refleksi ten tan g kehidupan berban gsa, ten tan g pen didikan , dan refleksi person al saya ten tan g kehidupan . Itulah tiga dim en si kehidupan yan g m en jadi pergulatan saya selam a in i. Yan g perlu diin gat adalah, bahwa refleksi bukan lah pijat refleksi, m elain kan m em ikirkan ulan g apa yan g telah terjadi secara m en dalam ! Ban yak oran g m asih belum m en gerti arti kata refleksi dalam kon teks in i.

  Apa keun ggulan buku in i diban din gkan den gan kum pulan tulisan yan g bertebaran di toko buku lain n ya? Buku in i adalah sebuah refleksi filosofis yan g dibahasakan secara populer, dan m en coba un tuk m en yoroti berbagai hal dari sudut pan dan g yan g un ik. H arapan n ya adalah pem baca bisa m en en tukan sudut pan dan g m ereka sen diri pada akhirn ya. Beberapa refleksi terasa begitu person al. Nam un jan gan lah lupa bahwa kita bisa m elihat kehidupan seluruh alam sem esta di dalam hati oran g yan g bergelut den gan kehidupan !

  Saya berharap buku in i bisa m en jadi sum ber in spirasi bagi oran g- oran g yan g tertatih-tatih m en jalan i kehidupan , bagi oran g-oran g yan g peduli pada kehidupan berban gsa, n am un terasa begitu lem ah karen a keterbatasan kekuatan . Buku in i juga dapat digun akan sebagai cerm in kehidupan bagi m ereka yan g terus m en cari apa sesun gguhnya arti hidup ini. Pada titik akhir buku ini adalah sebuah pertan yaan , pertan yaan ten tan g bagaim an a kita harus hidup, bagaim an a kita harus berpikir, dan terlebih… apa artin ya kita m en jadi m an usia…

  S a la m S e ja h te ra , Re za A.A W a ttim e n a S u ra ba ya , 2 0 10

P EN U LIS Re za Ale xa n d e r An to n iu s W a ttim e n a

  lahir 22 J uli 198 3. Kin i bekerja m en jadi Dosen Filsafat Politik dan Filsafat Ilm u Pen getahuan , serta Sekretaris Fakultas di Fakultas Filsafat Un iversitas Katolik Widya Man dala, Surabaya, redaktur Media Budaya On Lin e un tuk Kolom Filsafat www.dapun ta.com , an ggota Kom un itas Diskusi Lin tas Ilm u COGITO (dalam kerja sam a den gan Un iversitas Airlan gga) di UNIKA Widya Man dala, Surabaya, dan an ggota kom un itas Sy stem Thinking di un iversitas yan g sam a. Ia adalah alum n us program Sarjan a dan Magister Filsafat di Sekolah Tin ggi Filsafat Driyarkara, J akarta. Telah m en ulis beberapa buku yakn i

  M elam paui N egara H ukum Klasik

  (20 0 7), Filsafat dan Sains (20 0 8 ),

  

Filsafat Kritis Im m an uel Kan t (20 10 ), Bangsa Pengum bar H asrat

  (20 10 ), M enebar Garam di Atas Pelangi (artikel dalam buku, 20 10 ),

  R uang Publik

  (artikel dalam buku, 20 10 ), m en jadi editor un tuk satu buku ten tan g Filsafat Man usia (M em bongkar R ahasia M anusia: Telaah

  Lin tas Peradaban Filsafat Tim ur dan Filsafat Barat

  , Kan isius, Yogyakarta, 20 10 ), serta beberapa artikel ilm iah di jurn al ilm iah, m aupun artikel filsafat populer di m edia m assa. Bidan g pem in atan adalah Filsafat Politik, Multikulturalism e, dan Filsafat Ilm u Pen getahuan . Dapat dihubun gi di reza.an ton ius@gm ail.com atau dilihat di R um ah Filsafat http:/ / rezaan ton ius.wordpress.com /

  D a fta r Is i Doxa dan Politik Perselin gkuhan

  56 Paradoks Dem okrasi

  

Beran i H idup Ben ar 112

Keben aran yan g Tersem bun yi 117

Paradoks Pen gan gguran 121

Roda Pen ggerak In teraksi Man usia: Keben cian dan Cin ta 129 Menjadi Outsider

  10 0 Tujuan H idup 10 4 Topen gm u, Topen gku, Topen g Kita Sem ua 10 7

  91 Pern ak Pernik Kekuasaan

  77 Pen didikan Berparas Kem an usiaan 8 2 Sekolah Gratis dan Wajah Pen didikan Kita 8 6 Keberhasilan , Rasa Iri, dan Para Dem agog

  72 Pendidikan Virtual

  68 Feodalism e sebagai Musuh Dem okrasi

  60 Dem okrasi dalam Tegan gan 64 Visi dan Idealism e Sebagai Warisan Utam a Organ isasi

  46 Sistem , Totalitarism e, dan Kon trol 51 Apatism e Sebagai Musuh Kehidupan Publik

  10 Yan g Oten tik di dalam Politik

  38 In dividualism e, Traum a, dan Bom Waktu

  33 Politik Sin is versus Politik Naif

  30 In don esia dan Kom puter, Apakah Persam aan n ya?

  26 H asrat Gelap Para Pem im pin Ban gsa

  22 Ban gsa Seten gah atau Seten gah Ban gsa?

  18 Populerism e Politik dan H arapan Ban gsa

  14 In don esia, Paran oia, dan Massa

  144 Kota Orang Gila 148 Mem anipulasi Tuhan 152 An orexia Kudus dan Kesucian Man usia 156

  

FILS AFAT P ERS ELIN GKU H AN

S AMP AI AN OREXIA KU D U S

D o xa d a n Po litik Pe rs e lin gku h a n

  Kata doxa berasal dari bahasa Yun an i yan g berarti pen dapat (opin ion ). Pendapat tersebut bisa tentan g berbagai hal, seperti ten tan g pen didikan , cara m elen yapkan kem iskin an , cara hidup yan g baik, dan sebagain ya. Nam un kata itu juga bisa berarti pen am pakan (appearan ce), yakn i sesuatu yan g tam pakn ya saja begitu, tetapi seben arn ya berbeda dari apa yan g tam pak. Artin ya doxa m em iliki aspek pen ipuan , karen a m en utupi keben aran di balikn ya.

  Kata itu pertam a kali diperken alkan oleh Parm en ides, seoran g pem ikir Yun an i Kun o. Ia adalah seoran g pem ikir pra-Sokratik (sebelum Sokrates) yan g terlibat dalam perdebatan in telektual yan g dom in an pada waktu itu. Bagin ya perubahan di dalam realitas itu seben arn ya han yalah

  doxa, yakn i yan g tam pakn ya saja (appearance). Yan g seben arn ya terjadi adalah realitas tidak pern ah berubah.

