IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDELEGASIAN KEWENANGAN IZIN REKLAME KEPADA KEPALA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA PADANGSIDIMPUAN

KOTA PADANGSIDIMPUAN

Ade Reskanna

KP2T Kota Padangsidimpuan e-mail: ade_reskanna@rocketmail.com

Abstrak

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelengaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, maka untuk mewujudkan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan izin reklame di Kota Padangsidimpuan, Pemerintah Kota Padangsidimpuan telah membuat kebijakan pendelegasian kewenangan walikota kepada kepala kantor pelayanan perizinan terpadu Kota Padangsidimpuan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan, faktor-faktor hambatan, serta upaya-upaya KP2T dalam mengimplementasikan kebijakan pendelegasian kewenangan izin reklame kepada Kepala KP2T. Penggunaan model konseptual sebagai panduan untuk menganalisis adalah menggunakan teori Edwards III yang terkenal dengan model “direct and indirect impact on implementation”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang berusaha untuk memahami masalah berdasarkan fakta tentang kenyataan yang berada pada lokus penelitian melalui teknik triangulasi data dengan informan sebanyak 13 orang, telaahan dokumen yang relevan dan pengamatan non partisipan.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Pendelegasian Kewenangan, Pelayanan Perizinan

Implementation of Billboard Permit Authority Delegation Policy to the Head of Integrated Licensing

Service Office of Padangsidimpuan City Abstract

In accordance with the Interior Ministry Regulation No. 24 Year 2006 on Guidelines for One Stop Service Implementation, to simplify service procedures for billboard permit, Padangsidimpuan City Government has issued a policy delegating authority from the Mayor to the head of Integrated Licensing Service Office.

This research aimed to analyze the policy implementation, constraints, and efforts KP2T did to implement the billboard permit authority delegation policy to the head of Integrated Licensing Service Office. In analysis, it

adopted Edwards III’s theory of "direct and indirect impact on implementation" as the conceptual model.

This research employed a descriptive qualitative method to portray the problem based on the factual reality in the research locus through data triangulation technique to 13 informants, documentary reviews, and non- participant observation.

Key Words: Policy Implementation, Delegation Policy, Licensing Service

A. PENDAHULUAN

Kota Padangsidimpuan telah membentuk organisasi perangkat daerah yang memberikan

Salah satu langkah yang dilakukan oleh bentuk layanan terpadu melalui Peraturan pemerintah untuk mewujudkan penyederhanaan Daerah (Perda) Nomor: 07 Tahun 2010 penyelenggaraan pelayanan adalah melalui tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor kebijakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T) (Permendagri) Nomor: 24 Tahun 2006 tentang Kota Padangsidimpuan yang diharapkan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Pemerintah Kota (Pemko) Padangsidimpuan Satu Pintu. Pasal 1 ayat 11 menyatakan bahwa mampu meningkatkan keterpaduan pelayanan penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu masyarakat di bidang perizinan yang bersifat adalah kegiatan penyelenggaraan perijinan lintas sektor. Untuk meningkatkan kualitas dan non perijinan yang proses pengelolaannya pelayanan yang efektif dan efisien serta mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap berorientasi kepada kebutuhan publik yang terbitnya dokumen dilakukan dalam satu bermutu dan akuntabel, sebagaimana yang tempat.

tertuang dalam Rencana Strategis KP2T 2013-2017, pelayanan yang diselenggarakan berorientasi KP2T memiliki visi “Terwujudnya Pelayanan

kepada kebutuhan dan tuntutan masyarakat Perizinan yang Mudah, Berkualitas dan Transparan

melalui pengembangan penyelenggaraan menuju Pelayanan Prima“. Dengan demikian,

Pelayanan Perizinan Terpadu.

Tabel 1. Tujuan Dan Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kp2t Kota

Padangsidimpuan 2013-2017

Target Kinerja Sasaran Pada Tahun 2013-2017 (%) No

Tujuan

Sasaran

Kondisi Penyusunan

1 Mempermudah Perizinan

Terciptanya situasi yang

melaui Pelayanan Perizinan kondusif bagi masuknya

investasi ke daerah

Padangsidimpuan

2 Melakukan promosi tentang Terciptanya situasi yang potensi ekonomi Kota

kondusif bagi masuknya

P.Sidimpuan

investasi ke daerah

Padangsidimpuan

3 Pengembangan lingkungan

Terwujudnya daya

40 60 70 85 90 100 usaha

yang kondusif bagi dunia

duung pengembangan

usaha

Sumber: Renstra 2013-2017 KP2T Kota Padangsidimpuan.

Untuk memenuhi ketentuan Pasal 10 ayat 1 Padangsisimpuan. Pemasangan reklame pada Perda Kota Padangsidimpuan Nomor: 07 Tahun

berbagai lokasi dilakukan oleh berbagai pihak 2010 melalui Peraturan Walikota (Perwal)

dengan tujuan mempromosikan sesuatu. Nomor: 04 Tahun 2012 tentang Pendelegasian

Bentuknya mulai dari papan tanda, umbul- Sebagian Kewenangan Perizinan dan Non

umbul, logo, dan simbol-simbol lainnya yang Perizinan Kepada Kepala Kantor Pelayanan

menunjukkan kepemilikan, status, kelompok Perizinan Terpadu Kota Padangsidimpuan,

persatuan, barang dan jasa, serta sopan-santun. Walikota mendelegasikan kewenangannya kepada Kepala KP2T Kota Padangsididmpuan untuk mengeluarkan izin sebanyak 29 izin salah satunya adalah izin reklame. Sebagaimana Bab

II Pasal 3 Perwal No. 04 Tahun 2012, ruang lingkup pendelegasian kewenangan perizinan dan non perizinan adalah:

Gambar 1. Grafik Izin Reklame Yang Diterbitkan (1) Pendelegasian sebagian kewenangan per-

Tahun 2013 S/D Juli 2014 izinan dan non perizinan sebagaimana di-

Pada tahun 2013, izin reklame yang maksud dalam Pasal 2, meliputi: diterbitkan adalah reklame jenis; Baliho/Banner

a. penerbitan; sebanyak 15 izin, Kain/Stiker/Pengecatan

b. penandatanganan; dan sebanyak 16 izin, dan Bill Board/Soft Sign/

c. penarikan retribusi. Neon Box sebanyak 17 izin. Sedangkan pada

(2) Penandatanganan sebagaimana dimaksud tahun 2014 sampai dengan 24 Juli, KP2T telah pada ayat (1) huruf b ditandatangani oleh

menerbitkan izin reklame jenis; Baliho/Banner Kepala KP2T atas nama Walikota.

sebanyak 10 izin, Kain/Stiker/Pengecatan Bab I Pasal 1 point 33:

sebanyak 4 izin, dan Bill Board/Soft Sign/Neon “Izin yang dikeluarkan kepada Badan, Pribadi atau

Box sebanyak 15 izin. Berdasarkan gambar 1, Perusahaan yang memakai dan menyelenggarakan

untuk jenis reklame; berjalan pada kenderaan, kegiatan yang berdampak kepada masyarakat

selebaran, stiker, dan reklame udara belum dengan menggunakan reklame meliputi reklame

pernah dikeluarkan izin atas pemasangan papan/bilboard/, video tran/mega tran, kain, stiker,

reklame, akan tetapi dapat ditemukan terpasang selebaran, reklame berjalan pada kendaraan udara,

di wilayah Kota Padangsidimpuan. film/slide serta perorangan.”

