MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA EVALUASI p1

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA
EVALUASI KETENAGAKERJAAN DAN LAPANGAN KERJA TERHADAP
SEKTOR PARIWISATA DI INDONESIA

ANITA DYAH RATNANINGRUM
F1217008

MANAJEMEN TRANSFER B
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata atau

turisme

adalah

suatu perjalanan yang


dilakukan

untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.
Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan
paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Definisi
yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai
dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa
bersangkutan

lainnya

seperti bank, asuransi, keamanan,

dll.

Pariwisata

menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman
baru dan berbeda lainnya. Banyak negara, bergantung banyak dari industri

pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang
menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri
pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi NonPemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk
meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang
non-lokal. Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia baik sebagai salah satu sumber penghasil devisa maupun sebagai
pencipta lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Untuk meningkatkan
kesejahteraan

rakyat,

pengembangan

pariwisata

perlu


dilanjutkan

dan

ditingkatkan melalui perluasan, pemanfaatan sumber dan potensi pariwisata
nasional, sehingga diharapkan mampu mendorong dan menggerakkan sektorsektor ekonomi lainnya (Heriawan, 2002).
Sektor pariwisata yang salah satunya terbentuk melalui sektor perdagangan,
perhotelan, dan restoran, secara signifikan memiliki kontribusi yang positif
terhadap penerimaan devisa negara. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran yang merupakan
permasalahan besar di Indonesia. Dengan berkembangnya sektor perdagangan,
hotel dan restoran menyebabkan terbukanya lapangan kerja dari hulu ke hilir.

Peranan pariwisata dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) mengindikasikan bahwa kegiatan kepariwisataan mampu menjadi salah
satu kekuatan pembangunan yang dapat diandalkan dan tetap bertahan,
sehingga kebijaksanaan pembangunan dapat lebih diarahkan pada peningkatan
pariwisata menjadi sektor andalan. Dapat kita lihat bahwa sektor pariwisata
dalam hal ini usaha perdagangan perhotelan dan restoran yang tergabung dalam

sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi yang besar terhadap
pembentukan PDRB.
Sektor pariwisata juga merupakan salah satu tujuan pembangunan suatu
daerah dalam meningkatkan perekonomian di daerah pariwisata tersebut.
Boediono dalam Tarigan (2004), mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, di mana
persentase pertambahan output haruslah lebih tinggi dari dari persentase
pertambahan jumlah penduduk, dan ada kecenderungan pertumbuhan ini akan
berlanjut dalam jangka panjang. Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004
tentang Otonomi Daerah, setiap daerah diberikan kebebasan dan kewenangan
untuk menentukan arah pembangunan ekonominya masing-masing. Untuk itu
diperlukan kemampuan daerah dalam menggali dan mengembangkan potensipotensi yang dimiliki sebagai sumber kegiatan perekonomian.
Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan perekonomian daerah, maka
pemerintah di daerah wisata tersebut diharuskan memiliki kemampuan untuk
dapat mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki wilayahnya secara
lebih efektif dan efisien. Sangat diharapkan pemerintah di daerah wisata tersebut
mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi di sektor perdagangan,
hotel

dan


restoran,

karena

keberadaan

sektor

tersebut

akan

mampu

mengembangkan perekonomian wilayah itu sendiri melalui pengaruhnya
terhadap pembentukan PDRB yang dijelaskan tadi. PDRB juga merupakan salah
satu indikator perekonomian yang dapat digunakan sebagai bahan penentuan
kebijakan pembangunan khususnya dalam bidang perekonomian dan bahan
evaluasi pembangunan ekonomi regional.


BAB 2

RUMUSAN MASALAH
1.

Bagaimana hubungan antara ketenagakerjaan dengan sektor pariwisata di

2.

Indonesia?
Bagaimana hubungan lapangan kerja dengan sektor pariwisata di

3.

Indonesia?
Bagaimana dampak sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia?

