Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Holdingisasi Bumn

BAB II
TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GCG) DALAM
PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

A. Pengertian Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
Pada dasarnya setiap perusahaan selalu dikehendaki agar pengelolaannya
dapat dilakukan dengan baik. Arti baik disini adalah, setiap personel perusahaan
dapat mengerjakan pekerjaannya dengan benar dan profesional, pekerjaannya
dilakukan dengan tepat waktu dan hubungan antar personel didalam perusahaan
berjalan

dengan

lancar

serta

hubungan

perusahaan


dengan

masyarakat

dapatmemberikan kepuasan dalam pelayanannya.
Untuk itu diperlukan adanya suatu tatanan yang disebut Tata Kelola
Perusahaan yang Baik atau lebih dikenal dengan istilah Good Corporate Governance
(GCG). Inti dari tata kelola tersebut adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam
menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai
wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan meliputi Pemegang saham,
Dewan Komisaris, Komite, Direksi, Pimpinan Unit dan Karyawan.
Secara umum istilah Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) merupakan sistem pengendalian dan pengaturan dalam pengelolaan

Universitas Sumatera Utara

perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak/organ
yang mengurus perusahaan, maupun ditinjau dari prinsip-prinsip yang terkandung
dari mekanisme pengelolaan itu sendiri.
Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian corporate governance,

dibawah ini dikutip pengertian corporate governance dari berbagai sumber :
1.

Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai: 162
”Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan
antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk
menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada
stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik,
Direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.”

2. The Organisation for Economic Coperation and Development (OECD)
mendefinisikan corporate governance sebagai: 163
“Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board,
pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur
perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate
governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan
manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan
dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga

mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.”
3.

Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 mendefinisikan tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance) sebagai: 164

162

Indra Suryadan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance
Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 2425.
163
Ibid, hlm. 25.

Universitas Sumatera Utara

“Prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan
perusahaan berlandaskan peraturan peraturan perundang-undangan dan etika
berusaha.”
4.


Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefenisikan
corpotare governance sebagai berikut : 165
“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kerditor, pemerintah, karyawan serta
para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban ataudengan kata lain suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporarate Governance ialah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholder).”

5.

Good Corporate Governance Workship Kantor Meneg PM BUMN, Desember
1999 mendefinisikan GCG sebagai berikut: 166
“Good Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan
yang efektif yang bersumber dari budaya perusahan, etika, nilai, sistem,
proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk
mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, peneglolaan sumber
daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif serta penenggung jawaban
perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya.”


6.

IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance, pengertian GCG
adalah: 167
“Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) adalah
struktur, sistem dan proses dalam pengelolaan perusahaan kearah
peningkatan kemakmuran dan pertanggung jawaban perusahaan dengan
tujuan akhir mewujudkan nilai jangka panjang pemegang saham dengan
164

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011 pasal 1 ayat

(1).
165

http://muc-advisory.com/tag/forum-for-corporate-governance-in-indonesia-fcgi/ diakses
pada tanggal 5 desember 2016 pukul: 13.05 WIB
166


Iman Sjahputra Tunggal, Membangun Good Corporate Governance (Jakarta: Harvindo,
2002) hlm.12.
167
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

7.

tetap menjaga kepentingan berbagai pihak yang terkait (stakeholder).
Struktur merupakan satu kesatuan tatanan wewenangan dan tanggung jawab
dalam hal pengambilan keputusan. Sistem adalah merupakan suatu landasan
operasional yang menjadi dasar mekanisme check and balance kewenangan
atas penggelolaan perusahaan yang dapat mengantisipasi peluang yang
menyimpang. Proses merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam menentukan tujuan dan
saran, pencapaian, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja.”
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), pengertian GCG adalah: 168
“Good Corporate Governance adalah salah satu pilar dari ekonomi pasar.
Coporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap

perusahaan yang yang melaksanakannya maupun iklim usaha disuatu negara.
Penerapan GCG ini mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif.”
Berdasarkan defenisi-defenisi diatas dapat kita simpulkan bahwa corporate

governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholder) atau dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate
governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah
terjadinya kesalahan - kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan untuk
memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan
segera. 169

168

http://muc-advisory.com/tag/komite-nasional-kebijakan-governance-knkg diakses pada
tanggal 6 maret 2017 pukul: 10.00 WIB.
169
Iman Sjahputra Tunggal, Op.Cit, hlm. 12.


