Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SDN No.22 Kalukuang Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto - Repositori UIN Alauddin Makassar
SKRIPSI
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR
SISWA SDN. NO.22 KALUKUANG KECAMATAN BINAMU
KABUPATEN JENEPONTO
TAHUN 2010
DIAN AYU PRATIWI. SNIM : 70200106051 JURUSAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR2010
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, Juli 2010 Penyusun,
DIAN AYU PRATIWI
SATRIA NIM. 70200106051
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, Tuhan yang senantiasa melimpahkan cinta dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SDN No.22 Kalukuang Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto Tahun 2010”.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, mulai dari pengumpulan data dan penyusunannya, tidak sedikit hambatan yang penuulis hadapi, tapi berkat bantuan dan bimbingan serta kerja sama dari berbagai pihak, maka hambatan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada Bpk Dr.H.Saifuddin Sirajuddin, MS selaku pembimbing I dan Bpk Drs.H.Stang,M.Kes selaku pembimbing II yang dengan tulus ikhlasnya meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan arahan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
Demikian pula ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada : 1.
Bpk dr.H.M.Furqaan Naiem, M.Sc, Ph.D selaku Dekan, beserta seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin
2. Ibu Ir. Hj. Hikmawati Mas’ud.,M.Kes dan Bpk Zulhasari, S.Ag, M.Ag selaku penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukannya.
3. Ibu A.Susilawaty, S.Si, M.Kes selaku Ketua Jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
4. Bpk Saliri, S.Pdi selaku Kepala sekolah beserta staf dan guru-guru pengajar SDN No.22 Kalukuang Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto atas ijin penelitian dan kerjasamanya.
5. Kepada kedua orang tua, suami serta saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis.
6. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 06 yang selalu setia dan sabar memberikan masukan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Kesempurnaan hanyalah milik yang maha sempurna Allah SWT, olehnya itu penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, tegur sapa dan kritikan yang sifatnya membangun senantiasa penulis nantikan dengan penuh keterbukaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya penulis. Amin.
Makassar, Agustus 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………… i Lembar Pengesahan ……………………………………………………… ii Abstrak …………………………………………………………………… iii Kata Pengantar …………………………………………………………… iv Daftar Isi ………………………………………………………………… vi Daftar Lampiran ………………………………………………………… viii Daftar Tabel ……………………………………………………………... ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1-5 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………….. 4 C. Tujuan Penelitian ………………………………………....... 4 D. Manfaat Penelitian …………………………………………. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….. 6-25 A. Anak Sekolah Dasar ……………………………………….. 6 B. Status Gizi …………………………………………………. 9 C. Prestasi Belajar …………………………………………….. 21 D. Kerangka Teori …………………………………………….. 25 BAB III KERANGKA KONSEP ……………………………………… 26-28 A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti …………………… 26 B. Kerangka Konsep ………………………………………….. 27
C.
Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ……………….. 27
BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………. 29-33 A. Jenis Penelitian ……………………………………………. 29 B. Populasi dan Sampel ………………………………………. 29 C. Pengumpulan Data …………………………………….. …. 29 D. Pengolahan Data …………………………………………... 32 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….. 34-48 A. Hasil Penelitian ……………………………………………. 34 B. Pembahasan ……………………………………………….. 44 BAB V PENUTUP …………………………………………………….. 49 A. Kesimpulan ……………………………………………….. 49 B. Saran ……………………………………………………… 49 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN
a) Kuesioner
b) Master Tabel
c) Output SPSS
d) Surat Izin
DAFTAR TABEL
1. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tingkatan Kelas
2. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
3. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua
4. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Orang Tua
5. Tabel Status Gizi Menurut BB/U Dengan Prestasi Belajar Siswa
6. Tabel Status Gizi Menurut TB/U Dengan Prestasi Belajar Siswa
7. Tabel Status Gizi Menurut BB/TB Dengan Prestasi Belajar Siswa
8. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Siswa
9. Tabel Hubungan Status Gizi menurut BB/U Dengan Prestasi Belajar Siswa
10. Tabel Hubungan Status Gizi menurut TB/U Dengan Prestasi Belajar Siswa
ABSTRAK
Dian Ayu Pratiwi Satria,2010. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa
SDN No.22 Kalukuang Kecamatan Binamu Kabupaten JenepontoPenelitian ini berjudul : Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SDN No.22 Kalukuang Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto, dibimbing oleh Dr.H.Saifuddin Sirajuddin, MS dan Drs.H.Stang,M.Kes, pelaksanaannya dari tanggal 24 Juni sampai dengan 1 Juli 2010.