  Argum en n ya begin i, karen a perubahan m elibatkan ketiadaan (seperti sabun yan g tadin ya ada n am un sekaran g len yap karen a serin g digun akan ), sem en tara ketiadaan itu tidak m un gkin dipikirkan , m aka ketiadaan itu adalah tam paknya saja, dan bukan keben aran . Parm en ides m em bedakan an tara doxa (pen dapat/ pen am pakan ) den gan aletheia (keben aran ). Pen am pakan m en utupi keben aran karen a pen am pakan m em iliki sisi m an ipulatif.

  P o litik D o xa

  Apa relevan si kon sep doxa bagi kehidupan politik di In don esia? Relevan sin ya jelas bahwa politik In don esia adalah doxa, yakn i politik pen am pakan . Politik (In don esia) tidak m en cerm in kan apa yan g sesun gguhn ya terjadi, tetapi apa yan g tam pakn ya saja. Akibatn ya politik bukan lagi soal keben aran , m elain kan soal pen dapat dan pen am pakan yan g serin gkali m en utupi keben aran itu sen diri.

  Kon sep politik im aji (im age politics) seben arn ya m erupakan turun an lan gsun g dari kon sep politik doxa in i. Nam un artin ya berbeda. Politik im aji berkisar m an ipulasi m edia yan g serin gkali m en gaburkan fakta dari figur politik terkait, akibat rekayasa pen am pilan . Sem en tara politik doxa terletak di level yan g lebih dalam , yakn i bahwa kegiatan politik itu sen diri seben arn ya m erupakan doxa, yakn i pen am pakan yan g m en ipu, karen a m en utupi keben aran yan g ada di balikn ya.

  Apa keben aran yan g ada di balik kehidupan politik kita? Kehidupan politik m en gan daikan adan ya usaha un tuk m em perbaiki kehidupan bersam a. Politik sen diri terkait dan berorien tasi pada kehidupan bersam a. Yan g sekaran g terjadi adalah politik bukan lagi tertan am pada dan un tuk kehidupan bersam a, m elain kan suatu perselin gkuhan (affair).

  P e rs e lin gku h a n P o litik

  Kata affair dalam Bahasa In ggris m em iliki beragam arti, yakn i urusan , sesuatu yan g harus dilakukan , skan dal, kon troversi, atau relasi seksual an tara dua oran g yan g m en gkhian ati pasan gan n ya m asin g- m asin g. Kata urusan politik (political affair) pun seben arn ya bisa dim akn ai secara berbeda, yakn i sebagai perselin gkuhan politik. Apa atau siapa yan g berselin gkuh? Men yim ak pen elitian kecil yan g dibuat oleh Aditjon dro (20 0 9), ada satu kesim pulan yan g bisa ditarik, bahwa politik In don esia adalah politik perselin gkuhan an tara pan dan gan radikalism e agam a, m iliter, para-n asion alis (kata para berarti m en yim pan g, jadi kaum n asion alis yan g m en yim pan g), dan kaum pem odal. Lihat saja bagaim an a Partai Dem okrat yan g m en gaku n asion alis bisa berkoalisi den gan partai Islam yan g berpan dan gan radikal-religius. Dan juga lihat bagaim an a m iliter bisa berkoalisi den gan kaum pem odal ataupun para-n asion alis. Di m an a soal kebaikan bersam a?

  Politik pun akhirn ya terbatas pada kom prom i un tuk m erebut kue kekuasaan . Un tuk m erebut kue kekuasaan itu, pihak-pihak yan g sebelum n ya berseteru kin i berselin gkuh, dan terciptalah politik perselin gkuhan . Soal kebaikan dan kepen tin gan bersam a tidak lagi terpikirkan. Yang dipikirkan adalah soal kekuasaan sem ata. Tidak peduli bahwa kin i rakyat m erasa dikhian ati.

  P a r a d o xa Me n u ju P o litik

  Parm en ides m en gin gatkan bahwa doxa adalah sesuatu yan g berbahaya, karen a sifatn ya yan g m an ipulatif. Kata politik (di In don esia) itu sen diri pun seben arn ya adalah doxa, yakn i kon sep yan g (seolah) positif, n am un m en utupi fakta perselin gkuhan (affair) yan g ada di balikn ya. Oleh karen a itu kita harus m ulai berpikir den gan paradigm a

  paradoxa. Paradoxa

  berasal dari kata Yun an i para (m en yim pan g, m en jauh), dan doxa (pen dapat atau pen am pakan ). Maka artin ya adalah cara berpikir yan g m en yim pan g atau m en jauh dari doxa. Men yim pan g dari doxa berarti m en dekati keben aran (aletheia).

  Bagaim ana m enerapkan paradoxa di dalam politik? Caran ya sederhan a yakn i kem bali ke cita-cita awal politik itu sen diri, yakn i sebagai urusan yan g terkait den gan kepen tin gan dan kebaikan bersam a, dan bukan soal perselin gkuhan kekuasaan . Cara yan g sam a kiran ya bisa diterapkan di dalam bidan g ekon om i, yakn i m ulai kem bali ke tujuan awal ekon om i, yakn i un tuk kesejahteraan bersam a (B. H erry Priyon o, 20 0 9). Politik bukan soal m en am pilkan doxa, m elain kan suatu aktivitas yan g didasarkan pada aletheia (keben aran ) itu sen diri.

  Apakah cita-cita in i sebuah fiksi? J awaban n ya tidak. Ketidakm am puan un tuk m en ciptakan politik yan g didasarkan pada keben aran berakar pada tidak adan ya kehen dak (the absent of political

  w ill

  ), bukan ketidakm am puan . Mun gkin keben aran itu sen diri terlalu m en gerikan . Nam un jan gan lah lupa bahwa the truth is pain ful, but it

  can set y ou free

  .***

Ya n g Ote n tik d i d a la m P o litik

  Dahulu kala hiduplah seoran g bern am a Sokrates. Ia dian ggap sebagai salah satu tokoh palin g kon troversial di dalam sejarah filsafat. Kisah sin gkat hidupn ya tertulis di dalam berbagai dialog yan g dibuat oleh Plato, m uridn ya. Apa yan g bisa kita pelajari dari Sokrates?