Pada pelaksanaannya, kebijakan pen- Reklame merupakan salah satu alat

delegasian wewenang izin reklame kepada komunikasi visual di wilayah Pemko

Kepala KP2T Kota Padangsidimpuan belum Kepala KP2T Kota Padangsidimpuan belum

pajak reklame terhitung Tahun Anggaran pengurusan izin oleh pemohon yang harus

2010 s/d 2013 belum memberikan kontribusi memenuhi dan mengurus sendiri semua

yang baik terhadap peningkatan PAD melalui persyaratan untuk dapat diproses oleh KP2T.

pajak reklame. Laporan keuangan tersebut Seperti; surat pernyataan tidak keberatan

menunjukkan bahwa persentase capaian target dari masyarakat sekitar lokasi yang diketahui

pajak reklame sejak tahun 2010 sampai dengan Lingkungan, Lurah/Kepala Desa dan Camat,

tahun 2013 belum pernah mencapai target Surat izin pemakaian lahan ruang milik jalan

minimal 80%.

dari Pemerintah Daerah untuk tanah milik/ dikuasai pemerintah daerah, pembuatan denah

B. LANDASAN TEORITIS

lokasi pemasangan reklame, dan pembayaran Implementasi kebijakan pada prinsipnya pajak reklame ke DPPKAD. Kondisi tersebut adalah cara agar sebuah kebijakan dapat dikarenakan belum efektifnya komunikasi mencapai tujuannya. Dalam hal ini, kebijakan antar pelaksana kebijakan yang ditunjukkan dimaksud adalah implementasi pendelegasian ketidakterlibatan anggota tim teknis survei kewenangan izin reklame kepada Kepala lapangan sebagai pembuat rekomendasi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota kelayakan izin dan Berita Acara Hasil Padangsidimpuan yang pada prinsipnya ber- Pemeriksaan lapangan. tujuan untuk memberikan pelayanan yang Sebagaimana hasil rekapitulasi analisis berkualitas kepada masyarakat untuk efektifitas jabatan dan beban kerja KP2T Tahun 2013, bahwa dan efisiensi kegiatan pengurusan izin reklame KP2T masih mengalami kekurangan staf sebanyak serta berkontribusi dengan capaian target

20 orang yang belum terealisasikan, sehingga Pendapatan Asli Daerah melalui pajak reklame. untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, KP2T

mengalami terjadinya rangkap fungsi sebagai

a. Implementasi Kebijakan Publik

staf administrasi dan tim teknis. Kurangnya Salah satu permasalahan/krisis monitoring dan evaluasi atas pengeluaran izin yang di alami oleh publik di Indonesia reklame yang dilakukan oleh KP2T terhadap adalah rendah nya kualitas pelayanan pemasangan reklame mengakibatkan banyaknya publik yang memaksa pemerintah untuk penempatan reklame yang mendapatkan izin sesegera mungkin memperbaiki buruknya tanpa memperhatikan keindahan taman kota. sistem pelayanan publik dengan merubah Sebagai penyelenggara pelayanan paradigma sistem pemerintahan sentralisasi administrasi di bidang perizinan secara terpadu menjadi desentarlisasi. Sebagaimana, Hailey harusnya memberikan dampak positif terhadap (Soemitro, 1989: 114) mengatakan: “Nation peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) building mungkin membutuhkan sentralisasi, melalui pajak reklame. Laporan realisasi capaian namun pembangunan menuntut adanya target PAD Kota Padangsidimpuan dari pajak kontrol lokal tertentu.” Kebijakan pemerintah reklame belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dari Tahun Anggaran 2010 s/d 2013. Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah memberikan Padahal, dengan sistem pelayanan terpadu kewenangan yang luas kepada pemerintah seharusnya mampu mendorong masyarakat daerah di dalam berbagai bidang. Kecuali untuk mempublikasikan usaha ataupun ke- kewenangan atas pertahanan dan keamanan, giatan nya melalui media reklame yang mem- agama, keuangan dan fiskal, hubungan luar berikan peningkatan kontribusi PAD dari pajak negeri, hukum, termasuk angkatan bersenjata reklame, sebagaimana tabel berikut: dan kepolisian. Salah satu kewenangan yang

Tabel 2. Capaian Realisasi Pajak Reklame

dimiliki pemerintah daerah adalah dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik.

No. Tahun Target

Realisasi

Persentase

Kewenangan tersebut harus diperhatikan oleh pemerintah daerah karena merupakan bagian

penentu keberhasilan pelaksanaan otonomi

daerah. Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun

2004 pasal 1 ayat (7), bahwa “Desentraliasasi

diartikan sebagai penyerahan wewenang

Sumber: Laporan Keuangan DPPKAD Kota Padangsidimpuan (Diolah)

pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah

ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Republik Indonesia”.

Akan tetapi pemerintah dalam membuat Berdasarkan makna kebijakan publik yang

kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu menekankan pada tanggapan atas permasalahan

apakah kebijakan tersebut dapat memberikan melalui tindakan pemerintah dalam periode

dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. tertentu, maka Peko Padangsidimpuan dalam

Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan rangka peningkatan layanan publik di bidang

tidak bertentangan dengan masyarakat, apalagi perizinan mengeluarkan kebijakan dengan

sampai merugikan masyarakat. membentuk Kantor Pelayanan Perizinan Ter padu

George C. Edwards III, dalam buku- melalui Perda Nomor: 07 Tahun 2010 tentang

Implementing Public Policy (1980) Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan

nya

menegaskan bahwa implementasi kebijakan Perizinan Terpadu Kota Padangsidimpuan.

merupakan kegiatan yang kompleks. Melalui Maka, untuk menjalankan tugas dan fungsi KP2T

model implementasi kebijakan publik yang Kota Padangsidimpuan sebagaimana Bab III

diberi nama “direct and indirect impact on Pasal 3 Perda Nomor: 07 Tahun 2010, Pemerintah

implementation”. Ia menyebutkan empat faktor Kota Padangsidimpuan melalui kebijakan Perwal

yang secara simultan bekerja dan berinteraksi Nomor: 04 Tahun 2010 memberikan kewenangan

yang pada gilirannya berpengaruh secara Walikota Padangsidimpuan kepada Kepala KP2T

langsung atau tidak langsung terhadap Kota Padangsidimpuan untuk mengeluarkan izin

keberhasilan implementasi kebijakan publik. reklame atas nama Walikota Padangsidimpuan

Ke-empat faktor tersebut adalah sebagai berikut (Bab II Pasal 3).

