HAK CIPTA PENGARANG BUKU YANG DILINDUNGI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

HAK CIPTA PENGARANG BUKU YANG DILINDUNGI MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

DUJnluuiftcbagaisftlah tmtm tyarat
Untuk Bcmpcraleh Gclar S n i j a u Hokum
ProgniB Stodi Ilmu Hokum

Okli:
Mcily Dwinda Ancyaai

S020130S5

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
2017

i

UNTVERSITAS MUHAMMADHfAH PALEMBANG

FAKULTAS HVKVM

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
JUDUL SKRIPSI

: HAK CIPTA PENGARANG BUKU YANG DILINDUNGI
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN
2014 TENTANG HAK CIPTA
NAMA
NIM
PROGRAM STUDI
PROGRAM KEKHUSUSAN

Mdly Dwinda Andjani
502013 055
Ilmu Hukum
Hukum Pcrdxta

Pembimbing,
Mulya^ Taimli, SH., MH

/

Palembang,

PERSETUJUAN OLEH TIM PENGUJI:
Ketua

: Nur Husni Emilson, SH., Sp.N., MH

Anggota

; 1. Hendri S, SH., MMam
2. Hj. Susiana KifU, SH., MH

DISAHKANOLEH
DEKAN FAKULTAS HUKUM

)
2017

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI


Pendaftaran Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang Strata 1 bagi:
Nama

Meily Dwinda Andjani

NIM

502013055

Program Studi

Ilmu Hukum

Prog. Kekhususan

Hukum Perdata

Judul Skripsi


HAK CIPTA PENGARANG BUKU YANG
DILINDUNGI MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Dengan diterimanya skripsi ini, sesudah lulus dari Ujian Komprehensif, penulis
berhak memakai gelar

SARJANA HUKUM

Dosen Pembimbing,

• A'

Mulyadi Tanzili, SH., MH.

tii^m ^jnilson, SH, SpN., MH.

Ill

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI


Yang bertanda tangan di bawah ini:
NamaL

: Meily Dwinda Andjani

NIM

:502013055

Program Studi

: Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Perdata
Menyatakan bahwa karya ilmiah / skripsi saya yang berjudul:
HAK CIPTA PENGARANG BUKU

YANG DILINDUNGI


MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
keselumhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya.
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan
apabila
pemyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Palembang,
METERAl
TEMPEL

Pebruari 2017

^^iSYang menyatakan,
ImPa

Meily Dwinda Andjani


iv

>tto:

Ku Persembahkan untuk:
>

Kepada Ayah Padli Gani, SE dan Ibu
Tersayang Tuti Indrawati.
> Adik dan Kakakku tersayang.
> Seluruh Keluarga Besarku yang tidak
bias kusebutkan satu persatu, terima
kasih atas dukungannya.
> Kepada Kekasihku Yang Tersayang.
> Almamaterku.

V

ABSTRAK
HAK CIPTA PENGARANG BUKU YANG DILINDUNGI MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Meily Dwinda Andjani

Permasalahan Hak Cipta saat ini karena adanya kemajuan teknologi,
khususnya teknologi di bidang informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi
informasi seperti radio dan televisi dapat dengan cepat dan mudah menyampaikan
karya-karya ciptaan kepada masyarakat. Disamping kemajuan teknologi rekaman
seperti mesin fotokopi, mesin rekaman audio dan video serta kemajuan teknologi
di bidang grafika, dengan mudah, cepat dan biaya murah, dapat menggandakan
karya-karya ciptaan. Sehingga para pencipta dan pemegang hak cipta sulit
melakukan pengawasan atas pengkopian ciptaannya yang dilakukan secara tidak
sah. Permaasalahan adalah : Apakah kriteria hak cipta pengarang buku yang
dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta dan
Bagaimana bentukperUndunganhak ciptapengarangbuku yang dilindungi menurut
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Jenis Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian
hukum yang dipandang dari sudut tujuan penelitian hukum yaitu penelitian hukum
normatif, yang bersifatiJcskr/p/i/ataumenggambarkan. Kesimpulan yang diperoleh
adal;ah : Kriteria hak cipta pengarang buku yang dilindungi menurut UndangUndang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, adalah hak cipta yang telah
terdaflar atas nama pengarang buku tersebut dan telah memperoleh nomor register

dari Dirjen HAKI Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia. Dan
Perlindungan hak cipta pengarang buku yang dilindungi menurut Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2014 tentang HakCipta, yaitu pengarang buku mendapat
perlindungan hak cipta yang berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung
selama 70 (Tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai
tanggal 1 januari tahun berikutnya.

Kata Kunci: Hak Cipta, Pengarang Buku.

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT,
serta sholawat dan sfdam kepada nabi Muhanimad Saw., karena atas rahmat
dan nikmat Nya jualah skripsi dengan judul : HAK CIPTA PENGARANG
BUKU YANG DILINDUNGI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28
TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.
Dengan segala kerendahan hati diakui bahwa skripsi ini masih banyak

men^andung. kelemahan dan kekurangan. semua itu adalah disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis, karenanya mohon dimaklumi.
Kesempatan yang baik ini penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan, khususnya terhadap:
1. Bapak Dr. Abid Djazuli, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang beserta jajarannya;
2. Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang beserta stafhya;
3. Bapak/Ibu Wakil Dekan I , I I , I I I dan IV, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang;

vii

4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum Fakultas
Hukum

Universitas

Muhammadiyah


Palembang;

sekaligus

selaku

Pembimbing dalam penulisan skripsi ini;
5. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Marshaal NG, SH, MH. Pembimbing Akademik
Penulis selama menempuh pendidikan.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhrenmadiyah
Palembang;
7. Kedua orang tuaku tercinta dan saudara-saudaraku terkasih.
Semoga segala bantuan materil dan moril yang telah menjadikan skripsi
ini dapat selesai dengan baik sebagai salah satu persyaratan imtuk menempuh
ujian skripsi, semoga kiranya Allah Swt., melimpahkan pahala dan rahmat kepada
mereka,
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Palembang,

Pebruari 2017

Penulis,

Meily Dwinda Andjani

viii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

v

ABSTRAK

vi

KATA PENGANTAR

viii

DAFTAR ISI

ix

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1

B. Permasalahan

7

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

7

Di Defenisi Operasional

o,H,i»iM,.»tt,»,M***^jvM***

7

E. Metode Penelitian

8

F. Sistematika Penulisan

10

BAB n : TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektuai

11

B. Pengertian dan Dasar Huktun Hak Cipta

18

C. Pengertian Pencipta

24

D. Pengalihan Hak Cipta

31

E. Pendaftaran Hak Cipta

32

ix

BAB i n : PEMBAHASAN
A. Kriteria hak cipta pengarang buku yang dilindungi menurut
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta...

