Akurasi Gejala Klinis Kriteria Task Force Terhadap Indeks Lund-Mackay Tomografi Komputer

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi mukosa yang melapisi hidung

dan sinus paranasalis. Peradangan ini sering bermula dari infeksi virus,
yang karena keadaan tertentu berkembang menjadi infeksi bakterial
dengan penyebab bakteri patogen yang terdapat di saluran napas bagian
atas. Penyebab lain adalah infeksi jamur, infeksi gigi, dan dapat pula
terjadi akibat fraktur dan tumor (Benninger 2007; Cashman, MacMohan &
Smyth 2011).
Rinosinusitis kronik mempunyai prevalensi yang cukup tinggi. Di Eropa,
rinosinusitis kronik diperkirakan mengenai 5-15% dari total populasi
penduduk. Dan diperkirakan 16% dari populasi dewasa penduduk
Amerika Serikat terkena rinosinusitis kronik dan rinosinuitis kronik
merupakan indikasi tersering untuk dilakukan bedah sinus (Cashman,
MacMohan & Smyth 2011; Fokkens et al. 2012).
Insiden kasus baru rinosinusitis pada penderita dewasa yang

berkunjung di Divisi Rinologi Departemen THT RS Cipto Mangunkusumo,
selama Januari – Agustus 2005 adalah 435 pasien (Bubun et al. 2009).
Penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan selama
tahun 2008-2011, dijumpai 111 penderita rinosinusitis kronik yang
menjalani Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (Dewi 2013).
Hwang, et al. (2003) melakukan penelitian terhadap 125 sampel,
menunjukkan adanya hubungan antara gejala rinosinusitis kronik dengan
derajat tomografi komputer sinus paranasalis sesuai skor Lund-Mackay,
dimana diagnosis berdasarkan gejala klinis mengunakan Task Force
hasilnya menunjukkan sensitivitas 89%. Bhattacharya & Lee (2010),
melaporkan

keakuratan

tomografi

komputer

dalam


mendiagnosis

Universitas Sumatera Utara

rinosinusitis kronis berdasarkan skor Lund-Mackay mempunyai nilai
sensitivitas yang tinggi, yaitu 88,7%.
Ahmad et al. (2009) melakukan penelitian terhadap 50 penderita
rinosinusitis kronis, mendapatkan bahwa nilai sensitivitas dan spesifisitas
kriteria Task Force dibandingkan tomografi komputer indeks Lund Mackay
adalah 88% dan 100%. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa Task Force
mempunyai nilai spesifisitas yang tinggi dalam mendiagnosis rinosinusitis
kronik.
Moghadasi et al. (2008) melakukan penelitian terhadap 50 penderita
rinosinusitis kronis, mendapatkan bahwa semakin tinggi nilai skor gejala
klinis maka gambaran rinosinusitis akan semakin tampak pada tomografi
komputer.
Bubun et al. (2009) melakukan penelitian yang serupa kepada 53
orang penderita rinosinusitis kronik, didapatkan bahwa ada hubungan
bermakna antara gejala dan tanda rinosinusitis kronik dengan gambaran
tomografi komputer sinus paranasalis. Setiadi (2009) melakukan penelitian

yang serupa kepada 41 kasus, dimana pada penelitian tersebut
didapatkan bahwa ada hubungan antara gejala klinik dan lama sakit
dengan indeks Lund-Mackay tomografi komputer sinus paranasalis
penderita rinosinusitis kronik. Amaruddin et al. (2005) melakukan
penelitian terhadap 22 orang dan didapatkan kesimpulan bahwa gejalagejala rinosinusitis kronis mempunyai korelasi bermakna dengan hasil
tomografi komputer.
Kriteria gejala klinis yang direkomendasikan dan sering digunakan
untuk penelitian adalah kriteria Task Force (Busquets & Hwang 2006).
Di Indonesia, masih banyak rumah sakit dan pusat kesehatan yang
belum memiliki fasilitas tomografi komputer dan kalaupun tersedia, tidak
semua pasien mampu membayarnya, sehingga penentuan diagnosis dan
evaluasi hasil terapi lebih sering berdasarkan gejala dan tanda klinik.
(Amaruddin et al. 2005).

Universitas Sumatera Utara

Mengingat pentingnya penegakkan diagnosis rinosinusitis kronik yang
lebih awal dan sampai saat ini di RSUP H. Adam Malik Medan belum ada
data tentang akurasi gejala klinik kriteria Task Force maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana akurasi gejala klinis
kriteria Task Force terhadap indeks Lund-Mackay pada penderita
rinosinusitis kronik di RSUP H. Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi gejala klinis
berdasarkan kriteria Task Force terhadap indeks Lund-MacKay tomografi
komputer.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi penderita rinosinusitis kronik
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.
2. Mengetahui distribusi frekuensi penderita rinosinusitis kronik
berdasarkan pekerjaan.
3. Mengetahui distribusi frekuensi penderita rinosinusitis kronik
berdasarkan gejala mayor dan gejala minor kriteria Task Force.
4. Mengetahui distribusi frekuensi variasi anatomi penderita
rinosinusitis kronik berdasarkan gambaran tomografi komputer
sinus paranasalis.

5. Mengetahui distribusi frekuensi variasi anatomi penderita
rinosinusitis kronik berdasarkan jenis kelamin
6. Mengetahui distribusi frekuensi lokasi dan jumlah sinus
paranasalis yang terkena pada penderita rinosinusitis kronik.
7. Mengetahui

distribusi

frekuensi

sebaran

atap

etmoid

berdasarkan klasifikasi Keros.

Universitas Sumatera Utara


8. Mengetahui distribusi frekuensi sebaran atap etmoid klasifikasi
Keros berdasarkan jenis kelamin .
9. Mengetahui distribusi frekuensi indeks Lund-Mackay pada
penderita rinosinusitis kronis.
10. Mengetahui distribusi frekuensi antara Indeks Lund-Mackay
dengan jenis kelamin.
11. Mengetahui distribusi frekuensi skor gejala klinis kriteria Task
Force dengan indeks Lund-Mackay tomografi komputer.
12. Mengetahui akurasi gejala klinis kriteria Task Force terhadap
indeks Lund-Mackay tomografi komputer sinus paranasalis.
1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat antara lain :
1. Dapat memberikan informasi tentang akurasi gejala klinis kriteria
Task Force penderita rinosinusitis kronis terhadap tomografi
komputer.

Dengan diketahuinya akurasi gejala klinis (Task


Force) dalam menegakkan rinosinusitis kronis berdasarkan
gambaran tomografi komputer sinus paranasalis potongan
koronal, maka penegakan diagnosis berdasarkan gejala klinis
sesuai kriteria Task Force dapat dijadikan acuan dalam kondisi
tomografi komputer tidak tersedia.
2. Dengan mengetahui karakteristik penderita rinosinusitis kronis,
terutama untuk sebaran atap etmoid berdasarkan klasifikasi
Keros, maka klinisi dapat menjadikan panduan operasi dalam
melakukan tindakan bedah sinus endoskopik fungsional.

Universitas Sumatera Utara