MASHLAHAH PERFORMA MaP Implementasi Kons (3)
MAKALAH
MASHLAHAH PERFORMA (MaP)
(Implementasi Konsep Mashlahah Performa (MaP) dalam Kinerja
Organisasi Syari’ah dan Non Syari’ah)
Ditulis sebagai Salah Satu Penyelesaian Tugas Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Zein Muttaqin, S.Ei, MA
Disusun oleh :
1. Camelia Rizka Maulida
13423097
2. Widiaturrahmi
13423021
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
nabi agung Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga
hari kiamat.
Alhamduillah, penyusunan makalah berjudul Mashlahah Performa
(Implementasi Konsep Mashlahah Performa (MaP) dalam Kinerja Organisasi
Syari’ah dan Non Syari’ah) akhirnya dapat kami selesaikan. Harapan kami kepada
para pembaca agar dapat menambah wawasan mengenai konsep dan implementasi
mashlahah performa dalam konteks pengukuran kinerja bisnis pada organisasi.
Pembahasan tema ini melihat efektifitas dan efisiensi antara instrumen kinerja
berbasis syariah (MaP) dengan instrumen kinerja non-syariah yang selama ini telah
dilakukan dalam organisasi-organisasi dari sudut pandang bagaimana seharusnya,
dilengkapi dengan penjelasan mengenai praktiknya di lapangan.
Penyusun mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penulisan makalah ini. semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan
penyusun.
Yogyakarta, 18 Desember 2016
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 7
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................ 7
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 8
A. Konsep Maslahah Performa (MaP) ...................................................................... 8
B. Implementasi MaP pada PT. ATK ..................................................................... 10
C. Implementasi MaP pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putera 1912 ...... 12
D. Analisis Komparatif Konsep Maslahah Performa (MaP) ................................... 13
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi bila didirikan tanpa landasan ajaran agama maka bukan mustahil
menghasilkan penindasan oleh satu pihak kepada pihak lainnya. Pihak yang tertindas
pada akhirnya mendoakan hal-hal buruk bagi organisasi. Organisasi mendapatkan
keburukan. Organisasi menyusut, pada akhirnya habis dan bubar. Tidak perlu
disebutkan satu per satu, organisasi yang banyak membuat kerusakan, pada akhirnya
mengalami kebangkrutan. Tetapi organisasi yang pendiriannya dilandasi oleh ajaran
agama, menghasilkan kemanfaatan bagi banyak orang. Orang-orang yang
mendapatkan senantiasa mendoakan hal yang baik kepada organisasi. Organisasi
mendapatkan kebaikan. Organisasi menjadi tumbuh dan berkembang. Organisasi pun
menjadi langgeng.
Ajaran Islam menekankan bahwa organisasi diciptakan untuk mewujudkan
fungsi manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Oleh karena itu, organisasi harus
memberikan kemanfaatan bagi banyak orang. Hal inilah yang dimaksud dengan
sejalannya tujuan organisasi dengan tujuan shari‟ah (maqashid al-shari‟ah). Prinsip
tersebut berbeda dengan pandangan dari para ahli organisasi pada umumnya bahwa
organisasi diciptakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
Pandangan tersebut dilatarbelakangi oleh paham kapitalis bahwa kesejahteraan
pemegang saham menjadi tujuan utama organisasi karena merekalah yang memiliki
modal (capital).
Kesadaran para pelaku organisasi terhadap tujuan sebenarnya dari organisasi,
terus bertumbuh dan berkembang. Hal ini terlihat dari pesatnya pertumbuhan industri
bisnis berbasis syari‟ah, khususnya di Indonesia. Namun demikian, pesatnya
pertumbuhan bisnis syari‟ah belum dapat memberikan gambaran tentang besarnya
manfaat bisnis yang diterima oleh para pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan
belum adanya metodologi yang tepat, untuk mengukur kinerja kemanfaatan
organisasi, dalam bentuk kontribusi organisasi bagi peningkatan ekonomi dan
pemerataan kesejahteraan masyarakat umum. Salah satu alasannya adalah
keterbatasan jumlah penelitian tentang pengukuran kinerja kemaslahatan organisasi.
Di sisi lain, penelitian tentang pengukuran kinerja organisasi konvensional
berjumlah sangat besar. Seperti yang disebutkan (Firdaus, 2014, p. 8) dalam
Devinney (2009) mendapatkan bahwa selama tahun 2005 hingga tahun 2007 terdapat
722 jurnal penelitian tentang pengukuran kinerja organisasi. Jurnal tersebut terdapat
pada Academy of Management Journal sebanyak 188, Administrative Science
Quarterly sebanyak 49, Journal of International Business Studies sebanyak 157,
Journal of Management sebanyak 120 dan Strategic Management Journal sebanyak
208. Data tersebut menunjukan bahwa penelitian tentang pengukuran kinerja
organisasi merupakan obyek penelitian yang sangat menarik bagi para peneliti.
4
Achmad Firdaus1 menjelaskan bahwa dalam konteks bisnis tercapainya
kemaslahatan bisnis sangat bergantung pada pemenuhan enam aspek orientasi
kemaslahatan bisnis yaitu orientasi ibadah untuk menjelaskan terjaga dan
terpeliharanya penerapan agama (ad-din) di dalam bisnis2. Orientasi proses internal
untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya jiwa bisnis (al-nafs) . Orientasi tenaga
kerja untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya keturunan (an-nasl). Orientasi
pembelajaran untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya akal (al-„aql). Orientasi
Pelanggan untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya hubungan dengan
pelanggan3. Orientasi harta kekayaan untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya
harta (al-mal) (Firdaus, Maslahah Scorecard (MaSC) Sistem Kinerja Bisnis Berbasis
Maqasid al-Shari‟ah, 2013, p. 30).
Organisasi didirikan dalam rangka menjalankan fungsi kekhalifaan manusia di
bumi. Oleh karena itu, organisasi harus memberikan kemanfataan bagi banyak orang.
Ahmad Firdaus dalam bukunya mencoba menjabarkan sistem kinerja MaP yaitu
sistem kinerja organisasi berbasis maqasid al-shari‟ah dengan landasan konsep
maslahah. Sistem kinerja didukung oleh beberapa alat manajemen yaitu empat
variabel Balanced Scorecard (BSC) dan siklus Plan –Do – Check – Action (PDCA)
sebagai metodologi penerapan (Firdaus, Maslahah Performa (MaP) Sistem Kinerja
Untuk Mewujudkan Organisasi Berkemaslahatan, 2014, hal. 90).
Sistem kinerja MaP berorientasi pada hasil. Sistem yang terintegrasi dengan
pendekatan perencanaan dan pengembangan. Sistem kinerja MaP menghubungkan
pencapaian kinerja saat ini dan di masa datang. Dalam penerapannya, Sistem kinerja
MaP memiliki tahapan sosialisasi yang dilakukan secara sistematis dan melibatkan
seluruh staff. Sistem kinerja MaP tidak hanya melakukan proses pengukuran kinerja,
tetapi juga proses tinjau ulang atau review yang dilakukan melalui proses monitoring
dan analisis terhadap hasil yang dicapai. Selanjutnya, hasil tinjau ulang menjadi
bahan pembelajaran untuk perbaikan di masa datang.
Dalam penelitian (Maulida, 2016), AJB Bumi Putera 1912 memiliki hasil
kinerja proses yang cukup tinggi jika dilihat dari segi jenis perusahaan yang tidak
berbasis syariah. Hal ini dapat menjadi tolak ukur bagi organisasi lain bahwa
sejatinya tujuan sebuah organisasi harus sesuai dengan syariah yakni mencapai dan
menciptakan maslahah bagi stakeholder dan tenaga kerja meskipun belum secara
penuh. Namun, setidaknya para pemangku kepentingan perusahaan telah menyadari
Achmad Firdaus, “Maslahah Scorecard, Sistem Pengukuran Kinerja Bisnis Berbasis Maqasid Shariah”
(paper dipresentasikan pada Call for Paper Islamic Banking & Finance Conference 2012, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 15 September 2012).
2
Kata ibadah yang dimaksudkan dalam orientasi ibadah adalah ibadah dalam arti yang sangat luas yaitu
segala usaha dan aktifitas yang dilakukan oleh bisnis dalam rangka beribadah kepada Yang Maha Pemberi Rizki
3
Pelanggan merupakan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi bisnis. Pelanggan adalah
perantara atau media atas rizki yang diberikan oleh Allah kepada bisnis. Tanpa pelanggan tidak akan mungkin
tercipta fungsi kemaslahatan bisnis, untuk itu dalam rangka mewujudkan kemaslahatan diperlukan Orientasi
Pelanggan
1
5
bahwa fokus pada tujuan memang penting, tanpa menafikan dan melupakan proses
yang dilewati untuk sampai pada tujuan dan hasil tersebut.
Dari pemaparan di atas, dapat dijelaskan bahwa organisasi yang tidak dengan
background syari‟ah, tidak menutup kemungkinan bahwa di dalamnya telah
diterapkan nilai-nilai Islam. Misalnya AJB Bumi Putera 1912 yang ternyata telah
menerapkan mashlahah dalam manajemennya baik stakeholder maupun karyawan,
meskipun belum secara penuh. Pengukuran kinerja serupa juga telah banyak
dilakukan, misalnya pada PT ATK yang dilakukan oleh Ahmad Firdaus.
Dari latar belakang di atas, makalah ini mencoba mengkomparasikan antara
implementasi sistem maslahah performa (MaP) antara organisasi berbasis syari‟ah
dan organisasi non-syari‟ah. Sehingga pada akhirnya, penulis berusaha menggunakan
pisau analisisnya untuk melihat efektifitas dan efisiensi antara instrumen kinerja
berbasis syariah (MaP) dengan instrumen kinerja non-syariah yang selama ini telah
dilakukan dalam organisasi-organisasi, yang kemudian akan dikupas secara tuntas
dalam pembahasan makalah ini yang dikemas dalam judul “Implementasi Maslahah
Performa (MaP) dalam Kinerja Organisasi Non-Syariah dan Organisasi Syariah.”
B. Rumusan Masalah
Aplikasi konsep spiritualitas di dalam teori organisasi, kepemimpinan maupun
teori tentang motivasi telah berkembang dengan sangat pesatnya. Hal ini dipicu
dengan tidak mampunya konsep ekonomi kapitalis dalam menjawab berbagai
persoalan ekonomi yang disebabkan oleh kurangnya etika dan moral. Etika bisnis
yang dikembangkan oleh ekonomi kapitalis tidak mampu membendung pelanggaran
etika yang dilakukan oleh para praktisi organisasi. Ajaran Islam mengajarkan bahwa
tujuan diciptakannya organisasi adalah untuk mencapai kesuksesan hidup di dunia
dan keselamatan hidup di akhirat (falah). Oleh karena itu, konsep Maslahah Performa
(MaP) sedang gencar diperkenalkan untuk nantinya dapat diimplementasikan.
