PERAN STRATEGIS KEPALA SEKOLAH DI ERA GLOBALISASI

PERAN STRATEGIS KEPALA SEKOLAH DI ERA GLOBALISASI
(Dimuat dalam Educare No.12/IV/Maret 2008)
Oleh : FX. Gus Setyono*

Kepala sekolah memiliki dua peran yang sangat strategis terhadap perkembangan lembaga
pendidikan, yaitu sebagai “pendidik” dan sebagai seorang “profesional” yang memimpin lembaga
pendidikan. Karena perannya yang strategis, maka berbagai kebijakan yang dikeluarkan menyangkut
dua hal tersebut, dapat memberikan dampak yang sangat besar terhadap berkembang atau
jatuhnya lembaga pendidikan yang dipimpin.
Dalam kaitan ini, kepala sekolah memiliki tanggung jawab secara profesional dan moral, baik kepada
tingkat manajemen di atasnya (yayasan atau pemerintah) maupun kepada seluruh anggota
komunitas sekolah yang dipimpinnya.
Dua peran yang sangat penting itu menyebabkan seorang kepala sekolah dituntut memiliki karakter
seorang pendidik, sekaligus karakter seorang pemimpin. Selaku pendidik, tanggung jawab kepala
sekolah bukan hanya mendidik para siswa, namun juga seluruh jajaran sub-ordinate di bawahnya,
dalam hal ini adalah para guru, petugas administrasi (TU), bahkan penjaga sekolah atau tukang
kebun.
Tentunya kalau menyangkut sub-ordinate, pendidikan yang diberikan bukanlah pengetahuan praktis
tentang ilmu-ilmu terapan (mata pelajaran) yang sudah dikuasai para guru, melainkan menyangkut
improvement Sumber Daya Manusia (SDM), yang salah satunya adalah mengenai perkembangan
teknologi. Sehubungan hal ini, seorang kepala sekolah tidak boleh ketinggalan dengan

perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi.
Di era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan yang sangat dahsyat di bidang Information and
Communication Technology (ICT), kepala sekolah memiliki tugas ekstra. Tugas tersebut adalah
mengenalkan seluruh anggota komunitas sekolah terhadap berbagai macam teknologi komunikasi
dan informasi (tidak hanya menyangkut komputer). Termasuk didalamnya adalah menjaga agar
mereka tidak ketinggalan dan asing atas perkembangan teknologi-teknologi tersebut, sehingga perlu
diupayakan penyediaan berbagai perangkat teknologi oleh sekolah.
Di samping itu, karena penguasaan terhadap teknologi merupakan salah satu cara untuk meraih
kemajuan bangsa, maka kepala sekolah bersama staf pengajar lainnya juga mesti menyusun
berbagai program yang tujuannya membentuk peserta didik mampu menciptakan serta
mengembangkan teknologi. Sehingga kepala sekolah – melalui kebijakan-kebijakannya -- harus
dapat mengarahkan berbagai aktivitas dalam belajar-mengajar maupun kegiatan-kegiatan lainnya
agar dapat membentuk kreativitas dan kemampuan menciptakan ide-ide segar.
Program-program khusus yang dapat dimasukkan dalam kegiatan belajar-mengajar ini bertujuan
untuk memupuk kekayaan intelektual anak didik, sehingga mereka memiliki kemampuan tinggi
dalam bidang teknologi. Hal ini karena anak didik adalah generasi penerus bangsa sehingga
merekalah yang memikul beban memajukan bangsa ini di masa depan.
Namun, yang tidak kalah penting adalah kewajiban kepala sekolah dalam membuat programprogram yang intinya dapat menciptakan keselarasan antara kekayaan intelektual dengan kekayaan
moral anak didik. Dengan demikian peserta didik tidak hanya dijejali dengan aktivitas-aktivitas yang


dapat membangun kompetensi serta pengetahuan untuk mencipta teknologi.
Perlu juga dalam berbagai aktivitas belajar-mengajar maupun kegiatan lainnya ditanamkan berbagai
nilai-nilai yang bisa menjadi “pagar”, sehingga penciptaan dan pengembangan teknologi tidak
menerabas keberpihakan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan merusak harmonisasi kehidupan.
Keorganisasian
Terkait dengan profesionalismenya di lembaga pendidikan, seorang kepala sekolah juga dituntut
memahami ilmu keorganisasian dalam menjalankan roda organisasi pendidikan yang dipimpinnya.
Organisasi formal, menurut William G. Scott, adalah suatu sistem mengenai aktivitas-aktivitas yang
dikoordinasikan dari sekelompok orang yang bekerja sama ke arah suatu tujuan bersama, di bawah
wewenang dan kepemimpinan (Sutarto, 2006). Berpijak pada pengertian ini, seorang pimpinan –
termasuk kepala sekolah – mesti dapat mengerakkan dan mengkoordinir anggota-anggotanya
dalam segala aktivitas demi mencapai tujuan bersama.
Tujuan bersama dalam sebuah lembaga pendidikan dapat disusun dalam bentuk visi dan misi. Visi
dan misi diterjemahkan atau dijabarkan dalam bentuk target-target serta action plan (rencana
kegiatan) yang dijadualkan untuk dilaksanakan setiap bulan. Dalam menyusun visi dan misi, target
serta action plan – yang dikenal dengan program kerja -- inilah dibutuhkan kepiawaian seorang
kepala sekolah untuk mengkoordinir seluruh bawahan, dengan pembagian tugas serta wewenang
yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh setiap bawahannya.
Setelah berhasil menyusun program kerja, langkah berikutnya yang tidak kalah penting adalah
menggerakkan seluruh komponen organisasi agar dapat seiring, sependapat dan bekerja sama