BAB 3
KAJIAN LITERATUR

3.1 Pariwisata
3.1.1 Pengertian Pariwisata
Menurut definisi yang luas, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat
ketempat lain, yang bersifat sementara dan dilakukan perorangan atau kelompok
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Spillane, 2002).
Dalam kegiatan kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu orangorang yang melakukan perjalanan wisata dan obyek wisata yang merupakan
tujuan wisatawan. Menurut Gamal Suwartono, kepariwisataan adalah suatu
proses kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar
tempat tinggalnya, dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan
baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, polotik, agama, kesehatan
maupun kepentingan lain. Menurut UU RI No. 9 tahun 1990 pasal 7 tentang
kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana
pariwisata, dan usaha lain dibidang tersebut. Definisi kepariwisataan ini sangat
beragam, maka beragam pula definisi wisatawan. Beberapa ahli membatasi
pengertian wisatawan sebagai seseorang yang melakukan perjalanan sejauh
lebih dari 50 atau 100 mil (sekitar 80 atau 160 km) dari lokasi tempat tinggalnya.
Sebagian definisi menyatakan bahwa hanya mereka yang menginap di luar
rumah terhitung sebagai wisatawan. Menurut rumusan Internasional Union Of

Official Travel Organization (IUOTO) pada tahun 1963 subyek wisata atau pelaku
perjalanan dapat dibedakan dalam dua pengertian yaitu wisatawan (Tourist) dan
pelancong (Excursonists). Perbedaan wisatawan dan pelancong adalah:

1) Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal sekurang–
kurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dan perjalanannya dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Pesiar adalah untuk rekreasi, liburan, kesehatan, studi dan olah raga.
b. Hubungan dagang, sanak saudara, konferensi dan misi.
2) Pelancong adalah penunjung sementara yang tinggal di negara yang
dikunjungi kurang lebih 24 jam (termasuk pelancong dalam perjalanan
kapal pesiar termasuk yang sedang transit di pelabuhan).
Menurut Smith (1998), wisatawan dalam kepariwisataan dapat digolongkan
kedalam 5 bagian yaitu:
a) Domestik Tourism adalah pariwisata yang ditimbulkan oleh orang yang
bertempat tinggal disuatu Negara yang mempunyai tempat di dalam
Negara yang bersangkutan.
b) Inbound Tourism adalah pariwisata sebagai kunjungan orang–orang
yang bukan penduduk di suatu Negara.
c) Outbound tourism adalah pariwisata sebagai kunjungan penduduk

suatu negara ke negara lain.
d) Internal tourism adalah merupakan kombinasi antara domestik dan
outbound tourism.
e) Internasional tourism adalah merupakan kombinasi inbound dan
outbound tourism.
Wisatawan dapat dibedakan

lagi

menjadi

wisatawan

Internasional

(mancanegara) adalah yang melakukan perjalanan wisata diluar negerinya, dan
wisatawan didalam negerinya. Wisatawan Nasional menurut Biro Pusat Statistik
adalah sebagai berikut : Wisatawan Nasional (Domestik) adalah penduduk
Indonesia yang melakukan perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya
berdomisili, dalam jangka waktu sekurang–kurangya 24 jam atau menginap

untuk masuk apapun kecuali kegiatan yang mendatangkan nafkah ditempat yang
dikunjungi (Direktorat Jendral Pariwisata, 2013). World Tourism Organization
(WTO) mendefinisikan Wisatawan Nasional adalah sebagai berikut : “orang–
orang yang bertempat tinggal dalam satu Negara, terlepas dari kebangsaannya,
yang melakukan perjalanan kesatu tempat dalam Negara tersebut diluar tempat
tinggalnya sekurang–kurangnya selama 24 jam / semalam, untuk tujuan apapun.
3.1.2 Jenis dan Fungsi Pariwisata
Sesuai potensi alam yang dimiliki suatu negara, maka timbul bermacammacam pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan

mempunyai ciri tersendiri. Jenis-jenis pariwisata dapat dibedakan menurut letak
geografis yaitu: pariwisata lokal, pariwisata regional, dan pariwisata nasional
yang terdiri dari pariwisata dalam negeri dan pariwisata internasional.
Menurut pengaruhnya terhadap pembayaran yaitu: pariwisata aktif dan
pariwisata pasif. Dikatakan pariwisata aktif karena dengan masuknya wisatawan
asing tersebut, berarti dapat memasukkan devisa bagi negara yang dikunjungi,
yang dengan sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara
tersebut. Dan disebut pariwisata pasif, karena dilihat dari pemasukkan devisa,
kegiatan ini merugikan asal wisatawan, karena uang yang seharusnya
dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri.
Berdasarkan Instruksi Presiden No. 9/1969