Universitas Sumatera Utara

B. Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Dalam konteks tumbuhnya kesadaran dan arti penting Corporate
Governance ini, Organization for Economic Corporation and Development (OECD)
telah mengembangkan sperangkat prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan
dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi,
dimasing-masing negara. 170
Prinsip-prinsip diharapkan menjadi titik rujuk bagi para regulator
(pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan corporate governance.
Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat menjadi guidance
atau pedoman dalam mengelaborasi best practice bagi peningkatan nilai (valuation)
dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan. 171
Prinsip-prinsip OECD mencakup lima bidang utama yaitu : 172
1.

Pertanggungjawaban (Responsibility).
Yaitu kesesuaian di dalam pengelolahan perusahaan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi. Tanggung jawab

perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham juga kepada stakeholder
tetapi juga kepada pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
2.

Transparansi (Transparency)

170

Ibid, hlm. 49.
Ibid.
172
“Good Corporate Governance” http://www.bpkp.go.id/index.php?idunit=21&idpage=326
diakses tanggal 5 desember 2016 pukul: 14.00 WIB.
171

Universitas Sumatera Utara

Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai
perusahan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan

dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan mengena
struktur dan operasi korporasi.
3.

Akuntabilitas (Accountability)
Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan tanggung jawab organ sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Perusahaan harus dapat
mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
4.

Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang

timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kesetaraan dan kewajaran.
5.


Independensi (Independency)
Yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undang yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat.
Untuk melancarkan pelaksanaan asas tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance), perusahaan harus dikelola secara independen

Universitas Sumatera Utara

sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain. Prinsip-prinsip diatas terkait langsung dengan
permasalahan yang dihadapi dunia usaha pada umumnya yakni masalah korupsi dan
ketidak jujuran, tanggung jawab sosial dan etika korporasi, tata kelola sektor publik,
dan reformasi hukum.
Menurut Moh. Zakarsy, setiap perusahaan harus melaksanakan praktik Good
Corporate Governance pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan.
Prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan tersebut adalah sebagai berikut: 173
1.

Transparansi (Transparancy)
Untuk menjaga obyektifitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus menyediakan informasi
secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan. Informasi
yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta
anggota keluarganya dalam perusahaandan perusahaan lainnyayang memiliki
benturan kepentingan, sistem manajemen

risiko, sistem pengawasan, dan

pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan
kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. Prinsip keterbukaan

173

Moh. Wahyudin Zarkasy, Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur,
Perbankan, dan Jasa Keuangan lainnya, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 41.

Universitas Sumatera Utara

yang dianut okeh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan
kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan,
rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara
proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
2.

Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan

dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Perusahaan harus menetapkan
rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua
karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua
karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
perannya dalam melaksanakan GCG. Perusahaan harus memastikan adanya sistem
pengendalian internal yang efektifn dalam pengelolaan perusahaan. Perusahaan harus
memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan nilainilai perusahaan serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi.
3.

Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan

harus

mematuhi

peraturan

perundang-undangan

serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang. Organ perusahaan harus
berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan

Universitas Sumatera Utara

peraturan perundang-undangan,

anggaran

dasar,

dan peraturan perusahaan.

Perusahaan harus melaksanakan tanggungb jawab sosial dengan antara lain peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama disekitar perusahaan
dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
4.

Independensi (Independency)
Dalam menerapkan prinsip independensi perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Masing-masing organ perusahaan harus
menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau
tekanan, sehingga pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif. Setiap organ
perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan anggaran dasar dan
peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar
tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian
internal yang efektif.
5.

Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Dalam

melaksanakan

kegiatannya,

perusahaan

harus

senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. Perusahaan harus memberikan
kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan
menyampaikan pendapat bagi kepentinga perusahaan serta membuka akses terhadap
informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-

Universitas Sumatera Utara

masing. Perusahaan harus memberikan perlakuan yangs etara dan wajar kepada
pemangku kepentingan serta perlakuan yang sama pada setiap karyawan dalam
melaksanakan tugasnya.
Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik menurut Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) adalah sebagai berikut: 174

1. Transparency (Transparansi)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

174

http://www.apb-group.com/rujukan-gcg-dan-prinsip-tarif/ diakses pada tanggan 6 Maret
2017 pukul: 11.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara

3. Responsibility (Responsibilitas)

Perusahaan

harus

mematuhi

peraturan

perundang-undangan

serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan
sebagai good corporate citizen.