39

B. Bentuk perlindungan hak cipta pengarang buku yang
dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014
tentang Hak Cipta

51

BAB I V : PENUTUP
A. Kesimpulan

60

B. Saran-saran

60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

X

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.
Prinsip negara hukum menuntut antara lain adanya kesederajatan bagi setiap
orang di hadapan hukum (eqmlity before the law), Oleh karena itu, Pasal 28 D
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 juga menentukan bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukumi
Prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bemegara, peran dan fungsi advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri dan
bertanggung jawab merupakan hal yang penting, disamping lembaga peradilan
dan instansi penegak hukum seperti Kepolisian dan Kejaksaan. Melalui jasa
hukum yang diberikan, advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya
keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan,
termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak
fundamental mereka di depan hukum.
Pembangunan

dan

perkembangan

khususnya di bidang perindustrian

perekonomian

umumnya

dan

dan perdagangan nasional telah

menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsurasi.
Disamping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh
kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatikan telah memperluas ruang

1

2

gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu
negara, sehingga barang dan/atau yang ditawarkan bervariasi baik produksi
hisx negeri maupun produksi dalam negeri.
Permasalahan Hak Milik Intelektuai merupakan suatu permasalahan
yang terus berkembang mengikuti pembangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perdagangan intemasional. Pada awal perkembangannya
permasalahan tersebut sangatlah sederhana, yaitu misalnya, hanya
menyangkut tuntutan supaya dapaX dikuasainya dan dipergunakannya untuk
tujuan apa pun, apa-apa yang sudah ditemukannya, diciptakannya dengan
kemampuan tenaganya maupun intelektualnya, siapakah yang berhak menjadi
pemilik dari suatu hasil karya bila bahan bakunya berasal dari pihak lain dan
sebagainya. Permasalahan pun semakin komplek dan majemuk dengan
terjadinya revolusi industri di Inggris maupun revolusi politik di Prancis.'*
Kedua revolusi tersebut sangatlah banyak memberi dorongan terhadap
perkembangan di atas, doktrin maupun obyek perlindungan Hak Atas
kekayaan Intelektuai. Perkembangan lain yang memberi wama sejarah
perkembangan Hak Atas Kekayaan Intelektuai, yaitu lahimya konvensikonvensi pada akhir abad ke 19 (kesembilan belas) mengenai Konvensi Hak
Milik Perindustrian dan Konvensi Hak Cipta. Kedua konvensi ini lahir karena
kebutuhan akan pentingnya perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektuai
secara intemasional dan juga merupakan realisasi terhadap perlunya suatu
peraturan yang bersifat global di bidang Hak Atas kekayaan Intelektuai.
Dalam dasawarsa terakhir ini, permasalahan Hak Atas Kekayaan
Intelektuai semakin terasa iebih kompleks lagi. Permasalahannya sudah tidak
mumi lagi hanya bidang Hak Atas Kekayaan Intelektuai semata. Banyak
kepentingan yang berkaitan dengan Hak Atas Kekayaan Intelektuai tersebut.

'^uhamad Djumhana dan T. Djabaedillah, 2003, Hak Milik Intelektuai, Sejarah, Teori
dan Prakteknya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlin.7.

3

bidang ekonomi dan politik sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dalam membahas permasalahan Hak Atas kekayaan Intelektuai. Misalnya
masalah Paten. Sekarang tidak lagi hanya semata-mata merupakan sistem
perlindungan hak individu terhadap penemuan baru semata, tetapi sudah
meluas menjadi bagian dari masalah politik dan ekonomi Intemasional secara
luas dengan segala kaitan dan akibat sampingannya
Amerika Serikat sebagai negara maju misalnya meminta negara-negara
berkembang untuk mengefektifkan pengaturan Hak Atas kekayaan
Intelektualnya dan menjadikan keadaan demikian sebagai konsepsi timbal
balik dalam pembuatan perjanjian ekonomi. Sebaliknya negara
berkembang tidak man diajak menyetujui pemberian perlindungan lebih
besar bila Amerika Serikat dan negara Masyarakat Eropa tidak
menyediakan atau membuka pasamya untuk tekstil dan hasil pertaniannya.
Jadi nyata bahwa perdagangan Intemasional bukan mengurus soal dagang
saja, akan tetapi berbagai tekanan yang telah dilakukan di bidang yang
sebetulnya bukan bidang perdagangan, misalnya Hak Atas Kekayaan
Intelektuai, merek dagang, paten dan hak cipta, soal hak-hak manusia.^^
Perhatian terhadap Hak Atas kekayaan Intelektuai dalam perdagangan
Intemasional sangat besar, maka tidak heran selama Putaran Umguay
berlangsung Hak Atas Kekayaan Intelektuai mempakan salah satu dari
topik agenda. Khususnya pada perundingan di Jenewa pasca September
1990 Intelectml Property in Business Briefing mendiskusikan masalah
tersebut, yang kini dikenal dengan TRIPs atau Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (Aspek-aspek dagang yang terkait dengan
Hak Atas kekayaan Intelektuai).^^
Menurut Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang
Pengesahan

Agrement Establisihing

the

World Trade Organization

(Persetujuan Pembentukan Organisasi perdagangan Dunia) perundingan im
bertujuan untuk :

Sudargo Gautama, 2002, Hukum Merek Indonesi, Alunmi Bandung, him 27

4

1. Meningkatkan perlindungan terhadap Hak Atas kekayaan Intelektuai
dariproduk-produk yang diperdagangkan;
2. Menjamin prosedur pelaksanaan Hak Atas kekayaan intelektuai
yang tidak menghambat kegiatan perdagangan;
3, Merumuskan aturan serta disiplin mengenai pelaksanaan
perlindungan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektuai;
4, Mengembangkan prinsip, aturan dan mekanisme kerja sama
Intemasional untuk menangani perdagangan barang-barang hasil
pemalsuan atau pembajakan atas Hak Atas Kekayaan Intelektuai.'**
Permasalahan Hak Cipta saat ini karena adanya kemajuan teknologi,
khususnya teknologi di bidang informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi
informasi seperti radio dan televisi dapat dengan cepat dan mudah
raenyampaikan Jkarya-karya ciptaan kepada masyarakat, pisampmg kemajuan
teknologi rekaman seperti mesin fotokopi, mesin rekaman audio dan video
serta kemajuan teknologi di bidang grafika, dengan mudah, cepat dan biaya
murah, dapat menggandakan karya-karya ciptaan, Sehingga para pencipta dan
pemegang hak cipta sulit melakukan pengawasan atas pengkopian ciptaannya
yang dilakukan secara tidak sah.
Perkembangan tersebut seiain diperlukan bagi pengembangan industri
dan perdagangan rekaman musik dan film yang legal, temyata dimanfaatkan
sebagai peluang bagi para pelaku kejahatan pembajakan rekaman musik dan
film. Hal ini terutama setelah berkemban^ya teknologi rekaman dalam bentuk
cakram optik seperti CD, VCD, DVD, MPS, MP4, yang mampu mencetak
dalam jumlah yang cukup banyak secara cepat dan biaya murah dengan mutu
yang sama dengan aslinya,
Masalah pelanggaran Hak Cipta berlangsung dari waktu ke waktu,

^^Ibid., him. 9.

