B1J009083 4.

I. PENDAHULUAN
Alam Indonesia dikenal banyak menyimpan keragaman hayati yang sangat
melimpah, hal itu disebabkan oleh kesuburan tanahnya yang sangat baik untuk
menunjang keberlangsungan hidup bagi organisme yang terdiri atas flora, fauna
maupun jasad renik lainnya yang bersifat endemik. Keragaman hayati tersebut
merupakan kekayaan alam yang sangat berharga di Indonesia. Salah satu organisme
yang banyak tersebar di kawasan alam Indonesia adalah jamur. Jamur dapat tumbuh
di tanah, pohon, serasah daun ataupun pada kayu yang mulai lapuk dan memiliki
peranan dalam ekosistem sebagai dekomposer, sehingga berfungsi untuk mengurai
organisme yang sudah mati menjadi unsur hara. Salah satu senyawa yang dapat
didegradasi oleh jamur adalah lignoselulosa.
Lignoselulosa adalah komponen polisakarida di alam yang berlimpah dan
sukar terdegradasi dibandingkan dengan jenis polisakarida lainnya. Lignoselulosa ini
terdiri atas tiga tipe polimer, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lignoselulosa
dapat diperoleh dari bahan kayu, jerami, rumput-rumputan, limbah pertanian atau
hutan, limbah industri (kayu, kertas) dan bahan berserat lainnya. Lignin adalah
polimer alami dan tergolong ke dalam senyawa rekalsitran karena tahan terhadap
degradasi, atau tidak terdegradasi dengan cepat di lingkungan (Higuchi, 1980). Jenis
jamur yang dapat mendegradasi lignoselulosa adalah jamur pelapuk kayu.
Menurut Deacon (1997) di alam terdapat tiga kelompok jamur pelapuk yang
dapat menguraikan komponen kayu (lignoselulosa) yaitu jamur pelapuk putih (white

rot)

contohnya

adalah

Dacryopinax

spathularia,

Schizophylum

commune,

Phanerochaete chrysosporium, Trametes versicolor, Pleurotus ostreatus, Hypsizigus
ulmarius, Auricularia auricular, jamur pelapuk cokelat (brown rot) contohnya
adalah Serpula lacrymans, Fibroporia vailantii, Coniophora puteana, Phaeolus
schweinitzii dan Fomitopsis pinicola, dan jamur pelapuk lunak (soft rot) contohnya

bio.unsoed.ac.id


adalah Kretzschmaria deusta, Ceratocystis, Chaetomium, Lulworthia, Halosphaeria
dan Pleospora.
Jamur pelapuk cokelat (brown rot fungi) merupakan jamur tingkat tinggi dari
kelas Basidiomycetes. Jamur ini mampu mendegradasi holoselulosa kayu dan
mendegradasi sedikit lignin sehingga meninggalkan sisa hasil pelapukan berwarna
cokelat dan kayu menjadi rapuh. Jamur pelapuk lunak (soft rot fungi) merupakan
jamur dari kelas Ascomycetes. Jamur ini mampu mendegradasi selulosa dari

komponen penyusun dinding sel kayu sehingga menjadi lebih lunak. Jamur pelapuk
putih merupakan jamur dari kelas Basidiomycetes yang mampu mendegradasi
holoselulosa dan lignin. Jamur pelapuk putih (white rot fungi) dapat juga berasal dari
kelas Ascomycetes dan Hyphomycetes. Jamur pelapuk putih meninggalkan sisa hasil
pelapukan yang berwarna putih. Jenis jamur ini mampu mendegradasi lignin dari
kayu secara selektif dan cepat, dibandingkan mikroorganisme lain (Fengel dan
Wegener, 1995).
Jamur pelapuk putih memiliki kemampuan mendegradasi komponen kimia
pada kayu terutama dalam mendegradasi lignin yang tinggi dan sedikit
mengakibatkan kehilangan selulosa dengan memanfaatkannya sebagai sumber
karbon kompleks atau sebagai sumber energi. Sifat ini menguntungkan sehingga

dapat digunakan pada proses delignifikasi yaitu pemutihan pulp (Risdianto et al.,
2007). Manfaat pentingnya kayu dan material lignoselulosik lainnya sebagai sumber
terbarukan untuk produksi kertas, telah meningkatkan minat penelitian tentang
degradasi lignin pada industri kertas oleh jamur pelapuk putih (Ruqayyah et al.,
2011).Jamur pelapuk putih berpotensi digunakan dalam industri yang harus
menghilangkan lignin atau berbagai komponen fenolik dalam proses pembuatan
bahan baku pulp dan kertas yang selama ini dilakukan secara kimia(Liew et al.,
2011).Peningkatan perhatian terhadap lingkungan oleh pencemaran industri pulp dan
kertas disebabkan oleh pelarut senyawa ligninyang telah mengalami proses
depolimerisasi, klorinasi dan oksidasi, sehingga untuk mengurangi penggunaan
bahan kimia berbahaya dalam proses pemutihan pulp digunakan agen biologi yaitu
jamur pelapuk putih (white-rot fungi)(Ohkuma et al.,2001).
Metode untuk menentukan jenis jamur pelapuk kayu dikembangkan selama
83 tahun yang lalu oleh Bavendamm pada tahun 1928, karena itu uji ini sering
disebut dengan Bavendamm test dan media untuk mengujinya disebut dengan
medium Bavendamm. Metode uji ini sangat sederhana, mudah, cepat, dan akurat.

