Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persep

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

VOLUME 4 NOMOR 2

JULI 2013

Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa Tentang
Cara Guru Mengajar Terhadap Hasil Belajar Matematika

Latief Sahidin1 dan Dini Jamil2
(1&2 Dosen dan Alumni Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP
Universitas Halu Oleo, email:latif_uh10@yahoo.ac.id)
Abstrak: Penelitian Expos Facto ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi berprestasi,
persepsi siswa tentang cara guru mengajar dan pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika.
Hasil analisis berdasarkan uji F dalam menguji hipotesis penelitian secara simultan diperoleh
kesimpulan bahwa motivasi berprestasi dan persepsi siswa tentang cara guru mengajar mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasi belajar matemtika siswa. Motivasi berperstasi secara parsial
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, demikian juga persepsis
siswa tentang cara guru mengajar mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil
belajar siswa dengan taraf signifikansi α=005.
Katakunci: motivasi breprestasi, persepsi siswa tentang cara guru mengajar, hasil belajar

matematika

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan yang
sangat penting dalam kehidupan. Kebutuhan
terhadap pendidikan dapat dirasakan dalam
segala segi kehidupan manusia. Hampir tidak
dapat disangkal bahwa apa yang diperoleh
sekarang adalah buah dari proses dan
pembangunan pendidikan yang mengarah
kepada kemajuan suatu bangsa.
Pembangunan pendidikan diarahkan
sejalan
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi di samping
pembangunan bidang-bidang lain yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini tidak lepas dari

pengaruh matematika yang merupakan dasar
bagi disiplin ilmu yang lain sekaligus
merupakan alat bantu yang membentuk pola
pikir konstruktif dan mandiri serta merupakan
metode berpikir logis dan konsisten. Oleh
karena pentingnya matematika, maka mata
pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang
diwajibkan mulai dari tingkat pendidikan
dasar sampai pada jenjang pendidikan tinggi.
Karena peranannya yang begitu penting, maka
konsep matematika harus dikuasai siswa

sedini mungkin, utamanya mulai dari jenjang
pendidikan dasar (SD, SMP, atau yang
sederajat). Belajar matematika harus dilakukan
secara hierarkis sekaligus memperhatikan
kemampuan individu yang belajar dan hakekat
matematika itu sendiri. Akan tetapi, kondisi
yang terjadi disetiap sekolah pada umumnya
matematika merupakan mata pelajaran yang

paling sulit dipelajari siswa. Akibatnya prestasi
belajar matematika siswa dari tahun ketahun
pada semua jenjang pendidikan selalu
memprihatinkan dibanding dengan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran lain.
Peningkatan kualitas hasil belajar
tidak
terlepas dari faktor proses. Proses belajar
mengajar merupakan salah satu faktor
dominan yang mempengaruhi kualitas hasil
belajar siswa dan kualitas pendidikan yang
dimotori oleh guru. Guru harus benar-benar
profesional dalam menjalankan tugasnya
sebagai pembaharu, sebagai contoh dalam
masyarakat, sebagai motor penggerak dan
pendorong, sebagai pembangkit minat siswa
dalam belajar, untuk memajukan pendidikan
bukan sebaliknya, guru tidak disiplin dalam
211


JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

VOLUME 4 NOMOR 2

mengajar, mengatrol nilai siswa dan lain-lain
sifat terpuji (Maonde; 2011: 9).
Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
yang menghasilkan perubahan tingkah
perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri,
baik dalam bentuk pengetahuan dan
keterampilan baru, dalam bentuk sikap dan
nilai yang positif. Menurut Soejanto, belajar
adalah suatu proses yang berlangsung terus
menerus, artinya sepanjang hayatnya manusia
akan mengalami proses belajar (Soejanto;
1991: 19). Kemudian menurut Slameto,
belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto; 1995: 2). Dalam hal menyampaikan
materi pelajaran guru sangat memegang
peranan penting dalam menentukan arah dan
keberhasilan siswa mempelajari suatu mata
pelajaran. Guru yang berbakat dapat
mentransfer pengetahuan yang ada pada
dirinya lebih muda kepada siswa dari guru
yang tidak berbakat. Guru yang berbakat
ditandai dengan kemampuannya dalam
menggunakan metode mengajar, mengatur
waktu, disiplin, ramah, mimik yang selalu
menarik dan simpatik.
Metode mengajar adalah cara guru
menyampaikan materi pembelajaran dalam
setiap tatap muka dengan siswa. Guru yang
kreatif,
profesional
dituntut

