BAB V Lap Akhir Tatralok TUAL (Arah Pengemb Jaringan)

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual

BAB V
ARAH PENGEMBANGAN
JARINGAN TRANSPORTASI
5.1. KONSEPSI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI
5.1.1. Pendekatan
Terdapat beberapa konsepsi dan prinsip dasar pengembangan jaringan transportasi yang
harus diperhatikan. Prinsip-prinsip dasar tersebut antara lain meliputi :
(1). Hirarkis
Prinsip dasar hirarkis mengamanatkan bahwa dalam pengembangan jaringan perlu
memperhatikan tata jenjang simpul dan lintas yang melayani simpul-simpul tersebut sesuai
ketentuan yang berlaku atau acuan yang digunakan.

Dengan kata lain, bahwa dalam

pengembangan jaringan transportasi harus memperhatikan pendekatan kesisteman yang
secara struktura terbentuk dari pusat-pusat sistem (simpul) dan jaringan antara pusat-pusat
tersebut. Dalam hal ini simpul dan lintasan tersebut memiliki kaitan erat sesuai tata jengjang
yang dimilki oleh pusat/simpul yang bersangkutan.


(2). Geografis
Prinsip dasar geografis mengamanatkan bahwa pengembangan sistem jaringan transporrtasi
harus memperhatikan daya dukung geografis.

Daya dukung geografis tersebut dapat

berperan sebagai faktor penentu bentuk, pola, kuantitas maupun kualitas dari sistem jaringan
yang akan dikembangkan. Beberapa aspek dari prinsip ini antara lain meliputi aspek
morfologi, kebencanaan, hidrologi dan lain sebagainya.

(3). Ekonomi
Prinsip dasar ekonomi mengamanatkan bahwa penyusunan jaringan transportasi wilayah
harus memperhatikan perilaku sistem perekonomian wilayah yang bersangkutan. Perilaku
perekonomian wilayah ini akan menjadi faktor penentu dari peran dan fungsi jaringan dalam

Laporan Akhir

V-1

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual

sistem kewilayahan yang dikembangkan. Bagi wilayah dengan sistem perokomian yang maju
maka peran dan fungsi sistem jaringan transportasi adalah

melayani permintaan atau

kebutuhahn pelayanan transportasi dari kegiatan ekonomi si wilayah yang sudah
berkembang, atau sesuai dengan falsafah “ ships follow the trade”. Sedangkan bagi daerahdaerah yang kegiatan perekonomiannya lebih maju, maka peran dan fungsi sistem
transportasi adalah sebagai pendukung dan penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah yang
bersangkutan. Oleh karena itu perlu kiranya melakukan identitifikasi terlebih dahulu terhadap
daerah-daerah sesuai tingkat perkembangan ekonominya.

(4). Mendukung Pengembangan Wilayah
Prinsip dasar pengembangan wilayah

mengamanatkan bawa penyusunan jaringan

transportasi harus memperhatikan dan mendukung pengembangan wilayah sesuai konsep
dan rencana pengembangan tata ruang wilayahnya.

Dengan mengacu pada RTRW


Kabupaten, maka arah pengembangan jaringan akan lebih jelas, optimal dan selaras dengan
arah pengembangan tata ruang wilayah di masa yang akan datang. Tujuan dari
pengembangan jaringan transportasi tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang
dan karakteristik ekonominya. Dalam pengembangan suatu wilayah tertentu perencanaan
jaringan transportasi dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ekonomi wilayah tertentu.
Perencanaan jaringan transportasi tersebut tetapi harus berkoordinasi dengan perencanaan
tata ruang terutama menyangkut masalah legalitas pembangunan prasarana transportasi.
Selain itu perencanaan harus disesuaikan dengan perencanaan di tingkat yang lebih tinggi
sehingga terdapat integrasi dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah.

Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, maka kegiatan penyusunan arah pengembangan
jaringan transportasi lokal Kabupaten Maluku Tenggara, dilakukan dengan lingkup aktivitas
seperti terilihat pada Gambar 5.1.

Laporan Akhir

V-2

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual


Gambar 5.1. Garis Besar Aktivitas Penyusunan Arah Pengembangan Jaringan
(Sumber : Dephub Juni 2004, Diolah 2007)

Laporan Akhir

V-3

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual

Dengan mengembangkan lingkup aktivitas analisis seperti tertuang pada gambar tersebut,
maka selanjutnya akan dibahas mengenai hasil-hasil analisis dari tiap tahapan pelaksanaan
kegiatan tersebut. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengembangan arah jaringan
transportasi, maka tahapan yang paling penting adalah menentukan dan mengidentifikasikan
pusat-pusat pengembangan wilayah. Analisis dilakukan guna mendapatkan tata jenjang atau
sistem hirarki dari pusat-pusat yang bersangkutan serta kebutuhan jaringan untuk
mendukung pengembangan pusat–pusat tersebut. Dalam menentukan dan mengidentifikasi
sistem pusat-pusat pertumbuhan wilayah ini, maka acuan utama yang perlu dikaji adalah
acuan kebijakan stratejik yang memuat rencana pengembangan sistem pusat-pusat tersebut.


5.1.2. Pengembangan Wilayah
Rencana pengembangan wilayah Kota Tual dituangkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) yang disahkan dalam peraturan daerah. Berdasarkan UU Tata Ruang yang
baru (UU Nomor 26/2007), terdapat ketentuan pidana bagi pihak-pihak yang tidak
mengindahkannya.

RTRW

berusaha

memberikan

panduan

untuk

mengoptimalkan

pemanfaatan ruang untuk pembangunan berdasarkan pola dan struktur ruang. Didalam pola
ruang, ditetapkan proporsi kawasan budidaya dan lindung yang akan menjamin

pembangunan melalui pemanfaatan ruang secara optimal dan berkelanjutan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah daya dukung lingkungan. Sedangkan didalam struktur ruang,
untuk dapat melaksanakan pembangunan secara optimal dan efisien, diarahkan pusat-pusat
pembangunan dalam sistem pusat-pusat kegiatan (PKN, PKW, PKL), kawasan-kawasan
prioritas, serta jaringan prasarana yang mendukungnya yang disusun secara berjenjang.
Jaringan transportasi, merupakan unsur paling penting dalam mewujudkan struktur ruang
sebagaimana direncanakan dalam RTRW, oleh sebab itu sistem pusat-pusat yang telah
ditetapkan dalam RTRW merupakan acuan utama dalam menetapkan zona transportasi dan
jaringannya. Status RTRW Kota Tual saat ini sedang disusun dan mengacu pada UU Tata
Ruang yang baru (UU 26/2007), Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN, PP
26/2008) dan RTRW Provinsi.