  H u ku m a n Ma ti

  Sokrates m en yatakan bahwa setiap oran g harus m en ggun akan akal budin ya secara jern ih un tuk m em buat keputusan , dan m en jauhkan diri dari em osi-em osi yan g tidak teratur. Dan yan g kedua Sokrates m en gajak kita un tuk tidak selalu m en gacu pada apa yan g m en jadi pen dapat um um , tetapi berusaha m encari sen diri apa yan g ben ar.

  Pada m asa hidupn ya Sokrates dian ggap sebagai pem beron tak yan g m eracun i pikiran an ak m uda. Ia pun ditan gkap dan dihukum m ati oleh pem erin tah Athen a pada m asa itu. Sokrates seben arn ya m em iliki kesem patan un tuk m elarikan diri, n am un ia tidak m elakukan n ya. Ada tiga argum en yan g diajukan n ya. (Fran ken a, 1973)

  Yan g pertam a

  oran g tidak boleh m elukai sesam an ya. J ika Sokrates m elarikan diri, m aka ia akan m elukai pem erin tah Athen a, karen a tin dak m elarikan diri m erupakan pelan ggaran berat terhadap hukum Athen a. Yan g kedua tin dakan m elarikan diri adalah tin dakan m elan ggar perjan jian . H al in i tidaklah boleh dilakukan . Oran g harus m en epati jan ji, apapun kon sekuen sin ya.

  Yan g ketiga

  bagi Sokrates, m asyarakat dan n egara itu bagaikan oran g tua dan guru. Maka oran g tidak boleh m en en tan g m asyarakat dan n egara tem pat m ereka tin ggal. Ada tiga prin sip yan g bisa kita pelajari dari cara berpikir Sokrates, yakn i kita tidak boleh m elukai siapapun , kita harus m en epati jan ji, dan kita harus m en ghorm ati oran g tua m aupun guru. J ika Sokrates m elarikan diri, m aka ia telah m elukai m asyarakat, m elan ggar perjan jian , dan m elecehkan n egara dan m asyarakat yan g m erupakan figur oran g tua dan guru. Ia m em ilih un tuk patuh.

  Be la ja r d a ri S o kra te s

  Sokrates m en awarkan cara berpikir palin g tua m en gen ai oten tisitas di dalam kehidupan publik. Ia m en gajarkan kita un tuk hidup berdasarkan prin sip-prin sip yan g jelas, dan m en erapkan n ya den gan kejern ihan pikiran yan g n yata. Ia tidak m en gklaim m en dapatkan prin sip-prin sip itu dari Tuhan atau dari ajaran m asyarakat, tetapi dari keberan ian un tuk berpikir sen diri.

  Ada tiga hal yan g kiran ya un tuk bisa sun gguh oten tik di dalam kehidupan politik. Yan g saya m aksud politik bukan han ya sepak terjan g soal kekuasaan parlem en ataupun presiden saja, tetapi sem ua ben tuk aktivitas yan g m elibatkan kehidupan bersam a.

  Yan g pertam a

  adalah keberan ian . Di ten gah kehidupan bersam a yan g terus berubah, dan praktek politik praktis yan g pen uh den gan tipu m uslihat, oran g harus beran i dan besar hati hidup di dalam n ya. Ia harus m en gan ggap kesulitan dan tan tan gan sebagai kesem patan . Itulah yan g dilakukan oleh Sokrates.

  Yan g kedua oran g harus rela dan setia hidup dalam kesepian .

  Oten tisitas m en gan daikan keberan ian un tuk berbeda pen dapat. Dan biasan ya oran g yan g berbeda pen dapat serin g m erasa kesepian . Kesepian itu m un cul dari perasaan kuran g dihargai ataupun dim en gerti oleh kelom pokn ya. Kesepian itu pulalah yan g kiran ya bercokol di hati Sokrates, ketika ia hen dak dihukum m ati.

  Kesepian haruslah dihadapi den gan keberan ian . Dua hal itu selalu dian daikan , ketika oran g m em utuskan un tuk m en jadi oten tik. Tan pa keduan ya oran g cen derun g un tuk kon form is. Ia cen derun g m en yesuaikan diri den gan keadaan , m ain am an , dan berm en tal pen gecut.

  Yang ketiga

  adalah keberan ian un tuk berpikir sen diri. Sem boyan utam a En lightm ent Eropa adalah beran i un tuk berpikir sen diri. Ban yak oran g di dalam m asyarakat kita m en yerahkan keputusan -keputusan pen tin g di dalam hidup m ereka kepada otoritas terten tu, baik di bidan g budaya ataupun agam a. Akibatn ya m ereka tidak m am pu berpikir sen diri. Ketidakm am puan itu bukan berasal dari lem ahn ya akal budi atau IQ yan g jelek, m elain kan dari ketidakberan ian .

  Me m b o n gka r P e n ja ra P ikira n

  Sebagai ban gsa yan g m asih tertatih-tatih un tuk m ewujudkan iklim dem okratis, ada baikn ya kita belajar dari Sokrates. Masalah utam a ban gsa in i bukan lah terletak pada sistem ataupun in stitusin ya, tetapi pada oran g-oran g yan g hidup di dalam sistem dan in situsi itu. Sokrates m en gajarkan kita un tuk hidup beran i, yakn i beran i un tuk m em iliki pen dapat sen diri, beran i un tuk kesepian , dan beran i un tuk bertin dak berdasarkan hati n uran i sen diri. Satu-satun ya yan g m en gham bat itu sem ua adalah m en tal pen gecut yan g sudah m en jadi pen jara pikiran kita.

  Lan gkah awal yan g tepat di dalam m em ben tuk m asyarakat dem okratis bukan lah m em buat Pem ilu den gan dan a raksasa yan g cen derun g tidak efektif, m elain kan den gan m em bon gkar pen jara pikiran yan g ada di dalam m asyarakat, m aupun an ggota-an ggotan ya. Pen jara pikiran yan g palin g jelas adalah ketakutan un tuk berpikir sen diri, karen a takut dian ggap pem beron tak oleh lin gkun gan sekitar. Sudah saatn ya ban gsa kita beran i m enjadi otentik, baik sebagai in dividu m aupun sebagai ban gsa. Men tari kebebasan ada di pen ghujun g hari m ereka yan g beran i un tuk hidup oten tik.***

In d o n e s ia , P a ra n o ia , d a n Ma s s a

  Dahulu para pem im pin kekaisaran Rom awi serin g m en yam akan Rom a den gan m assa. Rom a bukan lah sen at. Rom a bukan lah republik, dan bahkan bukan san g Caesar. Rom a adalah m assa yan g m en un tut un tuk dipuaskan den gan peran g, em as, darah, dan kejayaan yan g diperoleh den gan pen aklukan .