Sebagai teori yang baru, MaP memiliki kelebihan dan kekurangan tentunya. Oleh
karena itu, dalam beberapa waktu terakhir telah dilakukan penilaian kinerja organisasi
menggunakan MaP. Sehingga rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi maslahah performa (MaP) pada organisasi non
syariah?
2. Bagaimana implementasi maslahah performa (MaP) pada organisasi berbasis
syari‟ah?
6
C. Tujuan Penulisan
Dari pemaparan di atas, makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengimplementasikan konsep Maslahah Performa (MaP) dalam evaluasi
kinerja organisasi berbasis syari‟ah dan non-syari‟ah.
2. Memahami konsep Maslahah Performa (MaP) dalam implementasinya pada
organisasi berbasis syari‟ah dan non-syari‟ah.
D. Manfaat Penulisan
Makalah dengan judul “Implementasi Maslahah Performa Pada Organisasi
Non-Syariah dan Organisasi Syariah” ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi:
1. Organisasi syari‟ah dan non-syari‟ah, diharapkan nantinya akan ada perbaikan ke
depannya terkait kinerja organisasi itu sendiri. Mampu menggunakan instrumen
kinerja berbasis syari‟ah sebagai alat ukur kinerja dalam ornagisasi syari‟ah dan
non-syari‟ah.
2. Masyarakat pada umumnya. Dengan adanya karya sederhana ini mampu
memberikan kontribusi terhadap masyarakat berupa pemahaman terkait kinerja
yang ada pada sebuah organisasi sehingga diharapkan nantinya organisasi tersebut
mampu menciptakan maslahah baik dalam lingkungan internal perusahaan
maupun eksternal perusahaan.
3. Bagi dunia akademis, dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam
bidang yang sedang dibahas dan dapat menambah literatur untuk nantinya dapat
dikembangkan lagi menjadi sebuah karya yang tak ternilai harganya dan sangat
bermanfaat bagi semua.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Maslahah Performa (MaP)
Sistem kinerja organisasi berbasis maqashid al-shari’ah atau Maslahah
Performa (MaP) adalah sistem kinerja organisasi yang diterapkan dalam rangka
mewujudkan visi manusia untuk mencapai keselamatan hidup di akhirat dan
kesuksesan hidup di dunia. Visi tersebut dapat dicapai dengan melaksanakan misi
hidup manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Visi dan misi dapat terwujud dengan
memenuhi kebutuhan dasar organisasi secara berimbang. Kebutuhan dasar organisasi
terdiri dari terpenuhinya orientasi: ibadah, proses internal, bakat, pembelajaran
pelanggan dan harta kekayaan (Firdaus, 2014, p. 172).
Oleh karena itu, pemenuhan atas tiap-tiap orientasi kemaslahatan organisasi,
senantiasa melandaskan pada visi dan misi hidup manusia. Jadi, tidaklah mungkin
pemenuhan atas satu orientasi kemaslahatan organisasi dapat memberikan
keberlanjutan kemaslahatan apabila dalam proses pemenuhannya tidak merujuk pada
visi dan misi hidup manusia. Pemenuhan terhadap kebutuhan dasar organisasi dengan
memberikan prioritas utama pada terpenuhinya orientasi ibadah yaitu kebutuhan
organisasi dalam menerapkan agama sehari-hari yaitu saat berinteraksi dengan Allah
sebagai Yang Maha Pemberi Rizki, pemangku kepentingan dan lingkungan. Seluruh
interaksi tersebut dilakukan oleh organisasi sebagai bagian dari peribadatan kepada
Allah Sang Maha Pencipta (Firdaus, 2014, p. 173).
Prioritas pemenuhan kebutuhan dasar selanjutnya adalah orientasi proses
internal yaitu pemenuhan terhadap kebutuhan jiwa organisasi dalam bentuk
pengelolaan proses internal di dalam organisasi. Prioritas pemenuhan kebutuhan
dasar ketiga adalah orientasi bakat. Orientasi bakat adalah pemenuhan terhadap
pengelolaan tenaga kerja berbakat sebagai generasi penerus dalam pengelolaan
organisasi. Prioritas pemenuhan kebutuhan dasar setelah itu adalah pemenuhan
terhadap kebutuhan akal organisasi, yaitu dalam bentuk pengelolaan kegiatan
pembelajaran untuk menjadi organisasi pembelajar. Tingkatan pemenuhan kebutuhan
dasar organisasi selanjutnya adalah terpenuhinya orientasi pelanggan. Orientasi
pelanggan adalah pemenuhan terhadap kebutuhan pelanggan, baik pelanggan lama
maupun calon pelanggan. Tercapainya kebutuhan pelanggan direpresentasikan
dengan terpuaskannya para pelanggan. Pelanggan memang bukan segala-galanya bagi
organisasi karena Allah adalah Yang Maha Pemberi Rizki. Namun demikian, Islam
memandang bahwa pelanggan adalah media pembawa rizki dari Allah kepada
organisasi. Oleh karena itu, semakin banyak pelanggan maka semakin besar peluang
mendapatkan rizki. Semakin pelanggan loyal kepada organisasi maka semakin tinggi
peluang organisasi memperoleh rizki (Firdaus, 2014, p. 173).
8
Sebagai prioritas pemenuhan kebutuhan dasar yang terakhir adalah
terpenuhinya orientasi harta kekayaan. Orientasi harta kekayaan adalah pemenuhan
kebutuhan dasar organisasi dalam usahanya untuk mendapatkan dan membelanjakan
harta kekayaan. Organisasi memperoleh harta melalui siklus terpenuhinya orientasi:
ibadah, proses internal, bakat, pembelajaran dan pelanggan. Organisasi
membelanjakan harta melalui pengalokasian asset pada orientasi: pelanggan,
pembelajaran, bakat, proses internal, dan ibadah. Sistem kinerja organisasi Maslahah
Performa (MaP) adalah sistem kinerja organisasi yang memandang bahwa harta
kekayaan bukanlah tujuan utama dalam menciptakan organisasi tetapi harta kekayaan
adalah sarana untuk mencapai tujuan utama hidup manusia yaitu mendapatkan
keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia. Visi tersebut dapat
dicapai dengan melaksanakan misi hidup manusia sebagai khalifah Allah di bumi
(Firdaus, 2014, p. 174).
Terdapat delapan langkah sistem kinerja MaP sehingga metodologi sistem
kinerja MaP disebut juga dengan delapan langkah sistem kinerja kemaslahatan.
Langkah pertama sistem kinerja MaP adalah menyusun perencanaan strategis.
Perencanaan strategis adalah proses menetapkan tujuan dan sasaran organisasi, baik
jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek. Proses perencanaan
strategis dituangkan dalam bentuk Grand Strategi yaitu Rencana Jangka Panjang
Perusahaan (RJPP), Rencana Jangka Menengah Perusahaan (RJMP) dan Rencana
Kerja & Anggaran Perusahaan (RKAP). Langkah kedua sistem kinerja MaP adalah
mengidentifikasi fondasi yang diperlukan untuk mencapai orientasi kemaslahatan.
Langkah ini merupakan langkah mengidentifikasi infrastruktur kemaslahatan yang
harus disediakan untuk satu orientasi kemaslahatan (Firdaus, 2014, p. 176).
Langkah ketiga sistem kinerja MaP adalah menentukan perilaku yang
dibutuhkan bagi tiap-tiap orientasi kemaslahatan. Perilaku kemaslahatan adalah sikap,
sifat, perilaku, nilai yang harus dimiliki oleh organisasi sebagai modal dasar menjadi
organisasi yang memberikan kemanfaatan untuk seluruh pemangku kepentingan.
Langkah keempat sistem kinerja MaP adalah menentukan ukuran untuk mengukur
kinerja MaP. Ukuran merupakan indikator yang menunjukan keberhasilan atau
kesuksesan organisasi dalam mencapai sasaran strategis. Sementara formula adalah
pendekatan, rumus atau cara menghitung ukuran kinerja (Firdaus, 2014, p. 177).
Langkah kelima sistem kinerja MaP adalah menyepakati kontrak kinerja.
Terdapat beberapa tahapan dalam membuat kontrak kinerja yaitu menentukan target,
menetapkan kontrak. Target dapat berbentuk waktu, prosentase, jumlah, frekuensi,
rasio dll. Target sebaiknya berbentuk kuantitatif. Target dapat saja berbentuk
kualitatif, tetapi agar mudah dimengerti oleh seluruh unit kerja dan staff, maka target
sebaiknya disusun dalam suatu range atau interval. Langkah keenam sistem kinerja
MaP adalah menerapkan kinerja kemaslahatan (do). Tahap ini merupakan tahap
menjalankan seluruh perencanaan kinerja. Tentunya diharapkan seluruh target yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Langkah ketujuh sistem kinerja MaP adalah
melakukan pemantauan terhadap sistem kinerja MaP. Pemantauan kinerja dilakukan
dengan memantau kinerja kemaslahatan individu/fungsi kerja, melakukan proses
9
coaching dan memantau kinerja kemaslahatan organiasi. Langkah kedelapan sistem
kinerja MaP adalah melakukan tindak lanjut yang terdiri atas dua sub aktifitas yaitu:
memberikan penghargaan, melakukan tindakan peningkatan (Firdaus, 2014, p. 178).
B. Implementasi MaP pada PT. ATK
Takaful Keluarga adalah pelopor perusahaan asuransi jiwa syariah di Indonesia.
Mulai beroperasi sejak tahun 1994, Takaful Keluarga mengembangkan berbagai
produk untuk memenuhi kebutuhan berasuransi sesuai syariah meliputi perlindungan
jiwa, perlindungan kesehatan, perencanaan pendidikan anak, perencanaan hari tua,
serta menjadi rekan terbaik dalam perencanaan investasi. Guna meningkatkan
kualitas operasional dan pelayanan, Takaful Keluarga telah memperoleh sertifikasi
ISO 9001:2008 dari Det Norske Veritas (DNV), Norwegia, pada November 2009
sebagai standar internasional mutakhir untuk sistem manajemen mutu (Takaful,
2016).
