IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM PELAYANAN INFORMASI DAN PERIZINAN INVESTASI SECARA ELEKTRONIK (SPIPISE) DI KABUPATEN LEBAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM
PELAYANAN INFORMASI DAN PERIZINAN
INVESTASI SECARA ELEKTRONIK (SPIPISE)
DI KABUPATEN LEBAK

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh
DIDI ROSADI
NIM 6661121564

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Oktober 2016

PERNYATAAN ORISINALITAS


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Didi Rosadi

Nim

: 6661121564

Semester

: IX (Sembilan)

Program Studi

: Administrasi Negara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
SISTEM PELAYANAN INFORMASI DAN PERIZINAN INVESTASI SECARA
ELEKTRONIK (SPIPISE) DI KABUPATEN LEBAK adalah hasil karya saya

sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur
plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang,

Oktober 2016

Didi Rosadi

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama
NIM
Judul Skripsi

: Didi Rosadi
: 6661121564
: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM
PELAYANAN INFORMASI DAN PERIZINAN

INVESTASI SECARA ELEKTRONIK (SPIPISE) DI
KABUPATEN LEBAK

Serang, Oktober 2016
Skripsi ini Telah Disetujui untuk Disajikan
Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Dirlanudin, M.Si
NIP : 196109031987031001

Anis Fuad, M.Si
NIP : 198009082006041002

Mengetahui
Dekan Fisip Untirta


Dr. Agus Sjafari, M.Si
NIP : 197108242005011002

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: DIDI ROSADI
NIM
: 6661121564
Judul Skripsi : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM PELAYANAN
INFORMASI DAN PERIZINAN INVESTASI SECARA
ELEKTRONIK (SPIPISE) DI KABUPATEN LEBAK
Telah Diuji di Hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 21
Oktober 2016 dan dinyatakan LULUS.
Serang, 21 Oktober 2016
Ketua Penguji
Gandung Ismanto, MM
NIP. 197408072005011001

Anggota:
Dr. Suwaib Amiruddin, M.Si.
NIP. 197405012005011005
Anggota:
Anis Fuad, M.Si
NIP. 198009082006041002
Mengetahui,
Dekan Fisip Untirta

Ketua Program Studi
Ilmu Administrasi Negara

Dr. Agus Sjafari, M.Si
NIP. 197108242005011002

Listyaningsih, S.Sos, M.Si.
NIP. 197603292003122001

You’ll Never Walk Alone…


Skripsi ini kupersembahkan:
Untuk kedua orang tua,
dan seluruh Keluarga Besar yang tak pernah lelah
memotivasi ku disetiap langkah dan tulus
mencintaiku, terima kasih untuk segalanya.

ABSTRAK

Didi Rosadi. NIM. 6661121564. 2016. Implementasi Kebijakan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di
Kabupaten Lebak. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen
Pembimbing I, Dr. Dirlanudin, M.Si; Dosen Pembimbing II, Anis Fuad, M.Si.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) di bidang penanaman modal yang belum optimal, pelaksanaan pelayanan
perizinan yang mudah, cepat, tepat, transparan dan akuntabel yang belum optimal,
adanya pelayanan perizinan yang belum diintegrasikan dengan SPIPISE dan
kurangnya sosialisasi yang dilakukan mengenai penerapan SPIPISE serta metode
pelatihan dan pembinaan tentang SPIPISE kepada perusahaan PMDN dan PMA
yang belum efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

dan bagaimana implementasi SPIPISE di Kabupaten Lebak. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori implementasi kebijakan menurut Van Meter dan
Van Horn yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen
pelaksana, disposisi para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivitas
pelaksana, dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kombinasi model concurrent
embedded dengan metode kuantitatif sebagai metode primer dan kualitatif sebagai
metode sekunder. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 65 orang, dan sampel
yang digunakan adalah sampel jenuh. Adapun pemilihan informan menggunakan
purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis kuantitatif dan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan implementasi kebijakan SPIPISE di
Kabupaten Lebak mencapai angka 63,47% dari angka yang diharapkan yaitu 65%,
secara kualitatif berarti termasuk dalam kategori kurang baik. Saran peneliti dalam
penelitian ini yaitu peningkatan kompetensi dari pelaksana, penambahan jumlah
sarana dan prasarana, perbaikan fasilitas pendukung SPIPISE dan dilakukannya
sosialisasi menyeluruh dan intensif kepada seluruh penanam modal.
Kata kunci: Implementasi Kebijakan, Sistem Pelayanan, Perizinan Investasi

v


ABSTRACT

Didi Rosadi. NIM 6661121564. 2016. Policy Implementation of the Electronic
Service System of Investment Information and Licensing (SPIPISE) in Lebak
Regency. Major of Public Administration Science. The Faculty of Social Science
and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor, Dr.
Dirlanudin, M.Si; 2nd Advisor, Anis Fuad, M.Si.
This research was motivated by the implementation of One Stop Services (OSS) in
the field of investment which is not optimal, the licensing service implementation
which easy, fast, accurate, transparent and accountable is not optimal, the licensing
services that have not been integrated with SPIPISE and lack of socialization on
SPIPISE implementation and training and guidance methods on SPIPISE to
domestic and foreign companies that have not been effective. The objective of this
study is to know how much and how the implementation of SPIPISE in Lebak. The
theory was used in this research is policy implementation theory according to Van
Meter and Van Horn is the policy standards and objectives, the resources, the
characteristics of the implementers agencies, the disposition of implementers, interorganizational communication and enforcement activities, and the economic, social
and political conditions. This research is descriptive research with used model
combination of concurrent embedded with quantitative method as primary method

