PERBANDINGAN KONSEP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT PANDANGAN TOKOH AISYIYAH DAN TOKOH FEMINISME DI KOTA MALANG

(1)

PERBANDINGAN KONSEP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT PANDANGAN TOKOH AISYIYAH

DAN TOKOH FEMINISME DI KOTA MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh:

SONI ZAKARIA

NIM. 09120039

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN SYARI’AH

2013


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang

Dan diterima untuk memenuhi persyaratan

Memperoleh gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Pada Tanggal: 27 Juli 2013

Dewan Penguji Tanda tangan

1. Dr. Moh Nurhakim. M.Ag 1. ……….

2. Idaul Hasanah, M. HI 2. ……….

3. Sungkanah. SH. M. Hum. 3. ……….

4. Ahda Bina Alfianto. M.HI 4. ………

Mengesahkan, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang

Dekan,


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kemutlakan milik Allah SWT, yang telah mengajarkan manusia dengan tetesan serta lembaran-lembarn ilmu, mengajarkan manusia dari yang buta hingga yang mengerti segalanya. Denga lantunan tasbih, tahmis, takbir, dan shalawat yang selalu menyertai sanubari penulis, pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktu yang telah penulis tetapkan dengan tetesan kringat perjuangan yang tidak akan terlupakan hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian tugas akhir ini dialui dengan proses yang panjang yang tidak akan sempurna tanpa bantuan dan kerjasama berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis perlu haturkan syukur dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muhajir Effendy. M.Ap. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Kampus Putih yang diasuhnya.

2. Bapak Drs. Sunarto, M.Ag. Selaku Dekan Fakltas Agama Islam yang telah memberikan kelancaran dalam proses pembuatan tugas akhir ini. 3. Bapak Azar Muttaqin. M.Ag. Selaku ketua jurusan Syari’ah yang telah

memberikan arah bimbingan dalam menyetujui judul dalam penelitian ini.

4. Bapak Dr. Moh. Nurhakim. M.Ag. Selaku Pembimbing satu yang tiada henti-hentinya memberikan dorongan serta bimbingannya di tengah-tengah kesibukannya hingga selesainya tugas akhir ini.

5. Ibunda Idaul Hasanah. S.Hi. M.Hi. Selaku Pembimbing dua yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini.

6. Para Informan yakni tokoh aktivis gender ibu Dr. Hj. Mufidah. M.Ag dan Dr. Hj. Umi Sumbula. M.Ag yang telah bersedia menelorkan ilmunya dalam penelitian tugas akhir ini.


(4)

iv

7. Para Informan yakni tokoh Aisyiyah Ibu Dra. Rukmini beserta ibu Sri Herawati yang juga telah memberikan sedikit waktunya untuk meluangkan demi kelancara tugas akhir ini.

8. Kedua orangtuaku, Ayahanda kasih Sudiro dan Ibunda tercinta Kiswatin, yang tiada henti-hentinya mengirimkan do’a di sela-sela waktu shalat kalian. Tanpa ridho dan keikhlasan kalian, tugas akhir ini tak akan di izinkan oleh Allah untuk selesai.

9. Kakaku tercinta Umi Rosyidah beserta Donni Yunus yang telah memberikan arahan serta bimbingannya dalam meniti lika-liku kehidupan kampus sebagai seorang mahasiswa sehingga aku lebih bisa memahami apa maksud dan tujuan dalam pengembaraan ilmu di dunia kampus. Serta nasehat-nasehat yang tiada henti-hentinya diberikan padaku beserta sajian diskusi ketika saya beranjak pulang.

10.Kakakku Fauzi firdaus beserta Istrinya terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah membantuku untuk menyelesaikan perkuliahanku dengan bantuan-bantuannya, walupun keberadaanmu jauh di samdura sana tetap memberikan dukunganku dan ornagtuaku.

11.Kakakku Muhammad Zaini beserta istrinya mbak Yulis, terima kasih atas do’a-do’anya dan dukungannya serta nasehat-nasehat yang kau berikan kepada adikmu, semoga engkau bahagia bersama istrimu dan membawa keluargamu lebih sukses dan bermanfaat bagi orangtua dan orang lain.

12.Adindaku yang masih kecil Zakia Asrarul Far’a maafkan kakak yang selama ini sering meninggalkanmu ketika kakak masih kuliah, dimana seharusnya kakak memberikan waktu lebih untuk belajarnya adek. Memberikan ajaran, pelajaran, serta membimbing dan menemani adek ketika adek lagi belajar. Sekali lagi maafkan kakak. Kakak ingin menangis ketika menulis persembahan ini buat adek, ketika melihat adek harus belajar sendirian di rumah ketika kakak-kakakmu semua sudah keluar rumah. Dan lebih ingin menangis lagi ketika kakak sudah mau selesai kuliah adek harus beranjak pergi untuk menimba


(5)

ilmu-ilmu agama di pesantren. Semoga apa yang dilakukan oleh orangtua kita untuk adek menjadikan yang terbaik buat adek, percayalah sama orang tua kita. Jangan takut menghadapi tantangan di luar sana, kakak yakin adek akan lebih sukses daripada kakak tetaplah istiqomah. Insyaallah kita akan bersama-sama membahagiakan orang tua.

13.Kepada KH. Abdullah Hasyim yang telah memberikan kesempatan untuk belajar ketarjihan di asrama bapak. Beserta ibunda Umi (bu Dollah) yang telah mengasuhku seakan-akan mengasuh anaknya sendiri. Dan maafkan aku selepas keluar dari asrama jarang silaturrahim kesana.

14.Kepada Kakak-kakak IMM Tamaddun FAI. Kakanda Arif Rahmawan terima kasih yang telah menampungku di komisariat ketika aku baru masuk menjadi mahasiswa baru lagi dalam keasingan serta bimbingannya selama ini karena tidak henti-hentinya memberikanku arahan dan bimbingannya untuk berjuang bersama di Komisariat Tamaddun tercinta ini. Kakandaku Bung Ari terima kasih telah memberikanku tempat singgah selama bulan Ramadhan ketika aku belum mempunyai tempat tinggal. Tak lupa kakanda-kakanda 2006 Abrar Ibrahim, Raja Sahman, Edi Rudianto, Kukuh Dwi Kurniawan, 2005 Ali Muthohirin, Hasnan Bachtiar, Ramadhani Al Barawi, Baits Diponegoro, Subhan Setowara, Pradana Boy, 2008 Fatkhul Mu’in, Amir Rifa’.

15.Teman-teman seiman dan seperjuangan di Komisariat IMM Tamaddun FAI. Muhammad Nabawi, Muhammad Bashiruddin, Dedi Hariadi, Hilman Eka, Nurul Karimah, Hadiatul Hikmah, Sholehah, Relung Garnisah, terima kasih atas kerjasamanya dalam back upannya untuk membangun komisariat bersama hingga mengorbankan waktu yang lebih. Kelak kita akan menjadi orang sukses bersama-sama.