Takaful Keluarga terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
serta memiliki tenaga pemasaran yang terlisensi oleh asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI) dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI). Kinerja positif
Takaful Keluarga dari tahun ke tahun dibuktikan dengan diraihnya penghargaanpenghargaan prestisius yang diberikan oleh berbagai institusi. Takaful Keluarga
berkomitmen untuk terus memperkuat dan memperluas jaringan layanan di seluruh
Indonesia. Peningkatan dan pembaharuan sistem teknologi informasi terus
diupayakan demi memberikan pelayanan prima kepada peserta. Dengan pengalaman
lebih dari 20 tahun, Takaful Keluarga menjadi pilihan terpercaya dalam menyediakan
solusi perlindungan jiwa dan perencanaan investasi sesuai syariah bagi masyarakat
Indonesia (Takaful, 2016).
PT ATK merupakan perusahaan asuransi syariah yang bergerak dalam
perlindungan jiwa dan perlindungan kesehatan. Sejauh ini, belum banyak dilakukan
penelitian terkait PT ATK. Penelitian-penelitian yang telah sebelumnya dilakukan
dengan menggunakan instrumen kinerja yang berbeda-beda. Ahmad Firdaus (2012)
mencoba mengukur kinerja PT ATK dengan menggunakan pengukuran kinerja
maslahah scorecard (MaSC).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa MaSC mengukur kinerja
bisnis dengan pendekatan mashlahah baik pada kinerja proses maupun kinerja hasil.
Pengukuran kinerja proses (process oriented) kemaslahatan dilakukan dengan
membandingkan antara standar delapan langkah MaSC dengan penerapan setiap
langkah kinerja MaSC di AJB Bumi Putera 1912. Pengukuran kinerja proses dengan
rumus sebagai berikut:
∑
10
= bobot langkah ke-i MaSC
i = langkah ke-i MaSC
∫
Bobot setiap langkah MaSC adalah sebesar 0,050 yang diperoleh dari 100%
dibagi 20 langkah MaSC. Oleh karena itu penilaian kinerja proses MaSC memiliki
range antara 0,000 (tidak menerapkan keseluruhan langkah MaSC) sampai dengan
1,000 (menerapkan keseluruhan langkah MaSC).
Pengukuran kinerja hasil (result oriented) kemaslahatan dilakukan dengan
mengukur hasil pencapaian kinerja MaP. Pengukuran dilakukan dengan
membandingkan antara pencapaian kinerja hasil setiap orientasi kemaslahatan
terhadap target yang sudah ditetapkan oleh AJB Bumi Putera 1912. Pengukuran
kinerja hasil dengan rumus sebagai berikut:
∑
i = orientasi ke-i MaSC
= Jumlah target yang tercapai pada orientasi ke-i MaSC
= Jumlah target yang ditetapkan pada orientasi ke-i MaSC
= bobot orientasi ke-i MaSC
Bobot setiap orientasi MaSC adalah sebesar 0,166 yang diperoleh dari 100 %
dibagi 6 orientasi kemaslahatan bisnis. Oleh karena itu penilaian kinerja hasil MaSC
memiliki range antara 0,000 (seluruh target kemaslahatan tidak tercapai) sampai
dengan 1,000 (seluruh target kemaslahatan tercapai).
Pengukuran kinerja MaP dilakukan dengan dua metode yaitu pengukuran
kinerja hasil (result oriented) kemaslahatan dan pengukuran kinerja proses (process
oriented) kemaslahatan. Pengukuran kinerja hasil kemaslahatan adalah the extent of
achievement (pencapaian aktual) yaitu obyek pencapaian kinerja. Sementara
pengukuran kinerja proses kemaslahatan adalah menunjukkan kebebasan maupun
kesempatan yang dimiliki organisasi dalam mewujudkan kemaslahatan (freedom to
achieve) (Maulida, 2016, p. 25).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PT. ATK memiliki kinerja hasil
mashlahah sebesar 0,691 dari range antara 0,000 sampai dengan 1,000. Secara
kualitatif angka tersebut menunjukan bahwa PT. ATK memberikan kemaslahatan
bagi stakeholder. PT. ATK memiliki nilai kinerja proses mashlahah sebesar 0,666
dari range antara 0,000 sampai dengan 1,000. Secara kualitatif angka tersebut
11
menunjukan bahwa PT. ATK belum secara penuh menerapkan sistem pengukuran
kinerja MaSC (Firdaus A. , 2012, p. 25).
C. Implementasi MaP pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putera 1912
AJB Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia.
Didirikan 103 tahun yang lalu untuk memenuhi kebutuhan spesifik masyarakat
Indonesia, AJB Bumiputera 1912 telah berkembang untuk mengikuti perubahan
kebutuhan masyarakat. Pendekatan modern, produk yang beragam, serta teknologi
mutakhir yang ditawarkan didukung oleh nilai-nilai tradisional yang melandasi
pendirian AJB Bumiputera 1912. AJB Bumiputera 1912 telah merintis industri
asuransi jiwa di Indonesia dan hingga saat ini tetap menjadi perusahaan asuransi jiwa
nasional terbesar di Indonesia. AJB Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi
mutual, dimiliki oleh pemegang polis Indonesia, dioperasikan untuk kepentingan
pemegang polis Indonesia, dan dibangun berdasarkan tiga pilar 'mutualisme',
'idealisme' dan 'profesionalisme' (Bumiputera, 2016).
Idealisme yaitu AJB Bumiputera 1912 bukan berdiri semata-mata untuk
mencari keuntungan, melainkan sebagai alat finansial yang lahir dari komitmen untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui bisnis asuransi jiwa.
Mutualisme yakni sebagai dasar manajemen perusahaan, nilai sosial mutualisme
dimanifestasikan melalui kerjasama, kemitraan, dan sinergi antara pemegang polis
dan sesama pemegang polis, antara perusahaan dan pemegang polis, antara karyawan
dan sesama karyawan dalam perusahaan, dan antara karyawan dengan manajemen
dalam perusahaan. Profesionalisme yakni keunggulan dan kompetensi sumber daya
manusia, yang dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan dari waktu ke waktu,
menjadikan Perusahaan memiliki sumber daya manusia yang dapat mempertahankan
kelangsungan hidup, pengembangan organisasi dan pertumbuhan bisnis (Bumiputera,
2016).
Sama seperti halnya PT ATK, Maulida (2016) mencoba melakukan penelitian
terkait pengukuran kinerja AJB Bumiputera 1912 dengan menggunakan maslahah
scorecard (MaSC). Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa AJB Bumi Putera
1912 memiliki kinerja hasil sebesar 0,788 dengan range antara 0,000 sampai 1,000.
Secara kuantitatif, hasil tersebut menunjukkan bahwa AJB Bumi Putera 1912 telah
menerapkan mashlahah bagi karyawan dan stakeholder meskipun tidak penuh. AJB
Bumi Putera 1912 memiliki kinerja proses sebesar 0,700 dengan range antara 0,000
sampai 1,000. Secara kuantitatif, hasil tersebut menunjukkan bahwa AJB Bumi
Putera 1912 telah mampu menerapkan mashlahah dalam setiap proses dalam
perusahaan meskipun belum secara penuh.
12
D. Analisis Komparatif Konsep Maslahah Performa (MaP)
Untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas penerapan strategi organisasi, suatu
organisasi harus mempunyai alat ukur kinerja yang bertujuan untuk menghasilkan
kinerja organisasi yang optimal.
Konsep maslahah performa (MaP) dengan alat ukur maslahah scorecard
(MaSC) bisa dikatakan masih baru dan dalam tahap dikenalkan kepada masyarakat,
terutama para pemangku kepentingan organisasi (stakeholder ). Sebagai suatu konsep
yang baru, tentunya perlu dilakukan percobaan-percobaan sehingga mampu
meminimalisir kekurangan akan instrumen tersebut. Seperti yang dikatakan
sebelumnya, bahwa dalam hal ini Islam kurang terlihat perannya. Organisasiorganisasi masih menggunakan alat ukur konvensional untuk mengukur kinerjanya.
Padahal, organisasi merupakan bentuk pengejawantahan tugas manusia sebagai
khalifah di muka bumi ini. Oleh karena itu, organisasi harusnya mampu menciptakan
mashalahah bagi para karyawan maupun stakeholder dan memiliki tujuan akhir yakni
“falah.”
Maslahah performa bukan hanya untuk mengukur kinerja organisasi berbasis
syariah, namun juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi non
syariah. Sebagaimana telah dilakukan penelitian pada PT ATK dan AJB Bumi Putera
1912. Kedua perusahaan tersebut berbeda dalam hal syariah, namun keduanya
memiliki kesamaan yakni perusahaan yang bergerak dalam sektor bisnis asuransi.
Karya sederhana ini berusaha membandingkan antara konsep maslahah performa
(MaP) yang digunakan untuk organisasi syariah dan non-syariah.
Pada kenyataannya di lapangan, implementasi konsep MaP memiliki kesamaan,
terlepas dari perbedaan obyek yang akan diukur. Hasil yang diperoleh dari penelitian
pada kinerja PT ATK berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian pada
kinerja AJB Bumi Putera 1912. Hal ini menunjukkan sejauh mana kedua perusahaan
tersebut telah menciptakan maslahah bagi tenaga kerja dan juga stakeholder . Pada
kenyataannya, organisasi non-syariah seperti AJB Bumi Putera 1912 memiliki range
pada kinerja hasil dan kinerja proses lebih besar dibandingkan organisasi syariah
seperti PT ATK, meskipun perbedaan yang didapat tidak terlalu signifikan.
Namun, tidak pula menutup kemungkinan bahwa organisasi yang berbasis
syariah memang telah lama mampu menciptakan maslahah dalam roda kehidupan
organisasinya. Hal tersebut disebabkan salah satunya karena memang “falah” telah
menjadi tujuan utama, bukan profit oriented. Berbeda dengan organisasi non-syariah
yang hanya berorientasi pada profit tanpa memikirkan sisi syariahnya. Oleh karena
itu, tidak heran jika nantinya pada penelitian selanjutnya terkait evaluasi kinerja
organisasi non-syari‟ah dengan mengunakan maslahah scorecard (MaSC) memiliki
hasil yang tidak sesuai harapan. Dari alasan tersebut pula, yang mendasari konsep
maslahah performa (MaP) digagas dan mulai diperkenalkan. Agar organisasi
khususnya non-syariah mampu melihat tujuan bisnis atau organisasi dari dua sisi,
salah satunya sisi syariah.