untuk
mengembangkan pendekatan dan memilih
metode mengajar yang efektif agar terjadi
iklim pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan. Agar tidak terjadi kejenuhan
dalam penbelajaran, guru dapat memilih
metode yang cocok dengan pokok bahasan
atau sub pokok bahasan pada waktu dan
tempat yang sama sekaligus, karena ada
kekuatan dan kelemahan pada setiap metode
mangajar. Metode mengajar yang cocok untuk
pokok bahasan tertentu ditandai dengan
tingginya prestasi belajar siswa dalam setiap
pelaksanaan evaluasi pembelajaran (Maonde;
2011: 9-10). Faktor lain yang mempengaruhi
hasil belajar adalah motivasi berprestasi.

JULI 2013

Dalam proses belajar, motivasi berprestasi

sangat penting diberikan kepada siswa. Hal
ini dimaksudkan untuk merangsang daya
kreativitas dan kemauan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar.
Motivasi berprestasi (achiement motivation)
adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu
untuk mencapai standar kesuksesan, dan
untuk melakukan
suatu usaha untuk
mencapai kesuksesan (Santrok; 2003: 474).
Mc Clelland mendefenisikan motivasi
berprestasi sebagai suatu usaha untuk
mencapai sukses, yang bertujuan untuk
berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran
keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat
prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat
prestasinya sendiri sebelumnya (Mulyani;
1984:20). Motivasi berprestasi adalah motivasi
yang mendorong seseorang untuk berbuat
lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau

diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau
diraih orang lain (Djaali dan Murjono; 2004:
139).
Siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi yang baik ditandai dengan
beberapa hal yaitu: siswa tersebut tanggap
terhadap
tantangan
terutama
dalam
belajar,rasional dalam berpikir, bertanggung
jawab dalam hal ini selalu bersikap jujur dan
bersemangat dalam belajar, berusaha unggul
dalam kelompok, dan selalu dapat
menyesuaikan diri bila ia berinterksi dengan
teman-temannya. Selain itu hal yang juga
berperan dalam peningkatan motivasi
berprestasi siswa adalah guru itu sendiri.
Boleh jadi siswa mempunyai semangat yang
tinggi dalam belajar tapi kerena gurunya yang

kurang baik dalam memberikan perhatian dan
penghargaan kepada siswa, maka motivasi
belajar siswa menjadi menurun yang
berimplikasi pada rendahnya hasil belajar
matematika siswa.
Proses belajar mengajar dikatakan baik,
bila proses tersebut dapat membangkitkan
kegiatan belajar yang efektif. Dalam hal ini
perlu disadari, masalah yang menentukan
bukan metode atau prosedur yang digunakan
dalam pengajaran, bukan kolot atau
moderennya
pengajaran,
bukan
pula
212
204

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA


VOLUME 4 NOMOR 2

konvensional atau progresifnya pengajaran.
Semua itu memang penting artinya, tetapi
tidak merupakan pertimbagan akhir, karena
itu hanya berkaitan dengan “alat” bukan
“tujuan” pengajaran. Bagi pengukuran
suksesnya pengajaran, memang syarat uama
adalah “hasilnya”. Tetapi harus diingat bahwa
dalam menilai atau menerjemahkan “hasil” itu
pun harus secara cermat dan tepat, yaitu
dengan memerhatikan “prosesnya”. Dalam
proses inilah siswa beraktivitas. Dengan
proses yang tidak baik/benar mungkin hasil
yang dicapainya pun tidak akan baik, atau
kalau boleh dikatakan hasil itu adalah hasil
semu(Sardiman; 2008: 49).
Adapun hasil belajar mengajar itu
dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: (a) Hasil itu tahan