(Winarno, 2012: 178-210):

1. Communication (Komunikasi). Secara berasal dari bahasa Inggris “to implement”,

Secara etimologi, kata implementasi

umum, Edwards membahas tiga hal yang artinya pelaksanaan dan penerapan.

penting dalam proses komunikasi ke- Pengertian ini dipertegas oleh Hill and Hupe dan

bijakan, yakni transmisi, konsistensi dan Pressman and Wildavsky (Rusli, 2013: 90), bahwa:

kejelasan (clarity).

“Implementation, to us, means just what Webster

a. Transmisi; Sebelum pejabat dapat and Roger say it does: to carry out, accomplish, fulfill,

mengimplementasikan suatu ke- produce, complete. But what is being implemented?

putusan, ia harus menyadari bahwa

A policy, naturally. There must be something out suatu keputusan telah dibuat dan there prior to implementation; otherweis there

suatu perintah untuk pelaksanaannya would be nothing to move toward in the process of

telah dikeluarkan. implementation. A verb like ‘implement’ must have

b. Kejelasan; Jika kebijakan-kebijakan an object like ‘policy’. But policies normally contain

diimplementasikan sebagaimana both goals and the means for achievieng them. How,

yang diinginkan, maka petunjuk- then, do we distinguish between a policy and its

petunjuk pelaksanaan tidak hanya implementation?

diterima oleh para pelaksana Jones (1994: 65): “Implementasi kebijakan

kebijakan, tetapi juga komunikasi adalah merupakan konsep dinamis yang

kebijakan tersebut harus jelas. melibatkan secara terus menerus usaha-usaha

c. Konsistensi; Jika implementasi untuk mencari apa yang akan dan dapat kebijakan ingin berlangsung efektif, dilaksanakan, yang mengatur aktivitas-aktivitas maka perintah-perintah pelaksanaan yang mengarah kepada penempatan suatu program”. Hal senada di ungkapkan oleh Edward harus konsisten dan jelas.

2. Resources (sumber daya). Perintah-perintah publik “Policy implementation as we have seen is

III (1980:1) yang mendefinisikan kebijakan

implementasi mungkin diteruskan secara the stage of policy making between the estabilishment

cermat, jelas dan konsisten, tetapi jika para of a policy such as the passage of a legislative act, the

pelaksana kekurangan sumber-sumber issuing of an executive order, the handing down of a

yang diperlukan untuk melaksanakan judicial decision, or the promulgation of a regulatory

kebijakan-kebijakan, maka implementasi rule and the consequencesof the policy for the people

cenderung tidak efektif. whom it affects”.

a. Staf; Sumber yang paling penting Implementasi dalam hal ini berarti

dalam melaksanakan kebijakan bisa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

saja adalah staf. Akan tetapi, ada hal saja adalah staf. Akan tetapi, ada hal

para pelaksana adalah dengan bagi implementasi kebijakan.

memanipulasi insentif-insentif.

b. Informasi; Mempunyai dua bentuk:

4. Bureucratic Structure (Struktur birokrasi). Pertama, informasi mengenai bagai-

Birokrasi baik secara sadar atau tidak mana melaksanakan suatu kebijakan.

sadar memilih bentuk-bentuk organisasi Kedua, informasi adalah data

untuk kesepakatan kolektif, dalam rangka tentang ketaatan personil-personil

memecahkan masalah-masalah sosial lain terhadap peraturan-peraturan

dalam kehidupan modern. pemerintah.

a. Standard Operating Procedures (SOP);

c. Wewenang; Ini akan berbeda-beda Dengan menggunakan SOP, para dari suatu program ke program yang

pelaksana dapat memanfaatkan lain serta mempunyai banyak bentuk

waktu yang tersedia, menyeragamkan yang berbeda, seperti; hak untuk

tindakan-tindakan dari para pejabat mengeluarkan surat panggilan untuk

dalam organisasi-organisasi yang datang ke pengadilan; mengajukan

kompleks dan tersebar luas. masalah-masalah kepengadilan;

b. Fragmentasi; Tanggung jawab bagi mengeluarkan perintah kepada

suatu bidang kebijakan sering ter- pejabat lain, menarik dana dari suatu

sebar di antara beberapa organisasi, program; menyediakan dana, staf dan

seringkali pula terjadi desentralisasi bantuan teknis kepada pemerintah

kekuasaan tersebut dilakukan secara daerah; membeli barang-barang dan

radikal guna mencapai tujuan-tujuan jasa; atau memungut pajak.

kebijakan.

d. Fasilitas; Fasilitas fisik bisa pula

b. Pelayanan Perizinan

merupakan sumber-sumber penting dalam implementasi. Seorang pe-

Davis Heineke (Ibrahim, 2008: 1) laksana mungkin mempunyai staf

mengemukakan bahwa “Pelayanan menyangkut yang memadai, mungkin memahami

sejumlah informasi yang diinginkan pelanggan, apa yang harus dilakukan, dan

tindakan yang sukar disentuh dan diukur secara mungkin mempunyai wewenang

eksak ukuran kepuasannya, sangat sensitif untuk melakukan koordinasi, tanpa

dan sukar diprediksikan kedepannya serta perlengkapan, tanpa perbekalan,

tergantung juga pada nilai yang dianggap pantas maka besar kemungkinan oleh pelanggan terhadap apa yang diterima dan implementasi yang direncanakan

dibayarnya.” Pendapat tersebut menyiratkan tidak akan berhasil.

bahwa pelayanan secara kuantitatif dapat diukur

3. Disposition (Sikap pelaksana/Kecenderungan- walaupun sukar untuk diperkirakan. Karena kecenderungan). Jika para pelaksana bersikap

pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan baik terhadap suatu kebijakan tertentu

akan dibandingkan dengan pengorbanan yang (dukungan), kemungkinan besar mereka

diberikan terhadap apa yang ia rasakan. Dalam melaksanakan kebijakan sebagaimana yang

hal ini, berarti kepuasan pelanggan dalam diinginkan oleh para pembuat keputusan

pelayanan tidak bisa disamakan. Hanya saja, awal. Demikian pula sebaliknya, bila tingkah

kepuasan pelayanan dapat dilakukan dengan laku atau perspektif para pelaksana berbeda

suatu standarisasi yang harus diberikan kepada dengan para pembuat keputusan, maka

pelanggan.

proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi UU Nomor: 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan semakin sulit.

Publik, Bab I, Pasal 1 ayat (1) menyatakan

a. Pengangkatan Birokrat; Bila peng- “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian angkatan pejabat tinggi semata-

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan mata untuk menampung berbagai

pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- kelompok yang ada di masyarakat,

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk maka besar kemungkinan akan meng-

atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif hancurkan kebijakan itu sendiri.

yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”. Dengan demikian, terdapat tiga unsur

b. Beberapa Insentif; salah satu penting dalam pelayanan publik (Hardiansyah, teknik yang disarankan untuk

1. Organisasi pemberi (penyelenggara) pe- efektivitas kerja dalam usaha mencapai layanan, yaitu pemerintah/pemerintah

tujuan organsasi yang telah ditetapkan. daerah

3. Pelimpahan wewenang sangat penting

2. Penerima layanan (pelanggan), yaitu karena bagaimanapun kemampuan sese- masyarakat atau organisasi yang ber-

orang itu terbatas, baik keterbatasan waktu, kepentingan

pengetahuan maupun pengalaman, sehingga

3. Kepuasan yang diberikan dan/ sebagian dari kekuasaan atau wewenang atau diterima oleh penerima layanan

perlu dilimpahkan kepada orang lain. (pelanggan).