13
Dalam konsep MaP yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat delapan
langkah dalam kinerja proses dan enam orientasi maslahah pada kinerja hasil. Dari
keseluruhan rangkaian tersebut, telah cukup mencakup segala hal yang dijalankan
dalam roda kehidupan organisasi. Ada beberapa rencana strategi dan ukuran masingmasing orientasi maslahah untuk mengukur kinerja hasil dalam konsep maslahah
scorecard (MaSC). Misalnya pada orientasi pelanggan, bahwa sesuai dengan slogan
“pembeli adalah raja”, orientasi pelanggan mengukur sejauh mana pelanggan merasa
puas dengan kinerja dan pelayanan organisasi terkait selama ini. Pada orientasi tenaga
kerja, hal ini yang sangat rentan dalam kehidupan organisasi. Tidak sedikit dari para
pemangku kepentingan (stakeholder ) yang menjadikan para tenaga kerja sebagai
bagian dari modal organisasi tanpa menunaikan hak-haknya. Suatu organisasi tidak
akan berjalan dengan lancar tanpa adanya modal manusia (tenaga kerja). Namun,
seringkali pelanggaran terjadi di area ini, misalnya upah yang tidak sesuai dengan
pekerjaan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perusahaan tidak mampu
menciptakan maslahah dalam hal tenaga kerja. Sehingga, diperlukan pengukuran
kinerja berbasis syariah seperti maslahah performa (MaP).
Hemat penulis, jika dibandingkan antara kondisi sebuah organisasi ketika
menggunakan instrumen kinerja konvensional dengan instrumen kinerja berbasis
syariah, akan sangat tampak perbedaannya. Jika awalnya sebuah organisasi hanya
fokus pada target yang ingin dicapai, sehingga berbagai cara dilakukannya, misalnya
dengan tidak memanusiakan SDM organisasi, maka dengan konsep MaP ini, sebuah
organisasi akan mampu menilai dirinya sejauh mana telah menunaikan kewajiban dan
haknya sesuai tuntutan syariah. Islam sebagai agama yang rahmatan lil-‘alamin
secara holistik mengajarkan kepada ummatnya tentang akhlak, aqidah, dan syari‟ah.
Oleh karena itu, tujuan hidup haruslah bermuara pada tujuan syariah yaitu mencapai
falah dan menciptakan mashlahah.
Hal ini tentunya selaras dengan tujuan diciptakannya konsep maslahah
performa (MaP) yakni menciptakan organisasi berkemaslahatan. Organisasi bila
didirikan tanpa landasan ajaran agama maka bukan mustahil menghasilkan
penindasan oleh satu pihak kepada pihak lainnya. Pihak yang tertindas pada akhirnya
mendoakan hal-hal yang buruk bagi organisasi. Organisasi mendapatkan keburukan,
nama baik organisasi tercemar, Organisasi menyusut, pada akhirnya habis dan bubar.
Tidak perlu disebutkan satu per satu, organisasi yang banyak membuat kerusakan,
pada akhirnya mengalami kebangkrutan.
Tetapi organisasi yang pendiriannya dilandasi oleh ajaran agama, menghasilkan
kemanfaatan bagi banyak orang. Orang-orang yang mendapatkan kemanfaatan,
senantiasa mendoakan hal yang baik kepada organisasi. Organisasi mendapatkan
kebaikan. Organisasi menjadi tumbuh dan berkembang. Roda kehidupan organisasi
pun dapat berputar dengan lancar. Hal tersebut di atas cukup memberikan gambaran
kepada para pemangku kepentingan (stakeholder ) organisasi khususnya tentang
kehidupan organisasi di masa mendatang. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
ajaran Islam menekankan bahwa organisasi diciptakan untuk mewujudkan fungsi
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Oleh karena itu, organisasi harus
14
mampu memberikan kemanfaatan bagi banyak orang, bukan sebaliknya. Hal inilah
yang kemudian dimaksud sejalan dengan tujuan organisasi dengan tujuan syariah
(maqasid al-syari’ah).
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri pula bahwa kesadaran para pelaku
organisasi terhadap tujuan sebenarnya dari organisasi terus tumbuh dan berkembang.
Hal ini terlihat jelas dari pesatnya pertumbuhan industri bisnis syari‟ah, khususnya di
Indonesia. Namun, pesatnya pertumbuhan bisnis berbasis syari‟ah belum dapat
memberikan gambaran tentang besarnya manfaat bisnis yang diterima oleh para
pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan belum adanya metodologi yang tepat,
untuk mengukur kinerja kemanfaatan organisasi, dalam bentuk kontribusi organisasi
bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat umum. Salah
satu alasannya adalah keterbatasan jumlah penelitian tentang pengukuran kinerja
kemaslahatan organisasi.
Bagaimanapun juga, penerapan MaP masih memerlukan beberapa penyesuaian
karena di dalam Islam fokus utama organisasi tidak semata-mata maksimalisasi hasilhasil finansial melainkan pemenuhan dan pertanggung jawaban maqashid syari’ah
dan penciptaan maslahah dengan mengkomunikasikan strategi organsisasi secara
lebih baik (top down dan bottom up). Daur waktu yang digunakan dalam pengukuran
kinerja dengan MaP diharapkan akan menjadi sebuah efektivitas bagaimana
organisasi memelihara kemampuannya untuk membaca tuntutan zaman yang serba
canggih seperti sekarang ini.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang sudah disampaikan diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa sebuah organisasi perlu menetapkan parameter untuk
kemajuan organisasi dengan cara mengukur sistem kinerjanya. Mashlahah Performa
(MaP) adalah salah satu konsep yang menerapkan sistem kinerja organisasi berbasis
maqashid syari’ah pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam rangka
mewujudkan visi manusia untuk mencapai keselamatan hidup di akhirat dan
kesuksesan hidup di dunia dengan terpenuhinya visi misi secara berimbang.
Terdapat delapan langkah sistem kinerja MaP sehingga metodologi sistem
kinerja MaP disebut juga dengan delapan langkah sistem kinerja kemaslahatan,
diantara dengan perencanaan strategis, mengidentifikasi fondasi yang diperlukan,
menentukan perilaku yang dibutuhkan bagi tiap-tiap orientasi kemaslahatan,
menentukan ukuran untuk mengukur kinerja MaP, menyepakati kontrak kinerja,
menerapkan kinerja kemaslahatan (do), melakukan pemantauan terhadap sistem
kinerja, serta melakukan tindak lanjut yang terdiri atas dua sub aktifitas yaitu:
memberikan penghargaan, melakukan tindakan peningkatan.
Dari perbandingan dua organisasi yang sudah dipaparkan diatas membuktikan
bahwa pengukuran kinerja MaP di PT.ATK dilakukan dengan dua metode yaitu
pengukuran kinerja hasil (result oriented) kemaslahatan dan pengukuran kinerja
proses (process oriented) kemaslahatan. Pengukuran kinerja hasil kemaslahatan
adalah the extent of achievement (pencapaian aktual) yaitu obyek pencapaian kinerja.
Sementara pengukuran kinerja proses kemaslahatan adalah menunjukkan kebebasan
maupun kesempatan yang dimiliki organisasi dalam mewujudkan kemaslahatan
(freedom to achieve). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PT. ATK
memiliki kinerja hasil mashlahah sebesar 0,691 dari range antara 0,000 sampai
dengan 1,000. Secara kualitatif angka tersebut menunjukan bahwa PT. ATK
memberikan kemaslahatan bagi stakeholder. PT. ATK memiliki nilai kinerja proses
mashlahah sebesar 0,666 dari range antara 0,000 sampai dengan 1,000. Secara
kualitatif angka tersebut menunjukan bahwa PT. ATK belum secara penuh
menerapkan sistem pengukuran kinerja MaSC. PT.ATK dinilai belum menetapkan
target karena pada dasarnya MaSC merupakan system kinerja yang mengutamakan
kesinambungan usaha.
Sedangkan ketika MaP diterapkan di PT. AJB Bumi Putera menyimpulkan
bahwa PT. AJB Bumi Putera 1912 memiliki kinerja hasil sebesar 0,788 dengan range
antara 0,000 sampai 1,000. Secara kuantitatif, hasil tersebut menunjukkan bahwa AJB
Bumi Putera 1912 telah menerapkan mashlahah bagi karyawan dan stakeholder
meskipun tidak penuh. AJB Bumi Putera 1912 memiliki kinerja proses sebesar 0,700
dengan range antara 0,000 sampai 1,000. Secara kuantitatif, hasil tersebut
16
menunjukkan bahwa AJB Bumi Putera 1912 telah mampu menerapkan mashlahah
dalam setiap proses dalam perusahaan meskipun belum secara penuh.
Implementasi pengukuran kinerja dengan menggunakan konsep MaP pada
dasarnya memiliki kesamaan terlepas dari perbedaan obyek yang akan diukur.
Kinerja perusahaan PT. ATK dan PT. AJB Bumi Putera 1912 menunjukan sejauh
mana perusahaan tersebut menciptakan kemaslahatan bagi tenaga kerja dan
stakeholder, dilihat dari kinerja proses dan hasil maslahah menunjukkan skor yang
tidak jauh antara keduanya. Meskipun secara keseluruhan belum mencukupi syarat
perubahan skor. Akan tetapi perusahaan harus selalu berusaha untuk
mempertahankan, memperbaiki serta meningkatkan kinerja baik dari segi perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif
proses pertumbuhan dan pembelajaran, agar visi dan misi perusahaan dapat tercapai
dimasa yang akan datang. Dengan Maslahah Scorecard para manajer perusahaan akan
mampu mengukur bagaimana kinerja organisasi dengan mempertimbangkan
kepentingan dan kebutuhan di masa yang akan dating (falah).
Kesimpulan tersebut diatas dapat disarankan agar kinerja organisasi syari‟ah
dan non syari‟ah sekalipun dapat lebih baik, sesuai dengan visi misi perusahaan untuk
menghasilkan tujuan perusahaan baik jangka pendek dan jangka panjang dengan
memperhatikan faktor mutu dari proses dan hasilnya. Mutu organisasi yang baik tidak
terlepas dari bagaimana perusahaan dapat memaksimalkan efisiensi organisasi atau
perusahaan tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bumiputera. (2016). Profil Perusahaan. Jakarta: AJB Bumiputera 1912.
Firdaus, A. (2012). Pengukuran Kinerja PT Asuransi Takaful Keluarga dengan
Menggunakan Sistem Pengukuran Kinerja Mashlahah Scorecard (MaSC). The
Indonesian Association of Islamic Economist, Bank Indonesia dan Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru.
Firdaus, A. (2013). Maslahah Scorecard (MaSC) Sistem Kinerja Bisnis Berbasis
Maqasid al-Shari’ah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Firdaus, A. (2014). Maslahah Performa (MaP) Sistem Kinerja Untuk Mewujudkan
Organisasi Berkemaslahatan. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Maulida, C. R. (2016). Evaluasi Kinerja AJB Bumi Putera 1912 dalam Perspektif
Maqasid Syariah. Yogyakarta: Uniersitas Islam Indonesia.
Takaful. (2016). Profil Perusahaan. Jakarta: Takaful Keluarga.