lama dan dapat digunakan dalam kehidupan
oleh siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa
menjadi pembimbing dan pelatih yang baik
bagi para siswa yang akan menghadapi ujian.
Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama
dan lekas menghilang, berarti hasil pengajaran
itu
tidak
efektif.
Guru
harus
mempertimbangkan berapa banyak dari yang
diajarkan itu akan masih diingat kelak oleh
subjek belajar, setelah lewat satu minggu, satu
bulan, satu tahun dan seterusnya. (b) Hasil itu
merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”.
Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu
bagi siswa seolah-olah telah merupakan
bagian kepribadian bagi diri setiap siswa,
sehingga
akan
dapat
mempengaruhi
pandangan dan caranya mendekati suatu
permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati
dan penuh makna bagi dirinya (Sardiman;
2008:50)
Hasil belajar merupakan salah satu
ukuran tingkat keberhasilan siswa setelah
menjalani proses belajar dimana untuk
mengungkapkan pihak guru atau pembimbing
biasanya menggunakan alat penilaiaan atau tes
yang betul-betul diharapkan dapat mendeteksi
seberapa besar tingkat penguasaan siswa
terhadap pelajaran yang telah diberikan.
Disamping tes yang diberikan itu harus
memenuhi standar/kriteria yang ingin dicapai
oleh pembuat tes, juga harus memenuhi

JULI 2013

syarat-syarat tes yang baik (Suryabrata; 2002:
327).
Hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran. Proses
penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang
kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan
belajarnya
melalui
kegiatan
belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan
kelas maupun individu. Hasil akhir dari
proses akhir belajar mengajar sebagai
perwujudan segala upaya yang telah dilakukan
selama proses berlangsung lebih sering
dikaitkan dengan pengelolaan kelas dan nilai
siswa setelah evaluasi diberikan yang
selanjutnya dikenal sebagai hasil belajar. Hasil
belajar dikukuhkan sebagai nilai yang ada pada
rapor, karena rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru mengenai
kemajuan hasil belajar anak didiknya selama
dalam masa tertentu (Suryabrata; 2002: 35).
Dalam perolehan atau pencapaian hasil belajar
matematika dipengaruhi pula oleh banyak
faktor seperti keteraturan, kedisiplinan,
motivasi, konsentrasi, sikap optimis, sebab
hasil belajar merupakan hasil proses belajar
mengajar dan hal-hal yang mempengaruhi
dalam proses belajar juga akan berpengaruh
pada hasil belajar matematika yang pada
akhirnya nilai rapor juga terpengaruh.
Motivasi berprestasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha dalam pencapaian
prestasi (Sardiman; 2008:85). Selain itu, orangorang yang termotivasi oleh kebutuhan
berprestasi yang tinggi akan menetapkan
tujuan dengan standar keberhasilan dan
kesempurnaan yang tinggi, namun bersifat
realistis (Tavris dan Carole; 2007: 190).
Sehingga dapat dipastikan jika seorang siswa
mempunyai motivasi berprestasi yang baik
maka ia akan memperoleh peluang yang
cukup besar dalam memperoleh hasil belajar
maksimal dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi yang kurang
baik. Di dalam kegiatan belajar mengajar
205
213

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

VOLUME 4 NOMOR 2

JULI 2013

sebagai pendidik sebagaimana ditetapkan oleh
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
kita adalah mengajar. Mengajar adalah
kegiatan menyampaikan materi pelajaran,
melatih keterampilan, dan menanamkan nilainilai moral yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut kepada siswa, selain itu
guru harus mampu menciptakan suasana di
dalam proses belajar mengajar agar terjadi
interaksi belajar mengajar yang dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik
dan sungguh-sungguh, untuk itu guru
seharusnya memiliki kemampuan untuk
melakukan interaksi belajar-mengajar yang
baik, salah satu kemampuan yang sangat
penting adalah kemampuan mengatur proses
belajar mengajar (Wijaya dkk; 1991: 197).
Sedangkan
Howard
memberikan
definisi mengajar yaitu suatu aktivitas untuk
mencoba menolong, membimbing seseorang
untuk
mendapatkan,
mengubah
atau
mengembangkan skill (keahlian), attitudes
(sikap),
ideals
(cita-cita),
appreciations
(penghargaan) dan knowledge (Pengetahuan).
Dalam pengertian ini guru harus berusaha
membawa perubahan tingkah laku yang baik
atau
kecenderungan
langsung
untuk
mengubah tingkah laku murid-muridnya
(Rostiyah; 1989: 15-16).
Kemudian
menurut
Kilpatrik
menunjukkan definisi yang tegas tentang
mengajar yaitu bagaimana usaha guru
menempatkan anak untuk menghadapi
kesulitan dan berusaha memecahkannya atau
mencari jalan keluarnya. Dalam hal ini seni
mengajar adalah mencari keadaan atau situasi
yang mengandung problem, kemudian siswa
harus menghadapi masalah itu untuk dapat
memecahkannya atau mengatasinya, jadi jelas
disini tugas guru lebih berat dan sulit
(Rostiyah; 1989: 14).
Cara/metode mengajar yang diterapkan
dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila
menhasilkan sesuatu sesuai dengan yang
diharapkan atau dengan kata lain tujuan
tercapai, bila makin tinggi kekuatannya untuk
menghasilkan sesuatu makin efektif metode
tersebut (Simanjuntak; 1993: 80).