5

berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut baik
oleh pemerintah sendiri atau juga pihak swasta yang terkait, namun terlihat
b ^ w a pelanggaran Hak Cipta itu bukanlah menjadi berkurang akan tetapi
cenderung

menjadi

semakin meningkat. Banyaknya kasus kejahatan

pembajakan karya cipta musik khususnya dalam bentuk cakram optik, maka
Polri ditengah maraknya kasiis k^ahatan lain, telah melakukan berbagai
upaya penindakan/penyidikan terhadap kejahatan pembajakan karya musik
tersebut. terlihat bahwa hasil penindakan Polri yang terjadi peningkatan,
karena memang diseluruh jajaran Polri telah dilaksanakan operasi-operasi
secara khusus dengan sasaran pembajakan hak cipta dalam bentuk cakram
optik, walaupun dengan tetap memperhatikan gejolak masyarakat.
Banyaknya pelanggaran terhadap hak cipta khususnya hak cipta
terhadap karya cipta laguaupunusik, terutama dalam hal pengumuman karya
cipta lagu atau musik, dikarenakan kurangnya kesadaran untuk menghargai
hak orang lain terutama hak pencipta, Padahal dalam kegiatan peneiptaan
suatu ciptaan tidaklah mudah dan memerlukan pengorbanan yang kadang
tidak sedikit. Masih banyaknya pelanggaran terhadap hak-hak pemegang hak
cipta berakibat pada pemegang hak cipta dirugikan, sehingga pencipta atau
pemegang hak cipta perlu mendapat perlindungan hukum.
* ».

Hak Cipta sebagai milik perseorangan, memberi kewenangan kepada
pemiliknya untuk:
1. mengumumkanataumemperbanyakciptaannya
2. memberikanizinuntukmengumumkanataumemperbanyak.

6

Hak untuk mengumumkan dan memperbanyak atau memberikan izin
orang lain imtuk mengumumkan atau memperbanyak pada dasamya manfaat
ekonomi yang relative tinggi nilainya, Apabila kesempatan

tersebutd

ilaksanakan dan hasilnya dimanfaatkan oleh masyarakat secara mendasar
mempunyai peluang bagi adanya penyimpangan dan pelanggaran hak.
Padapasal 56 ayat (1) Undang-Undang hak Cipta yang berbunyi:
"PemegangHak Cipta berhak mengajukan gugatan gantirugi kepada pengadilan
niaga atas pelanggaran Hak Ciptanya dengan meminta penyitaan terhadap
benda yang diiunumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu".:
Inimerupakanhalpositifbagipencipta,

mengingathasilkaryaatauciptaan

yang dihasilkan oleh sipencipta maka patut dilindungi oleh pemerintah. Maka
ini akan menimbulkan kreatifitas yang baru bagi para calon-ealon pencipta
untuk menghasilkan karya cipta lainnya yang lebih baikl agi. Dalam hal
gugatan ganti mgi sipencipta berhak mengajukan

gugatannya

kepada

pengadilan niaga apabila sipencipta merasa karyanya telah dibajak oleh
pembajak dan pengadilan akan melakukan penyitaan terhadap buku yang
mempakan hasil perbanyakan yang sudah dan akan beredar di masyarakat demi
kepentingan bersama.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
mengkaji

dan

menganalisis

hal

yang

bersangkut

paut

denganhak

cipt^engarangbuku, untuk maksud tersebut selanjutnya dirumuskan dalam
skripsi ini yang berjudul : HAK CIPTA PENGARANG BUKU YANG

7

.

DILINDUNGI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA.

B. Permasalahan
Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kriteria hak cipta pengarang buku yang dilindungi menurut UndangUndangNomor28 tahun 2014 tentangHakCipta?
2, Bagaimana bentuk perlindungan hak cipta pengarang buku yang dilindungi
menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, sehingga sejalan
dengan permasalahan yang dibahas, maka yang menjadi titik berat pembahasan
dalam penelitian ini yang bersangkut paut denganhak ciptapengarangbuku yang
dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentangHakCipta.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui

dan mendapatkan

pengetahuan yang jelas tentang :
L

Kriteria hak eipta pengarang biiku yang dilindungi menurut UndangUndang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

2. Bentuk perlindunganhak cipta pengarang buku yang dilindungi menurut
Undang-Undang Nomor 28 tahnn 2014 tentang Hak Cipta
* ». D. Defenisi Konseptual
1. Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak imtuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaan maupun member izin untuk

8

itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2, Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang
atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang
khas dan bersifat khusus.
E . MetodePenelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digimakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian
hukum yang dipandang dari sudut tujuan penelitian hukum yaitu penelitian
hukum normatif, yang bersifatf/es^//?/(/ataumenggambarkan-,
2. Jenis dan Sumber data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang terd^at dalam kepustakaan, yang berupa peraturan
perundang-undangan yang terkait, jumal, hasil penelitian, artikel dan
buku-buku lainnya
Data yang berasal dan bahan-bahan hukum sebagai data utama yang
diperoleh dari pustaka, antara Iain :
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum yang mempunyai otoritas {authoritatif) yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan, antara lain,
Hukum

Perdata

tentangHakCipta.

dan

Kitab Undang-undang

Undang-UndangNomor

28

tahun

2014

9

b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum

primer,

seperti

raneangan

undang-imdang,

hasil-hasil

penelitian, hasilnya dari kalangan hukum, dan seterusnya,
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian hukum ini teknik pengvimpulan data yang digunakan ,
yaitu melalui studi kepustakaan (library research) yaitu penelitian imtuk
mendapatkan

data sekunder

yang diperoleh dengan mengkaji dan

menelusuri sumber-sumber kepustakaan, seperti literatur, hasil penelitian
serta mempelajari bahan-bahan tertulis yang ada kaitannya dengan
permasalahannya yang akan dibahas, buku-buku ilmiah, surat kabar,
perundang-undangan, serta

dokumen-dokumen

yang terkait

dalam

penulisan skripsi ini.
4. Teknik Analisa Data
Data

yang

diperoleh

dari

sumber

hukum

yang

dikumpulkan

diklasifikasikan, baru kemudian dianalisis secara kualitatif, artinya
menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,
sistematis, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan
interprestasi data dan pemahaman hasil analisis. Selanjutnya hasil dari
» ».

