BAB 5 LAP AKHIR KKL.docx

L A P O RA N A K H I R K K L S M A RT C I T Y S U RA B AYA 2 0 1 5
BAB 5
PEMBELAJARAN KOTA
Pada bab ini akan dibahas tentang bagaimana suatu kota dapat mengadopsi
dan beradaptasi dengan beberapa teori dan konsep dalam orientasinya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyrakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat
kota.
5.1 SMART GOVERNANCE
Berdasarkan penerapan dimensi smart governance di Kota Surabaya yang
telah dibahas pada bab sebelumnya, terdapat beberapa pembelajaran yang
dapat diambil untuk penerapan konsep smart city di kota-kota di Indonesia :
a. Pelayanan masyarakat berbasis online meningkatkan efisiensi waktu dan
biaya yang harus dikeluarkan masyarakat dalam konteks pengurusan
dokumen-dokumen pemerintahan. Selain itu, pelayanan secara online ini
mampu

mengoptimalkan

fungsi

masing-masing


SKPD

dalam

melayani

masyarakat dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
b. Penyediaan infrastruktur penunjang pelayanan pemerintah memiliki peranan
yang penting agar pelayanan yang disediakan mampu menjangkau seluruh
kalangan masyarakat.
c. Keterbukaan

pemerintah

(open

governance)

meningkatkan


tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Melalui penerapan open

governance tindakan kecurangan yang marak terjadi seperti korupsi, kolusi,
dan nepotisme dapat dicegah. Selain itu keterbukaan terhadap data-data
yang dimiliki oleh pemerintah mampu mempermudah masyarakat untuk
menggunakannya dalam hal yang bermanfaat. Contohnya penggunaan data
dan peta Kota Surabaya untuk keperluan riset akademis.
d. Fasilitasi partisipasi masyarakat dalam pemerintahan yang difasilitasi oleh
inovasi

teknologi

informasi

menjadikan

akses


masyarakat

untuk

mengemukakan pendapat kepada pemerintah menjadi lebih mudah. Di sisi
lain, melalui fasilitasi partisipasi masyarakat melalui teknologi informasi
(sosial media, etc.) mampu mempermudah pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, kota Surakarta seharusnya dapat
mengadaptasi

dan

mengimplementasikan

beberapa

strategi


yang

telah

diterapkan Kota Surabaya sebagai Smart City antara lain:
a. Pengembangan pelayanan masyarakat secara online. Pada dasarnya, Kota
Surakarta

maupun

kota-kota

lainnya

telah

memiliki

laman


website

pemerintah. Tantangan bagi Kota Surakarta adalah pengembangan potensi
PWK

UNS

2012

V- 1

L A P O RA N A K H I R K K L S M A RT C I T Y S U RA B AYA 2 0 1 5

web milik pemerintah tersebut sebagai sarana untuk memudahkan pelayanan
masyarakat. Pengembangan yang paling utama bagi Kota Surakarta adalah
pengembangan

laman

web


masing-masing

SKPD

untuk

dapat

mengoptimalkan pelayanan masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsinya.
b. Penyediaan infrastruktur penunjang layanan pemerintah yang berbasis
teknologi informasi. Penyediaan internet wireless pada ruang-ruang publik di
Surabaya, CCTV dan sensor bencana yang terintegrasi melalui laman web dan
layanan darurat dapat dikembangkan juga oleh Surakarta. Terutama apabila
mengingat bahwa Kota Surakarta memiliki potensi bencana banjir. Layanan ini
dapat membantu untuk mengurangi jatuhnya korban dan mempercepat
intervensi pemerintah.
c. Optimalisasi penerapan pemerintah yang transparan dengan menyediakan
data milik pemerintah mulai dari data anggaran, data penggunaan anggaran,
hingga


lelang

jasa

melalui

website milik pemerintah

karena

melalui

penerapan transparansi pemerintah, tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme
dapat dicegah. Selain itu, Kota Surakarta dapat mulai mengembangkan

database pemerintah yang menyediakan data yang dapat bermanfaat bagi
pengembangan riset akademis maupun kepentingan lain yang bermanfaat
bagi masyarakat.
d. Pengembangan fasilitasi partisipasi masyarakat melalui teknologi informasi