peranan motivasi baik instrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan, dengan motivasi
pelajar dapat mengembangkan aktifitas dan
inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Selain itu, motivasi sangat penting karena
suatu kelompok yang mempunyai motivasi
yang lebih akan berhasil ketimbang kelompok
yang tidak mempunyai motivasi (Hamalik;
2004: 179).
Persepsi (perception) merupakan tahap
paling awal dari serangkaian pemroses
informasi dan dapat dikatakan bahwa persepsi
merupakan suatu proses menginterprestasi
atau menafsirkan informasi yang diperoleh
melalui alat indera manusia (Suharnan; 2005:
23). Mengajar adalah suatu kegiatan mengajar
dimana
pengajar
menyampaikan
pengetahuan/pengalaman
yang
dimiliki
peserta didik (Hudojo; 1988: 5). Mengajar
pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menciptakan kondisi atau sistem lingkungan
yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar. Mengajar
dikatakan dikatakan sebagai menyampaikan
pengetahuan pada anak didik (Marsidi; 2007:
106).
Pengertian yang umum dipahami orang
terutama mereka yang awam dalam bidangbidang studi pendidikan ialah mengajar itu
merupakan penyampaian pengetahuan dan
kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian
tujuannya pun hanya berkisar pencapaian
penguasaan atas sejumlah pengetahuan dan
kebudayaan. Dari pengertian itu timbul
gambaran bahwa peranan pengajaran hanya
dipegang oleh guru sedangkan siswa dibiarkan
pasif(Syah; 1995: 181). Mengajar adalah tindak
atau perbuatan seseorang menyampaikan
pelajaran dengan maksud membuat anak didik
paham akan tujuan ia belajar (Hastuti; 1997:
16).
Faktor- faktor dalam mengajar ialah
bahan pelajaran, guru dan siswa. Agar
pelajaran efektif, bahan pelajaran haruslah
dipilih berdasarkan tujuan yang diuraikan
sampai bersifat spesifik agar dapat diukur
keberhasilan
proses
belajar
mengajar
(Nasution; 1994: 51).
Tugas utama guru
214
206

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

VOLUME 4 NOMOR 2

JULI 2013

Mengajar yang efektif ini dapat
dikemukakan suatu pandangan lain yang
menjadi pertimbangan juga. Pandangan ini
mengatakan bahwa mengajar yang efektif
perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:(1)
penguasaan bahan pelajaran, (2) cinta kepada
yang diajarkan, (3) pengalaman pribadi dan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa, (4)
variasi metode, (5) seorang guru harus
menyadari bahwa dirinya tidak mungkin
menguasai dan mendalami semua bahan
pelajaran, (bila guru mengajar harus selalu
memberikan pengetahuan yang aktual dan
dipersiapkan sebaik-baiknya, (6) guru harus
berani memberikan pujian, (7) seorang guru
harus mampu menimbulkan semangat belajar
individual (Slameto; 1995: 95-96).
Belajar adalah suatu proses yang terus
menerus untuk memecahkan masalah bagi
anak-anak, orang dewasa maupun orang tua.
Oleh sebab itu pada saat melaksanakan
pengajaran
sebaiknya
memperhatikan
tanggapan siswa tentang pelajaran yang
diberikan. Dengan menerima tanggapan siswa
sebagai masukan yang berharga menjadikan
semangat kemandiriannya semakin besar. Hal
ini akan menambah semangat siswa untuk
meningkatkan hasil belajarnya, sehingga
apabila tingkat keberhasilan siswa tercapai
maka siswa tersebut merasa puas dengan
memberi pujian pada dirinya sendiri (Suryadi;
1983: 73).