16.Kader-kader semua baik kader 2010, 2011, 2012, terima kasih atas do’anya selama ini. Dan kakak do’akan komisariat akan lebih maju


(6)

vi

ditampuk kepemimpinan kalian. Kelak kita akan bertemu dalam keluarga besar IMM Tamaddun FAI.

17.Sahabat-sahabatku di Program Pendidikan Ulama’ Tarjih (PPUT) Angkatan 2009, canda tawa kalian merupakan kenangan tersendiri. Karena kalian semua pada koplak abis bercandanya.

18.Kawan-kawanku di jurusan Syariah, kehangatan diskusi didalam kelas merupakan bekal tersendiri bagi kita, karena kelak kita akan menjadi orang sukses, semoga apa yang kita cita-citakan bersama terwujud dan tergapai semuanya.

19.Khusus kepada Adinda tercinta, yakni adinda Nur Fitriana, terima kasih yang sebesar-besarnya telah menemani hari-hariku, pengalaman hidup lika-liku kehidupan, manis dan pahitnya kehidupan yang telah kita jalani bersama serta Canda tawa kasih merupakan kenangan tersendiri dan terimakasih atas pengorbanannya selama ini dalam penyelesaian skripsi ini. Dan maafkan aku karena selama ini sering membuatmu sering marah-marah, namun aku menyadari semua ini untuk kebaikan kita , semoga Allah memeberikan izin kepada kita untuk bersatu menjalani hidup bersama-sama serta menggapai cita-cita yang sudah kita rencanakan bersama.

Pada penghujung goresan tinta dalam lembaran penuh perjuangan ini, penulis sejenak mengingat bahwa karya ini tidak lepas dari kesempurnaan bagaikan laut yang tak ada rasa manis. Oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan demi kebaikkan kita semua. Semoga tugas akhir ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca lainnya. Amiiien.

IMM Gerakanku,,,TAMADDUN Jati Diriku,,,,,,semboyan yang tak pernah ku lupakan…..

Malang, 23 Juli 2013. Penulis


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM……… i

LEMBAR PERSETUJUAN……… ii

LEMBAR PENGESAHAN……… iii.

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………. iv

MOTTO……… v

PERSEMBAHAN……… iv

ABSTRAK……… x

KATA PENGANTAR……… xi..

PEDOMAN TRANSLITERASI……… xv.

DAFTAR ISI……… xvi

DAFTAR TABEL……… xx

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Masalah Penelitian……… 15

C. Tujuan Penelitian………. 15

D. Manfaat Penelitian……… 15

E. Metode Penelitian……… 16

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian……… 16

2. Objek Penelitian……… 17

3. Sumber Data………. 18


(8)

viii

5. Teknik Pengolahan Data……… 20

F. Sistematika Penulisan………. 21

BAB II KEPEMIMPINAN PEREMPUAN A. Konsep Kepemimpinan……… 23

B. Teori Kepemimpinan……… 25

1. Teori Kepemimpinan dalam Islam……… 25

2. Teori Kepemimpinan dalam Barat……… 29

C. Gaya dan Corak Kepemimpinan……… 33

D. Kepemimpinan Perempuan……… 35

1. Peluang Perempuan dalam Publik……… 35

2. Peran Perempuan dalam Publik……… 39

3. Peran Kepemimpinan dalam Islam……… 42

BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kondisi Kota Malang……… 47

1. Letak Geografis Kota Malang……… 47

2. Kondisi Sosial Agama di Kota Malang……… 48

B. Profil Oyek Penelitian……… 50

1. Profil Aisyiyah Kota Malang……… 50

1.1Tentang Aisyiyah……… 50

1.2Tokoh Aisyiyah……… 51

2. Profil Gerakan Feminisme Kota Malang……… 54

2.1Tentang Gerakan Feminisme……… 54


(9)

C. Hasil Penelitian……… 58 1. Pandangan Tokoh Aisyiyah……… 58 1.1Bentuk Aktualisasi Perempuan……… 58 1.2Hak-hak Perempuan dalam Mengaktualisasikan Diri… 62 1.3Pandangan terhadap Pemimpin Perempuan Sekarang… 63 1.4Kepemimpinan Perempuan dalam Legislatif………….. 64 1.5Tafsiran terhadap Ayat Kepemimpinan Perempuan….. 67 1.6Konsep Kepemimpinan Perempuan……… 68 2. Pandangan Tokoh Feminisme……… 69 2.1Bentuk Aktualisasi Perempuan………. 69 2.2Hak-hak Perempuan dalam Mengaktualisasikan Diri… 74 2.3Pandangan terhadap Pemimpin Perempuan Sekarang… 77 2.4Kepemimpinan Perempuan dalam Legislatif…………. 80 2.5Tafsiran terhadap Ayat Kepemimpinan Perempuan….. 82 2.6Konsep Kepemimpinan Perempuan……….. 84 BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN TOKOH AISYIYAH DAN

FEMINISME ……… 87

A. Bentuk Aktualisasi Perempuan………. 87 B. Hak-hak Perempuan dalam Mengaktualisasikan Diri…. 90 C. Pandangan terhadap Pemimpin Perempuan Sekarang…. 93 D. Kepemimpinan Perempuan dalam Legislatif………….. 95 E. Tafsiran terhadap Ayat Kepemimpinan Perempuan…… 97 F. Konsep Kepemimpinan Perempuan………. 99


(10)

x

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……… 105


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1. Persamaan Pandangan Antara Tokoh Aisyiyah dan

feminisme……… 109

Tabel 1. Perbedaan Pandangan Antara Tokoh Aisyiyah dan


(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kohir, Faqihuddin. (2001). Pengantar Editor; Fiqh Perempuan; Refleksi Kiai Atas Wacana Agama Dan Gender. Yogyakarta. LKIS.

Ardana, Komang. (2008). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Barokah, Muhammad. (1995). Perempuan Islam Dalam Perkembangan Zaman: Feminisme Tidak Harus Ditolak. Jakarta: Golden Terayon Press.

Boy, Pradana. (2008). Fikih Jalan Tengah: Dialektika Hukum Islam dan Masalah-Masalah Masyarakat Modern. Bandung: Hamdallah

Boy, Pradana. (2007, Januari Juni). Fleksibilitas Hukum Islam Dalam Perkembangan Zaman. Ulumuddin. No 03, 343-353.

Bungin, Burhan. (2001). Metodologi Penelitian Sosial Format-format Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Danim, Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Trnasformasional Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara.

Effendy, Onong U. (1958). Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: Alumni. Fakih, Mansour. (2003). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Kamla Bhasin, Nighat Said Khan. (1995). Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevansinya. Jakarta:

Kant, Immanuel. (1958). Groundwork of the Metaphysic of Morals. (Terj. H.J.Paton). New York: Harper Torchbooks.