bio.unsoed.ac.id

Menurut Fengel dan Wegener, 1995) pada umumnya jamur pelapuk putih

menyerang kayu keras dan berperan penting dalam mendegradasi lignin maupun
polisakarida pada kayu. Setyamidjaja (1993) menyatakan bahwa pohon karet (Hevea
brasiliensis) merupakan jenis tanaman berkayu keras yang mengandung banyak
senyawa lignoselulosa terutama senyawa lignin. Pohon karet mempunyai ciri-ciri
morfologi memiliki batang yang tumbuh tinggi dan besar dengan ketinggian bisa
mencapai 15-25 meter, Tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.
4

Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet
terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama
3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Anak daun berbentuk eliptis,
memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat
dalam setiap ruang buah. Jumlah biji berkisar tiga dan enam sesuai dengan jumlah
ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan
bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet
merupakan akar tunggang.
Menurut Setyamidjaja (1993), pohon karet mempunyai klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom


: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Euphorbiales

Famili


: Euphorbiaceae

Genus

: Hevea

Spesies

: Hevea braziliensis

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Krumput Banyumas merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan karet. Banyaknya pohon karet yang
tumbuh di perkebunan ini sangat memungkinkan ditemukannya keberadaan jamur,
seperti pada pohon karet, kayu-kayu lapuk, tanah di sekeliling area perkebunan dan
dapat juga ditemukan pada serasah daun yang tersebar.
PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Krumput Banyumas terletak di
Desa Karangrau, Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas,

bio.unsoed.ac.id


Provinsi Jawa Tengah dengan letak geografis 7° 35’ - 7° 40’ Lintang Selatan dan
109° 10’ - 109° 20’ Bujur Timur. Kawasan ini memiliki ketinggian 175-250 mdpl,
dengan kemiringan 5’ s/d 45’ dan mempunyai jenis tanah latosol dengan tingkat
kesuburan yang sedang serta beriklim tipe B atau termasuk ke dalam daerah basah.
Luas kawasan tersebut seluas 2.051,25 hektar, dengan kisaran umur tanaman karet
11-20 tahun (Santosa, 2011).

5

Inventarisasi merupakan pencatatan, pendaftaran atau pengumpulan data
mengenai

hasil

yang

telah

dicapai,


maupun

barang-barang

kepemilikan

(http://kbbi.web.id/inventarisasi).
Untuk mendapatkan keragaman jamur yang maksimal maka pengambilan
sampel dilakukan pada saat musim hujan yaitu antara Bulan Oktober hingga Bulan
Maret. Sampai saat ini belum ada informasi mengenai keberadaan jamur pelapuk
putih di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Krumput Banyumas Jawa
Tengah. Informasi ini sangat diperlukan untuk melengkapi koleksi jamur pelapuk
putih indigenous dan pengembangannya untuk proses degradasi senyawa lignin di
alam.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan ,yaitu:
1. Apakah jamur pelapuk putih dapat diinventarisasi dari kebun karet PT.
Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Krumput Banyumas Jawa Tengah.
2. Genus atau jenis-jenis jamur pelapuk putih apa sajakah yang dapat ditemukan di
PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Krumput Banyumas Jawa
Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Melakukan inventarisasi jamur pelapuk putih yang diperoleh dari kebun karet PT.
Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Krumput Banyumas Jawa Tengah.
2. Mengetahui genus atau spesies jamur pelapuk putih yang diperoleh dari kebun
karet PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Krumput Banyumas Jawa
Tengah.

bio.unsoed.ac.id

6

II. TELAAH PUSTAKA
Lignoselulosa adalah komponen yang banyak terdapat pada tumbuhan
berkayu maupun pada bahan kayu yang telah mati. Hutan Indonesia diperkirakan
terdapat kurang lebih 172 milyar ton/tahun kayu dengan kandungan material
lignoselulosa sebesar 82%. Material lignoselulosa yang lain termasuk limbah
pertanian, tanaman air, rumput-rumputan, dan substansi lainnya (Kurniatin, 2007).
Material lignoselulosa terdiri atas komponen utama selulosa, hemiselulosa, dan
lignin (Isroi et al., 2011).
Jamur pelapuk putih tidak dapat memproduksi makanannya sendiri dari