4. Independency (Independensi)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Fairness (Kewajaran dan Kesetaraan)

Dalam

melaksanakan

kegiatannya,

perusahaan

harus

senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

C. Tujuan dan Manfaat Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance)
1.

Tujuan Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Penerapan Prinsip Tata kelola Perusahaan yang Baik (GCG) dalam dunia

usaha saat ini merupakan suatu tuntutan agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat

Universitas Sumatera Utara

tetap eksis dalam persaingan global. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
pada Badan Usaha Milik Negara bertujuan untuk: 175

a. Mengoptimalkan nilai perusahaan agar perusahaan memliki daya saing yang
kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu
mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai
maksud dan tujuan perusahaan.
b. Mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, efisien dan efektif,
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ
perusahaan.
c. Mendorong agar organ perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan serta kesadaran akan adanya
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pemangku kepentingan maupun
kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan.
d. Meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional.
e. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.

Adapun tujuan penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik menurut
Siswanto Sutojo dan E. John Aldrige mempunyai lima tujuan yaitu: 176

175

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang
Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Badan Usaha Milik Negara,Pasal 4.

Universitas Sumatera Utara

a.

Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham;

b.

Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non pemegang
saham

c.

Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham

d.

Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus atau Board of
Directors dan manajemen perusahaan

e.

Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior
perusahaan

2.

Manfaat Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG)

Dengan melaksanakan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance), menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia FCGI ada
beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain: 177

a.

Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan,
serta lebih meningkatkan pelayanan pada stakeholder.

b.

Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak
rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya meningkatkan
corporate value.
176

Siswanto Sutojo dan E. John Aldrige, Good Corporate Governance Tata Kelola
Perusahaan yang Sehat, (Jakarta: 2005, Damar Mulia Pustaka), hlm. 5.
177
Forum For Corporate Governanve in Indonesia, Tata Kelola Perusahaan, (Jakarta: Seri
Tata Kelola Perusahaan. Jilid I, Edisi ke-3), hlm. 22.

Universitas Sumatera Utara

c.

Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.

d.

Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus
akan meningkatkan shareholder value dan deviden.

Menurut (Hery dalam Tadikapury, 2010) ada 5 (lima manfaat) yang
diperoleh perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance yaitu: 178

1.

GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya
perusahaan ke arah yang lebih efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan
turut membantu terciptanya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional.

2.

GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional, dalam hal
menarik modal investor dengan biaya yang lebih rendah dengan perbaikan
kepercayaan investor dan kreditur domestik maupun internasional.

3.

Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan atau menjamin bahwa
perusahaan telah taat pada ketentuan, hukum,dan peraturan.

4.

Membangun manajemen dan corporate board dalam pemantauan penggunaan
aset perusahaan.

5.

Mengurangi korupsi.

Dari tujuan dan manfaat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan
yang menerapkan GCG akan selalu melindungi kepentingan pemegang saham dan
178

http://danisapujiati94.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-prinsip-prinsip-manfaat-dan.html
diakses pada tanggal 5 desember 2016 pukul: 16.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan perusahaan dan selalu melaksanakan
kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan perekonomian
perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan publik kepada
perusahaan tersebut.

D. Sumber Hukum Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di
Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997, saat krisis ekonomi menerpa
Indonesia. Terdapat banyak akibat buruk dari krisis tersebut, salah satunya ialah
banyaknya perusahaan yang berjatuhan karena tidak mampu bertahan. Corporate
Governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi
politik Indonesia yang dimulai tahun 1997. Menyadari kondisi dan situasi demikian,
pemerintah melalui Kementrian Negara BUMN mulai memperkenalkan prinsip Good
Corporate Governance ini dilingkungan BUMN. Melalui Surat Keputusan Menteri
BUMN No. Kep- 117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan
Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, kemudian
Keputusan Menteri tersebut diperbaharui dan pada tanggal 01 Agustus 2011
ditetapkan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER/01/MBU/2011
tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)
pada Badan Usaha Milik Negara yang menekankan kewajiban bagi BUMN untuk
menerapkan

