Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunikasi

Analisa Jurnal
Akulturasi Komunikasi Antar Budaya
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunikasi

Oleh
Dody Rusmayadi
NPM: 220110130171
Denny Hary Santosa NPM: 220110130191

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

Akulturasi Komunikasi Antar Budaya
Posted by mega sufriana
Pembahasan ini merupakan bagian terakhir dari trilogi komunikasi antar budaya. Edisi sebelumnya
telah sama-sama kita bahas tentang Unsur-unsur Komunikasi dan Homofil danheterofily dalam
komunikasi antar budaya. Akultrasi merupakan suatu proses yang dilakukan imigran untuk
menyesuaikan diri dengan dan memperoleh budaya pribumi, yang akhirnya mengarah kepada
asimilasi. Asimilasi merupakan derajat tertinggi akultrasi yang secara teoritis mungkin terjadi. Bagi
kebanyakan imigran, asimilasi mungkin merupakan tujuan sepanjang hidup.

Menurut Wikipedia, Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok
manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: saat budaya Rap
dari negara asing digabungkan dengan Bahasa Jawa, menghasilkan perpaduan nge-rap dengan
menggunakan bahasa Jawa.
Thomas Glick (1997) akulturasi adalah proses pergantian budaya yang diset dalam gerakan dari
pertemuan sistem budaya yang otonom. Hal tersebut menghasilkan sebuah peningkatan persamaan
antara satu dengan yang lainnya. Robert Redfield, Ralph Linton dan Melville Herskovits dalam
American Antropologist (1936) menjelaskan bahwa akulturasi merupakan sebuah hasil ketika dua
kelompok budaya dari individu-individu saling bertukar perbedaan budaya, timbul dari keberlanjutan
perjumpaan pertama. Dimana terjadi perubahan dari pola asli kebudayaan dari kedua kelompok
tersebut.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan akultrasi adalah pembauran antara dua budaya
yang berbeda yang akan menghasilkan sebuah peningkatan persamaan antara satu dengan yang lainnya.
Dalam proses komunikasi antara imigran dan pribumi misalnya, akulturasi terjadi melalui identifikasi
dan internalisasi lambang-lambang masyarakat pribumi yang signifikan dengan hal-hal yang nonpribumi (imigran). Sebagaimana orang-orang pribumi memperoleh pola-pola budaya pribumi lewat
komunikasi, seorang imigran pun memperoleh pola-pola budaya pribumi melalui komunikasi. Seorang
imigran akan mengatur dirinya untuk mengetahui dan diketahui dalam berhubungan dengan orang lain,


dan itu dilakukannya lewat komunikasi. Proses trial and error selama akulturasi sering mengecewakan
dan menyakitkan. Dalam banyak kasus, bahasa asli imigran sangat berbeda dengan bahasa asli
masyarakat pribumi.
Masalah-masalah komunikasi lainnya meliputi masalah komunikasi non-verbal, seperti perbedaanperbedaan dalam penggunaan dan pengaturan ruang, jarak antar pribadi, ekspresi wajah, gerak mata,
gerak tubuh lainnya, dan persepsi tentang penting tidaknya prilaku non-verbal. Orang belajar
berkomunikasi dengan berkomunikasi. Tentunya melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang
terus menerus dan beraneka ragam, seorang imigran secara bertahap memperoleh mekanisme
komunikasi yang ia butuhkan untuk menghadapi lingkungannya. Kecakapan berkomunikasi yang telah
diperoleh imigran lebih lanjut menentukan seluruh akulturasinya.
Potensi Akulturasi
Pola-pola akulturasi tidaklah seragam di antara individu-individu, tetapi beraneka ragam, tergantun
pada potensi akulturasi yang dimiliki imigran sebelum berimigrasi. Kemiripan antara budaya asli
(imigran) dan budaya pribumi mungkin merupakan faktor terpenting yang menunjang potensi
akulturasi.
Di antara faktor-faktor atau karakteristik-karakteristik demografik,usia pada saat berimigrasi dan latar
belakang pendidikan terbukti berhubungan erat dengan potensi akulturasi. Imigran yang lebih tua
mengalami lebih banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang baru dan mereka
lebih lambat dalam memperoleh pola-pola budaya baru (Kim, 1976). Latar belakang pendidikan
imigran sebelum berimigrasi mempermudah akulturasi (Kim, 1976, 1980).
Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi adalah faktor-faktor kepribadian seperti suka

berteman, toleransi, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, dan keterbukaan. Karakteristikkarakteristik kepribadian ini membantu imigran membentuk persepsi, perasaan dan perilakunya yang
memudahkan dalam lingkungan yang baru. Di samping itu, pengetahuan imigran tentang budaya
pribumi sebelum berimigrasi yang diperoleh dari kunjungan yang dilakukan sebelumnya, kontakkontak antar pesonal, dan lewat media massa, juga dapat mempertinggi potensi akultrasi imigran.
Peran Komunikasi Dalam Mempermudah Akulturasi
Peran akulturasi banyak berkenaan dengan usaha menyesuaikan diri dengan, dan menerima pola-pola
dan aturan-aturan komunikasi dominan yang ada pada masyarakat pribumi. Kecakapan komunikasi
pribumi yang diperoleh pada gilirannya akan mempermudah semua aspek penyesuain diri lainnya
dalam masyarakat pribumi. Dan informasi tentang komunikasi imigran memungkinkan kita
meramalkan derajat dan pola akulturasinya.