sumber hukum tersebut dikonstruksikan berupa kesimpulan dengan
menggunakan logika berpikir induktif, yakni penalaran yang berlaku
khusus pada masalah tertentu dan konkrit yang dihadapi. Oleh karena itu
hal-hal yang dirumuskan secara khusus diterapkan pada keadaan umumi

10

sehingga basil analisis tersebut dapat menjawab pennasalahan dalam
penelitian.
SistematikaPenulisan
Skiipsiiniterdiridariempatbabdengansistematikasebagaiberikut:
Bab I , merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
Permasalahan, Ruang Lingki^ dan Tujuan Penelitian, Defemsi Operasional,
Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
Bab n , merupakan tinjauan pustaka yang berisikan landasan teori yang
^at kaitannya dengan obyek penelitian, yaitu : Ruang Lingkup Hak Kekayaan
Intelektuai, Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta, Pengertian Pencipta,
Pengalihan Hak Cipta.
Bab III, merupakan pembahasan yang berkmtan dengan Kriteria hak
cipta pengarang buku yang dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 28
tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Bentuk perlindungan hak cipta pengarang
bideu yang dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2Q14
tentangHakCipta.
Bab r v berisikan Kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektuai
Hak Kekayaan Intelektuai adalah harta kekayaan intelektuai yang
dilindungi oleh undang-undang, Setiap orang wajib menghormati Hak
Kekayaan Intelektuai orang lain. Hak Kekayaan Intelektuai tidak boleh
digunakan oleh orang lain tanpa izin pemiliknya, kecuali apabila ditentukan
lain oleh undang-undang. Perlmdungan hukum berlaku bagi Hak Kekayaan
Intelektuai yang sudah terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran.
Perlindungan hukum berlangsimg selama jangka waktu yang ditentukan
menurut bidang dan klasifikasinya. Apabila orang ingin menikmati manfaat
ekonomi dari Hak Kekayaan Intelektuai orang Iain, dia wajib memperoleh izin
dari orang yang berhak. Penggunaan Hak Kekayaan Intelektuai orang lain
tanpa izin tertulis dari pemiliknya, atau pemalsuan/menyerupai Hak Kekayaan
Intelektuai orang lain, hal itu merupakan suatu pelanggaran hukum.
Perlindungan hukum merupakan upaya yang diatur oleh undang-undang
guna menceg^ terjadi pelanggarmi Hak Kekayaan Intelektuai oleh orang yang
tidak berhak. Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus diproses
• ». secara hukum, dan bila terbukti melakukan pelanggaran, dia akan dijatuhi
hukuman sesuai dengan ketentuan undang-undang bidang Hak Kekayaan
Intelektuai yang dilangar itu. Undang-undang

11

bidang Hak Kekayaan

12

Intelektuai mengatur jenis perbuatan pelanggaran serta ancaman hukumannya,
baik secara perdata maupun secara pidana.
Untuk memahami apakah perbuatan itu merupakan pelanggaran Hak
Kekayaan Intelektuai, perlu dipenuhi unsur-unsur penting berikut ini:
1. Larangan undang-undang. Perbuatan yang dilakukan oleh seorang
penggima Hak Kekayaan Intelektuai dilarang dan diancam dengan
hukuman oleh undang-undang.
2. Izin (lisensi). Penggunaan Hak Kekayaan Intelektuai dilakukan tanpa
persetujuan (lisensi) dari pemilik atau pemegang hak terdaftar.
3. Pembatasan undang-undang. Penggunaan Hak Kekayaan Intelektuai
melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh undangundang.
4. Jangka waktu. Penggunaan Hak Kekayaan Intelektuai dilakukan
dalam jangka waktu perlindungan yang telah ditetapkan oleh
undang-undang atau perjanjian tertulis atau lisensi.^*
Perlindungan hukum Hak Kekayaan Intelektuai merupakan suatu sistem
hukum yang terdiri dari unsur-unsur sistem berikut ini:
1. Subjek perlindungan. Subjek yang dimaksud adalah pihak pemilik
atau pemegang hak, apaiaX penegak hukum, pejabat pendaftaran, dan
pelanggar hukum.
2. Objek perlindungan. Objek yang dimaksud adalah semua jenis Hak
Kekayaan Intelektuai yang diatur oleh undang-undang, seperti Hak
Cipta, Merek, Paten, Desain Industri, Rahasia Dagang, Tata Letak
Sirkuit Terpadu, Perlindungan Varitas Baru Tanaman.
3. Pendaftaran perlindungan. Hak Kekayaan Intelektuai yang dilindungi
hanyalah yang sudah terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat
pendaftaran, kecuali apabila undang-undang mengatur Iain, seperti
Hak Cipta boleh tidak didaftarkan menurut Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1997 (Konsilidasi).
4. Jangka waktu perlindungan. Jangka waktu yang dimaksud adalah
lamanya Hak Kekayaan Intelektuai itu dilindungi oleh undangundang: Hak Cipta selama hidup ditambah 50 (lima puluh) tahun
sesudah meninggal, Merek 10 (sepuluh tahun). Paten 20 (dua puluh)
tahun, Desain Industri 10 (sepuluh) tahun, Rahasia Dagang tanpa
batas, Sirkuit Terpadu 10 (sepuluh) tahun, Varitas Bam Tanaman 2025 (dua puluh sampai dengan dua puluh lima) tahun.

Amelia Rooseno, 2008, Aspek Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektuali, MA,
Jakarta, him. 144.

13

5. Tindakan hukum perlindungan. Apabila terbukti telah teijadi
pelanggaran Hak Kekayaan Intelektuai, maka pelanggar harus
dihukum, baik secara pidana maupun secara perdata.^
Sistem perlmdungan hukum Hak Kekayaan Intelektuai dalam hukum
nasional merupakan dasar dukungan terhadap sistem perlindungan hukum
yang disepakati dalam konvensi intemasional. Dukungan tersebut merupakan
peuyesuaian

hukum nasional dengan konvensi intemasional. Dengan

demikian, akan terjadi perlindungan hukum yang sama di antara negara
penanda tangan konvensi intemasional mengenai Hak Kekayaan Intelektuai.
Karena Indonesia belum dianggap memiliki Undang-Undang Hak Kekayaan
Intelektuai, pada masa Kabinet Djuanda Indonesia menarik diri dari Konvensi
Bem, dan bam kembali menjadi anggota penanda tangan pada tahun 1997.
Penyesuaian hukum nasional Indonesia dengan konvensi intemasional
mengenai Hak Kekayaan Intelektuai berarti pengayaan bidang kekayaan
intelektuai Indonesia, Hal ini terbukti dengan penandatanganan Konvensi
Paris dan Konvensi Bem* Pemerintah Republik Indonesia menambah lagi
Undang-Undang Hak Kekayaan Intelektuai yang sudah ada dengan undangundang bam mengenai Desain Industri, Rahasia Dagang, Sirkuit Terpadu, dan
Periindungan Varitas Baru Tanaman, sebagai tambaban undang-undang
tentang Hak Cipta, Paten, dan Merek yang sudah ada.
».