and qualitative method as secondary method. The population of this research is 65
people, and the sample is saturated samples. The selection of informants used
purposive sampling. The technique of collecting data used questionnaire,
observation, interview and documentation. Data analysis used quantitative and
qualitative analysis. The result of this research showed the implementation of
SPIPISE policy in Lebak reached 63,47% of the number was expectedist 65%, it
included in the unfavorable category quantitatively. The researcher suggestions in
this research are increasing of the implementer competence, adding the total of
facilities and infrastructures, improving support facilities of SPIPISE and doing a
thorough and intensive socialization to all investors.
Keywords: Policy Implementation, Service System, Investment Licensing

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dengan judul “implementasi kebijakan Sistem Pelayanan Informasi Dan
Perizinan Investasi Secara Elekrronik (SPIPISE) di Kabupaten Lebak”.

Hasil penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materiil. Maka dengan
ketulusan hati dan dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan
dan rasa hormat serta terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus dosen pembimbing akademik
peneliti selama menempuh jenjang S1 di Program Studi Ilmu Administrasi
Negara.
4. Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
vi

vii

5. Kandung Sapto Nugroho, M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih, S.Sos., M.Si, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Riswanda, Ph.D, Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Dr. Dirlanudin, M.Si, Dosen Pembimbing I yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap
bimbingan yang dilakukan selama ini.
9. Anis Fuad, M.Si, Dosen Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap bimbingan
yang dilakukan selama ini.
10. Ibu dan Bapak dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang senantiasa memberikan pengajaran yang baik dan ilmu
yang sangat bermanfaat.
11. Rukim, SE., M.Si, Kepala Bidang Data dan Pengaduan Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Lebak yang telah
membantu peneliti dalam mengerjakan tugas skripsi ini.
12. Atep Taupik Siregar, S.Kom, Tenaga IT bidang Penanaman Modal Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Lebak yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu peneliti menyelesaikan
skripsi ini.

viii

13. Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik serta Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah banyak membantu peneliti
dalam mengurus segala perijinan, surat-menyurat dan urusan akademik lainnya.
14. Untuk Keluarga saya yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta
doa yang selalu mengiringi tiap langkah saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Sahabat terdekat peneliti diantaranya Dodo, Damar, Disur, Fahmy, Restu,
Pradytia, Pangku, Haris, Rafli yang selalu ada dan selalu setia mendukung saya
dalam penulisan skripsi ini.
16. Dan tidak lupa Teman-teman Administrasi Negara Angkatan 2012 yang selalu
berjuang bersama-sama serta saling mendukung satu sama lain dalam
mengerjakan skripsi ini.
Akhirnya penulis tak berhenti mengucapkan syukur kepada Allah SWT,
karena atas ridho-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis
menyadari banyak ditemukan kekurangan dalam penyajian materi. Oleh karena itu
penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan masukan,
baik kritik maupun saran dari pembaca yang membangun.

Serang, Oktober 2016

Didi Rosadi
NIM. 6661121564

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................
ABSTRAK ...............................................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2

Identifikasi Masalah ....................................................................... 12

1.3

Batasan Masalah ............................................................................. 13

1.4

Rumusan Masalah........................................................................... 13

1.5

Tujuan Penelitian ............................................................................ 14

1.6

Manfaat Penelitian .......................................................................... 14

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS .. 16
2.1

Landasan Teori ............................................................................... 16

2.1.1 Kebijakan Publik ............................................................................ 17
2.1.2 Implementasi Kebijakan ................................................................. 20
ix

x

2.1.3 Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara
Elektronik (SPIPISE) ...................................................................... 35
2.1.4 Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing... 40
2.1.5 Pelayanan Perizinan Yang di Layani Menggunakan SPIPISE oleh
BPMPPT Lebak .............................................................................. 43
2.2

Penelitian Terdahulu ....................................................................... 50

2.3

Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................... 51

2.4

Hipotesis Penelitian ........................................................................ 56

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 57
3.1

Pendekatan dan Metode Penelitian ................................................. 57

3.2

Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 60

3.3

Lokasi Penelitian ............................................................................ 61

3.4

Variabel Penelitian ......................................................................... 61

3.4.1 Definisi Konsep .............................................................................. 61
3.4.2 Definisi Operasional ....................................................................... 62
3.5

Instrumen Penelitian ....................................................................... 65

3.5.1 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 68
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 68
3.5.3 Pengukuran Validitas Instrumen .................................................... 73
3.5.4 Pengujian Reliabilitas ..................................................................... 75
3.5.5 Uji Normalitas ................................................................................ 76
3.6

Populasi, Sampel dan Informan Penelitian ..................................... 77

3.6.1 Populasi .......................................................................................... 77

xi

3.6.2 Sampel ............................................................................................ 77
3.6.3 Informan ......................................................................................... 77
3.7

Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 78

3.7.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Kuantitatif ......................... 78
3.7.2 Uji T-test ......................................................................................... 79
3.7.3 Uji Pihak Kanan.............................................................................. 80
3.7.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif ........................... 81
3.7.5 Uji Keabsahan Data ........................................................................ 82
3.8