(13)

Koentjaraningrat. (1997). Metode-metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lukman S, Thahir. (2003). Studi Islam Multidisipliner, Aplikasi Pendekatan Filsafat, Sosiologi, dan Sejarah. Yogyakarta: Qirtas.

Mahfudh, Sahal. (2001). Pengantar: Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender. Yogyakarta: LKIS.

Mas’udi, Masdar F. (1999). Memposisikan kodrat Perempuan dan Perubahan Dalam Prespektif Islam ; Reinterpretasi Ajaran Islam Tentang Perempuan. Bandung: Mizan.

Moekijat. (1989). Tata Laksana Kantor, Manajemen Perkantoran. Bandung: Mandar Maju.

Moekijat. (1988). Asas-asas Perilaku Organisasi. Bandung: Mandar Maju.

Muhammad, Husein. (2001). Fiqh Perempuan; Refleksi Kiai Atas Wacana Agama Dan Gender. Yogyakarta. LKIS.

Muhanif, Ali. (2002). Perempuan Dalam Literatur Islam Klasik. Jakarta: GRAMEDIA.

Munawwir, Imam. Asas-asas Kepemimpinan Dalam Islam. Surabaya : Usaha Nasional.

Najmah Sa’idah. Husnul Khatimah. (2003). Revisi Politik Perempuan: Bercermin pada Shahabiyat r.a.. Bogor : Idea Pustaka.

Panduan Pemilih Musyawarah Daerah Aisyiyah Kota Malang. 2011.

PDA. (2010). Laporan Dinamika Gerakan Aisyiyah PDA Kota Malang Periode 2010-2012.


(14)

xiv

Prawirohardjo, Sarwono. (1958). Leadhership dalam pekerjaan. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Qardawi,Yusuf. (2003). Al-Mujtama‟ Al Islamy Al ladzi Nunsyiduhu. (Terj.Abdus Salam Masykur). Solo: Era INTERMEDIA.

Rauf Hibah ‘Izzat. (1997). Al-Mar‟ah wa al-„Amal al-Siyasi, Ru‟yah Islamiyyah, terj. (Bahruddin Fanani). Al-Ma’had al-‘Alami li al-Fikr al-Islami.

Rauf Izzat, Hibah. (1997). Penglibatan Wanita Dalam Politik Mengikut Prespektif Islam, (terj). Malaysia: Selangor Darul Ihsan.

Rauf ‘Izzat, Hibbah. (1997). Wanita dan Politik Pandangan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ridwan. (2008, Januari-Juni). Kepemimpinan Politik Perempuan Dalam Literature Islam Klasik.Studi Gender dan Anak: Vol.3 No.1 2008 pp. Rianse Usman, Abdi. (2008). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori

dan Aplikasi. Bandung: ALFABETA.

Satori Jam’an, Aan Komariah. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif.. Bandung: Alfabeta.

Shihab, Quraish. (1996). Wawasan Al-Qur`an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Penerbit Mizan.

Siagian, Sondang P. (1998). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Pt Rineka Cipta.

Sukanto Reksohadiprodjo, Hani Handoko. (1994). Organisasi Perusahaan: Teori Struktur dan Perilaku. Yogyakarta: BPFE.


(15)

Takariawan, Cahyadi. (2003). Fiqih Politik Perempuan. Solo: Era INTERMEDIA.

Toha,Miftah. (2002). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafida Persada.

Tong, Rosemarie. (1998). Feminist Thought, Pengantar paling Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta:

UU No 2 Tahun 2008, Tentang Partai Politik.

Wahid, Abdurrahman. (1999). Memposisikan Kodrat, Perempuan dan Perubahan dalam Prespektif Islam. Bandung: Mizan.

Internet :

Arsyad, Peran Perempuan Dalam Politik, Di akses pada tanggal 27 Maret 2013. Dari http://olanarsyad.blogspot.com/2012/06/kata pengantar- bismillahhirr-hmanirr.htm

Hariyanto, Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli. Diakses pada tanggal 27 Maret 2013 dari http://belajarpsikologi.com/ pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/

Peranan Wanita Dalam Pembangunan Berwawasan Gender. Diakses pada tanggal 27 Maret 2013. Dari http://kumpulan-makalah-dan-artikel.blogspot.com/.

Sudrajat, Ahmad. Kepemimpinan Perempuan, Diakses pada tanggal 30 April 2013. Dari www.google.com/kepemimpinan perempuan.


(16)

xvi

Sutarwan, Mahmud, Konsep Kepemimpinan Islam Study Normatif, Komparatif dan Historis. Di akses tanggal 27 Maret 2013. Dari http://ribathdeha.wordpress.com/category/artikel/


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Berbicara tentang persoalan kepemimpinan perempuan tidak terlepas dari berbagai pandangan dari beberapa kalangan, baik dalam pandangannya bersifat membolehkan ataupun sebaliknya melarang perempuan dalam memimpin. Sebagian lain memandang secara umum bahwa pemimpin lebih banyak di perankan oleh kaum laki-laki daripada kaum perempuan karena Nabi dan Rasul adalah refleksi dari pemimpin, baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil, dan suka atau tidak suka, mereka adalah contoh, pedoman atau acuan bagi manusia lainnya, begitupun juga dalam shalat berjamaah, bahwa yang berhak menjadi imam adalah dari golongan kaum laki-laki.

Hal semacam ini menandakan bahwa konsep kepemimpinan selalu dibebankan kepada pihak laki-laki, dan kaum perempuan pun tidak sepatutnya untuk menjadi pemimpin bagi laki-laki. Hal seperti ini menjadi kenyakinan bahwa perempuan tidak berhak menjadi pemimpin, baik pemimpin domestik (rumah tangga) maupun pemimpim publik (masyarakat). Kaum hawa hanya berhak dipimpin oleh laki-laki dalam berbagai sendi kehidupan dan profesi, baik itu dalam hal rumah tangga, pendidikan, perdagangan, bisnis lebih-lebih dalam masalah hukum dan politik. Semua itu didasarkan pada salah satu Firman Allah yang mengatakan bahwa “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita (QS. An Nisaa (4):34).

Keyakinan seperti itu memberikan konsekuensi logis bahwa yang wajib memimpin baik dalam wilayah domestik maupun publik adalah kaum laki-laki. Karena kaum perempuan tidak wajib memimpin maka kaum


(18)

perempuan hanyalah sebagai kaum yang diatur oleh kaum laki-laki. Pemahaman semacam ini memberikan gambaran adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam kemampuan memimpin.