mengenai

tujuan

pengembangan pariwisata di Indonesia meliputi tiga aspek pokok yaitu segi
sosial, segi ekonomi, dan segi budaya. Dengan demikian fungsi pariwisata juga
mencakup tiga aspek tersebut. Fungsi pariwisata dari segi ekonomi dapat
dikemukakan bahwa dari sektor pariwisata dapat diperoleh devisa, baik berupa
pegeluaran para wisatawan asing maupun sebagai penanam modal dalam
industri pariwisata termasuk penerimaan berupa retribusi bagi wisatawan.
Adapun jumlah penerimaan dari sektor pariwisata ditentukan oleh tiga
faktor utama, yaitu: Jumlah wisatawan yang berkunjung, jumlah pengeluaran
wisatawan, lamanya wisatawan yang menginap. Fungsi sosial yang paling
dominan dari sektor pariwisata adalah perluasan penyerapan tenaga kerja baik
secara langsung maupun tidak langsung. Usaha kepariwisataan dengan segala
sesuatunya yang berhubungan dengan pariwisata 38 liii sangat membutuhkan
tenaga kerja yang banyak sehingga dapat membantu mengurangi persoalan
pengangguran.

Penciptaan

kesempatan

kerja

secara

langsung

dapat

dikemukakan, misalnya di bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan, obyek
wisata, dan kantor pariwisata pemerintah. Sedangkan penyerapan tenaga kerja
tidak langsung, seperti meningkatnya hasil produksi di bidang pertanian dan
kerajinan tangan karena termotivasi dengan kunjungan wisatawan.
Dalam hal fungsi pariwisata dari segi budaya dapat diartikan sebagai
memperkenalkan

dan

mendayagunakan

kebudayaan

Indonesia.

Seperti

diketahui bahwa sesungguhnya kebudayaan merupakan milik rakyat sebuah
negara yang merupakan manifestasi dari karya dan kreasi yang spiritual dari
manusia yang membentuk rakyat sebuah negara dan menjadi sasaran utama
dari perasaan keingintahuan dari seseorang yang asing bagi negara tersebut.

Seperti dimaklumi tentang alam Indonesia seperti panorama alam, iklim tropis,
daerah khatulistiwa yang dipadukan dengan aneka ragam koleksi seni budaya
dan tata kehidupan masyarakat yang khas adalah merupakan salah satu sumber
berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia.
3.1.3 Jumlah Wisatawan Dalam Meningkatkan Pendapatan
Menurut Soekadijo (2001) wisatawan adalah orang yang mengadakan
perjalanan

dari

tempat

kediamannya

tanpa

menetap

di

tempat

yang

didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang
didatanginya. Mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang
melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang
melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya
sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, atlit
dan alasan bisnis).
Secara teoritis dalam Austriana (2005) semakin lama wisatawan tinggal di
suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan
di daerah tujuan wisata tersebut. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari
wisatawan

mancanegara

maupun

domestik,

maka

akan

memperbesar

pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin
tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata di
suatu daerah juga akan semakin meningkat.
Secara sederhana konsumsi sektor pariwisata merupakan barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan (needs),
keinginan (wants), dan harapan (expectation) selama tinggal di Daerah Tujuan
Wisata yang dikunjunginya mulai dari paket perjalanan, akomodasi, makanan
dan minuman, transportasi, rekreasi budaya dan olahraga,belanja, dan lain-lain.
3.1.4 Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Daerah
Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas:
a. pendapatan asli daerah, yaitu:
 hasil pajak daerah
 hasil retribusi daerah
 hasil perusahaan milik daerah
 hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
 lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
b. dana perimbangan
c. pinjaman daerah
d. lain-lain pendapatan daerah yang asli

Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau
tergantung dari sumbersumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah
daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya sendiri dengan mengadakan
pengelolaan terhadap potensi yang dimiliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan
sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan-terobosan baru
dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah
harus dilakukan, salah satunya adalah sektor pariwisata.
3.2 Ketenagakerjaan
3.2.1 Pengertian Ketenagakerjaan
Menurut Badan Pusat Statistik, Tenaga Kerja adalah penduduk usia kerja
(15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan namun

tidak bekerja,

dan yang sedang mencari pekerjaan. Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, yang disebut tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja atau
manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
terdiri dari (1) Golongan yang bekerja dan (2) Golongan yang menganggur dan
mencari pekerjaan. Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari (1)
Golongan yang bersekolah, (2) Golongan yang mengurus rumah tangga dan (3)
Golongan lain- lain yang menerima pendapatan, misalnya orang yang
memperoleh tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman dan sewa milik dan
mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain karena lanjut usia, cacat,
dalam penjara atau sakit kronis. Ketiga golongan bukan angkatan kerja sewaktuwaktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja (Simanjuntak, 2001).
Ada empat hal yang berkaitan dengan tenaga kerja, yaitu:
1. Bekerja (employed)
Jumlah orang yang bekerja sering dipakai sebagai petunjuk tentang
luasnya

kesempatan

kerja.

Dalam

pengkajian

ketenagakerjaan

kesempatan kerja sering dipicu sebagai permintaan tenaga kerja.
2. Pencari Kerja (unemployed)
Penduduk yang menawarkan tenaga kerja tetapi belum berhasil
menperoleh pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan. Secara
konseptual mereka yang dikatakan penganggur harus memenuhi
persyaratan bahwa mereka juga aktif mencari pekerjaan.
3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

TPAK suatu kelompok penduduk tertentu adalah perbandingan antara
jumlah angkatan kerja dengan penduduk adalam usia kerja dalam
kelompok yang sama. TPAK dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang
masih bersekolah dan mengurus rumah tangga, umur, tingkat upah,
dan tingkat pendidikan.
4. Profil Angkatan Kerja
Profil angkatan kerja meliputi umur, seks, wilayah kota dan pedesaan
dan pendidikan.Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam
usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis
besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja
jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja
yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut
sebagai tenaga kerja.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh
karenanya, setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan
kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan penduduk dapat
memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.
3.2.2 Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Kuncoro (2002), Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya
lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah
penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai
sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya
permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat
dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja dalam
penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja atau di
pekerjakan oleh pengusaha industri pariwisata. Dalam penelitian ini, penyerapan
tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja.

Ada perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja
yang diminta oleh perusahaan. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan
hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah orang yang diminta untuk
dipekerjakan. Jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditujukan pada kuantitas 34
xlix atau banyaknya permintaan tenaga kerja pada suatu tingkat upah tertentu
(Rejekiningsih, 2004).
3.2.3 Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia
 Rendahnya kualitas tenaga kerja
Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan dengan melihat
tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja di
Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya
produktivitas

tenaga

kerja,

sehingga

hal

ini

akan

berpengaruh

terhadaprendahnya kualitas hasil produksi barang dan jasa.
 Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan
lapangan kerja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian.
Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja akan
menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin
banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan
ekonomi.
 Persebaran tenaga kerja yang tidak merata
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa.
Sementara di daerah lain masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk
sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.Dengan demikian di Pulau
Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah lain masih
banyak sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.
 Pengangguran
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di
Indonesia mengalami gulung tikar. Akibatnya, banyak pula tenaga kerja
yang berhenti bekerja. Selain itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar
mengakibatkan semakin sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi lain
jumlah angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian pengangguran
akan semakin banyak.
3.3

Lapangan Kerja

Lapangan kerja erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja.
Saat ini sering kita dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya
tempat

bekerja,

akibatnya

dia

tidak

mempunyai

pendapatan.

Jumlah

pengangguran cukup tinggi menyebabkan beban bagi masyaakat bahkan
menimbulkan kemiskinan. Angka pengangguran tiap tahun terus bertambah
apalagi saat ini sering terjadi PHK. Terjadinya pengangguran disebabkan oleh
tidak adanya lapangan pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang asa mempunyai
persyaratan tinggi, sehingga banyak tenaga kerja yang tidak bisa masuk. Akan
tetapi ada pula orang yang sudah bekerja tetapi di-PHK.
Lapangan kerja juga biasanya disebut dengan lowongan pekerjaan.
Sebagian orang mungkin terpaku mengartikan lowongan kerja sebagai kerja
dikantoran saja, misalnya dengan menjadi pegawai,manager, sampai direktur,
atau pegawai negeri sipil. Bagi sebagian orang lagi, mengartikan lowongan kerja
secara lebih luas. Lowongan artinya peluang yang kosong alias belum terisi,
dalam hal ini berarti peluang untuk seseorang itu bekerja.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1