Takaful. (2016). Profil Perusahaan. Jakarta: Asuransi Takaful Indonesiadilihat pada
07 Desember 2016 https://www.takaful.co.id/profil-perusahaan
18
MASHLAHAH PERFORMA (MaP)
(Implementasi Konsep Mashlahah Performa (MaP) dalam Kinerja
Organisasi Syari’ah dan Non Syari’ah)
Ditulis sebagai Salah Satu Penyelesaian Tugas Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Zein Muttaqin, S.Ei, MA
Disusun oleh :
1. Camelia Rizka Maulida
13423097
2. Widiaturrahmi
13423021
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
nabi agung Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga
hari kiamat.
Alhamduillah, penyusunan makalah berjudul Mashlahah Performa
(Implementasi Konsep Mashlahah Performa (MaP) dalam Kinerja Organisasi
Syari’ah dan Non Syari’ah) akhirnya dapat kami selesaikan. Harapan kami kepada
para pembaca agar dapat menambah wawasan mengenai konsep dan implementasi
mashlahah performa dalam konteks pengukuran kinerja bisnis pada organisasi.
Pembahasan tema ini melihat efektifitas dan efisiensi antara instrumen kinerja
berbasis syariah (MaP) dengan instrumen kinerja non-syariah yang selama ini telah
dilakukan dalam organisasi-organisasi dari sudut pandang bagaimana seharusnya,
dilengkapi dengan penjelasan mengenai praktiknya di lapangan.
Penyusun mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penulisan makalah ini. semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan
penyusun.
Yogyakarta, 18 Desember 2016
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 7
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................ 7
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 8
A. Konsep Maslahah Performa (MaP) ...................................................................... 8
B. Implementasi MaP pada PT. ATK ..................................................................... 10
C. Implementasi MaP pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putera 1912 ...... 12
D. Analisis Komparatif Konsep Maslahah Performa (MaP) ................................... 13
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi bila didirikan tanpa landasan ajaran agama maka bukan mustahil
menghasilkan penindasan oleh satu pihak kepada pihak lainnya. Pihak yang tertindas
pada akhirnya mendoakan hal-hal buruk bagi organisasi. Organisasi mendapatkan
keburukan. Organisasi menyusut, pada akhirnya habis dan bubar. Tidak perlu
disebutkan satu per satu, organisasi yang banyak membuat kerusakan, pada akhirnya
mengalami kebangkrutan. Tetapi organisasi yang pendiriannya dilandasi oleh ajaran
agama, menghasilkan kemanfaatan bagi banyak orang. Orang-orang yang
mendapatkan senantiasa mendoakan hal yang baik kepada organisasi. Organisasi
mendapatkan kebaikan. Organisasi menjadi tumbuh dan berkembang. Organisasi pun
menjadi langgeng.
Ajaran Islam menekankan bahwa organisasi diciptakan untuk mewujudkan
fungsi manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Oleh karena itu, organisasi harus
memberikan kemanfaatan bagi banyak orang. Hal inilah yang dimaksud dengan
sejalannya tujuan organisasi dengan tujuan shari‟ah (maqashid al-shari‟ah). Prinsip
tersebut berbeda dengan pandangan dari para ahli organisasi pada umumnya bahwa
organisasi diciptakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
Pandangan tersebut dilatarbelakangi oleh paham kapitalis bahwa kesejahteraan
pemegang saham menjadi tujuan utama organisasi karena merekalah yang memiliki
modal (capital).
Kesadaran para pelaku organisasi terhadap tujuan sebenarnya dari organisasi,
terus bertumbuh dan berkembang. Hal ini terlihat dari pesatnya pertumbuhan industri
bisnis berbasis syari‟ah, khususnya di Indonesia. Namun demikian, pesatnya
pertumbuhan bisnis syari‟ah belum dapat memberikan gambaran tentang besarnya
manfaat bisnis yang diterima oleh para pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan
belum adanya metodologi yang tepat, untuk mengukur kinerja kemanfaatan
organisasi, dalam bentuk kontribusi organisasi bagi peningkatan ekonomi dan
pemerataan kesejahteraan masyarakat umum. Salah satu alasannya adalah
keterbatasan jumlah penelitian tentang pengukuran kinerja kemaslahatan organisasi.
Di sisi lain, penelitian tentang pengukuran kinerja organisasi konvensional
berjumlah sangat besar. Seperti yang disebutkan (Firdaus, 2014, p. 8) dalam
Devinney (2009) mendapatkan bahwa selama tahun 2005 hingga tahun 2007 terdapat
722 jurnal penelitian tentang pengukuran kinerja organisasi. Jurnal tersebut terdapat
pada Academy of Management Journal sebanyak 188, Administrative Science
Quarterly sebanyak 49, Journal of International Business Studies sebanyak 157,
Journal of Management sebanyak 120 dan Strategic Management Journal sebanyak
208. Data tersebut menunjukan bahwa penelitian tentang pengukuran kinerja
organisasi merupakan obyek penelitian yang sangat menarik bagi para peneliti.
4
Achmad Firdaus1 menjelaskan bahwa dalam konteks bisnis tercapainya
kemaslahatan bisnis sangat bergantung pada pemenuhan enam aspek orientasi
kemaslahatan bisnis yaitu orientasi ibadah untuk menjelaskan terjaga dan
terpeliharanya penerapan agama (ad-din) di dalam bisnis2. Orientasi proses internal
untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya jiwa bisnis (al-nafs) . Orientasi tenaga
kerja untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya keturunan (an-nasl). Orientasi
pembelajaran untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya akal (al-„aql). Orientasi
Pelanggan untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya hubungan dengan
pelanggan3. Orientasi harta kekayaan untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya
harta (al-mal) (Firdaus, Maslahah Scorecard (MaSC) Sistem Kinerja Bisnis Berbasis
Maqasid al-Shari‟ah, 2013, p. 30).
Organisasi didirikan dalam rangka menjalankan fungsi kekhalifaan manusia di
bumi. Oleh karena itu, organisasi harus memberikan kemanfataan bagi banyak orang.
Ahmad Firdaus dalam bukunya mencoba menjabarkan sistem kinerja MaP yaitu
sistem kinerja organisasi berbasis maqasid al-shari‟ah dengan landasan konsep
maslahah. Sistem kinerja didukung oleh beberapa alat manajemen yaitu empat
variabel Balanced Scorecard (BSC) dan siklus Plan –Do – Check – Action (PDCA)
sebagai metodologi penerapan (Firdaus, Maslahah Performa (MaP) Sistem Kinerja
Untuk Mewujudkan Organisasi Berkemaslahatan, 2014, hal. 90).
Sistem kinerja MaP berorientasi pada hasil. Sistem yang terintegrasi dengan
pendekatan perencanaan dan pengembangan. Sistem kinerja MaP menghubungkan
pencapaian kinerja saat ini dan di masa datang. Dalam penerapannya, Sistem kinerja
MaP memiliki tahapan sosialisasi yang dilakukan secara sistematis dan melibatkan
seluruh staff. Sistem kinerja MaP tidak hanya melakukan proses pengukuran kinerja,
tetapi juga proses tinjau ulang atau review yang dilakukan melalui proses monitoring
dan analisis terhadap hasil yang dicapai. Selanjutnya, hasil tinjau ulang menjadi
bahan pembelajaran untuk perbaikan di masa datang.
Dalam penelitian (Maulida, 2016), AJB Bumi Putera 1912 memiliki hasil
kinerja proses yang cukup tinggi jika dilihat dari segi jenis perusahaan yang tidak
berbasis syariah. Hal ini dapat menjadi tolak ukur bagi organisasi lain bahwa
sejatinya tujuan sebuah organisasi harus sesuai dengan syariah yakni mencapai dan
menciptakan maslahah bagi stakeholder dan tenaga kerja meskipun belum secara
penuh. Namun, setidaknya para pemangku kepentingan perusahaan telah menyadari
Achmad Firdaus, “Maslahah Scorecard, Sistem Pengukuran Kinerja Bisnis Berbasis Maqasid Shariah”
(paper dipresentasikan pada Call for Paper Islamic Banking & Finance Conference 2012, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 15 September 2012).
2
Kata ibadah yang dimaksudkan dalam orientasi ibadah adalah ibadah dalam arti yang sangat luas yaitu
segala usaha dan aktifitas yang dilakukan oleh bisnis dalam rangka beribadah kepada Yang Maha Pemberi Rizki
3
Pelanggan merupakan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi bisnis. Pelanggan adalah
perantara atau media atas rizki yang diberikan oleh Allah kepada bisnis. Tanpa pelanggan tidak akan mungkin
tercipta fungsi kemaslahatan bisnis, untuk itu dalam rangka mewujudkan kemaslahatan diperlukan Orientasi
Pelanggan
1
5
bahwa fokus pada tujuan memang penting, tanpa menafikan dan melupakan proses
yang dilewati untuk sampai pada tujuan dan hasil tersebut.
Dari pemaparan di atas, dapat dijelaskan bahwa organisasi yang tidak dengan
background syari‟ah, tidak menutup kemungkinan bahwa di dalamnya telah
diterapkan nilai-nilai Islam. Misalnya AJB Bumi Putera 1912 yang ternyata telah
menerapkan mashlahah dalam manajemennya baik stakeholder maupun karyawan,
meskipun belum secara penuh. Pengukuran kinerja serupa juga telah banyak
dilakukan, misalnya pada PT ATK yang dilakukan oleh Ahmad Firdaus.
Dari latar belakang di atas, makalah ini mencoba mengkomparasikan antara
implementasi sistem maslahah performa (MaP) antara organisasi berbasis syari‟ah
dan organisasi non-syari‟ah. Sehingga pada akhirnya, penulis berusaha menggunakan
pisau analisisnya untuk melihat efektifitas dan efisiensi antara instrumen kinerja
berbasis syariah (MaP) dengan instrumen kinerja non-syariah yang selama ini telah
dilakukan dalam organisasi-organisasi, yang kemudian akan dikupas secara tuntas
dalam pembahasan makalah ini yang dikemas dalam judul “Implementasi Maslahah
Performa (MaP) dalam Kinerja Organisasi Non-Syariah dan Organisasi Syariah.”
B. Rumusan Masalah
Aplikasi konsep spiritualitas di dalam teori organisasi, kepemimpinan maupun
teori tentang motivasi telah berkembang dengan sangat pesatnya. Hal ini dipicu
dengan tidak mampunya konsep ekonomi kapitalis dalam menjawab berbagai
persoalan ekonomi yang disebabkan oleh kurangnya etika dan moral. Etika bisnis
yang dikembangkan oleh ekonomi kapitalis tidak mampu membendung pelanggaran
etika yang dilakukan oleh para praktisi organisasi. Ajaran Islam mengajarkan bahwa
tujuan diciptakannya organisasi adalah untuk mencapai kesuksesan hidup di dunia
dan keselamatan hidup di akhirat (falah). Oleh karena itu, konsep Maslahah Performa
(MaP) sedang gencar diperkenalkan untuk nantinya dapat diimplementasikan.