Jadwal Penelitian ............................................................................ 83

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 85
4.1

Deskripsi Obyek Penelitian ............................................................ 85

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak .............................................. 85
4.1.2 Sistem Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE) di Kabupaten Lebak ...................................................... 88
4.2

Pengujian Persyaratan Statistik ...................................................... 94

4.2.1 Uji Validitas Instrumen .................................................................. 95
4.2.2 Uji Reliabilitas ................................................................................ 97
4.2.3 Uji Normalitas ................................................................................ 99
4.3

Deskripsi Data .............................................................................. 100

4.3.1 Identitas Responden ...................................................................... 101
4.3.2 Analisis Data................................................................................. 104
4.4

Pengujian Hipotesis ...................................................................... 139

4.5

Interpretasi Hasil Penelitian.......................................................... 141

xii

4.6

Pembahasan .................................................................................. 142

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 164
5.1

Simpulan ....................................................................................... 164

5.2

Saran ............................................................................................. 166

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 167
LAMPIRAN ..............................................................................................................

DAFTAR TABEL

Halaman
TABEL 1 Daftar Pelayanan Perizinan yang Menggunakan SPIPISE ...... 9
TABEL 2.1 Model Implementasi Kebijakan Publik ................................. 33
TABEL 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .............................................. 63
TABEL 3.2 Skor Item-item Instrumen Penelitian ................................... 67
TABEL 3.3 Pedoman Wawancara Penelitian .......................................... 70
TABEL 3.4 Jadwal Penelitian .................................................................. 84
TABEL 4.1 Hasil uji validitas instrumen penelitian ................................ 96
TABEL 4.2 Case Processing Summary .................................................... 99
TABEL 4.3 Reliability Statistics .............................................................. 99
TABEL 4.5 One-Sample Statistics ........................................................... 140
TABEL 4.6 One-Sample Test ................................................................... 140

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
GAMBAR 2.1 Model Implementasi Kebijakan Smith ............................ 32
GAMBAR 2.3 Kerangka Berpikir ............................................................ 55
GAMBAR 3.1 Model concurrent embedded dengan metode kuantitatif
sebagai primer ................................................................. 58
GAMBAR 3.2 Analisis Data Miles & Huberman .................................... 81
GAMBAR 4.1 Ruang Lingkup SPIPISE .................................................. 89
GAMBAR 4.2 Matriks Layanan Subsistem-Subsistem SPIPISE ............. 91
GAMBAR 4.3 Grafik Uji Normalitas ....................................................... 99

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Halaman
DIAGRAM 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 101
DIAGRAM 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ........................... 102
DIAGRAM 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir . 103
DIAGRAM 4.4 Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan ........................ 105
DIAGRAM 4.5 Indikator Sumber Daya ................................................... 108
DIAGRAM 4.6 Indikator Karakteristik Agen Pelaksana ......................... 111
DIAGRAM 4.7 Indikator Sikap/Kecenderungan (Disposisi) Para Pelaksana
...................................................................................... 113
DIAGRAM 4.8 Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivtas
Pelaksana ......................................................................... 116
DIAGRAM 4.9 Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ....... 119

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN II

Angket/kuesioner dan Pedoman Wawancara

LAMPIRAN III

Matriks Hasil Penelitian

LAMPIRAN IV

Data Pendukung Penelitian

LAMPIRAN V

Dokumentasi Penelitian

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Investasi memegang peranan penting dalam menggerakkan pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Investasi dapat dilakukan oleh pemerintah
melalui anggaran pembiayaan pembangunan dan investasi swasta/masyarakat.
Investasi yang dilaksanakan pemerintah terutama untuk mendorong penciptaan
iklim usaha yang kondusif, penyediaan sarana dan prasarana, serta pemberdayaan
ekonomi rakyat. Sedangkan investasi swasta/masyarakat baik yang berupa
penanaman modal asing maupun penanaman modal dalan negeri, dilaksanakan
terutama untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal menjadi kekuatan
ekonomi riil yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi, membuka kesempatan
kerja, serta menunjang pendapatan daerah.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa iklim investasi mencerminkan
sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk kesempatan
dan insentif bagi pemilik modal untuk melakukan usaha atau investasi secara
produktif dan berkembang. Lebih konkritnya lagi, iklim usaha atau investasi yang
kondusif adalah iklim yang mendorong seseorang melakukan investasi dengan
biaya dan resiko serendah mungkin di satu sisi, dan bisa menghasilkan keuntungan
jangka panjang setinggi mungkin.
Naiknya peringkat investasi Indonesia ke level investment grade
zone dengan outlook positif dan stabil yang disematkan oleh sejumlah lembaga
1