Untuk dapat membangkitkan perhatian
yang spontan (perhatian yang bersumber dari
peserta didik) seorang pendidik harus: a)
Mengajar dengan cara yang “menarik”
misalnya menyesuaikan bahan pelajaran yang
diajarkan dengan dunia anak-anak seperti
memanfaatkan lingkungan, b) Mengadakan
selingan yang sehat, tentu lebih baik jika
selingan selingan dikaitkan dengan pelajaran
matematika
yang
berwawasan
dalam
kehidupan sehari-hari, c) Menjelaskan dari
yang mudah ke yang sukar atau dari yang
konkrit ke yang abstrak, d) Sedapat mungkin
atau menghilangkan saat atau keadaan yang
menyebabkan perhatian jadi tidak perlu, e)
Menggunakan alat-alat peraga (Simanjuntak;
1993: 59). Dalam proses belajar mengajar,
guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar
bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru
mempunyai tanggung jawab untuk melihat
segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu proses perkembangan siswa.
Secara lebih terperinci tugas guru berpusat
pada: (1) mendidik dengan titik berat
memberikan arah dan motivasi pencapaian
tujuan baik jangka pendek maupun jangka
panjang, (2) memberi fasilitas pencapaian
tujuan melalui pengalama belajar yang
mamadai, (3) membantu perkembangan
aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai
dan penyesuaian diri (Slameto; 1995: 33).

METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII, VIII dan XI SMPN
3 Kendari. berjumlah 787 orang siswa
sementara yang dipakai sebagai sampel
dengan teknik proporsional random
sampling sampel sebanyak 202 orang.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari satu variabel terikat dan dua
variabel bebas. Variabel terikat disimbolkan
dengan Y dan variabel bebas masing-masing
disimbolkan dengan X1 dan X2. Variabel Y
menyatakan hasil belajar matematika siswa

SMPN 3 Kendari pada semester ganjil
dengan melihat nilai mid semester
matematika siswa, sedangkan variabel (X1)
menyatakan motivasi berprestasi siswa dan
(X2) menyatakan persepsi siswa tentang cara
guru mengajar.
Desain yang diterapkan adalah
menghubungkan kedua variabel bebas
terhadap variabel terikat baik secara simultan
maupun
secara parsial,
sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 1 berikut:

207
215

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

VOLUME 4 NOMOR 2

JULI 2013

X1

Y
X1
Gambar1. Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat
Dalam penelitian ini digunakan analisis
deviasi dan kategori. Analisis inferensial yaitu
validitas, analisis reliabilitas, pembobotan,
dilakukan analisis regresi linear sederhana dan
analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
regresi berganda. Analisis regresi ini dilakukan
inferensial. Statistik deskriptif dimaksudkan
untuk menguji hipotesis penelitian.
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
Analisis regresi berganda dengan
variabel-variabel
penelitian
(Motivasi
variabel bebas X1 dan X2 terhadap hasil
berprestasi, persepsi siswa tentang cara
belajar matematika dengan persamaan/model
mengajar guru, dan hasil belajar) dalam
umum sebagai berikut:
bentuk rata-rata, median, modus, standar
Yi = + X1 + X2 + εi,
... (1)
di mana
Yi
: Hasil belajar matematika
: Konstanta
,
: Koefisien regresi,
X1
: Motivasi berprestasi
X2
: Persepsi siswa tentang cara guru mengajar matematika
εi
: Suku kesalahan random
  0,05 maka H0 diterima dan (3) Tolak H0,
jika thitung ≥ ttabel pada α = 0,05 dan (4) Terima
H0, jika th < ttab pada α = 0,05 (Sugiyono;
2009: 214)