Berdasarkan RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional), dalam suatu sistem kotakota, maka

kota atau daerah perkotaan dibagi atas 4 kelompok berdasarkan fungsi dan

pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah, yaitu :

Laporan Akhir


V-4

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
(1). Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
Kota atau daerah yang dimaksud adalah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan
skala nasional, disamping merupakan pintu gerbang bagi keluar masuknya arus barang
dan jasa, juga merupakan simpul perdagangan internasional. Kota atau perkotaan yang
termasuk klasifikasi ini merupakan pusat pelayanan jasa, produksi, dan distribusi serta
merupakan simpul transportasi untuk pencapaian beberapa pusat kawasan atau
provinsi. Biasanya yang termasuk golongan kota/perkotaan ini adalah kota-kota
besar/metropolitan, disebabkan karena kelengkapan sarana dan prasarana yang
dimilikinya.
(2). Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup
beberapa kawasan atau kabupaten. Golongan ini biasanya merupakan kota besar dan
kota sedang setara dengan kota orde I.
(3). Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kota
atau perkotaan yang termasuk klasifikasi ini adalah yang mempunyai wilayah pelayanan
beberapa kawasan dalam lingkup kabupaten dan umumnya merupakan kota
kecil/ibukota kecamatan. Hirarki kota ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu PKL I dan

PKL II, yaitu PKL I atau setara dengan orde II merupakan kota yang mampu melayani
beberapa kota yang berhirarki lebih rendah, sedangkan PKL II atau setara dengan orde
III merupakan kota yang hanya melayani wilayah kotanya sendiri dan desa-desa sekitar.
(4). Kota atau daerah perkotaan yang mempunyai fungsi khusus dalam menunjang sektor
ekonomi tertentu. Kota atau perkotaan yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah yang
mempunyai fungsi pelayanan khusus dalam menunjang sektor strategis, menunjang
pengembangan wilayah baru atau penyebaran kegiatan ekonomi dan berfungsi pula
sebagai daerah penyangga aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah ada.
Pengelompokan kota-kota ini untuk dapat merumuskan kebijakan yang lebih terarah dan
sesuai dengan setiap kelompok tersebut.

Hierarkhi dalam sistem kota-kota ini merupakan acuan bagi pengembangan sistem jaringan
transportasi, serta klasifikasi prasarana dan sarana-nya. Selain pengembangan jaringan yang
mengacu pada pengembangan kota-kota strategis, dimana sektor jasa dan perdagangan
menjadi andalan, jaringan transportasi juga dikembangkan untuk mendorong proses
produksi, baik disektor pertanian, kehutanan, perkebunan pertambangan maupun industri,
Laporan Akhir

V-5


Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
dimana arah pengembangan jaringannya akan mengacu pada arah pengembangan kawasan
strategis.
Merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tual, sebagaimana dijabarkan ke dalam
struktur ruang dan pola ruang, maka pusat-pusat pengembangan wilayah dan kawasan
strategis di kota ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Pusat-pusat pengembangan wilayah terdiri dari :
a. Tual yang diposisikan sebagai kota yang masuk kategori hirarki I.


Pusat pelayanan di wilayah pembangunan III (Pulau-pulau Kur).



Pengembangan kawasan industri kecil berbasis pertanian dan perikanan.



Pengembangan kawasan pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan, dan
pariwisata.




Simpul transportasi laut lintas kecamatan dalam Kota Tual.

b. Tubyar dan Namser yang diposisikan sebagai kota-kota yang masuk dalam hirarki II.


Pusat pelayanan wilayah pembangunan I belahan utara (Pulau Dullah bagian
utara).



Pengembangan kawasan permukiman.



Pengembangan kawasan pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan, dan
pariwisata.


c. Tayando Yamtel yang diposisikan sebagai kota yang masuk dalam hirarki III, dengan
fungsi-sungsi :


Pusat pelayanan skala kecamatan di wilayah pembangunan I (Kepulauan Tayando
Tam).



Pengembangan kawasan pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan, dan
pariwisata.



Simpul transportasi laut lintas kecamatan di Kota Tual.

2). Kawasan strategis :


Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi terdiri dari kawasan
pengembangan penangkapan ikan dan wisata bahari di Pulau Kur, kawasan

Laporan Akhir

V-6

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
pengembangan budidaya laut marikultur estat dan wisata bahari di Kecamatan
Tayando Tam dan Kecamatan Dullah Utara, kawasan pengembangan industri
perikanan di Tual, dan kawasan perkotaan Tual dan Tubyal.


Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
adalah berupa kawasan konservasi penyu dan wisata bahari di Pulau Kaimer dan
sekitarnya.

5.1.3. Ekonomi Wilayah
(1) Proyeksi Penduduk
Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2,04% per tahun, maka proyeksi jumlah penduduk
Kota Tual bisa dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Proyeksi Penduduk Kota Tual Menurut Kecamatan
No.
1
2
3
4

Kecamatan
Kec P.P. Kur
Kec Dullah Utara
Kec Dullah Selatan
Kec Tayando Tam
Jumlah

2008
5.993
13.431
26.542
7.360
53.326

2012
6.495
14.558
28.770
7.977
57.801

2017
7.184
16.101
31.819
8.823
63.927

2022
7.945
17.808
35.192
9.758
70.703

2027
8.787
19.695
38.922
10.792
78.197

Sumber: hasil analisis, 2008

(2) Proyeksi Pertumbuhan PDRB dan Sektor Unggulan
Dengan menggunakan pendekatan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diraih Kabupaten
Maluku Tenggara, maka dapat dianalogikan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Kota Tual
pada mulanya menurun dari 4,09% (2003) menjadi 3,28% (2005) dan setahun kemudian naik
hingga 5,01%, sehingga laju pertumbuhan ekonomi Kota Tual mencapai 4,12% per tahun
selama periode 2003-2006. Pembahasan detail telah disampaikan pada Bab II.

(3) Proyeksi Pertumbuhan Produksi Lokal
Untuk melihat seberapa besar bangkitan transportasi di Kota Tual dalam berapa tahun ke
depan, dapat didekati dari perkembangan bangkitan barang dan penumpang yang tersebar di

Laporan Akhir

V-7

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
berbagai zona bangkitan transportasi di kota tersebut. Bangkitan barang antara lain dapat
dihitung dengan menggunakan proyeksi produk pertanian, yang terdiri dari padi dan palawija,
sayur-sayuran, buah-buahan, peternakan, dan perikanan (dalam hal ini perikanan tangkap).
Dalam studi ini, penentuan zona bangkitan transportasi barang hasil proyeksi produksi
pertanian menggunakan pendekatan wilayah administratif kecamatan. Dengan demikian ada
empat zona bangkitan transportasi barang hasil proyeksi produksi pertanian, yakni
Kecamatan Pulau-Pulau Kur, Kecamatan Dullah Utara, Kecamatan Dullah Selatan, dan
Kecamatan Tayando Tam. Adapun hasil proyeksi produk pertanian di Kota Tual untuk periode
waktu 2008-2027 akan diuraikan secara singkat di bawah ini.
a) Zona Bangkitan Kecamatan Pulau-pulau Kur
Dalam tiga tahun terakhir, perkembangan produksi berbagai jenis kegiatan pertanian di Zona
Bangkitan Kecamatan Pulau-pulau Kur memperlihatkan kecenderungan peningkatan, baik
untuk hasil produksi tanaman padi dan palawija, peternakan, maupun perikanan. Dari Tabel
5.2. dapat dilihat bahwa peningkatan tertinggi diraih oleh produksi padi dan palawija,
sedangkan kenaikan paling rendah dialami oleh produksi ternak unggas.
Tabel 5.2. Perkembangan Produksi Barang Pertanian di Zona Bangkitan Kecamatan Pulaupulau Kur, 2005-2007
Barang Pertanian

Satuan

Padi dan Palawija
Ternak Besar
Ternak Unggas
Perikanan Tangkap

Ton
Kg
Kg
Ton

2005

2006

372
867
332.270
1.471

476
970
355.843
1.828

2007
1.179
1.212
382.303
2.212

Laju Pertumbuhan
Rata-rata (% per tahun)
87,82
18,41
7,27
22,66

Sumber : Maluku Tenggara Dalam Angka, beberapa seri, diolah.