Hubungan antara Ketenagakerjaan dengan Sektor Pariwisata di
Indonesia
Jenis dan daya tarik obyek wisata merupakan faktor utama yang menarik

wisatawan mengadakan perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu
tempat primer yang menjadi tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang
dikunjungi

dalam

suatu

perjalanan

primer

karena

keinginannya

untuk

menyaksikan, merasakan, dan menikmati daya tarik tujuan tersebut. Menurut
Darmajadi (2002) menyatakan bahwa: Industri pariwisata merupakan rangkuman
dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan
produk–produk maupun jasa pelayanan atau service yang nantinya baik
langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan wisatawan nantinya. Jika
variasi obyek wisata dapat semakin bervariasi dan jenis obyek wisata juga dapat
ditambah, maka akan lebih banyak wisatawan akan lebih tertarik untuk datang
berkunjung ke obyek wisata tersebut sehingga akan mendorong terjadinya
peningkatan dalam lapangan kerja yang membutuhkan lebih banyak tenaga kerja
yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja akan semakin meningkat.

4.2

Hubungan Antara Jumlah Wisatawan dengan Lapangan Kerja dan
Penyerapan Tenaga Kerja
Secara teoritis (apriori) dalam Ida Austriana (2005), semakin lama

wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula
uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk
keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut.
Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan
menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan
wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara
maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata
suatu daerah. Hal ini, juga menjadi suatu peluang untuk membuka lapangan
pekerjaan kepada para masyarakat sekitar untuk melalukan usaha. Oleh karena
itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor
pariwisata juga akan semakin meningkat. Jika jumlah wisatawan meningkat
maka pengusaha akan melakukan investasi pada sarana dan prasarana
pariwisata untuk menarik lebih banyak wisatawan dan mengakomodirnya. Hal ini
akan membuat dibutuhkan tenaga kerja untuk bekerja pada lapangan pekerjaan
baru tersebut sehingga penyerapan tenaga kerja akan meningkat
4.3 Dampak Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Indonesia
Dalam literatur, hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dapat
dikonfrontasi melalui dua pendekatan, yaitu : pertama, pendekatan Keynesian
tentang pengganda (multiplier), yang memperlakukan pariwisata internasional
sebagai

komponen

eksogen

dari

permintaan agregat

yang

mempunyai

pengaruh positif terhadap pendapatan, dan karena itu terhadap lapangan
kerja melalui proses multiplier. Namun pendekatan ini banyak menerima kritik
karena agak statis dan tidak memungkinkan untuk menyimpulkan dampak
pariwisata

dalam

jangka panjang. Kedua, pendekatan model pertumbuhan

endogen dua sektor Lucas, yang penggunaannya untuk sektor pariwisata.
Dalam model ini pariwisata dikaitkan dengan kondisi maksimisasi laju
pertumbuhan. Apabila produktivitas menjadi elemen utama dari pertumbuhan,
dengan

asumsi

kemajuan

teknologi

di

sektor

manufaktur

lebih

tinggi

dibandingkan sektor pariwisata, maka spesialisasi pariwisata akan mendorong
pertumbuhan. Hal ini

bisa

terjadi

hanya

apabila

perubahan

nilai

tukar

perdagangan antara pariwisata dan barang-barang manufaktur lebih dari
sekedar menyeimbangkan kesenjangan teknologi sektor pariwisata. Kondisi

tersebut berlaku apabila elastisitas substitusi antara pariwisata dan barang
manufaktur lebih kecil dari satu (inelastis).
Pengakuan adanya hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi
dan ekspansi pariwisata sangat penting karena bisa memberikan implikasi yang
bermanfaat bagi pengambilan keputusan kebijakan

yang

relevan.