2

pemeringkat internasional seperti The Fitch, Moodys, S&P, merupakan modal bagi
kesinambungan pembangunan di masa mendatang. Indonesia kini di mata dunia
menjadi destinasi investasi utama di tengah perlambatan ekonomi global sejak
2008. (Sumber: Investasi dan Perekonomian Indonesia, setkab.go.id, diakses
tanggal 26 Maret 2016).
Menariknya perekonomian nasional di tengah perlambatan ekonomi dunia
mendorong para investor global untuk berinvestasi ke Indonesia. Realisasi investasi
dalam 2 (dua) tahun terakhir tercatat melampaui target yang ditetapkan pemerintah.
Tahun 2012 realisasi investasi sebesar Rp.313 triliun dan tahun 2013 sebesar Rp
398,6 triliun. Pada triwulan 1 -2014, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
menyampaikan data realisasi investasi yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 106,6
triliun atau naik 14,6% dari periode yang sama tahun lalu. Pemerintah menargetkan
investasi yang masuk pada tahun 2014 sebesar Rp 456,6 triliun. (Sumber: Investasi
dan Perekonomian Indonesia, setkab.go.id, diakses tanggal 26 Maret 2016).
Menguatnya prospek ekonomi nasional dengan stabilitas yang terjaga,
menjadi faktor yang menarik bagi para investor global untuk berinvestasi ke
Indonesia. Indonesia saat ini menjadi negara destinasi investasi utama yang menarik
di saat sebagian besar negara berkembang lainnya menghadapi kontraksi ekonomi.
Bahkan Jepang untuk pertama kalinya menempatkan Indonesia sebagai destinasi
investasi utama menggeser Tiongkok yang selama ini dijadikan tujuan utama
investor Jepang. (Sumber: Investasi dan Perekonomian Indonesia, setkab.go.id,
diakses tanggal 26 Maret 2016).

3

Dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif maka kualitas
pelayanan perizinan penanaman modal merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan meningkatnya investasi di daerah. Dengan pelayanan yang sederhana
pasti akan memberi nilai tambah dan daya tarik tersendiri bagi para investor untuk
menanamkan modalnya. Pemerintah telah membuat beberapa regulasi dalam
rangka penanaman modal dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal dan beberapa peraturan lainnya berkaitan Penanaman
Modal yang semuanya mengarah kepada upaya peningkatan investasi.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan posisi Indonesia dalam
hal kemudahan berinvestasi ini adalah dengan membentuk Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009. Dibentuknya
PTSP ini karena dari hasil survey Badan Koordinasi Penanaman Modal, Indonesia
masih tertinggal jauh dalam hal lamanya waktu yang dibutuhkan untuk sebuah
proses mendapatkan izin usaha dan banyaknya pos (meja) yang harus dilalui oleh
investor.
Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi di Indonesia, proses
pelayanan perizinan penanaman modal semakin efektif dengan dukungan egovernment. Oleh karena itu pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) mengembangkan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan
Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di berbagai daerah yang menerapkan PTSP,
salah satunya adalah Kabupaten Lebak, sebagai upaya untuk meningkatkan
sinergitas daerah dengan Pemerintah Pusat dalam hal kemudahan berinvestasi.

4

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor
14 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara
Elektronik bahwa SPIPISE adalah sistem pelayanan Perizinan dan Nonperizinan
yang terintegrasi antara BKPM dengan Kementerian/LPNK yang memiliki
kewenangan Perizinan dan NonPerizinan, Perangkat Daerah Provinsi di bidang
Penanaman Modal (PDPPM) dan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dibidang
Penanaman Modal (PDKPM). SPIPISE bertujuan untuk mewujudkan:
a. Penyelenggaraan PTSP sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang
Penanaman Modal;
b. Pelayanan perizinan dan nonperizinan yang mudah, cepat, tepat,
transparan, dan akuntabel;
c. Integrasi data dan pelayanan perizinan dan nonperizinan;
d. Keselarasan kebijakan dalam pelayanan penanaman modal antarsektor
dan pusat dengan daerah.
Pelayanan SPIPISE ini memudahkan investor untuk melakukan pengurusan
perizinan secara simpel, murah, efisien, dan predictable. SPIPISE juga merupakan
sistem informasi yang dibangun untuk memberikan kemudahan, menciptakan
transparansi dan kepastian hukum bagi investor. Pemohon (investor) dapat
mengurus perizinan mereka dengan perangkat teknologi tanpa perlu bersentuhan
langsung dengan petugas pelayanan. Selain itu, SPIPISE juga memberikan
kemudahan bagi petugas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk melakukan

5

validasi dan mendapatkan data dalam memproses permohonan penanaman modal
yang menjadi kewenangan PTSP.
Pemerintah Kabupaten Lebak melalui Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) telah terkoneksi dengan BKPM dalam
pelayanan perizinan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman
Modal Asing (PMA). Sehingga setiap pelayanan perizinan PMDN dan PMA di
Lebak, sejak tahap pengajuan hingga penerbitan dapat dipantau prosesnya oleh
BKPM secara langsung (real time).
Selama ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak berkomitmen untuk
mendatangkan investor baik domestik maupun mancanegara terlebih dengan
adanya pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asia Tenggara atau MEA. Kehadiran
investor tentu berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan
asli daerah (PAD) dan penyerapan lapangan pekerjaan. Karena itu, Pemerintah
Daerah Kabupaten Lebak terus mengoptimalkan promosi agar Kabupaten Lebak
menjadikan daerah investasi yang kondusif dan aman.
Disamping itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia
(BKPM RI) tahun 2015 menetapkan Kabupaten Lebak sebagai pilot project
pemetaan investasi nasional di Provinsi Banten. Terpilihnya Kabupaten Lebak
tersebut lantaran dalam dua tahun terakhir berhasil meningkatkan investasi, baik
Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
(Sumber: http://bpmppt.lebakkab.go.id/, diakses tanggal 26 Maret 2016).
Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang
dilaporkan oleh perusahanaan baik baik Penanaman Modal Asing (PMA) atau