Berdasarkan tren perkembangan produksi berbagai jenis tanaman pertanian di Zona
Bangkitan Kecamatan Pulau-pulau Kur di atas, maka dapat dihitung proyeksi produksi
beberapa jenis tanaman pertanian tadi untuk tahun 2008-2027. Proyeksi di sini
menggunakan metode regresi sederhana berdasarkan data tahun 2005-2007. Hasil proyeksi
selengkapnya untuk Zona Bangkitan Kecamatan Pulau-pulau Kur dapat disimak pada Tabel
5.3.

Laporan Akhir

V-8

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
Tabel 5.3. Proyeksi Produksi Barang Pertanian di Zona Bangkitan Kecamatan Pulau-pulau
Kur, 2008-2027
Tahun
2008
2012
2017
2022
2027

Padi dan Palawija
Ton
1.483
3.097
5.114
7.132
9.149

Ternak Besar
Kg
1.361
2.051
2.914
3.776
4.639

Ternak Unggas
Kg
406.840
506.908
631.993
757.078
882.163

Perikanan Tangkap
Ton
2.578
4.061
5.915
7.768
9.622

Sumber : Hasil Proyeksi.

Dari hasil proyeksi di atas terlihat bahwa barang yang menjadi bangkitan utama di
Kecamatan Pulau-pulau Kur adalah hasil perikanan tangkap serta produk padi dan palawija.
b) Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Utara
Dalam tiga tahun terakhir, perkembangan produksi berbagai jenis kegiatan pertanian di Zona
Bangkitan Kecamatan Dullah Utara memperlihatkan kecenderungan peningkatan, baik untuk
hasil produksi tanaman padi dan palawija, peternakan, maupun perikanan. Dari Tabel 5.4.
dapat dilihat bahwa peningkatan tertinggi diraih oleh produksi padi dan palawija, sedangkan
kenaikan paling rendah dialami oleh produksi ternak unggas.
Tabel 5.4. Perkembangan Produksi Barang Pertanian di Zona Bangkitan Kecamatan Dullah
Utara, 2005-2007
Barang Pertanian

Satuan

Padi dan Palawija
Ternak Besar
Ternak Unggas
Perikanan Tangkap

Ton
Kg
Kg
Ton

2005

2006

2.894
2.455
196.256
2.601

3.946
12.500
197.415
2.437

2007
3.659
13.207
202.349
2.949

Laju Pertumbuhan
Rata-rata (% per tahun)
14,54
207,46
1,57
7,36

Sumber : Maluku Tenggara Dalam Angka, beberapa seri, diolah.

Berdasarkan tren perkembangan produksi berbagai jenis tanaman pertanian di Zona
Bangkitan Kecamatan Dullah Utara di atas, maka dapat dihitung proyeksi produksi beberapa
jenis tanaman pertanian tadi untuk tahun 2008-2027. Proyeksi di sini menggunakan metode
regresi sederhana berdasarkan data tahun 2005-2007. Hasil proyeksi selengkapnya untuk
Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Utara dapat disimak pada Tabel 5.5.

Laporan Akhir

V-9

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
Tabel 5.5. Proyeksi Produksi Barang Pertanian di Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Utara,
2008-2027
Tahun
2008
2012
2017
2022
2027

Padi dan Palawija
Ton
4.265
5.795
7.707
9.620
11.532

Ternak Besar
Kg
20.140
41.645
68.527
95.408
122.290

Ternak Unggas
Kg
204.766
216.952
232.185
247.417
262.650

Perikanan Tangkap
Ton
3.011
3.708
4.579
5.450
6.322

Sumber : Hasil Proyeksi.

Dari hasil proyeksi di atas terlihat bahwa barang yang menjadi bangkitan utama di
Kecamatan Dullah Utara adalah produk padi dan palawija dan kemudian diikuti oleh hasil
perikanan tangkap.
c) Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Selatan
Dalam tiga tahun terakhir, perkembangan produksi berbagai jenis kegiatan pertanian di Zona
Bangkitan Kecamatan Dullah Selatan memperlihatkan kecenderungan peningkatan, baik
untuk hasil produksi tanaman padi dan palawija, peternakan, maupun perikanan. Dari Tabel
5.6. dapat dilihat bahwa peningkatan tertinggi diraih oleh produksi padi dan palawija,
sedangkan kenaikan paling rendah dialami oleh produksi ternak unggas.
Tabel 5.6. Perkembangan Produksi Barang Pertanian di Zona Bangkitan Kecamatan Dullah
Selatan, 2005-2007
Barang Pertanian

Satuan

Padi dan Palawija
Ternak Besar
Ternak Unggas
Perikanan Tangkap

Ton
Kg
Kg
Ton

2005

2006

705
1.888
202.926
106.559

731
13.580
351.927
131.050

2007
746
14.966
359.858
127.422

Laju Pertumbuhan
Rata-rata (% per tahun)
2,87
314,74
37,84
10,11

Sumber : Maluku Tenggara Dalam Angka, beberapa seri, diolah.

Berdasarkan tren perkembangan produksi berbagai jenis tanaman pertanian di Zona
Bangkitan Kecamatan Dullah Selatan di atas, maka dapat dihitung proyeksi produksi
beberapa jenis tanaman pertanian tadi untuk tahun 2008-2027. Proyeksi di sini
menggunakan metode regresi sederhana berdasarkan data tahun 2005-2007. Hasil proyeksi

Laporan Akhir

V - 10

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
selengkapnya untuk Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Selatan dapat disimak pada Tabel
5.7.
Tabel 5.7. Proyeksi Produksi Barang Pertanian di Zona Bangkitan Kecamatan Dullah
Selatan, 2008-2027
Tahun
2008
2012
2017
2022
2027

Padi dan Palawija
Ton
768
850
953
1.055
1.158

Ternak Besar
Kg
23.223
49.379
82.074
114.769
147.464

Ternak Unggas
Kg
461.836
775.700
1.168.030
1.560.360
1.952.690

Perikanan Tangkap
Ton
142.542
184.270
236.430
288.590
340.750

Sumber : Hasil Proyeksi.

Dari hasil proyeksi di atas terlihat bahwa hasil perikanan tangkap merupakan barang yang
mendominasi bangkitan transportasi di Kecamatan Dullah Selatan.
d) Zona Bangkitan Kecamatan Tayando Tam
Dalam tiga tahun terakhir, perkembangan produksi berbagai jenis kegiatan pertanian di Zona
Bangkitan Kecamatan Tayando Tam memperlihatkan kecenderungan peningkatan, baik untuk
hasil produksi tanaman padi dan palawija, peternakan, maupun perikanan. Dari Tabel 5.8.
dapat dilihat bahwa peningkatan tertinggi diraih oleh produksi padi dan palawija, sedangkan
kenaikan paling rendah dialami oleh produksi ternak unggas.
Tabel 5.8. Perkembangan Produksi Barang Pertanian di Zona Bangkitan Kecamatan
Tayando Tam, 2005-2007
Barang Pertanian

Satuan

Padi dan Palawija
Ternak Besar
Ternak Unggas
Perikanan Tangkap

Ton
Kg
Kg
Ton

2005

2006

269
459
116.849
1.583

382
1.480
123.465
1.981

2007
505
1.727
126.732
2.394

Laju Pertumbuhan
Rata-rata (% per tahun)
37,10
119,56
4,15
22,99

Sumber : Maluku Tenggara Dalam Angka, beberapa seri, diolah.