4. Pelimpahan wewenang sangat penting Salah satu wujud pelayanan yang diberi-

dalam rangka mendapatkan bantuan kan oleh penyelenggara pelayanan (pemerintah

dari pihak lain untuk melakukan tugas daerah) adalah pelayanan perizinan yang

dengan lebih baik daripada bila tugas itu saat ini dituntut agar pelayanan perizinan

dilakukan sendiri.

yang diberikan kepada warga negara dapat

5. Pelimpahan wewenang sangat penting lebih sederhana (pelayanan terpadu). Sistem

dalam rangka meringankan beban dan pelayanan perizinan yang tidak terpadu

tanggungjawab seorang pimpinan. ditandai dengan:

Pelimpahan dimaksud adalah pelimpahan

1. Prosedur pengurusan izin yang berbelit- penerbitan dan penandatangan, sehingga dalam belit dan terlalu banyak instansi yang

penerbitan naskah izin selalu membubuhi terlibat

a.n. Walikota Padangsidimpuan. Pelimpahan

2. Biaya yang terlalu tinggi Penandatanganan a.n. merupakan jenis

3. Persyaratan yang tidak relevan pelimpahan wewenang secara mandat. Atas

4. Waktu penyelesaian izin yang terlalu lama nama (a.n.) digunakan jika yang menandatangani

5. Kinerja pelayanan yang sangat rendah. surat telah diberi wewenang oleh pejabat yang bertanggung jawab berdasarkan bidang tugas,

Pasal 1 angka 11 Permendagri wewenang dan tanggung jawab pejabat yang Nomor: 24 Tahun 2006 menjelaskan bahwa

bersangkutan. Pejabat yang bertanggung jawab Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu

melimpahkan wewenang kepada pejabat di Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan

bawahnya, paling banyak hanya 2 (dua) rentang perizinan dan non perizinan yang proses

jabatan struktural di bawahnya. Persyaratan pengelolaannya mulai dari tahap permohonan

pelimpahan wewenang ini adalah: sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan

a. Pelimpahan wewenang harus dituangkan dalam satu tempat. Sedangkan Pasal 11 dalam bentuk tertulis yaitu dalam bentuk angka 12 Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 Instruksi Dinas atau Surat Kuasa menjelaskan tentang perizinan pararel (satu

atap) adalah penyelenggaraan perizinan yang

b. Materi yang dilimpahkan harus merupa- diberikan kepada pelaku usaha yang dilakukan

kan tugas dan tanggung jawab pejabat sekaligus mencakup lebih dari satu jenis izin,

yang melimpahkan

yang diproses secara terpadu dan bersamaan.

c. Pada dasarnya wewenang penandatangan- an meliputi surat-surat untuk kepentingan

c. Pendelegasian Kewenangan

ke luar maupun di dalam lingkungan Untuk dapat mengeluarkan izin reklame,

Lembaga Negara tersebut melalui Peraturan Walikota Padangsidimpuan

d. Penggunaan wewenang hanya sebatas Nomor 04 Tahun 2012 merupakan bentuk

kewenangan yang dilimpahkan kepadanya pelimpahan vertikal yang memberikan sebagian

dan materi kewenangan tersebut harus kekuasaan Walikota kepada Kepala KP2T Kota

dipertanggungjawabkan oleh yang di- Padangsidimpuan dalam bentuk Izin sebagaimana

limpahkan kepada yang melimpahkan yang terdapat dalam peraturan. Pelimpahan

e. Tanggung jawab sebagai akibat pe- wewenang sangat penting karena beberapa hal

nandatangan an surat berada pada pejabat sebagai berikut (Wursanto, 2005: 241):

yang diatasnamakan.

1. Pelimpahan wewenang penting dalam rangka pengembangan organisasi.

C. METODE PENELITIAN

2. Pelimpahan wewenang sangat penting Metode penelitian yang dilakukan adalah dalam rangka mendapat efisiensi dan

penelitian kualitatif deskriptif, sehingga dalam penelitian kualitatif deskriptif, sehingga dalam

dalam implementasi kebijakan pendelegasian keadaan apa adanya yang bertujuan untuk

kewenangan izin reklame kepada kepala KP2T mengeksplorasi dan klarifikasi fenomena

Kota Padangsidimpuan sebanyak 13 orang, yaitu yang ada. Creswell mengungkapkan, untuk

Kepala KP2T, Subbag Kepagawaian, Kasi KP2T, mendapatkan data dalam penelitian dapat

Tim Teknis, dan Pemohon Izin. Untuk penelitian menggunakan berbagai sumber informasi yang

ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi observasi, wawancara, materi audio-

adalah dengan cara observasi non partisipasi, visual , dokumentasi dan laporan. Berdasarkan

wawancara mendalam, dan kajian dokumen fenomena-fenomena yang terjadi pengumpulan

untuk memperoleh data primer yang diperoleh data dilakukan melalui triangulasi melalui

dari hasil wawancara dengan informan dan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.

observasi maupun data sekunder yang diperoleh Informan pada penelitian ini dilakukan

dari mengkaji dokumen-dokumen penting yang dengan menggunakan metode purposive sebagai

berkaitan dan mendukung.

Pendelegasian Kewenangan Izin Reklame:

Kebijakan Walikota Padangsidimpuan

1 . Pelayanan Izin

dalam

Reklame Secara

Mendelegasikan

Terpadu yang

Kepada Kepala Izin Reklame

berkualitas 2. Pemasangan

Padangsidimpuan KP2T Kota

Reklame Yang

Nomor 04/PW/2012

Sikap Pelaksana

Tertata 3. Peningkatan PAD Melalui Pajak Reklame

Struktur Birokrasi

Diadopsi dari George C. Edwards III (1980: 148)

Gambar 2. Model Konseptual Implementasi Pendelegasian Kewenangan Izin Reklame Kepada Kepala Kp2t Kota Padangsidimpuan

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

George C. Edwards III (1980: 100) menegas- tingkat penolakan dan kekeliruan dalam kan empat faktor yang secara simultan bekerja dan

meng aplikasikan program dan kebijakan berinteraksi yang pada gilirannya berpengaruh

dalam ranah yang sesungguhnya. KP2T telah secara langsung atau tidak langsung terhadap

melakukan berbagai kegiatan melalui Program keberhasilan implementasi kebijakan publik.

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Berikut gambaran implementasi kebijakan

Pelaksanaan program tersebut sebagai wujud pendelegasian kewenangan izin reklame kepada

penyampaian berbagai peraturan perundang- Kepala KP2T Kota Padangsidimpuan:

undangan perizinan. Berikut tabel pelaksanaan program peningkatan kapasitas sumber daya

1. Komunikasi

aparatur tahun anggaran 2012 s/d 2014: Semakin tinggi pengetahuan kelompok sasaran atas program, akan mengurangi

Tabel 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Tahun Anggaran 2012 S/D 2014

No. Tahun Anggaran

Kegiatan

Anggaran (Rp)

Realiasi Anggaran (Rp)

169.672.080,- 2 2013

Sosialiasi Peraturan Perundang-Undangan

Bimbingan Teknis, Workshop, Sosialisasi

dan Legal Drafting Bidang Hukum Serta Peningkatan SDM Bidang Lainnya

Sosialisasi Peraturan Perundang-

Sumber: DPA KP2T Kota Padangsidimpuan.