6

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), realisasi nilai investasi di Kabupaten
Lebak hingga 2016 menembus Rp17,156 triliun melalui Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) izin prinsip Rp1,359 triliun, dan Penanaman Modal Asing (PMA)
izin prinsip Rp9,136 triliun, PMA izin usaha Rp4,459 miliar serta Non Fasilitas Rp
6,660 triliun. (Sumber: http://bpmppt.lebakkab.go.id/, diakses tanggal 26 Maret
2016).
Walaupun kondisi iklim investasi di Kabupaten Lebak terbilang kondusif,
dalam kenyataannya masih ada beberapa permasalahan dalam pengimplementasian
SPIPISE pada perusahaan PMDN dan PMA yang terdapat di Kabupaten Lebak,
yang mana sebagai tantangan yang harus di hadapi untuk memperbaiki kualitas
pelayanan yang akan datang, itu semua terlihat pada penjelasan berikut ini.
Pertama, penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang
penanaman modal yang belum optimal. Menurut Peraturan Presiden Nomor 97
tahun 2014 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang
selanjutnya disingkat PTSP adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu
kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap penyelesaian
produk pelayanan melalui satu pintu. Berdasarkan hasil observasi lapangan, peneliti
menemukan bahwa pelayanan perizinan di Kabupaten Lebak tidak sepenuhnya
diakomodasi oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Lebak, melainkan ada sebagian perizinan yang di layani oleh
dinas/instansi terkait. Salah satunya adalah dinas kelautan dan perikanan Kabupaten
Lebak, dimana berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Oni Maelani, Spi,
selaku Kasi Konservasi dan Pengendalian Sumber Daya Perikanan mengatakan

7

bahwa dinas kelautan dan perikanan masih memproses pelayanan perizinan yakni
Surat Izin Usaha Perikanan dengan cara manual dan bukan menggunakan perizinan
elektronik. (Sumber: Hasil wawancara tanggal 30 Agustus 2016, pukul 09.30 di
Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak). Hal tersebut juga di
konfirmasi oleh Bapak Atep Taupik Siregar, S.Kom, selaku tenaga IT pada bidang
penanaman modal di BPMPPT Kabupaten Lebak yang mengatakan bahwa
pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu di Lebak memang belum optimal, masih
ada pelayanan perizinan yang dikeluarkan oleh dinas teknis terkait, yang mana
seharusnya semua pelayanan perizinan sudah dilayani di BPMPPT Lebak. Oleh
sebab itu, pihak BPMPPT Lebak terus berupaya secara bertahap untuk mewujudkan
pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di Kabupaten Lebak agar optimal sesuai
dengan aturan yang berlaku. (Sumber: Hasil wawancara tanggal 31 Agustus 2016,
pukul 10.00 di Kantor BPMPPT Kabupaten Lebak).
Hal tersebut tentunya menjadi penghambat bagi perkembangan iklim
investasi di Kabupaten Lebak, karena menurut Peraturan Presiden Nomor 97 tahun
2014 pasal 2 berbunyi “PTSP bertujuan: (a) memberikan perlindungan dan
kepastian hukum kepada masyarakat; (b) memperpendek proses pelayanan; (c)
mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan
terjangkau; dan (d) mendekatkan dan memberikan pelayanan yang lebih luas
kepada masyarakat”. Perizinan yang masih diurus oleh dinas teknis terkait tentunya
tidak sederhana seperti pelayanan yang diurus oleh BPMPPT yang mana akan
membutuhkan waktu yang lama dan belum lagi penanam modal harus mengurus
izin yang lainnya yang juga memakan waktu.

8

Kedua, belum optimalnya pelaksanaan pelayanan perizinan yang mudah,
cepat, tepat, transparan dan akuntabel. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 97
tahun 2014 pasal 2 poin (c) berbunyi “PTSP bertujuan: mewujudkan proses
pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan terjangkau; serta dalam
Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 14 tahun 2009 pasal 3 poin b berbunyi
“SPIPISE, bertujuan untuk mewujudkan pelayanan perizinan dan non perizinan
yang mudah, cepat, tepat, transparan dan akuntabel”. Berdasarkan obeservasi
lapangan, peneliti menemukan bahwa pelayanan perizinan dan non perizinan
menggunakan SPIPISE belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan adanya SPIPISE
tersebut, yakni penggunaan SPIPISE belum sepenuhnya diketahui oleh semua
penanam modal yang ada di Kabupaten Lebak, dan juga terbatasnya akses untuk
masyarakat umum dalam melihat informasi dalam SPIPISE. Hal ini berdasarkan
wawancara dengan Bapak Atep Taupik Siregar, S.Kom, selaku tenaga IT pada
bidang penanaman modal di BPMPPT Kabupaten Lebak yang mengatakan bahwa
penerapan SPIPISE di Kabupaten Lebak belum dilakukan secara maksimal, hal ini
dikarenakan penggunaan SPIPISE masih menemui beberapa kendala diantaranya
server dan bandwidth yang sering bermasalah sehingga dalam memproses perizinan
kurang cepat. (Sumber: Hasil wawancara tanggal 10 Mei 2016, pukul 09.30 di
Kantor BPMPPT Kabupaten Lebak). Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa
transparansi dalam hal keterbukaan informasi mengenai adanya penerapan SPIPISE
di Kabupaten Lebak belum terwujud, hal ini dibuktikan bahwa informasi mengenai
SPIPISE belum dimasukkan kedalam website BPMPPT Lebak.