Perkembangan zaman dalam kehidupan modern ini memberikan banyak peluang bagi kaum perempuan dalam wilayah manapun, termasuk dalam wilayah pendidikan. Mulai dari pendidikan pra sekolah hingga ke perguruan tinggi. Sehingga di era modern ini banyak kita jumpai beberapa profesi guru lebih didominasi perempuan dan juga banyaknya professor dari kalangan kaum perempuan. Dengan diraihnya kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan maka kaum perempuan sudah tidak lagi tertinggal oleh kaum laki-laki, yang dahulunya hanya dinikmati oleh kaum laki-laki. Implikasi dari tingkat pendidikan yang diraih ini, maka kaum perempuan memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki sehingga sudah tidak ada perbedaan lagi, sehingga kaum perempuan mempunyai hak yang sama dalam berbagai hal dalam ikut serta berkiprah di dunia, termasuk dalam hal memimpin.

Melihat persoalan di atas menandakan adanya perkembangan zaman yang semakin hari semakin pesat dengan disertai sejumlah perkembangan dalam bidang kehidupan meniscayakan agama untuk memberikan jawaban yang lugas. Sebab perubahan tersebut selalu mengundang permasalahan baru, yang tidak lepas dari persoalan dalam dunia hukum Islam. Sehingga hubungan antara masalah baru dengan hukum Islam selalu diwarnai dengan perdebatan yang begitu panjang, sebab permasalahan baru yang muncul belakangan ini sebelumnya tidak serumit apa yang kita pikirkan. Termasuk dalam persoalan kepemimpinan perempuan.


(19)

Oleh karena itu hukum Islam harus mampu untuk menjawab berbagai permasalahan baik masalah yang belum pernah ada ataupun yang sudah ada. Mengingat spirit hukum Islam adalah spirit zaman. Sesuai dengan adagiumnya yang terkenal dalam dunia hukum Islam adalah al-Islamu shalikul li kulli zaman wa makan (Islam senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat).

Konsekuensi logis dari perkembangan zaman yang disertai dengan kemajuan ilmu pengetahuan itu menimbulkan perebutan tafsir, yaitu suatu persaingan untuk memperbutkan kebenaran tafsir agama. Seperti apa yang dipaparkan oleh Amin Abdullah dalam pengantar buku Fikih Jalan Tengah karangan Pradana Boy, bahwa persoalan kebenaran teks-teks agama menjadi problem serius dalam kehidupan masyarakat beragama, sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, teks-teks dan agama selalu dicarikan relevansinya dengan situasi kehidupan sebuah masyarakat.1

Lebih lanjut menurut Pradana Boy terkait persoalan perkembangan hukum Islam memunculkan adanya fleksibilitas hukum Islam, dimana fleksibiltas hukum Islam ini dimaknai dalam dua konteks: 1)bahwa hukum Islam senantiasa relevan pada setiap zaman dan setiap tempat; dan 2) bahwa dalam satu perbuatan, hukum Islam bisa menentukan tiga atau empat hukum sekaligus, walaupun terjadi pertentangan antara teks dan konteks, manakah yang harus dimenangkan.2 Sehingga memunculkan adanya perdebatan dalam suatu permasalahan.

1

Amin Abdullah (pengantar), Pradana Boy, Fikih Jalan Tengah: Dialektika Hukum Islam dan Masalah-Masalah Masyarakat Modern (Bandung: 2008), hal vii.


(20)

Permasalahan dalam perdebatan terkait hukum Islam di sini salah satunya adalah perdebatan persoalan kepemimpinan perempuan dalam dunia publik. Secara khusus kepemimpinan dalam wilayah politik. Diskursus kepemimpinan perempuan ini adalah salah satu isu klasik yang selalu diangkat kembali dalam dunia pemikiran hukum Islam saat ini. Dimana diskursus ini melahirkan perdebatan yang kontroversial baik yang pro ataupun yang kontra, masing-masing mengusung argumennya sesuai dengan tingkat pemahamannya dan kepentingannya.

Argumentasi baik yang pro maupun yang kontra selalu mewarnai diskursus ini sepanjang sejarah dan belum berakhir hingga hari ini, apalagi ketika menjelang pemilihan kepala daerah. Pertentangan terhadap kaum perempuan untuk tampil dalam dunia publik dalam wilayah politik ini tidak lepas dari peran tafsir sebagian para ulama‟ yang mencoba menafsirkan ayat -ayat pelarangan kaum perempuan untuk menjadi pemimpin di ruang publik.

Mengenai penafsiran tentang perempuan dalam kerumitan modernitas saat ini, sikap-sikap ekstrim banyak kita saksikan. Satu pihak ekstrim melecehkan norma dan rambu-rambu Illahiyah, pihak lainnya ekstrem dalam kekakuan mereka terhadap pemahaman-pemahaman nilai-nilai ajaran Islam. Fenomena seperti itu memberikan pengertian bahwa di satu pihak cenderung memberikan kebebasan tanpa batas dengan mengatasnamakan kemajuan pemikiran Islam, sedang pihak lainnya mengekang peran-peran perempuan di luar rumah dengan mengatasnamakan menjaga kemurnian ajaran Islam.3

3


(21)

Pendapat sebagian ulama‟ mengenai larangan terhadap kepemimpinan perempuan semacam ini didasari dengan salah satu ayat yang terdapat dalam Al Qur‟an surah An-Nisa ayat 34 yang berbunyi :



































“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah

Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al-Nissa‟: 34).4

Ayat ini yang seringkali dijadikan sebagai dasar sebagian ulama‟ dalam melarang perempuan untuk menjadi pemimpin dalam wilayah manapun, termasuk di sini adalah wilayah publik. Karena Secara umum mereka berpandangan bahwa laki-laki lebih kuat baik secara fisik maupun mental ketimbang perempuan laki-laki merupakan pemimpin kaum perempuan. Sebagian lagi beberapa ulama‟ juga menafsirkan bahwa ayat tersebut hanya berlaku dalam wilayah domestik, artinya itu hanya dalam persoalan di dalam rumah tangga keluarga. Seperti apa yang di paparkan oleh Yusuf Qardhawi bahwa perempuan boleh menjadi pemimpin, semisal menjadi


(22)

direktur, dekan, ketua yayasan, anggota majelis perwakilan rakyat atau yang lainnya selama memang diperlukan.5

Menurut Ridwan6, dalam tulisannya yang berjudul kepemimpinan politik perempuan dalam literatur Islam klasik sebagai agama yang berdasarkan pada sumber-sumber tekstual (al-Qur‟an dan Hadis), maka doktrin agama Islam yang ada dalam teks dipahami dan ditafsirkan oleh manusia yang sudah barang tentu hasil penafsirannya antara satu penafsir dengan penafsir lain berbeda-beda. Penafsir dalam membuat penafsiran terhadap teks-teks agama sangat dipengaruhi oleh subjektivitas pribadi dan kapasitas keilmuan, serta sistem budaya dan politik yang mengitari kehidupan penafsir.7

Salah satu implikasi teologis terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an dan Hadis mengenai perempuan adalah munculnya perasaan takut dan berdosa bagi kaum perempuan bila “menggugat” atau menolak penafsiran yang mensubordinasikan posisi mereka di hadapan laki-laki, baik dari sisi martabatnya maupun hak-haknya. Realitas teks dan sosiologis menempatkan perempuan, baik pada dunia teks maupun praksis pada posisi diskriminatif, terutama pada hal-hal; Pertama, ada setereotipe bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah karena ia diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Kedua, kualitas kedirian perempuan adalah separoh dari laki-laki. Ketiga,

5

Yusuf Qardawi, Malamih Al-Mujtama‟ Al Islamy Al ladzi Nunsyiduhu, terj.Abdus Salam Masykur (Solo: 2003), hal 158.