Tata Kelola Perusahaan yang Baik secara konsisten dan atau

Universitas Sumatera Utara

menjadikan prinsip- Tata Kelola Perusahaan yang Baik sebagai landasan
operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. 179

Pemerintah memberikan dorongan yang sangat kuat terhadap implementasi
GCG di Indonesia. Bukti dari kepedulian pemerintah dapat dilihat dari dibuatnya
berbagai regulasi yang mengatur tentang GCG. Berawal dari Dibentuknya Komite
Nasional tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan
Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG.
Menerbitkan Pedoman GCG Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sebagai pengganti KNKCG
melalui

Surat

Keputusan

Menko

Bidang

Perekonomian

Nomor:

KEP/49/M.EKON/11/2004. Terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite
Korporasi. Kemudian juga dikeluarkan SE Ketua Bapepam Nomor Se-03/PM/2000
tentang Komite Audit yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh
setiap Emiten, dan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang GCG
yang dirubah dengan PBI No. 8/14/GCG/2006. 180

179

https://alamsyahprasetio.wordpress.com/2010/10/28/pelaksanaan-good-corporategovernance-di-indonesia/ diakses pada tanggal 6 desember 2016 pukul: 10.00 WIB
180
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Komitmen GCG juga diberlakukan pada sektor swasta non-BUMN. Pada
tahun 2000, Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) memberlakukan
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000 tentang
Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban
mempunyai Komisaris Independen, Komite Audit, memberikan peran aktif Sekretaris
Perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi serta mewajibkan
perusahaan tercatat untuk menyampaikan informasi yang material dan relevan. Selain
itu juga dibentuknya berbagai organisasi dan perkumpulan yang mendukung
pelaksanaan dari GCG itu sendiri seperti. Lahirnya Forum for Corporate Governance
in

Indonesia

(FCGI),

Governance (IICG), Indonesian Institute

Indonesian Institute
for

Corporate

for

Corporate

Directorship

(IICD),

Indonesia Corporate Secretary Association (ICSA), Ikatan Komite Audit Indonesia
(IKAI), Asosiasi Auditor Internal (AAI), Klinik GCG Kadin, dan lahirnya Lembaga
Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI) yang kegiatannya antara lain mengadakan
Forum LKDI untuk membahas berbagai hal seperti tanggung jawab hukum bagi
Komisaris dan Direksi, undang-undang pencucian uang dan sebagainya.

Disektor perbankan penerapan tata kelola perusahaan yang baik juga diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 juncto Nomor 8/14/PBI/2006
tentang Pelaksanaan Good Corrporate Governance di Bank Umum dan juga terdapat
pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola pada Bank Umum.

Universitas Sumatera Utara

E. Tata Kelola Perusahaan yang Baik dalam Perundang-undangan di Indonesia

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) terdapat di beberapa hukum
perusahaan yaitu:

1.

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN
Untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masalah jatuh-bangun sistem

korporasinya dipandang bukan karena salah urus, tetapi semata-mata hanya soal
political will dari pemerintah. Sebab, dalam praktik pengelolaan BUMN sarat dengan
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ada begitu banyak kepentingan yang melingkupi
BUMN. Aparat pemerintah dapat mengeksploitasi posisinya dari dalam maupun dari
luar perusahaan untuk memperkaya diri sendiri atau kroninya. Menyadari kontribusi
badan-badan usaha Negara terhadap keterpurukan keuangan dan moneter Negara
sangat signifikan. 181 Untuk mengatas hal tersebut pada tahun 1999 Menteri Badan
Usaha Milik negara mengeluarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
BUMN Nomor Kep-133/M-PBUMN/1999 tentang Pembentukan Komite Audit bagi
BUMN dimana Komite Audit bertugas untuk membantu Dewan Komisaris untuk
memenuhi tanggung jawab pengawasannya. Kemudian pada tahun 2000 Menteri
BUMN kembali mengeluarkan Surat Edaran Menteri PM-PBUMN No. S-106/M
PM.PBUMN/2000 tanggal 17 April 2000 perihal Kebijakan Penerapan Corporate
Governance yang baik di semua BUMN.