Penyampaian kebijakan pendelegasian kepada aparatur di lingkungan Pemerintah izin reklame juga dilakukan melalui papan

Kota Padangsidimpuan. Hal ini ditunjukkan reklame yang berukuran 1 x 0.75 M yang

dengan pelaksanaan berbagai kegiatan yang terbuat dari bahan besi sebagai penopang dan

memberikan informasi bagi aparatur dan permukaan isi reklame terbuat dari plastik

masyarakat Kota Padangsidimpuan berupa dengan kalimat “Uruslah Izin Usaha Anda Ke

sosialisasi peraturan perundang-undangan.

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota

Fakta empirik menunjukkan bahwa aparatur Padangsidimpuan”. Pengadaan papan reklame

yang telah mengikuti sosialisasi khususnya tersebut dilakukan pada Tahun Anggaran 2012

pelaksana kebijakan sendiri (KP2T) belum berjumlah 10 unit yang terpasang di Kantor

menunjukkan perubahan yang berarti atas Kecamatan se-Kota Padangsidimpuan 6 unit

pelayanan yang lebih berkualitas kepada dan 4 unit di wilayah Kota Padangsidimpuan

masyarakat. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan lainnya. Selain itu, KP2T juga telah melakukan

yang telah terselenggara pada tahun yang kerjasama dengan Radio Swasta RAU telah lalu tidak menunjukkan adanya ruh bagi

Laksamana 105 FM yang dilakukan pada tahun pelaksana kebijakan yang merubah pola pikir 2012 dan 2014 sebagai wujud promosi dan

peningkatan mutu pelayanan izin reklame iklan KP2T berupa himbauan agar masyarakat

kepada masyarakat. Fakta tersebut dibuktikan mengurus izin usahanya.

dengan belum adanya wujud nyata pola Dalam proses transmisi komunikasi

pelayanan terpadu satu pintu dengan berprinsip implementasi, menunjukkan bahwa KP2T telah

pada kesederhanaan pelayanan untuk efektif menunjukkan upaya penyampaian kebijakan

dan efisiensi waktu dan biaya. Pemohon Penerima Berkas

Verifikasi

Kasi Perizinan dan

Non Perizinan

Kepala KP2T

Izin Reklame

Gambar 3. Ilustrasi Pelaksanaan Prosedur Penerbitan Izin Reklame di KP2T Kota Padangsidimpuan Gambar di atas menunjukkan bahwa proses

menginterpretasikan, belum tersampaikannya pengeluran izin reklame, KP2T belum terpadu

kebijakan secara utuh kepada masyarakat dan belum melibatkan anggota tim teknis

menyebabkan tidak adanya komplain dari untuk melakukan survei ke lapangan tempat

masyarakat yang mengurus izin reklame yang pemasangan reklame. Pada saat pemohon datang

belum sesuai dengan isi kebijakan. mengurus izin reklame, petugas informasi

Kejelasan atas pelaksanaan kebijakan bagi sekaligus penerima berkas akan memeriksa

pelaksana kebijakan belum sejalan dengan apa kelengkapan persyaratan berkas. Ketidak

yang dituangkan dalam kebijakan. KP2T dalam terlibatan tim teknis menyebabkan tidak adanya

proses pelaksanaan kebijakan telah membuat berita acara survei lapangan dan rekomendasi

pola pelayanan tersendiri yang telah bertolak dari tim teknis atas layak tidaknya reklame yang

belakang dengan kebijakan yang mengharapkan akan dipasang oleh pemohon. Bahkan petunjuk

terwujudnya sistim pelayanan terpadu teknis penerbitan izin reklame belum ada yang

satu pintu dengan prinsip kesederhanaan pastinya akan menyebabkan kebingungan bagi

pengurusan. Belum tersampaikannya kebijakan tim teknis untuk mengeluarkan rekomendasi

kepada masyarakat telah menunjukkan fakta izin.

bahwa pentingnya kejelasan atas isi kebijakan Pentingnya transmisi dalam komunikasi

yang menjadi suatu keharusan untuk mentaati kebijakan kepada masyarakat sesungguhnya

kebijakan atas tindakan atapun kegiatan yang dapat menjadi kontrol sosial bagi KP2T atas

akan dilangsungkan oleh kelompok sasaran pelaksanaan kebijakan. Belum terlaksananya

kegiatan. Dengan ketidak jelasan tersebut, telah kegiatan sosialisasi tatap muka langsung

menunjukkan masih terdapatnya beberapa jenis dengan masyarakat (hanya berupa himbauan

reklame yang telah terpasang tanpa memiliki papan reklame dan radio), menyebabkan tidak

izin sebagaimana dalam laporan tahunan adanya kontrol sosial atas sistim pelaksanaan

pengeluaran izn reklame. Kondisi tersebut izin reklame yang belum terpadu. Penulis

semakin pelik karena kurangnya tindakan lebih semakin pelik karena kurangnya tindakan lebih

Kurangnya kejelasan bagi pelaksana kebijakan menyebabkan pelaksana kebijakan tidak merasa bersalah atas sistim pelayanan yang tidak terpadu sebagaimana tujuan kebijakan. Hal tersebut terlihat ketika KP2T pada tahun 2012 sampai Juni 2013 dalam mengeluarkan izin tidak memiliki prosedur standar. Kemudian setelah adanya prosedur standar pada bulan Juli 2013, KP2T tetap saja mengeluarkan izin tanpa mengikuti prosedur standar yang ada. Dengan demikian, tampak pelaksana kebijakan kurang mendukung dalam melaksanakan tujuan kebijakan untuk mewujudkan pelayanan yang sederhana, efektif dan efisien. Karena para pemohon untuk mendapatkan izin reklame tetap saja mengurus semua kelengkapan sendiri, termasuk surat keterangan dari kecamatan, dan membayar pajak reklame, baru menyerahkan berkas kepada KP2T untuk diproses lebih lanjut.

Dalam konsistensi komunikasi kebijakan, KP2T masih sebatas tahap menggugurkan kewajibannya saja tanpa melakukan tindakan yang kontiniu. Hal tersebut dapat dilihat dari komunikasi yang belum rutin antar pelaksana kebijakan yang hanya melakukan pertemuan beberapa kali dengan tim teknis dan rapat staf. Sebagai penyelenggara pelayanan perizinan, KP2T seharusnya memiliki jadwal rutin evaluasi dan monitoring atas pelaksanaan izin reklame sebagaimana dalam uraian tugas yang memuat adanya evaluasi dan monitoring bermuara pada laporan rutin atas pelaksanaan izin reklame.