Sesuai dengan judul penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar siswa SDN No.22 Kalukuang Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional. Siswa SD yang menjadi sampel sebanyak 119 orang sedangkan populasinya adalah 170 orang dengan menggunakan teknik Proportional Simple Random Sampling. Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah mengambil ukuran-ukuran tinggi badan dan berat badan siswa SD, dan prestasi belajar diukur dengan menggunakan nilai raport siswa. Analisis data untuk TB dan BB dengan Z-Skore, untuk mengetahui apakah ada
Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar menggunakan Uji Pearson Chi- Square pada SPSS Versi 15
Berdasarkan hasil uji statistik untuk hubungan status gizi menggunakan indeks BB/U dengan prestasi belajar siswa diperoleh nilai p=0,002 lebih kecil dari nilai α=0,05 maka H0 di tolak,ada hubungan antara status gizi menggunakan indeks BB/U dengan prestasi belajar siswa, dan untuk hubungan status gizi menggunakan indeks TB/U dengan prestasi belajar siswa diperoleh nilai p=0,008 lebih kecil dari nilai α=0,05 maka H0 ditolak,ada hubungan antara status gizi menggunakan indeks TB/U dengan prestasi belajar siswa, sedangkan untuk hubungan status gizi menggunakan indeks BB/TB dengan prestasi belajar siswa diperoleh nilai p=0,453 lebih besar dari nilai α=0,05 maka H0 diterima,ada hubungan antara status gizi menggunakan indeks BB/TB dengan prestasi belajar siswa.
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat status gizi yang baik belum tentu menghasilkan prestasi belajar yang baik karena pada kenyataannya banyak pula orang memiliki status gizi kurang tetapi prestasi belajarnya baik karena prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor.
Saran dari penulis yaitu perlunya penyuluhan peningkatan status gizi anak agar terhindar dari masalah gizi kurang yang memungkinkan mempengaruhi prestasi belajar.
Kata Kunci : status gizi,prestasi belajar sumber daya manusia, masalah ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti makanan, sikap masyarakat terhadap pendidikan dan sistem pendidikan termasuk sarana dan prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang, khususnya didaerah pedesaan. Masalah tersebut telah menjadi perhatian bangsa dengan adanya upaya pengembangan sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa. Pendidikan tidak luput dari berbagai masalah seperti keterbatasan pemahaman masyarakat akan arti pentingnya pendidikan bagi anaknya, masalah kesehatan dan gizi keluarga yang dapat berpengaruh terhadap intelegensi dan prestasi belajar siswa. (Anwar, 2005)
Perbaikan keadaan gizi masyarakat merupakan syarat penting untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, menurunkan angka kematian bayi dan balita, meningkatkan kemampuan tumbuh kembang fisik, mental dan sosial anak dan untuk meningkatkan produktivitas kerja serta prestasi akademik dan prestasi olah raga. (Deritana.N, 2005)
Secara umum ada 4 masalah gizi pada balita di Indonesia yaitu: KEP (Kekurangan Energi Protein), KVA (Kekurangan Vitamin A), Kekurangan Yodium (Gondok Endemik) dan Zat Besi (Anemia Gizi Besi). Akibat dari gizi ini kerentanan terhadap infeksi dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian
Kekurangan gizi biasanya terjadi secara tersembunyi dan sering luput dari pengamatan. Berbagai media melaporkan adanya puluhan hingga ratusan anak berusia di bawah lima tahun di NTB mengalami gizi buruk. Jumlah itu mungkin akan bertambah dan mungkin akan mencengangkan kita. Dengan menyadari hal itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan dan masalah kesempatan kerja. (Witoro, 2005)
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat dari putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. (Moehji, 2003)
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Walaupun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan, misal berat badan kurang, anemia defisiensi Fe, defisiensi Vitamin C dan juga defisiensi Iodium.