Kaidah pengambilan keputusan untuk
statistik Uji F dan Uji-t adalah adalah sebagai
berikut:
(1) Jika nilai Fh ≥ Ftab pada   0,05 maka H0
ditolak dan (2) Jika nilai Fh < Ftab pada kriteria
HASIL
Hasil
analisis
diawali
dengan
menentukan
validitas
dan
reliabilitas
instrumen skla Likert hasil uji coba dengan
menerapkan 5 kali jumlah butir sebanyak 250
orang
responden
untuk
menentukan
banyaknya responden yang menjawab dua
instrumen motivasi berprestasi dan persepsi
siswa tentang cara mengajar guru. Setelah
selesai uji coba juga dilakukan analisis
bembobotan
untuk
menentukan
kontinu/diskontinu dalam mengikuti skala
lima (Selalu=5, Sering=4, Jarang=3, Kadangkadang=2, dan Sangat Tidak Pernah=1)

untuk pernyataan positif dan sebaliknya untuk
pernyataan negatif.
Analisis validitas diperlukan untuk
menentukan kesahihan masing-masing butir
sebelum dterpkan dalam penelitian, dengan
valid pada sebagai butir soal. Analisis validitas
sebahagian besar butir valid diterapkan
formula korelasi produk moment sementara
untuk menentukan koefisien reliabilitas
menggunakan KR-20 =0.838.
Hasil
pembobotan sebagimana ditunjukkan dalam
Tabel 2 untuk contoh yang favorabel dan
Tabel 3. tidak favorabel.
208
216
204

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

VOLUME 4 NOMOR 2

JULI 2013

Tabel 1. Penentuan Bobot Instrumen Motivasi Berprestasi
Kategori Instrumen
Selalu
Sering
Jarang
Kadang-kadang
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Frekuensi
13
31
45
75
Proporsi
0,052
0,124
0,18
0,3
Prop.Kumulatif
0,52
0,644
0,824
1,124
pk-tengah
0,26
0,582
0,734
0,974
Z
-0,64
0,2
0,61
1,95
Z+1,64
1
1,84
2,25
3,59
Nilai skala
1
2
3
4
Kesimpulan: Nilai Skala: 1, 2, 3, 4, 5 Favorabel
No. 2

Tabel 2 di atas merupakan hasil perhitungan
pembobotan
variabel
laten
Motivasi
berprestasi pada siswa SMP Negeri 3 Kota
Kendari. Melalui perhitungan dengan cara: (i)
menentukan frekuensi masing-masing butir
pernyataan dengan jawaban (1, 2, 3, 4, 5)
berdasarkan hasil uji coba, (ii) menghitung
proporsi masing-masing butir dengan cara
frekuensi masing-masing opsi dibagi jumlah
responden secara manual, (iii) menghitung

Tidak Pernah
(6)
86
0,344
1,468
1,296
4
5,64
5

proporsi kumulatif, (iv) proporsi kumulatif
tengah (pk-tengah), (v) nilai pk-tengah 0,26
dicari nilai Z pada Tabel Z dengan nilai -0.64,
(vi) baris berikutnya nilai tersebut Z+1.64
agar jumlah menjadi 1. (vii) demikian
seterusnya nilai Z+1.64 dijumlah pada baris Z
kolom ketiga dan seterus, (vii) hasil
penjumlahan berikutnya sampai menunjukkan
nilai skala 1, 2, 3, 4, dan 5 yang berarti bahwa
hasil tersebut favorabel.

Tabel 2. Penentuan Bobot Instrumen Persepsi Siswa Tentang Cara
Guru Mengajar Matematika
No. 1
Frekuensi
Proporsi
Prop.Kumulatif
pk-tengah
Z
Z+1,74
Nilai Skala

Selalu
151
0,604
0,604
0,302
-0,74
1
1

Sering
52
0,208
0,812
0,708
0,55
2,29
2

Kategori Instrumen
Jarang
Kadang-kadang
17
30
0,068
0,12
0,88
1
0,846
0,94
1,02
1,56
2,76
3,3
3
3