Berdasarkan uraian di atas, aspek komunikasi implementasi kebijakan dapat dimaknai belum efektif. Hal tersebut ditunjukkan dari penyampaian kebijakan dan koordinasi kepada aparatur yang belum baik antara KP2T dengan instansi terkait. Selain itu, masyarakat sebagai kelompok sasaran kebijakan belum pernah mendapatkan penjelasan langsung dari pihak KP2T tentang sistim dan arah kebijakan pendelegasian kewenangan izin reklame.

Untuk mendapatkan sinkronisasi, usaha yang berpangkal pada waktu dan tata urutan pelaksanaan pekerjaan, koordinasi dalam oganisasi sangat dibutuhkan. Menurut arahannya, Soekarno (Wursanto, 2005: 251) menyatakan bahwa koordinasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Koordinasi vertikal, adalah tindakan atau kegiatan penyatuan/pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan-

kegiatan unit-unit/satuan-satuan kerja yang langsung ada di bawah wewenang dan tangggungjawabnya.

2. Koordinasi horizontal, dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Interdisiplinary, adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan/me- nyatukan tindakan untuk mewujudkan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain, baik secara internal maupun secara eksternal pada unit-unit yang mempunyai tugas yang sama.

b. Interelated, adalah koordinasi antar badan, instansi/lembaga yang fungsi- nya satu sama lain saling bergantung atau mempunyai kaitan secara internal maupun secara eksternal.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa komunikasi dalam bentuk koordinasi yang dilakukan dalam implementasi kebijakan pendelegasian kewenangan izin reklame harus dilakukan dalam bentuk koordinasi vertikal dan horizontal. Belum efektifnya komunikasi implementasi kebijakan pendelegasian kewenangan izin reklame disebabkan karena koordinasi yang lemah antara pimpinan dengan staf, pimpinan dengan skpd terkait, dan staf dengan pelaksana teknis kegiatan. Kelemahan tersebut dapat dilihat dari penyampaian kebijakan kepada aparatur yang belum menunjukkan terjadinya komunikasi dua arah dan pelaksanaan rapat koordinasi serta pemberian arahan yang tidak terencana dan tersusun secara periodik. Sehingga para pelaksana kebijakan tidak sepenuhnya dilibatkan dalam proses pengeluaran izin reklame dan bahkan ada yang tidak memahami dan mengetahui perkembangan pengeluaran izin reklame yang telah dilaksanakan. Demikian juga halnya komunikasi antara KP2T dengan masyarakat yang masih minim dalam menyampaikan kebijakan. Kurangnya penyampaian kebijakan telah menyebabkan masyarakat bersifat pasif dalam menerima wujud pelayanan perizinan yang belum terpadu satu pintu.

2. Sumber-Sumber

Untuk melaksanakan kebijakan pen- delegasian kewenangan izin reklame, KP2T sampai dengan September 2014 memiliki jumlah staf sebanyak 25 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan data yang ada, dalam proses pengeluran izin reklame, KP2T belum memiliki staf pelaksana kebijakan yang sangat Untuk melaksanakan kebijakan pen- delegasian kewenangan izin reklame, KP2T sampai dengan September 2014 memiliki jumlah staf sebanyak 25 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan data yang ada, dalam proses pengeluran izin reklame, KP2T belum memiliki staf pelaksana kebijakan yang sangat

KP2T) yang ada, sesuai Keputusan Walikota pelayanan informasi pendaftaran dan agendaris,

Padangsidimpuan Nomor: 154/KPTS/2014

1 orang petugas verifikasi data, 1 orang petugas Tentang Tim Teknis Peningkatan Kapasitas pembuat rekomendasi, dan Kasi Perizinan dan

Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Non Perizinan.

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota

Tabel 4. Data PNS Kp2t Berdasarkan

Padangsidimpuan, telah menetapkan 3 PNS

Golongan Dan Pendidikan

yaitu; Kasi Gedung-Gedung Dinas PU Daerah Kota Padangsidimpuan, Kasi Pembinaan dan

No. Uraian

Jumlah

Pengawasan Lalu Lintas Dinas Perhubungan,

1 Golongan

IVa

1 Komunikasi dan Informatika Daerah Kota

IIId

Padangsidimpuan, dan Kasi Penataan dan

IIIc

4 Pemeliharaan Taman Dinas Kebersihan,

IIIb

5 Pertamanan dan Pencegahan Kebakaran Daerah

IIIa

5 Kota Padangsidimpuan sebagai tim teknis izin

2 Sebagai upaya pemaksimalan pelaksanaan

IIb

8 kebijakan pendelegasian kewenangan izin

IIa

reklame, KP2T Kota Padangsidimpuan mem-

2 Pendidikan

S1

13 buat kegiatan bimbingan teknis melalui

12 program peningkatan kapasitas aparatur KP2T

SMA

25 dan kunjungan keberbagai pemerintahan daerah yang telah melaksanakan sistem

Jumlah

Sumber: Subbag Tata Usaha KP2T Kota Padangsidimpuan

pelayanan perizinan terpadu yang cukup Kekurangan jumlah staf diperkuat dengan

bagus yaitu; Pemerintah Kabupaten Jembrana, adanya rekapitulasi hasil analisis jabatan dan beban

Bali, Pemerintah Propinsi D.I Yogyakarta, kerja KP2T Kota Padangsidimpuan Tahun 2103

Pemerintah Kota Palembang. yang dikeluarkan Bagian Organisasi Sekretariat

Berdasarkan data yang ada,untuk Daerah Kota Padangsidimpuan berikut ini:

bimbingan teknis maupun diklat yang diikuti oleh PNS KP2T lebih banyak berhubungan

Tabel 5. Daftar Kekurangan Pegawai KP2T

dengan sistem penatausahaan keuangan daerah.

Berdasarkan Rekapitulasi Hasil Analisis

Dalam hal ini, KP2T selalu mengikutsertakan

Jabatan Dan Beban Kerja

stafnya sebanyak 4 orang. Padahal, jika dilihat

No. Nama Jabatan

Jumlah

berdasarkan struktur organisasi, bahwa

Kekurangan

yang berhubungan langsung dengan sistem

1 Pengumpul dan Pengolah Data

1 penatausahaan keuangan hanya Bendahara

2 Agendaris

4 Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, PPK, dan

3 Penata Arsip

1 Kuasa Pengguna Anggaran.

4 Caraka

1 Fakta empirik menunjukkan bahwa

5 Pengetik

2 Pemerintah Kota Padangsidimpuan belum

6 Pengelola Kesejahteraan Pegawai

1 menunjukkan perhatian khusus pada kondisi

8 Pemroses dan Penyusun Laporan

1 staf pelaksana kebijakan di KP2T. Dalam hal ini,

9 Penjadwal Tinjauan Lapangan

1 sejak dilakukannya analisis jabatan dan analisis

10 Pemroses Berkas Perizinan

2 beban kerja KP2T pada tahun 2013, seharusnya

11 Petugas Penyerahan Perizinan dan

sudah dapat direalisasikan pada saat ini melalui

Non Perizinan

1 mutasi staf yang telah dilakukan beberapa kali di

12 Petugas Pemantauan Perizinan dan

lingkungan Pemerintah Kota Padangsidimpuan.