(Sediaoetama, 1996) Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan lost generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami Kurang Energi Protein (KEP) mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang tidak KEP. Anak yang mengalami anemia mempunyai
IQ lebih rendah 5-10 skor dibandingkan anak yang tidak anemia. Anak yang mengalami gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang tidak mengalami GAKI. (Karsin, 2004)
Pengukuran dengan cara antropometri pada anak usia sekolah dianggap penting sebagai salah satu indikator derajat gizi dan kesehatan masyarakat. Anak- anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik, mental dan intelektual. Gangguan tersebut dapat menurunkan potensi belajar, daya tahan tubuh, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu agar prestasi belajar anak dapat tercapai secara maksimal maka anak harus mendapat asupan atau intake gizi dalam kualitas dan kuantitas yang tepat agar dapat mendukung proses belajar anak. Namun pada kenyataannya di Indonesia masih dijumpai anak sekolah yang berada dalam keadaan gizi kurang. (Syah, 2001)
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. (Anwar, 2008)
Dari hasil pengambilan data awal siswa di SDN No.22 Kalukuang siswa di bawah nilai rata-rata 7,00 yaitu sebesar 80 % dan siswa yang kekurangan gizi sebesar 15%. Untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan hal tersebut, sehingga mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang hubungan status gizi dengan hasil belajar pada siswa di SDN. No. 22 Kalukuang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto.
B. Rumusan Masalah Kekurangan gizi dapat menyebabkan merosotnya kualitas hidup keluarga dan masyarakat, antara lain terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan mental serta kecerdasan dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Dengan landasan masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa di SDN. No. 22 Kalukuang, Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto ?”
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa di SDN. No. 22 Kalukuang Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.
2. Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan menggunakan indeks BB/U dengan prestasi belajar siswa SDN. No.22 Kalukuang, Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. b.
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan menggunakan indeks TB/U dengan prestasi belajar siswa SDN No. 22 Kalukuang, Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.
c.
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan menggunakan indeks BB/TB dengan prestasi belajar siswa SDN. No. 22 Kalukuang, Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Siswa Memberikan informasi kepada siswa tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan cara meningkatkan status gizi yang baik.
2. Bagi Sekolah Dasar Memberikan masukan kepada sekolah agar memasukkan informasi gizi melalui mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
3. Bagi Tenaga Kesehatan Menambah wawasan tentang hubungan status gizi dengan hasil belajar pada Siswa Sekolah Dasar.
4. Bagi Penelitian Sebagai acuan bagi peneliti yang berminat dalam masalah status gizi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa.
Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti yang merupakan pemula dalam melakukan penelitian, terutama mengenai hubungan status gizi terhadap prestasi belajar pada anak siswa Sekolah Dasar.
memiliki fisik lebih kuat, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung pada orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dibandingkan anak putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan.
Karakteristik anak sekolah meliputi : 1.
Pertumbuhan tidak secepat bayi.
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal) 3.
Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.
5. Pertumbuhan lambat.
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.
Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar. Akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup. (Moehji, 2003) 2.
Masalah Gizi Anak
Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaiatan erat dengan masalah pangan. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.
Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utamanya justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi,meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di beberapa daerah dan meningkatnya prevalensi yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia dan ekonomi (Hadi, 2005).
Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi. Sejak akhir tahun 1980, zat gizi dikelompokkan ke dalam zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro merupakan sumber energi (karbohidrat, protein, lemak), sedangkan zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral.
Sehubungan dengan itu terdapat masalah gizi makro meliputi gizi kurang dan gizi lebih, sedangkan masalah gizi mikro hanya berbentuk gizi kurang.
