CALK 2016 bab 2-edited

Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2016

BAB II
EKONOMI MAKRO KEBIJAKAN KEUANGAN
DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

Kondisi ekonomi makro Kabupaten Wonogiri selama kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2016
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,24 persen
sedangkan pada tahun 2015 menjadi 5,34 persen.
Selama periode 2011 – 2016 kinerja perekonomian Kabupaten Wonogiri yang ditunjukkan dengan
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011
nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp14.506.500,21 Pada tahun 2015, nilai PDRB tersebut
mencapai Rp21.549.222,65.
Berdasarkan harga konstan 2000, nilai PDRB juga mengalami kenaikan dari Rp13.786.711,34 pada
tahun 2011 menjadi Rp16.975.074,43. di tahun 2015. Hal ini menunjukan, bahwa perekonomian
Kabupaten Wonogiri mengalami pertumbuhan yang positif. Kenaikan tersebut rnungkinkan sebagai
peningkatan produksi, karena nilai PDRB atas dasar harga konstan telah terbebas dari pengaruh inflasi.

2.1


Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi suatu daerah/wilayah menggambarkan seberapa besar ketergantungan
suatu daerah/wilayah terhadap kemampuan produksi dari setiap sektor ekonomi.Struktur ekonomi
terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor.Dengan melihat kontribusi
masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB, maka dapat diketahui seberapa besar peran
suatu sektor dalam menunjang perekonomian daerah.
Selama lima tahun terakhir (2011-2015) struktur perekonomian Wonogiri masih didominasi
4 (empat) sektor, yaitu: sektor pertanian; sektor industri; sektor perdagangan, hotel dan restoran;
serta sektor jasa. Porsi sektor jasa-jasa bersama dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran tiap
tahun cenderung meningkat; sedangkan sektor industri pengolahan cenderung tetap atau bahkan
menurun. Demikian pula kontribusi sektor pertanian tiap tahun mengalami penurunan, sebagai
akibat menurunnya luas lahan produk pertanian yang tak secepat produk lain.

2.2

PDRB Perkapita
PDRB perkapita dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran
penduduk suatu daerah/wilayah.PDRB per kapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah (PDRB) dengan jumlah penduduk. Oleh

karena itu, besar kecilnya penduduk berpengaruh terhadap nilai PDRB per kapita.Sedang besar
kecilnya nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor yang
terdapat di daerah tersebut.
Selama 5 (lima ) tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Kabupaten
Wonogiri adalah sebagai berikut :

Bab II Ekonomi Makro Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target APBD

2- 1

Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2016

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonogiri tahun 2011-2015
Tahun
2011
2012
2013
2014

2015

Pertumbuhan Ekonomi
(%)
2,24
5,89
4,36
5,26
5,34

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 (BPS)

Tabel 2. PDRB Perkapita Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015

Tahun
2011
2012
2013
2014
2015


Pendapatan
perkapita adh
berlaku
15,52
17,07
18,72
20,8
22,71

Pertumbuhan
(%)
9,99
9,67
11,11
9,18

(dalam jutaan rupiah)
Pendapatan
Pertumbuhan

perkapita adh
(%)
konstan 2000
14,75
15,56
5,49
16,24
4,37
17,04
4,93
17,89
4,99

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 (BPS )

Nilai PDRB Per kapita Kabupaten Wonogiri atas dasar harga berlaku sejak tahun 2011
hingga tahun 2015 mengalami peningkatan secara terus-menerus. Pada tahun 2011 nilai PDRB per
kapita tercatat sebesar Rp15,52 juta, dan secara nominal terus mengalami kenaikan hingga tahun
2015 mencapai Rp22,71 Kenaikan PDRB per kapita secara riil dapat dilihat dari nilai PDRB
berdasarkan harga konstan 2000 Secara riil. Ternyata dari nilai PDRB per kapita sejak tahun 20 11

terus mengalami kenaikan dari sebesar Rp14,75 juta menjadi Rp17,89 juta di tahun 2015.
2.3

Kebijakan Keuangan Daerah.
Kebijakan keuangan daerah mengacu pada dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang
merupakan kesepakatan bersama antara Bupati Wonogiri dan DPRD Kabupaten Wonogiri.
Kebiajakan keuangan mencakup kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan .Berikut uraian
kebijakan keuangan tersebut.
a. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Daerah, yaitu :
1) Perencanaan dan penentuan target Pendapatan Asli Daerah didasarkan potensi dengan
memperhitungkan kemampuan sarana, prasarana dna SDM (Sumber Daya Manusia)
aparatur pengelola, tidak semata-mata didasarkan dari capaian tahun sebelumnya. Perlunya
pengkajian dan penerapan pengembangan system “self –assesment” bagi wajib pajak
daerah guna meningkatkan efisiesni dan efektifitas pemungutan.
2) Perlunya pengkajian peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan khususnya
yang bersumber dari pajak dan retribusi.
3) Perlunya pengkajian dan penerapan peningkatan layanan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) sehingga membrikan kontribusi lebih besar terhadap pendapatand aerah.
4) Perlunya meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi dalam
peningkatan pendapatan khususnya yang bersumber dari dana perimbangan dan retribusi

daerah.
5) Perlu diterapkan sanksi secara tegas dan penghargaan yang adil dan proposional kepada
semua wajib pajak daerah dan retribusi daerah.