  Sem ua itu bisa dilihat den gan m udah pada pertun jukkan gladiator den gan m en jadikan m an usia sebagai korban n ya. Pertun jukkan itu san gat digem ari oleh “m assa” Rom a. R om e is the m ob! Seberapa bedakah In don esia sekaran g in i den gan kekaisaran Rom awi pada waktu itu?

  Ta n ta n ga n Kita B e rs a m a

  Tidak ada saat yan g lebih un tuk m en gajukan pertan yaan itu seperti sekaran g in i. Iden titas ban gsa In don esia saat in i dihan tam oleh dua kutub ekstrem , yakn i fan atism e ekon om i dan fan atism e religius. Fan atism e religius terben tuk dalam iklim kecin taan berlebihan pada agam a terten tu, dan tafsiran literal atas ajaran -ajaran n ya. Sem en tara fan atism e ekon om i terben tuk dalam iklim pen gejaran uan g tan pa ken al lelah den gan m en ggun akan segala cara yan g m un gkin .

  Di bawah him pitan dua paham itu, rasa keban gsaan kita sebagai satu In don esia bagaikan tercekik dan tak m en em ukan udara un tuk hidup. J uga di bawah him pitan dua paham ‘m aut’ itu, warga n egara berubah m en jadi m assa n egara. Yan g berubah bukan han ya kata, tetapi juga m akn a. Warga n egara den gan ciri rasion aln ya disulap m en jadi m assa yan g em osion al dan destruktif.

  P a ra n o ia d a n Ma s s a

  Salah satu sebab utam a pen dek dan dan gkaln ya in gatan sosial ban gsa In don esia adalah ciri paran oid yan g m elekat pada kulturn ya. Paran oia sen diri adalah sebuah ciri person alitas yan g takut berlebihan terhadap m asa depan dan kem un gkin an -kem un gkin an yan g terdapat di dalam n ya. Paran oia m en olak ciri ketidakpastian realitas. J ika m un gkin sem ua hal di m uka bum i haruslah dapat dikon trol. Rasa n yam an berakar pada kon trol tersebut.

  Ketika kon trol hilan g ketika itu pula segalan ya m en jadi kacau. Kehilan gan kon trol lalu ditan ggapi den gan em osi dan tin dakan destruktif. Akibatn ya kon flik pun tidak dapat dihin darkan . Oran g yan g paran oid adalah oran g yan g akan m elakukan apa saja un tuk m em pertahan kan kon troln ya terhadap realitas. H al yan g sam a berlaku un tuk ban gsa yan g paran oid. Padahal siapa atau apa di m uka bum i yang fan a in i yan g m am pu m en gatur sepen uhn ya m asa depan realitas?

  Tidak heran juga Ban gsa Belan da yan g begitu kecil dalam ukuran ruan g dan jum lah pen duduk m am pu m en jajah kita selam a lebih dari 30 0 tahun . Den gan politik adu dom ba, m ereka m em an faatkan ciri paran oid ban gsa In don esia secara efektif. Akibatn ya kon flik in tern al pun terjadi. Berbagai terpaan krisis sosial yan g terjadi sekaran g in i juga dapat diasalkan pada ciri paran oid yan g kita pun ya sebagai ban gsa.

  Asas praduga tak bersalah len yap di hadapan gosip dan him pitan m edia m assa. Yan g terakhir in i n yata sekali dalam pem berintaan berlebihan kasus An tasari di m edia m assa beberapa waktu lalu. H ukum terjepit oleh paran oia yan g secara lan gsun g dikem ban gkan oleh m edia. Prin sip-prin sp dasar hukum un tuk m en jam in keadilan pun seolah len yap tak berbekas. In i adalah jelas ciri paran oia pen cipta m assa.

  P e n d id ika n d a n Te le vis i

  Rhen ald Kasali tepat sekali ketika m en gatakan , bahwa yan g pertam a-tam a harus diubah di ban gsa in i adalah core belief-n ya. Dan ujun g tom bak un tuk m en gubah core belief ban gsa in i adalah pen didikan dan televisi (Kasali, 20 0 9). Wacan a pen didikan un tuk m en ghan curkan ciri paran oia dan m assa sudah ban yak dikem ban gkan . Yan g diperlukan adalah praktek yan g kon sisten den gan wacan a tersebut. Tetapi bagaim an a den gan televisi?

  Televisi adalah pen yebar ide yan g palin g efektif sekaran g in i. Yan g m en jadi m asalah adalah, ide yan g disebarkan serin gkali ide yan g justru m elestarikan ciri paran oia dan m assa yan g sudah ken tal tertan am di ban gsa kita. Alih-alih m en jadi in strum en un tuk m en cerdaskan kehidupan ban gsa, televisi justru m en jadi pelestari kultur paran oia. Sudah saatn ya in dustri m edia, terutam a m edia televisi, m ulai m em ikirkan ulan g paradigm a yan g m ereka gun akan di dalam kegiatan operasion al m ereka.

  J an gan sam pai karen a dihim pit oleh pen carian uan g tan pa batas dan fan atism e pada agam a terten tu, televisi justru m em buat ban gsa in i sem akin tersesat. J ika itu yan g terjadi, m un gkin ban gsa In don esia sekaran g in i tidak jauh berbeda den gan Kekaisaran Rom awi 20 0 0 tahun yan g lalu. Kita adalah m assa yan g in gin terus dipuaskan den gan hiburan sesaat, peran g, agresivitas, kekuasaan , dan seks tan pa batas. Kem an a itu sem ua akan m en ghan tar kita? J awaban n ya sudah pasti: kehan curan .***

P o p u la ris m e P o litik d a n H a ra p a n B a n gs a

  Berdasarkan perhitun gan suara pada Pem ilu legislatif 20 0 9 lalu, setidakn ya ada 15 pesohor yan g ham pir dipastikan m en jadi an ggota DPR. Mereka adalah Eko Patrio, Prim us Yustisio, Rieke Diah Pitaloka, dan beberapa artis lain n ya (Kom pas, 24 Mei 20 0 9). Wajah m ereka serin g m un cul di televisi un tuk m en ghibur kita, dan kin i m ereka m erasa m am pu un tuk m en jadi wakil gun a m en yam paikan kepen tin gan dan suara rakyat.

  Peluan g m ereka sem akin besar, terutam a ketika Pem ilu Legislatif 20 0 9 lalu m en ggun akan sistem perolehan suara terban yak. Apalagi sem ua oran g tahu, bahwa un tuk m en calon kan diri, oran g m em butuhkan m odal yan g besar, terutam a un tuk m em perken alkan dirin ya secara m en arik kepada rakyat ban yak. Para artis tersebut m em iliki keun tun gan gan da. Di satu sisi m ereka sudah ban yak diken al, dan disisi lain m ereka m em iliki ban yak m odal fin an sial un tuk m en un jan g pen am pilan m ereka.