9

Ketiga, masih adanya izin-izin yang belum terintegrasi dengan SPIPISE.
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Lebak
selaku badan yang melayani penanaman modal dan perizinan daerah mulai
terbentuk tahun 2013 dan langsung menerapkan SPIPISE dalam kegiatan
penanaman modalnya. Berikut adalah izin – izin yang dilayani oleh BPMPPT yang
menggunakan SPIPISE:
Tabel 1
Daftar Pelayanan Perizinan yang Menggunakan SPIPISE
No.
1
2
3

Perizinan yang dilayani
Izin Prinsip Penanaman Modal
Izin Usaha Untuk Berbagai Sektor Usaha
Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal
Izin Usaha Perluasan Untuk Berbagai Sektor
4
Usaha
5 Izin Prinsip Perbahan Penanaman Modal
Izin Usaha Perubahan Untuk Berbagai Sektor
6
Usaha
Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan
7
Penanaman Modal
Izin Usaha Penggabungan Perusahaan
8 Penanaman Modal Untuk Berbagai Sektor
Usaha
9 Surat Izin Usaha Perdagangan
10 Izin Usaha Industri
Sumber: BPMPPT Kabupaten Lebak, 2016.

Lamanya Proses
3 hari kerja
7 hari kerja
3 hari kerja
7 hari kerja
5 hari kerja
5 hari kerja
10 hari kerja
7 hari kerja
3 hari kerja
6 hari kerja

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ada 10 pelayanan perizinan
yang menggunakan SPIPISE, namun dalam kenyataannya hanya 6 pelayanan
perizinan yang menggunakan SPIPISE yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 7, dan 8, sedangkan
nomor 2,6, 9 dan 10 belum diintegrasikan dengan SPIPISE. Berdasarkan observasi
dari peneliti, untuk nomot 2 dan 6 layanan tersebut belum sepenuhnya di akomodir
oleh BPMPPT melainkan masih dilayani oleh dinas teknis terkait. Seharusnya

10

semua pelayanan izin usaha untuk berbagai sektor usaha dan izin usaha perubahan
untuk berbagai sektor usaha sudah diintegrasikan dengan SPIPISE. Untuk nomor 9
dan 10, menurut Bapak Atep Taupik Siregar, S.Kom, selaku tenaga IT pada bidang
Penanaman Modal di BPMPPT Kabupaten Lebak menjelaskan bahwa seharusnya
semua perizinan dengan nilai investasi diatas 500 juta rupiah sudah diintegarsikan
dengan SPIPISE. Namun dalam kenyataannya, untuk perizinan nomor 9 dan 10,
meskipun nilai investasi di atas 500 juta tetapi masih belum dimasukkan kedalam
SPIPISE, hal ini terjadi karena masih adanya kekurangan-kekurangan fasilitas
pendukung, maka izin tersebut belum diintegrasikan dengan SPIPISE. (Sumber:
Hasil wawancara tanggal 10 Mei 2016, pukul 09.30 di Kantor BPMPPT Kabupaten
Lebak).
Hal ini tentunya belum sesuai dengan Perka BKPM RI Nomor 14 Tahun
2009 pasal 3 poin (c) yang menjelaskan bahwa SPIPISE bertujuan untuk
mewujudkan “integrasi data dan pelayanan perizinan dan non perizinan”. Selain itu
juga hal ini belum sesuai dengan Perka BKPM RI Nomor 5 Tahun 2013 pasal 22
ayat 2 yang berbunyi: “Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dengan total nilai investasi mulai dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) izinnya harus diproses menggunakan SPIPISE”.
Keempat, kurangnya sosialsisasi yang dilakukan mengenai penerapan
SPIPISE di Kabupaten Lebak. Sosialisasi tentang SPIPISE merupakan hal yang
sangat penting dilakukan, karena dalam penerapan SPIPISE pada perusahaan
PMDN dan PMA harus mengetahui betul bahwa BPMPPT Kabupaten Lebak telah
menggunakan pelayanan perizinan dan pelaporan kegiatan penanaman modal