Bab II Ekonomi Makro Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target APBD

2- 2

Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2016

b. Kebijakan Umum Anggaran Belaja Daerah, yaitu
1) Mengutamakan belanja yang bersifat wajin (fix-cost) yaitubelanja pegawai.
2) Pendampingan (sharing) DAK dan Bantuan Provinsi, Bantuan Operasional DAK dan
BantuaProvinsi , serta belanja program disetiap SKPD.
3) Menganggarkan belanja lainnya pada setiap perencanaan belanja yaitu belanja urusan
wajib dan urusan pilihan.
4) Hemat, tidak mewah efisien, sesuai kebutuhan yang disyaratkan.
5) Terarah, terkendali sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan dana yang tersedia.

6) Wajib menyediakan anggaran pendampingan dan anggaran bantuan operasional bagi
pelaksanaan bantuan program, baik yang berasal dari pemerintah provinsi, Pemerintah
Pusat maupun pihak lainnya sesuai ketentuan yang dipersyaratkan sepanjang telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik kegiatan yang pelaksanaannya
hanya 1 (satu) tahun anggaran maupun kegiatan yang pelaksanaannya lebih dari 1(satu)
tahun anggaran (multiyears).
7) Selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan pengelolaan keuangan negara yang
diwajibkan, yang dibatasi maupun yang dilarang.
8) Kegiatan-kegiatan skala Desa maupun skala Dusun akan dibiayan melalui Alokasi Dana
Desa.
9) Kegiatan-kegiatan skala Kelurahan maupun skala Lingkungan akan dibiayan melalui
ketentuan Bantuan Operasional Kelurahan.
10) Pengalokasian belanja kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan prasaran fisik
harus memperhatikan aspek pemerataan, keseimbangan antar wilayah dan keterpaduan
dengan program / kegiatan dari Pemerintahan Provinsi maupun Pemerintah Pusat yang
telah dilakasanakan.
11) Penggunaan Anggaran dari Dana Alokasi Umum, diutamakan untuk mencukupi belanja
daerah utamanya pembayaran GAji Pegawai Negeri Sipil dan tunjangan lain sesuai
denganketentuan berlaku.
c. Kebijakan Belanja Tidak Langsung, yaitu :

1) Mengalokasikan belanja wajib / mengikat , meliputi belanja pegawai daerah yang telah
memperhitungkan tunjangan keluarga, gaji berkala, mutasi, tambahan penghasilan PNS,
penambahan CPNSD, acress, belanja bagi hasil, dan belanja bunga.
2) Mengalokasikan belanja subsidi bunga kepada industri kecil menengah.
3) Mengalokasikan belanja hibah untuk mendukung fungsi, penyelenggaraan daerah, antara
lain untuk : pendampingan PNPM Mandiri; TMMD; KONI; Taman Kanak-kanak.
4) Mengalokasikan belanja bantuan sosial, antara lain untuk : panti sosial ; PAUD Formal;
Pendidikan Kejar Paket A, B, C; Kelompok Belajar Usaha; Desa Vokasi; Dharma Wanita;
tempat ibadah ; ORMAS/LSM.
5) Mengalokasikan belanja bantuan keuangan dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan
kemampuan keuangan , antara lain untuk : Pilkades; Uang duka Kades dan perangkat desa
yang meninggal; POSYANDU; Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PIP); KAD
Pawonsari , dan Parpol.
d. Kebijakan Belanja Langsung.
1) Mengalokasikan belanja program penunjang untuk menjalankan tugas pokok fungsi SKPD
yang didasarkan pada pencapaian misi pembangunan jangka menengah Kabupaten
Wonogiri;
2) Mengalokasikan anggaran pendidikan minimal sebesar 20% , termasuk gaji pendidik dan
biaya pendidikan formal dan non formal, yangmeliputi : peningkatan pemerataan dan
perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; peningkatan tata

kelola, akuntabilitas dna pencitraan publik.
3) Mengupayakan pencapaian SPM bidang pendidikan dengan alokasi anggaran belanja
kesehatan dasar, pemenuhan obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat
melalui Posyandu, Poliklinik Kesehatan Desa, serta peningkatan sarana dan prasarana
Bab II Ekonomi Makro Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target APBD

2- 3

Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2016

pelayanan dasar.
4) Mengalokasikan belanja operasional, pemeliharaan kantor dan peningkatan kualitas
sumberdaya aparatur.
e. Kebijakan Pembiayaan Daerah.
1) Defisit anggaran diproyeksikan untuk tidak melebihi batas maksimal yang diperbolehkan,
yaitu 4,5 % dari pendapatan daerah dan dalam batas aman untuk dapat dicukupi dari pos
pembiayaan. Di dalam rancangan KUA PPAS APBD direncanakan tidak defisit.
2) Penerimaan pembiayan diproyeksikan untuk membayar utang daerah dan investasi kepada

BUMD apabila terdapat surplus anggaran.

Bab II Ekonomi Makro Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target APBD

2- 4