6 Ridwan adalah Magister Agama (M.Ag.), dosen tetap Jurusan Hukum Islam (Syari‟ah) STAIN Purwokerto. Bukunya yang popular adalah: Membongkar Fiqh Negara (PSG STAIN Purwokerto & Unggun Religi, 2005).

7

Ridwan,” kepemimpinan politik perempuan dalam literature Islam klasik, “ Jurnal Stuidi Gender dan Anak: Vol.3 No.1 (Jan-Jun 2008) pp.17-29.


(23)

perempuan tidak layak menjadi pemimpin negara karena dinilai tidak cakap mengurusi masalah-masalah sosial yang berat dan pelik.8

Diskursus panjang terkait persoalan perempuan dalam wacana sosial dan politik menurut Cahyadi dalam bukunya yang mengupas tentang fiqih politik perempuan, bahwa sangat diperlukan untuk menemukan jati diri perempuan dan laki-laki dalam bidang ini, rambu-rambu penting yang perlu dikemukakan sejak dini adalah, bahwa lantaran landasan sistem politik dalam Islam adalah keimanan kepada Allah, maka ketundukkan itu terjadi dengan membabi buta, bahkan Islam mendorong untuk menerima dan akhirnya tunduk secara cerdas dan argumentatif.9

Mengingatkan kembali bahwa Islam sebagai agama peripurna telah meletakkan ukuran-ukuran yang tepat bagi segala ruang dan waktu kehidupan kemanusiaan. Keseimbangan menjadi titik penting dalam penetapan ukuran-ukuran tersebut. Realitas adanya laki-laki dan perempuan adalah salah satu sunnatullah keseimbangan, dimana kedua jenis makhluk Allah tersebut bisa saling melengkapi dan bekerja sama secara proposional pada segala medan kehidupan.10

Islam telah memberikan ketetapan mengenai kesamaan status kehambaan antara laki-laki dan perempuan baik dalam persoalan Ibadah, ber-Amar Makruf maupun dalam hal keimanan. Sesuai dalam Al Qur‟an sebagaiman berikut.

8

Lukman S. Thahir, Studi Islam Multidisipliner, Aplikasi Pendekatan Filsafat, Sosiologi, dan Sejarah (Yogyakarta: Qirtas, 2003) hal.125-126.


(24)









































“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218], laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki-laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”

Dalam hal kewajiban Amar Makruf dan nahi mungkar pada surat At-Taubah ayat 71.





















“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”11

Begitu juga kesamaan laki-dan perempuan dalam hal keimanan dan amal shaleh terdapat pada surat An-Nahl ayat 97 yang berbunyi:

11


(25)











12

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baikdan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Ayat-ayat yang telah disebutkan di atas tersebut, memberikan gambaran bahwa status kedukukan antara laki-laki dan perempuan pada dasarnya adalah sama, baik dalam hal sosial maupun politik. Sehingga antara keduanya baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk bisa menjadi manusia yang baik.

Prinsip kesetaraan tersebut dimaksudkan untuk membentuk hubungan yang harmonis antara laki-laki dan perempuan. Realisasi prinsip kesetaraan ini di antaranya tercermin dalam konsep perkawinan. Dimana perkawinan dalam Islam didasarkan pada akad kontrak antara dua orang yang sepakat untuk membangun kebersamaan hidup. Prinsip kesetaraan tersebut menjadi sebab terbukanya peluang bagi perempuan untuk menjadi patner laki-laki dalam mengarungi hidup mereka.13

Dari gambaran permasalahan di atas, menggambarkan bahwa ada beberapa konsep terkait persoalan kepemimpinan perempuan baik yang pro maupun yang kontra, sedangkan melihat realitas yang ada sekarang, seiring dengan munculnya banyaknya calon-calon pemimpin dari kalangan perempuan,yang mana berangkat dari persoalan ini muncul beberapa gagasan dari beberapa kalangan, baik kalangan para ulama‟ yang tergabung dalam

12


(26)

ormas Islam ataupun kaum feminisme atau aktivis perempuan yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Oleh karena itu perbincangan mengenai persoalan kepemimpinan perempuan dalam hal ini tidak terlepas dari beberapa gagasan/pemikiran para kaum feminisme yang memperjuangkan hak-haknya sebagaimana adanya, karena kaum feminisme melihat bahwa masih ada diskrimasi terhadap kaum perempuan dalam aspek politk, persoalan diskriminasi sering diarahkan pada masalah minimnya kesempatan bagi perempuan untuk duduk dalam posisi strategis di pemerintahan, parlemen, parpol, ormas, maupun organisasi publik lainnya. Sebagai contoh, presentase perempuan yang duduk di parlemen di Jepang hanya sebesar 6,7% dan di Singapura hanya 3,7%, di Amerika yang juga liberal juga hanya 10,3%. Di Indonesia sendiri kondisinya masih lebih baik daripada Negara-negara tersebut, yaitu dengan prosentase sekitar 12,2 %.

14

.

Selain itu menurut Hibbah Rauf Izzaat bahwa sudah banyak sekali tulisan yang menyangkut hak-hak asasi wanita dalam Islam. Akan tetapi setelah melihat tanggungjawab politiknya pada peringkat ummat, tidak ditemukan perhatian yang memadai untuk itu. Dalam hal ini sebagian orang beranggapan bahwa wanita tidak mempunyai keahlian untuk ikut serta dalam kegiatan politik, sedangkan sebagian yang lain mengatakan bahwa wanita memiliki keahlian untuk itu.15

Berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Pradana Boy, perempuan dalam wilayah publik, dalam konteks Indonesia, demokrasi dan keterlibatan

14

Ratna Megawangi, Membiarkan berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender. (Yogyakarta: 1999), hal 25.

15

Hibah Rauf „Izzat, Al-Mar‟ah wa al-„Amal al-Siyasi, Ru‟yah Islamiyyah, terj. Bahruddin Fanani (1997).