Berdasarkan tren perkembangan produksi berbagai jenis tanaman pertanian di Zona
Bangkitan Kecamatan Tayando Tam di atas, maka dapat dihitung proyeksi produksi beberapa
jenis tanaman pertanian tadi untuk tahun 2008-2027. Proyeksi di sini menggunakan metode

Laporan Akhir

V - 11

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
regresi sederhana berdasarkan data tahun 2005-2007. Hasil proyeksi selengkapnya untuk
Zona Bangkitan Kecamatan Tayando Tam dapat disimak pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Proyeksi Produksi Barang Pertanian di Zona Bangkitan Kecamatan Tayando Tam,
2008-2027
Tahun
2008
2012
2017
2022
2027

Padi dan Palawija
Ton
621
1.093
1.683
2.273
2.863

Ternak Besar
Kg
2.490
5.026
8.196
11.366
14.536

Ternak Unggas
Kg
132.232
151.998
176.706
201.413
226.121

Perikanan Tangkap
Ton
2.797
4.419
6.446
8.473
10.501

Sumber : Hasil Proyeksi.

Seperti halnya di Kecamatan Dullah Utara, hasil proyeksi memperlihatkan bahwa barang
yang menjadi bangkitan utama di Kecamatan Tayando Tam adalah hasil perikanan tangkap
dan kemudian diikuti oleh produk padi dan palawija.
(4) Proyeksi Konsumsi Penduduk dan Analisis Surplus/Defisit
Pertambahan jumlah penduduk di Kota Tual tidak hanya berdampak pada bangkitan
penumpang, melainkan juga terhadap peningkatan permintaan barang untuk konsumsi.
Peningkatan permintaan barang untuk konsumsi ini pada gilirannya juga akan berpengaruh
pada bangkitan barang.
Beberapa barang yang dikonsumsi penduduk di Kota Tual yang akan diproyeksikan dalam
kajian ini di antaranya adalah beras, telur, ikan, dan daging. Proyeksi di sini menggunakan
pendekatan standar konsumsi per kapita terhadap berbagai bahan makanan yang ditetapkan
oleh FAO (Food and Agriculture Organization), yang juga diadopsi oleh BPS (Badan Pusat
Statistik).
Hasil proyeksi konsumsi penduduk terhadap beras, telur, ikan, dan daging dapat dipaparkan
secara ringkas menurut empat zona bangkitan di bawah ini.

a) Zona Bangkitan Kecamatan Pulau-pulau Kur

Laporan Akhir

V - 12

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk untuk Zona Bangkitan Kecamatan Pulau-pulau
Kur selama jangka waktu 2008-2027, maka dapat dihitung kebutuhan konsumsi beras,
daging, telur, dan ikan yang diperlukan masyarakat setempat untuk kurun waktu yang sama
sebagaimana disajikan pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Proyeksi Konsumsi Bahan Makanan di Zona Bangkitan Kecamatan Pulau-pulau
Kur, 2008-2027
Proyeksi
Jumlah
Penduduk
jiwa
5.993
6.495
7.184
7.945
8.787

Tahun
2008
2012
2017
2022
2027

Konsumsi
Konsumsi Konsumsi Telur
Konsumsi
Beras 133,0
Daging 10,3
6,5
Ikan 30,0
kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun
Kg
Kg
Kg
Kg
797.006
61.723
38.951
179.776
863.897
66.903
42.221
194.864
955.460
73.994
46.695
215.517
1.056.728
81.837
51.645
238.360
1.168.728
90.511
57.118
263.623

Sumber : Hasil Proyeksi.

Apabila dikaitkan dengan ketersediaan produksi beras, daging, telur, dan ikan di zona
bangkitan ini, maka terjadi surplus/defisit seperti tampak pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Proyeksi Surplus/Defisit Bahan Bahan Makanan di Zona Bangkitan Kecamatan
Pulau-pulau Kur, 2008-2027 (kg)
Tahun

Proyeksi Produksi Lokal
Beras

Daging

Telur

Proyeksi Surplus/Defisit
Ikan

Beras

Daging

Telur

Ikan

2008

2.230

1.361

406.840

2.578.400

(794.777)

(60.362)

367.889

2.398.624

2012

3.902

2.051

506.908

4.061.200

(859.996)

(64.852)

464.687

3.866.336

2017

5.992

2.914

631.993

5.914.700

(949.468)

(71.080)

585.298

5.699.183

2022

8.082

3.776

757.078

7.768.200

(1.048.646)

(78.060)

705.433

7.529.840

2027
10.172
4.639
882.163
9.621.700
(1.158.556)
Catatan : Angka dalam tanda kurung ( ) menunjukkan defisit.
Sumber : Hasil Proyeksi.

(85.872)

825.045

9.358.077

Dari Tabel 5.11. dapat dikemukakan bahwa Zona Bangkitan Kecamatan Pulau-pulau Kur
sepanjang periode 2008-2027 diproyeksikan memiliki surplus pada bahan makanan telur dan
ikan. Artinya, Kecamatan Pulau-pulau Kur mempunyai peluang untuk mengekspor kelebihan
produksi telur dan ikan. Sebaliknya, kecamatan ini mengalami defisit pada bahan makanan
beras dan daging, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sesuai standar yang
ditetapkan Kecamatan Pulua-pulau Kur harus mendatangkan (mengimpor) beras dan daging
dari luar wilayahnya. Surplus dan defisit ini tentu saja memberikan pengaruh pada zona

Laporan Akhir

V - 13

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
bangkitan atau tarikan yang spesifik, yakni di pelabuhan, terminal, atau bandar udara, baik di
kecamatan yang bersangkutan maupun daerah lain di luar kecamatan ini.
b) Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Utara
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk untuk Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Utara
selama jangka waktu 2008-2027, maka dapat dihitung kebutuhan konsumsi beras, daging,
telur, dan ikan yang diperlukan masyarakat setempat untuk kurun waktu yang sama
sebagaimana disajikan pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Proyeksi Konsumsi Bahan Makanan di Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Utara,
2008-2027
Proyeksi
Jumlah
Penduduk
jiwa
13.431
14.558
16.101
17.808
19.695

Tahun
2008
2012
2017
2022
2027

Konsumsi
Konsumsi Konsumsi Telur
Konsumsi
Beras 133,0
Daging 10,3
6,5
Ikan 30,0
kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun
Kg
Kg
Kg
Kg
1.786.309
138.338
87.301
402.927
1.936.230
149.949
94.628
436.744
2.141.448
165.841
104.657
483.033
2.368.416
183.419
115.750
534.229
2.619.440
202.859
128.018
590.851

Sumber : Hasil Proyeksi.