  Di ten gah situasi politik yan g m en gan dalkan uan g serta pen citraan , tak heran para pesohor tersebut lan car m en uju Sen ayan . Partai-partai politik pun jeli m elihat peluan g in i, dan m en jadikan m ereka salah satu caleg, tak peduli visi ataupun keberpihakan politik m ereka. Fadli Zon , Wakil Ketua Um um Gerin dra, m en yatakan , “Kam i m en erim a saja karen a m ereka figur populer dan poten sial sebagai v ote

  getter

  ”. (Kom pas, 24 Mei, 20 0 9)

  P o p u la ris m e P o litik

  Di dalam bukun ya M elakukan Perubahan dan M an ajem en

  N egara

  (20 0 9), Rhen ald Kasali m en em patkan populerism e sebagai salah satu budaya yan g m en gham bat perkem ban gan ban gsa. Latar belakan g populerism e sen diri adalah prin sip persain gan pasar, yan g san gat m en ekan kan pen erim aan pasar terhadap produk terten tu. Dalam kon teks politik produk itu adalah para calon legislatif ataupun capres yan g m en gajukan diri m ereka. J adi politik disam akan begitu saja den gan pasar produk-produk ekon om i, tidak peduli apakah asum si tersebut tepat atau tidak.

  Pada situasi ‘pasar politik’ yan g kom petitif, kon sum en / rakyat han ya akan m em ilih m ereka yan g m udah diin gat, m en on jol, dan m em iliki posisi yan g kuat di dalam pem ikiran rakyat. Di dalam praktek m an ajem en pem asaran , taktik in i diken al juga sebagai strategi position in g. (Kasali, 20 0 9) Un tuk m en capai tujuan itu, pihak-pihak yan g berkom petisi m em an faatkan pop culture, yakn i cara m en ghibur den gan m en ggun akan pen ghibur yan g m udah dim en gerti dan m urah. Di dalam politik populerism e m en jadi san gat pen tin g, karen a rakyat, yan g disam akan den gan kon sum en pasar, m en ghen daki sesuatu yan g populer, dan sesuatu yan g populer dian ggap sebagai sesuatu yan g bersahabat.

  D u a Akib a t

  Kasali juga m en egaskan bahwa populerism e bisa m en jadi san gat n egatif, karen a m en ghasilkan dua akibat. Yan g pertam a m un cul m assa oran g ban yak yan g berpen dapat, bahwa segala sesuatu yan g populer pasti berm utu dan berkualitas. Segala sesuatu yan g populer lebih baik un tuk dipilih, karen a m en yen an gkan . Tidak heran ban yak artis yan g lan car m en uju ke Sen ayan sebagai an ggota DPR, lepas dari m ereka dian ggap sun gguh m em iliki kualitas wakil rakyat yan g baik atau tidak.

  Yan g kedua adalah m un culn ya m assa oran g ban yak yan g berpen dapat, bahwa segala sesuatu atau siapa saja yan g populer pasti tidak berkualitas, karen a m ereka dan gkal, kepalan ya koson g, dan bahkan serin gkali m en ipu. Gejala terakhir in i ban yak m un cul di kalan gan akadem isi. Di ten gah iklim akadem ik yan g ken tal den gan logika ilm iah, m ereka berpen dapat bahwa para artis yan g m en ggun akan populerism e politik tersebut (pasti) m an ipulatif. (Kasali, 20 0 9)

  H a ra p a n Kita

  Di ten gah kerum itan , kekacauan , dan kedan gkalan gejala di atas patutlah kita bertan ya, m asihkah kita bisa berharap pada para wakil rakyat kita di DPR? Apakah m ereka yan g sehari-hari m en ghibur kita den gan gelak tawa, tan gis, dan kekagum an di televisi ataupun bioskop itu m am pu m en jadi wakil rakyat yan g pun ya in tegritas, jujur, kreatif, sekaligus m em iliki kon sep politik yan g kuat?

  Satu hal yan g pasti, bahwa tidak ada gun an ya kita bersikap sin is. Bagaim an apun m ereka adalah wakil rakyat yan g terpilih. Sam pai ada keputusan hukum yan g jelas ten tan g problem atika Pem ilu legislatif kem arin , m erekalah satu-satun ya pilihan kita Sen ayan . Kita tidak bisa m en en tan g atau m en jadi an arkis, tetapi m un gkin bisa m em berikan warn a yan g positif.

  Kon trol publik perlu terus dilakukan terhadap sem ua keputusan legislatif. Dan jika terbukti bahwa m ereka tidak m am pu, kita bisa m en ggoyan gn ya terus den gan m em buat kritik tajam di dalam ruan g publik, dan tidak m em ilihn ya di Pem ilu kem udian hari. Nam un sekaran g in i setidakn ya berilah m ereka kesem patan . Mun gkin seperti kita in gin m em berikan warn a bagi kehidupan politik ban gsa, begitu pula m ereka bisa m em berikan warn a bagi para wakil kita di DPR.***

B a n gs a S e te n ga h a ta u S e te n ga h B a n gs a ?

  Ban gsa kita diken al sebagai ban gsa yan g seten gah-seten gah dalam m elakukan sesuatu. Mulai dari pem ban gun an gedun g, peran can gan un dan g-un dan g, sam pai proyek reform asi, sem uan ya dilakukan seten gah-seten gah. Sim ak beberapa berita ten tan g ben can a besar yan g beberapa kali terjadi. Sem ua upaya pen cegahan dan pen an ggulan gan ben can a dilakukan den gan seten gah-seten gah.

  Pen an ggulan gan ban jir dilakukan seten gah-seten gah. Tidak ada yan g berusaha m em bon gkar akar m asalah. Sem uan ya terpaku pada gejala perm ukaan belaka. Dalam hal agam a m isaln ya, ban yak oran g beragam a seten gah-seten gah. Akibatn ya m ereka tidak m en ghayati in ti keim an an agam a m ereka, tetapi sibuk den gan praktek-praktek perm ukaan yan g tidak esen sial.