Menumt ketentuan undang-undang, setiap Hak Kekayaan Intelektuai

w ^ b didaftarkan. Pendaftaran yang memenuhi persyaratan undang-undang
mempakan pengakuan dan pembenaran atas Hak Kekayaan Intelektuai
^Obid.,h\m. 145.

14

seseorang,

yang dibuktikan dengan

Sertifikat Pendaftaran,

sehingga

memperoleh perlindimgan hukum. Pendaftaran adalah bentuk perlmdungan
hukum yang menimbulkan kepastian hukum. Perlindungan hukum atas Hak
Kekayaan Intelektuai karena adanya keharusan pendaftaran disebut sistem
konstitutif. Menurut sistem konstitutif, Hak Kekayaan Intelektuai seseorang
hanya dapat diakui dmi dilindungi oleh undang-undang apabila didaftarkan.
Tidak didaftarkan berarti tidak ada pengakuan, dengan demikian tidak ada
perlindungan hukum. Sistem konstitutif antara lain dianut oleh UndangUndang Paten, dan yndang-Undang tentang Merek,
Sebagai lawan sistem konstitutif adalah sistem deklaratif, yaitu
perlindungan hukum kepada pemegang/pemakai pertama Hak Kekayaan
Intelektuai, Ap^ila ada pihak lain yang mengaku sebagai pihak yang berhak
atas suatu kekayaan intelektuai, maka pemegang/pemakai pertama harus
membuktikan bahwa dialah sebagai pemegang/pemakai pertama yang berhak
atas kekayaan intelektuai itu, Sistem deklaratif tidak mengharuskan
pendaftaran Hak Kekayaan Intelektuai, namun pendaftaran merupakan bentuk
perlindungan yang memberikan kepastian hukum. Sistem deklaratif tidak
mengharuskan pendaftaran Hak Kekayaan Intelektuai, namun pendaftaran
merupakan bentuk perlindungan yang memberikan kepastian hukum. Sistem
deklaratif dianut oleh Undang-Undang Hak Cipta.
M a m penjelasan umum Undang-Undang Merek dinyatakan bahwa
perubahan dari sistem deklaratif ke sistem konstitutif karena sistem konstitutif
lebih menjamin kepastian hukum daripada sistem deklaratif. Sistem deklaratif

15

yang mendasarkan pada perlindungan hukum bagi mereka yang menggunakan
Merek terlebih dahulu, seiain kurang menjamin kepastian hukum juga
m^nmbulkan persoalan dan hambatan dalam dunia usaha. Dalam undangundang penggunaan sistem konstitutif yang bertujuan menjamin kepastian
hukum disertai pula dengan ketentuan-ketentuan yang menjamin segi-segi
keadilan, seperti pembentukan ^ m i s i

Banding Merek, kemungkinan

mengajukan gugatan tidak terbatas melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
tetapi juga melalui Pengadilan Negeri lainnya yang akan ditetapkan secara
bertahap,
Seiain itu, dimungkinkan pula gugatan melalui Pengadilan Tata Usaha
Negara. Bahkan, dalam masa pengumuman permintaan pendaftaran Merek
dimungkinkan pemilik Merek tidak terdaftar yang telah menggunakan sebagai
pemakai pertama untuk mengajukan keberatan. Sebagai negara yang ikut serta
dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property 1883, maka
undang-undang ini mengatur pula pendaftaran Merek dengan menggunakan
hak prioritas yang diatur dalam konvensi tersebut.
Menurut ketentuan Undang-Undang Paten diberikan oleh negara
berdasarkan permintaan.

Paten yang diberikan negara tersebut harus

didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektuai. Dalam
penjelasan umum Undang-Undang Paten dinyatakan bahwa sebagai hak. Paten
diberikan oleh negara apabila diminta oleh Penemu, baik orang atau badan
hukum yang berhak atas Penemuan tersebut. Paten adalah hak ekslusif, artinya
hak yang hanya diberikan kepada pemegangnya untuk dalam jangka waktu

16

tertentu melaksanakan sendiri penemuan tersebut, atau untuk memberi
kewenangan kepada orang lain guna melaksanakannya.
Sel^jutnya, dalam penjelasan umum tersebut dinyatakan bahwa Paten
adalah Penemuan di bidang teknologi yang pada dasamya lahir dari karsa
intelektuai, sebagai karya intelektuai manusia. Karena telah melibatkan
tenaga, waktu, dan biaya, malm telmglogi memiliki nilai atau manfaat
ekonomi. Oleh karena itu, wajar bilamana terhadap hak atas Penemuan
tersebut diberi perlindungan hukum. Untuk memperoleh perlindungan hukum,
maka Paten harus didaftarkan, Seperti telah dikemukakan dalam uraian
sebelumnya. Paten juga menganut sistem konstitutif, yang mengharuskan
adanya pendaftaran Paten. Perlindungan hukum hanya diberikan kepada Paten
terdaftar,
Menurut ketentuan undang-undang, setiap Hak Kekayaan Intelektuai
ditentukan

masa

perlindimgannya.

Dengan

demikian, selama

masa

perlindungan tersebut, Hak Kekayaan Intelektuai yang bersangkutan tidak
boleh digunakan oleh pihak lain tanpa izin pemilik/pemakainya. Masa
perlindungan setiap bidang Hak Kekayaan Intelektuai tidak sama. UndangUndang Hak Cipta menentukan masa perlindungan selama hidup. UndangUndang Paten menentukan masa perlindungan selama 20 (dua puluh) tahun.
Undang-Undang Merek menentukan masa perlmdungan selama 10 (sepuluh
tahun),
Konvensi