Apabila dikaitkan dengan ketersediaan produksi beras, daging, telur, dan ikan di zona
bangkitan ini, maka terjadi surplus/defisit seperti tampak pada Tabel 5.1.13
Tabel 5.13. Proyeksi Surplus/Defisit Bahan Bahan Makanan di Zona Bangkitan Kecamatan
Dullah Utara, 2008-2027 (kg)
Tahun

Proyeksi Produksi Lokal
Beras

Daging

Telur

Proyeksi Surplus/Defisit
Ikan

Beras

Daging

Telur

Ikan

2008

4.997

20.140

204.766

3.010.900

(1.781.312)

(118.198)

117.465

2.607.973

2012

8.745

41.645

216.952

3.707.900

(1.927.486)

(108.304)

122.324

3.271.156

2017

13.429

68.527

232.185

4.579.150

(2.128.018)

(97.315)

127.527

4.096.117

2022

18.114

95.408

247.417

5.450.400

(2.350.302)

(88.011)

131.667

4.916.171

2027
22.799 122.290
262.650
6.321.650
(2.596.641)
Catatan : Angka dalam tanda kurung ( ) menunjukkan defisit.
Sumber : Hasil Proyeksi.

(80.569)

134.632

5.730.799

Dari Tabel 5.13 dapat dikemukakan bahwa Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Utara
sepanjang periode 2008-2027 diproyeksikan memiliki surplus pada bahan makanan telur dan
Laporan Akhir

V - 14

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
ikan. Artinya, Kecamatan Dullah Utara mempunyai peluang untuk mengekspor kelebihan
produksi telur dan ikan. Sebaliknya, kecamatan ini mengalami defisit pada bahan makanan
beras dan daging, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sesuai standar yang
ditetapkan, Kecamatan Dullah Utara harus mendatangkan (mengimpor) beras dan daging
dari luar wilayahnya. Surplus dan defisit ini tentu saja memberikan pengaruh pada zona
bangkitan atau tarikan yang spesifik, yakni di pelabuhan, terminal, atau bandar udara, baik di
kecamatan yang bersangkutan maupun daerah lain di luar kecamatan ini.
c) Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Selatan
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk untuk Zona Bangkitan Kecamatan Dullah
Selatan selama jangka waktu 2008-2027, maka dapat dihitung kebutuhan konsumsi beras,
daging, telur, dan ikan yang diperlukan masyarakat setempat untuk kurun waktu yang sama
sebagaimana disajikan pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Proyeksi Konsumsi Bahan Makanan di Zona Bangkitan Kecamatan Dullah
Selatan, 2008-2027

Tahun
2008
2012
2017
2022
2027

Proyeksi
Jumlah
Penduduk
jiwa
26.542
28.770
31.819
35.192
38.922

Konsumsi
Konsumsi Konsumsi Telur
Konsumsi
Beras 133,0
Daging 10,3
6,5
Ikan 30,0
kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun
Kg
Kg
Kg
Kg
3.530.142
273.387
172.526
796.273
3.826.419
296.332
187.005
863.102
4.231.975
327.739
206.826
954.581
4.680.514
362.476
228.747
1.055.755
5.176.593
400.894
252.991
1.167.653

Sumber : Hasil Proyeksi.

Apabila dikaitkan dengan ketersediaan produksi beras, daging, telur, dan ikan di zona
bangkitan ini, maka terjadi surplus/defisit seperti tampak pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15. Proyeksi Surplus/Defisit Bahan Bahan Makanan di Zona Bangkitan Kecamatan
Dullah Selatan, 2008-2027 (kg)
Tahun

Proyeksi Produksi Lokal
Beras

Daging

Laporan Akhir

Telur

Proyeksi Surplus/Defisit
Ikan

Beras

Daging

Telur

Ikan

V - 15

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
2008

9.875

23.223

461.836 142.542.000 (3.520.267)

(250.164)

289.310

141.745.727

2012

17.282

49.379

775.700 184.270.000 (3.809.138)

(246.953)

588.695

183.406.898

2017

26.540

82.074 1.168.030 236.430.000 (4.205.435)

(245.666)

961.204

235.475.419

2022

35.798

114.769 1.560.360 288.590.000 (4.644.716)

(247.707) 1.331.613

287.534.245

2027
45.056 147.464 1.952.690 340.750.000 (5.131.538)
Catatan : Angka dalam tanda kurung ( ) menunjukkan defisit.
Sumber : Hasil Proyeksi.

(253.430) 1.699.699

339.582.347

Dari Tabel 5.15. dapat dikemukakan bahwa Zona Bangkitan Kecamatan Dullah Selatan
sepanjang periode 2008-2027 diproyeksikan memiliki surplus pada bahan makanan telur dan
ikan. Artinya, Kecamatan Dullah Selatan mempunyai peluang untuk mengekspor kelebihan
produksi telur dan ikan. Sebaliknya, kecamatan ini mengalami defisit pada bahan makanan
beras dan daging, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sesuai standar yang
ditetapkan, Kecamatan Dullah Selatan harus mendatangkan (mengimpor) beras dan daging
dari luar wilayahnya. Surplus dan defisit ini tentu saja memberikan pengaruh pada zona
bangkitan atau tarikan yang spesifik, yakni di pelabuhan, terminal, atau bandar udara, baik di
kecamatan yang bersangkutan maupun daerah lain di luar kecamatan ini.
d) Zona Bangkitan Kecamatan Tayando Tam
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk untuk Zona Bangkitan Kecamatan Tayando Tam
selama jangka waktu 2008-2027, maka dapat dihitung kebutuhan konsumsi beras, daging,
telur, dan ikan yang diperlukan masyarakat setempat untuk kurun waktu yang sama
sebagaimana disajikan pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Proyeksi Konsumsi Bahan Makanan di Zona Bangkitan Kecamatan Tayando
Tam, 2008-2027
Tahun

Proyeksi
Jumlah
Penduduk

Laporan Akhir

Konsumsi
Konsumsi Konsumsi Telur
Konsumsi
Beras 133,0
Daging 10,3
6,5
Ikan 30,0
kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun kg/jiwa/tahun

V - 16

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
jiwa
7.360
7.977
8.823
9.758
10.792

2008
2012
2017
2022
2027

Kg
978.853
1.061.007
1.173.461
1.297.834
1.435.389

Kg
75.806
82.168
90.877
100.509
111.162

Kg
47.839
51.854
57.350
63.428
70.151

Kg
220.794
239.325
264.690
292.744
323.772

Sumber : Hasil Proyeksi.

Apabila dikaitkan dengan ketersediaan produksi beras, daging, telur, dan ikan di zona
bangkitan ini, maka terjadi surplus/defisit seperti tampak pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Tayando Tam, 2008-2027 (kg)
Tahun
2008

Proyeksi Produksi Lokal
Beras
2.738

Daging
2.490

Telur
132.232

Proyeksi Surplus/Defisit
Ikan
2.797.100

Beras

(976.115)
(1.056.215
2012
4.792
5.026
151.998
4.418.900
)
(1.166.102
2017
7.359
8.196
176.706
6.446.150
)
(1.287.908
2022
9.926
11.366
201.413
8.473.400
)
(1.422.896
2027
12.493
14.536
226.121 10.500.650
)
Catatan : Angka dalam tanda kurung ( ) menunjukkan defisit.
Sumber : Hasil Proyeksi.