(27)

perempuan adalah dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. Karena itu, demokrasi dan keterlibatan perempuan dalam dunia publik sangat erat hubungannya dan saling mempengaruhi. Di satu sisi, demokrasi menpersyaratkan keterlibatan perempuan, sementara gerakan perempuan memainkan perempuan peran signifikan dalam turut mempercepat proses demokratisasi di Indonesia. 16

Pada tataran selanjutnya, persoalan diskriminasi peran politik perempuan inilah yang sering muncul kepermukaan dan menjadi topik paling hangat di bicarakan. Bahkan bisa dikatakan, isu ini menjadi isu strategis yang saat ini menjadi agenda pokok perjuangan para pembela hak-hak perempuan di manapun adanya.17

Fenomena tersebut menggambarkan bahwa ini merupakan gambaran “suram” potret nasib perempuan yang kian di dramatisasi oleh penisbatan berbagai istilah persoalan perempuan. kemiskinan, kekerasan, dan diskriminasi seolah menjadi lekat dalam setiap perbincangan mengenai perempuan. Bahkan sampai muncul kesan bahwa persoalan-persoalan di atas memang hanya mutlak menjadi “milik” kaum perempuan, sehingga disimpulkan bahwa dunia sudah tak pernah memihak pada kaum perempuan.18

Oleh karena itu persoalan perempuan memunculkan simpati yang besar dari sebagian kalangan, sehingga menjadi sebuah “kesadaran” untuk memperjuangkan nasib mereka dengan cara-cara/metode tertentu. Maka gerakan “kesadaran” inilah yang kemudian kita kenal dengan istilah feminisme. Gerakan feminisme sesungguhnya berangkat dari asumsi dan

16

Pradana Boy, Op-Cit, hal 131-132. 17


(28)

keasadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan di eksploitasi, oleh karena itu feminisme juga sering didefinisikan sebagai suatu “kesadaran” akan penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan yang terjadi baik dalam keluarga, di tempat kerja, maupun di masyarakat serta adanya tindakan sadar oleh laki-laki maupun perempuan untuk mengubah keadaan tersebut.19

Hanya saja, sebagaimana ide maupun gerakan yang lain, feminisme sesungguhnya bukan merupakan pemikiran atau aliran yang tunggal, melainkan terdiri atas berbagai ideologi, paradigma, serta teori yang dipakai oleh mereka masing-masing.20

Persoalan di atas memang menjadi sebuah fenomena sejarah, dimana adanya sebuah tuntutan persamaan hak kaum perempuan terhadap laki-laki. Dengan mempermasalahkan persamaan hak kaum perempuan, sesungguhnya merupakan aktivitas yang akan menjadi kesibukan yang tiada habis-habisnya bagi kaum perempuan. Oleh karena itu lahirnya penilaian adanya ketidakadilan dalam kehidupan ini, antara posisi kaum perempuan dan laki-laki, telah mengilhami perlunya faham feminisme.21

Oleh sebab itu persoalan tersebut sangat menarik untuk dikaji sehingga sangat menggugah hati peneliti untuk melakukan kajian secara mendalam mengenai konsep kepemimpinan perempuan dalam pandangan Ormas perempuan Islam dan kaum feminisme di kota Malang. Selain itu hasil akhir penelitian ini diharapkan mampu merubah paradigma masyarakat terhadap bagaimana konsep kepemimpinan perempuan yang akhir-akhir ini selalu mewarnai kontes panggung politik di negara demokrasi ini, dan diharapkan

19

Ibid, Hal 31. 20

Dr. Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: 2003) hal 79. 21

Muhammad Barokah, Perempuan Islam Dalam Perkembangan Zaman: Feminisme Tidak Harus Ditolak, (Jakarta: 1995), hal vii.


(29)

juga, penelitian ini mampu memberikan kesadaran dari berbagai pihak kususnya pada kaum perempuan tekait persoalan kepemimpinan perempuan sehingga tidak memunculkan stigma-stigma negatif kepada kaum perempuan.

Berdasarkan wacana di atas terkait bagaimana kelompok-kelompok Islam memandang perempuan dalam wilayah kepemimpinan publik serta bagaimana kaum feminisme memandang persoalan yang sama itulah maka penulis mencoba merumuskan penelitian dengan judul PERBANDINGAN KONSEP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT PANDANGAN TOKOH AISYIYAH DAN TOKOH FEMINISME DI KOTA MALANG.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, sebagaimana telah diuraikan di atas, supaya pembahasannya jelas dan efektif, penulis merumuskan masalah hanya beberapa masalah yang mendasar, dengan rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh Aisyiyah kota Malang?

2. Bagaimana konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh feminisme kota Malang?

3. Bagaimana perbedaan konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh Aisyiyah dan tokoh feminisme di kota Malang? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian mengenai konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh Aisyiyah kota Malang dan tokoh feminisme ini mempunyai tujuan yaitu:


(30)

1. Untuk mengetahui konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh Aisyiyah di kota Malang.

2. Untuk mengetahui konsep kepemimpinan perempuan menurut tokoh feminisme di kota Malang.

3. Untuk mengetahui perbedaan konsep kepemimpinan perempuan antara tokoh Aisyiyah dan tokoh feminisme di kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuan di atas, penelitian tentang konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh Aisyiyah kota Malang dan tokoh feminisme ini berharap mempunyai manfaat yaitu:

a. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa yang bergelut dalam dunia pemikiran hukum Islam kontemporer.

b. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas khususnya pada perempuan tentang wacana kepemimpinan perempuan.

c. Untuk memberikan beberapa wacana terkait kepemimpinan perempuan kepada beberapa pihak, baik kelompok Islam ataupun kaum feminisme. d. Untuk memberikan wacana terkait perbedaan perbandingan konsep

kepemimpinan perempuan antara tokoh Aisyiyah dan tokoh feminisme di kota Malang.

E. Metode Penelitian.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan melalui pendekatan kualitatif maka dalam penelitian ini akan berinteraksi secara langsung dengan beberapa informan, mengenal


(31)

secara dekat, sehingga akan menjadi salah satu keberhasilan dalam suatu penelitian.22 Dalam hal ini penelitian akan dilakukan dengan sasaran terbatas, tetapi dengan keterbatasan sasaran penelitian yang ada justru akan digali data sebanyak mungkin mengenai sasaran penelitian dengan demikian, walaupun sasaranya terbatas, tetapi kedalaman data, kualitas data, tidak terbatas. Semakin berkualitas data yang dikumpulkan, maka penelitian ini semakin berkualitas.23

2. Objek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di kota Malang. Lokasi ini dipilih karena masyarakat di kota Malang sangatlah heterogen baik agama, suku, budaya bahkan pekerjaanya. Dengan melihat begitu heterogen masyarakat tersebut, kemungkinan besar permasalahan yang muncul di tengah-tengah masyarakat sangatlah kompleks, seperti apa yang kita lihat sekarang sehingga membutuhkan penyelesaian yang efektif dan cepat.