Bem revisi

Berlin

1908 menentukan

secara umum

perlindungan Hak Cipta adalah selama hidup Pencipta ditambah 50 (lima

17

puluh) tahun setelah meninggal dunia. Akan tetapi, Konvensi Bem tidak
memaksakan kepada penanda tangan konvensi untuk mengikuti ketentuan
I^nanya masa perlindungan, Jadi* mereka boleh menentukan masa
perlindungan lebih lama dari ketentuan konvensi. Konvensi Universal Hak
Cipta 1952 revisi Paris 1971 menentukan secara umum masa perlindungan
Hak G^ta tidak boleh kurang dari selama hidi^ Pencipta ditambah 25 (dua
puluh lima) tahun setelah meninggal dunia. Masa perlindungan dihitung sejak
pengumuman atau pendaftaran karya cipta.
Undang-Undang Merek menentukan rnasa perlindungan selama 10
(sepuluh) tahun dan berlaku surut serjak tanggal penerimaan pendaftaran
Merek yang bersangkutan. Masa perlindungan Merek dapat diperpanjang
setiap kali untuk masa yang sama. Perpanjangan masa perlmdungan t i d ^
memerlukan penelitian lagi dan tidak dimungkinkan adanya bantahan. Masa
perlindungan 10 (sepuluh) tahun ini mengikuti ketentuan yang diatur dalam
Model Law Marks, Trade Names, and Acts of Unfair Competition yang
dikelola oleh Bireaux International Reunis pour la Protection de la Propiete
Intellectuelle (BIRPI).'^
Undang-Undang Paten menentukan masa perlindimgan selama 20 (dua
puluh) tahun dihitung sejak tanggal penerimaan permintaan Paten. Tanggal
tersebut dinyatakan dalam Surat Paten yang diberikan oleh Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektuai. Lampaunya masa perlindungan berarti Paten yang
bersangkutan menjadi milik umum. Siapa saja boleh menggunakan Paten
tersebut tanpa lisensi dari dan tapa bayar royaiti kepada pemilik/pemegang
Patella. Masa perlindungan Paten umumnya ditentukan oleh masing-masing
negara, berkisar antara 15 (lima belas) sampai dengan 20 (dua puluh) tahun.

Suyud Margono, 2010, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektuai, Nuansa
Aulia, Jjricarta, him 63

IS

B. Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta
Untuk membuat suatu defenisi yang tepat tentang "Hak Cipta" tidaklah
mudah, banyak sarjana maupun penulis yang masing-masing membuat defenisi
sendiri, misalnya seperti:
1, Hanafi, Secara hakiki hak cipta termasuk hak milik immaterial karena
menyangkut ide, gagasan pemikiran, maupun imajinasi dari seseorang
yang dituangkan dalam bentuk karya cipta, seperti buku ilmiah, karangan
sastra, maupun karya seni.**
2.

Satjipto Rahardjo, HAKI adalah suatu istitusi yang muncul dari dalam
suatu komonitas yang sangat sadar akan hak-hak dan kemerdekaan
individu* bukan dari suatu komonitas yang lebih berbasis kolektivitas:
Ciptaan dan karya-karya besar bangsa Indonesia hampir semua bersifat
anonim, seperti candi-candi, wayang, gending dan sebagainya.^*

3

Bambang Kesowo, Penggunaan sebutan yang digunakan sebelumnya,
yaitu hak milik intelektuai, sebenamya kurang tepat karena beberapa hal.
Secara substansif, sebutan tersebut belum menggambarkan unsur-unsur
pokok yangffiembentukIntelektuai Pfoperti Rights. Agaknya penggunaan
sebutan tersebut berlangsung dari alih bahasa "seperti adanya". Seiain itu,
dari segi kaidah kata bahasa Indonesia, yang secara umum bertumpu pada
prinsip diterangkan menerangkan, maka padanan yang digunakan sekarang
ini sebenamya terasa kurang taat asas.****
Hak Cipta mempakan bagian dari hak atas kekayaan intelektuai.

Dimana kekayaan intelektuai merupakan kumpulan dari pemikiran dan tenaga
Hanafi, 2000, Tindak Pidana Hak Cipta dan Problematika Penegakan Hukumnya,
Yogy^tarta, him. 189.
Satjipto Rahardjo, 2000, Aspek Sosio-Kultural Dalam Pemajuan HAKI, Semarang,
him. 1.
Bambang Kesowo, 1998, Pengantar Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan
Intelektuai (HAKI) di Indonesia, Jogyakarta, him. 6.

19

yang ditanamkan dalam konsep-konsep dan kegiatan-kegiatan dalam membuat
produk-produk yang akan menyumbang pada perkembangan budaya atau
peradaban* hak-hak hukum yang melindungi buah pikiran. Hak kekayaan
intelektuai (intellectualproperty rights) ini dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Kekayaan industri (industri property) adalah kekayaan dibidang:
a. Penemuan-penemuan (inventions)
b. Merek (Trade Mark)
c. Disain industri (industrial Design)
d. Indikasi geografis (geografichal indication)
2. HakCipta(Copyrigt)."*
Pengertian Hak Cipta menurut UUHC No. 19 Tahim 2002 awalnya
diambil dari beberapa konvensi intemasional, seperti konvensi Bem 1886,
Konvensi Hak Gipta Universal 1955 dan sebagainya. Hal yang menjadi dasar
diadakannya konvensi Hak Cipta tersebut, Karena apa yang terjadi saat itu
beliun memiliki pengaturan untuk Hak Cipta. Sejak ditandatanganinya
konvensi Bern pada tanggal 5 Desember 1886 di Inggris sudah banyak Negara
yang menjadi peserta di dalamnya.
Dari adanya perlindungan hukum terhadap Hak Cipta walaupun
bergerak secara lambat tapi pasti, bangsa Indonesia sebagai negara peserta dan
sebagai peraturan perundang-undangan khususnya tentang perlindungan
hukum Hak Cipta akan memberikan perlindungan kepada para pencipta dan
pemegang Hak Cipta. Sebenamya Hak Cipta pertama kali di usulkan oleh prof
Mob. Syah, SH pada kongres kebudayaan di Bandung tahun 1951 (yang

"Obid., hlm.l3.

20

kemudian disetujui oleh kongres tersebut) sebagai pengganti istilah hak
pengarang yang di anggap kurang luas pengertiannya.
Istilah "hak pengarang" sebenamya berasal dari bahasa Belanda yaitu
auters wet, pada hakikatnya tidak mempimyai dampak terhadap perlindungan
Hak Cipta mengingat masyarakat Indonesia pada waktu itu, yaitu masa
berlakunya "auterswet" tersebut

belum cukup untuk sampai tiugkat

pemahaman mengenai arti kegunaan Hak Cipta sehingga terdapat hambatan
cultural atas perlindungan Hak Cipta pada masa itu. Kurang luasnya pengertian
tersebut karena hanya hak mengarang saja tanpa adanya sangkut paut dengan
hasil karyanya dengan hasil karya pencipta.