untuk meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan
kebijakan pemerintah. Selain itu, untuk penerapan media center bagi
masyarakat Surakarta, beberapa SKPD Kota Surakarta telah memiliki media
sosial yang berfungsi untuk menampung feedback dari masyarakat, yang
perlu diperhatikan dalam pengembangannya adalah bagaimana fasilitas
tersebut dapat terintegrasi dengan baik.
5.2 SMART ENVIRONMENT
Dari konsep Smart Environmentini dapat diambil beberapa pembelajaran
penting yang sangat perlu untuk diterapkan pada kota-kota di Indonesia. Konsep
lingkungan cerdas yang dikembangkan di Kota Surabaya dirasa cukup berhasil
melihat pencapain indilator yang sudah diterapkan. Beberapa pemberlajaran
tersebut diantara nya adalah :
a. Penerapan bangunan dengan konsep ramah lingkungan, seperti menyediakan
Ruang terbuka privat seperti wall/roof garden dan pemanfaatan solar cell
pada bangunan-bangunan tinggi.

PWK

UNS


2012

V- 2

L A P O RA N A K H I R K K L S M A RT C I T Y S U RA B AYA 2 0 1 5
b. Penerapan

solar

cell

sebagai

pengganti

tenaga

listrik

untuk


lampu

penerangan jalan, lampu taman, dan lampu lalu lintas. Penggunaan solar cell
ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi penggunaan tenaga listirk.
c. Penerapan gas bumi untuk kawasan permukiman untuk menggantikan
penggunaan

tabung

gas

elpiji.

Penggunaan

gas

bumi


ini

dirasakan

manfaatnya karena dapet menekan biaya produksi terutama kebutuhan gas
d. Rencana pengembangan sistem park and ride untuk mampu meminimalisir
penggunaan kendaraan bermotor. Sistem park and ride ini akan terintegrasi
dengan berbagai moda transportasi massal seperti trem dan monorail yang
sedang dikembangkan.
e. Pengembangan taman kota sebagai paru-paru kota dan sebagai tempat
interkasi antar warga kota dan tempat menyalurkan hobi. Selain itu, terdapat
pula pengembangan hutan kota yang juga berkonsep sebagai tempat
rekreasi.
f.

Pengolahan limbah rumah tangga dengan skonsep zero waste yaitu dengan
melakukan proses mengurangi sampah, menggunakan kembali dan mendaur
ulang sampah (3R).
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, kota Surakarta seharusnya dapat

mengadaptasi

dan

mengimplementasikan

beberapa

strategi

yang

telah

diterapkan Kota Surabaya sebagai Smart City antara lain:
a. Banyaknya industri pengolahan yang terdapa di Kota Surakarta, salah satu
yang dapat diadopsi adalah kebijakan untuk memanfataakn gas bumi untuk
mampu

menekan

biaya

produksi

sehingga

dapat

lebih

meningkatkan

pendapatan para pengusaha industri pengolahan di Kota Surakarta.
b. Penerapan solar cell juga diterapkan pada bangunan-bangunan tinggi sepeti
hotel dan mall yang berada di kawasan pusat Kota Surakarta
c. Pengembangan jumlah ruang terbuka hijau untuk memenuhi kebutuhan akan
ruang terbuka hijau publik seperti pengembangan ruang terbuka hijau di
kawasan pinggir sungai (waterfront).
d. Pengembangan

konsep

bangunan

ramah

lingkungan

pada

bangunan-

bangunan tinggi yaitu pengembangan wall/roof garden pada bangunan hotel,
apartemen, mall, dan gedung perkantoran.
e. Pengolahan limbah rumah tangga di Kota Surakarta juga seharusnnya sudah
dapat menggunakan konsep 3R untuk mampu mengurangi produksi sampah
setiap harin= nya.
f.