Tidak Pernah
0
0
1
1
0,89
2,63
3

Kesimpulan: Nilai Skala 1, 2, 3, 3, 3 Tidak Favorabel
Tabel 3 di atas caranya sama dengan
perhitungan Tabel 2 di atas, yang disimpulkan
bahwa hasil nilai skala 1, 2, 3, 3, 3 yang
menunjukkan tidak favorabel.
Analisis
Deskriptif
Motivasi
Berprestasi (X1), Persepsi siswa tentang cara
mengajar guru matematika dan variabel hasil
belajar matematika sebagaimana ditunjukkan

dalam Tabel 4 berikut dapat dijelaskan: (i)
rerata
variabel
motivasi
berprestasi
(X1)=141.23, persepsi siswa terhadap cara
mengajar guru (X2) =145.84, hasil belajar
matematika (Y)=72.09.
Nilai minimum
X1=88, X2=94, Y=25 sementara nilai
maksimumnya adalah X1=178, X2=177 dan
204
217
209

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

Y=100.

dengan

VOLUME 4 NOMOR 2

JULI 2013

standar deviasi untuk
X1=16.22, X2=18.54, Y=17.02.
Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Bebas X1,X2 & Y
X1
N

Valid

X2

Y

202

202

202

0

0

0

Mean

141.2327

145.8416

72.0941

Median

144.0000

149.0000

70.0000

145.00

149.00

70.00

16.21590

18.53824

17.02109

262.956

343.666

289.717

Missing

Mode
Std. Deviation
Variance
Minimum

88.00

94.00

25.00

Maximum

178.00

177.00

100.00

28529.00

29460.00

14563.00

Sum

Berdasarkan
hasil
analisis
yang
ditunjukkan dalam Tabel 5 dengan
memperhatikan nilai Fhit = 801,766 > Ftab
=3,89 dengan nilai-p (Sig. F) = 0,000 < α =
0,05, yang menunjukkan bahwa Ho. Dengan
ditolaknya Ho dapat disimpulkan bahwa
motivasi berprestasi dan persepsi siswa
tentang cara guru mengajar matematika secara
simultan
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika.
Tabel 4. Hasil Analisis X1 dan X2 terhadap Y secara Simultan

Analisis inferensial diperlukan untuk
menguji sejumlah 3 hipotesis yakni:
Hipotesis-1, dengan pernyataan motivasi
berprestasi dan persepsi siswa tentang cara
guru mengajar matematika secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar matematika. Hipotesis
statistik yang diperlukan adalah: H0:
=
vs
: bukan H0

Model
1

Sum of
Squares
Regression

Mean Square
2

25902,127

6428,959

199

32,306

58233,213

201

Residual
Total

df

51804,254

F
801,766

Sig.
,000(a)

a Predictors: (Constant), X2, X1
b Dependent Variable: Y

Hipotesis-2, dengan pernyataan motivasi
berprestasi secara parsial mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil

belajar matematika. Hipotesis statistik yang
diperlukan adalah: H0: ≤ vs
: ˃ 0.

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi X1 dan X2 terhadap Y secara Parsial
Unstandardized
Coefficients

Model
(1)
1

(2)
(Constant)

(3)

(4)

Standardized
Coefficients

t

Sig.

(5)

(6)

(7)

-46,403

11,032

-4,206

,000

X1

,570

,020

,884

28,583

,000

X2

,252

,089

,088

2,851

,005

nilai-p/2 =0.000/2 = 0.000< α =0,05 yang
menunjukkan bahwa Ho ditolak. Dengan
ditolaknya Ho maka dapat disimpulkan bahwa

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 6
di atas dengan memperhatikan baris X1
diperoleh nilai th=28,583 > ttab=1,650 dengan
218
204

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

VOLUME 4 NOMOR 2

variabel motivasi berprestasi secara parsial
mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap
hasil
belajar
matematika.
Selanjutnya dengan signifikannya variabel
motivasi berprestasi tersebut, berdasarkan
Tabel 6 baris X1 kolom 3 dapat dijelaskan
bahwa kontribusi (sumbangan) variabel bebas
terhadap variabel terikat hasil belajar
matematika adalah setiap perubahan satu
satuan variabel bebas X1 akan meningkatkan
hasil belajar sebesar 0.57 satuan.
Hipotesis-3,
dengan
pernyataan
persepsi siswa tentang cara guru mengajar
mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap hasil belajar matematika. Hipotesis
statistik yang diperlukan adalah: H0:
vs
:
0.

JULI 2013

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 6 di atas
dengan memperhatikan baris X2 diperoleh
nilai th=2,851 > ttab =1,650) dan nilaip/2=0.005/2 =0.003