Non Perizinan

Secara kuantitatas, jumlah staf KP2T pada saat

13 Petugas Pelayanan Pengaduan

1 ini sangat sedikit jika dilihat dari hasil analisis

14 Pengendali Perizinan dan Non

jabatan dan beban kerja KP2T. Akan tetapi,

Perizinan

kondisi kekurangan tersebut sebenarnya bisa

15 Operator Komputer

1 saja diminimalisir jika staf yang ada pada saat ini

16 Petugas Verifikasi Berkas Perizinan dan Non Perizinan

1 telah memiliki kompetensi yang cukup memadai. Karena pada kenyataannya masih terdapat staf

Total Kekurangan

20 yang belum diberdayakan.

Sumber: Bagian Organisasi Setda Kota Padangsidimpuan.

Pelaksanaan program peningkatan kompetensi aparatur KP2T berupa pendidikan dan pengembangan serta adanya kunjungan kerja keberbagai daerah, belum menunjukkan perubahan yang lebih baik bagi aparatur. Pada pelaksanaannya, aparatur yang ditugaskan untuk mengikuti kegiatan dimaksud belum sesuai dengan kebutuhan peningkatan kompetensi dari diri aparaturnya sendiri. Selain itu, hampir setiap kegiatan diikuti oleh orang yang sama. Sehingga diindikasikan bahwa KP2T belum melakukan analisis kebutuhan pendidikan dan pengembangan yang tepat untuk staf. Untuk itu, hal penting yang seharusnya dilakukan oleh KP2T adalah dengan menganalisis kebutuhan staf dalam pendidikan dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan organisasi KP2T. Dengan demikian, kekurangan staf yang ada pada saat ini akan dapat diminimalisir untuk menghindari terjadinya penggemukan pelaksana organisasi yang akan memunculkan permasalahan in efisiensi anggaran dan rentang kendali yang lebih banyak dalam mengkomunikasikan kebijakan kepada pelaksana kebijakan.

Untuk penyampaian informasi pelaksanaan kebijakan yang telah dilakukan melalui papan informasi dimaknai belum dapat memberikan informasi sistim pelayanan perizinan kepada masyarakat. Peruntukan papan informasi hanya sebatas pemberitahuan dan himbauan dari pimpinan kepada staf. Sedangkan skema alur prosedur proses perizinan belum ditampilkan pada papan informasi. Jika di kaji lebih mendalam, sistim informasi yang lebih mudah diakses bisa saja melakukan suatu terobosan pemanfaatan informasi teknologi dalam bentuk website KP2T. Dengan pemanfaatan website tersebut, KP2T akan lebih mudah menyampaikan informasi berbagai kegiatan yang sudah maupun akan dilaksanakan. Selain itu, dengan profile KP2T yang memuat sejarah serta gambaran pelayanan perizinan yang diselengarakan oleh KP2T mudah diakses. Termasuk bagaimana KP2T berinovasi dengan sistim pelayanan pendaftaran permohonan izin reklame secara online. Dengan terobosan tersebut, maka akan memungkinkan tatap muka antara pemohon izin dengan petugas izin lebih diminimalisir. Sehingga kemungkinan terjadinya tindakan pelanggaran hukum oleh petugas dapat dihindari dan pelayanan yang diberikan akan lebih berkualitas.

Melalui Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota

Padangsidimpuan dinyatakan bahwa Kantor dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang disebut sebagai Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Padangsidimpuan yang merupakan Eselon IIIa. Penjabaran uraian tugas, fungsi dan tata kerja KP2T Kota Padangsidimpuan telah diatur dalam Peraturan Walikota Padangsidimpuan Nomor: 18/PW/2011. Sebagaimana BAB III; Uraian Tugas dan Fungsi pada Bagian Pertama Pasal

3 sampai Bagian Kelima Pasal 11. Melalui Peraturan Walikota Padangsidimpuan Nomor: 04/PW/2012 Tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan Perizinan dan Non Perizinan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Padangsidimpuan yang berlaku sejak diundangkan pada tanggal 09 Maret 2012 secara yuridis Walikota Padangsidimpuan telah memberikan wewenangnya kepada Kepala KP2T untuk mengeluarkan izin reklame sebagaimana yang terdapat dalam Bab II Pasal

3 dan 4. Sebagai wujud implementasi kebijakan pendelegasian kewenangan izin reklame, para pelaksana bekerja sesuai dengan SK yang telah dikeluarkan oleh Walikota Padangsidimpuan dan Nota Penugasan oleh Kepala KP2T. Sehingga kewenangan yang termuat dalam kebijakan pendelegasian kewenangan izin reklame memiliki kekuatan yuridis dan diharapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik- baiknya.

Untuk mengimplementasikan kebijakan, fasilitas fisik bisa menjadi sumber-sumber penting dalam implementasi kebijakan. Pada saat ini, KP2T beralamat di Jl. H.T. Rizal Nurdin KM. 7 Pal-IV, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang merupakan asset Pemerintah Kota Padangsidimpuan dengan konstruksi bangunan 2 lantai dan terbuat dari beton. Untuk itu, KP2T telah berusaha mengupayakan pengadaan asset tetap yang menunjang ke- berhasilan pencapaian tujuan kebijakan pen delegasian kewenangan izin reklame sebagaimana daftar asset tetap KP2T.

Berdasarkan faktor sumber-sumber dalam mengimplementasikan kebijakan, di- interpretasikan masih dalam proses menuju optimalisasi sumber-sumber. Fakta empirik menunjukkan bahwa kekurangan staf KP2T sebanyak 20 orang sebagaimana hasil analisis jabatan dan analisis beban kerja belum tentu menjawab permasalahan dalam implementasi kebijakan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam jumlah staf sebagai salah satu sumber- sumber kebijakan adalah bagaimana Berdasarkan faktor sumber-sumber dalam mengimplementasikan kebijakan, di- interpretasikan masih dalam proses menuju optimalisasi sumber-sumber. Fakta empirik menunjukkan bahwa kekurangan staf KP2T sebanyak 20 orang sebagaimana hasil analisis jabatan dan analisis beban kerja belum tentu menjawab permasalahan dalam implementasi kebijakan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam jumlah staf sebagai salah satu sumber- sumber kebijakan adalah bagaimana

dan pelatihan pengembangan kompetensi kebijakan pendelegasian kewenangan izin

setiap staf. Dokumen laporan menunjukan reklame. Sehingga, faktor kualitas pada setiap

bahwa KP2T lebih memfokuskan peningkatan staf benar-benar harus diperhatikan sebagai

kapasitas aparatur di bidang penatausahaan bahan pertimbangan, bukan hanya kuantitasnya

keuangan daerah.

saja. Wursanto (2005: 185) menyatakan bahwa Sebagai wujud penyampaian informasi terdapat klasifikasi bagi staf pelayanan (service

kebijakan baik kepada masyarakat maupun staff), antara lain:

pelaksana kebijakan, KP2T membuat papan

1. Mampu mengadakan hubungan dengan informasi yang terpasang di ruang tunggu para anggota staf, dengan para pejabat lini,

pendaftaran. Belum maksimalnya fungsi maupun dengan pimpinan organisasi.