Sebagai teori yang baru, MaP memiliki kelebihan dan kekurangan tentunya. Oleh
karena itu, dalam beberapa waktu terakhir telah dilakukan penilaian kinerja organisasi
menggunakan MaP. Sehingga rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi maslahah performa (MaP) pada organisasi non
syariah?
2. Bagaimana implementasi maslahah performa (MaP) pada organisasi berbasis
syari‟ah?
6
C. Tujuan Penulisan
Dari pemaparan di atas, makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengimplementasikan konsep Maslahah Performa (MaP) dalam evaluasi
kinerja organisasi berbasis syari‟ah dan non-syari‟ah.
2. Memahami konsep Maslahah Performa (MaP) dalam implementasinya pada
organisasi berbasis syari‟ah dan non-syari‟ah.
D. Manfaat Penulisan
Makalah dengan judul “Implementasi Maslahah Performa Pada Organisasi
Non-Syariah dan Organisasi Syariah” ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi:
1. Organisasi syari‟ah dan non-syari‟ah, diharapkan nantinya akan ada perbaikan ke
depannya terkait kinerja organisasi itu sendiri. Mampu menggunakan instrumen
kinerja berbasis syari‟ah sebagai alat ukur kinerja dalam ornagisasi syari‟ah dan
non-syari‟ah.
2. Masyarakat pada umumnya. Dengan adanya karya sederhana ini mampu
memberikan kontribusi terhadap masyarakat berupa pemahaman terkait kinerja
yang ada pada sebuah organisasi sehingga diharapkan nantinya organisasi tersebut
mampu menciptakan maslahah baik dalam lingkungan internal perusahaan
maupun eksternal perusahaan.
3. Bagi dunia akademis, dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam
bidang yang sedang dibahas dan dapat menambah literatur untuk nantinya dapat
dikembangkan lagi menjadi sebuah karya yang tak ternilai harganya dan sangat
bermanfaat bagi semua.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Maslahah Performa (MaP)
Sistem kinerja organisasi berbasis maqashid al-shari’ah atau Maslahah
Performa (MaP) adalah sistem kinerja organisasi yang diterapkan dalam rangka
mewujudkan visi manusia untuk mencapai keselamatan hidup di akhirat dan
kesuksesan hidup di dunia. Visi tersebut dapat dicapai dengan melaksanakan misi
hidup manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Visi dan misi dapat terwujud dengan
memenuhi kebutuhan dasar organisasi secara berimbang. Kebutuhan dasar organisasi
terdiri dari terpenuhinya orientasi: ibadah, proses internal, bakat, pembelajaran
pelanggan dan harta kekayaan (Firdaus, 2014, p. 172).
Oleh karena itu, pemenuhan atas tiap-tiap orientasi kemaslahatan organisasi,
senantiasa melandaskan pada visi dan misi hidup manusia. Jadi, tidaklah mungkin
pemenuhan atas satu orientasi kemaslahatan organisasi dapat memberikan
keberlanjutan kemaslahatan apabila dalam proses pemenuhannya tidak merujuk pada
visi dan misi hidup manusia. Pemenuhan terhadap kebutuhan dasar organisasi dengan
memberikan prioritas utama pada terpenuhinya orientasi ibadah yaitu kebutuhan
organisasi dalam menerapkan agama sehari-hari yaitu saat berinteraksi dengan Allah
sebagai Yang Maha Pemberi Rizki, pemangku kepentingan dan lingkungan. Seluruh
interaksi tersebut dilakukan oleh organisasi sebagai bagian dari peribadatan kepada
Allah Sang Maha Pencipta (Firdaus, 2014, p. 173).
Prioritas pemenuhan kebutuhan dasar selanjutnya adalah orientasi proses
internal yaitu pemenuhan terhadap kebutuhan jiwa organisasi dalam bentuk
pengelolaan proses internal di dalam organisasi. Prioritas pemenuhan kebutuhan
dasar ketiga adalah orientasi bakat. Orientasi bakat adalah pemenuhan terhadap
pengelolaan tenaga kerja berbakat sebagai generasi penerus dalam pengelolaan
organisasi. Prioritas pemenuhan kebutuhan dasar setelah itu adalah pemenuhan
terhadap kebutuhan akal organisasi, yaitu dalam bentuk pengelolaan kegiatan
pembelajaran untuk menjadi organisasi pembelajar. Tingkatan pemenuhan kebutuhan
dasar organisasi selanjutnya adalah terpenuhinya orientasi pelanggan. Orientasi
pelanggan adalah pemenuhan terhadap kebutuhan pelanggan, baik pelanggan lama
maupun calon pelanggan. Tercapainya kebutuhan pelanggan direpresentasikan
dengan terpuaskannya para pelanggan. Pelanggan memang bukan segala-galanya bagi
organisasi karena Allah adalah Yang Maha Pemberi Rizki. Namun demikian, Islam
memandang bahwa pelanggan adalah media pembawa rizki dari Allah kepada
organisasi. Oleh karena itu, semakin banyak pelanggan maka semakin besar peluang
mendapatkan rizki. Semakin pelanggan loyal kepada organisasi maka semakin tinggi
peluang organisasi memperoleh rizki (Firdaus, 2014, p. 173).
8
Sebagai prioritas pemenuhan kebutuhan dasar yang terakhir adalah
terpenuhinya orientasi harta kekayaan. Orientasi harta kekayaan adalah pemenuhan
kebutuhan dasar organisasi dalam usahanya untuk mendapatkan dan membelanjakan
harta kekayaan. Organisasi memperoleh harta melalui siklus terpenuhinya orientasi:
ibadah, proses internal, bakat, pembelajaran dan pelanggan. Organisasi
membelanjakan harta melalui pengalokasian asset pada orientasi: pelanggan,
pembelajaran, bakat, proses internal, dan ibadah. Sistem kinerja organisasi Maslahah
Performa (MaP) adalah sistem kinerja organisasi yang memandang bahwa harta
kekayaan bukanlah tujuan utama dalam menciptakan organisasi tetapi harta kekayaan
adalah sarana untuk mencapai tujuan utama hidup manusia yaitu mendapatkan
keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia. Visi tersebut dapat
dicapai dengan melaksanakan misi hidup manusia sebagai khalifah Allah di bumi
(Firdaus, 2014, p. 174).
Terdapat delapan langkah sistem kinerja MaP sehingga metodologi sistem
kinerja MaP disebut juga dengan delapan langkah sistem kinerja kemaslahatan.
Langkah pertama sistem kinerja MaP adalah menyusun perencanaan strategis.
Perencanaan strategis adalah proses menetapkan tujuan dan sasaran organisasi, baik
jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek. Proses perencanaan
strategis dituangkan dalam bentuk Grand Strategi yaitu Rencana Jangka Panjang
Perusahaan (RJPP), Rencana Jangka Menengah Perusahaan (RJMP) dan Rencana
Kerja & Anggaran Perusahaan (RKAP). Langkah kedua sistem kinerja MaP adalah
mengidentifikasi fondasi yang diperlukan untuk mencapai orientasi kemaslahatan.
Langkah ini merupakan langkah mengidentifikasi infrastruktur kemaslahatan yang
harus disediakan untuk satu orientasi kemaslahatan (Firdaus, 2014, p. 176).
Langkah ketiga sistem kinerja MaP adalah menentukan perilaku yang
dibutuhkan bagi tiap-tiap orientasi kemaslahatan. Perilaku kemaslahatan adalah sikap,
sifat, perilaku, nilai yang harus dimiliki oleh organisasi sebagai modal dasar menjadi
organisasi yang memberikan kemanfaatan untuk seluruh pemangku kepentingan.
Langkah keempat sistem kinerja MaP adalah menentukan ukuran untuk mengukur
kinerja MaP. Ukuran merupakan indikator yang menunjukan keberhasilan atau
kesuksesan organisasi dalam mencapai sasaran strategis. Sementara formula adalah
pendekatan, rumus atau cara menghitung ukuran kinerja (Firdaus, 2014, p. 177).
Langkah kelima sistem kinerja MaP adalah menyepakati kontrak kinerja.
Terdapat beberapa tahapan dalam membuat kontrak kinerja yaitu menentukan target,
menetapkan kontrak. Target dapat berbentuk waktu, prosentase, jumlah, frekuensi,
rasio dll. Target sebaiknya berbentuk kuantitatif. Target dapat saja berbentuk
kualitatif, tetapi agar mudah dimengerti oleh seluruh unit kerja dan staff, maka target
sebaiknya disusun dalam suatu range atau interval. Langkah keenam sistem kinerja
MaP adalah menerapkan kinerja kemaslahatan (do). Tahap ini merupakan tahap
menjalankan seluruh perencanaan kinerja. Tentunya diharapkan seluruh target yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Langkah ketujuh sistem kinerja MaP adalah
melakukan pemantauan terhadap sistem kinerja MaP. Pemantauan kinerja dilakukan
dengan memantau kinerja kemaslahatan individu/fungsi kerja, melakukan proses
9
coaching dan memantau kinerja kemaslahatan organiasi. Langkah kedelapan sistem
kinerja MaP adalah melakukan tindak lanjut yang terdiri atas dua sub aktifitas yaitu:
memberikan penghargaan, melakukan tindakan peningkatan (Firdaus, 2014, p. 178).
B. Implementasi MaP pada PT. ATK
Takaful Keluarga adalah pelopor perusahaan asuransi jiwa syariah di Indonesia.
Mulai beroperasi sejak tahun 1994, Takaful Keluarga mengembangkan berbagai
produk untuk memenuhi kebutuhan berasuransi sesuai syariah meliputi perlindungan
jiwa, perlindungan kesehatan, perencanaan pendidikan anak, perencanaan hari tua,
serta menjadi rekan terbaik dalam perencanaan investasi. Guna meningkatkan
kualitas operasional dan pelayanan, Takaful Keluarga telah memperoleh sertifikasi
ISO 9001:2008 dari Det Norske Veritas (DNV), Norwegia, pada November 2009
sebagai standar internasional mutakhir untuk sistem manajemen mutu (Takaful,
2016).
Takaful Keluarga terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
serta memiliki tenaga pemasaran yang terlisensi oleh asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI) dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI). Kinerja positif
Takaful Keluarga dari tahun ke tahun dibuktikan dengan diraihnya penghargaanpenghargaan prestisius yang diberikan oleh berbagai institusi. Takaful Keluarga
berkomitmen untuk terus memperkuat dan memperluas jaringan layanan di seluruh
Indonesia. Peningkatan dan pembaharuan sistem teknologi informasi terus
diupayakan demi memberikan pelayanan prima kepada peserta. Dengan pengalaman
lebih dari 20 tahun, Takaful Keluarga menjadi pilihan terpercaya dalam menyediakan
solusi perlindungan jiwa dan perencanaan investasi sesuai syariah bagi masyarakat
Indonesia (Takaful, 2016).