11

secara online melalui SPIPISE tersebut. Menurut Bapak Atep Taupik Siregar,
S.Kom, selaku tenaga IT pada bidang penanaman modal di BPMPPT Kabupaten
Lebak mengatakan bahwa sosialsiasi tentang SPIPISE pada perusahaan PMDN dan
PMA di Kabupaten Lebak memang masih kurang, sosialisasi mengenai SPIPISE
pada perusahaan PMDN dan PMA yang ada di Kabupaten Lebak dilakukan satu
tahun sekali yang pelaksanaannya pada pertengahan tahun padahal BPMPPT
sendiri selaku badan yang berwenang di bidang penanaman modal telah melakukan
usulan untuk sosialisasi dilakukan 3 – 4 kali dalam satu tahun, namun yang di
akomodir oleh BKPM Pusat hanya satu tahun sekali. (Sumber: Hasil wawancara
tanggal 10 Mei 2016, pukul 09.30 di Kantor BPMPPT Kabupaten Lebak).
Kelima, belum efektifnya metode pelatihan dan pembinaan tentang
SPIPISE bagi pengguna layanan SPIPISE di Kabupaten Lebak. Pelatihan dan
pembinaan tentang SPIPISE merupakan hal yang sangat penting dilakukan, karena
dalam penerapan SPIPISE pada perusahaan PMDN dan PMA harus memahami
betul tentang cara penggunaan dan pelaporan kegiatan penanaman modal secara
online melalui SPIPISE tersebut. Menurut Bapak Atep Taupik Siregar, S.Kom,
selaku tenaga IT pada bidang penanaman modal di BPMPPT Kabupaten Lebak
mengatakan bahwa pelatihan dan pembinaan tentang SPIPISE pada perusahaan
PMDN dan PMA di Kabupaten Lebak memang belum efektif, hal ini terjadi karena
pengetahuan perusahaan baik PMDN maupun PMA tentang SPIPISE masih
kurang, sehingga pelatihan dan pembinaan belum efektif. Belum efektifnya
pelatihan dan pembinaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah
pelatihan dan pembinaan dilakukan secara bersamaan dengan sosialisasi terkait

12

penanaman modal di Kabupaten Lebak dan juga tidak tersedianya sarana dan
prasarana untuk menunjang pelatihan dan pembinaan tersebut. (Sumber: Hasil
wawancara tanggal 10 Mei 2016, pukul 09.30 di Kantor BPMPPT Kabupaten
Lebak).
Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan perusahaan
tersebut tentang bagaimana penggunaan SPIPISE sebagai penunjang untuk
berinvestasi di Kabupaten Lebak. Selain itu juga, hal tersebut belum sesuai dengan
Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 14 Tahun 2009 Pasal 10 Ayat 2 poin C yang
berbunyi: “pelatihan penggunaan SPIPISE kepada SDM yang akan menggunakan
SPIPISE”. Pasal 10 ayat 2 poin (c) tersebut menjelaskan bahwa setiap SDM yang
akan menggunakan SPIPISE harus mengikuti pelatihan penggunaan SPIPISE.
Berdasarkan latar belakang tersebut pemerintah yang bersangkutan
diharapkan peka melihat kondisi yang terjadi dilingkungan kegiatan investasi,
permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam penerapan SPIPISE di
Kabupaten Lebak diharapkan dapat diatasi dengan baik, dengan latar belakang yang
telah saya paparkan, maka peneliti tertarik dan berinisiatif guna melakukan
penelitian mengenai “implementasi kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan
Perizinan Investasi Secara Elektronik di Kabupaten Lebak”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah,

maka

peneliti

mencoba

mengidentifikasikan permasalahan yang terkait dengan Implementasi Kebijakan
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik di

13

Kabupaten Lebak yang mulai diterapkan sejak tahun 2013 memiliki beberapa
permasalahan yang dapat di kerucutkan sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang
penanaman modal yang belum optimal.
2. Belum optimalnya pelaksanaan pelayanan perizinan yang mudah, cepat,
tepat, transparan dan akuntabel.
3. Masih ada perizinan yang belum dintegrasikan dengan SPIPISE.
4. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan mengenai penerapan SPIPISE.
5. Metode pelatihan dan pembinaan mengenai SPIPISE kepada
perusahaan PMDN dan PMA di Kabupaten Lebak yang belum efektif.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah dan agar
penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan dan manfaat. Maka penelitian ini
terfokus pada objek penelitian yaitu implementasi kebijakan Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Kabupaten
Lebak.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar implementasi kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan
Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Kabupaten Lebak?

14

2. Bagaimana implementasi kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan
Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Kabupaten Lebak?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan esensi dasar dari sebuah penelitian, dan
menjadi faktor pendorong bagi para peneliti untuk melakukan penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui seberapa besar implementasi kebijakan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE) di Kabupaten Lebak.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di
Kabupaten Lebak.
1.6 Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat dari penelitian merupakan dampak dari tercapainya
tujuan penelitian. Bila tujuan penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat
terjawab secara akurat, maka penelitian ini dapat menghasilkan informasi yang
berguna atau memiliki kegunaan.
Secara lebih detail, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Secara teoritis

15

a. Untuk mengembangkan teori yang sudah diperoleh selama dalam
perkuliahan.
b. Sebagai bahan pemahaman untuk penelitian berikutnya.
c. Untuk memberikan pengaruh yang positif bagi seluruh mahasiswa,
khususnya peneliti agar termotivasi untuk meningkatkan kualitas belajar
dan memberikan wawasan yang lebih luas lagi.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah
Daerah pada umumnya dan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Republik Indonesia khususnya selaku pihak yang berwenang dalam
urusan investasi dan pelayanan perizinan untuk dapat meningkatkan
investasi melalui pelaksanaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan
Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori
Teori Teori dalam ilmu administrasi negara mempunyai peranan yang sama
dengan teori yang ada dalam bidang ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk
menjelaskan dan panduan dalam penelitian seperti yang dikemukakan oleh Hoy dan
Miskel (Sugiyono, 2007: 55): “Theory is a set of interrelated concepts,
assumptions, and generalizations that systematically describes and explains
regularities in behaviour in organizations”. Berdasarkan hal tersebut, teori
didefinisikan sebagai perangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai
organisasi baik organisasi formal maupun organisasi informal.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat kegunaan teori
di dalam penelitian menurut Sugiyono (2007: 55-56), yaitu:
1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi, dan generalisasi yang logis.
2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi
perilaku yang memiliki keteraturan.
3. Teori sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan
pengetahuan.
4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.
Deskripsi teori adalah teori-teori yang dianggap paling relevan untuk
menganalisis objek penelitian. Landasan ini dimaksudkan untuk memberi jawaban
atas pertanyaan dalam rumusan masalah sebelumnya. Untuk menjawab rumusan