Daging

Telur

(73.316)

84.393

2.576.306

Ikan

(77.142)

100.144

4.179.575

(82.681)

119.356

6.181.460

(89.143)

137.985

8.180.656

(96.626)

155.970

10.176.87
8

Dari Tabel 5.17. dapat dikemukakan bahwa Zona Bangkitan Kecamatan Tayando Tam
sepanjang periode 2008-2027 diproyeksikan memiliki surplus pada bahan makanan telur dan
ikan. Artinya, Kecamatan Tayando Tam mempunyai peluang untuk mengekspor kelebihan
produksi telur dan ikan. Sebaliknya, kecamatan ini mengalami defisit pada bahan makanan
beras dan daging, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sesuai standar yang
ditetapkan, Kecamatan Tayando Tam harus mendatangkan (mengimpor) beras dan daging
dari luar wilayahnya. Surplus dan defisit ini tentu saja memberikan pengaruh pada zona
bangkitan atau tarikan yang spesifik, yakni di pelabuhan, terminal, atau bandar udara, baik di
kecamatan yang bersangkutan maupun daerah lain di luar kecamatan ini.

5.1.4. Fisik dan Geografis
(1). Kendala Iklim, Cuaca dan Gelombang

Laporan Akhir

V - 17

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
Kendala iklim, cuaca dan gelombang sangat mempengaruhi pola perjalanan baik penumpang
maupun barang, terutama untuk pelayanan transportasi laut, penyeberangan dan udara.
Perubahan musim dipengaruhi oleh Laut Banda, laut Arafura dan Samudera Indonesia. Juga
dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan.


Keadaan musim teratur, musim Timur berlangsung dari bulan April sampai Oktober.
Musim ini adalah musim kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai
Februari. Musim hujan pada bulan Desember sampai Februari dan yang paling deras
terjadi pada bulan Desember sampai Februari.



Musim pancaroba berlangsung dalam bulan Maret/April dan Oktober/November.



Bulan April sampai Oktober bertiup angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada
bulan Januari dan Februari dengan hujan deras dan laut bergelora.



Bulan April sampai September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan sebanyak 91%
dengan angin Tenggara dominan 61%.



Bulan Oktober sampai Maret bertiup angin Barat sebanyak 50% dengan angin Barat
dominan 28%.

(2). Kendala Fisik
Secara fisik Kota Tual adalah wilayah kepulauan, sehingga transportasi antar pulau sangat
rentan terhadap perubahan cuaca dan tinggi gelombang.

(3). Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana terlokalisir disekitar tebing sungai (longsor) dan pantai (abrasi
gelombang), Secara umum, kawasan rawan bencana bukan merupakan kendala berarti
dalam pengembanga transportasi di Kota Tual, walaupun demikian, lokasi-lokasi yang dalam
RTRW Kota Tual ditetapkan sebagai daerah rawan bencana perlu dihindari dalam menarik
trase jaringan jalan serta penempatan simpul-simpul seperti pelabuhan dan bandara.

Laporan Akhir

V - 18

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
5.2. PROSES PENETAPAN JARINGAN

5.2.1. Alur Proses Analisis Kebutuhan Transportasi
Proses analisis kebutuhan transportasi mengikuti alur seperti yang bisa dilihat pada Gambar
5.2.1. Pendekatan model transportasi empat tahap (four stages transport model) digunakan
sebagai acuan untuk mengestimasi potensi permintaan perjalanan. Namun demikian akan
dilakukan modifikasi khususnya dalam mekanisme prediksi bangkitan perjalanan dan
distribusi perjalanan. Sebagai wilayah yang masih berkembang dan belum stabil sistem
transportasinya, dan juga adanya masalah keterbatasan data, maka pendekatan yang
digunakan dalam memetakan pola pergerakan transportasi adalah dengan melakukan
sintesa pola pergerakan, yang nantinya diwujudkan dalam bentuk bangkitan dan tarikan
perjalanan, serta distribusi perjalanan dalam bentuk matrik asa-tujuan (MAT) perjalanan
orang dan barang.
 Pedekatan Pemodelan Kondisi Eksisting
Pendekatan model dimulai dengan menetapkan sistem zona dan jaringan transportasi,
termasuk di dalamnya adalah karakteristik pola penggunaan lahan di tiap zona dan
karakteristik jaringan transportasi yang ada. Dengan menggunakan informasi tersebut
kemudian diestimasi total perjalanan yang dibangkitkan dan/atau yang ditarik oleh suatu zona
tertentu (trip ends) atau disebut dengan proses bangkitan perjalanan (trip generation). Tahap
ini menghasilkan persamaan trip generation yang menghubungkan jumlah perjalanan dengan
karakteristikpola penggunaan lahan di zona yang bersangkutan.

Laporan Akhir

V - 19

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
Sistem zona dan data kondisi jaringan transportasi (prasarana, sarana dan arus)
Bangkitan
Perjalanan

Trip Ends

Distribusi
Perjalanan
DataPerencanaan
sosek & skenario pengembangan wilayah (RTRW)
Proyeksi Tahun
MAT Sintetik

Karakteristik per moda
Pemisahan
Moda
MAT per moda

Karakteristik jaringan transportasi
Pemilihan
Rute/Operasi Sarana

ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN & JARINGAN PRASARANA TRANSPORTASI

Gambar 5.2. Bagan Alir Proses Analisis Kebutuhan Transportasi
Model bangkitan perjalanan merupakan suatu bentukan persamaan matematis yang
merepresentasikan korelasi antara variabel sosio-ekonomi wilayah studi dengan realitas
transportasi atau lalulintas saat ini. Atas dasar korelasi hubungan tersebut dan prediksi
perkembangan variabel sosial-ekonomi wilayah yang diperkirakan akan terjadi maka
kebutuhan/bangkitan perjalanan di masa yang akan datang dapat diramalkan.

Laporan Akhir

V - 20

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
Model analisis bangkitan perjalanan yang paling sering digunakan dalam kajian transportasi
adalah model analisis regresi multi linier, di mana bangkitan perjalanan sebagai variabel
terikat (Y) akan dikorelasikan dengan sejumlah data sosio-ekonomi sebagai variabel
bebasnya (Xi). Dalam kondisi data series yang ada tidak menunjukkan korelasi yang kuat
untuk diformulasikan dalam persamaan model bangkitan perjalanan, maka pola bangkitan
perjalanan akan dilakukan dengan pendekatan skenario pengembangan wilayah.
Data yang digunakan dalam memprediksi bangkitan dan tarikan perjalanan orang adalah:


Data naik/turun penumpang di pelabuhan laut, dermaga ferry, dermaga kapal
rakyat/speed boat, bandara dan terminal.



Data yang diturunkan dari tingkat perjalanan penduduk yang bekerja, sekolah dan
keperluan lain untuk penduduk di atas 10 tahun.

Data yang digunakan dalam memprediksi bangkitan dan tarikan perjalanan barang adalah:


Data bongkar/muat barang di pelabuhan laut, dermaga ferry, dermaga kapal rakyat/speed
boat, bandara dan terminal.