Rencana pengembangan sistem park and ride yang terintergrasi dengan
berbagai moda transportasi massal sehingga dapat meningkatkan keinginan
warga masyarakat Kota Surakarta untuk menggunakan tranportasi massal

PWK

UNS

2012

V- 3

L A P O RA N A K H I R K K L S M A RT C I T Y S U RA B AYA 2 0 1 5
yang nantinya akan mengurangi emisi gas karbon yang berasal dari
kendaraan.
5.3 SMART LIVING
Dari konsep smart Living dapat diambil beberapa pembelajaran penting
yang perlu diterapkan pada kota-kota di Indonesia. Dengan adanya otonomi
daerah, yang mencoba memanfaatkan sumberdaya yang ada pada kota masingmasing, membuat tidak semua kota mampu diterapkan konsep smart living. Akan
tetapi kota dengan kecenderungan yang sama dengan Kota Surabaya yang
menjadi

fokus

dalam

Kuliah

Kerja

Lapangan

(KKL),

setidaknya

mampu

menerapkan konsep smart living di kota tersebut. Beberapa diantaranya yang
mampu diterapkan yakni sebagi berikut :
a. Peningkatan sektor ekonomi dengan menonjolkan setiap bagian kecil kota
(kampung) dengan karakteristik yang dimiliki. Seperti di Kota Surabaya yakni
Kampung Lontong dan Kampung Pertanian.

Keadaan tersebut suatu

ide/pemikiran cerdas yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sehingga memicu peningkatan kondisi kehidupan masyarakat.
b. Penyediaan

kantor

yang

nyaman,

fasilitas

berbisnis

yang

baik

dan

infrastruktur yang terjamin merupakan kondisi lingkungan dimana masyarakat
mampu

menuangkan

inovasi

baru

guna

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat.
c. Pembangunan diarahkan secara vertiakal guna mengatasi kepadatan dan
kebutuhan akan lahan. Bangunan tersebut biasanya terletak di pusat kota
dengan fungsi bangunan tidak hanya satu fungsi. Sebagai contoh bangunan
dengan fungsi pertokoan, perkantoran dan hunian ( appartement)
d. Teknologi PID (Proportional Integral Derivative) sebuah teknologi dimana yang
berfungsi guna penjernihan air. Dengan adanya penyediaan air bersih dengan
teknologi PID, mampu memudahkan masyarakat suatu kota karena hasil air
langsung bisa untuk diminum.
e. Pengalih fungsian energy listrik pada fasilitas transportasi dengan pembangkit
listrk tenaga surya. Fasilitas tersebut seperti traffic lamp dan lampu
penerangan.
f.

Penyediaan hunian berupa rusun dengan fasilitas yang menunjang dimana
rusun harus memiliki Pustu, paud, taman, taman bacaan, broadband learning

center, serta sentra pkl guna kebutuhan masyarakat di dalam maupun sekitar
rusun.
g. Desa tertinggal yang memiliki ruang (space), mampu dimanfaatkan sebagai
hutan kota. Hutan kota yang biasanya merupakan RTH pasif, dijadikan RTH
PWK

UNS

2012

V- 4

L A P O RA N A K H I R K K L S M A RT C I T Y S U RA B AYA 2 0 1 5
aktif dengan penyediaan pariwisata dan sentra PKL di dalamnya. Hal tersebut
akan

menjadikan

warga

sekitar

mampu

meningkatkan

kesejahteraan

hidupnya.
h. Anggaran budaya dimaksimalkan dengan mengalokasikan CSR swasta untuk
pengembangan dan pelestarian Kota Tua
i.

Terdapat CCTV yang digunakan multifungsi, sebagai pemantau kepadatan
jalan dan juga sebagai pemantau aktivitas

j.

Health di Kota Surabaya dapat dilihat dari kemudahan mendapat fasilitas
kesehatan dan penyediaan sarana berupa taman yang dapat digunakan untuk
aktivitas olahraga (eg : senam lansia) yang berpengaruh pada angka harapan
hidup warga. Selain itu penyediaan fasilitas kesehatan secara online
(prosedur/administrasi)