substansi yang sederhana seperti karbon dioksida, air, dan mineral, oleh karena itu
jamur pelapuk putih hidup dari bahan organik yang terdapat pada pohon-pohon
tumbang, tanah, sampah (serasah daun) sebagai saprofit ataupun memperoleh
makanan dari pohon hidup sebagai parasit (Ruqayyah et al., 2011). Djarwanto et al.,
(2004) dan Kurniatin (2007) menambahkan bahwa, serasah daun dihutan yang
lembab dan sedikit cahaya matahari langsung yang sampai ke lantai hutan yang telah
membusuk menyediakan banyak nutrisi untuk kehidupan jamur pelapuk putih.
Jamur pelapuk putih merupakan mikroorganisme yang diketahui mampu
mendegradasi lignin menjadi air (H2O) dan karbondioksida (CO2). Jamur pelapuk
putih ini dapat menguraikan lignin, selulosa dan hemiselulosa yang terdapat dalam
limbah padat seperti tandan kosong kelapa sawit (Nasrul dan Maimun, 2009).
Kelompok jamur ini dalam memanfaatkan komponen kayu harus mengekskresikan
enzim-enzim yang dapat merombak lignin, selulosa dan hemiselulosa menjadi unsurunsur yang dapat diserap oleh dinding selnya. Kemampuan jamur pelapuk putih
dalam mendegradasi lignin disebabkan adanya aktivitas enzim lignolitik yang
disekresikan jamur melalui hifa. Enzim lignolitik terdiri atas lignin peroksidase
(LiP), mangan peroksidase (MnP), dan lakase. Enzim yang dihasilkan oleh jamur

bio.unsoed.ac.id

pelapuk putih berfungsi sebagai agen biodegradasi yang mampu memecah bahan

berlignoselulosa menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana (Ohkuma et al.,
2001).
Uji Bavendam merupakan uji yang dapat menentukan jamur yang diperoleh
merupakan jamur yang tergolong ke dalam jamur pelapuk kayu. Metode untuk
menentukan jenis jamur pelapuk kayu dikembangkan selama 83 tahun yang lalu oleh

7

Bavendamm pada tahun 1928, karena itu uji ini sering disebut dengan Bavendamm
test dan media untuk mengujinya disebut dengan medium Bavendamm.
Medium bavendamm adalah media jamur yang umum (PDA atau MEA) yang
diberi tambahan Tannic Acid, Galic Acid, dan Guaiacol. Konsentrasinya bermacammacam antara 0,01%-1,5% (Isroi, 2011). Fungsi dari acid adalah untuk mempercepat
pertumbuhan jamur, karena menurut Ferdiaz (1992) pertumbuhan jamur akan lebih
baik pada kondisi asam.
Berdasarkan uji Bavendamm tersebut dapat menentukan jamur yang
diperoleh adalah jamur pelapuk putih atau pelapuk cokelat. Jamur yang telah
ditumbuhkan pada mediaum Bavendamm sebaiknya disimpan ditempat gelap untuk
mempercepat pertumbuhannya (Isroi, 2011), kemudian diamati koloni jamur yang
tumbuh, jika terbentuk warna cokelat pada medium berarti uji Bavendammnya
positif (+), artinya jamur tersebut dapat mengoksidasi Tannin Acid, Galic Acid, dan
Guaiacol sehingga jamur ini dapat dikelompokkan ke dalam jamur pelapuk putih.
Apabila pada medium tidak terbentuk warna cokelat berarti uji Bavendammnya
negatif (-), artinya jamur tersebut tidak dapat mengoksidasi tannin Acid, galic Acid,
dan guaiacol sehingga jamur ini dapat dikelompokkan ke dalam jamur pelapuk
cokelat (Musa et al., 2011).
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Musa et al., (2011) menunjukkan bahwa
ditemukannya beberapa jenis jamur pelapuk putih di kawasan Taman Hutan Raya
Bukit Barisan, Desa Dolat Raya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.
Berdasarkan hasil penelitiannya, diperoleh tiga genus jamur pelapuk putih yaitu
Phanerochaete sp. Trametes sp. dan Asterostroma sp. Jamur pelapuk putih tersebut
banyak ditemukan pada jenis tumbuhan berkayu yang mengandung banyak senyawa
lignin.
Blanchette dan Burnes, (1988); Liew et al., (2011) melaporkan bahwa
kemampuan menguraikan lignin merupakan ciri khas dari jamur pelapuk putih yang

bio.unsoed.ac.id

berpotensi digunakan dalam industri yang dapat menghilangkan lignin atau berbagai
komponen fenolik dalam proses pembuatan bahan baku pulp dan kertas, yang selama
ini dilakukan secara kimia. Pencemaran oleh industri pulp dan kertas disebabkan
oleh pelarut senyawa lignin yang telah mengalami proses depolimerisasi, klorinasi
dan oksidasi, sehingga untuk mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya dalam
proses pemutihan pulp digunakan bahan biologi yaitu jamur pelapuk putih (white-rot
fungi) (Ohkuma et al., 2001).
8

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka dapat disusun hipotesis bahwa di
Perkebunan karet (Hevea brasiliensis) PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Krumput Banyumas Jawa Tengah dapat ditemukan beberapa jenis jamur pelapuk
putih.

bio.unsoed.ac.id

9