Data yang diturunkan dari surplus/defisit produksi barang/komoditas dan konsumsi
penduduk setiap zona.

Selanjutnya diprediksi dari/ke mana tujuan perjalanan yang dibangkitkan atau yang ditarik
oleh suatu zona tertentu atau disebut tahap distribusi perjalanan (trip distribution). Dalam
tahap ini akan dilakukan proses sintesa pola perjalanan yang akan menghasilkan matriks
asal-tujuan (MAT) sintetis.
Model sebaran perjalanan diperlukan untuk memproduksi Matriks Asal Tujuan (MAT)
perjalanan dari/ke setiap zona yang dimodelkan di wilayah studi. Dalam tahap ini data
bangkitan perjalanan setiap zona (trip ends) yang diperoleh dari tahap model bangkitan
perjalanan (trip generation) sebelumnya disebarkan ke zona-zona lainnya sesuai dengan
pola distribusi tertentu.
Pendekatan yang dilakukan untuk menghasilkan MAT sintetis untuk pergerakan orang
adalah:

Laporan Akhir

V - 21

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual


Data sekunder kondisi eksisiting jumlah penumpang berdasarkan asal/tujuan angkutan
laut, angkutan penyeberangan, angkutan kapal rakyat/speed boat, angkutan udara dan
angkutan kota/antar kota.



Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergerakan internal zona dan eksternal zona,
antara lain kondisi aksesibilitas antar zona, jumlah penduduk yang bekerja dan sekolah,
ketersediaan sarana transportasi, jarak antar zona, waktu tempuh, dll.



Faktor hirarki kota yang bisa mengindikasikan pola pergerakan penduduk dari suatu kota
ke kota lain.

Pendekatan yang dilakukan untuk menghasilkan MAT sintetis untuk pergerakan barang
adalah:


Data sekunder kondisi eksisiting jumlah barang berdasarkan asal/tujuan angkutan laut,
angkutan penyeberangan, angkutan kapal rakyat/speed boat, angkutan udara dan
angkutan kota/antar kota.



Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergerakan barang pada internal zona dan
eksternal zona, antara lain kondisi aksesibilitas antar zona,

surplus/defisit produksi

barang/komoditas dengan konsumsi penduduk, ketersediaan sarana transportasi barang,
jarak antar zona, waktu tempuh, dll.


Faktor hirarki kota yang bisa mengindikasikan pola pergerakan barang dari suatu kota ke
kota lain dengan memperhatikan kelas simpul jaringan transportasi yang ada, misalkan
dari pelabuhan regional ke pelabuhan lokal.

Pada tahap pemilihan moda (modal split), MAT tersebut kemudian dialokasikan sesuai
dengan moda transportasi yang digunakan para pelaku perjalanan untuk mencapai tujuan
perjalanannya. Dalam tahap ini dihasilkan MAT per moda.
Pendekatan yang dilakukan untuk pemilihan moda, baik untuk pergerakan orang mupun
barang adalah:


Karakteristik jenis moda yang disebabkan oleh kondisi geografis antar zona, dimana
untuk pergerakan antar zona bisa hanya tersedia satu jenis moda saja, misalkan hanya
bisa moda angkutan laut saja, hanya bisa moda angkutan darat saja, atau bisa berupa
pilihan moda, misalkan moda angkutan laut dan angkutan darat.



Kondisi keunggulan setiap sarana berdasarkan faktor jarak, waktu tempuh, kapasitas
muat, biaya angkut, dan alasan khusus lainnya.

Laporan Akhir

V - 22

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual

Terakhir, pada tahap pemilihan rute (trip assignment) MAT didistribusikan ke setiap ruas/link
moda yang tersedia di dalam jaringan sesuai dengan kinerja rute yang ada. Tahap ini
menghasilkan estimasi arus lalu lintas dan waktu perjalanan di setiap moda transportasi.
Pada tahap ini akan bisa ditentukan jenis moda yang paling sesuai dan optimal untuk setiap
rute, dan dilakukan sekenario operasi sarana berdasarkan rute dan jenis moda tersebut.

 Proyeksi Kebutuhan Lalu Lintas Mendatang
Untuk memprakirakan bangkitan perjalanan di masa mendatang, diperlukan informasi
mengenai tingkat pertumbuhan penduduk/tenaga kerja dan aktivitas ekonomi untuk setiap
zona sampai dengan tahun perencanaan. Dua faktor tersebut merupakan faktor utama yang
mempengaruhi besarnya bangkitan perjalanan pada setiap zona. Pada tahap kondisi saat ini,
dibentuk suatu persamaan regresi yang mencari bentuk hubungan antara nilai bangkitan
perjalanan dengan jumlah penduduk/tenaga kerja dan nilai aktivitas ekonomi untuk tiap zona.
Persamaan regresi yang dihasilkan akan digunakan untuk memproyeksikan jumlah bangkitan
perjalanan pada tahun rencana.
Tahapan yang sangat penting dalam melakukan proyeksi pola pergerakan transportasi di
masa datang adalah melakukan proyeksi distribusi perjalanan orang, sehingga akan tersusun
proyeksi matrik asal-tujuan pada tahun rencana. Mempertimbangkan bahwa karakteristik
setiap zona di Maluku Tenggara mempunyai pertumbuhan penduduk yang berbeda-beda,
maka dalam melakukan proyeksi MAT pada tahun rencana, akan digunakan Model Rata-rata
(Average) dengan parameter faktor pertumbuhan penduduk untuk pergerakan orang dan
faktor pertumbuhan ekonomi untuk pergerakan barang. Tingkat pertumbuhan yang berbeda
dirata-ratakan dengan jalan menjumlahkan pertumbuhan di zona asal i dan zona tujuan j
kemudian dibagi dua, sesuai dengan persamaam sebagai berikut:

Laporan Akhir

V - 23

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual

T i− j =t i− j .

(

Ei +E j
2

)

Dimana:

T i−j
ti−j
Ei =

Ti

E j=

=

jumlah perjalanan masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan j

=

jumlah perjalanan eksisting dari zona asal i ke zona tujuan j

=

faktor pertumbuhan di seluruh zona i

=

faktor pertumbuhan di seluruh zona j

ti

Tj

tj

Pada tahap pemilihan moda besarnya perjalanan antar zona di bebankan ke dalam jaringan
yang ada, di mana pelaku perjalanan akan menentukan pilihan rute perjalanannya. Hasil dari
tahapan ini adalah diperolehnya tingkat kinerja jaringan pada tahun rencana, yang
diwujudkan dalam satuan volume perjalanan/kendaraan pada tiap jaringan.

 Penyusunan Arah Pengembangan Jaringan Transportasi
Tahap akhir dalam proses ini adalah penentuan arah pengembangan jaringan transportasi di
dalam wilayah, yang terdiri dari arah pengembangan jaringan pelayanan transportasi dan
arah pengembangan jaringan prasarana transportasi. Penentuan arah pengembangan
jaringan transportasi akan memadukan hasil analisis proses pengembangan jaringan dengan
pemodelan transportasi dengan skenario pengembangan wilayah yang bersumber pada
dokumen RTRW.
Pemodelan transportasi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menghasilkan proyeksi
MAT pada tahun perencanaan berdasarkan pada kecenderungan (trend) perkembangan
kondisi transportasi yang ada saat ini. Sedangkan skenario pengembangan wilayah
dilakukan dengan pendekatan tata ruang, dimana tidak menutup kemungkinan akan adanya
pembukaan wilayah baru sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sosial, yang pada kondisi saat
ini masih belum ada akses transportasi dan pergerakan orang/barang. Dalam keadaan
seperti ini, maka pengembangan jaringan transportasi akan juga diarahkan ke wilayah baru
tersebut untuk semakin mempercepat terbentuknya struktur wilayah.