( Rimbawan dan Baliwati,2004) Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita,karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan,misalnya berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe,defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium. (Sediaoetama,1996)
Seorang anak dikatakan mempunyai gizi lebih jika mereka mempunyai berat badan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan standar anak yang sebaya. Istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan anak-anak yang bergizi lebih ini biasanya obesitas atau overweight. Tetapi sebenarnya dua istilah ini berbeda. Obesitas untuk menggambarkan keadaan anak dengan BB menurut TB>120% dari standar. Sedangkan
overweight mempunyai batasan 110-120% dari standar (Khomsan, 2003).
Obesitas pada anak dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan. Artinya anak tersebut banyak makan tetapi aktifitas fisiknya kurang. Banyak makan bukan berarti anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar. Seringkali konsumsi camilan dapat menjadi penyebab timbulnya obes karena pada umumnya makanan camilan kaya akan energi tetapi rendah gizi. Camilan ini biasanya dimakan saat menonton tv, itu tergolong aktifitas fisik yang ringan. Ini berarti tidak banyak energi yang kita pakai, sementara itu konsumsi energi dari camilan meningkat terus menerus hingga terjadilah ketidakseimbangan energi.
B. Status Gizi 1.
Pengertian Status Gizi
Gizi merupakan suatu proses organisme makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ- organ serta menghasilkan energi.(Supariasa,2001).
Sebagaimana penjelasan diatas, maka dalam firman-Nya (Q.S Yaasin: 33) berbunyi : Artinya : Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. (Departemen Agama, 2008).
Hubungan antara’nutrisi’ (gizi) dan ‘nutriture’ (keadaan gizi = nutrition status) dapat diibaratkan sebagai sungai yang mengalir ke danau yang mana tingkat ketinggian permukaan air tergantung kepada aliran sungai tersebut. ‘Nutrisi’ merupakan suatu proses sedangkan ‘nutritional status’ merupakan keadaan yang diakibatkannya. (Supariasa, 2001)
Status gizi adalah keadaan individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan. Sebagaimana dalam penjelasan diatas, maka dalam firman-Nya Q.S Al A’raaf ayat 31 berbunyi :
Artinya :
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Departemen Agama, 2008)
Dampak yang ditimbulkan dengan adanya kekurangan gizi menyebabkan terganggunya perkembangan, pertumbuhan fisik, mental, dan intelektual. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya potensi belajar, daya tahan tubuh dan produktifitas kerja menurun.
2. Konsep Makanan Bergizi Menurut al Quran Orang yang mau mendalami ayat-ayat Al Quran akan menyadari bahwa
Allah sudah merentangkan segala penjelasan di dalam kitab-Nya dan menunjukkan kepada manusia cara-cara untuk memudahkan hidup baik di dunia maupun di alam berikutnya. Subjek lain yang menarik perhatian yang memahami adalah yang diutarakan Al Quran tentang makanan-makanan khas yang baik untuk kesehatan manusia. Al Quran menyebutkan sejumlah buah- buahan yang ilmu pengetahuan modern menegaskan memiliki khasiat untuk mencegah beberapa jenis penyakit. Buah-buahan yang memberikan manfaat pada tubuh manusia dalam berbagai cara, juga enak rasanya. Di dalam ayat- ayat Al Quran, Allah menyuruh manusia supaya memperhatikan kebenaran dan keindahannya disertai seruan agar merenungkan ciptaan-ciptaan-Nya yang amat menakjubkan.
Sebagaimana dalam penjelasan diatas, maka dalam firman-Nya Q.S Al An’aam ayat 99 yang berbunyi : Artinya : Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai- tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur , dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Departemen Agama, 2008)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status gizi Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, 1996).
a. Faktor Langsung
1). Konsumsi Pangan Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah,golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Suhardjo, 1996). 2) Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya.
Yang paling penting adalah efek langsung dari infeksi. Sistematik pada katabolisme jaringan menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun hanya terjadi infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen (Suhardjo, 2000).
b. Faktor Tidak Langsung 1) Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli.
Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi .
Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga:
a). Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya. b). Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis membawa peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga ( Khomsan, 2003). 2) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang akan diberikan. Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bermanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan bagi setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang (Suhardjo, 2000). 3) Pendidikan
Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan itu adalah suatu proses, maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan institusi yang bersangkutan (Madanijah, 2004).
4. Pengukuran Status Gizi Pengukuran status gizi di bagi menjadi 2 cara, yaitu : 1.
Penilaian langsung meliputi : a.
Antropometri Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
b.
Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
c.
Biokimia Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh separti hati dan otot.
d.
Biofisik Pemeriksaan biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan strutur dan jaringan. Contoh: Tes adaptasi gelap 2. Penilaian tidak langsung meliputi : a.
Survei konsumsi makanan Yaitu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Contoh: Recall 24 jam b. Statistik vital Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, data kesakitan dan kematian akibat-akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c.
Faktor Ekologi Dengan mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya seperti: Iklim, tanah dan irigasi.
5. Pemilihan Metode Penilaian Status Gizi Hal mendasar yang perlu di ingat bahwa setiap metode penilaian status gizi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan menyadari kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode dalam menentukan status gizi perlu di gunakan beberapa jenis metode yang akan memberikan gambaran yang kurang komprehensif tentang suatu keaadaan. (Supariasa, 2000)
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode yaitu : a.
Tujuan Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, seperti tujuan ingin melihat fisik seseorang maka metode yang digunakan adalah pengukuran antropometri. Sedangkan untuk melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya menggunakan metode biokimia.
b.
Unit sampel yang akan di ukur Untuk unit sampel yang akan di ukur yaitu kelompok yang rawan gizi, maka metode antropometri yang paling baik digunakan karena murah dan secara ilmiah dapat di pertanggung jawabkan.
c. Tersedianya fasilitas dan peralatan.
Penilaian antropometri lebih mudah dan murah jika dibandingkan dengan metode lainnya.
Penilaian status gizi secara biokimiawi memerlukan tenaga ahli Kimia dan analisis kimia. Sedangkan penilaian status gizi secara antropometri cukup menggunakan tenaga yang sudah dilatih sebelumnya.
e.
Waktu Untuk menilai status gizi di suatu masyarakat dalam waktu singkat, metode antropometri adalah yang paling baik digunakan.
f.
Dana Penggunaan metode biokimiawi relatif lebih mahal jika di bandingkan dengan metode penilaian status gizi lainnya. (Supariasa, 2000)
6. Antropometri Antropometri gizi yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari tingkat umur dan tingkat gizi.Pengukuran dengan cara antropometri merupakan cara yang paling mudah, tanpa peralatan canggih, langsung dan sudah lama dikenal.
Antropometri berasal dari kata anthropod artinya tubuh dan Metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan lemak, otot, dan jumlah air didalam tubuh. (Supariasa, 2000)
Pemeriksaan antropometri memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan.
Keunggulan antropometri : 1.
Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang telah dilatih.
3. Alatnya murah dan mudah dibawa serta tahan lama.
4. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lalu.
6. Umumnya dapat mengidentifikasikan status gizi sedang, kurang dan buruk karena memiliki ambang batas yang jelas.
7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap status gizi.
Kelemahan antropometri : 1.
Tidak sensitif sebab tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti defisiensi Fe dan Zink.
2. Faktor diluar gizi seperti penyakit genetik dan penurunan penggunaan energi dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran ini.
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi akurasi dan validitas pengukuran.
4. Kesalahan ini dapat terjadi pada pengukuran, analisis dan asumsi yang salah.
5. Kesalahan akibat kurang terlatihnya petugas pengukur, kesalahan alat tidak ditera dan kesulitan dalam proses pengukuran. (Supariasa, 2001) 7.
Cara Pengukuran Antropometri
Cara pengukuran tinggi badan : a.
Subjek dengan pakaian biasa tanpa sepatu dan menggunakan kaos kaki.
b.
Subjek berdiri pada tempat yang rata dan tepat dibawah microtoice.
c. Berat badan tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kepala tegak.
d.
Tangan tergantung bebas pada kedua sisi badan dengan arah telapak tangan menghadap ke arah paha.
e.