  Dalam hal bisn is ban yak pen gusaha m en ghayati praktek bisn is secara seten gah-seten gah. Mereka yakin bahwa tujuan oran g berbisn is adalah m elulu un tuk m en ghasilkan keun tun gan seban yak- ban yakn ya den gan m en gorban kan aspek-aspek lain n ya. Padahal m en urut Peter Drucker, seoran g pakar m an ajem en in tern asion al yan g n am an ya sudah m elegen da, tujuan oran g berbisn is adalah m en ciptakan bisn is yan g berm akn a, yakn i bisn is yan g m am pu m em berikan m akan pada oran g ban yak, sekaligus m en gem ban gkan budaya tem pat bisn is tersebut berlan gsun g. Dalam hal berpolitik para pejabat kita juga m elaksan akan tugas m ereka den gan seten gah-seten gah. Job description saja tidak m am pu m ereka pen uhi, han ya karen a m ereka sibuk m en cari proyek un tuk m en dapatkan pen ghasilan tam bahan . Dalam hal berkesen ian lihat saja para m usisi kita. Sem akin lirik dan n ada m ereka “kam pun gan ”, sem akin laku juga hasil karya m ereka.

  Mereka tidak m en ghayati apa itu sen i seben arn ya. Mereka juga lupa bahwa sen i bukan han ya un tuk hiburan , tetapi juga un tuk pen didikan , baik pen didikan kultural m aupun politik. Bisa juga dibilan g m ereka adalah sen im an seten gah. Dalam hal pen didikan juga. H arus diakui cita-cita pen didikan yan g dirum uskan di sekolah-sekolah dan lem baga pen didikan lain n ya m em an g luhur. Akan tetapi pelaksan aan n ya seten gah-seten gah, jadi sem uan ya percum a.

  Kebijakan pen didikan ban yak yan g tidak m en dukun g perkem ban gan guru. Sekolah pun dikelola den gan seten gah-seten gah, tidak sesuai den gan tujuan awaln ya. Alhasil ban yak m urid akhirn ya jadi m urid yan g seten gah-seten gah juga.

  Ku ltu r In ko n s is te n s i

  Di balik sikap seten gah-seten gah itu, ada kultur in kon sisten si yan g m en jadi latar belakan gn ya. Kultur in kon sisten si adalah kultur yan g m em buat in dividu-in dividu yan g m en ghidupi kultur tersebut tidak m am pu m en gerjakan segala sesuatu secara kon sisten . Akibatn ya tidak ada satu pun tujuan yan g in gin dicapai dapat terwujud. Mereka seolah tidak m em iliki stam in a un tuk m en yelesaikan proyek apapun secara akurat, yakn i sesuai den gan tujuan awaln ya.

  Don ald Lam in g di dalam bukun ya yan g berjudul Understanding

  H um an M otiv ation

  berpen dapat, bahwa m an usia itu didoron g oleh m otivasi-m otivasi. Motivasi m an usia itu bisa dipaham i den gan m en ggun akan tiga keran gka teori, yakn i teori perilaku sem i m ekan is, teori pan dan gan person al, dan teori ekstrusi sosial (Lam in g, 20 0 4). Teori perilaku sem i m ekan is m erupakan teori yan g m en ggam barkan bahwa m an usia m em iliki m ekan ism e yan g otom atis. J ika ia lapar m aka ia m akan . J ika kesakitan m aka ia akan m en geluh.

  Teori pan dan gan person al m erupakan pen gem ban gan dari teori perilaku sem i m ekan is. Di dalam teori in i m an usia adalah m ahluk yan g dari luar tam pak m ekan is, tetapi di dalam n ya pen uh den gan tegan gan , em osi, gejolak perasaan , dan sem ua itu disadari. Aspek-aspek in ilah yan g m em buat m an usia itu m an usiawi.

  Teori ekstrusi sosial m en ekan kan , bahwa di dalam m asyarakat terdapat in stitusi-in stitusi yan g m en displin kan an ggota m asyarakat, supaya aktivitas m ereka tetap berjalan secara m ekan is. In stitusi-in stitusi itu adalah sekolah, rum ah sakit jiwa, dan pen jara. Ketiga in stitusi itu m erupakan agen reproduksi kultural.

  Fen om en a lem ahn ya ban gsa kita dalam m en yelesaikan berbagai persoalan ataupun m en yelesaikan proyek-proyek yan g berorien tasi pada kepen tin gan bersam a dapat dijelaskan den gan teori in i. In kon sisten si telah m en jadi perilaku sem i m ekan is ban gsa kita. Lem ahn ya stam in a politik di dalam m en yelesaikan proyek itu telah sam a m ekan isn ya den gan kalau oran g lapar, m aka ia m akan . In kon sisten si telah m en jadi bagian in tegral den gan kultur, yan g kin i telah berjalan secara sem i m ekan is, dan seolah tidak lagi disadari. Kultur in kon sisten si tersebut diwariskan dan direproduksi ulan g oleh sekolah, rum ah sakit jiwa, dan pen jara. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa suatu saat n an ti, oran g yan g kon sisten dan berprin sip justru dian ggap sebagai oran g sakit jiwa!

  S e te n ga h B a n gs a ?

  Mun gkin sebab utam a m en gapa kita jadi ban gsa yan g seten gah- seten gah adalah, karen a kita in i m em an g m asih seten gah sebagai ban gsa. Kita tidak m en yadari diri kita sen diri sebagai sebuah ban gsa yan g utuh. Kegam an gan iden titas sem acam in i m em un culkan kegagapan berin teraksi. In teraksi sosial yan g m erupakan esen si dari eksisten si m asyarakat tidak lagi didasarkan pada solidaritas sebagai sebuah ban gsa, tetapi pada orien tasi kepen tin gan pribadi.

  J ika ada satu “kelebihan ” yan g dim iliki oleh ban gsa In don esia sekaran g in i adalah, bahwa kita n om or satu dalam hal seten gah- seten gah. Kita m en jadi n om or satu dalam hal tidak kon sisten !

H a s ra t “Ge la p ” P a ra P e m im p in B a n gs a H asrat m an usia adalah sesuatu yan g san gat sulit un tuk dipaham i

  Bahkan m en urut Sim on Blackburn , m an usia akrab sekaligus asin g den gan hasrat yan g ada di dalam dirin ya (Blackburn , 20 0 4). H asrat itu sen diri pada akarn ya terkait den gan kein gin an . Peradaban kita m en gajarkan un tuk m eredam hasrat, karen a hasrat dian ggap sebagai sum ber dari sem ua kejahatan .

  Akibatn ya ban yak oran g tidak m en gen al hasratn ya sen diri. Dan di dalam ketidaktahuan itu, hasrat gelap secara perlahan n am un pasti m en jajahn ya. Yan g juga perlu diin gat adalah, bahwa tujuan tertin ggi dari hasrat adalah ken ikm atan . Apapun yan g n ikm at pasti m elibatkan pem en uhan hasrat dibalikn ya, seperti seks, kekuasaan , n ikm atn ya m akan an , dan sebagain ya.