181

Akbar Faizal Tanri Abeng Menjawab: Profesional Versus Politik (Jakarta: Alexindo
Media Komputindo, 2002), hlm. 4

Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal 4 Juni 2002 tentang pembentukan Komite Audit bagi Badan
Usaha Milik Negara, peraturan Komite Audit ini ditindak lanjuti dengan
memberlakukan Keputusan Mentri BUMN nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1
Agustus 2002. Dalam peraturan ini corporate governance diatur lebih komperehensif
dibandingkan dengan institusi lain. Setiap BUMN diwajibkan untuk menerapkan
corporate governance secara baik, konsisten, dan atau menjadikannya sebagai
landasan operasionalnya. 182
Pada tahun 2011 Keputusan Menteri BUMN mengenai penerapan GCG
kembali disempurnakan dan diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara. Pada Peraturan Menteri ini menjelaskan secara komperhensif bagaimana
peran setiap jenjang organ BUMN yaitu Pemegang saham, Dewan Komisaris,
Direksi, Komite Audit, Sekretaris Perusahaan dalam mengimplementasikan prinsipprinsip GCG.
2.

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada Hukum Perbankan.
Dalam pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia

dinyatakan, untuk terciptanya kondisi yang mendukung implementasi Good
Corporate Governance yang efektif, salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab
pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang -undangan
yang memungkinkan dilaksankannya Good Corporate Governance secara efektif.
182

Ibid, hlm. 108.

Universitas Sumatera Utara

Selain itu pemerintah dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan
bahwa penegakan hukum (law enforcement) dilakukan secara serius. Disisi lain,
sebagai subjek Good Corporate Governance bank perlu menerapkan standar
akuntansi dan standar audit yang sama dengan standar yang berlaku umum serta
melibatkan auditor eksternal dalam proses audit. Tujuannya supaya diperoleh ukuran
yang sama dengan ukuran ditempat lain. Dengan demikian, stakeholder dapat
berharap akan interpretasi yang sama atas fenomena-fenomena yang sejenis. Sebab
pada dasarnya persoalan Good Corporate Governance adalah persoalan tanggung
jawab perusahaan terhadap stakeholder. Pada bidang perbankan, misalnya antara lain
adalah Peraturan Bank Indonesia nomor2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum. Dalam
peraturan ini diatur kriteria

yang wajib dipenuhi calon anggota Direksi dan

Komisaris bank umum, serta batasan transaksi yang diperbolehkan atau dilarang
dilakukan pengurus bank. Melalui penerapan peraturan itu diharapkan dapat
dieliminasi penyimpangan operasi bank yang dilakukan oleh Direksi dan Komisaris,
maupun yang bukan interest perseroan (Bank). Dengan semakin kompleksnya risiko
yang dihadapi bank, melindungi kepentingan stakeholders, meningkatkan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan nilai-nilai etika yang
berlaku umum pada industri perbankan serta peningkatan kualitas pelaksanaan good
corporate governance untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional sesuai
dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) maka diberlakukanlah Peraturan Bank

Universitas Sumatera Utara

Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 juncto Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan
Good Corrporate Governance di Bank Umum. 183
Selain Peraturan Bank Indonesia, penerapan GCG pada perbankan juga
diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola pada Bank
Umum. Pada peraturan OJK ini pada Pasal 2 ayat (1) menegaskan bahwa setiap Bank
wajib menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik pada seluruh
tingakatan atau jenjang organisasi. Kemudian didalam Pasal 2 ayat (2) mengatur
bahwa penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik paling sedikit diwujudkan
dalam:
a.

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris

b.

Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern

3.

c.

Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern, dan audit ekstern.

d.

Penerapan manajemen risiko

e.

Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar

f.

Rencana strategis, dan

g.

Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada Perseroan Terbatas

183

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Undang-Undang PT nomor
4 tahun 2007 menganut model yang membedakan tugas dan kewenangan direksi
dengan komisaris. Untuk menyesuaikan implementasi GCG, Peraturan tentang
Perseroan Terbatas memiliki ruang lingkup kedudukan dan tanggung jawab
komisaris, direksi, dan para pemegang saham. Mengingat bahwa dalam prinsip
pengelolaan usaha yang baik pengaturan tanggung jawab dari setiap organ yang ada
dalam PT akan mempengaruhi desain kewenangan dan tanggung jawab yang
ditetapkan didalam Anggaran Dasar. Tanpa adanya direksi dan komisaris suatu PT
tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai sebuah institusi/badan yang melakukan
aktivitas usaha untuk mencari keuntungan ekonomis. Agar direksi dalam
melaksanakan tugasnya tidak melampaui wewenangnya maka dilakukan pengawasan
oleh dewan komisaris dan dibatasi oleh RUPS sebagai pemilik perseroan melalui
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UUPT. 184
4.

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada Pasar Modal
Dalam strategi pengembangan umum pasar modal Indonesia oleh Badan

Pengawas Pasar Modal disadari bahwa salah satu penyebab rentannya perusahaanperusahaan di Indonesia terhadap gejolak perekonomian adalah lemahnya penerapan
Good Corporate Governance dalam perusahaan. Kondisi tersebut ditandai dengan
standar laporan yang minimal tentang kinerja keuangan perusahaan, khususnya
tentang kewajiban utang piutang, tidak ada direktur Independen dan diragukannya
independensi auditor. Disamping itu mekanisme yang mendorong perusahaan untuk
184

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Op.cit, hlm. 114

Universitas Sumatera Utara

mentaati peraturan dan penegakan hukum masih kurang. Sanksi yang diberikan
kepada mereka yang melanggar peraturan tidak memadai terutama pada situasi
ekonomi yang tidak menguntungkan. Agar pelaksanaan Good Corporate Governance
dapat dimengerti maka perlu dicermati keempat aspek tersebut yaitu aspek kewajaran,
transparansi, akuntabilitas dan tanggung jawab. Untuk menunjang pemulihan bidang
pasar modal yang turut porak poranda dihantam badai krisis tahun 1997 juga
diterbitkan serangkaian peraturan yang bersangkutan dengan corporate governance.
Lembaga komisaris independen mapun komite audit mendapat respon yang paling
apresiatif dari otoritas pasar modal. Adanya keharusan dalam perusahaan publik
untuk memiliki komisaris independen dan komite audit diatur dalam Surat Edaran
Ketua Bapepam nomor SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000. Ketentuan ini
dijabarkan lebih lanjut dalam Surat Edaran BEJ nomor SE-005/BEJ/09-2001 juncto
Surat Direksi BEJ nomor Kep 339/BEJ/07-2001 tanggal 20 Juli 2001, Peraturan I-A.
Dalam kedua peraturan ini diatur tata cara pemilihan, syarat- syarat yang wajib
dipenuhi oleh calon komisaris independen, tugas dan tanggung jawabnya dalam
perusahaan publik. 185
Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia telah diperkuat dengan
kapastian hukum, dengan lahirnya peraturan perundangan antara lain :
1.

Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan
Badan Usaha Milik Negara No. Kep-23/PM PBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000

185

Ibid, hlm. 113.

Universitas Sumatera Utara

Tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance (GCG) dalam
Perusahaan Perseroan.
2.

Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1
Agustus 2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Milik Negara.

3.

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/20011
tentang Penerapan Tata Kelola Peusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) pada Badan Usaha Milik Negara

4.

Surat Edaran Menteri PM-PBUMN No. S-106/M PM.PBUMN/2000 tanggal 17
April 2000 perihal Kebijakan Penerapan Corporate Governance yang baik di
semua BUMN.

5.

Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 518/S-KU/2000 tanggal 2
Oktober 2000 perihal Pelaksanaan GCG dan Instruksi Untuk Pembentukan Tim
Perumus Panduan Penerapan GCG.

6.

Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 520/S-KU/2000 tanggal 2
Oktober 2000 perihal Pembentukan Komite Audit. 9. Keputusan Direksi PT Pos
Indonesia (Persero) No.81/Dirut/1201 tanggal 27 Desember 2001 Tentang
Gerakan Moral Pos Indonesia. BTP (Bersih, Transparan dan Profesional

7.

Peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 juncto nomor 8/14/PBI/2006
tentang Pelaksanaan Good Corrporate Governance di Bank Umum

8.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola pada Bank Umum.

Universitas Sumatera Utara