mampu

memudahkan

masyarakat

kota

dalam

seharusnya

dapat

mengakses fasilitas kesehatan.
Berkaitan

dengan

hal

tersebut,

kota

Surakarta

mengadaptasi dan mengimplementasikan beberapa kebijakan antara lain:
a. Banyaknya kampung-kampung di Kota Surakarta, seharusnya mampu melihat
perkembangan kampung yang ada pada Kota Surabaya sehingga setiap
kampong mampu memiliki ciri khas dalam kegiatan ekonominya sehingga
dapat meningkatkan kondisi kehidupan secara mandiri.
b. Penyediaan teknologi PID, setidaknya pada Kelurahan Jebres tepatnya
Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) sudah mulai menggunakan teknologi
tersebut untuk melayani kebutuhan air bersih skala kawasan
c. Anggaran budaya dimaksimalkan dengan mengalokasikan CSR swasta untuk
pengembangan dan pelestarian kebudayaan Kota Surakarta
d. Penyediaan fasilitas kesehatan secara online mampu mengurangi antrian
dalam fasilitas kesehatan yang dimiliki Kota Surakarta dimana Kota Surakarta
memiliki fasilitas kesehatan dengan tingkat pelayanan Provinsi Jawa tengah.
e. Minimnya lahan dan banyaknya migrasi permanen ke Kota Surakarta sudah
mulai diantisipasi dengan penyediaan rusun guna mengurangi Slum and
Squater di Kota Surakarta. Akan tetapi dengan adanya fasilitas penunjang
sepertihalnya yang ada di Kota Surabaya, Rusun akan menjadi daya tarik
sendiri bagi warga MBR dan imigran Kota Surakarta.
5.4 SMART MOBILITY
Dari konsep smart mobility ini dapat diambil beberapa pembelajaran penting
yang sangat perlu untuk diterapkan pada kota-kota di Indonesia. Beberapa
diantara nya adalah :

PWK

UNS

2012

V- 5

L A P O RA N A K H I R K K L S M A RT C I T Y S U RA B AYA 2 0 1 5
a. Terkait

efisien

transportasi

merupakan

penggunaan

trasnportasi

yang

menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Hal ini bisa diterapkan
dengan beralih menggunakan transportasi umum untuk mengurangi polusi
dari banyaknya kendaraan pribadi. Kota Surabaya dengan kondisi kemacetan
tinggi akibat pertumbuhan kendaraan pribadi yang tinggi telah melakukan
inisiasi dengan merencanakan pengadaan angkutan massal cepat berbasis rel
berupa monorail dan tram. Hal ini bertujuan agar masyarakat mau berpindah
ke transportasi umum dan megurangi penggunaan bahan bakar dan polusi
udara. Kota-kota lain hendaknya juga menerapkan transportasi yang efisien
agar mengurangi pencemaran dari polusi yang ditimbulkan dari kendaraaan
pribadi.
b. Terkait dengan akses multimoda merupakan integrasi antar moda-moda
transportasi umum untuk memudahkan pergerakan.

Kota Surabaya telah

melakukan perencanaan berupa Simart (System Integrated Mass Rapid
Transportation). Hal ini bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai moda
transportasi agar penduduk mudah melakukan pergerakan. Salah satu moda
yang mengintegrasikan berbagai moda transportasi tersebut yaitu monorail
dan tram. Kota-kota lain hendaknya juga menerapkan ini agar pergerakan
penduduk terutama menggunakan transportasi umum menjadi lebih mudah.
Dengan demikian masyarakat juga akan cenderung berpindah menggunakan
transportasi umum.
c. Terkait dengan teknologi infrastruktur merupakan suatu bentuk penggunaan
teknologi untuk mengatur lalu lintas. Kota Surabaya telah menerapkan
menggunakan CCTV pemantau untuk mengatur lalu lintas. Untuk kedepannya
akan diterapkan ATCS dan VMS. ATCS merupakan sistem pengoperasian waktu
nyala traffic lights berdasarkan kondisi lalu lintas langsung (real time) melalui
pantauan kamera CCTV. VMS adalah rambu lalu lintas elektronik untuk
memberikan informasi pengguna jalan berupa kondisi arus lalu lintas terkini.
Hal ini akan mempermudah pengaturan lalu lintas dengan teknologi yang ada.
Kota-kota lain hendaknya juga menerapkan sistem ATCS dan VMS ini agar
pengaturan lalu lintas lebih efektif dan efisien.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, kota Surakarta seharusnya dapat
mengadaptasi dan mengimplementasikan beberapa kebijakan antara lain :
a. Kota Surakarta untuk mulai merintis upaya perwujudan efisiensi transportasi.
Akan tetapi, apa yang dilakukan oleh Pemerintah Surabaya tidak langsung
bisa ditiru oleh Pemerintah Kota Surakarta. Perlu dilakukan berbagai kajian
sehingga dapat dirumuskan konsep pengembangan transportasi yang efisien
yang cocok diterapkan di Surakarta.
PWK