Untuk lebih jelasnya dapat

ditunjuk melalui Undang-Undang Hak Cipta No 19 Tahun 2002 tentang
perubahan atas UU No, 12 Tahun 1997, hingga akhimya dapat ditarik
kesimpulan dari kedua Undang-Undang Hak Cipta yang lama bahwa yang
dimaksud dengan pengertian Hak Cipta berdasarkan Undang-Undang Hak
Cipta No. 19 Tahun 2002 Pasal 2 Ayat (1),
"Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan maupun memberi izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan

rnenurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku"
Mf- Cipta dianggap sebagai benda bergerak dan Hak Cipta ini dapat
dialihkan baik seluruh maupu sebagian karena;
a. Pewarisan
b. Hibah

21

' c. Wasiat
d. Dijadikan milik Negara
e, Perjanjian yang hams dilakukan dengan akta dengan ketentuan bahwa
perjanjian itu hanya wewenang yang disebut di dalam akta.
Hak Cipta digolongkan dalam 2 golongan, yaitu hak eksklusif dan hak
moral. Hak eksklusif merupakan hak pencipta untuk mengeksplgitasi suatu
ciptaan (hak ekonomi), hak eksploitasi dibagi lagi yaitu untuk mengumumkan
Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Hak Cipta No.28 Tahun 2014 dan hak untuk
memperbanyak, sedangkan hak moral meriqjakan hak yang melekat dari
pencipta yang tidak dapat dipisahkan walupun suatu ciptaan di eksploitasi
tetapi hak moralnya tetap melekat pada diri si pencipta.
Menumt konvensi Bern 1886 hak moral, mempakan hak pencipta
untuk mengajukan keberatan terhadap setiap perbuatan yang bermaksud
mengubah, mengurangi atau menambah keaslian ciptaanya yang dapat
meragukan kehormatan dan reputasi pencipta dan hak moral ini tidak dapat
dialihkan.
Hak Moral meliputi:
a. Hak melarangan melakukan perubah isi ciptaan
b. Hak melarang melakukan pembahan judul ciptaan
c. Haknnelarang melakukan pembahan ciptaan.
Hak eksploitasi {eeonomie right) suatu ciptaan biasanya dilakukan
kepada pemegang Hak Cipta dengan memberikan izin lisensi berdasarkan
perjanjian yang mencantumkan hak-hak pemegang Hak Cipta dalam jangka

22

waktu tertentu untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu dalam rangka
eksploitasi ciptaan yang tetap dimiliki oleh pencipta.
Cara yang kedua pengalihan hak ekonomi dengan assignment yang
dapat diartikan sebagai penyerahan, disini pencipta menyerahkan seluruh hak
ciptaanya kepada pemegang Hak Cipta dengan cara menjual seluruhnya atau
sebagian d ^ t i d ^ d^at dijual untuk Itedua kalinya oleh penjual yang sama,
Peralihan / pengalihan Hak Cipta merupakan hak pemegang Hak Cipta
yang dilindungi oleh Undang-Undang, pengalihan Hak Cipta menimbulkan
hubungan hukum antara pemegang / pemilik pertama dengan pemegang
berikutnya berdasarkan atas hak tertentu.
Pencipta mempakan orang yang mempimyai peranan penting dalam
menghasilkan suatu ciptaan / hasil karya atau dengan kata lain pencipta
mempakan subjek hukum dari Hak Cipta. Menumt ketiga Undang-Undang
Hak Cipta (Undang-Undang No.7 Tahun 1978, Undang-Undang No.l2 Tahun
1997, Undang-Undang No. 19 Tahun 2002) seorang pencipta sebagai pemilik
hak cipta atau orang yang menerima hak tersebut atau orang lain yang
menerima lanjutaxmya atau dapat pula dikatakan yang menciptakan suatu
ciptaan menjadi milik pertama dari Hak Cipta atas ciptaan yang bersangjoitan.
Menumt Undang-Undang Hak Cipta, mendefenisikan pencipta sebagai
berikut:

• ».

"Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama
yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi.

23

kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang
khas dan bersifat khusus".
Dari defenisi diatas yang dikatakan sebagai pencipta adalah orang yang
pertama kali melahirkan suatu ciptaan sehingga orang tersebutlah yang
mempunyai hak sebagai pencipta untuk hasil ciptaannya,
Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 Pasal 5
ayat 1 dan 2, yang dapat digolongkan sebagai pencipta adalah sebagai berikut:
1. Orang yang namanya terdaftar umum dalam daftar umum ciptaan pada
Direktorat Jenderal,
2. Orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai
pencipta pada suatu ciptaan,
3. Penceramah yang tidak menggunakan bahan tertulis dan tidak ada
pemberitahuan siapa penciptanya, orang yang berceramah dianggap
sebagai pencipta ceramah tersebut,
Untuk mencantumkan siapa yang menjadi pencipta pertama pada awal
mulanya sangat mudah, tetapi dengan kemajuan zaman yang diikuti dengan
kemajuan teknologi yang cukup pesat, untuk menentukan pencipta pertama
suatu ciptaan bukanlah perbuatan yang mudah diperlukan suatu pendekatan
yang agak berbeda terutama dalam menentukan pencipta dari ciptaan-ciptaan
yang tergplong sebagai Hak Gipta, Menurut Undang-Undang Hak Cipta No, 28
Tahun 2014, seorang pencipta pertama memiliki hak-hak yang istimewa
diantaranya yaitu:
h Hak-hak»yang dimiliki seorang pencipta pertama sangat berbeda dengan
hak-hak yang bukan pencipta pertama, dalam hak-hak yang berkaitan
dengan Hak Cipta.
2. Masa berlakunya perlindungan hukum bagi pencipta pertama dari
mereka yang bukan pencipta pertama.
3. Pengidentifikasian seorang pencipta pertama secara benar, merupakan
syarat bagi keabsahan pendaftaran ciptaan, walaupun pendaftaran tidak
mutlak harus dilakukan.

24

Dengan demikian seorang pencipta belum tentu sebagai pencipta
pertama dalam dunia penerbitan, penerbit barang-barang cetakan seperti buku,
majalah, harian dan Iain-lain, Dianggap sebagai pencipta pertama dari suatu
ciptaan yang dinamakan "susunan perwajahan" karya tulis (thyphographical
arrange ments) sebagai karya tulis oleh pencipta pertama yang diterbitkan
dalam buku oleh penerbit.'^*
C. Pengertian Pencipta
Suatu karya seni baik itu seni pahat, seni lukis dan juga seni suara
yang biasanya disebut Jagu tentunya tidak akan pernah ada tanpa inspirasi dari
seseorang yang menciptakannya. Karena penciptalah indahnya sebuah lagu
dinikmati, bagusnya suatu roman dan tingginya seni yang tertuang pada syair
lagu* patung dan lukisan. Berarti dari penciptalah sebagai sumber pertama
terjadinya suatu karya cipta.
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 28 Tahun 2014, menyebutkan
bahwa pengertian pencipta adalah *
seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan ke
dalam bentuk yang khas bersifat pribadi.
Pasal 1 ayat (4) b ^ w a pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai
pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta
atau pihak Iain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang
menerima hak tersebut.
» ».
Pengertian pencipta menurut Vollmar, "Setiap mahluk hidup
mempunyai apa yang disebut wewenang berhak yaitu kewenangan untuk
membezit (mempunyai) hak-hak dan setiap hak tentu ada subjek haknya
Edy Damiaa 2001, Hukum Hak Cipta, Alumni, Bandung, him. 43