Namun

demikian, apabila ditemukan tidak adanya hubungan kausal antara ekspansi
pariwisata dan pertumbuhan ekonomi, hasilnya dapat digunakan sebagai
indikasi untuk menunjukkan efektivitas strategi promosi pariwisata. Beberapa
argumen lain melihat keterkaitan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi
dengan fokus pada dampak ekonomi makro dari pariwisata, yaitu: Pertama,
pariwisata memiliki dampak langsung terhadap perekonomian, antara

lain

terhadap penciptaan lapangan kerja, redistribusi pendapatan, dan penguatan
neraca pembayaran. Belanja turis, sebagai bentuk alternatif

dari

ekspor

memberikan kontribusi berupa penerimaan devisa (neraca pembayaran) dan
pendapatan yang diperoleh dari ekspansi pariwisata. Penerimaan devisa dari
pariwisata juga bisa digunakan untuk mengimpor barang-barang modal untuk
menghasilkan barang-barang dan jasa, yang pada gilirannya menyebabkan
pertumbuhan ekonomi. Kedua, efek stimulasi (induced affects) terhadap pasar
produk tertentu, sektor pemerintah, pajak dan juga efek imitasi (imitation effect)
terhadap komunitas. Salah satu manfaat utama bagi komunitas lokal yang
diharapkan dari pariwisata adalah kontribusinya yang signifikan terhadap
perekonomian daerah, terutama peningkatan pendapatan dan pekerjaan baru di
daerah.
Pelaku bisnis di daerah tentu saja memperoleh manfaat langsung dari
belanja turis. Karena pelaku bisnis membayar pekerja dan karena pelaku
bisnis dan pekerja membelanjakan kekayaan mereka yang meningkat, maka
secara

keseluruhan

Sehingga

uang

komunitas

di

yang dibelanjakan

daerah
oleh

turis

juga

memperoleh manfaat.

adalah

uang baru

dalam

perekonomian daerah, bukan kekayaan sebelumnya yang digunakan kembali
(recycling).

BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengoptimalan
sektor pariwisata dapat memajukan dan mensejahterakan daerah wisata tersebut
sehingga dapat berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Dengan
langkah dan kebijakan pemerintah yang tepat, sektor pariwisata merupakan
penyumbang devisa trbesar kelima setelah minyak, gas, batubara dan kelapa
sawit. Trend pertumbuhan pariwisata Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
Sektor pariwisata juga dapat membuka banyak lapangan kerja sehingga
dapat mengurangi tingkat pengangguran yang tentu saja berdampak baik untuk
kesejahteraan masyarakat. Sektor ini memberikan kesempatan bagi para
pengusaha kecil hingga pengusaha besar karena menyerap dari berbagi usaha,
antara lain perhotelan atau penginapan untuk tempat menginap selama
berwisata, jasa transportasi, guide, rumah makan atau restoran, ticketing, dll.
Dari semua kegiatan usaha yang dapat dilakukan, daerah dan negara
berhak memperoleh retribusi yang masuk kedalam APBD dan APBN. Dari
peningkatan jumlah wisatawan yang terus meningkat maka berbanding lurus
dengan pendapatan yang diperoleh sehigga pengembangan dan pembangunan
berjalan dengan lancar.
Oleh karena itu langkah dan kebijakan pemerintah dengan didukung oleh
masyarakat daerah wisata dengan semakin memberikan kenyamanan dan
kemudahan dapat terus meniingkatkan pengunjung baik dari dalam maupun luar

negeri sehingga diharapkan Indonesia dengan kekayaan alamnya dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin oleh warga negaranya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Gafur, Juliafitri Dj. 2008. “Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung”. Medan : Universitas Sumatera
Utara.
Lundberg, E Donald., Stavenga, Mink H., dan Krishnamoorthy, M. 1997. Ekonomi
Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Marpaung. Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
Nizar, Muhammad Afdi. 2011. "Pengaruh Pariwisata terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia." (195-211).
Republik Indonesia, 1998. Undang-Undang Otonomi Daerah. Kuraiko Pratama
Bandung, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Spillane, J James. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta.
Utama, Made Suyana. Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kinerja
Perekonomian,

Perubahan

Struktur

Ekonomi,

serta

Kesejahteraan

Masyarakat di Provinsi Bali. Diss. UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2006.
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset
Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata Introduksi, Informasi dan Aplikasi.
Jakarta: Kompas Media Nusantara
http://www.bimbie.com/statistik-pariwisata-indonesia.htm

http://felixzkurniawan.wordpress.com/2013/05/13/ekonomi-pariwisata/