  Phytagoras, seoran g filsuf Yun an i Kun o, berpen dapat bahwa tin dak pem en uhan hasrat adalah tin dak yan g m elem ahkan diri sen diri. Sebagai salah satu ben tuk kon kret dari hasrat, seks adalah tin dakan yan g n ikm at, n am un m elelahkan . (Blackburn , 20 0 4) Bahkan H ippokrates yan g ban yak juga diken al sebagai bapak kedokteran berpen dapat, bahwa hasrat seksualitas adalah tan da kegilaan . Pan dan gan in i terus bertahan sam pai abad ke-19, dan hasiln ya bisa kita lihat pada m asa represi seksualitas pada era Victorian di In ggris.

  H a s ra t Ke ku a s a a n

  Seperti un sur hasrat lain n ya, hasrat un tuk m en jadi pen guasa adalah hasrat yan g m em berikan ken ikm atan . J ika oran g berhasil m en jadi pem im pin , ia akan m em peroleh ken ikm atan yan g besar. Para calon pem im pin ban gsa perlu m en yadari in i. Agam a dan m oral m em an g m en gajarkan un tuk m en gekan g hasrat. Akan tetapi m ereka juga perlu m en gen ali hasrat yan g berkecam uk di relun g-relun g jiwa m an usia. Mem ben ci tan pa m en gen ali sam a n aifn ya den gan tidak m au tahu ten tan g m usuh yan g gan as.

  H asrat akan kekuasaan tersebut m en jelm a ke dalam hasrat akan keben aran dan hasrat akan kepastian . Ketiga ben tuk hasrat tersebut salin g bertautan tan pa bisa terpisahkan . Klaim keben aran yan g salin g berkon stestasi di dalam ruang publik disan gkal den gan satu klaim keben aran absolut yan g bersifat dogm atis. Realitas kehidupan m an usia yan g kon tin gen direduksi ke dalam prin sip-prin sip yan g rin du akan kepastian , yan g pada akhirn ya m en gurun g kom pleksitas realitas itu sen diri.

  Para pem im pin kita harus peka akan hal in i. Mereka harus bisa m em bedakan an tara keben aran yan g sesun gguhn ya dan keben aran yan g dipaksakan ; an tara kepastian yan g m asuk akal dan kepastian yan g ‘dipasti-pastikan ’. Sem uan ya m em butuhkan pen gen alan , kesadaran , dan sikap awas diri terhadap hasrat gelap m an usia.

  P e rlu B e rs ika p Re fle ktif

  Thom as H obbes pern ah m en ulis, bahwa hasrat adalah doron gan aktif di dalam diri m an usia yan g jika dipen uhi justru akan m em usn ahkan dirin ya sen diri. Ada sem acam paradoks di dalam hasrat m an usia, yakn i sem akin kita m en gejar dan m en dapatkan n ya, sem akin itu pula kita tidak lagi m en gin gin kan n ya. Den gan dem ikian hasrat itu sifatn ya san gat sem en tara. Sem akin kita m em en uhin ya sem akin itu pula kita m erasa ham pa.

  H al yan g sam a berlaku un tuk hasrat gelap kekuasaan . Sem akin oran g in gin berkuasa, sem akin itu pula ia kehilan gan m akn a dari kekuasaan n ya. Maka dari itu oran g perlu m en gen ali dan bersikap reflektif terhadap hasrat yan g bergejolak keras di dalam dirin ya. Dan kepada para calon pim pin an m asa depan ban gsa, saya han ya in gin m en gatakan , m usuh terbesar ban gsa in i bukan lah m usuh dari luar, tetapi dari dalam , yakn i dari hasrat gelap un tuk m eraih kekuasaan para

  .***

  pem im pin n ya

In d o n e s ia d a n Ko m p u te r, Ap a ka h P e rs a m a a n n ya ?

  Ada yan g m en arik dari pem ilu 20 0 9 lalu, yakn i kem am puan n ya un tuk bisa dian alogikan den gan kom puter. Seperti haln ya den gan kom puter, m asyarakat In don esia terdiri dari dua un sur, yakn i sistem dan kultur. Sistem itu seperti perangkat keras (hardw are). Dan kultur itu seperti peran gkat lun ak (softw are).

  Keduan ya diperlukan un tuk beroperasi suatu m ekan ism e terten tu. Dalam hal kom puter peran gkat lun ak dan peran gkat keras diperlukan un tuk bisa bekerja, m en den garkan lagu, berkom un ikasi, atau tersam bun g ke in tern et. Dalam hal m asyarakat keduan ya berfun gsi m en jalan kan roda rutin itas harian m asyarakat. J ika keduan ya terpisahkan m aka akan tim bul patologi dan bahkan krisis sosial.

  S is te m d a n Ku ltu r In d o n e s ia

  Men urut Niklas Luhm an n , salah satu teoritikus terbesar teori sistem , sistem m em iliki karakter autopoiesis. Artin ya sistem itu bersifat cukup diri. Ia tidak m em butuhkan sesuatu apapun di luar dirin ya. Dalam hal in i m asyarakat juga bisa dipan dan g sebagai sistem , karen a dalam ban yak hal, m asyarakat berfun gsi secara otom atis dan oton om terlepas dari in dividu-in dividu yan g m em ben tukn ya. Masyarakat adalah sistem .

  Di sisi lain m asyarakat tidak han ya terdiri dari sistem , m elain kan juga kultur. Di dalam bukun ya yan g berjudul The Theory of

  Com m un icativ e Action

  jilid kedua, J uergen H aberm as, seoran g filsuf J erm an yan g m asih aktif sam pai sekaran g, m en yam akan kultur den gan dun ia kehidupan (lifew orld). Di dalam dun ia kehidupan oran g m en em ukan m akn a dan iden titas. Self seseoran g terben tuk m elalui relasi terus m en erus den gan dun ia kehidupan yan g ia m iliki.

  In don esia juga terdiri dari dua dim en si itu, yakn i sistem dan kultur. Sistem bisa dibayan gkan sebagai sistem politik, sistem hukum , dan sistem ekon om i. Sem en tara kultur bisa dibayan gkan sebagai budaya, sen i, dan tradisi. Keduan ya diperlukan un tuk m en jaga ‘ada’n ya In don esia. Keduan ya terus ada dalam relasi yan g salin g m en gisi sekaligus m en iadakan . Bisa dikatakan bahwa keduan ya salin g m em ben ci, tetapi salin g m em butuhkan .