25

sebagai pendukung hak tersebut". *
"Setiap ada subjek tentu ada objek, kedua-duanya tidak lepas satu
sama lain, melainkan ada relasi (hubungan), ada hubungan antara yang satu
dengem yang Iain". Selanjutnya beliau mengatakan hubimgan itu namanya
eigendom recht atau hak milik.*'**
Selreijutnya menurut Pitlo, sebagaimana dikutip oleh Prof. Mahadi
menuliskan bahwa."...

disatu pihak ada seseorang

(atau kumpulan

orang/badan hukum), yakni subjek hak, dan pada pihak lain ada benda yaitu
objek hak". Dengan kata lain kalau ada sesuatu h ^ maka harus ada benda,
objek hak, tempat hak itu melekat, dan harus pula ada orang subjek yang
mempunyai hak itu."^*
Jika dikaitkan dengan hak cipta, maka yang menjadi subjek hak cipta
adalah pemegang hak yaitu pencipta atau orang atau badan hukum yang secara
sah memperoleh hak untuk itu. Yaitu dengan jalan pewarisan, hibah, wasiat,
atau pihak lain dengan perjanjian* sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal
3 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. "Sedangkan yang
menjadi objek hak cipta adalah benda yang dalam hal ini benda immateril".*^*
Selanjutnya siapa saja yang dimaksud pencipta itu, dalam Pasal 5
sampai dengan Pasal 9 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak

Saidin, Op.Cit., him., 70.
'^*7J/t/, him 76
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, 2005,
Budaya Hukum, Rajawali Pres, Jakarta, him 29.
*^UZ)/£7, him 36

Hak kekayaan Intelektuai dan

26

Cipta memberikan jawaban sebagai berikut:
Pasai 5 ayat (1); orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum
Ciptaan pada Direktorat Jenderal; atau Orang yang namanya disebut
dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan.
Pasal 5 ayat (2); kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak
menggunakan bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa
penciptanya, maka orang yang berceramah dianggap sebagai pencipta
ceramah tersebut.
Pasal 6; jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang
diciptakan oleh dua orang atau lebih, maka yang dianggap sebagai
pencipta iaiah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian
seluruh ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang
dianggap sebagai pencipta adalah, orang yang menghimpunnya dengan
tidak mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya itu.
Pasal 7; jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan
dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang
yang merancang, penciptanya adalah orang yang merancang ciptaan
itu.
Pasal 8 ayat ( I ) ; jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas
dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak
cipta adalah pihak yang untuk daiam dinasnya ciptarei itu dikerjakmi,
kecuali ada perjanjian lain antara kedua belah pihak dengan tidak
mengurangi hak pencipta apabila penggunaan ciptaan itu diperluas
sampai ke luar hubungan dinas.
Pasal 8 ayat (2); ketentuan sebagmmana dimaksud dalam ayat (1)
berlaku pula bagi ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan
yang dilakukan dalam hubungan dinas.
Penjelasan Pasal 8; jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja
berdasarkan pesanan, maka pihak yang membuat karya cipta itu
dianggap sebagai pencipta dan pemegang Hak Cipta, kecuali apabila
diperjanjikan lain antara kedua pihak, Pasal 8 (3). Hubungan dinas
adalah hubungan kepegawaian pntara pegawai negeri dengan
instansinya, sedangkan yang dimaksud hubungan kerja adalah
hubimgan kerja di lembaga swasta,
Pasal 9; jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal
daripadanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya,
badan hukum tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika
terbukti sebaliknya.
Selanjutnya mengenai negara sebagai pemegang hak cipta, dalam hal
ini ketentuan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 19 Tahun 2001 tentang
Hak Gipta menyatakan bahwa hak cipta d^at beralih atau dialiiikan baik

27

seluruhnya maupun sebagian karena : pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian
tertulis atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perUndangundangan
Pasal 10 ayat (4) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta juga menyebutkan, "Hak cipta dipegang oleh negara sebagaimana
dimaksud d^am pasal ini, diatur dengan peraturan pemerintah",
Pasal 11 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
menyebutkan lagi satu sebab hak cipta dipegang oleh negara sebagai
subjeknya yakni apabila suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan
itu belum diterbitkan atau belum dipublikasikan, penulis, namun negara dalam
hal ini memposisikan dirinya sebagai "pelindung" terhadap hak yang dimiliki
oleh penciptnnya* Jika penciptanya diketahui dikemudian ban* maka negara
akan menyerahkan kembali. Terhadap suatu ciptaan yang telah diterbitkan,
tetapi tidak diketahui penciptanya, atau pada ciptaan tersebut terdapat nama
samaran penciptanya, maka "penerbitlah yang memegang hak cipta tersebut*
tetapi tetap untuk kepentingan hukum penciptanya".'^
Peristiwa seperti yang diuraikan di atas dapat terjadi, khususnya pada
masa perang,

banyak pengarang yang merahasiakan namanya dan

memimculkan nama samarannya. Di Indonesia banyak ditemui lagu-Iagu,
khususnya lagu-iagu daerah yang tidak diketahui dengan jelas penciptanya.
Kesulitan dalam praktik penegakan hukum justru ketika ada pihak tertentu
yang mengklaim sebagai penciptanya, padahal sesungguhnya bukanlah yang
''^ Ibid him. 72

28

bersangkutan penciptanya. Akhimya terjadi proses saling mengklaim, dan
kedua belah pihak sulit untuk menunjukkan bukti autentik dan bukti fisik
b^wa masing-masing dari mereka adalah pencipta lagu yang dimaksudkan,
Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini negara yang mengklaim, untuk
kepentingan pencipta yang sesungguhnya, walaupun pada akhimya bisa saja
pencipta yang sesungguhnya itU tidak pernah dapat ditemukan oleh sesuatu
sebab. 'Terhadap hak cipta yang tidak diketahui siapa penciptanya, hak itu
diambil alih oleh negara".'**
Temyata kemudian ketentuan tersebut tidak ditemukan lagi dalam UU
No. 7 Tahun 1987 dan diteruskan dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1997
dan UU sekarang Undang-Undang No. 19 Tahun 2001 tentang Hak Cipta.
Alusan pengbapusannya adalah;
1. Sesuai dengan sifat hak cipta sebagai hak perorangan yang lebih
bersifat pribadi dan tidak berwujud seyogyanya m