16

17

masalah tersebut perlu membedah kembali tentang beberapa konsep yang telah
diklarifikasikan oleh penulis.
Dalam penelitian ini, peneliti mengklarifikasikan teori ke dalam beberapa
teori yaitu, Teori Kebijakan Publik, Teori Implementasi Kebijakan Publik.
Kemudian menjelaskan mengenai deskripsi gambaran Sistem Pelayanan Informasi
dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).
2.1.1

Kebijakan Publik
Dalam melaksanakan agenda dari suatu pemerintahan, maka diperlukan

sebuah program yang mampu diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan
bernegara. Agenda tersebut dapat menghasilkan sebuah gagasan yang kemudian
menjadi sebuah program yang dapat dilaksanakan oleh para stakeholder. Pada
akhirnya program itu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang
dimaksud dengan agenda publik tersebut adalah kebijakan publik.
Kebijakan publik tidak serta merta dapat diimplementasikan langsung, tentu
harus ada rumusan-rumusan gagasan yang kemudian di formulasikan ke dalam
suatu tindakan (program). Karena di dalam perumusan tersebut, setiap orang atau
sekelompok orang yang ada di dalam pemerintahan memiliki pandangan dan
pemahaman yang berbeda mengenai kebijakan publik. Begitu pula ketika kebijakan
publik itu dapat dilaksanakan, juga tergantung kepada orang atau sekelompok orang
memahami kebijakan tersebut.
Kata ‘kebijakan’ disepadankan dengan kata kata bahasa inggris ‘policy’
yang dibedakan dari kata kebijaksanaan (wisdom) maupun ‘kebajikan’ (virtues)
(Suharto, 2006: 7). Sedangkan pengertian kebijakan publik itu sendiri menurut

18

Nugroho (2012: 119) mengatakan kebijakan publik adalah segala sesuatu yang
dikerjakan pemerintah, mengapa mereka lakukan dan hasil yang membuat sebuah
kehidupan bersama tampil berbeda. Fredrich (Agustino, 2008: 7) menjelaskan
bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan
(kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang yang dimaksud atau merealisasikan
suatu sasaran atau maksud tertentu. Nugroho (2012: 143) menjelaskan keputusan
yang dibuat oleh negara, sebagai startegi untuk merealisasikan tujuan dari negara.
Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal,
memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang dicitacitakan.
Dengan demikian, kebijakan publik adalah sebuah fakta strategis daripada
sebuah fakta politis ataupun teknis. Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan publik
sudah terangkum preferensi-preferensi politis dari para aktor yang terlibat dalam
proses kebijakan, khususnya pada proses perumusan. Fokus utama kebijakan publik
dalam negara modern adalah pelayanan publik.
Dalam rangka menyeimbangkan peran negara yang mempunyai kewajiban
menyediakan pelayanan publik dengan hak untuk menarik pajak dan retribusi, dan
pada sisi lain menyeimbangkan berbagai kelompok dalam masyarakat dengan
berbagai kepentingan serta mencapai amanat konstitusi. Dimana pemerintah yang
baik (good governance) sangat penting dibutuhkan untuk membuat kebijakan-

19

kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber daya alam yang adil. Intervensi negara
harus lebih difokuskan pada bidang pelayanan umum, seperti pemberian pelayanan
kesehatan. Adapun definisi kebijakan publik adalah sebagai berikut menurut Chief
J.O (Abdul Wahab, 2005: 5) adalah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada
tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang saling berkaitan
yang mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat.
Kebijakan publik adalah fakta strategis daripada fakta politis ataupun teknis.
Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensipreferensi politik dari para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya
pada proses perumusan.
Kebijakan publik merupakan keputusan politis yang dikembangkan oleh
badan dan pejabat pemerintah. Karena itu karakteristik khusus dari kebijakan publik
adalah bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan oleh apa yang disebut Easton
(Agustino, 2006: 42) sebagai “otoritas” dalam sistem politik yaitu; “para senior,
kepala tertinggi, eksekutif, legislatif, para hakim, administrator, penasehat raja, dan
sebagainya”.
Dari beberapa pengetian yang telah dijelaskan oleh beberapa pakar
kebijakan publik di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan
serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana kebijakan
yang mengupayakan baik tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan
tersebut. Kebijakan publik lebih menitikberatkan pada masalah publik (masyarakat)
dan permasalahan lainnya. Keputusan-keputusan dalam kebijakan publik berupaya
untuk mensejahterakan masyarakat.

20

2.1.2 Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno
(2007: 101-102), menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah:
“Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat
administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan tehnik
yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih
dampak atau tujuan yang diinginkan”.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa implementasi kebijakan merupakan
pelaksanaan kegiatan administrasif yang legitimasi hukumnya ada. Pelaksanaan
kebijakan melibatkan berbagai