Selain itu melihat kondisi perpolitikan di kota Malang menjelang pemilihan kepala daerah atau walikota, partisipasi kaum perempuan dalam pencalonan pemimpin turut ikut mewarnai pentas demokrasi yang ada di kota Malang. Sehingga perbincangan terkait kepemimpinan perempuan tidak akan habis untuk selalu di diskusikan baik dalam kalangan para ulama‟ ataupun para aktivis perempuan yang ada di kota Malang.

22

UsmanRianse & Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi, (Bandung: 2008), hal 7.


(32)

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah beberapa tokoh yang tentunya memiliki pemahaman terkait konsep kepemimpinan perempuan yang berbeda-beda, baik yang pro, kontra atupun yang moderat, tokoh inipun akan di ambil dari beberapa tokoh Islam yang tergabung dalam ormas Islam perempuan, selain tokoh Islam, peneliti juga akan mengambil dari kelompok aktivis perempuan yang tergabung atau yang pernah bergabung dalam Pusat Studi Wanita atau Pusat Studi Gender yang bergerak dalam bidang perempuan atau kewanitaan yang faham akan feminisme.

Untuk melihat bagaimana menurut pandangan tokoh Aisyiyah kota Malang dan tokoh feminisme ini, peneliti menggunakan dua acuan yakni sejauh mana pandangan kedua tokoh tersebut mengenai konsep kepemimpinan perempuan, serta bagaimana sikap mereka terhadap kepemimpinan perempuan itu sendiri.

3. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.24 Oleh karena itu sumber data yang penulis ambil sebagai penelitian yaitu dapat dibedakan atas:

a. Sumber Data Primer

Data Primer yaitu sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan dan data tersebut diperoleh langsung dari wawancara dari beberapa informan yang tergabung dalam ormas Islam dan kaum feminisme.

24


(33)

b. Sumber Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka yang mencangkup literatur beberapa buku yang terkait dengan persoalan kepemimpinan perempuan. Selain itu juga beberapa buku tentang metode penelitian, media internet dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan secara lisan untuk tujuan penelitian dengan cara melalui tanya jawab sembari berhadapan muka dengan narasumber.25 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data dan informasi terkait konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh Aisyiyah kota Malang dan tokoh feminisme dari beberapa aktivis perempuan yang ada di kota Malang, dimana isi dari materi wawancara adalah persoalan yang ditanyakan kepada responden yang berkisar antara masalah dan tujuan penelitian ini.26

Dalam hal ini pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab kepada para informan yang tergabung dalam ormas Islam dan kalangan aktivis perempuan yang ada di kota Malang dengan system wawancara mendalam (dept interview). Adapun makna dari dept interview adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian dengan cara dialog antara peneliti sebagai

25


(34)

pewawancara dengan informan atau yang memberi informasi dalam konteks observasi partisipasi.27

Adapun pertanyaan yang diajukan harus mengikuti panduan tertulis (guide) yang telah dibuat sebelumnya agar wawancara yang dilakukan lebih terarah secara sistematik. Sehingga diperoleh data yang berkualitas dan tidak diragukan lagi.

5. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan sumber normatif (buku) akan diolah menggunakan enam cara yakni:

a. Editing, yaitu meneliti kembali catatan atau data yang telah ada untuk mengetahui dan memperbaiki kesalahannya.

b. Classifiying, yaitu proses pengelompokan data yang dibutuhkan. Seluruh data hasil wawancara dibaca, diteliti ulang, ditelaah secara mendalam dan dikelompokkan berdasarkan kebutuhan data.

c. Verifying, yaitu tindakan mencari kebenaran dan validitas suatu data, sehingga nantinya pembaca akan merasa yakin terhadap data atau informasi.

d. Analisying, yaitu proses pengolhan data dengan cara mengurai dan mengupas data yang ada sehingga akan lebih mudah dipahami oleh pembaca.

e. Conclusyinmg, yaitu penarikan kesimpulan atau hasil dari rangkaian penelitian. Pada proses concluding ini berisi tentang jawaban semua persoalan yang terdapat pada rumusan masalah.

27Satori, Jam‟an dan Aan Komariah.

Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: 2009., hal 131.


(35)

f. Finishing, yaitu proses terakhir yang dilakukan untuk meneliti kembali, dengan cara mengecek ulangtulisan dan data-data sampai tidak ada kesalahan lagi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika ini untuk mempermudah dalam penulisan dan pembahasan hasil penelitian yang di uraikan agar memperoleh hasil yang sistematis , terarah, dan menyeluruh sesuai dengan judlu penelitian ini, dengan gambaran sebagaimana berikut:

Di dalam bab satu ini adalah bab pendahuluan yang merupakan pengantar secara umum yang berkaitan dengan tema penelitian yang di angkat oleh penulis yang terdiri dari: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

Dalam bab dua ini akan di paparkan mengenai definisi kepemimpinan, dasar hukum kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, syarat dan rukun pemimpin, alasan-alasan penolakan dan dukungan kepemimpina perempuan, sikap-sikap para ulama dan aktivis terkait persoalan kepemimpinan perempuan. Dengan ini di harapkan penulis lebih muda menganalisa fenomena tersebut.

Bab ketiga ini akan menguraikan tentang pembahasan, di sini penulis memaparkan hasil penelitian terkait hasil wawancara terhadap tokoh Aisyiyah di kota Malang dan tokoh feminisme.

Di dalam bab keempat ini, penulis memaparkan analisa penulis terhadap hasil penelitian terhadap perbandingan konsep kepemimpinan perempuan.

Bab kelima ini merupakan bab yang terakhir dari keseluruhan pembahasan dari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.


(1)

1. Untuk mengetahui konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh Aisyiyah di kota Malang.

2. Untuk mengetahui konsep kepemimpinan perempuan menurut tokoh feminisme di kota Malang.

3. Untuk mengetahui perbedaan konsep kepemimpinan perempuan antara tokoh Aisyiyah dan tokoh feminisme di kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuan di atas, penelitian tentang konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh Aisyiyah kota Malang dan tokoh feminisme ini berharap mempunyai manfaat yaitu:

a. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa yang bergelut dalam dunia pemikiran hukum Islam kontemporer.

b. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas khususnya pada perempuan tentang wacana kepemimpinan perempuan.

c. Untuk memberikan beberapa wacana terkait kepemimpinan perempuan kepada beberapa pihak, baik kelompok Islam ataupun kaum feminisme. d. Untuk memberikan wacana terkait perbedaan perbandingan konsep

kepemimpinan perempuan antara tokoh Aisyiyah dan tokoh feminisme di kota Malang.