UNS

2012

Ukuran fisik Kota Surakarta jauh lebih
V- 6

L A P O RA N A K H I R K K L S M A RT C I T Y S U RA B AYA 2 0 1 5
kecil dibandingkan dengan Kota Surabaya, sehingga penerapan monorail dan
tram kurang sesuai jika diterapkan di Kota Surakarta. Kota Surakarta akan
lebih cocok untuk mengembangkan jalur pedestrian yang aman dan nyaman,
karena jarak pusat-pusat aktivitas di Kota Surakarta tidak begitu berjauhan
dan

terjangkau

dengan

menggunakan

sepeda.

Selain

itu

untuk

mengakomodasi kebutuhan perjalanan yang menghubungkan Kota Surakarta
barat-timur dan utara-selatan akan lebih cocok menggunakan bus kota. Oleh
karena

itu,

pemerintah

Kota

Surakarta

perlu

menggagas

konsep

pengembangan transportasi Bicycle Transit Oriented Development.
b. Akses multi moda di Kota Surakarta sendiri telah dihubungkan dengan BST
dan angkutan umum yang telah mengintegrasikan ke stasiun dan bandara
namun dalam implementasinya moda tersebut masih belum memberikan
kenyamanan serta jadwal yang pasti maka dari itu kebijakan di Kota Surakarta
lebih memperbaiki manajemen pelayanannya.
c. Kota Surakarta hendaknya mulai menggunakan teknologi infrastruktur seperti
yang ada di Kota Surabaya yaitu ATCS dan VMS. Hal ini penting karena Kota
Surakarta juga merupakan kota dengan pergerakan lalu lintas yang cukup
sibuk. Sehingga pengadaan infrastruktur tersebut memudahkan pemerintah
dalam menangani masalah-masalah lalu lintas.
5.5 SMART ECONOMY
Kegiatan ekonomi di Kota Surabaya secara garis besar telah mulai menuju
ke penerapan konsep smart city, walaupun belum secara total dilakukan dengan
memanfaatkan

kemajuan

teknologi.

Namun,

komitmen

yang

kuat

dari

Pemerintah Kota Surabaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pemberdayaan potensi masyarakat sendiri menjadi salah satu hal yang
patut dicontoh oleh pemerintah daerah lain. Komitmen tersebut diwujudkan
melalui

program-program

pemerintah

baik

berupa

sosialisasi,

pelatihan,

pembinaan, maupun mitra usaha.
Seperti program pahlawan ekonomi yang bertujuan untuk mengembangkan
UMKM dengan memberdayakan potensi ibu rumah tangga. Para ibu rumah
tangga umumnya tidak memiliki kegiatan lain yang dapat menghasilkan
pemasukan, sehingga melalui program ini para ibu dapat diarahkan untuk
melakukan aktivitas yang mampu menambah pemaskan keluarga. Program ini
pada dasarnya memiliki ide yang sederhana, namun jika dimplementasikan
dengan sungguh-sungguh baik dari pemerintah maupun masyarakat, maka
produktivitas penduduk di wilayah tersebut akan meningkat sehingga penduduk
menjadi mandiri.
PWK

UNS

2012

V- 7

L A P O RA N A K H I R K K L S M A RT C I T Y S U RA B AYA 2 0 1 5
Kemudian untuk kaum muda yang memiliki ide kreatif dan inovatif, tindak
lanjut pemerintah tidak boleh luput untuk mengembangkan dan menstimulasikan
potensi generasi muda tersebut. Seperti dengan adanya program start Surabaya
di Kota Surabaya, kaum muda disediakan wadah untuk berkreasi sekaligus
berbisnis melalui bidang start up, yaitu bisnis yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai basisnya. Kaum muda, sebagai individu yang
masih memiliki pemikiran dan usaha yang kuat dalam meraih sesuatu menjadi
modal

berharga

yang

dimiliki

suatu

wilayah,

karena

akan

menentukan

perembangan wilayah tersebut di kemudian hari.
Kota Surakarta memiliki karakteristik wilayah yang hampir sama dengan
Kota Surabaya, ditinjau dari wilayahnya yang tersusun dari kampung-kampung
kota

serta

jumlah

penduduk

usia

produktif

tergolong

tinggi.