Kedua tumit berdekatan dan menyentuh dasar dinding vertikal.
f.
Bagian belakang (pantat) subjek menyentuh dinding vertikal. g.
Perintahkan subjek menarik nafas dan menahannya dalam posisi tegak tanpa merubah beban dari kedua tumit. (Arisman, 2004) Cara pengukuran berat badan yaitu : a.
Menggunakan pakaian biasa (menutup aurat), isi kantong dikeluarkan, subjek tidak menggunakan sepatu dan kaos kaki.
b.
Subjek berdiri diatas timbangan dengan beratnya tersebar merata pada kedua kaki dan posisi tegak, garis pandang adalah horiozntal.
c.
Kedua tangan tergantung bebas disamping badan dan telapak tangan menghadap kearah paha.
d.
Pengukur berdiri dibelakang subjek dan mencatat hasil timbangan.
8. Indeks Antropometri Indeks antropometri adalah kombinasi beberapa parameter antropometri.
Parameter antropometri yang dimaksud adalah umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLa), lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), dan tebal lemak di bawah kulit. Pada penelitian ini kami menggunakan parameter umur, berat badan, dan tinggi badan. Maka indeks antropometri yang kami gunakan adalah : 1.
Berat badan menurut umur (BB/U) Berat badan dapat memberikan gambaran massa tubuh.
Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya terserang penyakit, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).
Kelebihan indeks BB/U : a.
Lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum.
b.
Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.
c.
Sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.
d.
Dapat mendeteksi kegemukan.
e.
Pengukurannya mudah dan tidak memakan waktu yang lama. Sedangkan kelemahan indeks BB/U : a.
Tidak sensitif terhadap anak yg terlalu tinggi tetapi kurang gizi (atunted) b.
Umur sulit ditaksir, dan sering terjadi kesalahan dalam pengukuran akibat pengaruh pakaian atau gerakan anak saat ditimbang.
2. Tinggi badan menurut umur (TB/U) Tinggi badan merupakan parameter yang mnggambarkan pertumbuhan skeletal. Tinggi badan kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang singkat.indeks ini memperlihatkan keadaan gizi masa lalu dan erat kaitannya dengan status social ekonomi.
Kelebihannya indeks TB/U : a.
Baik untuk melihat nilai gizi masa lampau. b.
Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, mudah dibawa dan murah. Kelemahan indeks TB/U : a. Tinggi badan tidak cepat meningkat.
b.
Pengukuran relatif sulit karena dibutuhkan dua orang agar anak bias berdiri tegak.
c.
Umur kadang-kadang sulit didapatkan secara pasti.
3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang).
Keuntungan indeks BB/TB:
a) Tidak memerlukan data umur
b) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus) Kelemahan indeks BB/TB:
a) Tidak memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena factor umur tidak dipertimbangkan.
b) Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita.
c) Membutuhkan dua macam alat ukur.
d) Pengukuran relative lebih lama. e) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
f) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non professional. (Khomsan, 2004) C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik – baiknya menurut kemampuan pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan (Purwadarrninto, 1987).
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat. Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut : a. Faktor internal
Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu : 1) Faktor lntelegensi
Intelegensi dalarn arti sernpit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi untuk mata pelajaran matematika.
2) Faktor Minat Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu
3) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan (kekurangan gizi akan menghambat pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan), kesehatan jasmani, keadaan alat – alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas / labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.
b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu :
1) Faktor Guru Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan.
Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.
2) Faktor Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar. 3) Faktor Sumber - Sumber Belajar
Salah satu faktor yang rnenunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media / alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna (Ahmadi, 1998).
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa maka dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya. Tes prestasi belajar digolongkan dalam penilaian sebagai berikut:
1. Tes formatif Tes yang diberikan kepada siswa pada akhir program satuan pembelajaran. Fungsinya untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dalam penguasaan bahan atau materi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap bahasan tersebut.
2. Tes sub sumatif Tes yang diberikan kepada siswa pada tahap-tahap tertentu misalnya dua minggu sekali atau satu bulan sekali selama semester yang bersangkutan.