Laporan Akhir

V - 24

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
Arah pengembangan jaringan pelayanan transportasi meliputi arah pengembangan angkutan
darat dalam kota/pulau, angkutan penyeberangan antar kecamatan dalam kota, angkutan
laut dalam kota dan kemungkinan angkutan udara dalam kota yang kesemuanya mendukung
jaringan pelayanan eksternal ke/dari kabupaten/provinsi lain.
Arah pengembangan jaringan prasarana transportasi meliputi arah pengembangan
prasarana jalan dan terminal dalam kabupaten, prasarana dermaga penyeberangan kapal
ferry, prasarana pelabuhan laut dan prasarana bandara, yang kesemuanya merupakan
simpul jaringan transportasi yang saling mendukung pergerakan di dalam kota dan eksternal
ke/dari kabupaten/provinsi lain.

5.2.2. Sistem Zona Perencanaan Transportasi
Penentuan sistem zona yang akan digunakan sebagai basis dalam proses perencanaan dan
pemodelan transportasi secara ideal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


Berdasarkan homogenitas pola penggunaan lahan.



Berdasarkan aspek demografis.



Berdasarkan pertimbangan pola sistem transportasi (simpul dan jaringan).



Berdasarkan pembagian wilayah administratif.

Kombinasi

yang

bisa

mengakomodasi

keempat

hal

tersebut

akan

menghasilkan

pengelompokan wilayah perencanaan menjadi lebih sistematis dan aplikatif. Akan tetapi
dalam tataran realitas, penentuan zona dengan berbasis batas adminitratif akan lebih
memudahkan terutama dalam ketersediaan data. Hal ini juga dengan asumsi bahwa
penentuan batas administratif telah juga mengacu pada keempat faktor di atas.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka penentuan sistem zona perencanaan
transportasi sebagai basis dalam proses pengembangan jaringan transportasi di masa
datang dilakukan dengan menggunakan basis wilayah administratif kecamatan dengan pusat
zona (node) adalah ibukota kecamatan. Pergerakan internal di dalam kecamatan tidak
dibahas dalam pemodelan transportasi, akan tetapi akan dibahas dalam penentuan simpul
dan jaringan transportasi apabila memang mempunyai peran yang penting dalam menunjang

Laporan Akhir

V - 25

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
pergerakan orang dan barang antar zona di dalam Kota Tual. Sehingga zona internal di
dalam Kota Tual adalah semua kecamatan yang ada di dalam Kota Tual.
Proses perencanaan transportasi bukanlah proses yang hanya membahas pola pergerakan
antar zona di dalam Kota Tual. Pengaruh pergerakan eksternal harus dipertimbangkan dalam
perencanaan transportasi, terutama yang mempunyai keterkaitan yang kuat dengan Kota
Tual. Dalam hal ini meskipun secara administratif Kota Tual telah menjadi wilayah
administratif baru yang terpisah dengan Kabupaten Maluku Tenggara, akan tetapi karena
saling ketergantungan dalam penggunaan prasarana dan sarana transportasi sangat kuat,
maka seluruh kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara ditentukan sebagai zona eksternal.
Zona eksternal yang lain adalah Ambon, Kepulauan Aru dan Maluku Tenggara Barat, karena
keterkaitan yang kuat dengan moda transportasi laut dan udara. Selengkapnya sistem zona
internal dan eksternal ditampilkan pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Sistem Zona Perencanaan Transportasi
Wilayah Zona

Zona Internal

Zona Eksternal

Laporan Akhir

No Zona

Kecamatan

Pusat Zona

1
2
3
4

P.P. Kur
Dullah Utara
Dullah Selatan
Tayando Tam

Tubyal
Namser
Tual
Yamtel

11
12
13
14
15
16

Kei Kecil
Kei Kecil Barat
Kei Kecil Timur
Kei Besar
Kei Besar Utara Timur
Kei Besar Selatan

Langgur
Ohoira
Rumat
Elat
Holat
Weduar

21
22
23

Ambon
Kep. Aru
Maluku Tenggara Barat

Ambon
Dobo
Saumlaki

V - 26

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
5.2.3. Proyeksi Kebutuhan Perjalanan Orang
(1) Estimasi Bangkitan Perjalanan Orang Tahun 2007
Dengan mempertimbangkan bahwa karena kondisi geografis wilayah Kota Tual berupa
wilayah kepulauan, maka estimasi pola pergerakan orang antar zona telah terbagi sejak
awal berdasarkan moda yang digunakan, yaitu moda transportasi laut dan moda transportasi
darat. Dalam hal ini pergerakan di dalam zona tidak dianalisis, karena tujuan penyusunan
Tatralok adalah melakukan analisis pergerakan antar zona/kecamatan.
Hasil sintesa bangkitan dan tarikan perjalanan orang antar zona di Kota Tual dan Maluku
Tenggara dan ditampilkan dalam Tabel 5.19. Dari hasil analisis tersebut bisa dicermati bahwa
pusat bangkitan dan tarikan yang terbesar adalah di Dullah Selatan, Kei Kecil dan Kei Besar.
Hal ini memang mengindikasikan bahwa pusat aktivitas ekonomi dan sosial penduduk berada
di ketiga zona tersebut dengan pusat-pusat zona di Tual, Langgur dan Elat.
Dari Tabel 5.20. diketahui bahwa bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh transportasi
darat jauh lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh transportasi laut, dengan perbandingan
77,47% : 22,53%. Hal ini bisa dimengerti, karena pada kenyataannya pergerakan dengan
transportasi darat yang

terjadi di Pulau Dullah dan Pulau Kei Kecil jauh lebih banyak

dibandingkan dengan pergerakan antar pulau dengan transportasi laut. Adanya jembatan
yang menghubungkan Pulau Dullah dan Pulau Kei Kecil membuat pola pergerakan dengan
poros Tual dan Langgur semakin meningkat dari hari ke hari. Semakin berkembangnya
jaringan jalan di pulau-pulau Dullah Kei Kecil dan Kei Besar memberi kesempatan yang
semakin besar kepada penduduk untuk melakukan pergerakan di dalam pulau dengan
transportasi darat.

Laporan Akhir

V - 27

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual

Tabel 5.19. Bangkitan dan Tarikan Orang Antar Zona Tahun 2007 (Orang)
No Zona

Moda
Kecamatan

Darat
Bangkitan

Laut
Tarikan

Bangkitan

Total Darat dan Laut
Tarikan

Bangkitan

Tarikan

Kota Tual
1

P.P. Kur

2

Dullah Utara

3

Dullah Selatan

4

Tayando Tam

-

-

27.200

27.200

27.200

27.200

533.102

533.102

15.300

15.300

548.402

548.402

1.053.527

1.053.5