Dari

hasil

pembelajaran penerapan smart economy di Kota Surabaya, sesungguhnya Kota
Surakarta memiliki modal yang lebih kuat, yaitu dengan corak budayanya yang
sangat kental dan banyaknya komunitas-komunitas yang dibentuk berdasarkan
suatu minat tertentu sehingga potensi untuk mengembangkan ekonomi yang
cerdas dan kreatif sangat terbuka lebar. Komitmen pemerintah Kota Surakarta
harus diwujudkan melalui program-program peningkatan ekonomi kerakyatan
yang inovatif, konsisten, dan berkelanjutan dengan turut melibatkan masyarakat
dan komunitas-komunitas yang mendukung kegiatan ekonomi tersebut. Maka
pengembangan ekonomi yang berdasarkan pada potensi masyarakat akan lebih
tepat bila dilakukan melalui pendekatan bottom up, seperti yang diterapkan di
Kota Surabaya.
5.6 SMART PEOPLE
Dari konsep smart people yang sudah dibahas di bab sebelumnya dapat
diambil beberapa pembelajaran penting yang sangat perlu untuk diterapkan
pada kota-kota di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah :
a. Pemanfaatan

teknologi

seperti

penyediaan

jaringan

internet

untu

mempermudah integrasi antar masyarakat.
b. Perhatian khusus dalam peningkatan kualitas pendidikan. Karena aspek utama
dalam pengembangan kota yang baik adalah dari masyarakat kota itu sendiri.
Pendidikan

mengenai

teknologi,

menjadi

salah

satu

trend yang bisa

diterpakan pemerintah untuk menciptakan masyarakat sadar teknologi.
c. Pelatihan kreatifitas masyarakat, hingga memunculkan lokasi-lokasi khusus
yang mempunyai karakteristik kreatifitas berbeda-beda. Sehingga berdampak
positif juga untuk perekonomian masyarakat kota.

PWK

UNS

2012

V- 8

L A P O RA N A K H I R K K L S M A RT C I T Y S U RA B AYA 2 0 1 5
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, kota Surakarta seharusnya dapat
mengadaptasi

dan

mengimplementasikan

beberapa

strategi

yang

telah

diterapkan Kota Surabaya sebagai Smart City antara lain:
a. Peningkatan

kualitas

pendidikan.

Di

Kota

Surakarta

sendiri

kualitas

pendidikannya sudah cukup baik. Apalagi tersebar banyak SMK, sehingga
siswa tidak hanya dibekali pendidikan formal tapi juga skill menuju dunia
kerja. Dalam hal ini yang dapat dicontoh dari Kota Surabaya yaitu dalam
pemberian beasiswa sekolah gratis sampai dengan jenjang SMA sederajat dan
pendidikan teknologi kepada masyarakat secara gratis.
b. Dalam aspek pembedayaan kreatifitas masyarakat. Di Kota Surakarta sudah
banyak komunitas-komunitas kreatif yang sampai menghasilkan poduk jual
selain dari produk batik. Seperti kerajinan aksesoris, sablon, sarung keris,
serabi, dan lain sebagainya. Sayangnya kretifitas-kreatifitas tersebut hanya
terbatas pada sedikit orang. Hal yang dapat dicontoh dari Kota Surabaya
yaitu, membuat komunitas kreatif sampai pada taraf kampung, sehingga
setiap kampng memiliki ciri khas kreatifitas yang berbeda-beda. Dengan
demikian harus ada pelatihan semacam share kreatifitas dalam menciptakan
sebuah produk kreatif ke orang yang lebih banyak. Dalam hal ini pemerintah
juga

harus

memfasilitasi

dan

memikirkan

bagaimana

mekanisme

pemasarannya.

PWK

UNS

2012

V- 9