PT ATK merupakan perusahaan asuransi syariah yang bergerak dalam
perlindungan jiwa dan perlindungan kesehatan. Sejauh ini, belum banyak dilakukan
penelitian terkait PT ATK. Penelitian-penelitian yang telah sebelumnya dilakukan
dengan menggunakan instrumen kinerja yang berbeda-beda. Ahmad Firdaus (2012)
mencoba mengukur kinerja PT ATK dengan menggunakan pengukuran kinerja
maslahah scorecard (MaSC).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa MaSC mengukur kinerja
bisnis dengan pendekatan mashlahah baik pada kinerja proses maupun kinerja hasil.
Pengukuran kinerja proses (process oriented) kemaslahatan dilakukan dengan
membandingkan antara standar delapan langkah MaSC dengan penerapan setiap
langkah kinerja MaSC di AJB Bumi Putera 1912. Pengukuran kinerja proses dengan
rumus sebagai berikut:
∑
10
= bobot langkah ke-i MaSC
i = langkah ke-i MaSC
∫
Bobot setiap langkah MaSC adalah sebesar 0,050 yang diperoleh dari 100%
dibagi 20 langkah MaSC. Oleh karena itu penilaian kinerja proses MaSC memiliki
range antara 0,000 (tidak menerapkan keseluruhan langkah MaSC) sampai dengan
1,000 (menerapkan keseluruhan langkah MaSC).
Pengukuran kinerja hasil (result oriented) kemaslahatan dilakukan dengan
mengukur hasil pencapaian kinerja MaP. Pengukuran dilakukan dengan
membandingkan antara pencapaian kinerja hasil setiap orientasi kemaslahatan
terhadap target yang sudah ditetapkan oleh AJB Bumi Putera 1912. Pengukuran
kinerja hasil dengan rumus sebagai berikut:
∑
i = orientasi ke-i MaSC
= Jumlah target yang tercapai pada orientasi ke-i MaSC
= Jumlah target yang ditetapkan pada orientasi ke-i MaSC
= bobot orientasi ke-i MaSC
Bobot setiap orientasi MaSC adalah sebesar 0,166 yang diperoleh dari 100 %
dibagi 6 orientasi kemaslahatan bisnis. Oleh karena itu penilaian kinerja hasil MaSC
memiliki range antara 0,000 (seluruh target kemaslahatan tidak tercapai) sampai
dengan 1,000 (seluruh target kemaslahatan tercapai).
Pengukuran kinerja MaP dilakukan dengan dua metode yaitu pengukuran
kinerja hasil (result oriented) kemaslahatan dan pengukuran kinerja proses (process
oriented) kemaslahatan. Pengukuran kinerja hasil kemaslahatan adalah the extent of
achievement (pencapaian aktual) yaitu obyek pencapaian kinerja. Sementara
pengukuran kinerja proses kemaslahatan adalah menunjukkan kebebasan maupun
kesempatan yang dimiliki organisasi dalam mewujudkan kemaslahatan (freedom to
achieve) (Maulida, 2016, p. 25).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PT. ATK memiliki kinerja hasil
mashlahah sebesar 0,691 dari range antara 0,000 sampai dengan 1,000. Secara
kualitatif angka tersebut menunjukan bahwa PT. ATK memberikan kemaslahatan
bagi stakeholder. PT. ATK memiliki nilai kinerja proses mashlahah sebesar 0,666
dari range antara 0,000 sampai dengan 1,000. Secara kualitatif angka tersebut
11
menunjukan bahwa PT. ATK belum secara penuh menerapkan sistem pengukuran
kinerja MaSC (Firdaus A. , 2012, p. 25).
C. Implementasi MaP pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putera 1912
AJB Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia.
Didirikan 103 tahun yang lalu untuk memenuhi kebutuhan spesifik masyarakat
Indonesia, AJB Bumiputera 1912 telah berkembang untuk mengikuti perubahan
kebutuhan masyarakat. Pendekatan modern, produk yang beragam, serta teknologi
mutakhir yang ditawarkan didukung oleh nilai-nilai tradisional yang melandasi
pendirian AJB Bumiputera 1912. AJB Bumiputera 1912 telah merintis industri
asuransi jiwa di Indonesia dan hingga saat ini tetap menjadi perusahaan asuransi jiwa
nasional terbesar di Indonesia. AJB Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi
mutual, dimiliki oleh pemegang polis Indonesia, dioperasikan untuk kepentingan
pemegang polis Indonesia, dan dibangun berdasarkan tiga pilar 'mutualisme',
'idealisme' dan 'profesionalisme' (Bumiputera, 2016).
Idealisme yaitu AJB Bumiputera 1912 bukan berdiri semata-mata untuk
mencari keuntungan, melainkan sebagai alat finansial yang lahir dari komitmen untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui bisnis asuransi jiwa.
Mutualisme yakni sebagai dasar manajemen perusahaan, nilai sosial mutualisme
dimanifestasikan melalui kerjasama, kemitraan, dan sinergi antara pemegang polis
dan sesama pemegang polis, antara perusahaan dan pemegang polis, antara karyawan
dan sesama karyawan dalam perusahaan, dan antara karyawan dengan manajemen
dalam perusahaan. Profesionalisme yakni keunggulan dan kompetensi sumber daya
manusia, yang dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan dari waktu ke waktu,
menjadikan Perusahaan memiliki sumber daya manusia yang dapat mempertahankan
kelangsungan hidup, pengembangan organisasi dan pertumbuhan bisnis (Bumiputera,
2016).
Sama seperti halnya PT ATK, Maulida (2016) mencoba melakukan penelitian
terkait pengukuran kinerja AJB Bumiputera 1912 dengan menggunakan maslahah
scorecard (MaSC). Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa AJB Bumi Putera
1912 memiliki kinerja hasil sebesar 0,788 dengan range antara 0,000 sampai 1,000.
Secara kuantitatif, hasil tersebut menunjukkan bahwa AJB Bumi Putera 1912 telah
menerapkan mashlahah bagi karyawan dan stakeholder meskipun tidak penuh. AJB
Bumi Putera 1912 memiliki kinerja proses sebesar 0,700 dengan range antara 0,000
sampai 1,000. Secara kuantitatif, hasil tersebut menunjukkan bahwa AJB Bumi
Putera 1912 telah mampu menerapkan mashlahah dalam setiap proses dalam
perusahaan meskipun belum secara penuh.
12
D. Analisis Komparatif Konsep Maslahah Performa (MaP)
Untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas penerapan strategi organisasi, suatu
organisasi harus mempunyai alat ukur kinerja yang bertujuan untuk menghasilkan
kinerja organisasi yang optimal.
Konsep maslahah performa (MaP) dengan alat ukur maslahah scorecard
(MaSC) bisa dikatakan masih baru dan dalam tahap dikenalkan kepada masyarakat,
terutama para pemangku kepentingan organisasi (stakeholder ). Sebagai suatu konsep
yang baru, tentunya perlu dilakukan percobaan-percobaan sehingga mampu
meminimalisir kekurangan akan instrumen tersebut. Seperti yang dikatakan
sebelumnya, bahwa dalam hal ini Islam kurang terlihat perannya. Organisasiorganisasi masih menggunakan alat ukur konvensional untuk mengukur kinerjanya.
Padahal, organisasi merupakan bentuk pengejawantahan tugas manusia sebagai
khalifah di muka bumi ini. Oleh karena itu, organisasi harusnya mampu menciptakan
mashalahah bagi para karyawan maupun stakeholder dan memiliki tujuan akhir yakni
“falah.”
Maslahah performa bukan hanya untuk mengukur kinerja organisasi berbasis
syariah, namun juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi non
syariah. Sebagaimana telah dilakukan penelitian pada PT ATK dan AJB Bumi Putera
1912. Kedua perusahaan tersebut berbeda dalam hal syariah, namun keduanya
memiliki kesamaan yakni perusahaan yang bergerak dalam sektor bisnis asuransi.
Karya sederhana ini berusaha membandingkan antara konsep maslahah performa
(MaP) yang digunakan untuk organisasi syariah dan non-syariah.
Pada kenyataannya di lapangan, implementasi konsep MaP memiliki kesamaan,
terlepas dari perbedaan obyek yang akan diukur. Hasil yang diperoleh dari penelitian
pada kinerja PT ATK berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian pada
kinerja AJB Bumi Putera 1912. Hal ini menunjukkan sejauh mana kedua perusahaan
tersebut telah menciptakan maslahah bagi tenaga kerja dan juga stakeholder . Pada
kenyataannya, organisasi non-syariah seperti AJB Bumi Putera 1912 memiliki range
pada kinerja hasil dan kinerja proses lebih besar dibandingkan organisasi syariah
seperti PT ATK, meskipun perbedaan yang didapat tidak terlalu signifikan.
Namun, tidak pula menutup kemungkinan bahwa organisasi yang berbasis
syariah memang telah lama mampu menciptakan maslahah dalam roda kehidupan
organisasinya. Hal tersebut disebabkan salah satunya karena memang “falah” telah
menjadi tujuan utama, bukan profit oriented. Berbeda dengan organisasi non-syariah
yang hanya berorientasi pada profit tanpa memikirkan sisi syariahnya. Oleh karena
itu, tidak heran jika nantinya pada penelitian selanjutnya terkait evaluasi kinerja
organisasi non-syari‟ah dengan mengunakan maslahah scorecard (MaSC) memiliki
hasil yang tidak sesuai harapan. Dari alasan tersebut pula, yang mendasari konsep
maslahah performa (MaP) digagas dan mulai diperkenalkan. Agar organisasi
khususnya non-syariah mampu melihat tujuan bisnis atau organisasi dari dua sisi,
salah satunya sisi syariah.