dengan semangat persaudaraan untuk mencapai seluruh target dalam program kerja.
Development Dan Kaderisasi
Tugas seorang pemimpin organisasi dalam mengoptimalkan semua potensi anggotanya memang
tidak mudah. Diperlukan pengetahuan mengenai ilmu manajemen agar dapat me-manage
organisasinya.
Salah satu yang penting dalam manajemen organisasi adalah development terhadap SDM yang ada.
Hal ini menyangkut era globalisasi yang membawa dampak pada tingkat kompetisi yang juga tinggi,
termasuk pada lembaga pendidikan. Agar siap berkompetisi, maka SDM yang ada mesti dibekali
dengan berbagai keahlian dan ketrampilan. Implementasinya bisa dengan cara diikutkan training
baik mengenai ketrampilan maupun kepemimpinan.
Bila pelaksanaan training eksternal (memanfaatkan lembaga training dari luar organisasi)
membutuhkan biaya yang cukup besar, maka dapat disiasati dengan training internal. Training
internal adalah pelaksanaan pelatihan yang dilakukan sendiri di dalam area lembaga, dan diberikan
oleh anggota organisasi sendiri. Misalnya ada seorang guru yang memiliki keahlian pada bidang
tertentu, maka dapat ditularkan kepada guru yang lain, dalam sebuah forum training (tidak secara
pribadi).
Selain menghemat biaya pelatihan, manfaat dari training internal ini sangat besar. Yang terutama
adalah berimbangnya kemampuan para guru atau staf, sehingga tidak mengalami hambatan dalam
berkoordinasi dan bekerjasama. Sebab kalau ada keahlian seorang anggota yang lebih menonjol –
dalam arti dominan – dan akhirnya mendominasi aktivitas organisasi, maka kebersamaan


(kekompakan) dan koordinasi bisa mengalami ketimpangan.
Satu hal yang perlu dipikirkan seorang kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang
memperhatikan kelangsungan organisasi di masa depan, adalah masalah kaderisasi. Jangan sampai
setelah dirinya tidak lagi menjabat, tidak ada lagi generasi penerus yang mampu memimpin,
sehingga menyebabkan jatuhnya sekolah yang bersangkutan. Karena pentingnya program ini, ada
baiknya keberhasilan proses kaderisasi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan (prestasi) seorang
kepala sekolah.
Seperti telah diketahui, program kaderisasi merupakan suatu program kegiatan dalam rangka
mempersiapkan calon pemimpin sebuah organisasi. Pelaksanaannya dapat berupa pemberian
wewenang khusus atau pemberian porsi pekerjaan lebih berat bersifat improvement, yang
sebelumnya menjadi tanggung jawab sang pemimpin.
Sebelum melaksanakan program ini, kepala sekolah harus memilih siapa-siapa yang akan dikader.
Pemilihan kandidat didasarkan pada kecakapan di bidang kepemimpinan, seperti : prestasi kerja,
memiliki visi yang jelas, ketajaman intuisi, kemampuan berkomunikasi dan mengkoordinasi,
kestabilan emosional, keluhuran akhlak atau budi pekerti, serta kebijaksanaan.
Seorang calon pemimpin memang tidak harus menguasai suatu bidang keahlian, tetapi dia harus
mengerti semua bidang dan mampu menggerakkan orang lain yang menguasai bidang tersebut.
Dengan memiliki seorang kepala sekolah yang bisa berperan sebagai pendidik dan pemimpin yang
mampu mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang kondusif terhadap perkembangan organisasi

pendidikan, diharapkan lembaga pendidikan dapat survive dan berkembang bukan hanya pada
masa sekarang namun juga di masa mendatang. Meski dalam kondisi persaingan seketat apapun,
lembaga pendidikan mampu menyesuaikan diri untuk menghadapinya karena kepiawaian seorang
pemimpin yang disebut kepala sekolah.***