E. Metode Penelitian.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan melalui pendekatan kualitatif maka dalam penelitian ini akan berinteraksi secara langsung dengan beberapa informan, mengenal


(2)

secara dekat, sehingga akan menjadi salah satu keberhasilan dalam suatu penelitian.22 Dalam hal ini penelitian akan dilakukan dengan sasaran terbatas, tetapi dengan keterbatasan sasaran penelitian yang ada justru akan digali data sebanyak mungkin mengenai sasaran penelitian dengan demikian, walaupun sasaranya terbatas, tetapi kedalaman data, kualitas data, tidak terbatas. Semakin berkualitas data yang dikumpulkan, maka penelitian ini semakin berkualitas.23

2. Objek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di kota Malang. Lokasi ini dipilih karena masyarakat di kota Malang sangatlah heterogen baik agama, suku, budaya bahkan pekerjaanya. Dengan melihat begitu heterogen masyarakat tersebut, kemungkinan besar permasalahan yang muncul di tengah-tengah masyarakat sangatlah kompleks, seperti apa yang kita lihat sekarang sehingga membutuhkan penyelesaian yang efektif dan cepat.

Selain itu melihat kondisi perpolitikan di kota Malang menjelang pemilihan kepala daerah atau walikota, partisipasi kaum perempuan dalam pencalonan pemimpin turut ikut mewarnai pentas demokrasi yang ada di kota Malang. Sehingga perbincangan terkait kepemimpinan perempuan tidak akan habis untuk selalu di diskusikan baik dalam kalangan para ulama‟ ataupun para aktivis perempuan yang ada di kota Malang.

22

UsmanRianse & Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi, (Bandung: 2008), hal 7.

23

Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Sosial Format-format Kualitatif dan Kuantitatif


(3)

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah beberapa tokoh yang tentunya memiliki pemahaman terkait konsep kepemimpinan perempuan yang berbeda-beda, baik yang pro, kontra atupun yang moderat, tokoh inipun akan di ambil dari beberapa tokoh Islam yang tergabung dalam ormas Islam perempuan, selain tokoh Islam, peneliti juga akan mengambil dari kelompok aktivis perempuan yang tergabung atau yang pernah bergabung dalam Pusat Studi Wanita atau Pusat Studi Gender yang bergerak dalam bidang perempuan atau kewanitaan yang faham akan feminisme.

Untuk melihat bagaimana menurut pandangan tokoh Aisyiyah kota Malang dan tokoh feminisme ini, peneliti menggunakan dua acuan yakni sejauh mana pandangan kedua tokoh tersebut mengenai konsep kepemimpinan perempuan, serta bagaimana sikap mereka terhadap kepemimpinan perempuan itu sendiri.

3. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.24 Oleh karena itu sumber data yang penulis ambil sebagai penelitian yaitu dapat dibedakan atas:

a. Sumber Data Primer

Data Primer yaitu sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan dan data tersebut diperoleh langsung dari wawancara dari beberapa informan yang tergabung dalam ormas Islam dan kaum feminisme.

24


(4)

b. Sumber Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka yang mencangkup literatur beberapa buku yang terkait dengan persoalan kepemimpinan perempuan. Selain itu juga beberapa buku tentang metode penelitian, media internet dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan secara lisan untuk tujuan penelitian dengan cara melalui tanya jawab sembari berhadapan muka dengan narasumber.25 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data dan informasi terkait konsep kepemimpinan perempuan menurut pandangan tokoh Aisyiyah kota Malang dan tokoh feminisme dari beberapa aktivis perempuan yang ada di kota Malang, dimana isi dari materi wawancara adalah persoalan yang ditanyakan kepada responden yang berkisar antara masalah dan tujuan penelitian ini.26

Dalam hal ini pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab kepada para informan yang tergabung dalam ormas Islam dan kalangan aktivis perempuan yang ada di kota Malang dengan system wawancara mendalam (dept interview). Adapun makna dari dept interview adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian dengan cara dialog antara peneliti sebagai

25

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga (Jakarta: 1997) hal, 129.

26


(5)

pewawancara dengan informan atau yang memberi informasi dalam konteks observasi partisipasi.27

Adapun pertanyaan yang diajukan harus mengikuti panduan tertulis (guide) yang telah dibuat sebelumnya agar wawancara yang dilakukan lebih terarah secara sistematik. Sehingga diperoleh data yang berkualitas dan tidak diragukan lagi.

5. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan sumber normatif (buku) akan diolah menggunakan enam cara yakni:

a. Editing, yaitu meneliti kembali catatan atau data yang telah ada untuk mengetahui dan memperbaiki kesalahannya.

b. Classifiying, yaitu proses pengelompokan data yang dibutuhkan. Seluruh data hasil wawancara dibaca, diteliti ulang, ditelaah secara mendalam dan dikelompokkan berdasarkan kebutuhan data.

c. Verifying, yaitu tindakan mencari kebenaran dan validitas suatu data, sehingga nantinya pembaca akan merasa yakin terhadap data atau informasi.

d. Analisying, yaitu proses pengolhan data dengan cara mengurai dan mengupas data yang ada sehingga akan lebih mudah dipahami oleh pembaca.

e. Conclusyinmg, yaitu penarikan kesimpulan atau hasil dari rangkaian penelitian. Pada proses concluding ini berisi tentang jawaban semua persoalan yang terdapat pada rumusan masalah.

27Satori, Jam‟an dan Aan Komariah.

Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: 2009., hal 131.


(6)

f. Finishing, yaitu proses terakhir yang dilakukan untuk meneliti kembali, dengan cara mengecek ulangtulisan dan data-data sampai tidak ada kesalahan lagi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika ini untuk mempermudah dalam penulisan dan pembahasan hasil penelitian yang di uraikan agar memperoleh hasil yang sistematis , terarah, dan menyeluruh sesuai dengan judlu penelitian ini, dengan gambaran sebagaimana berikut:

Di dalam bab satu ini adalah bab pendahuluan yang merupakan pengantar secara umum yang berkaitan dengan tema penelitian yang di angkat oleh penulis yang terdiri dari: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

Dalam bab dua ini akan di paparkan mengenai definisi kepemimpinan, dasar hukum kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, syarat dan rukun pemimpin, alasan-alasan penolakan dan dukungan kepemimpina perempuan, sikap-sikap para ulama dan aktivis terkait persoalan kepemimpinan perempuan. Dengan ini di harapkan penulis lebih muda menganalisa fenomena tersebut.

Bab ketiga ini akan menguraikan tentang pembahasan, di sini penulis memaparkan hasil penelitian terkait hasil wawancara terhadap tokoh Aisyiyah di kota Malang dan tokoh feminisme.

Di dalam bab keempat ini, penulis memaparkan analisa penulis terhadap hasil penelitian terhadap perbandingan konsep kepemimpinan perempuan.

Bab kelima ini merupakan bab yang terakhir dari keseluruhan pembahasan dari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.