Potensi akulturasi seorang imigran sebelum berimigrasi dapat memepermudah akulturasi yang
dialaminya dalam masyarakat pribumi. Adapun faktor-faktor yang menentukan potensi akultrasi adalah
sebagai berikut:
Proses akulturasi akan segera berlangsung saat seorang imigran memasuki budaya pribumi. Proses
akulturasi akan terus berlangsung selama imigran mengadakan kontak langsung dengam sistem sosiobudaya pribumi. Semua kekuatan akulturatif-komunikasi persona dan sosial, lingkungan komunikasi
dan potensi akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus, tapi akan bergerak majumenuju
asimilasi yang secara hipotesis merupakan asimilasi yang sempurna.
Jika seorang imigran ingin mempertinggi kapasitas akulturatifnya dan secara sadar berusaha
mempermudah proses akulturasinya, maka ia harus menyadari pentingnya komunikasi sebagai
mekanisme penting untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dan memiliki suatu kecakapan komunikasi

dalam budaya pribumi, kecakapan kognitif, afektif, dan perilaku dalam berhubungan dengan
lingkungan pribumi.
Akulturasi adalah suatu proses interaktif "mendorong dan menarik" antara seorang imigran dan
lingkungan pribumi. Imigran tidak akan pernah mendapatkan tujuan akulturatifnya sendirian, tetapi
anggota-anggota masyarakat pribumi dapat mempermudah akulturasi imigran dengan menerima
pelaziman budaya asli imigran. Hal tersebut dapat terjadi dengan memberikan situasi-situasi
komunikasi yang mendukung kepada imigran, dan menyediakan diri secara sabar untuk melakukan
komunikasi antarbudaya dengan imigran. Masyarakat pribumi dapat lebih aktif membantu akulturasi
imigran dengan mengadakan program-program latihan komunikasi. Dan nantinya segala program
latihan tersebut harus membantu imigran dalam memperoleh kecakapan komunikasi.
PENUTUP
Dalam banyak hal hubungan antarbudaya dan komunikasi bersifat timbal balik. Keduanya saling
mempengaruhi. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita berpikir, dan apa yang kita pikirkan
dipengaruhui oleh budaya. Budaya takkan hidup tanpa komunikasi dan komunikasi pun takkan hidup
tanpa budaya. Masing-masing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada yang lainnya.
Dalam prosesnya komunikasi melibatkan beberapa unsure penting, dimana satu sama lainnya saling
mempengaruhi.
Masyarakat Indonesia terkenal dengan keberagaman suku, bahasa, agama, dan adat istiadat yang
berbeda. Dalam hubungannya membutuhkan komunikasi yang baik diantara pemeran komunikasi
supaya tidak terjadi kesalah pahaman dalam berkomunikasi. Untuk itu, sangat diperlukan prinsipprinsip dasar komunikasi dalam konteks kebudayaan, yang meliputi komunikasi homofily (derajat


kesamaan), heterofily (derajat ketidaksamaan), dan akultrasi (pembauran).
Komunikasi homofily atau derajat kesamaan adalah komunikasi yang berlangsung dengan dipengaruhi
oleh beberapa hal diantanya adanya kesamaan latar belakang, kesamaan penampilan, persamaan nilai
dan lain sebagainya. Dari beberapa hal yang sama ini maka komunikasi bisa berjalan dengan baik.
Sejalan dengan itu komunikasi heterofily juga dibutuhkan, karena manusia juga memerlukan beberapa
hal yang berbeda dari komunitasnya seperti informasi-informasi baru yang tidak ada dalam
komunitasnya.
http://anacarlya.blogspot.com/2013/09/akulturasi-komunikasi-antar
budaya.html#sthash.xQs5BGcU.dpuf

ANALISA KOMUNIKASI AKULTURASI ANTAR BUDAYA
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal berbudaya,
karena dengan komunikasi bisa menyatukan perbedaan-perbedaan dalam hal
budaya, didalam masyarakat yang mempunyai budaya yang berbeda orang akan
belajar berkomunikasi dengan berkomunikasi. Perbedaan-perbedaan dalam
budaya dengan komunikasi akan bisa mempernyatukan dan bisa menghasilkan
sebuah peningkatan persamaan antara satu budaya dengan budaya lainya.
Komunikasi dalam proses akulturasi bisa mempermudah dalam hal
menyatukan suatu perbedaan dalam suatu budaya, komunikasi dalam proses

akulturasi dipengaruhi juga oleh faktor-faktor seperti demografi,usia,latar
belakang pendidikan dan semua itu bisa menghasilkan suatu komunikasi yang
dinamis,dalam prosesnya komunikasi melibatkan beberapa unsur penting
dimana satu sama lainya saling mempengaruhi.
Pada masyarakat Indonesia yang beraneka ragam suku
bangsa,bahasa,agama dan adat istiadat yang berbeda semua itu bisa disatukan
dengan suatu komunikasi yang baik, dengan menggunakan prinsip dasar
komunikasi dalam kontek kebudayaan yang meliputi komunikasi homofily
( derajatkesamaan ),heterofily ( derajat ketidaksamaan ) dan akulturasi
(pembauran).