13
Dalam konsep MaP yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat delapan
langkah dalam kinerja proses dan enam orientasi maslahah pada kinerja hasil. Dari
keseluruhan rangkaian tersebut, telah cukup mencakup segala hal yang dijalankan
dalam roda kehidupan organisasi. Ada beberapa rencana strategi dan ukuran masingmasing orientasi maslahah untuk mengukur kinerja hasil dalam konsep maslahah
scorecard (MaSC). Misalnya pada orientasi pelanggan, bahwa sesuai dengan slogan
“pembeli adalah raja”, orientasi pelanggan mengukur sejauh mana pelanggan merasa
puas dengan kinerja dan pelayanan organisasi terkait selama ini. Pada orientasi tenaga
kerja, hal ini yang sangat rentan dalam kehidupan organisasi. Tidak sedikit dari para
pemangku kepentingan (stakeholder ) yang menjadikan para tenaga kerja sebagai
bagian dari modal organisasi tanpa menunaikan hak-haknya. Suatu organisasi tidak
akan berjalan dengan lancar tanpa adanya modal manusia (tenaga kerja). Namun,
seringkali pelanggaran terjadi di area ini, misalnya upah yang tidak sesuai dengan
pekerjaan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perusahaan tidak mampu
menciptakan maslahah dalam hal tenaga kerja. Sehingga, diperlukan pengukuran
kinerja berbasis syariah seperti maslahah performa (MaP).
Hemat penulis, jika dibandingkan antara kondisi sebuah organisasi ketika
menggunakan instrumen kinerja konvensional dengan instrumen kinerja berbasis
syariah, akan sangat tampak perbedaannya. Jika awalnya sebuah organisasi hanya
fokus pada target yang ingin dicapai, sehingga berbagai cara dilakukannya, misalnya
dengan tidak memanusiakan SDM organisasi, maka dengan konsep MaP ini, sebuah
organisasi akan mampu menilai dirinya sejauh mana telah menunaikan kewajiban dan
haknya sesuai tuntutan syariah. Islam sebagai agama yang rahmatan lil-‘alamin
secara holistik mengajarkan kepada ummatnya tentang akhlak, aqidah, dan syari‟ah.
Oleh karena itu, tujuan hidup haruslah bermuara pada tujuan syariah yaitu mencapai
falah dan menciptakan mashlahah.
Hal ini tentunya selaras dengan tujuan diciptakannya konsep maslahah
performa (MaP) yakni menciptakan organisasi berkemaslahatan. Organisasi bila
didirikan tanpa landasan ajaran agama maka bukan mustahil menghasilkan
penindasan oleh satu pihak kepada pihak lainnya. Pihak yang tertindas pada akhirnya
mendoakan hal-hal yang buruk bagi organisasi. Organisasi mendapatkan keburukan,
nama baik organisasi tercemar, Organisasi menyusut, pada akhirnya habis dan bubar.
Tidak perlu disebutkan satu per satu, organisasi yang banyak membuat kerusakan,
pada akhirnya mengalami kebangkrutan.
Tetapi organisasi yang pendiriannya dilandasi oleh ajaran agama, menghasilkan
kemanfaatan bagi banyak orang. Orang-orang yang mendapatkan kemanfaatan,
senantiasa mendoakan hal yang baik kepada organisasi. Organisasi mendapatkan
kebaikan. Organisasi menjadi tumbuh dan berkembang. Roda kehidupan organisasi
pun dapat berputar dengan lancar. Hal tersebut di atas cukup memberikan gambaran
kepada para pemangku kepentingan (stakeholder ) organisasi khususnya tentang
kehidupan organisasi di masa mendatang. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
ajaran Islam menekankan bahwa organisasi diciptakan untuk mewujudkan fungsi
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Oleh karena itu, organisasi harus
14
mampu memberikan kemanfaatan bagi banyak orang, bukan sebaliknya. Hal inilah
yang kemudian dimaksud sejalan dengan tujuan organisasi dengan tujuan syariah
(maqasid al-syari’ah).
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri pula bahwa kesadaran para pelaku
organisasi terhadap tujuan sebenarnya dari organisasi terus tumbuh dan berkembang.
Hal ini terlihat jelas dari pesatnya pertumbuhan industri bisnis syari‟ah, khususnya di
Indonesia. Namun, pesatnya pertumbuhan bisnis berbasis syari‟ah belum dapat
memberikan gambaran tentang besarnya manfaat bisnis yang diterima oleh para
pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan belum adanya metodologi yang tepat,
untuk mengukur kinerja kemanfaatan organisasi, dalam bentuk kontribusi organisasi
bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat umum. Salah
satu alasannya adalah keterbatasan jumlah penelitian tentang pengukuran kinerja
kemaslahatan organisasi.
Bagaimanapun juga, penerapan MaP masih memerlukan beberapa penyesuaian
karena di dalam Islam fokus utama organisasi tidak semata-mata maksimalisasi hasilhasil finansial melainkan pemenuhan dan pertanggung jawaban maqashid syari’ah
dan penciptaan maslahah dengan mengkomunikasikan strategi organsisasi secara
lebih baik (top down dan bottom up). Daur waktu yang digunakan dalam pengukuran
kinerja dengan MaP diharapkan akan menjadi sebuah efektivitas bagaimana
organisasi memelihara kemampuannya untuk membaca tuntutan zaman yang serba
canggih seperti sekarang ini.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang sudah disampaikan diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa sebuah organisasi perlu menetapkan parameter untuk
kemajuan organisasi dengan cara mengukur sistem kinerjanya. Mashlahah Performa
(MaP) adalah salah satu konsep yang menerapkan sistem kinerja organisasi berbasis
maqashid syari’ah pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam rangka
mewujudkan visi manusia untuk mencapai keselamatan hidup di akhirat dan
kesuksesan hidup di dunia dengan terpenuhinya visi misi secara berimbang.
Terdapat delapan langkah sistem kinerja MaP sehingga metodologi sistem
kinerja MaP disebut juga dengan delapan langkah sistem kinerja kemaslahatan,
diantara dengan perencanaan strategis, mengidentifikasi fondasi yang diperlukan,
menentukan perilaku yang dibutuhkan bagi tiap-tiap orientasi kemaslahatan,
menentukan ukuran untuk mengukur kinerja MaP, menyepakati kontrak kinerja,
menerapkan kinerja kemaslahatan (do), melakukan pemantauan terhadap sistem
kinerja, serta melakukan tindak lanjut yang terdiri atas dua sub aktifitas yaitu:
memberikan penghargaan, melakukan tindakan peningkatan.
Dari perbandingan dua organisasi yang sudah dipaparkan diatas membuktikan
bahwa pengukuran kinerja MaP di PT.ATK dilakukan dengan dua metode yaitu
pengukuran kinerja hasil (result oriented) kemaslahatan dan pengukuran kinerja
proses (process oriented) kemaslahatan. Pengukuran kinerja hasil kemaslahatan
adalah the extent of achievement (pencapaian aktual) yaitu obyek pencapaian kinerja.
Sementara pengukuran kinerja proses kemaslahatan adalah menunjukkan kebebasan
maupun kesempatan yang dimiliki organisasi dalam mewujudkan kemaslahatan
(freedom to achieve). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PT. ATK
memiliki kinerja hasil mashlahah sebesar 0,691 dari range antara 0,000 sampai
dengan 1,000. Secara kualitatif angka tersebut menunjukan bahwa PT. ATK
memberikan kemaslahatan bagi stakeholder. PT. ATK memiliki nilai kinerja proses
mashlahah sebesar 0,666 dari range antara 0,000 sampai dengan 1,000. Secara
kualitatif angka tersebut menunjukan bahwa PT. ATK belum secara penuh
menerapkan sistem pengukuran kinerja MaSC. PT.ATK dinilai belum menetapkan
target karena pada dasarnya MaSC merupakan system kinerja yang mengutamakan
kesinambungan usaha.
Sedangkan ketika MaP diterapkan di PT. AJB Bumi Putera menyimpulkan
bahwa PT. AJB Bumi Putera 1912 memiliki kinerja hasil sebesar 0,788 dengan range
antara 0,000 sampai 1,000. Secara kuantitatif, hasil tersebut menunjukkan bahwa AJB
Bumi Putera 1912 telah menerapkan mashlahah bagi karyawan dan stakeholder
meskipun tidak penuh. AJB Bumi Putera 1912 memiliki kinerja proses sebesar 0,700
dengan range antara 0,000 sampai 1,000. Secara kuantitatif, hasil tersebut
16
menunjukkan bahwa AJB Bumi Putera 1912 telah mampu menerapkan mashlahah
dalam setiap proses dalam perusahaan meskipun belum secara penuh.
Implementasi pengukuran kinerja dengan menggunakan konsep MaP pada
dasarnya memiliki kesamaan terlepas dari perbedaan obyek yang akan diukur.
Kinerja perusahaan PT. ATK dan PT. AJB Bumi Putera 1912 menunjukan sejauh
mana perusahaan tersebut menciptakan kemaslahatan bagi tenaga kerja dan
stakeholder, dilihat dari kinerja proses dan hasil maslahah menunjukkan skor yang
tidak jauh antara keduanya. Meskipun secara keseluruhan belum mencukupi syarat
perubahan skor. Akan tetapi perusahaan harus selalu berusaha untuk
mempertahankan, memperbaiki serta meningkatkan kinerja baik dari segi perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif
proses pertumbuhan dan pembelajaran, agar visi dan misi perusahaan dapat tercapai
dimasa yang akan datang. Dengan Maslahah Scorecard para manajer perusahaan akan
mampu mengukur bagaimana kinerja organisasi dengan mempertimbangkan
kepentingan dan kebutuhan di masa yang akan dating (falah).
Kesimpulan tersebut diatas dapat disarankan agar kinerja organisasi syari‟ah
dan non syari‟ah sekalipun dapat lebih baik, sesuai dengan visi misi perusahaan untuk
menghasilkan tujuan perusahaan baik jangka pendek dan jangka panjang dengan
memperhatikan faktor mutu dari proses dan hasilnya. Mutu organisasi yang baik tidak
terlepas dari bagaimana perusahaan dapat memaksimalkan efisiensi organisasi atau
perusahaan tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bumiputera. (2016). Profil Perusahaan. Jakarta: AJB Bumiputera 1912.
Firdaus, A. (2012). Pengukuran Kinerja PT Asuransi Takaful Keluarga dengan
Menggunakan Sistem Pengukuran Kinerja Mashlahah Scorecard (MaSC). The
Indonesian Association of Islamic Economist, Bank Indonesia dan Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru.
Firdaus, A. (2013). Maslahah Scorecard (MaSC) Sistem Kinerja Bisnis Berbasis
Maqasid al-Shari’ah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Firdaus, A. (2014). Maslahah Performa (MaP) Sistem Kinerja Untuk Mewujudkan
Organisasi Berkemaslahatan. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Maulida, C. R. (2016). Evaluasi Kinerja AJB Bumi Putera 1912 dalam Perspektif
Maqasid Syariah. Yogyakarta: Uniersitas Islam Indonesia.
Takaful. (2016). Profil Perusahaan. Jakarta: Takaful Keluarga.
Takaful. (2016). Profil Perusahaan. Jakarta: Asuransi Takaful Indonesiadilihat pada
07 Desember 2016 https://www.takaful.co.id/profil-perusahaan
18