dari papan informasi yang hanya memuat

2. Mempunyai keterampilan sesuai dengan informasi yang sifatnya berupa himbauan dan bidang tugasnya.

pemberitahuan menunjukkan bahwa KP2T

3. Tidak menunjukkan sikap seakan-akan ia sesungguhnya belum menyadari bahwa fungsi yang dilayani.

utama media informasi tersebut adalah terkait

4. Mengetahui dan memahami jiwa dan sistim penyelenggaraan pelayanan perizinan watak pimpinan, demikian pula jiwa dan

terpadu satu atap.

watak pejabat lini. Berdasarkan fakta empirik tersebut, me nunjukkan

bahwa

sumber-sumber

5. Mampu menyesuaikan diri. implementasi kebijakan pendelegasian

6. Menguasai peraturan perundangan yang kewenangan belum optimal sebagai penunjang berlaku yang berhubungan dengan bidang

pencapaian tujuan kebijakan. Dalam hal ini, tugasnya.

alokasi kebutuhan sumber daya aparatur yang

7. Cekatan, dalam arti cepat dan tepat dalam belum terakomodir sesuai kebutuhan organisasi menjalankan tugas.

dan belum terlaksananya kewenangan KP2T

8. Mempunyai latar belakang pendidikan, untuk menyelenggarakan secara penuh sistim pengetahuan, dan pengalaman sesuai

pelayanan perizinan terpadu satu pintu. dengan bidang tugasnya.

9. Mampu melakukan pekerjaan yang terinci

3. Sikap Pelaksana

dalam tugasnya. Kebijakan pendelegasian kebijakan izin

10. Mampu berinisiatif. reklame yang memuat bahwa KP2T dipimpin oleh penjabat eselon IIIa. Dalam menjalankan

Dengan demikian, bahwa terjadinya tugas dan fungsinya, kepemimpinan KP2T kekurangan jumlah staf KP2T sebanyak 20 orang dimulai dari mantan Kepala Pengendalian bukan berarti harus melakukan penambahan Dampak Lingkungan. Masa kepemimpinanya staf sebanyak itu pula. Akan tetapi, hal yang di KP2T berakhir sampai bulan Juli 2013 sangat penting adalah bagaimana meningkatkan setelah Walikota melakukan pelantikan eselon kualitas staf yang ada saat ini untuk mampu memenuhi kualifikasi staf pelayanan dan tidak III dan II di Lingkungan Pemerintah Kota

Padangsidimpuan. Kemudian pergantian tertutup kemungkinan untuk merealisasikan pimpinan di KP2T pada Juli 2013, yang penambahan kekurangan staf yang jumlahnya digantikan oleh Kepala Bidang Anggaran dapat dikondisikan lagi sesuai dengan analisis DPPKAD Kota Padangsidimpuan. kebutuhan pegawai, dengan tidak melakukan Untuk menjalankan tugas dan fungsi dari perekrutan pegawai baru, tapi rotasi pegawai di KP2T, Kepala KP2T di bantu oleh 4 pejabat lingkungan pemerintah Kota Padangsidimpuan. eselon IV yang terdiri dari 3 Kepala Seksi dan Untuk peningkatan kualitas staf, KP2T

1 Kepala Sub Tata Usaha dan staf pada masing- telah melakukan berbagai pelatihan dan masing seksi dengan jumlah sampai dengan pengembangan pada program peningkatan September 2014 sebanyak 20 orang pegawai. kapasitas aparatur KP2T. Akan tetapi, Untuk melaksanakan tugas dan fungsi dari program tersebut belum menjawab per- staf yang telah ditempatkan, Kepala KP2T masalahan rendahnya kualitas staf dalam cukup baik dalam memfungsikan stafnya. menyelenggarakan pelayanan perizinan Sebagaimana orang-orang yang ditempatkan terpadu satu pintu. Berdasarkan dokumen dalam kelompok jabatan fungsional yang terdiri laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dari Bendahara Pengeluaran yang diduduki oleh program tersebut, bahwa KP2T belum memiliki 1 Kepala Sub Tata Usaha dan staf pada masing- telah melakukan berbagai pelatihan dan masing seksi dengan jumlah sampai dengan pengembangan pada program peningkatan September 2014 sebanyak 20 orang pegawai. kapasitas aparatur KP2T. Akan tetapi, Untuk melaksanakan tugas dan fungsi dari program tersebut belum menjawab per- staf yang telah ditempatkan, Kepala KP2T masalahan rendahnya kualitas staf dalam cukup baik dalam memfungsikan stafnya. menyelenggarakan pelayanan perizinan Sebagaimana orang-orang yang ditempatkan terpadu satu pintu. Berdasarkan dokumen dalam kelompok jabatan fungsional yang terdiri laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dari Bendahara Pengeluaran yang diduduki oleh program tersebut, bahwa KP2T belum memiliki

persyaratkan.

Bendahara Penerimaan yang diduduki oleh staf

3. Analisa ketersedian staf yang ada. yang berpendidikan terakhir strata 1 sarjana

Langkah ini merupakan perkiraan ekonomi Unpad, dan Bendahara Gaji diduduki

tentang jumlah staf serta kualifikasi yang oleh staf yang sebelumnya merupakan pengurus

ada dan dibutuhkan serta antisipasi barang di Dispora Kebudayaan dan Pariwisata.

perubahan kebutuhan staf sesuai dengan Sedangkan kedudukan jabatan struktural

perkembangan organisasi KP2T. (eselon IV), setelah diundangkannya kebijakan

pendelegasian kewenangan izin reklame Dengan pertimbangan strategi di atas, Kasubbag Tata Usaha diganti pada bulan Maret

pengangkatan birokrat dalam sikap pelaksana 2014, Kasi Perizinan dan Non Perizinan diganti

kebijakan akan lebih berkualitas yang tidak pada bulan Oktober 2013, September 2014, dan

didasarkan oleh kepentingan kelompok maupun Oktober 2014. Kemudian Kasi Pelayanan dan

politik tertentu tanpa sepenuhnya di intervensi Pengaduan diganti pada bulan September 2014.

pemerintah. Pada akhirnya, pelaksana kebijakan Hanya Kasi Pemantauan dan Sosialisasi yang

akan lebih mudah terarahkan kepada capaian belum pernah dimutasikan.

tujuan kebijakan pendelegasian kewenangan Edwards (Winarno, 2012:200) telah meng-

izin reklame.

ungkapkan bahwa dalam pengangkatan Untuk memberikan motivasi dan meng- pejabat (pelaksana kebijakan) sebaiknya mem-

atasi masalah dalam kecenderungan sikap yang pertimbangkan kapasitasnya untuk menduduki

kurang baik pelaksana kebijakan pendelegasian suatu jabatan tertentu yang tidak mengakomodasi

kewenangan izin reklame, salah satu cara bagi kepentingan kelompok atau politik saja.

yang dilakukan adalah dengan pemberian Oleh karena itu, pengangkatan dan pemilihan

insentif berupa honorarium kepada tim teknis personel pelaksana kebijakan haruslah orang-