  H aberm as juga m en am bahkan bahwa sistem dan kultur beroperasi den gan cara berpikir yan g berbeda. Di dalam sistem cara berpikir yan g tepat un tuk digun akan adalah rasion alitas in strum en tal, yakn i cara berpikir kalkulatif, berjarak, dan dalam arti terten tu, m an ipulatif. Sem en tara di dalam kultur cara berpikir yan g digun akan adalah rasion alitas kom un ikatif, yakn i pen ggun aan bahasa un tuk m en capai salin g pen gertian ten tan g segala sesuatu yan g terkait den gan kehidupan bersam a. Sekali lagi kedua cara berpikir tersebut salin g berten tan gan , sekaligus salin g m em butuhkan .

  Sistem dan kultur di dalam m asyarakat dapat dian alogikan den gan peran gkat lun ak dan peran gkat keras di dalam kom puter. Pada kom puter peran gkat kerasn ya adalah m otherboard, processor, VGA

  Card,

  dan Soun d Card. Sem en tara peran gkat lun akn ya adalah sistem operasi, seperti Win dows, den gan program -program lain n ya, seperti Microsoft Office, Win dows Media Player, dan sebagain ya. Motherboard bisa dibayan gkan seperti sistem politik. Dan kultur bisa dibayan gkan sebagai sistem operasi.

  P e m ilu s e b a ga i Ko n tra d iks i

  Yan g m en arik adalah kita bisa m en ggun akan an alogi kom puter dan telepon seluler un tuk m em aham i m asalah yan g kiran ya bercokol di dalam kultur m asyarakat In don esia, yan g m em buat sem ua proses Pem ilu sekaran g in i m en jadi problem atis. Bayan gkan sistem di In don esia sebagai peran gkat keras yan g can ggih. Sistem di In don esia adalah sistem yan g m odern den gan dem okrasi, pem ilu, perwakilan rakyat, baik di tingkat pusat m aupun daerah, pers yan g relatif bebas, dan sebagain ya. An alogin ya adalah m otherboard Pen tium Core 2 Duo den gan processor tercepat yan g ada, dan VGA Card keluaran Nvidia yan g terbaru. In tin ya sistem yan g ada di In don esia, term asuk pem ilu yan g dilaksan akan kem arin , san gatlah can ggih.

  Sebalikn ya kultur di In don esia tidak bisa dibilan g can ggih. Dalam ban yak hal In don esia tidak bisa disebut sebagai ‘m asyarakat m odern ’. Mun gkin kata ‘desa raksasa’ (the big v illage) lebih tepat m en ggam barkan kultur oran g In don esia sekaran g in i. Gejalan ya bisa dilihat m ulai dari perilaku para politikus yan g pen uh den gan korupsi, kolusi, ataupun n epotism e, sam pai perilaku pen ggun a jalan raya yan g tidak lagi peduli pada tata aturan lalu lin tas bersam a. Dalam hal an alogi den gan kom puter, kultur di In don esia itu m irip program operasi DOS 6.22 yan g sudah pun ah, dan VGA Card yan g un tuk m en on ton film sederhan a sajapun tidak m am pu.

  J elaslah sistem n ya m odern tetapi kulturn ya ‘pra-pedesaan ’. Peran gkat kerasn ya can ggih tetapi peran gkat lun akn ya jauh ketin ggalan jam an . Bisa dibilan g sistem dan kulturn ya incom patible, sam a seperti DOS 6.22 tidak m un gkin m en gen ali kecan ggihan processor Core 2 duo. Pem ilu kita pun berlan gsun g di dalam kon disi seperti in i, di m an a m ekan ism e perhitun gan den gan m en ggun akan m ekan ism e yan g can ggih, m edia m assa yan g relatif bebas, dan slogan -slogan dem okratis yan g kelihatan cerdas, n am un kultur yan g m elan dasi cara hidup ban gsa kita in com patible den gan kecan ggihan sistem tersebut. Cita-citan ya tin ggi. Nam un sayan g kon tradiksi dian tara keduan ya terlalu besar.

  In o va s i Ku ltu ra l

  Tidak m un gkin In don esia kem bali ke jam an kerajaan un tuk m en yesuaikan sistem den gan kulturn ya yan g ‘pra-pedesaan ’. Satu- satun ya pilihan adalah m en yesuaikan kultur yan g prim itif tersebut den gan sistem yan g m odern , sehin gga kon tradiksin ya dapat diperkecil. Seperti yan g dikatakan oleh H aberm as, sistem selalu berada dalam tegan gan den gan kultur. Keduan ya tidak bisa dipisahkan , n am un juga tidak bisa selalu dalam kon disi tan pa kon tradiksi.

  Kon tradiksi itu perlu. Dem okrasi yan g sehat selalu m em beri ruan g un tuk tegan gan dan kon tradiksi di dalam n ya. Masalah m un cul ketika kontradiksi itu terlalu besar atau terlalu kecil. J ika terlalu besar m aka akan tim bul an arkism e politik, seperti yan g sedikit kita rasakan sekaran g in i. J ika terlalu kecil m aka akan m un cul totalitarism e, seperti yan g kita alam i selam a lebih dari tiga dekade lalu.

  Yan g kita perlukan sekaran g in i adalah in ovasi kultural un tuk bisa m en gim ban gi kecan ggihan sistem dem okrasi yan g kita gun akan . In ovasi bukan han ya dalam bidan g tekn ologi, tetapi juga dalam bidan g budaya, politik, H AM, dan pen didikan . Urgen si kita sekaran g in i bukan lah m em buat pesawat, tetapi m eran can g kultur dem okrasi m odern yan g

  com patible

  den gan sistem dem okrasi yan g kita pilih bersam a. Sekali lagi pilihan n ya han ya satu; lakukan lah in ovasi kultural secepat m un gkin ,

  .***

  atau In don esia kem bali m en jadi n egara kerajaan

P o litik S in is Ve rs u s P o litik N a if Dun ia terkejut. Obam a berhasil m en jadi presiden Am erika Serikat

  Belen ggu diskrim in asi seakan dipatahkan . Dem okrasi seolah berjaya.

  Kaum kulit hitam yan g dulun ya m en jadi obyek diskrim in asi, kin i m erayakan kem en an gan m ereka. Men an g bukan dalam arti m en an g politik saja, tetapi bahwa kin i m ereka tidak lagi dian ggap sebagai “sam pah m asyarakat”, tetapi sebagai bagian in tegral dari m asyarakat yan g m em iliki status setara. Kaum idealis politik, yan g dulun ya lebih ban yak diam pada level praktis, kin i kem bali m en aruh harapan besar. Politik bukan soal m an uver un tuk m erebut kekuasaan , tetapi sebagai upaya bersam a un tuk m en capai kem akm uran .